• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis, Potensi Dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan Yang Di Manfaatkan Masyarakat Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus: Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat Dan Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Jenis, Potensi Dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan Yang Di Manfaatkan Masyarakat Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus: Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat Dan Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran )"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS, POTENSI DAN NILAI EKONOMI HASIL HUTAN YANG

DI MANFAATKAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

TAHURA BUKIT BARISAN

(Studi Kasus: Desa Dolat Rayat Kecamatan Daulat Rayat Dan Desa

Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran )

SRIPSI

Oleh :

Dapot Parasian Siagian 081201011 / Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

JENIS, POTENSI DAN NILAI HASIL HUTAN YANG DI

MANFAATKAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

TAHURA BUKIT BARISAN

(Studi Kasus: Desa Dolat Rayat Kecamatan Daulat Rayat Dan Desa

Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran )

SRIPSI

Oleh :

Dapot Parasian Siagian 081201011 / Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Jenis, Potensi Dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan Yang Di

Manfaatkan Masyarakat Sekitar Kawasan Tahura Bukit

Barisan. (Studi Kasus: Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat

Rayat Dan Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran ).

Nama : Dapot Parasian Siagian

Nim : 081201011

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing

(Oding Affandi, S.Hut, MP) (Ir. Liliek P Asmono)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

DAPOT PARASIAN SIAGIAN : Jenis, Potensi dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat sekiata Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Dolat Rayat dan Desa Kuta Rayat Kabupaten Karo), dibimbing oleh Oding Affandi, S.Hut, MP dan Ir. Liliek Asmono.

Taman Hutan Raya adalah KPA untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasive. Selain dimanfaatkan untuk kawasan konservasi, pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat dapat juga dilakukan.

TAHURA Bukit Barisan merupakan kawasan hutan yang memiliki tingkat interaksi cukup tinggi dengan masyarakat sekitarnya. Seperti masyarakat Desa Dolat Raya dan Desa Kuta Rayat, yang memiliki tingkat interaksi pemanfaatan berbagai jenis hasil hutan dari kawasan ini. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat di kedua desa serta untuk mengetahui besarnya kontribusi terhadap pendapatan total mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar kawasan TAHURA adalah bambu Petung , bambu Tali, tanaman hias, satwa, kayu bakar, humus, dan anakan pohon. Nilai ekonomi yang paling besar di Desa Dolat Rayat adalah pemanfaatan tanaman hias sebesar 55,1271% dan pada desa Kuta Rayat adalah pemanfaatan bambu sebesar 60.1709%. Sementara kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan ekonomi Desa Dolat Rayat adalah: 46% kontribusi pendapatan ekonomi di luar hasil hutan sebesar 54%. Dan di Desa Kuta Rayat kontribusi pendapatan ekonomi dari hasil hutan sebesar 51% sedangkan pendapatan di luar hasil hutan sebesar 49%.

(5)

ABSTRACT

DAPOT PARASIAN SIAGIAN : Type, Potency And Economic Value Result of Exploited Forest result by Society in Tahura Bukit Barisan Range ( Case Study Countryside Dolat Rayat and Countryside Kuta Rayat Sub-Province Karo), guided by Oding Affandi, S.Hut, MP And Ir. Liliek Asmono.

Taman Hutan raya is KPA for the purpose of plant collection and/or natural animal or non experiencing of original type and/non genuiness type, that it isn’t invasive. Besides exploited for the area of conservation, traditional exploiting by local society earn also conducted.

TAHURA Bukit Barisan represent forest area owning high interaction storey level enough with vinicity society. Like Great Countryside Dolat society and Countryside Kuta Rayat, owning exploiting interaction storey level various type result of forest from this area. For this research is/conducted to know type result of exploited by forest society in both countryside and also to know the level of contribution to total earnings of them.

Pursuant to result of interview with responder, type result of exploited by forest society around TAHURA area is Petung bamboo , Tali bamboo, decorative crop, animal, firewood, humus, and tree seed. The biggest Economics value at Countryside Dolat Rayat is decorative crop exploiting equal to 55,1271% and at Kuta Rayat countryside is bamboo exploiting equal to 60.1709%. Whereas contribution result of forest to economic earnings of Countryside Dolat Rayat is 46% economic earnings contribution outside result of forest equal to 54%. And at Countryside Kuta Rayat earnings contribution economic from result of forest equal to 51% while earnings outside result of forest equal to 49 %

(6)

RIWAYAT HIDUP

DAPOT PARASIAN SIAGIAN Lahir pada 19 Februari 1990 di Desa Lobu

Rappa, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Dari pasangan

Sabungan Siagian (Alm) dengan Reliana Tampubolon. Anak ketiga dari tiga

bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di Yayasan Perguruan

Harapan Lobu Rappa. Tamat tahun 2008, pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP) di Universitas

Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan.

Penulis melaksanakan praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di sekitar

kawasan Gunung Sinabung (Desa Lau Kawar) dan Taman Wisata Alam Deleng

Lancuk, kabupaten Karo. Praktek Kerja Lapang (PKL) Penulis laksanakan di Taman

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan limpahan berkat dan rahmat kepada penulis, sehingga penulis dapat

mengerjakan penelitian ini.

Penelitian ini berjudul “JENIS, POTENSI DAN NILAI EKONOMI HASIL HUTAN YANG DI MANFAATKAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN TAHURA BUKIT BARISAN”. Yang dilakukan di dua desa yaitu di Desa Dolat Rayat kecamatan Dolat Rayat dan di Desa Kuta Rayat kecamatan Naman

Teran kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini akan di jelaskan jenis-jenis hasil hutan yang

dimanfaatkan masyarakat sekitar Tahura Bukit Barisan dan metode perhitungan nilai

ekonominya serta seberapa besar kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat

sekitar Tahura Bukit Barisan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Oding Affandi S.Hut, MP., dan Bapak Ir. Liliek P Asmono sebagai Sebagai Dosen

pembimbing skripsi saya, yang telah memberikan yang telah membimbing saya

sepanjang penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini, serta

kepada teman-teman di Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan sumbangsinya atas penyelesaian laporan ini.

Penulis juga menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam

Penelitian ini. Untuk itu penulis terbuka terhadap berbagai kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk penyempurnaan penelitian ini. Akhir kata, penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2012

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ...iv

DAFTAR GAMBAR ... v

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Batasan Masalah ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Defenisi Hutan ... 5

Potensi dan Hasil Hutan ... 6

Hutan dan Masyarakat ... 7

Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 10

Definisi Taman Hutan Raya ... 10

(9)

Kondisi Umum Lokasi Tahura Bukit Barisan ... 11

Letak Dan Luas ... 11

Topografi Dan Iklim... 12

Flora Dan Fauna ... 12

Sosial Ekonomi Masyarakat ... 13

Obyek Wisata... 13

Desa Dolat Rayat ... 14

Desa Kuta Rayat ... 16

METODE PENELITIAN ... 18

Lokasi Dan Waktu Penenlitian ... 18

Alat Dan Bahan ... 18

Metode Penelitian ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 18

Teknik Dan Tahapan Pengambilan Data ... 19

Skema Umum Penelitian... 20

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Jenis Hasil Hutan Yang Dimanfaatkan Masayarakat ... 28

Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

Kesimpulan ... 45

Saran ... 45

MATRIKS METOTODOLOGI ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis Hasil Hutan Yang Dimanfaatkan Masyarakat Dolat Rayat Dan Kuta

Rayat Serta Persentase Kontribusi Nilai Ekonominya ... …24

Tabel 2. Nilai Ekonomi Dan Persentase Nilai Ekonomi Tiap Jenis Hasil Hutan Yang

Dimanfaatkan Responden ...35

Tabel 3. Persentase Perbandingan Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun Di Luar

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1a Bambu Petung ... 27

Gambar 1b Bambu Tali ... 27

Gambar 2a Anggrek Bulan ... 30

Gambar 2b. Kadaka ... 30

Gambar 2c. Tumbuhan Paku ... 30

Gambar 2d. Kantong Semar ... 30

Gambar 3a Kupu-kupu ... 31

Gambar 3b Kepompong ... 31

Gambar 3c Babi Hutan ... 31

Gambar 4 Humus... 32

(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Persentase Pendapatan Masyarakat Desa Desa Dolat Rayat ...41

Diagram 2. Persentase Pendapatan Masyarakat Desa Desa Kuta Rayat ...42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Karakteristik Responden Desa Dolat Rayat... …51

Lampiran 2. Tabel Jenis Hasil Hutan Yang Dimanfaatkan

Masyarakat Desa Dolat Rayat ...52

Lampiran 3. Tabel Persentase Nilai Ekonomi Hasil Hutan Yang

Dimanfaatkan Masyarakat Desa Dolat Rayat ...53

Lampiran 4. Tabel Pendapatan Masyarakat Dari Hasil Hutan

Desa Dolat Rayat...58

Lampiran 5. Tabel Pendapatan Diluar Hasil Hutan Desa Dolat Rayat ...60

Lampiran 6. Tabel Karakteristik Responden

Masyarakat Desa Kuta Rayat ...62

Lampiran 7. Tabel Jenis Hasil hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat

Desa Kuta rayat ...63

Lampiran 8. Tabel Persentase Nilai Ekonomi Hasil Htan Yang

Dimanfaatkan Masyarakat Desa Kuta Rayat...64

Lampiran 9. Tabel Pendapatan Masyarakat Dari Hasil Hutan

Desa Kuta Rayat ...66

(15)

ABSTRAK

DAPOT PARASIAN SIAGIAN : Jenis, Potensi dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat sekiata Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Dolat Rayat dan Desa Kuta Rayat Kabupaten Karo), dibimbing oleh Oding Affandi, S.Hut, MP dan Ir. Liliek Asmono.

Taman Hutan Raya adalah KPA untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasive. Selain dimanfaatkan untuk kawasan konservasi, pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat dapat juga dilakukan.

TAHURA Bukit Barisan merupakan kawasan hutan yang memiliki tingkat interaksi cukup tinggi dengan masyarakat sekitarnya. Seperti masyarakat Desa Dolat Raya dan Desa Kuta Rayat, yang memiliki tingkat interaksi pemanfaatan berbagai jenis hasil hutan dari kawasan ini. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat di kedua desa serta untuk mengetahui besarnya kontribusi terhadap pendapatan total mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar kawasan TAHURA adalah bambu Petung , bambu Tali, tanaman hias, satwa, kayu bakar, humus, dan anakan pohon. Nilai ekonomi yang paling besar di Desa Dolat Rayat adalah pemanfaatan tanaman hias sebesar 55,1271% dan pada desa Kuta Rayat adalah pemanfaatan bambu sebesar 60.1709%. Sementara kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan ekonomi Desa Dolat Rayat adalah: 46% kontribusi pendapatan ekonomi di luar hasil hutan sebesar 54%. Dan di Desa Kuta Rayat kontribusi pendapatan ekonomi dari hasil hutan sebesar 51% sedangkan pendapatan di luar hasil hutan sebesar 49%.

(16)

ABSTRACT

DAPOT PARASIAN SIAGIAN : Type, Potency And Economic Value Result of Exploited Forest result by Society in Tahura Bukit Barisan Range ( Case Study Countryside Dolat Rayat and Countryside Kuta Rayat Sub-Province Karo), guided by Oding Affandi, S.Hut, MP And Ir. Liliek Asmono.

Taman Hutan raya is KPA for the purpose of plant collection and/or natural animal or non experiencing of original type and/non genuiness type, that it isn’t invasive. Besides exploited for the area of conservation, traditional exploiting by local society earn also conducted.

TAHURA Bukit Barisan represent forest area owning high interaction storey level enough with vinicity society. Like Great Countryside Dolat society and Countryside Kuta Rayat, owning exploiting interaction storey level various type result of forest from this area. For this research is/conducted to know type result of exploited by forest society in both countryside and also to know the level of contribution to total earnings of them.

Pursuant to result of interview with responder, type result of exploited by forest society around TAHURA area is Petung bamboo , Tali bamboo, decorative crop, animal, firewood, humus, and tree seed. The biggest Economics value at Countryside Dolat Rayat is decorative crop exploiting equal to 55,1271% and at Kuta Rayat countryside is bamboo exploiting equal to 60.1709%. Whereas contribution result of forest to economic earnings of Countryside Dolat Rayat is 46% economic earnings contribution outside result of forest equal to 54%. And at Countryside Kuta Rayat earnings contribution economic from result of forest equal to 51% while earnings outside result of forest equal to 49 %

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Defenisi hutan sangat beragam, tegantung konteks pembahasan hutan itu

sendiri. Dalam penelitian ini defenisi hutan yang dimaksud mengacu pada

Undang-Undang Republik Indonesia No. 41/1999 tentang Kehutanan Pasal 1 ayat 2, yakni

hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dan dijelaskan

pada ayat 3 kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Salah satu kawasan hutan tetap yang ditetapkan pemerintah untuk tetap di

pertahankan adalah Taman Hutan Raya (Tahura). Taman Hutan Raya Bukit Barisan

merupakan salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Provinsi Sumatera Utara yang

memberikan kontribusi terhadap penghidupan masyarakat yang berada disekitarnya.

Namun pada saat ini kondisi kawasan Tahura Bukit Barisan cukup mendapat tekanan

dari berbagai bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kurang

terkendali sehingga mengancam kelestarian ekosistem kawasan Tahura Bukit

Barisan, misalnya pencurian humus yang sudah menjadi rahasia umum menjadi salah

satu sebab rusaknya kawasan tersebut dan dampaknya sekarang dirasakan oleh

masyarakat sekitar yang berinteraksi dengan kawasan Tahura (Balai Konservasi

(18)

Jika kita melihat Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa,

Taman Hutan Raya (Tahura) adalah Kawasan Pelestarian Alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau jenis bukan asli,

yang di manfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan

menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Sebagai salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan manusia, manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

manfaat tangible (langsung/nyata) dan manfaat intangible (tidak langsung/tidak nyata). Manfaat tangible atau manfaat langsung hutan antara lain : kayu, hasil hutan ikutan, dan lain-lain. Sedangkan manfaat intangible atau manfaat tidak langsung hutan antara lain : pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan,

dan lain-lain (Affandi & Patana, 2002).

Selanjutnya Arief (2001) menjelaskan manfaat tangible diantaranya berupa hasil kayu dan non kayu. Hasil hutan kayu dimanfaatkan untuk keperluan kayu

perkakas, kayu bakar dan pulp. Sedangkan hasil-hasil hutan yang termasuk non kayu antara lain tanaman hias, rotan, kina, sutera alam, kayu putih, gondorukem dan

terpentin, humus dan lain-lain.

Pembagian manfaat tangible dan intangible ini juga sama seperti pembagian yang dilakukan Salim (1997) menggolongkan manfaat hutan ke dalam manfaat

(19)

dirasakan secra langsung oleh masyarakat yaitu masyarakat dapat menggunakan dan

memanfaatkan hasil hutan.

Sumber daya hutan mempunyai karakteristik yang sangat spesifik. Dengan

spesifiknya karakter hutan ini, maka apabila satu fungsi digunakan akan dapat

menurunkan fungsi yang lainnya. Dari spesifiknya karakter sumber daya hutan ini

maka dalam pengelolaan kehutanan hendaknya diarahkan untuk memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian

sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup serta memperluas kesempatan kerja

dan kesempatan berusaha (Warsid, 2000).

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula

kebutuhan terhadap lahan untuk berbagai kepentingan. Hal ini juga yang terjadi di

sekitar kawasan hutan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Tingkat ketergantungan

masyarakat terhadap kawasan ini sangat tinggi, karena sebagian besar bermata

pencaharian sebagai petani. Dalam pengelolaan lahan pertaniannya mereka

membutuhkan lahan. Sehingga kawasan hutan Tahura Bukit Barisan sangat rentan

dari gangguan masyarakat sekitar. Karena pola pemanfaatan yang dilakukan selama

ini bersifat ekstraktif ( hanya mengambil) hasil hutan saja tanpa ada upaya budidaya.

Ini merupakan yang menjadi alasan dari penelitian ini.

Sehingga perlu pengelolaan hutan yang lebih utuh, seperti yang dikemukakan

Rekhohadiprojo (1994), pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu

(20)

hanya dari segi finansial saya namun diperluas menjadi pengolahan hutan secara

utuh. Untuk menjawab tantangan antara pertambahan penduduk dengan semakin

berkurangnya lahan.

Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis dan potensi hasil hutan kayu atau non kayu yang

dimanfaatkan oleh masyarakat yang berinteraksi dengan kawasan Tahura.

2. Mengetahui besaran nilai ekonomi setiap jenis hasil hutan yang dimanfaatkan.

3. Mengetahui besaran nilai persentase hasil hutan terhadap pendapatan masyarakat

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan

acuan bagi para pihak terkait guna memperkuat pengelolaan Tahura sebagai kawasan

pelestarian alam yang mempunyai fungsi pokok: perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa pemanfaatan

secara lestari, serta memberikan deskripsi mengenai potensi dan jenis tumbuhan atau

hewan yang memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.

Batasan Masalah

1. Masyarakat sekitar hutan yang dimaksud adalah penduduk yang bertempat tinggal

(21)

mempunyai kepentingan langsung terhadap pemanfaatan dan pelestarian Tahura

Bukit Barisan.

2. Hasil hutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil hutan berupa kayu

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Hutan

Menurut Helms, (1999). Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang

besar peranannya baik segi ekonomi maupun segi sosial yang sangat penting bagi

masyarakat yaitu berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat tidak

langsung. Manfaat hutan tersebut dirasakan apabila hutan terjamin eksistensinya,

sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi, dan social

dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumberdaya alam

berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan

nasional berkelanjutan.

Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem, mengingat hutan dibentuk atau

disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa berdiri

sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling mempengaruhi dan saling

bergantung (Indriyanto, 2006). Hutan juga merupakan hal yang esensial bagi

kehidupan manusia. Hutan dapat menyediakan barang dan jasa sebagai material dasar

bagi pembangunan dan kehidupan manusia.

Fungsi hutan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh manusia dalam

memanipulasi penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan untuk kepentingan

kehidupan dan lingkungan. Dengan diterimanya posisi masyarakat sebagai pelaku

utama dalam pembangunan sumberdaya hutan di semua fungsi hutan (produksi,

(23)

untuk membangun, memelihara, dan memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari.

Ketergantungan antara hutan dan masyarakat dapat dilihat dari ketergantungan

masyarakat terhadap produksi dan jasa hasil hutan. Hutan sebagai sumberdaya juga

memerlukan masyarakat untuk pengelolaannya (Awang, 2004).

Adanya nilai yang dimiliki oleh suatu barang dan jasa (sumber daya dan

lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilaku pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh individu, masyarakat maupun organisasi. Jika nilai sumber daya

(ekosistem) hutan, ataupun lebih spesifik barang dan jasa hutan telah tersedia

informasinya, seperti halnya harga berbagai produk yang ada di pasar, maka

pengelolan hutan dapat memanfaatkannya untuk berbagai keperluan seperti

pengambilan keputusan pengelolaan, perencanaan dan lain-lain (Bahruni, 1999).

Potensi Dan Hasil Hutan

Kehutanan merupakan salah satu sektor terpenting yang perlu mendapatkan

perhatian khusus, mengingat lebih dari 67% luas daratan Indonesia berupa hutan.

Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting peranannya dalam

kehidupan manusia. Hutan juga dapat memberikan manfaat yang sangat besar untuk

memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Hutan memiliki berbagai manfaat bagi

kehidupan manusia yaitu berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat yang tidak langsung (Intangible). Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi,

ekonomi dan sosial dari hutan akan memberi peranan nyata apabila dalam

(24)

Principle) yaitu pemanfaatan hutan yang harus diikuti dengan kegiatan pelestarian sehingga manfaat hutan tersebut dapat selalu dirasakan (Zain, 1998).

Selain itu hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat

besar bagi kesejahteraan perekonomian masyarakat, seperti yang di sebutkan di atas,

baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa,

dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi,

perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi (Rahmawaty, 2004).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Pamulardi (1999) Hutan memberikan

manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, mulai dari pengatur tata air, paru-paru

dunia, sampai pada kegiatan industri. Hutan mempunyai banyak manfaat (multi benefit) yang sangat berguna bagi kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Manfaat hutan luar biasa besarnya selain menyediakan kayu dan

produk-produk lainnya, hutan menyimpan sejumlah besar informasi genetik, mengatur iklim

dan tata air, melindungi dan memperkaya tanah, mengendalikan hama dan penyakit,

mengatur penyerbukan tumbuhan bermanfaat dan menyebarkan benihnya, menjaga

kualitas air, menyediakan pemandangan indah dan memperkaya kita secara spritual

(Santoso dan Robert, 2002).

Hutan Dan Masyarakat

Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal di kawasan hutan

baik yang memanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung hasil hutan

tersebut. Hutan bagi masyarakat di sekitarnya merupakan sumber untuk memperoleh

(25)

tempat penggembalaan, tempat melakukan kegiatan spiritual, dan lain-lain. Dalam

masyarakat biasanya terdapat perbedaan status diantara anggota masyarakatnya.

Perbedaan tersebut dapat berasal dari faktor keturunan, ekonomi, pendidikan,

keterampilan, agama, atau sumber-sumber lain yang bernilai penting bagi

masyarakat. Reaksi kelompok sosial menurut statusnya akan berbeda beda terhadap

suatu objek, termasuk terhadap objek berupa hutan. Masyarakat sekitar hutan

mempunyai sistem hubungan sosial, ekonomi dan budaya tersendiri dengan

lingkungan (Warsid, 2000).

Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka

tidak hanya melihat hutan sebagai sumberdaya potensial saja, melainkan memang

merupakan sumber pangan, obat-obatan, energi, sandang, lingkungan dan sekaligus

tempat tinggal meraka. Bahkan ada sebagian masyarakat tradisional yang meyakini

bahwa hutan memiliki nilai spiritual, yakni percaya bahwa hutan atau komponen

biotik dan abiotik yang ada di dalamnya sebagai obyek yang memiliki kekuatan

dan/atau pesan supranatural yang mereka patuhi. (Agus Purwoko, 2002).

Sejak dahulu masyarakat melihat hutan sebagai sumberdaya penunjang

keperluan hidup sehari-hari. Manfaat hutan berdasarkan bentuk dan wujudnya dapat

dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu manfaat tangible (langsung) dan manfaat intangible (tidak langsung). Manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung oleh masyarakat baik hasil hutan yang berupa kayu

(26)

hasil hutan bukan kayu seperti rotan, bambu, getah, sayuran hutan, buah-buahan,

madu dan lain-lain.

Dan hingga saat ini sebagian besar penduduk Indonesia masih

menggantungkan hidup dengan memanfaatkan hasil hutan. Hutan sebagai tempat

sumber mata pencaharian mereka sehingga hubungan antara manusia dengan

lingkungannya dalam hal ini hutan sangatlah erat sehingga dapat dianggap bahwa

masalah manusia adalah merupakan masalah lingkungan dan sebaliknya masalah

lingkungan juga menjadi masalah manusia, sebab masalah lingkungan akan muncul

apabila hubungan manusia dengan lingkungan tidak sejalan, yang pada umumnya

dipacu oleh pertambahan manusia yang semakin meningkat namun tidak diimbangi

dengan perkembangan lingkungan (Bambang, 1995).

Ketergantungan inilah yang tanpa pengelolaan dengan prinsip hutan lestari

yang menurut Rido (2003) menjadi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan hutan

antara lain adalah: (1) pertambahan penduduk (2) berkurangnya lahan pertanian (3)

perladangan berpindah (4) sempitnya lapangan pekerjaan (5) kurangnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya fungsi hutan.

Ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan bukan saja terhadap hasil

hutan kayu tetapi juga terhadap hasil hutan non kayu merupakan manfaat langsung

hasi hutan yang didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan

kayu) yang diambil dari hutan untuk dimanfatkan bagi kegiatan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan

(27)

strategis. HHNK merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan

komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan (BPDAS

Jenebrang, 2010).

Menurut Ramelgia (2009) dalam Linda Sri Agustina Wati (2011) tingkat

ketergantungan dibagi ke dalam beberapa kategori, antara lain :

Tabel Persentase Kontribusi Nilai Ekonomi Terhadap Tingkat Ketergantungan

No Persentase Kontribusi Tingkat Ketergantungan

1 0% - <10% Tidak Tergantung

2 10% - <20% CukupTergantung

3 20% - <40% Tergantung

4 40% - <75% Sangat Tergantung

5 75% - 100% Tergantung sekali

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Definisi Taman Hutan Raya

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian

Alam (KPA), pasal 1 ayat 10 disebutkan Taman Hutan Raya adalah KPA untuk

tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli

dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata,

(28)

Bentuk Pemanfaatan Tahura

Berdasarkan Pasal 36 ayat (1), disebutkan bentuk Pemanfaatan yang dapat

dilakukan di Kawasan Pelestarian Alam Taman Hutan Raya adalah untuk kegiatan,

(a) penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (b) pendidikan

dan peningkatan kesadartahuan konservasi; (c) koleksi kekayaan keanekaragaman

hayati; (d) penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi

air, panas, dan angin serta wisata alam; (e) pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar

dalam rangka menunjang budidaya dalam bentuk penyediaan plasma nutfah; (f)

pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan (g) pembinaan populasi

melalui penangkaran dalam rangka pengembangbiakan satwa atau perbanyakan

tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang semi alami.

Kondisi Umum Lokasi Tahura Bukit Barisan

Letak Dan Luas

Tahura Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik

Indonesia No. 48 Tahun 1988 dengan luas 51.600. Secara geografis terletak pada

001’16"-019’37" Lintang Utara dan 9812’16"-9841’00" Bujur Timur.

Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan terletak di empat Kabupaten,

yang tersebar di Kabupaten Langkat seluat 13.000 Ha, di Kabupaten Deli Serdang

seluas 17.150 Ha, Kabupaten Simalungun 1.645 Ha dan Kabupaten Tanah Karo

(29)

Berdasarkan fungsinya kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan seluas

51.600 Ha, terdiri dari hutan lindung Sinabung seluas 13.448 Ha, hutan lindung

Sibayak I seluas 7.030 Ha, hutan lindung Sibayak II seluas 6.350 Ha, hutan lindung

Simacik I seluas 9.800 Ha, hutan lindung Simacik II seluas 1.645 Ha.

Topografi dan Iklim

Kawasan Tahura Bukit Barisan umumnya memiliki karakteristik topografi

terjal sampai curam dan hanya sebagian kecil bergelombang dan landai. Sebagian

besar tanah Tahura Bukit Barisan terdiri dari tanah Litosol, Podsolik, Regosol, dan

Andosol. Dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1.500-4.000 mm/tahun, dengan

suhu terendah 160 C dan tertinggi 320 C.

Flora Dan Fauna

Jenis flora yang mendominasi kawasan Tahura adalah berbagai jenis tanaman

lokal pegunungan maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tanaman lokal

antara lain Pinus merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichii, Buklandia populnea, Manglietia glauca, Dacrydium junghuhnii, Podocarpus imbricatus, Dipterocarpaceae, Toona sureni, Casuarinas spp, Palaqium spp, dan lain-lain. Sedangkan jenis yang berasal dari luar antara lain: Pinus carabeae, Oinus khasia,

Pinus massonia, Pinus insularis, Eucalyptus spp, Cupresus spp, Agathis sp. (Simbolon 1989)

Jenis tanaman lain yang terdapat pada kawasan Tahura adalah: Durian,

Dadap, Petai hutan, Rambutan, Aren, Rotan, Bambu-bambuan, Kemenyan,

(30)

Beberapa jenis fauna yang terdapat pada kawasan Tahura Bukit Barisan

antara lain adalah: Monyet, Harimau, Siamang, Babi hutan, Ular, Elang, Kancil,

Beruk, Ketek, Biawak, Burung hantu, Bajing, Kalong, Mawas, Landak, Beruang,

Murai batu, Labi-labi, Rusa, Terenggiling dan di yakini masih sangat banyak lagi

jenis yang belum di identifikasi.

Taman wisata Lau Debuk-debuk seluas 7 Ha, Bumi perkemahan Sibolangait

seluas 200 Ha, Cagar alam Sibolangit seluas 120 Ha, dan suaka marga satwa Langkat

seluas 13.00 Ha.

Sosial Ekonomi Masyarakat

Sebagian besar masyarakat yang bermukim di sekitar Tahura Bukit Barisan

umumnya suku Karo, Melayu, Aceh dan Batak Toba, dengan mata pencaharian

sebagai petani. Dengan produksi utama jenis tanaman holtikultura seperti

buah-buahan dan sayuran. Serta banyak jenis tanaman bunga hias dan hasil perkebunan

lainnya. Sedangkan sebagian kecil penduduk adalah bekerja sebagai pedagang dan

pengusaha.. (Sitepu, 2003).

Obyek Wisata

Sebagian dari Kawasan Tahura, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah

berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara.

Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam

yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan danau Toba serta

budaya yang memikat. Sarana prasarana seperti jalan raya dengan kondisi yang baik

dan mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana akomodasi

(31)

Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari

Sibolangit sampai dengan Brantagi baik berupa penginapan sederhana maupun

hotel berbintang taraf international. Sebagai jantung utama Tahura Bukit Barisan

berada di Tongkoh.

Di Tongkoh ini telah disediakan fasilitas penginapan, ruangan primer,

perpustakaan, restoran, panggung budaya, juga aktrasi tunggang gajah, serta sarana

karantina satwa. Selain untuk wisata , lokasi Tongkoh juga cocok untuk kegiatan

penelitian, olah raga misalnya Lintas Wisata Alam dsb. Kawasan Tahura Bukit

Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung Sibayak 2.211 mdpl.

Desa Dolat Rayat

Desa Dolat Rayat terletak di Kecamatan Dolat Rayat dengan luas 4 KM2

dengan persentase 12,4% dari total luas kecamatana Dolat Rayat. Terletak di

ketinggian 1192 mdpl. Memiliki tanah kering ( daratan ) 393 Ha, bangunan dan

pekarangan 7 Ha dengan total luas

(32)

Sumber Peta, Kecamatan Dolat Rayat Dalam Angka 2011 Desa Dolat Rayat berbatasan dengan:

Sebelah Barat : Kecamatan Berastagi

Sebelah Timur : Kecamatan Barusjah

Sebelah Utara : Tahura Bukit Barisan dan

Sebelah Selatan : Desa melas dan Desa Ujung Sampun.

Dengan jumlah kepala rumah tangga 733 kepala rumah tangga dan jumlah

penduduk 2894 orang yang artinya jika dibangdingkan dengan luas dengan luas desa

maka kepadatan penduduknya adalah 257 orang /Km2. Jumlah penduduk laki-laki di

desa Dolat Rayat 1427 orang dan perempuan sebanyak 1467 orang. banyaknya tenaga

kerja berdasarkan lapangan pekerjaannya adalah bidang pertanian 487 orang, industry

rumah tangga 2 orang, PNS/ABRI 35 orang lainnya 2 orang dan total keseluruhan

jumlah penduduk yang bekerja adalah 526 orang.

Terdapat 3 sekolah dasar negeri di Dolat Rayat dengan jumlah siswa 418

orang dengan tenaga pengajar 27 orang. sekolah setingkat SMP dan SMA tidak ada.

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Dolat Rayat antara lain terdapat 1

Puskesmas, 1 Puskesmas Pemabantu, 2 Poskedes dan 2 Posyandu. Banyaknya tenaga

kesehatan terdiri dari 4 orang dokter, 7 orang bidan desa, dan 2 orang perawat.

Jumlah penduduk berdasarkan agama terdiri dari 1488 pemeluk agama Islam,

992 pemeluk agama Kristen Protestan, 25 orang pemeluk Katolik 3 orang pemeluk

Hindu dan 4 orang pemeluk agama Buddha.

Panjang jalan berdasarkan jenis permukaannya terdiri dari 4 Km jalan aspal,

(33)

Banyak kenderaan yang ada di Dolat Rayat adalah: 12 mobil penumpang, 6

truk, 74 pickup, 82 sepeda motor dan total keseluruhan kenderaan adalah 174

kenderaan ( Data dan peta mengenai Desa Dolat Rayat ini di peroleh dari data

statistik kabupaten Karo, Kecamatan Dolat Rayat Dalam Angka 2011) Desa Kuta Rayat

Luas 14,21 Km2 sekitar 16,18% dari total keseluruhan kecamatan Naman

Teran dan merupakan desa yang memiliki wilayah terluas, dan terdiri dari 5 Dusun.

Ketinggiang di atas pemukaan laut 1400 mdpl. Dan berjarak sekitar 6 Km dari

kecamatan. Desa Kuta Rayat Berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan : Desa Kuta Gugung

Sebelah Barat : Kecamatan Tiganderket

Sebelah Timur : Desa Kebayaken

(34)

Luas wilayah Kuta Rayat menurut jenis penggunaan tanah terdiri dari 79 Ha

lahan persawahan, 787 tanah kering (Daratan) 10 Ha bangunan dan pekarangan, 545

Ha penggunaan lainnya, sehingga total keseluruhan sseluas 1421 Ha.

Tingkat kepadatan penduduk di Kuta Rayat adalah 146 jiwa/Km2. Dengan

jumlah penduduk 2.459 orang dan 633 kepala keluarga. terdiri dari 1.294 laki-laki

dan 1.165 perempuan. Jumlah tenaga kerja yang terdapat di desa ini terdiri dari 1.413

bekerja sebagai petani, 9 orang PNS/ABRI, dan 20 orang pekerja lainnya dan total

keseluruhan penduduk yang bekerja adalah 1.442 orang.

Jumlah perbandingan penduduk berdasarkan agama yang dipeluk terdiri dari

1.561 beragama Islam, 598 beragama Kristen Protestan dan 158 beragama Kristen

Katolik.

Jumlah sekolah setingkat SD terdapat 1 SD negeri dengan jumlah 274 siswa

di ajar 13 orang guru. Sedangkan untuk sekolah setingkat SMP dan SMA tidak ada.

Panjang jalan berdasarkan jenis permukaan jalan terdiri dari 3 Km permukaan

aspal, 2 Km permukaan di perkeras, 5 Km permukaan tanah dan 2 Km jalan setapak.

Jadi panjang keseluruhan jalan adalah 12 Km.

Banyaknya kenderaan bermotor yang ada di Kuta Rayat terdiri dari 2 mobil

penumpang, 1 truk, 25 pickup, 276 sepeda motor, sehingga total seluruh kenderaan

bermotor yang ada 304 kendaraan. Disamping itu juga terdapat 5 kenderaan tenaga

kerbau sebanyak 5 ekor. Data dan peta mengenai Desa Kuta Rayat ini di peroleh dari

data statistik kabupaten Karo.

(35)

METODE PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai April 2012 hingga Juli 2012 di dua desa

sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara,

yaitu: Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat dan Desa Kuta Rayat Kecamatan

Naman Teran.

Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah : kamera digital, seperangkat

komputer, kalkulator, kuisioner, alat tulis dan dokumen lain yang berkaitan dengan

penelitian.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari objek data, dan data

sekunder adalah data yang di peroleh dari dokumen, atau instansi terkait.

Data primer yang akan dikumpulkan antara lain adalah: jenis hasil hutan kayu

(36)

hutan kayu dan non kayu yang dimanfaatkan, lama dan waktu pengambilan, serta

harga persatuan unit hasil hutan kayu dan non kayu. Data sekunder yang di

kumpulkan adalah kondisi umum lokasi penelitian, jenis-jenis tumbuhan atau satwa

yang ada di kawasan Tahura Bukit Barisan, dan kondisi sosial budaya masyarakat.

Teknik Dan Tahapan Pengambilan Data

Adapun tahapan pengambilan data adalah sebagai berikut:

a. Survei pendahuluan ke lapangan dan penentuan desa sampel

b. Desa sampel sebanyak empat desa dengan kriteria desa:

- Berada di dalam kawasan Tahura Bukit Barisan atau

- Desa berada di sekitar kawasan Tahura,

- Masyarakat desa berinteraksi dengan kawasan Tahura.

c. Penentuan sampel responden, dan yang menjadi sampel responden dalam kajian

ini adalah:

- Kepala keluarga (KK)

- Diambil secara acak sederhana (simple random sampling), - Jumlah responden setiap desa sebanyak 30 KK .

d. Responden kunci (key informan) adalah pejabat pemerintah atau pejabat instansi terkait, tokoh masyarakat, dan LSM. Responden kunci diambil secara purpossive sampling yang disesuaikan dengan kebutuhan tujuan penelitian.

e. Melakukan diskusi terhadap responden kunci untuk megetahui kondisi umum desa

sampel penelitian

f. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para responden

(37)

- Jenis hasil hutan kayu dan non kayu yang dimanfaatkan.

- Frekuensi pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu.

- Lokasi pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu.

- Jumlah hasil hutan kayu dan non kayu yang dimanfaatkanHarga persatuan hasil

hutan kayu dan non kayu dan

- Tujuan pengambilan hasil hutan kayu dan hasi hutan non kayu.

- Harga per unit hasi hutan kayu dan non kayu.

- Pendapatan total rumah tangga responden.

g. Mengidentifikasi jenis hasil hutan kayu maupun non kayu yang dimanfaatkan

oleh masyarakat dari dalam Kawasan Tahura, desa di sekitar atau di dalam

kawasan Tahura.

h. Pengolahan data dengan melakukan tabulasikan seluruh data, selanjutnya di

analisis dengan analisis deskriptif.

i. Sedangkan pengolahan data kualitatif dianalisis dengan mendeskripsikan

karaksteristiknya.

(38)

Analisis Data

Pengolahan data yang di peroleh dari pengumpulan data dari lapangan baik

berupa data primer ataupun data sekunder serta hasil kusioner di analisis secara

deskriptif kualitatif. Nilai hasil hutan kayu dan non kayu per unit atau persatuannya

di peroleh dengan:

1. Untuk hasil hutan yang belum di kenal harga pasarnya tetapi dapat di tukarkan

atau di bandingkan dengan nilai barang dan jasa yang telah ada pasarnya, maka

penilaian di satukan dengan metode relatif. Sedangkan untuk barang dan jasa hasil

hutan yang belum di kenal pasarnya dan tidak termasuk dalam sistem pertukaran,

maka penilaian di lakukan dengan metode biaya pengadaan, yaitu banyaknya

biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan barang dan jasa hutan tersebut.

2. Menghitung nilai rata-rata jumlah barang yang di ambil setiap responden per jenis.

Rata-rata jumlah barang yang di ambil: =

(39)

keterangan:

Xi : Jumlah Barang yang diambil Responden

n : Jumlah Banyak Pengambil per Jenis Barang

3. Menghitung nilai potensi/ total pengambilan per unit barang per tahun

TP = RJ x FP x JP ………. ………..(Affandi dan Patana, 2002)

Keterangan :

TP : Total Pengambilan per Tahun

RJ : Rata-rata Jumlah yang di Ambil

FP : Frekuensi Pengambilan

JP : Jumlah Pengambilan

4. Menghitung nilai ekonomi barang hasil hutan per jenis barang setiap tahun

NH = TP x HH ………. ………. (Affandi dan Patana, 2002)

Keterangan:

NH : Nilai Hasil Hutan per Jenis

TP : Total Pengambilan (unit/ tahun)

(40)

% NE = X 100% ………. ………. (Affandi dan Patana, 2002)

Keterangan:

%NE : Persentasi Nilai Ekonomi

NEi : Nilai Ekomoni Hasil Hutan/ Jenis

εNE : Jumlah Total Nilai Ekonomi dari Seluruh Hasil Hutan.

6. Menghitung pendapatan total, pendapatan dari dalam hutan dan luar hutan

Pendapatan Total : Jumlah rata-rata pendapatan/tahun

Pendapatan Dalam hutan : Jumlah nilai ekonomi dari seluruh jenis

Pendapatan Luar Hutan : Selisih antara pendapatan Total dengan

Pendapatan dalam Hutan.

Hasil perhitungan hasil hutan ini menunjukan total pendapatan hasil hutan

seluruh jenis per tahun, sehingga dapat di hitung besar nilai kontribusi dari nilai hasil

hutan ini terhadap pendapatan masyarakat. Menghitung tingkat komntribusi

pemanfaatan hasil hutan.

Kontribusi = x 100% ………..(Affandi dan Patana, 2002).

Batasan Oprasional

1. Lokasi penelitan adalah Desa Dolat Rayat Kecamatan Dolat Rayat dan Desa Kuta

(41)

2. Waktu Penelitian April hingga Agustus 2012

3. Responden yang diambil adalah masyarakat pendatang atau pribumi yang tinggal

menetap sebanyak 30 responden setiap desa yaitu 30 responden dari Desa Dolat

Rayat dan 30 Responden dari Desa Kuta Rayat.

4. Responden adalah masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan berupa hasil hutan

tangible.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat

Hasil hutan yang di manfaatkan responden dalam penelitian ini berupa

manfaat hasil hutan langsung (tangible) baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu, dengan tujuan pemanfaatan untuk keperluan sendiri atau untuk di jual.

Jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Dolat Rayat dan Desa

Kuta Rayat dapat di lihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jenis Hasil Hutan Yang Dimanfaatkan Masyarakat Dolat Rayat Dan Kuta Rayat Serta Persentase Kontribusi Nilai Ekonominya.

(42)

Jenis hasil hutan yang paling banyak dimanfaaatkan responden adalah bambu,

baik di desa Dolat Rayat dan desa Kuta Rayat. Terdapat 60 dari 60 responden di

kedua desa memanfaatkan bambu. Selain paling banyak dimanfaatkan bambu juga

memberikan kontribusi nilai ekonomi yang paling besar yaiut sebesar 37.33% (Untuk

lebih jelasnya lihat tabel 2.) hal ini karena disamping faktor harga yang menentukan

besarnya kontribusi nilai ekonomi terhadap pendapat masyarakat banyaknya

responden yang menggunakan juga akan berpengaruh terhadap besarnya kontribusi

nilai ekonomi terhadap pendapatan responden, karena semakin bayak responden

yang menggunakan maka semakin besar jumlah unit hasil hutan yang dimanfaatkan

dan semakin besar pula kontribusi nilai ekonomi yang diberikan.

Jenis hasil hutan kedua yang paling banyak digunakan responden adalah

Humus, sebanyak 28 responden yang menggunakan di desa Dolat Rayat dan 30

responden yang menggunakan di Desa Kuta Rayat, jadi jumlah responden yang

memanfaatkan humus di kedua desa adalah 58 responden atau 90.66%. dan kontribusi

nilai ekonomi hasil hutan humus terhadap pendapatan masyarakat adalah sebesar

11.99%.

Hasil hutan ketiga yang paling banyak digunakan responden adalah kayu

bakar sebanyak 30 responden dari 60 responden atau sebesar 50%, yang keseluruhan

respondennya berasal dari desa Kuta Rayat, dan memberikan persentase nilai

(43)

Berikutnya adalah hasil hutan tanaman hias dan satwa, masing-masing jumlah

responden yang menggunakan adalah 27 responden dan 7 responden dan memberikan

persentase nilai ekonomi sebesar 28.69% dan 10.55%. Responden yang

memanfaatkan tanaman hias seluruh responden berasal dari desa Dolat Rayat,

sedangkan responden yang memanfaatkan satwa terdiri dari 2 responden dari desa

Dolat Rayat dan 5 responden dari desa Kuta Rayat.

Sedangkan jumlah responden yang menggunakan hasil hutan yang paling

sedikit adalah anakan pohon. Jumlah responden yang mengunakan anakan pohon satu

responden dan memberikan persentase kontribusi nilai ekonomi paling kecil yaitu

sebesar 3.27%.

Semakin besar persentase jumlah responden yang memanfaatkan suatu jenis

hasil hutan, menjelaskan bahwa jenis hasil hutan tersebut memiliki nilai arti penting

yang semakin besar terhadap masyarakat, dan sebaliknya semakin kecil persentase

responden yang memanfaatkan suatu jenis hasil hutan maka semakin kecil nilai arti

penting jenis tersebut terhadap kebutuhan masyarakat. Sehingga terlihat berdasarkan

hasil penelitian ini bahwa bambu dan humus memiliki arti penting yang paling besar

bagi masyarakat, masing-masing sebesar 100% dan 90.66%. Sedangkan jenis hasil

hutan yang memiliki nilai arti penting yang paling kecil adalah anakan pohon yaitu

sebesar 1.66%.

(44)

Berdasarkan data yang di peroleh melalui kuisioner, jenis bambu yang di

gunakan oleh masyarakat Desa Dolat Rayat adalah Bambu Petung (Dendrocalamus Asper ), Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) dan Bambu Regen (Gigantochloa pruriens)

Jenis bambu yang digunakan di Desa Dolat Rayat adalah bambu Petung dan

bambu Apus. Responden Desa Kuta Rayat hanya menggunakan bambu Regen.

Adapun tujuan pemanfaatan jenis bambu petung adalah untuk tiang konstruksi rumah

kasa, karena ukuran dan kekuatanya lebih besar. Bambu Apus oleh masyarakat di

desa Dolat Rayat secara umum adalah untuk sebagai bahan dasar pembuatan

kerajinan keranjang sayur dan bahan konstruksi rumah kasa untuk tanaman hias oleh

pengusaha tanaman hias. Pemanfaatan Bambu Regen di Desa Kuta Rayat adalah

untuk acak-acak. yaitu tiang penyangga tanaman pertanian seperti Tomat, dan Cabai.

Banyaknya masyarakat yang menggunakan bambu Petung di Desa Dolat

Rayat 28 orang dari 30 responden memanfaatkan bambu Petung dan bambu Tali

sebanyak 30 orang dari 30 responden, dimana terdapat 28 responden yang

menggunakan bambu Tali untuk acak tomat dan cabai dan 2 responden lainnya

memanfaatkan bambu Tali untuk kerajinan keranjang sayur. Sedangkan di Desa Kuta

Rayat jumlah masyarakat yang menggunakan bambu Tali sebanyak 30 orang dari 30

responden.

Menurut penelitian yang dilakukan M. Natalia Nadaek (2009) jumlah populasi

(45)

terdr dari 14 batang) sedangkan untuk bambu Apus dan bambu Regen menurut

Sutarno (1996) kerapatan kedua jenis bambu ini dapat mencapai 1000 batang/ha.

Periode pengambilan bambu oleh masyarakat Desa Dolat Rayat dan Desa

Kuta Rayat di lakukan sebayak satu kali dalam setahun. Ini karena setelah pemakaian

rata-rata satu tahun bambu telah mengalami kerusakan sehingga harus diganti dengan

yang baru. Pendeknya usia pemakaian bambu pada umumnya karena tidak ada

perlakuan pengawetan yang dilakukan.

Gambar 1.a Bambu Petung Gambar 1. b. Bambu Apus

2. Tanaman Hias

Tanaman hias adalah segala jenis tumbuhan yang di tanam dengan tujuan

untuk memperindah suatu tempat. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis tanaman

hias berdasarkan sumber atau asal tanaman hias diperoleh, yaitu tanaman hias yang di

peroleh dari hasil budidaya dan tanaman hias yang anakan atau sumber benihnya

diperoleh langsung dari hutan. Dari penelitian yang dilakukan diketahui jenis

(46)

(Platycerium andinum dan Asplenium nidus), Tumbuhan Paku Cyathea Bornensis) dan Kantong Semar Sumatera (Nepenthes tobaica)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 24 responden dari 30

responden yang memanfaatkan Angrek untuk di jual di Desa Dolat Rayat sedangkan

untuk Desa Kuta Rayat tidak ada responden yang memanfaatkan angrek. Harga per

unit anggrek adalah Rp.12.000.

Dari hasil kuisioner diketahui 13 responden dari 30 responden Desa Dolat

rayat memanfaatkan Kadaka sebagai tanaman hias untuk dijual dengan harga Rp.

20.000/pot. Sedangkan di Desa Kuta Rayat tidak ada masyarakat yang

memanfaatkan Kadaka, karena memang sebagian besar penduduknya adalah petani

tomat bukan pengusaha tanaman hias seperti di Desa Daulat Raya.

Tumbuhan paku memiliki daya adaptasi yang sangat tinggi, sehingga dapat di

jumpai dimana-mana. Mulai dari tempat terlindung hingga tempat terbuka, dan

memiliki keberagaman yang tinggi. Banyak diantaranya yang memiliki bentuk

menarik sehingga dapat dijadikan tanaman hias.

Dari penelitan yang dilakukan sebanyak 15 responden memanfaatkan

tumbuhan paku untuk tanaman hias dan media tanam anggrek dengan tujuan

komersil. Adapun harga rata-rata tumbuhan paku adalah Rp.15.000.

Responden yang memanfaatkan tumbuhan kantong semar sebagai tanaman

hias adalah 11 responden dari 30 responden di Desa Dolat Rayat dengan tujuan dijual

(47)

masyarakat yang memanfaatkan Kantong Semar, kerena sebagian besar masyarakat

Desa Kuta Rayat bermata pencaharian sebagai petani sementara sebagian besar

masyarakat desa Dolat rayat adalah pengusaha tanaman hias.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan F. Yolanda Panjaitan jumlah populasi

Caelagyne dayana di hutan alam sebanyak 8 individu/400m2 sedangkan untuk jenis Bulbophyllum baileyi jumlah individu per 400m2 mencapai 38 individu. Untuk jenis kadaka menurut penelitian yang dilakukan Retno Widiastuti dkk. (2006) jumlah kadaka di hutan alam mencapai 120/1000m2. Penelitian yang dilakukan Daryanti

(2009) menyebutkan jumlah tumbuhan paku di hutan alam mencapai 63

individu/225m2. Dan jumlah kantong semar berdasarkan penelitian yang dilakukan

Dariana (2009) di hutan alam mencapai 933 individu/Ha.

Dari penelitian yang dilakukan juga diketahui dua alasan pengambilan sumber

bibit dari hutan adalah karena potensi tanaman hias tersebut masih terdapat cukup

banyak dihutan dan masih mudah diperoleh sehingga dianggap lebih ekonomis.

(48)

Gambar 2c. Tumbuhan Paku Gambar 2d. Kantong Semar

3. Satwa

Satwa merupakan hasil hutan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

protein hewani, selain itu satwa juga dapat memberikan nilai ekonomi bagi

masyarakat. Dari peneltian terhadap 30 responden yang dilakukan terdapat 2

responden yang memanfaatkan Kupu-kupu (jenis Papilio memnon) di Desa Dolat

Rayat dengan tujuan di jual seharga Rp. 50.000/ ekornya.

Sedangkan di Desa Kuta Rayat Masyarakat yang menangkap Babi Hutan

(Sus scrofa) sebanyak 5 responden dari 30 responden. Mereka menangkap dengan tujuan untuk di konsumsi sendiri. Dan harga rata-rata Babi Hutan adalah

(49)

Gambar 3a. Kepompong Gambar 3b. Kupu-kupu Gambar 3c. Babi Hutan

4. Humus

Serasah adalah tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai

sisa

(mengalami

menjadi

dalam bentuk serasah.

Dari penelitian yang dilakukan di ketahui bahwa dari 30 responden di Desa

Dolat Rayat terdapat 28 responden yang memanfaatkan serasah untuk campuran

media tanam tanaman hias, sedangkan di Desa Kuta Rayat seluruh responden yang di

wawancarai memanfaatkan Serasah yakni sebanyak 30 responden, mereka

menggunakan serasa untuk keperluan pembibitan bibit tomat dan pembibitan cabai.

Terdapat perbedaan harga serasah antara Desa Dolat Rayat dengan Desa Kuta Rayat.

Di Desa Dolat Rayat harga satu Karung serasah adalah Rp. 10.000/karung sedangkan

di Desa Kuta Rayat adalah Rp. 15.000/ karung. Perbedaan harga ini di pengaruhi oleh

(50)

Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, pengambilan humus dilakukan pada

lantai hutan yang relatif tebal. Untuk luas 1 m2 dapat dihasilkan sebanyak 1-2 karung

humus. Karung yang digunakan di desa Dolat rayat berukuran 30 Kg dan Rayat 50

Kg.

Gambar 4. Humus

Menurut Mason (1977) terdapat 3 tahap proses dekomposisi serasah, yaitu:

pelindian (leaching), yaitu mekanisme hilangnya bahan-bahan yang terdapat pada serasah atau detritus akibat curah hujan atau aliran air. Kedua penghawaan

(weathering), merupakan mekanisme pelapukan oleh faktor-faktor fisik seperti pengikisan oleh angin atau pergerakan molekul air dan ketiga aktivitas biologi yang

menghasilkan pecahan-pecahan organik oleh makhluk hidup yang melakukan

dekomposisi.

5. Bibit/Anakan Pohon

Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis bibit/anakan pohon, yaitu anakan pohon

yang berasal dari bibit hasil budidaya dan anakan pohon yang berasal dari hutan.

(51)

lain-lain. Sedangkan jenis anakan dan biji pohon yang dimanfaatkan masyarakat Desa

Dolat Rayat yang sumbernya dari hutan adalah anakan pohon Pinus, Aren, dan

Rotan. Alasan pengambilan dari hutan karena lebih ekonomis dan mudah di peroleh.

Tujuan pengambilan anakan dan benih ini adalah untuk di bibitkan kemuadian

di jual. Dengan harga rata-rata Rp.1.000. Jumlah responden yang memanfaatkan

anakan pohon dan benih ini adalah satu responden dari 30 responden di Desa Dolat

Rayat sementara di Desa Kuta Rayat Tidak ada.

6. Kayu Bakar

Untuk daerah pedesaan kayu bakar sumber energi yang hampir semua

penduduknya menggunakannya untuk keperluan memasak sebagai sumber panas.

Kayu bakar di peroleh dari batang pohon, cabang atau ranting pohon yang sudah

kering atau di keringkan. Hampir semua jenis pohon dapat di jadikan menjadi kayu

bakar, tidak ada jenis pohon kusus yang digunakan untuk kayu bakar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pemanfaatan kayu bakar

yang diambil dari hutan bersifat ekstraktif, yaitu kegiatan pengambilan kayu bakar

diambil dari hutan tanpa ada upaya penanaman kembali, dan hanya masyarakat Desa

Kuta Rayat yang memanfaakan kayu bakar dari hutan yaitu sebanyak 30 responden,

tujuan penggunaan bakar oleh masyarakat ini adalah untuk mengurangi jumlah

pemakaian gas elpiji. Sedangkan masyarakat Desa Dolat Rayat tidak memanfaatkan

kayu bakar. Ini di sebabkan karena Desa Kuta Rayat terletak di pedalaman bila

(52)

Dari penelitian yang dilakukan diketahui rata-rata kebutuhan rumah tangga

Desa Kuta Rayat terhadap kebutuhan kayu bakar adalah 5 ikat setiap bulannya, atau

sekitar1 ikat untuk pemakaian 6 hari. Dari wawancara yang dilakukan sebuah

keluarga ( Terdiri dari 2 orang tua, dan 4 anak ) memerlukan kurang lebih 2 tabung

gas ukuran 3 Kg untuk keperluan selama satu bulan. Dimana harga satu tabung gas

ukuran 3 Kg di Desa Kuta Rayat sekitar Rp 20.000 jadi jika dua tabung gas ukuran 3

Kg, maka biaya yang di keluarkan adalah Rp.40.000.

Gambar 5. Kayu Bakar

Jika harga dua tabung gas untuk keperluan satu bulan di konversi ke harga

rata-rata pemakaian kayu bakar selama satu bulan yaitu 5 ikat, maka di peroleh harga

kayu bakar adalah Rp. 8.000 per ikat. Jadi nilai ekonomi kayu bakar keseluruhan

yang di manfaatkan Desa Kuta rayat selama satu tahun dari 30 jumlah responden

yang menggunakan kayu bakar adalah: jumlah total pengambilan kayu bakar di kali

harga per ikat kayu bakar, maka di peroleh 1860 ikat di kalikan dengan harga per ikat

(53)

di pengaruhi oleh besar kecilnya tingkat pemakaian dan perubahan harga

pembandingnya yaitu tabung gas.

Dalam pengambilan hasil hutan seperti bambu, humus, tanaman hias, satwa,

kayu bakar dan anakan pohon tidak pola atau waktu-waktu tertentu. Pengambilan

hasil hutan dilakukan selama sepanjang tahun. Karena kebutuhan pemanfaatan hasil

hutan tersebut terjadi sepanjang tahun. Sehingga pengambilan hasil hutan tersebut

terjadi disetiap bulan sepanjang tahun.

Jenis hasil hutan yang di manfaatkan mansyarakat Desa Dolat Rayat dan Desa

Kuta rayat secara umum sama, tetapi ada juga perbedaannya, dimana hasil hutan

tanaman hias tidak ada dimanfaatkan masyarakat Kuta Raya. Hasil hutan ini juga

memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Untuk lebih jelasnya

besarnya persentase nilai ekonomi terhadap pendapatan masyarakat dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai Ekonomi Dan Persentase Nilai Ekonomi Tiap Jenis Hasil Hutan

(54)

Dari tabel diatas terlihat bahwa jenis hasil hutan yang dimanfaatkan

masyarakat Desa Dolat Raya dan Desa Kuta Rayat antara lain: Bambu, Tanaman

Hias, Humus, Satwa, anakan Pohon, dan Kayu bakar. Ada tiga jenis bambu yang

dimanfaatkan yaitu: bambu Petung, Bambu Tali dan Bambu Regen.

Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata total pengambilan bambu Petung

pertahunnya sebanyak 678 batang, satu batang bambu petung berukuran

diameter15-30 cm dan panjang 4 m harga untuk satu batang bambu adalah Rp.15.000. maka nilai

ekonomi dari bambu petung adalah sebesar 10.170.000/tahun di Desa Dolat Rayat

atau sebesar 10,6%. dan jika dipersetasekan terhadap kedua desa maka persentase

kontribusi bambu petung adalah sebesar 5.55%.

Untuk jenis bambu Apus total pengambilan bambu Apus pertahunnya

sebanyak 1755 batang, satu batang bambu Apus berukuran diameter 10-15cm dan

panjang 3 m. harga untuk satu batang bambu adalah Rp.5.000. maka nilai ekonomi

dari bambu Apus adalah sebesar Rp.5.372.500/tahun di Desa Dolat Rayat atau

sebesar 5.6%. dan jika dipersetasekan terhadap kedua desa maka persentase

kontribusi bambu Apus adalah sebesar 2.93%.

Untuk jenis bambu Regen total pengambilan bambu Regen pertahunnya

sebanyak 52.800 batang, satu batang bambu Regen berukuran diameter 5-10cm dan

panjang 2 m. harga untuk satu batang bambu adalah Rp.1.000. maka nilai ekonomi

(55)

sebesar 60.1%. dan jika dipersetasekan terhadap kedua desa maka persentase

kontribusi bambu Regen adalah sebesar 28.85%.

Jenis Hasil Hutan Tanaman Hias total pengambilan Tanaman Hias

pertahunnya sebanyak 4.041 Individu, harga satu Tanaman Hias adalah Rp.1.000.

maka nilai ekonomi dari Tanaman Hias adalah sebesar Rp.52.510.000/tahun di Desa

Dolat Rayat atau sebesar 55.1%. dan jika dipersetasekan terhadap kedua desa maka

persentase kontribusi Tanaman Hias adalah sebesar 28.69%.

Selanjutnya adalah jenis Hasil Hutan Satwa total pengambilan Satwa

pertahunnya sebanyak 324 ekor kupu-kupu di Desa Dolat Rayat, harga satu

Kupu-kupu adalah Rp.50.000. maka nilai ekonomi dari Kupu-Kupu-kupu adalah sebesar

Rp.16.200.000.000/tahun di Desa Dolat Rayat atau sebesar 17%. Sedangkan

pengambilan Satwa pertahunnya di Desa Kuta Rayat sebanyak 26 ekor Babi Hutan,

harga satu Babi Hutan adalah Rp.120.000. maka nilai ekonomi dari Babi Hutan

adalah sebesar Rp.3.120.000/tahun atau sebesar 3.6%%. dan jika dipersetasekan

terhadap kedua desa maka persentase kontribusi Satwa 10.55%.

Pemanfaatan humus cukup besar. Total pengambilan humus pertahunnya

sebanyak 500 Karung Di Desa Dolat Rayat, satu Karung humus berukuran karung 30

Kg seharga Rp.10.000/karung maka nilai ekonomi dari humus adalah sebesar

Rp.5.000.000/tahun di Desa Dolat Rayat atau sebesar 5.2%. sedangkan

pemanfaatan humus di desa Kuta Rayat sebanyak 1.130 karung pertahunya. Dengan

(56)

16.950.000/Tahun atau sebesar 19.3% dan jika dipersetasekan terhadap kedua desa

maka persentase kontribusi humus adalah sebesar 11.99%.

Jenis Hasil Hutan Anakan pohon total pengambilan Anakan pohon

pertahunnya sebanyak 6.000 batang, harga satu Anakan pohon adalah Rp.1.000. maka

nilai ekonomi dari Anakan Pohon adalah sebesar Rp.6.000.000/tahun di Desa Dolat

Rayat atau sebesar 6.9%. dan jika dipersetasekan terhadap kedua desa maka

persentase kontribusi Anakan Pohon adalah sebesar 3.2%.

Total pengambilan Kayu Bakar pertahunnya sebanyak 1.860 Ikat, harga satu

ikat Kayu Bakar adalah Rp.8.000. maka nilai ekonomi dari Kayu Bakar adalah

sebesar Rp.14.880.000.000/tahun di Desa Kuta Rayat atau sebesar 16.9%. dan jika

dipersetasekan terhadap kedua desa maka persentase kontribusi Kayu Bakar adalah

sebesar 8.13%.

Besar atau kecilnya persentase kontribusi nilai ekonomi hasil hutan terhadap

pendapatan masyarakat di pengaruhi oleh dua faktor. Pertama adalah total

pengambilan hasil hutan. Kedua adalah harga per satuan unit hasil hutan. Jika

semakin besar total pengambilan hasil hutan dan harga per satuan unitnya, maka

semakin besar persentase nilai ekonomi yang diberikan.

Kontribusi Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari lapangan sumber pendapatan

(57)

Tabel 3. Persentase Perbandingan Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun Di luar Pendapatan Hasil Hutan dan Dalam Hutan

N o

Sumber Pendapatan Desa Dolat Rayat Desa Kuta Rayat Persetase Pdpt. Responden (%)

Pendapatan Responden Diluar HH Rp.106.300.000 Rp. 82.700.000 Rp. 189.000.000 PDH Tiap Desa Rp. 95.252.500 Rp. 87.750.000 Rp. 183.002.500 Kontr. Tiap Ds. : PDH/PT X 100% 46.46 % 51.48 % -

Pendapatan Total Rp. 189.000.000 + Rp. 183.002.500 = Rp. 372.002.500 Kontr. Kedua Ds:PDH/PT X 100% 183.002.500 / 372.002.500 X 100% = 49.19 %

Secara umum penduduk Desa Dolat Rayat dan Kuta Rayat bermata

pencaharian sebagai petani. Pendapatan rumah tangga Desa Dolat Rayat dan Desa

Kuta Rayat di luar pemanfaatan hasil hutan adalah dari wirausaha tanaman Hias,

Perkebunan (yang terdiri dari pembibitan pohon, Kopi, Jeruk, dan Sawit) dari sektor

pertanian (Seperti Tomat, Cabai, dan tanman holtikultura) dan pendapatan lainnya

adalah gaji. (Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 5 dan lampiran 10).

Dari tabel diatas terlihat bahwa pendapatan total Desa Dolat Rayat

pendapatan terbesar dari luar hasil hutan adalah bersumber dari hasil wirausaha

tanaman hias yaitu sebesar Rp.73.600.000/Tahun atau sebesar 69.23%, tanaman hias

yang dimaksud disini adalah usaha tanaman hias yang sumber bibitnya diperoleh dari

hasil budidaya atau sumber bibitnya bukan berasal dari hutan. Besarnya pendapatan

responden dari sector ini karena sebagian besar responden adalah petani/pengusaha

(58)

Persentase pendapatan terbesar kedua di luar hasil hutan di Desa Dolat Rayat

adalah dari perkebunan Rp.22.500.000/Tahun atau sebesar 21.16%, karena pekerjaan

sampingan responden paling banyak adalah pemilik kebun.

Persentase terkecil yang memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat

desa Dolat Rayat adalah dari sektor pertanian dan gaji, masing-masing sebesar Rp.

5.000.000/Tahun dan 5.200.000/Tahun atau sebesar 4.70% dan 4.89%. Karena

sangat sedikit responden yang pekerjaan utamanya sebagai petani atau pegawai

swasta/negeri. Dan jika dijumlahkan dari seluruh sektor wirausaha tanaman hias,

perkebunan, dan gaji maka besar pendapatan seluruh responden di luar hasi hutan di

Desa Dolat Rayat adalah sebesar Rp.Rp.106.300.000.

Sedangkan pendapatan responden di luar hasil hutan di Desa Kuta Rayat

secara keseluruhan bersumber dari sektor pertanian, sebesar Rp.82.700.000/Tahun,

karena sumber pendapatan responden di luar hasil hutan di Desa Dolat Rayat hanya

bersumber dari sektor pertanian maka besar pendapatan responden di luar hasil hutan

di Desa ini adalah sebesarRp. 82.700.000.

Jika kita melihat secara keseluruhan di kedua desa penelitian maka

pendapatan terbesar responden bersumber dari sektor pertanian yaitu Rp.87.700.000

atau sebesar 46.40%. yang diperoleh dari penjumlahan antara pendapatan responden

dari sektor pertanian di Desa Dolat Rayat Rp.5.000.000 dengan pendapatan

(59)

Selanjutnya adalah dari sektor wirauasaha tanaman hias sebesar

Rp.73.600.000 atau sebesar 38.94%. pendapatan responden terbesar ketiga dari luar

hasil hutan adalah dari sektor perkebunan Rp.22.500.000 atau sebesar 11.90%. dan

pendapatan responden terkecil diluar hasil hutan adalah dari sektor gaji Rp.5.200.000

atau sebesar 2.75%. dan total pendapatan responden diluar hasil hutan di kedua desa

adalah sebesar Rp. 189.000.000 yang diperoleh dari penjumlahan pendapatan total

responden diluar hasil hutan di Desa Dolat Rayat dengan pendapatan total responden diluar

hasil hutan di Desa Kuta Rayat.

Jadi jika kita bandingkan persentasi pendapatan nilai ekonomi dari

pemanfaatan hasil hutan dengan pendapatan responden di luar hasil hutan di Desa

Dolat rayat adalah 46.46%. yang diperoleh dari perbandingan antara pendapatan total

dari dalam hutan dengan pendapatan total responden baik dari dalam hutan atau luar

hutan dikali seratus persen. sedangkan persentasi nilai ekonomi diluar hasil hutan

adalah 53.53%. maka jelas terlihat bahwa hasil pemanfaatan hasil hutan sangat

memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pendapatan ekonomi

masyarakat sekitar hutan. Perbandingan persentase perbandingan pendapatan dari

hasil hutan dan pendapatan dari luar hasil hutan dalam bentuk diagram hasilnya

(60)

Diagram 1. Persentase Pendapatan Masyarakat Desa Dolat Rayat

Dan untuk desa Kuta Rayat besarnya kontribusi nilai ekonomi hasil hutan

adalah sebesar 51.58% yang diperoleh dari perbandingan antara pendapatan total

dalam hutan dengan pendapatan total (pendapatan total dalam hutan ditambah

pendapatan total luar hutan) dikali seratus persen. Dan pendapatan diluar hasil hutan

adalah sebesar 48.51%.

Perbandingan persentase pendapatan hasil hutan terhadap pendapatan

masyarakat adalah 51.48% dan persentasi pendapatan diluar hasil hutan adalah

Gambar

Tabel Persentase Kontribusi Nilai Ekonomi Terhadap Tingkat Ketergantungan
Tabel 1. Jenis Hasil Hutan Yang Dimanfaatkan Masyarakat Dolat Rayat Dan Kuta Rayat Serta Persentase Kontribusi Nilai Ekonominya
Gambar 2a. Anggrek Bulan                 Gambar 2b. Kadaka
Gambar 2c. Tumbuhan Paku
+6

Referensi

Dokumen terkait

Seiring perkembangan jaman yang maju di tahun 1977-1978 terbentuk Radio Siaran Swasta Indonesia (RSSI), radio dipimpin oleh pusat dari situ radio berkembang pesat dengan metode

Siswa menghitung benda milik sendiri di sekolah yang banyaknya 1 sampai dengan 10 lalu menuliskan nama dan lambang bilangannya.. Siswa membentuk kelompok lalu saling

This paper investigates associations between evaluations of activity based costing (ABC) systems, contextual factors, and factors related to the ABC implementation process

Guru mengapresiasi jawaban siswa yang mau menjawab dengan meminta siswa tersebut untuk menunjukkan bagian tubuh sesuai dengan jawabannya.. Guru memancing siswa

There is no interaction between the presence or absence of a superior and a subordinate's culture (Anglo-American or Chinese) a€ect- ing the subordinate's propensity to

cinerea pada benih cabai memberikan pengaruh nyata terhadap peubah bibit muncul di lapangan dan bibit terserang, namun memberikan pengaruh tidak nyata pada peubah

trust (kepercayaan organisasi) memiliki hubungan positif dengan komitmen organisasi serta kinerja dari individu (Golembiewski &amp; McConkie, 1975) dalam.

Molekul air, lemak, dan gula dalam makanan akan menyerap energi dari gelombang mikro tersebut dalam sebuah proses yang disebut pemanasan dielektrik.. Kebanyakan molekul adalah dipol