• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DI, PABRIK GULA TJOEKIR PTPN X, JOMBANG,

JAWA TIMUR;

STUDI KASUS PENGARUH BONGKAR

RATOON

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU

WAHYU ASIH WIJAYANTI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

WAHYU ASIH WIJAYANTI. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.) di, Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi

Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu.

Dibimbing oleh PURWONO.

Penurunan produksi gula sejak deregulasi industri gula tahun 1992 (Undang-Undang Budidaya Tanaman) dan dipertajam sejak 1998 (demonopolisasi Bulog) perlu dicegah dengan meningkatkan daya saing industri gula. Pemerintah bersama industri gula mulai tahun 2002 melaksanakan program akselerasi peningkatan produktivitas gula nasional.

Peningkatan produktivitas tebu dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan bongkar ratoon, yaitu membongkar tunggul-tunggul bekas tanaman keprasan diganti dengan bibit baru, dan peningkatan kualitas bibit dengan penggunaan varietas unggul baru, sehingga dapat meningkatkan rendemen. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan rendemen mempunyai keunggulan tertentu yaitu tidak diperlukannya peningkatan kapasitas giling dan tidak diperlukannya peningkatan biaya tebang angkut serta dapat mengurangi biaya prosesing gula tiap kilogram gula.

Pada prinsipnya peningkatan rendemen dilaksanakan dengan cara meningkatkan gula yang dapat diperoleh pada tebu. Secara konvensional untuk meningkatkan gula yang dapat diperah dilaksanakan melalui penataan varietas, penyediaan bibit sehat dan murni, optimalisasi waktu tanam, pengaturan kebutuhan air, pemupukan berimbang, pengendalian organisme pengganggu, penentuan awal giling yang tepat, penentuan kebun tebu yang ditebang dengan menggunakan analisa kemasakan, penebangan tebu secara bersih dan pengangkutan tebu secara cepat. Untuk mengurangi kehilangan gula selama proses di pabrik maka diperlukan optimasi kapasitas giling dan menjaga kelancaran giling dan mengurangi kehilangan gula di stasiun gilingan dan pengolahan.

Kata Kunci : Bongkar ratoon, peningkatan produktivitas, rendemen, varietas unggul

(3)

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (

Saccharum officinarum

L.)

DI, PABRIK GULA TJOEKIR PTPN X, JOMBANG,

JAWA TIMUR;

STUDI KASUS PENGARUH BONGKAR

RATOON

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU

WAHYU ASIH WIJAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura `

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi

:

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

Nama Mahasiswa : Wahyu Asih Wijayanti NIM : A34101064

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Purwono, MS NIP. 131 224 018

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie. Magr NIP. 131 124 019

(5)

Tanggal lulus :...

iv

RIWAYAT HIDUP

Tempat dan tanggal lahir : Pekalongan, 2 Februari 1983 Nama orang tua

Nama Ayah : Subarkah Nama Ibu : Urisih Pendidikan SMU

Nama Sekolah : SMU 1 Pekalongan Tahun masuk : 1998

Tahun lulus : 2001 Riwayat studi di IPB

(6)

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya,

sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan yang berjudul : Pengelolaan

Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PTPN X PG Tjoekir PTPN

X, Jombang, Jawa Timur ; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap

Peningkatan Produktivitas Tebu. Judul ini dipilih karena berhubungan dengan program peningkatan produktivitas tebu melalui kegiatan bongkar ratoon yang sudah dicanangkan sejak tahun 2002 oleh Menteri Pertanian Bungaran Saragih. Program ini mulai di realisasikan pada tahun 2003 telah menunjukkan perkembangan yang positif.

Program ini hanya dilaksanakan di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Barat. Salah satu perkebunan tebu yang menjalankan program tersebut adalah perkebunan di Pabrik Gula (PG) Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur.

Melalui kegiatan magang yang telah dilakukan, didapatkan data perkembangan program bongkar ratoon yang dilaksanakan di PG Tjoekir, terutama dalam hal peningkatan produktivitas hasil dari bibit baru yang ditanam pasca pembongkaran ratoon. Metode yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data primer yang terdapat pada lembaga penelitian dan pengembangan di perusahaan bersangkutan kemudian dianalisis untuk setiap variabel peningkatannya. Data tanaman hasil bongkar ratoon dibandingkan

dengan tanaman pertama (Plant Cane) murni dan keprasannya.

Ucapan terimakasih kepada Bapak Ir, Purwono, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan banyak memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Kemudian kepada Bapak Ade Wachjar dan Ibu Heni Purnamawati selaku dosen penguji skripsi, kami mengucapkan terimakasih atas koreksi yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Bogor, Juli 2008

Penulis

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ………... vii

Daftar Gambar ……… viii

Daftar Lampiran ………. ix

PENDAHULUAN ………. 1

Latar Belakang ...……… 1

Tujuan ……… 2

TINJAUAN PUSTAKA ....……… 3

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu ……….………... 3

Ekologi Tanaman Tebu ………... 4

Tanaman Keprasan ………. 4

METODOLOGI ……… 6

Waktu dan Tempat ………. 6

Metode Pelaksanaan ………... 6

KONDISI UMUM PERUSAHAAN ………. 9

Sejarah Pabrik Gula Tjoekir Jombang ………... 9

Lokasi Pabrik ………... 10

Luas Areal, Tataguna Lahan dan Wilayah Kerja ….………... 11

Keadaan Tanah Dan Iklim ………... 11

Keadaan Tanaman Dan Perkembangan Produksi ………... 12

Keragaan Pabrik ………... 13

Struktur Organisasi dan Kepegawaian ………... 14

Susunan Personalia ……… 16

(8)

Pengolahan Lahan ………... 17

Penyaluran dan Pencairan Dana Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon 52

Pelaksanaan Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon ..………... 53

Konsepsi Penggantian Varietas ... 53

Pembahasan Penggunaan Varietas Baru ... 54

Teknik Pelaksanaan Bongkar Ratoon ... 56

Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di Kebun TRIS ... 60

Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di Kebun TRIT ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 66

(9)

Lampiran ... 68

viii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Data Produktivitas Tebu Indonesia 2006 – 2007 ... 1

Tabel 2 Baku Sawah dan Potensi Wilayah PG Tjoekir ... 11

Tabel 3 Data Varietas Tebu Giling di PG Tjoekir ... 12

Tabel 4 Data Produktivitas Tebu Giling Masa Tanam 2004 – 2005 ... 13

Tabel 5 Data Kinerja Pabrik ... 14

Tabel 6 Jumlah Karyawan PG Tjoekir ... 15

Tabel 7 Jadwal pelaksanaan Pembangunan Kebun Bibit ... 20

Tabel 8 Jumlah Pupuk ZA di Daerah yang Terjamin dan Kurang Terjamin Airnya ... 24

Tabel 9 Gulma Dominan di Pertanaman Tebu Wilayah Kerja PG Tjoekir 2004 – 2005 ... 25

Tabel 10 Dosis Pupuk Untuk TRIT Tanaman Pertama ... 31

Tabel 11 Jumlah Pupuk untuk Tanaman Keprasan Berdasarkan Jenis Tanah ... 34

Tabel 12 Dosis Pupuk untuk Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan ... 35

Tabel 13 Jumlah Batang per Juring pada Empat Varietas Tebu ... 54

Tabel 14 Tinggi Batang pada Empat Varietas Tebu ... 55

Tabel 15 Bobot Batang per Meter pada Empat Varietas ... 55

Tabel 16 Rendemen Empat Varietas ... 56

Tabel 17 Komposisi Menurut Waktu Penanaman Kembali yang Dianjurkan ... 58

Tabel 18 Dosis Pemupukan pada Penanaman Tebu ... 59

(10)

Tabel 21 Bobot Batang per Meter pada PC Murni (PCM), Bongkar

ix Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS ... 62 Tabel 22 Randemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan

Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS ... 62 Tabel 23 Jumlah Batang per Juring pada PC Murni (PCM), Bongkar

Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT ... 63 Tabel 24 Tinggi Batang pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR)

dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT ... 63 Tabel 25 Bobot Batang per Meter pada PC Murni (PCM), Bongkar

Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT ... 64 Tabel 26 Randemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan

(11)

DI, PABRIK GULA TJOEKIR PTPN X, JOMBANG,

JAWA TIMUR;

STUDI KASUS PENGARUH BONGKAR

RATOON

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU

WAHYU ASIH WIJAYANTI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

WAHYU ASIH WIJAYANTI. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.) di, Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi

Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu.

Dibimbing oleh PURWONO.

Penurunan produksi gula sejak deregulasi industri gula tahun 1992 (Undang-Undang Budidaya Tanaman) dan dipertajam sejak 1998 (demonopolisasi Bulog) perlu dicegah dengan meningkatkan daya saing industri gula. Pemerintah bersama industri gula mulai tahun 2002 melaksanakan program akselerasi peningkatan produktivitas gula nasional.

Peningkatan produktivitas tebu dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan bongkar ratoon, yaitu membongkar tunggul-tunggul bekas tanaman keprasan diganti dengan bibit baru, dan peningkatan kualitas bibit dengan penggunaan varietas unggul baru, sehingga dapat meningkatkan rendemen. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan rendemen mempunyai keunggulan tertentu yaitu tidak diperlukannya peningkatan kapasitas giling dan tidak diperlukannya peningkatan biaya tebang angkut serta dapat mengurangi biaya prosesing gula tiap kilogram gula.

Pada prinsipnya peningkatan rendemen dilaksanakan dengan cara meningkatkan gula yang dapat diperoleh pada tebu. Secara konvensional untuk meningkatkan gula yang dapat diperah dilaksanakan melalui penataan varietas, penyediaan bibit sehat dan murni, optimalisasi waktu tanam, pengaturan kebutuhan air, pemupukan berimbang, pengendalian organisme pengganggu, penentuan awal giling yang tepat, penentuan kebun tebu yang ditebang dengan menggunakan analisa kemasakan, penebangan tebu secara bersih dan pengangkutan tebu secara cepat. Untuk mengurangi kehilangan gula selama proses di pabrik maka diperlukan optimasi kapasitas giling dan menjaga kelancaran giling dan mengurangi kehilangan gula di stasiun gilingan dan pengolahan.

Kata Kunci : Bongkar ratoon, peningkatan produktivitas, rendemen, varietas unggul

(13)

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (

Saccharum officinarum

L.)

DI, PABRIK GULA TJOEKIR PTPN X, JOMBANG,

JAWA TIMUR;

STUDI KASUS PENGARUH BONGKAR

RATOON

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU

WAHYU ASIH WIJAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura `

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Skripsi

:

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu

Nama Mahasiswa : Wahyu Asih Wijayanti NIM : A34101064

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Purwono, MS NIP. 131 224 018

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie. Magr NIP. 131 124 019

(15)

Tanggal lulus :...

iv

RIWAYAT HIDUP

Tempat dan tanggal lahir : Pekalongan, 2 Februari 1983 Nama orang tua

Nama Ayah : Subarkah Nama Ibu : Urisih Pendidikan SMU

Nama Sekolah : SMU 1 Pekalongan Tahun masuk : 1998

Tahun lulus : 2001 Riwayat studi di IPB

(16)

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya,

sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan yang berjudul : Pengelolaan

Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PTPN X PG Tjoekir PTPN

X, Jombang, Jawa Timur ; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap

Peningkatan Produktivitas Tebu. Judul ini dipilih karena berhubungan dengan program peningkatan produktivitas tebu melalui kegiatan bongkar ratoon yang sudah dicanangkan sejak tahun 2002 oleh Menteri Pertanian Bungaran Saragih. Program ini mulai di realisasikan pada tahun 2003 telah menunjukkan perkembangan yang positif.

Program ini hanya dilaksanakan di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Barat. Salah satu perkebunan tebu yang menjalankan program tersebut adalah perkebunan di Pabrik Gula (PG) Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur.

Melalui kegiatan magang yang telah dilakukan, didapatkan data perkembangan program bongkar ratoon yang dilaksanakan di PG Tjoekir, terutama dalam hal peningkatan produktivitas hasil dari bibit baru yang ditanam pasca pembongkaran ratoon. Metode yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data primer yang terdapat pada lembaga penelitian dan pengembangan di perusahaan bersangkutan kemudian dianalisis untuk setiap variabel peningkatannya. Data tanaman hasil bongkar ratoon dibandingkan

dengan tanaman pertama (Plant Cane) murni dan keprasannya.

Ucapan terimakasih kepada Bapak Ir, Purwono, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan banyak memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Kemudian kepada Bapak Ade Wachjar dan Ibu Heni Purnamawati selaku dosen penguji skripsi, kami mengucapkan terimakasih atas koreksi yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Bogor, Juli 2008

Penulis

(17)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ………... vii

Daftar Gambar ……… viii

Daftar Lampiran ………. ix

PENDAHULUAN ………. 1

Latar Belakang ...……… 1

Tujuan ……… 2

TINJAUAN PUSTAKA ....……… 3

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu ……….………... 3

Ekologi Tanaman Tebu ………... 4

Tanaman Keprasan ………. 4

METODOLOGI ……… 6

Waktu dan Tempat ………. 6

Metode Pelaksanaan ………... 6

KONDISI UMUM PERUSAHAAN ………. 9

Sejarah Pabrik Gula Tjoekir Jombang ………... 9

Lokasi Pabrik ………... 10

Luas Areal, Tataguna Lahan dan Wilayah Kerja ….………... 11

Keadaan Tanah Dan Iklim ………... 11

Keadaan Tanaman Dan Perkembangan Produksi ………... 12

Keragaan Pabrik ………... 13

Struktur Organisasi dan Kepegawaian ………... 14

Susunan Personalia ……… 16

(18)

Pengolahan Lahan ………... 17

Penyaluran dan Pencairan Dana Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon 52

Pelaksanaan Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon ..………... 53

Konsepsi Penggantian Varietas ... 53

Pembahasan Penggunaan Varietas Baru ... 54

Teknik Pelaksanaan Bongkar Ratoon ... 56

Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di Kebun TRIS ... 60

Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di Kebun TRIT ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 66

(19)

Lampiran ... 68

viii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Data Produktivitas Tebu Indonesia 2006 – 2007 ... 1

Tabel 2 Baku Sawah dan Potensi Wilayah PG Tjoekir ... 11

Tabel 3 Data Varietas Tebu Giling di PG Tjoekir ... 12

Tabel 4 Data Produktivitas Tebu Giling Masa Tanam 2004 – 2005 ... 13

Tabel 5 Data Kinerja Pabrik ... 14

Tabel 6 Jumlah Karyawan PG Tjoekir ... 15

Tabel 7 Jadwal pelaksanaan Pembangunan Kebun Bibit ... 20

Tabel 8 Jumlah Pupuk ZA di Daerah yang Terjamin dan Kurang Terjamin Airnya ... 24

Tabel 9 Gulma Dominan di Pertanaman Tebu Wilayah Kerja PG Tjoekir 2004 – 2005 ... 25

Tabel 10 Dosis Pupuk Untuk TRIT Tanaman Pertama ... 31

Tabel 11 Jumlah Pupuk untuk Tanaman Keprasan Berdasarkan Jenis Tanah ... 34

Tabel 12 Dosis Pupuk untuk Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan ... 35

Tabel 13 Jumlah Batang per Juring pada Empat Varietas Tebu ... 54

Tabel 14 Tinggi Batang pada Empat Varietas Tebu ... 55

Tabel 15 Bobot Batang per Meter pada Empat Varietas ... 55

Tabel 16 Rendemen Empat Varietas ... 56

Tabel 17 Komposisi Menurut Waktu Penanaman Kembali yang Dianjurkan ... 58

Tabel 18 Dosis Pemupukan pada Penanaman Tebu ... 59

(20)

Tabel 21 Bobot Batang per Meter pada PC Murni (PCM), Bongkar

ix Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS ... 62 Tabel 22 Randemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan

Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS ... 62 Tabel 23 Jumlah Batang per Juring pada PC Murni (PCM), Bongkar

Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT ... 63 Tabel 24 Tinggi Batang pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR)

dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT ... 63 Tabel 25 Bobot Batang per Meter pada PC Murni (PCM), Bongkar

Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT ... 64 Tabel 26 Randemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan

(21)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Pembumbunan Lahan Tegalan ………... 32 Gambar 2 Bagan Pengolahan Tebu ………. 41 Gambar 3 Strutur Organisasi Proyek Pengembangan Tebu Propinsi

Jawa Timur ………. 49 Gambar 4 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Dana PMU Bongkar

(22)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Struktur Organisasi Pabrik Gula Tjoekir ………. 69 Lampiran 2 Struktur Organisasi Bagian Tanaman PG Tjoekir …………... 70 Lampiran 3 Data Curah Hujan Tahun 1990 – 2001 ……… 71 Lampiran 4 Gambar Kegiatan Pengelolaan Tebu di PG Tjoekir ………… 72 Lampiran 5 Barchart Rencana Pelaksanaan Bongkar Ratoon ………. 73 Lampiran 6 Anggaran Biaya Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur

2004 ……….. 74

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gula merupakan komoditas yang penting, karena selain menjadi bahan pokok yang dikonsumsi langsung, bahan itu juga diperlukan oleh berbagai industri pangan dan minuman. Konsumsi gula di Indonesia terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, peningkatan taraf hidup dan pertumbuhan jumlah indurtri yang memerlukan gula sebagai bahan bakunya. Namun peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri.

Produksi gula nasional tahun 2006 mencapai 2,47 juta ton naik 2 % dari tahun 2005 (2,4 juta ton) sedangkan kebutuhan gula secara nasional adalah

sebesar 3,3 juta ton sehingga masih kekurangan sebesar 0,83 juta ton. Selain itu

rendemen tebu turun dari 7,82% pada 2006 menjadi 7,42% pada 2007. Penurunan sebanyak 0,21 poin ini setara dengan kehilangan gula sedikitnya 70 ribu ton. Kenaikan produksi gula disebabkan oleh perluasan areal. Pada 2006 area tebu sekitar 390 ribu ha, tahun 2007 bertambah 7,1% menjadi 425 ribu ha. Pertambahan area ini dapat meningkatkan pasokan tebu dari 29,96 juta ton menjadi 32,79 juta ton atau bertambah 8,5%. Di sisi lain, kinerja produktivitas tak beranjak naik sehingga produktivitas gula 2007 lebih rendah 1,4%, atau berkurang dari 5,81 ton/ha (2006) menjadi 5,73 ton/ha (2007). Hal ini dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1 Data Produktivitas Tebu Indonesia 2006 - 2007

Jawa Luar Jawa Indonesia

Komponen 2006 2007 2006 2007 2006 2007

Luas (ribu ha) 248 269 142 156 390 425

Tebu giling (ribu ton) 19.907 21.975 10.055 10.815 29.962 32.789

Hablur (ribu ton) 1.455 1.519 836 913 2.291 2.432

Tebu (ton/ha) 80.31 81.71 70.70 69.42 75.51 77.20

Rendemen (%) 7.31 6.91 8.32 8.44 7.82 7.42

Hablur (ton/ha) 5.81 5.65 5.88 5.86 5.85 5.73

(24)

Terdapat dua jenis pengusahaan tanaman tebu di Indonesia, yaitu tebu sawah dan tebu lahan kering. Tebu lahan kering memungkinkan untuk dilakukannya pengeprasan sebab tidak dipengaruhi oleh adanya rotasi tanaman. Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman pertama yang setelah tebangan dilaksanakan.Tunggul-tunggulnya dipelihara kembali sampai menghasilkan tunas-tunas baru yang kemudian menjadi tanaman baru.

Sedangkan tunggul-tunggul yang dipelihara tersebut disebut ratoon. Notojoewono

(1984) dalam Moerwandono dan Imam (1991) menyatakan bahwa pengusahaan tebu dengan cara keprasan akan memberikan keuntungan diantaranya adalah : (1) menghemat biaya untuk pengolahan tanah dan penyediaan bibit, (2) lebih menghemat waktu dibandingkan tebu pertamanya dan (3) lebih tahan terhadap kekeringan.

Pengusahaan tebu lahan kering dengan cara keprasan dihadapkan pada kendala terjadinya penurunan produktivitas tebu perhektar dibandingkan tanaman

pertamanya (Ochse et. al, 1961). Oleh Karena itu, pembongkaran ratoon untuk

menggantinya dengan bibit baru yang mempunyai produktivitas lebih tinggi perlu dilakukan.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk :

1. Meningkatkan dan memperluas pengetahuan mahasiswa dalam menganalisis masalah-masalah yang ada di lapangan

2. Meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam famili Graminae,

subfamili Panicoideae, kelompok Andropogon dan genus Saccharum. Saccharum

officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus Saccharum sebab

kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah.

Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3 – 5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun tebu. Di ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu.

Daun tebu di ujung batang dan terpisah ke arah samping seiring dengan pertumbuhan batang tebu. Daun tebu terdiri atas dua bagian, yaitu pelepah daun

(leaf sheath) dan helai dan (leaf blade) (Williams, 1979). Pelepah daun

membungkus/membalut ruas batang. Pelepah-pelepah ini selain melindungi bagian batang yang masih lunak, juga melindungi mata tunas. Duduk daun batang berseling pada buku ruas yang berurutan. Helai daun berbentuk pita yang panjangnya 1 – 2 meter dan lebarnya 2 – 7 cm. Tepi daun bergerigi kecil dan banyak mengandung silikat.

Akar yang pertama kali terbentuk dari bibit stek adalah akar adventif yang berwarna gelap dan kurus. Setelah tunas tumbuh, maka fungsi akar ini akan

digantikan oleh akar sekunder yng tumbuh di pangkal tunas (Ochse et al, 1961).

(26)

Ekologi Tanaman Tebu

Sesuai dengan daerah asalnya sebagai tanaman tropis, tanaman tebu tumbuh baik di daerah tropis, tetapi dapat pula ditumbuhkan di daerah sub tropis

sampai garis isoterm 200C, yaitu pada kawasan yang berada di antara 390LU dan

350LS. Suhu rata-rata tahunan sebaiknya berada di atas 200C dan tidak kurang dari

170C. Pertumbuhan yang optimum dicapai pada suhu 240 – 300C. Tumbuhan ini

dapat hidup pada berbagai ketinggian, mulai dari pantai sampai dataran tinggi (1400 m di atas permukaan laut/dpl). Namun, mulai ketinggian 1200 m dpl, pertumbuhan menjadi lambat

Tanaman tebu menghendaki curah hujan tahunan 1000 – 1250 mm,

menyebar merata (Ochse et al, 1961). Ochse et al (1961) menambahkan bahwa

hujan harus turun teratur selama pertumbuhan vegetatif dan menjelang saat pematangan tanaman tebu membutuhkan beberapa bulan kering. Di daerah bercurah hujan tinggi, dimana tidak ada bulan kering yang nyata, tebu akan tumbuh terus hingga kandungan sukrosa pada batang rendah.

Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai macam tanah (Williams, 1979). Tanaman tebu akan tumbuh baik pada tanah bertekstur lempung-berliat, lempung-berpasir dan lempung-berdebu, dengan kedalaman solum yang cukup dalam (0,5 – 1,0 m) dan drainase baik. Drainase yang jelek dapat mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat karena terjadinya kerusakan-kerusakan pada akar. Tingkat pH tanah yang optimum untuk tebu adalah 6,5 – 7,0.

Tanaman Keprasan

Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman pertama yang setelah tebangan dilaksanakan, tunggul-tunggulnya dipelihara kembali sampai menghasilkan tunas-tunas baru yang kemudian menjadi tanaman

baru. Kategori tanaman tebu ada tiga, yaitu plant cane murni (PCM) adalah

tanaman tebu pertama yang ditanam pada areal yang baru dibuka, replanting cane

(RPC) atau disebut juga PC bongkar ratoon adalah tanaman pertama yang

(27)
(28)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Februari 2005 sampai Juni 2005. Magang berlokasi di Pabrik Gula (PG) Tjoekir, Jombang, Jawa Timur.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas kerja lapang dan pengambilan data. Mahasiswa bekerja secara langsung sebagai karyawan dan melakukan kegiatan yang ada di kebun selama satu bulan. Selain itu mahasiswa juga melaksanakan kegiatan manajerial meliputi beberapa tahapan jenjang manajerial, mulai dari pendamping mandor selama satu bulan sampai dengan menjadi pendamping SKW selama dua bulan terakhir untuk setiap jenis pekerjaan.

Pengambilan data sekunder dilakukan mengikuti kegiatan dan

pengambilan data dari stasiun pertumbuhan (growth station) pada Departemen

Penelitian dan Pengembangan PTPN X PG Tjoekir, Jombang. Data yang diambil berupa informasi mengenai :

a) Kondisi Umum Perusahaan

Informasi yang diperoleh meliputi letak geografis, letak administratif kebun dan sejarah perusahaan. Letak geografis berupa data tentang batas-batas daerah serta letak kebun berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Letak administratif mencakup informasi tentang desa, kecamatan, kabupaten serta propinsi dari PG Tjoekir. Informasi mengenai sejarah berupa sejarah yang utuh dari PG Tjoekir. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari arsip perusahaan. b) Kondisi Lahan

(29)

c) Kondisi Iklim

Data mengenai iklim yang diperoleh adalah tipe iklim, curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan, bulan basah dan bulan kering serta jumlah hari hujan. Data tersebut diperoleh dari arsip perusahaan.

d) Kondisi Umum Pertanaman

Data meliputi luas pertanaman keseluruhan, luas lahan PC murni, PC bongkar ratoon dan keprasan. Data mengenai kondisi tanaman meliputi varietas yang dominan ditanam. Data diperoleh dari arsip perusahaan.

e) Organisasi dan Manajemen Perusahaan

Data meliputi struktur organisasi dan jumlah tenaga kerja keseluruhan, yang meliputi staf, non staf, karyawan tetap dan karyawan harian beserta tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jenjang manajerial.

Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan metode

pengambilan sampel dengan metode random sampling dari kebun tebu rakyat yang tersebar di seluruh wilayah PG Tjoekir. Pengamatan dilakukan mulai dari kategori tanaman PC murni, PC bongkar ratoon sampai dengan tanaman keprasan I (keprasan pertama). Pengamatan dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan tanaman contoh. Banyaknya tanaman contoh per petak bergantung pada luas petak dan umur tanaman, yaitu setiap satu hektar luas petak diambil delapan tanaman contoh dengan pengambilan secara acak dalam satu periode selama beberapa periode analisis. Data yang didapat diuji dengan menggunakan uji T dengan taraf 10%.

(30)

tanaman) dilakukan berdasarkan hasil Taksasi Desember dan Taksasi Maret. Pengambilan data rendemen berdasarkan pada hasil analisis pendahuluan selama tiga periode. Data masing-masing kategori tanaman diambil rata-ratanya.

(31)

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Pabrik Gula Tjoekir Jombang

Pabrik Gula Tjoekir didirikan oleh NV. Kody En Coster Van Vour Houtsf Tjoekir pada tahun 1884 dan terus berproduksi sampai dengan perang dunia II. Pada tahun 1902 Pabrik Gula Tjoekir pernah mengalami rehabilitasi pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, dengan mengganti beberapa instalasi pabrik. Penyelenggaraan penanaman tebu di PG Tjoekir dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN) sampai penanaman tebu tahun 1948.

Setelah terjadinya aksi Irian Barat (TRIKORA), pada tahun 1958 tepatnya pada tanggal 8 Desember 1958 PG Tjoekir diambil alih oleh pemerintah Indonesia di bawah suatu badan berupa perusahaan Perkebunan Negara Baru. Untuk mengkoordinasi pabrik-pabrik atau perkebunan bekas milik Belanda di Jawa Timur pada tahun 1959 – 1960 dibagi dalam pra unit dimana PG Tjoekir termasuk pra unit 4. Dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) No. 166 tahun 1961, maka bentuk pra unit diubah menjadi dalam bentuk kesatuan-kesatuan dimana PG Tjoekir termasuk dalam kesatuan Jawa Timur II kemudian dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPUPPN) Gula, dan tiap-tiap pabrik gula dijaadikan badan hukum yang berdiri sendiri. Menurut PP No. 1 tahun 1963 dimana PG Tjoekir berada di bawah pengawasan BPUPPN gula inspeksi daerah VI yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah 3 – 5 Surabaya.

(32)

berkedudukan di Jalan Jembatan Merah No. 3 – 5 Surabaya. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1973 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1974 PNP XXII digabung dengan PNP XXI dalam bentuk perseroan terbatas yaitu PT. Perkebunan XXI – XXII (Persero) yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah No. 3 – 5 Surabaya. PG Tjoekir menjadi salah satu unit produksinya dan badan hukum berada pada direksi PTP XXI – XXII (Persero).

Di tingkat pusat dengan SK Menteri No. 12B/Kpts/Org/II/1973 perwakilan BKU PNP wilayah diubah menjadi Inspeksi PN/PT Perkebunan. BKU PNP wilayah I sampai dengan IV. PG Tjoekir dalam hal ini termasuk inspeksi wilayah IV yaitu PT. Pekebunan XXI – XXII (Persero).

Pada tahun 1994 berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 168/KMK. 016/1994 tanggal 2 Mei 1994, maka PTP XXI – XXII (Persero) menjadi Group PTP Jawa Tengah bersama dengan PTP XV – XVI, PTP XVII, PTP XIX dan PTP XXVII. Kemudian PP RI No. 15 tahun 1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan (Persero). PTP XXI – XXII, PTP XXVII dan PTP XIX menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara X.

Lokasi Pabrik

(33)

mempunyai sistem drainase air hujan dengan kapasitas yang cukup untuk mencegah banjir.

Luas Areal , Tata Guna Lahan dan Wilayah Kerja

Wilayah kerja PG Tjoekir meliputi delapan kecamatan yaitu Gudo, Diwek, Jogoroto, Mojoagung, Mojowarno, Ngoro, Bareng dan Wonosalam, dengan luas areal yang cocok untuk ditanami tabu seluas + 16.194,0 ha, terdiri atas lahan sawah dan tegalan. Luas lahan yang ditanami tebu untuk musim tanam (MT) 2004 – 2005 seluas + 4.669,3 ha dengan luas lahan sawah + 3.893,6 ha (83,4%) dan tegalan 775,7 ha(16,6 %) dengan komposisi tebu sewa (TS) seluas + 143,4 ha (3,1%) dan tebu rakyat (TR) seluas + 4.525,9 ha (96,9%). Penentuan lahan penanaman tebu berdasarkan baku sawah yang ada di masing-masing wilayah. Baku sawah wilayah PG Tjoekir dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Baku Sawah Dan Potensi Wilayah PG Tjoekir

Baku awah yang bisa ditanami tebu (ha) Potensi tebu (ku/ha)

Wilayah

Sawah Tegal Pekarangan jumlah Sawah Tegal Jumlah

Gudo 2,295 - - 2,295 1,375 - 1,375

Diwek 2,911 337 - 3,248 1,214 806 1,100

Jogoroto 1,732 111 - 1,843 1,018 700 975

Mojoagung 375 - - 375 828 - 828

Ngoro 2,810 746 - 3,556 1,064 939 946

Bareng 336 323 - 659 766 727 750

Wonosalam 41 365 63 469 - 570 570

Jumlah 14,312 1,882 63 16,257 1,000 750 910

Sumber : Litbang PG Tjoekir

Keadaan Tanah dan Iklim

(34)

Grumosol Kelabu, kompleks Mediteran Coklat dan Litosol, serta Litosol Coklat keabuan dan Latosol Coklat kemerahan. Dengan derajat kemasaman tanah (pH) sekitar 6 – 6.5. Perkebunan tebu wilayah PG Tjoekir temasuk dalam tipe iklim D (Schmidth dan Ferguson) dengan jumlah hari hujan rata-rata 83 hari, jumlah bulan basah rata-rata 5 – 6 bulan (November - April) dan curah hujan tahunan rata-rata 2333 mm.

Keadaan Tanaman dan Perkembangan Produksi

Tanaman tebu yang dibudidayakan di PG Tjoekir terbagi dalam tiga yaitu

plant cane Murni (PCM), PC Bongkar Ratoon/replanting cane dan

keprasan/ratoon cane, dengan luas areal masing-masing untuk PC Murni seluas

737,2 ha, PC Bongkar Ratoon seluas 1107 ha, dan Keprasan seluas 2825,2 ha. Varietas yang ditanam pada musim tanam 2004 – 2005 terbagi menjadi tiga kategori yaitu varietas masak awal (umur tebang 12 bulan), masak tengah (umur tebang 12 – 14 bulan) dan masak akhir (umur tebang 14 – 16 bulan) dengan komposisi masing-masing sebagian merupakan varietas lama dan sebagian varietas baru. Data Varietas tebu giling di PG Tjoekir dapat dilihat pada table 3. Tabel 3 Data Varietas Tebu Giling di PG Tjoekir

(35)

Perkembangan produksi tebu giling pada periode tahun 2004 – 2005 sebesar 8,03 untuk rendemen dan 7,68 untuk hablur. Hal ini dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4 Data Produktivitas Tebu Giling Masa Tanam 2004 – 2005

Pabrik Gula Tjoekir menghasilkan produk utama berupa gula dan produk

sampingan berupa tetes (molasses), blotong, abu ketel dan ampas tebu (bagase).

Tetes digunakan sebagai bahan baku bagi industri monosodium glutamat (MSG) dan industri alkohol, blotong dan abu ketel digunakan sebagai pupuk organik, sedangkan ampas tebu dipakai sebagai bahan bakar pabrik gula.

Keragaan Pabrik

Pabrik di PG Tjoekir mulai beroperasi penuh sejak awal pembangunannya

(36)

stasiun gilingan, stasiun puteran, stasiun tengah, stasiun listrik, stasiun instrumen dan lain-lain. Data kinerja pabrik dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5 Data Kinerja Pabrik

Uraian Total Kapasitas giling inklusif (ku) 26.500

Kapasitas giling eksklusif (ku 29.000

Hari giling (hari) 150

Jam berhenti (%) 9,37

HPB total 88,92

PSHK 96,97

Efisiensi gilingan (%) 86,23

Winter rendemen 97,50

Faktor rendemen 0,66

Efisiensi pabrik (%) 84,075

Sumber : Laporan kilat 15 harian periode X PG Tjoekir

Struktur Organisasi dan Tugas Kepegawaian

Pabrik Gula Tjoekir merupakan unit produksi dari PT Perkebunan Nusantara X (Persero) yang dipimpin oleh seorang administratur yang berkedudukan di lokasi pabrik gula. Administratur bertanggung jawab penuh kepada direktur utama dalam pelasanaan tugas dan kewajiban yang telah diberikan oleh kantor direksi. Seorang administratur dibantu oleh beberapa kepala bagian, yaitu kepala bagian tanaman, kepala bagian instalasi, kepala bagian pengolahan dan kepala bagian administrasi keuangan dan umum (AKU). Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada lampiran 1.

(37)

perahan pertama (NPP), lab hama, kebun percobaan, pembibitan dan pengambilan contoh serta pelayanan kantor tanaman dan TU sentral tanaman untuk wilayah litbang. Sedangkan SKK tebang angkut dibantu oleh koordinator tebang angkut yang membawahi pengawas tebang angkut yang terdi dari para koordinaor PTRI masing-masing wilayah tanaman.

Kepala bagian instalasi bertugas melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam bidang teknik, menjadi resposibility center (RC) di bidang

instalasi, bertanggung jawab atas pengoperasian pabrik pada waktu giling, memeriksa dan melaksanakan perbaikan pabrik pada waktu giling dan di luar waktu giling, mempunyai wewenang untuk mengadakan koreksi-koreksi dan mengawasi rencana kerja dan anggaran belanja guna diajukan ke administratur. Kepala bagian instalasi dibantu oleh kepala-kepala stasiun yang membawahi stasiun umum, stasiun ketel, stasiun tengah, stasiun gilingan, stasiun listrik dan stasiun putaran serta koordinator bagian kendaraan/remise.

Kepala bagian pengolahan bertugas melaksanakan prosessing pengolahan

nira tebu menjadi gula. Kepala bagian pengolahan dibantu oleh ajunc. FC yang

membawahi chemiker yang bertanggung jawab atas pekerjaan opziter pabrikasi

dan kepala gudang gula.

(38)

Susunan Personalia

Berdasarkan status kepegawaiannya, karyawan PG Tjoekir dibedakan atas karyawan pimpinan/staf dan karyawan pelaksana/nonstaf. karyawan pimpinan/staf terdiri atas administratur beserta kepala bagian dan pembantu-pembantunya. Karyawan pelaksana/nonstaf dibagi menjadi dua yaitu karyawan tetap dan karyawan musiman yang meliputi mandor/PTRI, mekanik dan operator. Karyawan tetap bekerja baik dalam waktu giling maupun di luar waktu giling. Karyawan musiman bekerja sesuai dengan kontrak dan honorer. Karyawan harian yang meliputi karyawan kampanye yang bekerja hanya pada waktu musim giling, karyawan kontrak waktu tertentu (KKWT)/karyawan lain-lain bekerja sewaktu-waktu ketika PG membutuhkan tenaga tambahan dan karyawan borongan yang bekerja berdasarkan sistem borongan untuk pekerjaan yang sifatnya selesai dalam satu waktu seperti buruh hariah lepas (BHL). Jumlah karyawan PG Tjoekir dapat dilihat pada table 6.

Tabel 6 Jumlah Karyawan PG Tjoekir, 2005

Karyawan Jumlah

Karyawan tetap

Karyawan Pimpinan 32 orang

Karyawan Tetap 311 orang

Jumlah 343 orang

Karyawan tidak tetap

Karyawan Kampanye 485 orang

Karyawan Musiman 23 orang

Karyawan Borongan dll 242 orang

Jumlah 750 orang

Jumlah 1.093 orang

(39)

TEKNIK BUDIDAYA

Budidaya di Lahan Sawah

Budidaya tebu di lahan sawah memerlukan beberapa tindakan kultur teknis pada lahan sawah. Pembuangan air pada saat-saat pertama pengolahan lahan sangat diperlukan agar tanah tidak terlalu basah (drainase terjaga).

Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan di wilayah kerja PG Tjoekir dibedakan menjadi dua yaitu lahan TRIS (tebu rakyat intensifikasi kategori sawah) atau TRIT (tebu rakyat intensifikasi kategori tegalan) yang merupakan tanah milik petani dan dikelola oleh petani, dan lahan TS (tebu sewa) yang merupakan tanah petani yang disewa PG untuk dikelola oleh PG, untuk TS di PG Tjoekir semua kategori lahannya adalah lahan sawah.

Dalam penyewaan lahan, perlu dilakukan survei lahan yang memenuhi persyaratan untuk budidaya tebu. Syarat tersebut antara lain pemasukan dan pembuangan air lancar, terdapat jalan tebang dan luasnya minimal satu hektar. Petugas PG molobi petani pemilik lahan dan negosiasi harga sewa, setelah disetujui dan ada kesepakatan dari kedua pihak, selanjutnya melihat peta baku sawah di desa dan melakukan pengukuran langsung ke lahan untuk kemudian digambar oleh juru gambar wilayah PG.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan sawah menggunakan sistem reynoso yaitu membuat got-got untuk pembuangan dan penampungan air. Hal yang dilakukan sebelum mulai membuka lahan adalah pemasangan ajir lahan agar yang diolah benar-benar lurus. Menyiku dengan alat siku untuk menentukan arah got dan juringan sehingga dapat meminimalkan tara kebun. Pada lahan yang miring pemasangan siku dimulai di

daerah yang paling dekat dengan pembuangan air/patusan yang tanahnya

(40)

Pertama-tama yang dilakukan dalam sistem pengolahan tanah Reynoso adalah pembuatan got keliling, yaitu got yang mengelilingi lahan. Got ini mempunyai lebar 60 cm dengan kedalaman 90 cm. Setelah got keliling selesai, dibuat got mujur yang posisinya sejajar dengan juringan (deret tanaman tebu nantinya). Ukuran got mujur adalah lebar 60 cm dan dalamnya 80 cm. Jarak antara got mujur satu dengan lainnya adalah 62,5 meter. Got terakhir adalah got malang yang posisinya tegak lurus dengan bakal juringan. Lebar got malang 50 cm dan kedalaman 70 cm, sedangkan jarak antar got malang adalah 8 meter. Pada prinnsipnya, kedalaman ketiga got tersebut berbeda 10 cm agar pembuangan air lancar. Setelah pembuatan got selesai, terbagilah lahan tersebut menjadi

kotak-kotak dengan luas 500 m2. Sehingga dalam satu hektar lahan terdapat 20 kotak,

dalam setiap kotak dibuat juringan.

(41)

Pembibitan

Bibit yang akan ditanam untuk tebu giling di PG Tjoekir berasal dari KBD (kebun bibit datar) yang dikelola oleh PG yang biasa disebut KBD-PG atau yang dikelola oleh petani dengan tetap di bawah pengawasan PG yang biasa disebut KBD Jasa/KBD Kerja Sama. Hal ini disebabkan bibit dipilih yang bermutu baik, agar dapat menghasilkan rendemen yang tinggi. Bibit yang bermutu baik adalah mempunyai daya tumbuh > 90 %, tingkat kemurnian > 95 %, habitus batang normal sesuai varietasnya dan berasal dari KBD yang sehat.

Penangkaran bibit. Bibit yang dikelola oleh PG Tjoekir berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) di Pasuruan dan sebagian lagi berasal dari Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) PTPN X (Persero) yang berlokasi di Jengkol, Kediri. Proses pembibitan tersebut melalui empat langkah, yang pertama, bibit ditanam di KBP (kebun bibit pokok) pada sekitar bulan Maret dengan luas 0,1 % dari luas lahan perkebunan tebu nantinya. Hasil penanaman ini diambil dan ditanam di KBN (kebun bibit nenek) pada sekitar bulan Oktober dengan luas 0,5 % dari luas lahan tebu nantinya. Bibit dari KBN ditanam di KBI (kebun bibit induk) pada sekitar bulan April tahun berikutnya dengan luas lahan 2,5% dari luas lahan tebu nantinya.Dari KBI dihasilkan bibit untuk ditanam di KBD (kebun bibit datar) pada sekitar bulan November dengan luas lahan 12,5 % dari luas lahan tebu nantinya.

(42)

Tabel 7 Jadwal Pelaksanaan Pembangunan Kebun Bibit

Macam bibit. Bibit tebu yang digunakan di PG Tjoekir adalah bibit bagal yang merupakan pertumbuhan dari mata tunas yang terdapat di setiap buku batang. Setiap bibit terdiri atas dua mata tunas dengan potongan serong ditengah ruas.

(43)

yang sebelumnya telah ada untuk menghasilkan klon baru dengan sifat keunggulan yang diharapkan. Jenis tebu baru yang belum pernah dikembangkan secara komersial diuji dalam percobaan orvar (orientasi varietas) di tingkat PG untuk mengetahui varietas yang sesuai untuk wilayah PG tersebut. Adapun urut-urutan untuk menguji jenis tersebut adalah setelah percobaan orvar dilanjutkan pada petak percobaan yang lebih besar yaitu percobaan warteb (warung tebu) dilanjutkan dengan percobaan demplot (demo plot) dengan luasan yang lebih besar lagi. Dari percobaan tersebut akan terlihat varietas-varietas yang cocok untuk dikembangkan secara komesial. Varietas-varietas yang dinilai sesuai untuk

dikembangkan di wilayah PG tersebut dilakukan rating varietas, yang dilakukan

oleh petani, PG, dinas perkebunan tingkat kecamatan atau kabupaten dan P3GI. Varietas-varietas tebu tersebut kemudian diidentifikasi sifat botanis dan agronomisnya untuk kemudian dikembangkan di masing-masing PG.

Seleksi bibit. Kegiatan seleksi bibit berupa membongkar dan mengeluarkan rumpun-rumpun varietas lain dari kebun bibit agar kemurnian varietas dalam satu kebun terjaga serta menyeleksi serangan hama dan penyakit. Seleksi bibit dilakukan tiga kali,yaitu pada waktu tanaman berumur dua bulan, empat bulan dan menjelang penebangan bibit bagal pada umur tanaman sekitar 5,5 bulan.

Teknik budidaya tebu bibit. Kebun untuk bibit diolah dengan cara sama seperti pada pengolahan lahan di kebun tebu giling (KTG). Hanya saja PKP (jarak pokok ke pokok juringan) untuk lubang tanam bibit sebesar 95 cm. Bibit dari tebangan kebun bibit jenjang sebelumnya yang sudah diklentek dipotong-potong dan disortasi, diecer pada tiap gulud untuk mengatur jumlah bibit yang ditanam. Kegiatan pemeliharaan tanaman bibit antara lain pendalaman dan pembersihan got yang dilakukan pada saat sebelum tanam dan setiap bumbun. Bumbun dilakukan satu bulan sekali sejak satu bulan setelah tanam sebanyak tiga kali, yaitu bumbun I, bumbun II, bumbun III atau bacar/gulud kecil.

(44)

dilakukan pada tanaman bibit yang mati atau rusak dengan bahan yang seumur dan varietas yang sama. Penyulaman bibit rayungan dilakukan paling lambat seminggu sesudah tanam, sedangkan pada bibit bagal dua minggu setelah tanam.

Bibit ditebang pada usia 7 – 9 bulan, hal ini disebabkan oleh mata pada bagal yang muda akan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan yang tua. Penebangan dilakukan tanpa pengklentekan agar kelembaban dan kadar air dalam bagal tetap terjaga. Dalam penebangannya, tanaman disisakan 3 – 4 ruas untuk dirayung. Pengangkutan bibit dilakukan dalam keadaan masih terselimuti oleh daduk/daun kering. Kegiatan selanjutnya adalah pembongkaran bibit, pengklentekan, pemotongan dan sortasi, yaitu dipisahkan antara bibit pucuk, bibit tengah dan bibit pangkal dan membuang mata yang tidak tumbuh.

Penanaman

Sebelum bibit ditanam, untuk mempermudah penanaman juringan diairi terlebih dahulu dengan timba secukupnya. Setelah itu bibit diecer agar pembagian bibit merata dan jumlah bibit tiap juringan juga merata. Sebelum bibit ditanam, lubang tanam diberi pupuk SP-36 terlebih dahulu. Bibit bagal diletakkan mendatar dengan mata tunas terletak di samping. Bibit diletakkan dan ditutup dengan tanah agar tidak bergeser. Bibit ditanam lurus dan pada ujung juringan diberi sumpingan untuk sulaman. Kebutuhan bibit dalam satu juring untuk bibit bagal adalah 28 batang per juring, sedangkan untuk rayungan sebanyak 28 batang per juring.

Pemeliharaan

Pemeliharaan untuk tanaman pertama meliputi kegiatan penyulaman, pemberian air, pemeliharaan got, pemupukan, pembumbunan, pembersihan gulma, pengendalian hama dan penyakit dan pembersihan daun kering atau tua (klentek).

(45)

seminggu bila memakai bibit rayungan atau pada umur empat minggu bila menggunakan bibit bagal. Bibit sulaman didapat dari sumpingan atau bibit dederan. Penyulaman kedua dilakukan empat miggu setelah penyulaman pertama atau bila dalam satu juringan belum tumbuh 90% tunas. Bibit untuk sulaman kedua diperoleh dari sisa sumpingan, seblangan (memecah rumpun) atau puteran (memindahkan rumpun).

Pemberian Air. Air banyak digunakan pada pertumbuhan awal sampai berumur 4 sampai 5 bulan. Semakin tua tanaman tebu semakin sedikit air yang dibutuhkan. Pemberian air pertama diberikan menjelang dan sesudah tanam. Setelah itu penyiraman dilakukan 3 hari sekali sampai umur tanaman 2 minggu. Saat umur tanaman 2 sampai 4 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali seminggu. Waktu tanaman berumur 4 sampai 6 minggu, penyiraman dilakukan seminggu sekali. Saat tanaman berumur 6 sampai 16 minggu penyiraman sebulan sekali. Penyiraman yang terakhir dilakukan sebelum gulud terakhir. Bila saat penyiraman bersamaan dengan pemupukan, maka yang dilakukan terlebih dahulu adalah pemupukan dilanjutkan dengan penyiraman.

Pemeliharaan Got. Tujuan utama pemeliharaan got adalah untuk menjaga agar drainase tetap baik. Kegiatannya meliputi pembersihan got, perbaikan dinding got yang rusak dan pendalaman got. Pendalaman got yang sudah dangkal dimaksudkan agar got tetap dalam. Pendangkalan got disebabkan oleh jatuhnya tanah ke dalam got akibat terinjak atau terkikis hujan.

Pemupukan. Pemupukan tanaman tebu harus memperhatikan jenis, dosis, waktu, cara dan mutunya. Kelima hal tersebut perlu diperhatikan agar tanaman mendapat unsur hara yang sesuai, dapat menyerap dengan tepat waktu dan lebh efisien.

a. Jenis dan Dosis Pupuk

(46)

pupuk KCl atau ZK. Jumlah pupuk yang dipakai disesuaikan dengan janis tanahnya. Hal ini bisa dilihat pada tabel 8. Untuk kebun tebu sewa (TS) PG Tjoekir sebelum penanaman dilakukan analisa contoh tanah di setiap kebun untuk diketahui jumlah unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman tebu.

b. Waktu dan Cara Pemupukan

Pupuk SP – 36 diberikan sebelum penanaman. Caranya pupuk disebar merata pada dasar juringan. Pupuk ZA diberikan dua kali, dosisnya bergantung pada ketersediaan air pada daerah itu.

Tabel 8 Jumlah Pupuk ZA di Daerah yang Terjamin dan Kurang Terjamin Airnya

Daerah air

Terjamin kurang Terjamin

ZA I 1/3 – 1/2 dosis 1/2 – 2/3 dosis

ZA II 1/2 – 2/3 dosis 1/3 – 1/2 dosis

Sumber : Direktorat Bina Produksi,1989

Pemberian ZA I bersamaan dengan pemberian KCl. Waktunya seminggu setelah tanam untuk bibit rayungan atau dua minggu setelah tanam untuk bibit bagal. Pemupukan dilakukan dengan menugal juringan sedalam 10 cm dan berjarak 10 cm dari bibit. Letak lubang pupuk ZA I dengan KCl saling berseberangan. Pemupukan ZA II dilakukan empat minggu setelah pemupukan ZA I dengan cara yang sama. Namun tempatnya berseberangan dengan lubang ZA I. Adapun dosis ZA, SP – 36 dan KCl adalah 7:3:2,5 (kuintal perhektar).

Pembumbunan. Pembumbunan adalah penimbunan tanah, sering disebut juga turun tanah. Pembumbunan dilakukan empat kali, yaitu (1) pada waktu tanaman berumur satu bulan atau telah tumbun 40 – 50 tunas per juring, (2) 2 – 2,5 bulan atau tunas tumbuh sebanyak 115–135 per juring, (3) 3 – 3,5 bulan atau telah ada 140 tunas per juring, dan (4) 4 – 5 bulan atau setelah ada 4 – 5 ruas batang di atas tanah atau telah ada dua daun kering yang siap diklentek.

(47)

Dengan tenaga manusia, pembersihan dilakukan empat kali dengan selang waktu tiga minggu setelah tanam. Sampai umur empat bulan, lahan harus bebas gulma agar tidak terjadi persaingan penyerapan unsur hara tanah.

Herbisida yang digunakan adalah herbisida pra tumbuh (pre-emergence)

dengan komposisi 2,5 – 3 liter per hektar herbisida berbahan aktif ametrin ditambah 1,5 liter per hektar herbisida berbahan aktif 2,4 D (2,4 dimethylamina). Campuran itu dilarutkan dalam 400 liter air. Dosis ini untuk satu hektar tanaman. Perhitungan dosis tersebut adalah sebagai berikut :

Waktu penyemprotan 0 – 7 hari setelah penanaman. Jenis gulma yang menyerang terdiri atas gulma berdaun lebar, berdaun sempit/rumput dan teki. Jenis gulma tersebut bisa dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Gulma Dominan di Pertanaman Tebu Wilayah Kerja PG Tjoekir 2004 – 2005

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk meminimalkan kerugian produksi tebu atau gula. Pengendalian hama dan penyakit tanaman tebu di PG Tjoekir dilakukan dengan empat cara yaitu secara manual/mekanis, kimiawi, biologis dan kultur teknis/budidaya.

(48)

berumur 5 bulan. Setelah melewati umur tersebut tidak lagi dilakukan pengendalian, tetapi tetap dilakukan pengawasan. Hal ini bertujuan untuk menghindari fluktuasi serangan penyakit yang terlalu tinggi. Serangan penyakit

dapat dicegah dengan perlakuan air panas (hot water treatment) atau

mencelupkan pisau pemotong bibit dalam larutan lysol 20% atau alkohol 70% dan pemberian nematisida waktu pengolahan tanah Selain itu penanaman varietas tebu tahan penyakit, pemilihan bibit yang sehat dan penjagaan kebersihan kebun juga dapat mencegah serangan penyakit. Selain itu Litbang

bagian tanaman PG Tjoekir membiakkan parasit Trichograma sp. dalam

bentuk pias, yang berisi 2.500 telur per pias. Pemasangan pias dilakukan tiap minggu sekali selama empat belas minggu mulai tanaman berumur 1,5 hingga 2 bulan sebanyak dua pias per hektar.

Jenis hama dan penyakit yang banyak menyerang tanaman tebu di wilayah kerja PG Tjoekir beserta gejalanya adalah sebagai berikut :

a. Penggerek Pucuk (Tryporyza nivella. Scirpophaga nivella intacta)

Daun muda yang masih menggulung berwarna kuning atau kering. Titik tumbuhnya mati. Pada ruas muda terdapat ngengat. Sedangkan pada ibu tulang daun terdapat lorong gerak.

b. Penggerek Batang (Chilo auricillus, Chilo sacchariphagus)

Tampak bercak-bercak putih bekas gerekan pada daun, tetapi kulit luar daun tidak ditembus. Pada bagian dalam pelepah dan ruar batangnya terdapat lorong gerekan. Kadang-kadang diikuti dengan matinya titik tumbuh dan daun muda layu.

c. Penggerek Raksasa (Pragmataecia castaneae)

Terdapat lorong gerek pada pelepah daun dan ruas muda maupun tua. Pada lubang tempat masuk hama tersebut keluar ngengat yang besar. Kulit pupa tersebut kadang tertinggal di luar lubang, Setelah itu, batang bagian tengah hancur dan tanaman mati.

d. Uret (Lepidiota stigma, Apogonia destructor, Holotrichia hellery, Euchlora

(49)

Daun tampak menguning dan kelamaan menjadi kering. Tanaman mulai layudan akhirnya mati. Pangkal batang terdapat bekas gerekan dan bila tanah disingkap terdapat uret.

e. Kutu Bulu Putih/Cabuk Putih (Ceratovacuna lanigara)

Di kanan kiri ibu tulang daun bagian bawah terdapat koloni kutu berwarna putih. Permukaan atas daun tertutup jamur/cendawan jelaga, sehingga berwarna hitam. Daun menjadi kuning dan kering pada serangan yang berat.

f. Ulat Grayak (Anticyra combusta, Spodoptera mauritia, Leucania sp.)

Tepi daun muda dan tua habis dimakan ulat. Makin lama helaian daun, kecuali ibu tulang daun juga dihabiskan.

g. Belalang (Valanga nigricornis, Locusta migratoria)

Daun muda dan tua terdapat luka bekas gigitan. Gigitan dimulai dari tepi daun ke tengah, tetapi ibu tulang daun tidak ikut dimakan.

h. Tikus (Rattus sp.)

Terdapat bekas gerekan pada pucuk tanaman atau ruas batang. Gerekan tersebut dapat menyebabkan daun menjadi patah.

i. Penyakit Mosaik (Virus pada Kutu Rhopalosiphus maidis)

Pada daun muda terdapat noda atau garis yang sejajar dengan tulang daun, berwarna hijau muda sampai kuning. Sedangkan pada daun tua, warnanya berubah menjadi merah.

j. Penyakit Blendok (Bakteri Xanthomonas albilineans)

Daun mengalami klorosis yang dimulai dari ibu tulang daun ke arah tepi. Makin lama daun makin kering, tanaman juga kering dan akhirnya mati.

k. Penyakit Daun Hangus (Cendawan Stagonospora sacchari)

Pada daun tampak adanya bentuk elips memanjang dengan tepi berwarna kuning dan bagian dalam kering. Bila cuaca kering, daun tampak seperti tebakar.

l. Penyakit Noda Kuning (Cendawan Mycovellosiela koepkei)

(50)

yang makin lama makin memenuhi noda. Bila daun tersebut kering, bagian noda tidak ikut kering.

m.Penyakit Pokahbung (Cendawan Gibberella moniliformis)

Gejala penyakit ini terdiri atas tiga stadium. Pada stadium pertama, daun mengalami klorosis yang kadang diikuti dengan mengisutnya daun. Daun berlubang dan adanya noda merah. Pada stadium kedua pertumbuhan terhambat, berkas pengangkut tidak tumbuh sempurna, ruas batang pendek dan terkadang bengkok. Stadium tiga ditandai dengan daun muda kering dan akhirnya tanaman mati.

n. Penyakit Karat (Cendawan Puccinia kulhbii dan Puccinia melanochepala)

Adanya garis-garis pendek, membujur berwarna jingga kemudian berubah menjadi cokelat pada kedua permukaan daun. Bagian permukaan bawah daun terdapat tonjolan-tonjolan seperti benda berkarat.

o. Penyakit Luka Api (Cendawan Ustilago scitaminea)

Pertumbuhan tanaman terhambat, daun kecil dan sempit. Batang menjadi kecil memanjang dan perawakan tanaman seperti rumput. Daun muda bentuknya berubah menjadi bulat memanjang seperti cambuk, berwarna hitam. Pada daun menempel spora cendawan yang banyak sekali jumlahnya.

p. Penyakit Pembuluh (Bakteri Clavibacter xyli subsp xyli)

Pertumbuhan tanaman lebih kerdil. Bila batang dibelah membujur terlihat warna kemerahan atau putih pada berkas pembuluhnya.

q. Penyakit Disebabkan Nematoda (Helycotylenchus sp., Pratylenchus sp.,

Meloidogyne sp., Criconemoides sp.)

Pertumbuhan tanaman terhambat. Batang dan daun menjadi kuning pucat, dengan tepi daun mengering. Akar membengkak dan terdapat noda nekrotis berwarna merah-ungu kehitaman.

Budidaya Lahan Tegalan

(51)

besar proses budidaya di lahan ini menggunakan cara semimekanis sampai mekanis.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan untuk memulai budidaya di lahan tegalan sangat berbeda dengan lahan sawah. Langkah persiapan meliputi pembukaan lahan, pengolahan tanah dan pembuatan juringan.

Pembukaan lahan. Budidaya yang dilakukan di lahan baru harus dimulai dengan pembukaan lahan baru. Pada lahan tegalan bekas palawija atau sawah, pekerjaan paling berat adalah meratakan tanah. Langkah-langkah pembukaan lahan harus disesuaikan dengan daerahnya. Semak, perdu dan rumput harus dibabat dan disingkirkan. Lahan dibersihkan dan sisa-sisa pembabatan diratakan dengan tanah.

Pengolahan Tanah. Tekstur tanah di lahan kering ada yang berat, sedang atau ringan. Pengolahan tanah bertekstur berat dapat memakai bajak atau garu yang ditarik dengan traktor. Urutan kegiatannya adalah pembajakan dengan implement bajak piring tiga sampai empat piringan diameter 32 inci atau bajak singkal empat titik dengan jenis traktor MF 4270 dengan kekuatan 110 HP. Jika diperlukan, maka pembajakan dilakukan dua kali diikuti kair, kemudian penggaruan dan terakhir bajak furrower/kayar untuk membuat juringan.

(52)

dibuat terlebih dahulu baru kemudian got, sedangkan pada lahan sawah yang pertama dibuat adalah got baru juringan untuk menurunkan permukaan air.

Pembuatan Juringan. Di akhir pengolahan tanah, dilakukan pembuatan juringan sedalam 30 cm dengan jarak pusat ke pusat 95 sampai 125 cm. Pada tanah yang miring, subur dan basah, jaraknya semakin sempit. Untuk lahan dengan kemiringan lebih dari 3%, juringan dibuat sejajar garis tinggi (kontur). Panjang juringan sekitar 58 meter.

Persiapan Bibit

Tidak berbeda dengan pengadaan bibit di lahan sawah, bibit yang dipilih harus bibit yang bermutu baik. Jenis bibit yang digunakan adalah bibit bagal dengan tiga sampai empat mata tunas atau bibit pucuk dengan panjang 30 sampai 40 cm. Setelah pisau pemotong digunakan tiga sampai empat kali, harus dicelupkan ke dalan larutan lysol 20% untuk mencegah penularan bibit penyakit.

Penanaman

Waktu penanaman dapat dilakukan dua periode. Periode I atau masa tanam pola A, yaitu bulan Mei sampai Juni pada saat menghadapi musim kemarau. Periode II atau masa tanam pola B, yaitu pada bulan September sampai November pada saat awal musim hujan. Bibit untuk tebu giling (KBD) pola A ditanam tujuh bulan mundur dari masa penanaman. Untuk pola B, bibit ditanam mundur tujuh bulan dari pola A.

(53)

Pemeliharaan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap pemeliharaan adalah penyulaman, pemupukan, pembumbunan, pengaturan air, pengendalian gulma dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyulaman. Penyulaman dilakukan bila dalam jarak 50 cm tidak ada tunas yang tumbuh. Penyulaman pertama pada saat tanaman berumur dua minggu dengan memakai bibit sumpingan. Penyulaman kedua pada saat tanaman berumur empat minggu. Bibit yang digunakan adalah sisa bibit sumpingan, bibit seblangan atau bibit puteran.

Pemupukan. Jenis pupuk yang harus ada adalah ZA (unsur N), SP – 36 (unsur P) dan KCl (unsur K). Sebagian pupuk ZA dapat diganti Urea. Dosis pupuk untuk lahan tegalan juga disesuaikan dengan jenis tanah, seperti pada tabel 10.

Tabel 10 Dosis Pupuk untuk TRIT Tanaman Pertama

Jenis Pupuk (ku/ha) Jenis Tanah

ZA SP – 36 KCl

Alluvial 5 – 7 0 – 2 0 – 1

Regosol/Litosol/Kalisol 6 – 8 1 – 2 1 – 2

Latosol 6 – 8 1 – 3 1 – 3

Grumusol 7 – 9 2 – 3 1 – 3

Mediteran 7 – 9 1 – 3 1 – 2

Podsolik merah kuning 5 – 7 4 – 6 2 – 4

Sumber : Direktorat Bina Produksi, 1989.

(54)

kandungan air banyak, pemupukan II dilakukan 1 sampai 1,2 bulan setelah pemupukan I. Untuk pola B, pemupukan I terdiri atas N sepertiga dosis dan P satu dosis diberikan saat tanam. Pemupukan II terdiri dari N dua pertiga dosis dan K satu dosis diberikan 1 sampai 1,5 bulan setelah pemupukan I.

Pembumbunan. Pembumbunan hanya dilakukan dua kali. Pembumbunan I dilakukan setelah pemupukan II. Pembumbunban II dilakukan setelah tanaman berumur 3 sampai 3,5 bulan atau semua tunas telah tumbuh. Setelah pembumbunan II, tanah guludan tidak terlalu tinggi, hampir rata dengan bagian lain. Pola pembumbunan lahan tegalan dapat dilihat pada gambar 1.

Keterangan : : bibit stek

: pembumbunan I : keadaan tanah pada

Awal penanaman : pembumbunan II

Gambar 1 Pembumbunan Lahan Tegalan

Pengaturan Air. Air diperlukan terutama pada saat perkecambahan dan pertunasan. Pengadaan air dapat diperoleh dari sungai, sumur, atau waduk yang dialirkan dengan memakai pompa. Bila sumber air tersebut sulit diperoleh maka satu-satunya cara adalah memanfaatkan air hujan. Oleh karena itu, penanaman

dilakukanpada saat menjelang musim hujan.

(55)

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pemeliharaan Tanaman Keprasan di Lahan Sawah

Tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Dari sisa tanaman yang ditebang. Kalau tanaman pertama untuk kebun TRI disebut TRIS I, maka tanaman keprasan disebut TRIS II. Pemeliharaan tanaman keprasan dimulai dengan pembersihan lahan sampai penebangan.

Pembersihan Lahan. Setelah tebang, banyak daun-daun atau batang yang tidak terpakai. Sisa tanaman dapat menjadi sumber hama dan penyakit. Untuk menghindarinya, sisa tanaman tersebut dikumpulkan dan kemudian dibakar di luar kebun.

Pengeprasan. Pengeprasan paling lambat dilakukan tujuh hari setelah tebang. Cara mengepras dengan membongkar guludan sehingga tanah agak rata. Tanaman dikepras pada pangkal batangnya. Dengan cara ini, tanaman dapat tumbuh dengan seragam.

Penyulaman. Penyulaman dilakukan bila ada larikan yang kosong minimal 550 cm. Bibit yang digunakan adalah bibit bagal yang mempunyai dua mata tunas.

(56)

Pembumbunan. Pembumbunan dilakukan tiga kali, yaitu (1) saat tanaman berumur 1 sampai 1,5 bulan, (2) kemudian umur 2 sampai 3 bulan, (3) umur 4 sampai 5 bulan atau dua daun dapat diklentek.

Pemupukan. Jenis pupuk yang dipakai sama dengan tanaman pertama, tetapi jumlah dan cara pemupukannya sedikit berbeda. Jumlah dan pupuk tanaman keprasan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Pupuk untuk tanaman keprasan berdasarkan jenis tanah

Jenis Pupuk (ku/ha) Jenis tanah

ZA SP – 36 KCl

Alluvial 5 – 7 0 – 1 0 – 1

Grumusol 7 – 9 1 – 2 1 – 3

Mediteran 7 – 9 1 – 2 1 – 3

Latosol 6 – 8 1 – 2 1 – 3

Regosol 6 – 8 0 – 1 1 – 2

Sumber : Direktorat Bina Produksi, 1989

Pupuk SP – 36 dan ZA I diberikan dua minggu setelah pengeprasan. Caranya, juringan ditugal sedalam 10 cm dan berjarak 10 cm dari tanaman. Letak kedua pupuk saling berseberangan. Pupuk KCl dan ZA II diberikan empat minggu setelah pemupukan pertama.

Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit serta Pemeliharaan Got.

Pengendalian gulma, hama dan penyakit serta pemeliharaan got dilakukan sama seperti pada tanaman pertama.

Pemeliharaan Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan

(57)

tanah, mengatur suhu tanah, mencegah erosi permukaan dan mencegah tumbuhnya gulma. Bahan yang digunakan untuk mulsa adalah daun-daun tebu yang tidak dipakai setelah ditebang dan diletakkan di kanan kiri tanaman tebu.

Seperti budidaya di lahan sawah, pengeprasan dilakukan tepat di atas tanah bumbunan dengan posisi miring agar tanaman dapat tumbuh seragam.

Pemeliharaan tanaman keprasan tidak berbeda dengan tanaman pertama. Hanya saja, jumlah pupuk yang digunakan sedikit berbeda, Dosis pupuk untuk tanaman keprasan di lahan tegalan dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 Dosis Pupuk untuk Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan

Jenis pupuk (ku/ha) Jenis tanah

ZA SP – 36 KCl

Alluvial 6 – 7 0 – 1 0 – 1

Regosol/Litosol/Kambisol 7 – 8 0 – 1 1 – 2

Latosol 7 – 8 0 – 2 1 – 3

Grumusol 7 – 8 1 – 2 1 – 3

Mediteran 8 – 9 0 – 2 1 – 2

Podsolik Merah Kuning 6 – 7 2 – 3 2 – 4

Sumber : Direktorat Bina Produksi, 1989

Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu pemupuka I dan II. Pemupukan I terdiri atas N sepertiga dosis, P satu dosis dan K sepertiga dosis, diberikan dengan cara ditabur dalam alur yang dibuat di dekat tanaman, kemudian ditutup tanah. Pemupukan I dilakukan dua minggu setelah kepras. Pemupukan II dilakukan enam minggu setelah kepras dengan komposisi N dua pertiga dosis dan K dua pertiga dosis. Caranya juga ditabur dalam alur yang dibuat di dekat tanaman, kemudian dilakukan pembumbunan.

Taksasi Maret

(58)

Desember taksasi dilakukan tanpa menggunakan perhitungan matematis, sedangkan pada Taksasi Maret dilakukan dengan perhitungan.

Taksasi maret dilakukan pertama kali dengan mengukur tinggi batang dari pangkal batas tebang hingga daun ketiga di pucuk dan menimbang berat batang per meter atau bisa diketahui dengan mengukur diameter batang. Kemudian diperkirakan peningkatan tinggi batang saat tebang, sedangkan untuk berat batang adalah tetap. Taksasi Maret dapat dihitung dengan rumus :

TM = Tt x Bbm x Pj x Jj x L

Keterangan : TM = Taksasi Maret

Tt = Perkiraan tinggi tebu saat tebang

Bbm = Bobot batang per meter

Pj = Panjang juringan (m)

Jj = Jumlah juring/ha

L = Luas lahan (ha)

Analisis Pendahuluan

Sebagai dasar untuk melakukan penebangan, dilakukan analisis pendahuluan untuk mengetahui rendemen tebu, tingkat kemasakan, kosien peningkatan, kosien daya tahan dan tingkat serangan hama dan penyakit. Dengan analisis ini maka dapat ditentukan kapan waktu tebang yang paling menguntungkan. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum analisis adalah memasang nomor contoh pada masing-masing kebun TS dan TRIS di semua wilayah kerja. Dalam satu kebun diambil delapan contoh tanaman yang diulang selama delapan periode yang dalam satu periode berjalan selama lima belas hari. Analisis pendahuluan ini dimulai pada pertengahan Maret dan berjalan terus menerus hingga musim giling berakhir.

Gambar

Tabel 1 Data Produktivitas Tebu Indonesia 2006 - 2007
Tabel 2 Baku Sawah Dan Potensi Wilayah PG Tjoekir
Tabel 3 Data Varietas Tebu Giling di PG Tjoekir
Tabel 4 Data Produktivitas Tebu Giling Masa Tanam 2004 – 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Faktor genetik hasil persilangan merupakan sifat bawaan dari induk tanaman tebu, dibandingkan dengan teknik budidaya yang hanya mengembangkan tanaman tebu untuk proses produksi

Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Puccinia kuehnii yang menyerang pada daun tebu sehingga menyebabkan kualitas maupun kuantitas produksi tebu tidak maksimal

Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan sukrosa tembakau transgenik yang membawa gen SPS tebu lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol, seperti tampak pada Gambar