• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP SWASTA P U T R I C A H A Y A M E D A N.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP SWASTA P U T R I C A H A Y A M E D A N."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI

MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP SWASTA P U T R I C A H A Y A M E D A N

Oleh :

Olyvia Desi Christy Turnip NIM. 4123111057

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Olyvia Desi Christy Turnip dilahirkan di Lubuk Pakam, 18 Desember

1993. Ibu bernama A. Sinaga dan Ayah J. Turnip, dan merupakan anak ketujuh

dari tujuh bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD RK Serdang Murni 1

Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis masuk SMP

Negeri 1 Lubuk Pakam menempuh pendidikan sampai Kelas VII dan pada tahun

2007 pindah ke SMP Swasta Putri Cahaya Medan di Kelas VIII sampai berhasil

lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis masuk SMA Swasta Katolik

Budi Murni 1 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis

diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

(4)

iii

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI

MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP SWASTA P U T R I C A H A Y A M E D A N

Olyvia Desi Christy Turnip (NIM 4123111057)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan representasi matematik di kelas VIII SMP Putri Cahaya Medan yang belum tertangani dengan baik akibatnya kemampuan representasi matematik siswa rendah. Oleh karena itu, guru harus menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga dapat mempermudah siswa meningkatkan kemampuan representasi matematiknya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengimplementasikan pendekatan pembelajaran Kontekstual. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa melalui implementasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada materi Relasi dan Fungsi di kelas VIII SMP Swasta Putri Cahaya Medan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 SMP Swasta Putri Cahaya Medan T.A 2016/2017 yang berjumlah 43 orang. Objek penelitian ini adalah kemampuan representasi matematik siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Kontekstual pada materi relasi dan fungsi. Berdasarkan analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan representasi matematik I diperoleh 22 siswa (51,16%) yang telah mencapai ketuntasan belajar (kategori kemampuan minimal sedang). Pada tindakan II mengalami peningkatan dimana untuk kemampuan representasi matematik II diperoleh 40 siswa (93,02%) telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya  70). Berdasarkan uraian-uraian di atas disimpulkan bahwa penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa pada materi relasi dan fungsi di kelas VIII-1 SMP Swasta Putri Cahaya Medan T.A 2016/2017.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

segala kasih dan kuasa-Nya yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada

penulis untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Implementasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas VIII SMP Swasta Putri Cahaya

Medan”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran yang membangun mulai dari penyusunan

proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Ibu

Erlinawaty Simanjuntak, S.Pd., M.Si, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana

penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan

penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku

Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua jurusan, sekertaris jurusan, dan ketua

program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu

Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah

membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Iriana

Sianipar selaku Kepala Sekolah SMP Swasta Putri Cahaya Medan dan Bapak

Joakin Sinaga, S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMP Swasta Putri

Cahaya khususnya kelas VIII-1, guru, staf/pegawai, dan siswa-siswi SMP Swasta

(6)

v

Teristimewa diucapkan terima kasih kepada Bapak J. Turnip dan (Alm.)

Ibu A. br Sinaga, R. Sihombing selaku Orang Tua, kakak Erika H. Turnip beserta

suami R. Siregar, kakak Dermawati Turnip beserta suami B. Girsang, kakak

Gandaria Turnip beserta suami S. Tanu, kakak Hellin F. Turnip beserta suami E.

F. Sihotang, kakak Verawati Turnip beserta suami B. Pasaribu dan abang Chandra

H.Turnip (Martua) yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan

dukungan secara moril maupun materil kepada penulis selama menjalani

pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini. Dan tak terlupakan pula terima

kasih kepada para keponakanku Vivin Y. Siregar, Mariana K. Siregar, Edwin A.

Siregar, Daud J. Siregar; Lora C. Girsang, Valentina Girsang, Hernandez B. I.

Girsang; Laura F. Tanu; Kris Arthur Sihotang, Yosef Bosscha Sihotang; Ivander

Pasaribu, Christabele Pasaribu, Della Vallerie Pasaribu yang menjadi

penyemangat bagi penulis.

Terima kasih kepada sahabat senasib dan seperjuangan Chenly Kasandra

Malau, Efriana, Novi Ryanti Siahaan, Indah Hartati Tamba yang selalu setia

menemani penulis selama penyusunan skripsi. Terima kasih kepada Yessica

(teman Maria Claudia Silalahi) yang meminjamkan celana bahannya di saat-saat

genting. Terima kasih kepada Jumedi Lumbantoruan dan Maria Claudia Silalahi

teman se-PS yang selalu mengingatkan dan menyemangati disaat malas melanda.

Terima kasih kepada duo kwek-kwek Veronica Rogate Hutapea dan Elisa Librana

Naibaho sahabat yang selalu mendukung dan yang selalu menemani di dalam

suka dan duka perkuliahan di Unimed tercinta. Terima kasih juga kepada sahabat

SMA-ku Triwani Sidebang dan Romartha Situmorang yang meski jarak

memisahkan tapi hati kami selalu menyatu dan yang selalu saling mendoakan

karena doa tulus kalian penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga

kepada Denny Tinambunan yang sudi meluangkan waktunya untuk berbagi cerita

dan sudi menjadi editor gratisan bagi penyelesaian skripsi penulis. Terima kasih

rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK A 2012,

kelas tergokil, dan teman-teman yang lain yang telah banyak membantu penulis

selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini. Untuk yang tidak dapat

disebutkan jangan pada marah ya.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini

(7)

vi

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

dalam usaha meningkatkan pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan, Agustus 2016

Penulis,

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 10

1.3Batasan Masalah 11

1.4Rumusan Masalah 11

1.5Tujuan Penelitian 11

1.6 Manfaat Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

2.1 Kemampuan Representasi Matematik 13

2.2 Pembelajaran Matematika 18

2.3 Pendekatan Pembelajaran 19

2.4 Pembelajaran Kontekstual 19

2.4.1 Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual 20

2.4.2 Strategi Pembelajaran Kontekstual 27

2.4.3 Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika 28 2.4.4 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 29 2.4.5 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual 30 2.5 Teori yang Relevan dengan Pendekatan Kontekstual 31

2.6 Materi Relasi dan Fungsi 34

2.6.1 Relasi 34

2.6.1.1Pengertian Relasi 34

2.6.1.2Menyatakan Relasi 34

2.6.2 Fungsi 34

2.6.2.1Pengertian Fungsi 34

(9)

viii

2.6.2.3Menentukan Rumus Fungsi Jika Nilainya Diketahui 35

2.7 Penelitian yang Relevan 35

2.8 Kerangka Konseptual 36

2.9 Hipotesis Tindakan 38

BAB III METODE PENELITIAN 39

3.1. Jenis Penelitian 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 39

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 39

3.3.1.Subjek Penelitian 39

3.3.2.Objek Penelitian 39

3.4. Instrumen Penelitian 40

3.4.1.Tes kemampuan Representasi Matematik 40

3.4.2.Lembar Observasi Kegiatan Siswa 40

3.4.3.Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual 40

3.5. Prosedur Penelitian 41

3.6.1 Siklus I 42

3.6.2 Siklus II 45

3.6.Teknik Analisis Data 46

3.6.1.Analisis Data Tes Kemampuan Representasi Matematik 46

3.6.2.Analisis Data Observasi 47

3.7. Indikator Keberhasilan 48

3.8. Definisi Operasional 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50

4.1.Hasil Penelitian 50

4.1.1. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 50

4.1.1.1. Permasalahan I 50

4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I (Perencanaan Tindakan I) 51

4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 52

4.1.1.4. Observasi I 54

4.1.1.5. Analisis Data I 59

4.1.1.6. Refleksi I 62

4.1.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 65

4.1.2.1. Permasalahn II 65

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II (Perencanaan Tindakan II) 66

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 67

(10)

ix

4.1.2.5. Analisis Data II 73

4.1.2.6. Refleksi II 75

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 78

4.3. Keterbatasan Penelitian 81

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 82

5.1. Kesimpulan 82

5.2.Saran 83

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Hasil Representasi Soal Siswa 6

Gambar 2.1 Diagram Panah f : x y 34

Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4.1 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I 57

Gambar 4.2 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I 59

Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Representasi Matematik Klasikal Siklus I 62

Gambar 4.4 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II 71

Gambar 4.5 Grafik Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II 72

Gambar 4.6 Tingkat Kemampuan Representasi Matematik Klasikal Siklus II 75

Gambar 4.7 Nilai Rata-Rata Kelas Tes Kemampuan Representasi Matematik 79

Gambar 4.8 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa ditinjau dari Tes

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Operasional Representasi Matematik 16

Tabel 2.2 Sintaks Pendekatan Kontekstual 25

Tabel 3.1 Kriteria Kemampuan Representasi Matematik 46

Tabel 3.2 Kriteria Hasil Pengamatan Pada Pertemuan ke-i 47

Tabel 3.3 Interpretasi Kegiatan Siswa dan Kemampuan Guru 47

Tabel 3.4 Kriteria dan Target Keberhasilan 48

Tabel 4.1 Data Kemampuan Representasi Siswa pada Tes diagnostik 50

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I 55

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I 57

Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Representasi Visual 60

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Representasi Ekspresi Matematik Siswa 61

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Representasi Verbal Siswa 61

Tabel 4.7 Hasil Pelaksanaan Siklus I 64

Tabel 4.8 Refleksi Tindakan Pada Siklus I 64

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II 69

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II 71

Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Representasi Visual 73

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Representasi Ekspresi Matematik Siswa 74

Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Representasi Verbal Siswa 74

Tabel 4.14 Hasil Pelaksanaan Siklus II 77

Tabel 4.15 Refleksi Tindakan Pada Siklus I 77

Tabel 4.16 Peningkatan Kemampuan Representasi Matematik Siswa dari

(13)
(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 86

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I 91

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Siklus II 96

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV Siklus II 100

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 104

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I 107

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III Siklus II 111

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV Siklus II 113

Lampiran 9 Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 114

Lampiran 10 Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I 117

Lampiran 11 Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa III Siklus II 120

Lampiran 12 Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa IV Siklus II 122

Lampiran 13 Kisi-kisi Tes Diagnostik Kemampuan Representasi

Matematik Siswa 124

Lampiran 14 Tes Diagnostik Kemampuan Representasi Matematik 125

Lampiran 15 Alternatif Jawaban Tes Diagnostik 127

Lampiran 16 Lembar Validitas Soal Tes Diagnostik 130

Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Representasi Matematik I Siklus I 131

Lampiran 18 Tes Kemampuan Representasi Matematik Siklus 1 132

Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Representasi Matematik I

Siklus I 134

Lampiran 20 Validitas Tes Kemampuan Representasi Matematik I 138

Lampiran 21 Kisi-kisi Tes Kemampuan Representasi Matematik II Siklus II 139

Lampiran 22 Tes Kemampuan Representasi Matematik II Siklus II 140

Lampiran 23 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Representasi Matematik II

Siklus II 141

(15)

Lampiran 25a Lembar Observasi Kegiatan Guru I Siklus I 144

Lampiran 25b Lembar Observasi Kegiatan Guru II Siklus I 147

Lampiran 25c Rekapitulasi Observasi Kegiatan Guru Siklus I 150

Lampiran 26a Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa I Siklus I 152

Lampiran 26b Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa II Siklus I 154

Lampiran 26c Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 156

Lampiran 27a Lembar Observasi Kegiatan Guru III Siklus II 157

Lampiran 27b Lembar Observasi Kegiatan Guru IV Siklus II 160

Lampiran 27c Rekapitulasi Observasi Kegiatan Guru Siklus II 163

Lampiran 28a Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa III Siklus II 165

Lampiran 28b Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa IV Siklus II 167

Lampiran 28c Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 169

Lmpiran 29 Skor Kmampuan Representasi Matematik Siswa Setiap Siklus 170

Lampiran 30 Analisis Hasil Tes Diagnostik 171

Lampiran 30a Analisis Hasil Tes Diagnostik Per Indikator 173

Lampiran 31 Analisis Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematik I 177

Lampiran 31a Analisis Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematik I

Per Indikator 179

Lampiran 32 Analisis Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematik II 183

Lampiran 32a Analisis Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematik II

Per Indikator 185

Lampiran 33 Ketuntasan Belajar Kemampuan Representasi Matematik Siswa

Kelas VIII-1 189

Lampiran 34 Peningkatan Hasil Tes kemampuan Representasi Matematik

Di Tiap Siklus 191

Lampiran 35 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Representasi

Matematik Siswa 192

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Di dalam dunia yang terus berubah dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) yang pesat, manusia dituntut memiliki kemampuan

berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan bekerja sama

yang efektif. Manusia yang mempunyai kemampuan-kemampuan seperti itu akan

dapat memanfaatkan berbagai macam informasi yang datang dari berbagai sumber

dan tempat di dunia, dapat diolah dan dipilih untuk mengembangkan bakat dan

minatnya.

Salah satu mata pelajaran yang membekali siswa untuk mengembangkan

kemampuan-kemampuan tersebut adalah matematika. Mereka yang memahami

dan dapat mengerjakan matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang

lebih banyak dalam menentukan masa depannya. Kemampuan dalam matematika

akan membuka pintu untuk masa depan yang produktif. Lemah dalam matematika

membiarkan pintu tersebut tertutup. Semua siswa harus memiliki kesempatan dan

dukungan yang diperlukan untuk belajar matematika secara mendalam dan dengan

pemahaman (NCTM, 2000).

Hudojo (2005:37) mengemukakan bahwa:

“Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan

sehari-hari maupun dalam menghadapi IPTEK sehingga matematika perlu

dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan TK.”

Di sisi lain ada pandangan bahwa matematika itu bidang studi yang

paling sulit. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2012 : 202) bahwa:

(17)

2

menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai”.

Sehingga pembelajaran matematika akan lebih bermanfaat dan relevan

jika sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Di dalam Lampiran Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2006 tentang

Standar Isi (Wijaya, 2011:16), disebutkan bahwa pembelajaran matematika

bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien

dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sasaran pembelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan di

antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir matematis.

Menurut National Council of Teacher of Mathematics 2000 (Yuniawatika,

2011:106) menetapkan bahwa terdapat 5 keterampilan proses yang perlu dimiliki

siswa melalui pembelajaran matematika yang tercakup dalam standar proses,

yaitu: (1) Pemecahan masalah (problem solving); (2) Penalaran dan pembuktian

(reasoning and proof); (3) Komunikasi (communication); (4) Koneksi

(connection); dan (5) Representasi (representation). Keterampilan-keterampilan

(18)

3

mathematical thinking) yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran

matematika.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan representasi

matematik siswa yang selama ini dianggap hanya merupakan sebagian kecil dari

sasaran pembelajaran dan tersebar dalam berbagai bahan ajar yang ternyata

dipandang sebagai suatu proses yang fundamental untuk mengembangkan

kemampuan berpikir matematis siswa dan sejajar dengan

kemampuan-kemampuan lainnya.

Pencantuman representasi sebagai komponen standar proses dalam

NCTM (2000) cukup beralasan karena untuk berpikir matematis dan

mengkomunikasikan ide-ide matematika, seseorang perlu mempresentasikannya

dalam berbagai cara. Pernyataan ini sejalan dengan Sumarno (Yuniawatika,

2011:108) yang menyatakan bahwa dalam belajar matematika siswa dituntut

memahami kaitan antara ide-ide matematik dan antar matematik dan bidang studi

lainnya. Jika siswa sudah mampu mengaitkan antara beberapa ide matematik,

maka siswa akan memahami setiap materi matematika dengan lebih dalam dan

baik. Dengan demikian maka siswa akan menyadari bahwa matematika

merupakan disiplin ilmu yang saling berhubungan dan berkaitan (connected),

bukan sebagai sekumpulan materi yang terpisah-pisah.

Menurut Jones (Hudiono, 2010), terdapat beberapa alasan perlunya

representasi, yaitu: memberi kelancaran siswa dalam membangun suatu konsep

dan berpikir matematik serta untuk memiliki kemampuan dan pemahaman konsep

yang kuat dan fleksibel yang dibangun oleh guru melalui representasi matematik.

Wahyudin (2008) juga menambahkan bahwa representasi bisa membantu para

siswa untuk mengatur pemikirannya.

Pemahaman matematika melalui representasi adalah dengan mendorong

siswa menemukan dan membuat suatu representasi sebagai alat atau cara berpikir

dalam mengkomunikasikan gagasan matematika dari abstrak menuju konkrit.

Representasi matematik melibatkan cara yang digunakan siswa untuk

mengkomunikasikan bagaimana mereka menentukan jawabannya sebagaimana

(19)

4

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa representasi adalah

kemampuan siswa mengkomunikasikan ide/gagasan matematika yang dipelajari

dengan cara tertentu dalam memahami suatu konsep. Ragam representasi yang

sering digunakan dalam mengkomunikasikan ide-ide matematis antara lain :

diagram (gambar) atau sajian benda konkrit, tabel chart, pernyataan matematik,

teks tertulis, ataupun kombinasi dari semuanya.

Meskipun representasi telah dinyatakan sebagai salah satu standar proses

dalam kurikulum 2006 yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran

matematika, pelaksanaannya bukan hal yang sederhana. Kenyataannya

menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran matematika saat ini lebih

menekankan kepada ketercapaian tujuan yang bersifat material berupa

kemampuan siswa meyelesaikan soal-soal ujian dan hasil belajar siswa, sehingga

sadar atau tidak mengesampingkan tujuan belajar matematika.

Sebagai contoh peneliti mengadakan tes studi pendahuluan ke siswa

kelas VIII-1 SMP Putri Cahaya Medan dengan alasan siswa telah mempelajari

materi dari tes studi yang diadakan. Tes yang diberikan berupa tes diagnostik

yang berbentuk uraian untuk melihat kemampuan representasi matematik siswa.

Berikut adalah soal kemampuan representasi matematik yang diberikan kepada

siswa.

Perhatikan Peta Kepulauan Indonesia di bawah ini!

(20)

5

Periksalah dan tentukanlah apakah pernyataan berikut ini benar atau salah dengan cara mendaftarkannya menjadi anggota himpunan yang benar dan yang salah!

a. Jakarta M g. D. I. Yogyakarta M b. Kalimantan Timur M h. Bali M

c. Jawa Timur M i. Jayapura M d. Banjarmasin M j. Palembang M e. Timor Timur M k. Banda Aceh M f. Ujung Pandang M l. Maluku M

Hasil yang diperoleh dari tes tersebut sangat diluar harapan. Dari 43

siswa hanya 7 orang atau 16,28% dari jumlah siswa yang mampu

merepresentasikannya dengan benar walaupun sebenarnya masih ada

kesalahan-kesalahan kecil, 36 orang atau 83,72 % kurang mampu merepresentasikannya

dengan benar. Bahkan, beberapa siswa tidak mampu membuat representasinya

sendiri walaupun salah, ia hanya menulis jawaban dari temannya.

Berikut beberapa contoh bentuk representasi siswa dari permasalahan di

atas :

(21)

6

(b)

(c)

Gambar 1.1 Hasil Representasi Jawaban Siswa

Pada gambar 1.1(a), siswa tidak mampu merepresentasikan soal dengan

baik. Juga tidak mampu menyelesaikan soal menggunakan notasi matematika

(22)

7

ditulisnya. Hal ini terjadi karena kurang memahami apa maksud dari soal

sehingga tidak mampu memecahkan masalah untuk selanjutnya didaftarkan ke

dalam himpunan yang benar dan salah.

Siswa yang kedua (gambar 1.1(b)) sudah lebih memahami maksud dari

soal dibandingkan dengan siswa pertama. Hanya saja siswa ini salah

menggunakan notasi himpunan sehingga membuat penafsiran yang salah terhadap

hasil pengerjaannya serta tidak menuliskan proses jawaban yang sistematik..

Berbeda dengan siswa yang kedua, siswa yang ketiga jauh lebih baik

dalam merepresentasikan maksud dari soal seperti yang terlihat dari gambar

1.1(d). Walaupun tidak menggunakan notasi nama himpunan yang benar

(seharusnya cukup menulis nama himpunan dengan huruf kapital sebagai

pemisalannya), siswa ketiga ini sudah benar merepresentasikan maksud soal dan

menyelesaikannya dengan proses jawaban yang benar dan lengkap.

Dari uraian hasil tes di atas, penyebab rendahnya kemampuan

representasi matematik siswa dapat terjadi karena siswa tidak memahami materi

pelajaran secara mendalam. Jika dibiarkan, hal ini akan memberikan peluang

siswa tidak menyenangi mata pelajaran matematika. Pendapat tersebut sejalan

dengan hasil penelitian Nurafshar (Mudzakir, 2006: 4) yang menggungkapkan

bahwa lebih dari 50% siswa tidak menyerap dasar materi selama kegiatan

pembelajaran berlangsung, sekitar 40% siswa tidak peduli dengan matematika dan

menganggap matematika tidak menyenangkan.

Salah satu indikasi rendahnya kemampuan representasi matematik siswa

yaitu berdasarkan hasil penelitian Hutagaol (2007) yang menyatakan bahwa

terdapat permasalahan dalam penyampaian materi pembelajaran matematika,

yaitu kurang berkembangnya daya representasi siswa, khususnya pada siswa

SMP, siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk menghadirkan representasinya

sendiri tetapi harus mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh gurunya.

Kemudian, hasil studi Hudiono (2005) menunjukkan bahwa terjadinya kelemahan

representasi siswa seperti tabel, gambar, model disampaikan kepada siswa hanya

(23)

8

McCoy, Baker dan Little (Hutagaol, 2007:3) mengemukakan bahwa cara

terbaik membantu siswa memahami matematika melalui representasi adalah

dengan mendorong mereka untuk menemukan atau membuat representasi sebagai

alat berpikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematika. Rusefendi

(Hutagaol, 2007: 3) mengemukakan bahwa salah satu peran penting dalam

matematika adalah memahami objek langsung matematika yang bersifat abstrak

seperti: fakta, konsep, prinsip dan skill. Untuk mencapainya diperlukan sajian

benda-benda konkret untuk membantu memahami ide-ide matematik yang bersifat

abstrak tersebut. Sehingga dalam pembelajarannya diperlukan kemampuan

representasi yang baik. Peran sajian benda konkret terbatas hanya sebagai alat

bantu pemahaman, dan jika ide yang dipelajari telah dipahami, sajian benda

konkret tersebut tidak diperlukan lagi.

Hal lain yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan representasi

matematik siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran guru selama ini. Hal

ini dikarenakan guru terbiasa melaksanakan pembelajaran secara konvensional.

Menurut Turmudi (2008), proses pembelajaran yang disampaikan selama ini

menggunakan sistem transmission of knowledge. Selama ini siswa hanya duduk

diam sambil mendengarkan penjelasan dari gurunya kemudian mencatat kembali

apa yang dicatat oleh guru di depan kelas atau papan tulis selanjutnya

mengerjakan soal latihan yang soal dan penyelesaiannya tidak berbeda jauh

dengan apa yang dicontohkan oleh guru di depan kelas. Hal ini membuat kelas

hanya terjadi interaksi satu arah. Begitu pula dengan pengetahuan yang dimiliki

oleh siswa hanya terbatas pada apa yang telah diajarkan oleh guru saja. Jadi guru

hanya berusaha memindahkan atau mengkopikan pengetahuan yang ia miliki

kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima

pelajaran dari guru, bahkan merasa bosan sehingga siswa merasa sulit untuk

memahami dan kurang menaruh minat. Siswa juga tidak terbiasa

merepresentasikan kemampuannya sehingga ketika harus menghadapi tes dengan

soal yang bervariasi, siswa mengalami kesulitan dan memperoleh hasil yang

(24)

9

Sabandar dkk (Hutagaol, 2007: 5) mengemukakan bahwa untuk

meningkatkan kemampuan representasi matematik, bisa dilakukan guru melalui

proses penemuan kembali dengan menggunakan konsep matematisasi horizontal

dan vertikal. Konsep matematisasi horizontal berupa pengidentifikasian,

pemvisualisasian masalah melalui sketsa atau gambar yang dikenal siswa.

Sedangkan konsep matematisasi vertikal berupa representasi hubungan-hubungan

dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan

model-model yang berbeda dan penggeneralisasian.

Berdasarkan uraian tersebut diambil kesimpulan bahwa proses

pembelajaran matematika masih menggunakan pendekatan satu arah dari guru ke

siswa sehingga siswa hanya diam mendengarkan tanpa memperhatikan siswa

mengerti atau paham dengan apa yang disampaikan oleh guru. Apalagi

menyangkut kemampuan representasi matematik guru jarang mengaitkan materi

pelajaran dengan masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa. Walaupun

siswa sudah mempelajari konsep suatu materi pembelajaran, tetapi siswa masih

mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan

persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Melihat

fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang

bermakna, yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata

dan melibatkan peran siswa secara aktif. Karena pembelajaran bermakna

membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.

Jaenudin (2008) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi konsep

matematika yang sedang dipelajari melalui proses inquiri. Selama proses inquiri,

siswa belajar bersama kelompok yang diharapkan akan terjadi sharing

pengetahuan. Siswa dapat bertanya kepada guru, teman sekelompok, bahkan ke

kelompok yang lainnya. Selain itu, siswa bisa melihat model yang tersedia, baik

yang diberikan oleh guru ataupun model yang tersedia di alam sekitar.

Pengetahuan siswa yang diperoleh melalui learning community tersebut kemudian

(25)

10

semakin termotivasi. Sehingga pembelajaran yang cocok dengan uraian di atas

adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Trianto (2011 : 107) mengatakan bahwa :

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. . .”

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan

mengalami apa yang sedang diajarkan dan mengacu pada masalah-masalah

dunia nyata berhubungan dengan peran dan tangung jawab mereka sebagai

anggota keluarga, warga negara , siswa dan tenaga kerja. Pendekatan CTL

memiliki tujuh komponen utama yaitu: (1) kontruktivisme (contructivism), (2)

menemukan (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar

(learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan

(7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).

Melihat besarnya kontribusi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran,

dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan salah

satu alternatif pembelajaran inovatif yang berpeluang dalam mempengaruhi

kemampuan representasi matematik siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Implementasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas VIII SMP Swasta Putri Cahaya Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Siswa mengganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan

tidak menyenangkan.

2. Siswa sulit untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan

(26)

11

3. Kemampuan matematika siswa masih sangat rendah, seperti kemampuan

representasi matematik tertulis khususnya pada siswa kelas VIII-1 SMP

Swasta Putri Cahaya Medan.

4. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa untuk aktif dalam

menyelesaikan ide-ide/gagasannya sendiri.

5. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran masih

kurang optimal.

6. Belum adanya penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual terkhusus

untuk meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa.

1.3. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka

perlu adanya batasan masalah demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada

penelitian ini masalah dibatasi pada penerapan pendekatan pembelajaran

kontekstual terhadap kemampuan representasi matematik siswa khususnya pada

materi Relasi dan Fungsi.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap

peningkatan kemampuan representasi matematik siswa?

2. Bagaimana ketuntasan belajar matematika siswa melalui pendekatan

pembelajaran kontekstual?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan pembelajaran

kontekstual serta mengetahui tingkat ketuntasan belajar matematik siswa melalui

(27)

12

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diperoleh manfaat

penelitian sebagai berikut :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model

pengajaran sehingga dapat membantu siswa dalam membangun

representasi sendiri.

2. Bagi siswa, melalui pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual

teaching and learning) ini dapat membantu siswa dalam membangun

representasinya.

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan

bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga

pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin

(28)

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada Bab IV

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan kemampuan

representasi matematik siswa pada materi Relasi dan Fungsi di kelas VIII-1

SMP Swasta Putri Cahaya Medan. Hal ini diketahui berdasarkan hasil tes

yang diberikan, dimana pada siklus I terdapat 22 orang (51,16 %) siswa yang

sesuai dengan KKM (≥ 70) memiliki tingkat kemampuan representasi

matematik berada dalam kategori minimal “sedang” dengan nilai rata-rata

kelas sebesar 65,35 dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan 40

orang atau 93.02% memiliki tingkat kemampuan representasi matematik

berada dalam kategori minimal “sedang” dengan nilai rata-rata kelas menjadi

87,56. Bila dilihat dari nilai rata-rata kelas per-indikator peningkatan yang

mendominasi peningkatan indikator lainnya pada kemampuan representasi

matematik adalah indikator “representasi visual” yang mengalami

peningkatan sebesar 29,94. Sedangkan bila dilihat dari peningkatan jumlah

siswa yang tuntas pada kategori sangat tinggi maka indikator yang

mendominasi adalah indikator “representasi verbal” mengalami peningkatan

sebesar 22,09 pada nilai rata-ratanya dan meningkat dari tidak ada satupun

yang tuntas pada kategori sangat tinggi menjadi 38 orang yang tuntas pada

kategori sangat tinggi. Sedangkan selama proses observasi ditemukan

peningkatan perubahan yang menonjol ke arah yang lebih baik dimana guru

(peneliti) mampu menguasai kelas dengan baik. Dan peningkatan yang paling

menonjol adalah siswa jauh lebih kondusif dan aktif dan hasilnya terlihat di

akhir penelitian peneliti.

2. Ketuntasan belajar siswa dalam kategori baik dilihat dari hasil tes

kemampuan representasi matematik pada siklus I yaitu 22 orang siswa

(29)

83

dan telah mencapai ketuntasan klasikal sebesar 80%. Hal ini menunjukkan

bahwa ketuntasan belajar siswa sudah melebihi target yaitu 80% sehingga

dapat dikategorikan bahwa ketuntasannya adalah baik.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran

matematika disarankan untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan

Pendekatan Kontekstual yang mengaitkan masalah-masalah nyata di

lingkungan sekitar siswa sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan representasi matematik yang mengutamakan pemahaman

makna nyata.

2. Dalam menyusun instrumen disarankan kepada guru hendaknya

memperhatikan bahwa di dalam satu kelas terdapat siswa pintar yang

biasanya cenderung lebih mengutamakan kecepatan memperoleh hasil

daripada proses penyelesian masalah. Sehingga disarankan agar lebih

proaktif menarik perhatian dan memotivasi siswa agar mampu melakukan

(30)

84

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmani, J. M. (2011). Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Laksana.

Batubara, I. (2014). Perbedaan Kemampuan Representasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dengan Pendekatan Ekspositori Di SMP Negeri Takengon. Tesis Program Pascasarjana UNIMED Medan.

FMIPA Unimed. (2010). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Medan. Medan: Unimed.

Hudiono, B. (2010). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi terhadap Pengembangan Kemampuan Matematika dan Daya Representasi pada Siswa SLTP. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 8 No. 2: 101-203.

[Online]. Tersedia di

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/156.

Hudojo. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hutagaol, K. (2007). Pembelajaran Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2013). Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1,

Februari 2013. [Online]. Tersedia di

e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/27/26

Jaenudin. (2008). Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP. [Online]. Tersedia di

http://sydney19.files.wordpress.com/2010/04/pengaruh-pendekatan-kontekstual-terhadap-kemampuan-representasi-matematik-beragam.pdf. [Diakses 11-12-2015]

(31)

85

Nuharini, D. dan Wahyuni, T. (2008). BSE Matematika dan Aplikasinya 2 Kelas VIII Untuk SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.

Permendikbud. (2014). Salinan Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta : Depdiknas

Cahdriyana, R. A, dkk. (2014). Representasi Matematis Siswa Kelas VII di SMP N 9 Yogyakarta Dalam Membangun Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.2, No.6,

hal 632-642, Agustus 2014. [Online]. Tersedia di

http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Sagala, S. (2009). Konsep & Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Sinaga, S. (2014). Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas IX SMP Negeri 18 Medan Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi UNIMED Medan.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Surabaya: Kencana.

Wardani, F.K. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Dengan Penerapan Strategi Pembelajaran TTW (Think- Talk- Write) Pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan T.A 2013/2014. Skripsi. Medan: UNIMED.

Wijaya, A. (2011). PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yuniawatika. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar Kota Cimahi). Jurnal UPI Edisi Khusus, No. 2, Agustus 2011. [Online]. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/12-Yuniawatika-EDIT.pdf [Diakses 11-12-2015]

Ziswan, D. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013 Melalui Workshop pada SMK N 4 Kota Jambi. Tesis. Medan: PPS UNIMED.

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Representasi Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Adunair, 2007). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan

(6) Perwilayahan/Zonasi pembangunan KPK yang berwujud Daya Tarik Wisata Budaya yang bersifat tidak berwujud ( itangible ) yang berbasis potensi keanekaragaman dan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penetapan

Menurut Darminto (2010) kinerja keuangan juga merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki yang dapat.. Kinerja

Penyimpanan buah jambu biji tanpa perlakuan khusus hanya dapat bertahan sampai 4 hari saja sehingga diperlukan proses penyimpanan cara lain yaitu penyimpanan buah jambu biji

Penelitian ini menerapkan metode deskriptif. Pengwnpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari tes dan angket. Dengan melalui tes terhadap siswa

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

Lakmi Hartayanie, MP selaku dosen pembimbing I, yang mulai dari awal pencarian topik penelitian hingga terselesaikannya laporan Skripsi ini, telah banyak meluangkan waktu,