• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinasi Status Hara N, P, K pada Jaringan Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinasi Status Hara N, P, K pada Jaringan Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS

ODIT FERRY KURNIADINATA

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Determinasi Status Hara N, P, K pada Jaringan Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis adalah hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2010

(3)

iii

Phosphor and Potassium Status in Leaf Tissues to Built a Fertilizer Recommendation and to Predict Yield of Mangosteen. Supervised by Roedhy Poerwanto and Anas Dinurrohman Susila.

The objectives of this study were to find out the response of growth, yield and quality of mangosteen fruit on rate of nitrogen, phosphorus and potassium; find out the best mangosteen leaves as a sample of tissue analysis to determine nutrient status based on the mangosteen plant flush age and leaf position on the terminal flush; build the nitrogen, phosphorus and potassium fertilizer recommendation at productive mangosteen trees. This study consists of five separate experiments, ie: nitrogen fertilization experiment, phosphorus fertilization experiment, potassium fertilization experiment, determination of the mangosteen leaf samples based on flush ages and determination of the mangosteen leaf samples based on the position of the terminal leaves. Content of nitrogen, phosphorus and potassium in the leaves of the mangosteen plant terminals were observed since 2008 until 2009. The increased of plant growth and yield of mangosteen in line with increasing rate of fertilizer. The mangosteen plant yield fluctuated over five years due to the influence of biennial bearing. The best rate of nitrogen, phosphorus and potassium fertilizer that able to increase the relative yield of mangosteen yield reaches 80% were used to build fertilizer recomendation. There are two fertilizer recommendation can be build in this study: (1st) nitrogen, phosphorus and potassium fertilizer recommendation based on the mangosteen yield in 2008 were 1020 g N, 1400 g P2O5, and 1532 g K20 per tree mangosteen per year; (2nd)

nitrogen, phosphorus and potassium fertilizer recommendation based on the mangosteen yield for five years were 1269 g N, 1436 g P2O5, and 1023 g K20 per

year the mangosteen tree. The treatment of phosphorus and potassium fertilization influence on phosphorus and potassium content in mangosteen terminals leaves based on the mangosteen plant flush age, but does not give effect to the content of nitrogen, phosphorus and potassium in the terminal leaves based on leaf position on the terminal flush. This indicates that the terminal leaves on the last flush at any position can be used as a sample for leaf tissue analysis to determine nutrient status of the mangosteen plant.

(4)

iv

Jaringan Daun Untuk Rekomendasi Pemupukan Dan Prediksi Produksi Manggis. Dibimbing olehRoedhy PoerwantodanAnas Dinurrohman Susila.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan, produksi dan kualitas buah manggis pada berbagai dosis nitrogen, fosfor dan kalium; mengetahui daun manggis yang paling tepat untuk dijadikan sebagai contoh analisis jaringan untuk mengetahui status hara tanaman manggis berdasarkan umur trubus dan posisi daun terminal pada trubus; membangun rekomendasi pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium bagi tanaman manggis produktif.

Penelitian dilakukan di kebun manggis Kelompok Tani Manggis Karya Mekar, di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 390-398 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian berlangsung selama 13 bulan sejak persiapan hingga pangambilan data, yaitu dimulai pada bulan Maret 2008 hingga April 2009.

Penelitian ini terdiri atas lima percobaan yang terpisah, yaitu percobaan pemupukan nitrogen, pemupukan fosfor, pemupukan kalium, percobaan penentuan contoh daun manggis berdasarkan umur trubus dan penentuan contoh daun berdasarkan posisi daun terminal pada analisis jaringan. Masing-masing percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium, masing-masing terdiri atas lima taraf perlakuan dengan enam ulangan. Sedangkan percobaan penentuan contoh daun manggis berdasarkan umur trubus dan penentuan contoh daun berdasarkan posisi daun terminal pada analisis jaringan, masing-masing terdiri atas tiga taraf perlakuan dengan tiga ulangan.

Terjadi peningkatan kandungan nitrogen, fosfor dan kalium pada daun terminal tanaman manggis yang diamati sejak setelah panen tahun 2008 hingga setelah panen tahun 2009. Peningkatan dosis pupuk nitrogen hingga 1200 g/ tanaman/ tahun meningkatkan panjang trubus, panjang/ daun, lebar daun, jumlah bunga, jumlah bunga dan buah rontok, jumlah buah panen, produksi buah per pohon, bobot buah segar, bobot kulit buah segar, bobot kulit buah kering, bobot tangkai dan cupat segar, bobot aril, edible portion, diameter horizontal buah, diameter vertikal buah dan tebal kulit buah manggis, namun tidak memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah trubus, bobot biji segar, bobot biji kering, bobot tangkai dan cupat kering, kekerasan kulit buah, Total Padatan Terlarut (TPT) dan Total Asam Terlarut (TAT) aril buah manggis, serta kandungan nitrogen, fosfor dan kalium pada kulit buah, tangkai dan cupat buah serta biji buah manggis kecuali kandungan K pada biji buah manggis.

(5)

v

meningkatkan panjang trubus, jumlah bunga, jumlah bunga dan buah rontok, jumlah buah panen, produksi buah per pohon, bobot buah segar, bobot kulit buah segar, bobot kulit buah kering, bobot tangkai dan cupat segar, bobot tangkai dan cupat kering, bobot aril, diameter horizontal buah, diameter vertikal buah, tebal kulit buah dan TPT aril buah manggis, namun tidak memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah trubus, panjang daun, lebar daun, bobot biji segar, bobot biji kering,edible portion, kekerasan kulit buah dan TAT aril buah manggis, serta kandungan nitrogen, fosfor dan kalium pada kulit buah, tangkai dan cupat buah juga biji buah manggis kecuali kandungan N dan K pada biji buah manggis.

Perlakuan pemberian pupuk nitrogen, fosfor dan kalium selama lima tahun menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman manggis, adanya fluktuatif produksi tanaman manggis selama lima tahun disebabkan adanya pengaruh sifatbiennial bearing pada tanaman manggis

Rekomendasi pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium dibangun dengan melakukan pendekatan berupa konsolidasi data produksi buah manggis selama tahun 2008 serta konsolidasi data produksi buah manggis selama lima tahun yaitu sejak 2004 sampai dengan 2008. Dosis pupuk N, P, dan K yang mampu meningkatkan nilai hasil relatif produksi manggis mencapai nilai 80 % akan menjadi rekomendasi pupuk N, P dan K. Terdapat dua rekomendasi pemupukan yang dapat dibangun pada penelitian ini, yaitu (1) rekomendasi pemupukan N, P, dan K berdasarkan data produksi buah manggis pada tahun 2008 yaitu pemberian pupuk nitrogen, fosfor dan kalium masing-masing sebesar 1020 g N, 1400 g P2O5,

dan 1532 g K20 per pohon manggis per tahun; (2) rekomendasi pemupukan N, P,

dan K berdasarkan data produksi buah manggis selama lima tahun yaitu pemberian pupuk nitrogen, fosfor dan kalium masing-masing sebesar 1269 g N, 1436 g P2O5, dan 1023 g K20 per pohon manggis per tahun, dimana pada

rekomendasi kedua terdapat pengaruh sifat bienial bearing pada tanaman manggis.

Perlakuan pemupukan fosfor dan kalium memberikan pengaruh terhadap kandungan fosfor dan kalium pada daun terminal manggis berdasarkan umur trubus. Namun tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan nitrogen, fosfor dan kalium pada daun terminal trubus terakhir pada bagian ujung cabang, daun terminal trubus terakhir pada ranting kedua dari ujung cabang dan daun terminal trubus terakhir pada ranting ketiga dari ujung cabang. Hal ini menunjukkan bahwa daun terminal trubus terakhir pada posisi manapun dapat digunakan sebagai contoh analisis jaringan daun untuk mengetahui status hara pada tanaman manggis.

(6)

vi

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

vii

PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS

ODIT FERRY KURNIADINATA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

viii

Judul Tesis : Determinasi Status Hara N, P, K pada Jaringan Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis Nama : Odit Ferry Kurniadinata

NRP : A252070101

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,

Agronomi dan Hortikultura,

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

(9)

ix

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya hingga penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dibiayai oleh program Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) melalui Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT), LPPM-IPB.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc dan Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, MSi selaku komisi pembimbing, atas segala bimbingan, masukan, saran dan kritik yang sangat berarti bagi penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS, atas kesediaannya sebagai dosen penguji luar komisi dan atas semua saran dan masukannya.

3. Dr. Ir. Sobir, M.Si, selaku Kepala Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika LPPM-IPB, atas izin, bantuan, fasilitas dan dorongan moril dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Rekan Staf peneliti dan karyawan di Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika LPPM-IPB atas segala bantuan dan keramahtamahannya.

5. Keluarga Bapak H. Sayuti dan Bapak Furqoni, atas bantuan serta izin pemakaian kebun manggisnya sebagai tempat penelitian penulis.

6. Rekan-rekan penelitian manggis, Ismadi, SP, M.Si, Desi Hernita, SP, MP, Ir, Rd. Selvy Handayani M.Si dan Ir. M. Alwi Mustaha, M.Si, atas kebersamaan dan diskusinya selama penelitian berlangsung, semoga pengetahuan yang diperoleh dapat bermanfaat.

(10)

x

8. Kedua orangtua Bapak Isdar Lutfiansyah dan Ibu Fitri Herawati (almh.) beserta adik-adik (Isyana Maya Safitri,SP, Budi Ikhsan Nugraha, Dimas Rizqi Nur Ismi) dan seluruh keluarga atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis

9. Isteri tercinta Andi Sanova Murniati dan buah hati tersayang Muhammad Daffa Rizqi Pratama, atas dukungan, kasih sayang, kesabaran dan pengertian yang telah diberikan kepada penulis

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama pendidikan hingga selesainya penulisan tesis ini.

Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan.

Bogor, Januari 2010

(11)

xi

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Februari 1981 di Samarinda, Kalimantan Timur, dari ayah Isdar Lutfiansyah dan Ibu Fitri Herawati (Almh.). Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Penulis melanjutkan studi tingkat Sarjana pada tahun 1999 di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, dan pada tahun 2004, penulis lulus Sarjana Pertanian pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.

Selama menjalani perkuliahan, penulis mendapatkan beberapa beasiswa diantaranya beasiswa BBM, PPA, beasiswa Pemprov. Kaltim dan DuPont Scholarship, serta tergabung dalam organisasi kemahasiswaan HIMAGRON dan MUSHOLA. Selain itu penulis aktif membantu dalam proses pembelajaran pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dengan menjadi Asisten Dosen.

(12)

xii

HALAMAN

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Hipotesis... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Manggis... 8

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Manggis... 10

2.3. Pemupukan pada Tanaman Manggis... 11

2.3.1. Nitrogen (N)... 11

2.3.2. Fosfor (P)... 13

2.3.3. Kalium (K)... 14

2.4. SifatBienial Bearing pada Tanaman Manggis... 15

2.5. Analisis Jaringan Tanaman... 16

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 18

3.2. Metode Penelitian... 18

3.2.1. Alat dan Bahan... 18

3.2.2. Rancangan dan Perlakuan... 19

3.2.3. Pengambilan dan Analisis Contoh Daun…...……… 21

3.2.4. Pengambilan dan Analisis Sifat kimia dan Fisik Tanah... 23

3.2.5. Pengamatan... 24

3.2.6. Pengamatan Faktor Lingkungan……..……….. 27

3.2.6.Analisis Data………..………... 27

(13)

xiii

Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen...

4.2.2. Pemupukan Nitrogen terhadap Produksi Tanaman... 36

4.2.3. Pemupukan Nitrogen terhadap Kualitas Buah... 39

4.2.4. Pemupukan Nitrogen terhadap kandungan NPK pada Buah. 44 4.3. Pengaruh Pemupukan Fosfor 4.3.1. Kandungan Fosfor pada Daun berdasarkan Waktu Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen... 46 4.3.2. Pemupukan Fosfor terhadap Produktivitas Tanaman... 47

4.3.3. Pemupukan Fosfor terhadap Kualitas Buah... 51

4.3.4. Pemupukan Fosfor terhadap Kandungan NPK pada Buah.... 57

4.4. Pengaruh Pemupukan Kalium 4.4.1. Kandungan Kalium pada Daun Berdasarkan Waktu Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen... 59

4.4.2. Pemupukan Kalium terhadap Produktivitas Tanaman... 60

4.4.3. Pemupukan Kalium terhadap Kualitas Buah... 64

4.4.4. Pemupukan Kalium terhadap Kandungan NPK pada Buah... 69

4.5. Produksi Tanaman Manggis Selama Lima Tahun Perlakuan Pemupukan... 71

4.6. Rekomendasi Pemupukan N,P,K pada Tanaman Manggis... 74

4.6.1. Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan Data Produksi Buah Manggis Tahun 2008... 75

4.6.2. Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan Data Produksi Buah Manggis Selama Lima Tahun... 79

4.7. Kandungan NPK pada Daun Terminal 4.7.1. Kandungan NPK Pada Daun Terminal Berdasarkan Umur Trubus... 83

4.7.2. Kandungan NPK pada Daun Terminal Berdasarkan Posisi Daun... 85

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 88

5.2. Saran... 89

DAFTARPUSTAKA………..………... 90

(14)

xiv

Halaman 1 Jenis dan Fase Pertumbuhan Contoh untuk Analisis Jaringan... 22 2 Kandungan Hara dan Tekstur Tanah pada Tanah Areal Kebun

Manggis Kampung Cengal Kecamatan Leuwiliang... 30 3 Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Di Desa Karacak

Kec.Leuwiliang Bogor Selama Lima Tahun, Sejak Tahun 2004 Hingga Tahun 2008... 33 4 Kandungan Nitrogen pada Jaringan Daun Terminal Tanaman

Manggis pada Beberapa Waktu Pengamatan... 34 5 Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Jumlah Trubus, Panjang

Trubus, Panjang Daun, Lebar Daun, Jumlah Bunga, Jumlah Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per Pohon... 36 6 Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Bobot Buah Segar, Bobot

Kulit Buah Segar, Bobot Kulit Buah Kering, Bobot Biji Segar, Bobot Biji Kering, Bobot Tangkai dan Cupat Segar, Bobot Tangkai dan Cupat Kering, Bobot Aril serta Edible Portion... 39 7 Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Kekerasan Kulit Buah,

Diameter Horizontal, Diameter Vertikal, Tebal Kulit Buah, TPT dan TAT... 42 8 Pengaruh Pemberian Nitrogen Terhadap Kandungan N, P, K pada

Kulit Buah, Tangkai dan Cupat serta Biji Manggis... 45 9 Kandungan Fosfor pada Jaringan Daun Terminal Tanaman

Manggis pada Beberapa Waktu Pengamatan... 46 10 Pengaruh Pemberian Fosfor terhadap Jumlah Trubus, Panjang

Trubus, Panjang Daun, Lebar Daun, Jumlah Bunga, Jumlah Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per Pohon... 48 11 Pengaruh Pemberian Fosfor terhadap Bobot Buah Segar, Bobot

(15)

xv

13 Pengaruh Pemberian Fosfor terhadap Kandungan N, P, K pada Kulit Buah, Tangkai dan Cupat serta Biji Manggis... 57 14 Kandungan Kalium pada Jaringan Daun Terminal Tanaman

Manggis pada Beberapa Waktu Pengamatan... 59 15 Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Jumlah Trubus, Panjang

Trubus, Panjang Daun, Lebar Daun, Jumlah Bunga, Jumlah Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per Pohon... 60 16 Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Bobot Buah Segar, Bobot

Kulit Buah Segar, Bobot Kulit Buah Kering, Bobot Biji Segar, Bobot Biji Kering, Bobot Tangkai dan Cupat Segar, Bobot Tangkai dan Cupat Kering, Bobot Aril serta Edible Portion... 64 17 Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Kekerasan Kulit Buah,

Diameter Horizontal, Diameter Vertikal, Tebal Kulit Buah, TPT dan TAT... 66 18 Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Kandungan N, P, K pada

Kulit Buah, Tangkai dan Cupat serta Biji Manggis... 70 19 Evaluasi Ekonomi Beberapa Alternatif Rekomendasi Pemupukan

N, P, K pada Tanaman Manggis di Leuwiliang Bogor... 78 20 Evaluasi Ekonomi Beberapa Alternatif Rekomendasi Pemupukan

N, P, K pada Tanaman Manggis di Leuwiliang Bogor Berdasarkan Data Produksi Buah Manggis Selama Lima Tahun... 82 21 Kandungan N, P, K pada Daun Terminal Tanaman Manggis

Berdasarkan Umur Trubus serta Koefisien Korelasi Perlakuan dengan Hasil Tanaman Manggis... 83 22 Kandungan N, P, K pada Daun Terminal Tanaman Manggis

(16)

xvi

Halaman 1 Kerangka Pemikiran Determinasi Status Hara N.P,K pada Jaringan

Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis... 7 2 Ilustrasi Daun, Bunga dan Buah Manggis………. 8 3 Alur Penelitian Determinasi Status Hara N.P,K pada Jaringan

Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi

Manggis………. 29

4 Pola Penyebaran Curah Hujan Dan Jumlah Hari Hujan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Bogor pada Tahun 2008…... 32 5 Pola Penyebaran Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Desa

Karacak Kec. Leuwiliang Bogor selama Lima Tahun, sejak Tahun

2004 hingga Tahun 2008………... 32

6 Pola Respon Peubah (A) Diameter Horizontal Buah; (B) Diameter Vertikal Buah; (C) Bobot Buah Segar, terhadap Pemupukan

Nitrogen………. 42

7 Pola Respon Peubah Bunga dan Buah Rontok terhadap Pemupukan Fosfor... 50 8 Pola Respon Peubah (A) Bobot Kulit Buah Segar; (B) Bobot Kulit

Buah Kering; (C) Bobot Arill dan (D) Bobot Tangkai dan Cupat Segar, terhadap Pemupukan Fosfor... 53 9 Pola Respon Peubah (A) Jumlah Bunga; (B) Bunga dan Buah

Rontok; (C) Jumlah Buah Panen, terhadap Pemupukan Kalium... 62 10 Pola Respon Peubah (A) Diameter Horizontal Buah Manggis; (B)

Diameter Vertikal Buah Manggis; (C) Bobot Buah Segar, terhadap Pemupukan Kalium... 67 11 Produksi Buah Manggis pada Kebun Manggis di Kampung

Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor selama 5 Tahun pada setiap Perlakuan Pemupukan; A = Pemupukan Nitrogen; B = Pemupukan Fosfor; C= Pemupukan Kalium...

(17)

xvii

(18)

xviii

1 Gambar Contoh daun Berdasarkan Umur Daun... 97 2 Gambar Contoh daun Berdasarkan Posisi Daun……… 98 3 Prosedur penerapan nitrogen total dengan metode Kjeldahl... 99 4 Metode penentuan fosfor dan kalium jaringan tanaman………… 100

5 Indeks kematangan buah manggis……… 101

6 Ukuran Buah Manggis Berdasarkan Standar Codex... 101 7 Ukuran Buah Manggis Berdasarkan Standar Nasional

Indonesia…

(19)
(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manggis (Garcinia mangostana L.) dijuluki sebagai ratu buah-buahan tropis (Queen of Tropical Fruits). Buah manggis memiliki nilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan dalam skala besar (Poepenoe 1974; Cox 1988). Saat ini buah manggis menjadi komoditi utama dalam ekspor produk hortikultura Indonesia ke mancanegara.

Potensi pengembangan tanaman manggis cukup cerah, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun permintaan mancanegara. Pada tahun 2000 produksi manggis Indonesia mencapai 26.400 ton dengan luas panen sebesar 5.192 ha dan terus meningkat menjadi 72.634 ton pada tahun 2006 dengan luas panen 8.275 ha. Hal ini menunjukkan terdapat kenaikan produktivitas tanaman sebesar 50,85 ku/ha pada tahun 2000 menjadi 87,80 ku/ha pada tahun 2006 (Departemen Pertanian 2008). Negara tujuan utama ekspor manggis Indonesia adalah Taiwan, Hongkong, China, Uni Emirat Arab, Singapura, Saudi Arabia dan negara-negara Eropa.

Permasalahan penting pada budidaya tanaman manggis di Indonesia adalah produksi dan kualitas buah manggis yang rendah. Tingginya tingkat permintaan konsumen terhadap buah manggis belum diikuti dengan peningkatan produksi buah manggis yang maksimal. Dari total produksi manggis di Indonesia hanya 7,8% yang termasuk kualitas layak ekspor (Departemen Pertanian 2008). Sedangkan kualitas yang rendah berkaitan dengan ukuran ukuran buah yang tidak seragam.

(21)

pemupukan dan dosis pupuk yang tepat karena pemupukan dilakukan tanpa kajian ilmiah (scientific) atau hasilnya belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Adapun rekomendasi pemupukan yang disebutkan pada buku-buku tentang teknik budidaya manggis yang beredar di masyarakat saat ini bukan didasarkan kepada hasil kajian ilmiah. Terdapat tiga acuan dasar pada penentun dosis pupuk pada buku-buku budidaya tanaman manggis tersebut yaitu : Rekomendasi pemupukan didasarkan kepada praktek-praktek pemupukan yang dilakukan oleh petani manggis; Rekomendasi pemupukan diturunkan dari pemupukan pohon buah lainnya; dan Rekomendasi pemupukan dibuat dengan meniru dosis pemupukan yang dilakukan oleh petani-petani manggis di Thailand, yang memiliki kondisi tanah dan iklim yang berbeda dengan Indonesia (Poerwanto 2000).

Hal ini menyebabkan belum ada dosis pupuk yang dianggap tepat dan dapat diterapkan oleh petani manggis di Indonesia. Saat ini belum tersedia pengetahuan mengenai hara mineral yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman manggis. Pemupukan yang rasional dan scientific adalah pemupukan yang diberikan berdasarkan kepada potensi atau status hara dan kebutuhan tanaman (Poerwanto 2002). Hal ini sesuai dengan filosofi pemupukan yaitu pupuk merupakan tambahan hara kedalam tanah bila tanah tidak mampu menyediakannya bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara maksimum (Dahnke dan Olson 1990)

Keadaan tersebut mendorong dilakukannya serangkaian penelitian pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium pada tanaman manggis dilakukan sejak tahun 2004 sampai dengan 2007 di kebun manggis Kelompok Tani Manggis Karya Mekar, di kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penelitian pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium pada tanaman manggis produktif dilakukan pertama kali oleh Liferdi (2006) yang dilakukan pada tahun 2004 dan 2005, kemudian penelitian dilakukan oleh Safrizal (2007) pada tahun 2006 dan Abdillah (2008) pada tahun 2007.

(22)

berkaitan dengan dosis pupuk yang diberikan maupun pengaruh lingkungan dan iklim terhadap produksi manggis. Namun demikian, data produksi manggis selama empat tahun tersebut dianggap belum mencukupi. Untuk melengkapi data pertumbuhan dan produksi manggis tersebut maka perlu dilakukan penelitian pemupukan berkelanjutan untuk mendapatkan data produksi manggis setiap tahun. Selain itu, terdapat pengaruh sifat bienial bearing pada tanaman manggis yang memberikan pengaruh terhadap produksi buah manggis setiap tahun. Sifat bienial bearing ini menyebabkan produksi manggis berfluktuatif setiap tahun dan menyebabkan terdapatnya istilahon year danoff yearpada produksi manggis.On year adalah tahun dimana produksi pohon manggis tinggi, sedangkan off year adalah kondisi dimana pada tahun tersebut pohon manggis berproduksi sangat rendah. Safrizal (2007) menyebutkan bahwa produksi manggis di Leuwiliang pada tahun 2006 berada pada faseon year dengan produksi manggis mencapai 30 kg/pohon, sebaliknya Abdillah (2008) menyebutkan bahwa produksi manggis di Leuwiliang pada tahun 2007 berada pada fase off year dengan produksi manggis sangat rendah yaitu berkisar 1 kg/pohon/tahun, bahkan sebagian tanaman manggis tidak berproduksi. Oleh karena itu maka sangatlah penting untuk mendapatkan data produksi manggis dalam rentang waktu yang panjang untuk mengetahui pengaruh pemupukan dan faktor lain terhadap produksi manggis dalam jangka waktu yang panjang

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Liferdi (2006) didapatkan informasi bahwa kandungan N, P dan K pada daun manggis berumur lima bulan setelah flush, memiliki korelasi terbaik terhadap produksi manggis. Dengan melakukan analisis kandungan N, P dan K pada daun manggis umur lima bulan setelah flush, dapat diketahui kebutuhan hara tanaman manggis dan kemudian dapat dilakukan prediksi produksi manggis berikutnya. Namun, metode ini memiliki kelemahan, yaitu sulitnya membedakan daun yang berumur lima bulan setelah flush serta akan menjadi hambatan untuk melakukan analisis jaringan daun bila umur daun tidak berumur lima bulan setelah flush. Karena itu, metode ini akan sulit diterapkan terutama bila metode ini diterapkan ditingkat petani.

(23)

produksi manggis. Pada penelitian ini dilakukan penentuan contoh daun berdasarkan umur trubus dan posisi daun terminal pada trubus yang diharapkan akan menjadi metode yang lebih praktis dan tepat didalam menentukan kecukupan hara tanaman manggis dan memprediksi produksi manggis.

1.2. Perumusan Masalah

Pemupukan N, P dan K merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman manggis. Ketiga hara tersebut merupakan unsur hara makro esensial bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, tetapi adakalanya menjadi faktor pembatas bagi tanaman karena kurang tersedia bagi tanaman.

Ada beberapa pendekatan agar pemberian pupuk dilakukan secara tepat, yaitu dengan melakukan analisis tanah, analisis jaringan tanaman, memperhatikan gejala defisiensi dan melakukan percobaan lapangan (Lozano 1990). Pendekatan analisis tanah untuk tanaman manggis dewasa sulit untuk dilakukan, karena manggis mempunyai postur pohon yang tinggi dan akar yang menyebar secara vertikal sehingga pengambilan contoh tanah seringkali kurang mewakili. Penentuan kekurangan dan kelebihan hara dengan jalan memperhatikan gejala abnormal, dapat dilakukan hanya bagi mata yang sudah terlatih, karena gejala abnormal bisa juga terjadi akibat gangguan hama dan penyakit. Untuk memastikan penyebab ketidaknormalan tersebut perlu dilakukan analisis jaringan tanaman.

Disebutkan oleh Mooney (1992) jaringan tanaman yang umumnya dianalisis adalah jaringan daun. Hal ini karena daun menjadi tempat terjadinya fotosintesis dan metabolisme lainnya yang sangat aktif. Daun juga merupakan salah satu tempat penyimpanan karbohidrat dan mineral. Hara yang ada pada daun tidak hanya berperan dalam fotosintesis tetapi juga menggambarkan status hara aktual dalam tanaman, selain itu daun menjadi salah satu jaringan tanaman yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan mudah didapatkan.

(24)

Safrizal (2007) pada tahun 2006 dan Abdillah (2008) pada tahun 2007. Disebutkan oleh Liferdi (2007) pemberian pupuk N, P dan K meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman manggis selama dua tahun penelitian, selain itu didapatkan hasil bahwa daun manggis umur lima bulan memiliki korelasi terbaik terhadap produksi manggis. Kemudian disebutkan pula oleh Safrizal (2007) bahwa pemberian pupuk N, P, K memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah manggis. Didukung oleh Abdillah (2008) bahwa perlakuan pemberian pupuk N meningkatkan panjang dan lebar daun, perlakuan pemberian pupuk P dan K meningkatkan panjang dan lebar daun, produksi per pohon, bobot kulit buah, total asam tertitrasi (TAT) dan total padatan terlarut (TPT). Namun demikian Soepartiniet.al. (1994) dan Schulzeet.al. (2002) mengingatkan bahwa pemberian pupuk yang berlebihan selain merupakan pemborosan, juga mengganggu keseimbangan hara dalam tanah, menurunkan efisiensi pemupukan, dan menimbulkan polusi yang berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan pemupukan yang terlalu sedikit tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, sehingga pemupukan harus didasarkan atas hasil uji tanah dan atau analisis tanaman. Hal ini berlaku terutama pada pemupukan yang dilakukan terhadap tanaman tahunan dimana pengaruh pupuk dapat bersifat kumulatif dan berdampak panjang selama pertumbuhan dan produksi tanaman manggis.

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui respon pertumbuhan, produksi dan kualitas buah manggis pada berbagai dosis nitrogen, fosfor dan kalium

2. Mengetahui daun manggis yang paling tepat untuk dijadikan sebagai sampel analisis jaringan untuk mengetahui status hara tanaman manggis berdasarkan umur trubus dan posisi daun terminal pada trubus

3. Membangun rekomendasi pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium bagi tanaman manggis produktif.

1.4. Hipotesis

1. Pertumbuhan vegetatif, produksi dan kualitas buah manggis dipengaruhi oleh dosis nitrogen, fosfor dan kalium

2. Terdapat korelasi yang berbeda antara status hara jaringan daun berdasar umur trubus dan posisi daun terminal pda trubus terhadap produksi manggis

(26)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Determinasi Status Hara N.P,K pada Jaringan Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis

Produksi dan Kualitas Buah Manggis di Indonesia Masih Rendah

Belum terdapat rekomendasi pemupukan bagi tanaman manggis di Indonesia

Manggis sebagai produk ekspor Indonesia

Pemupukan dilakukan tanpa kajian ilmiah (scientific)

Penelitian pemupukan Nitrogen, Fosfor dan Kalium telah dilakukan selama 4 tahun

secara berkelanjutan, yaitu sejak tahun 2004 -2008

Perlu dilakukan penelitian pemupukan jangka panjang untuk mendapatkan data pertumbahan dan produksi tanaman

manggis secara berkelanjutan

Namun terdapat kelemahan pada metode ini yaitu :

1. Sulit membedakan daun yang telah berumur 5 bulan setelah flush

2. Analsis daun akan tertunda jika sampel daun untuk analisis jaringan tidak tepat berumur 5 bulan

Terdapat pengaruh sifat biennial bearing

pada produksi manggis setiap tahun

Didapatkan rekomedasi pemupukan N,P ,K pada tanaman manggis serta metode pengambilan sample jaringan daun yang paling tepat dan praktis untuk analisis

kandungan hara

Perlu didapatkan metode lain yang lebih praktis dan tepat untuk melihat

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Manggis

Manggis termasuk familiGuttiferae dari ordo Guttiferales dan merupakan tanaman tropika basah. GenusGarcinia terdiri atas lebih dari 400 spesies dan 40 spesies diantaranya dapat dimakan (Verheij 1992). Tanaman manggis merupakan tanaman asli Asia tenggara yang tumbuh secara luas di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina. Saat ini manggis telah menyebar kedaerah-daerah tropika lainnya, seperti Birma, Srilangka, Madagaskar, India Selatan, China, Brazil dan sebagian Australia bagian Utara (Almeyda dan Martin 1976)

Tanaman manggis umumnya diperbanyak dengan menggunakan biji. Tanaman yang berasal dari biji umunya membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah. Tanaman manggis dewasa mempunyai ukuran kanopi sedang, berbentuk piramid dengan tajuk yang rimbun sehingga cocok untuk pohon peneduh. Manggis tergolong evergreen dengan tinggi pohon mencapai 10-25 m dan diameter batang 25-35 cm (Cox 1988; Verheij 1992). Kulit kayu berwarna coklat tua hingga kehitaman. Ranting muda berwarna hijau dan berubah coklat seiring denga bertambahnya umur. Getah kuning atau resin ada pada semua jaringan utama tanaman (Yaacob dan Tindal 1995).

(28)

Daun manggis letaknya berhadapan, bentuknya membujur bulat panjang (lonjong), Bagian pucuknya tajam dengan tekstur tebal dan kasar (Zomlefer 1994). Panjang daun berkisar antara 15-25 cm dan lebarnya 7-13 cm. Permukaan atas daun mengkilap, licin, tebal dan berwarna hijau muda hingga hijau tua tergantung umurnya, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau muda hingga kekuningan (Cox 1988).

Bunga tanaman manggis tumbuh dari ujung ranting, menyendiri atau berpasangan, bergagang pendek dan tebal, berdiameter sekitar 5—6,2 cm, daun kelopak 4 helai tersusun dalam 2 pasang. Daun mahkota juga terdiri atas 4 helai, tebal dan berdaging, berwarna kuning dengan pinggiran kemerah-merahan. Benang sari semu banyak, berseri 1-2, dengan panjang sekitar 0,5 cm, bersifat rudimeter yaitu tumbuh kecil kemudian mengering sehingga tidak berfungsi. Bakal buah tidak bertangkai, berbentuk agak bulat, beruang 4-8, memiliki kepala putik yang tidak bertangkai, bercuping 4-8 (Richards 1990; Sunaryono 1988; Verheij 1992; Yaacob dan Tindal 1995).

Buah manggis termasuk buah berry, berbentuk bola dengan diameter 3,5-7 cm. Biji bersifat apomiksis yaitu biji tidak terbentuk secara kawin sehingga memiliki sifat genetik yang sama dengan induknya. Buah muda berwarna hijau dan bila telah tua berubah menjadi ungu kehitaman. Tangkai buah tebal berdaging dan keras, dengan panjang 1,8-2 cm. Kulit buah (pericarp) tebal berukuran 0,8-1 cm, berwarna keungu-unguan, berdaging dan bergetah kuning. Buah manggis mempunyai 4-8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal biji yang diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih (terkadang transparan), bertekstur lembut dan berair, namun tidak semua bakal biji dalam segmen dapat berkembang menjadi biji, umumnya hanya 1-3 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji (Yaacob dan Tindal 1995; Verheij 1992; Harris dan Harris 1994)

(29)

Buruknya sistem perakaran manggis menyebabkan (a) penyerapan air dan hara menjadi lambat, (b) rendahnya laju fotosintesis, (c) rendahnya laju pembelahan sel pada meristem pucuk dan (d) lamanya masa dormansi atau masa intertrubus (Wiebel .et.al. 1992; Cox 1988; Poerwanto et.al. 1995). Periode dormansi yang panjang pada tanaman manggis diperlihatkan dengan frekuensi trubus per tahun yang semakin sedikit setelah tanaman membentuk cabang,. Bibit manggis umur 1 tahun dan belum bercabang dapat menghasilkan 8-10 pasang daun pertahun (Wiebel 1993), setelah bibit manggis berumur 2 tahun dan telah terbentuk cabang, maka frekuensi trubus menjadi 3-4 kali per tahun (Wiebelet.al. 1993).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Manggis

Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan air laut (dpl). Di daerah tropis, dengan bertambah tinggi tempat tumbuh maka akan bertambah lambat pertumbuhan dan semakin lama permulaan berbunga (Verheij 1992). Ketinggian optimum bagi tanaman manggis agar tumbuh dengan baik adalah 460-610 m dpl. Iklim yang paling cocok untuk tanaman manggis adalah daerah dengan udara lembab, curah hujan merata sepanjang tahun (1500-2500 mm.thn-1) dengan iklim kering pendek (Yaacob dan Tindall 1995). Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman manggis membutuhkan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan dengan musim kering yang pendek untuk menstimulir pembungaan. Meskipun demikian, manggis dapat tumbuh dengan baik pada tempat lain dengan persyaratan air tetap tersedia dimusim kemarau.

(30)

2.3. Pemupukan pada Tanaman Manggis

Pupuk adalah semua bahan yang diberikan pada tanah dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan melakukan pemupukan diharapkan pertumbuhan vegetatif dan generatif akan lebih baik (Subagyo dan Samad, 1970).

Pada umumnya pohon manggis yang ada dan telah berproduksi saat ini berasal dari tanaman tua yang sudah berumur puluhan tahun, serta tidak diberikan pemupukan. Hingga saat ini masih sedikit penelitian mengenai pemupukan pada tanaman manggis, dengan informasi yang terbatas ini dapat diketahui bahwa tanaman manggis memberikan respon positif terhadap pemupukan, termasuk penggunaan pupuk cair dan pupuk organik yang biasa digunakan sebagi mulsa (Yaacob dan Tindal 1995). Pupuk biasanya diberikan melingkar sebatas tajuk tanaman dan diaduk dengan tanah pengolahan ringan.

Berdasarkan pengalaman petani pada beberapa negara, diketahui bahwa pemupukan pada tanaman manggis masih sangat beragam dan tidak ada standar yang akurat sebagai pedoman dalam pelaksaannya. Yaacob dan Tindal (1995) menyebutkan beberapa kebiasaan petani di Malaysia dan Thailand yang melakukan pemupukan N, P, K dengan perbandingan antara lain 15:15:10, 10:10:9 dan 9:24:24, untuk perbandingan 9:24:24 umumnya digunakan pada pohon menjelang periode pemasakan buah.

Pemberian pupuk mampu meningkatkan kandungan N, P, K dan memberikan pengaruh terhadap tanaman serta kesuburan tanah (Purwani et.al. 1998). Adapun peranan masing-masing dari unsur tersebut antara lain adalah :

2.3.1. Nitrogen ( N )

(31)

Nitrosomonas dan Nitrobacter. Ditambahkan oleh Mengel dan Kirby (1987) bahwa semua ammonium yang diberikan ke dalam tanah akan berubah menjadi nitrat dalam waktu 14 hari.

Nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik di dalam tumbuhan, bergabung dengan C,H,O, dan kadang-kadang S untuk membentuk asam amino, enzim-enzim amino, asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Peranan utama nitrogen dalam pertumbuhan tanaman meliputi : komponen molekul klorofil, komponen asam-asam amino, esensial untuk penggunaan karbohidrat, sebagai komponen enzim, merangsang aktivitas dan perkembangan akar serta membantu penyerapan unsur-unsur hara lainnya (Marschner 1995). Didukung oleh Prihmantoro (1999) yang menyebutkan nitrogen di perlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan terutama batang, cabang dan daun. Selain itu unsur ini juga berguna dalam pertumbuhan hijau daun (klorofil), protein, lemak dan senyawa organik lainnya. Kekurangan unsur N akan menghambat perkembangan tanaman, daun menjadi kuning, pertumbuhan lambat dan kerdil.

(32)

dimana terjadi peningkatan jumlah buah jadi sebesar 458,67 buah bila dibandingkan tanpa pemberian nitrogen sebesar 415,50 buah.

2.3.2. Fosfor ( P )

Tumbuhan mengabsorbsi fosfor dalam bentuk ion bervalensi satu (H2PO4-) dan sebagian kecil dalam bentuk ion bervalensi dua (HPO4=). pH

tanah mengendalikan perimbangan kedua bentuk ini. H2PO4- tersedia pada

pH di bawah 7, dan HPO4= di atas pH 7. Sebagian besar fosfat dirubah

menjadi bentuk organik ketika masuk kedalam akar atau sesudah diangkut melalui xilem menuju tajuk. Berbeda dengan nitrogen dan belerang, fosfor tidak pernah direduksi dalam tumbuhan dan tetap sebagai fosfat, baik dalam bentuk bebas maupun terikat pada senyawa organik sebagai ester (Salisbury dan Ross 1992 : Taiz dan Zeiger 2002)

Fosfor merupakan unsur hara yang mobil dalam tubuh tumbuhan, dapat diretribusikan dari jaringan tua ke jaringan muda. Daun muda atau buah yang sedang berkembang dapat memperoleh suplai fosfat dari jaringan tanaman yang lebih tua. Fosfor dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan sel pada jaringan akar dan tunas yang sedang tumbuh, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah, mempercepat umur berbunga, membantu dalam pembentukan bunga, memperkuat ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Gardner et.al. 1991 : Thompson 1957).

(33)

akan menampakan gejala-gejala seperti : pertumbuhan lambat, lemah dan kerdil, berwarna hijau gelap, terjadi peningkatan pembentukan antosianin, proses pematangan buah dan biji lambat, pembentukan buah dan biji kurang sempurna, jumlah buah dan hasil rendah.

Pemberian fosfor terutama akan meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman manggis termasuk terjadi peningkatan produksi buah manggis. Disebutkan oleh Safrizal (2007) pemberian fosfor meningkatkan jumlah buah jadi dan produksi buah per pohon, namun tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman menggis produktif. Hasil buah tertinggi didapatkan pada pemberian fosfor dengan dosis 1200 g/tanaman/tahun bila dibandingan tanpa pemberian pupuk fosfor. Jumlah buah jadi dan produksi buah per pohon meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk fosfor. Hal ini mendukung pernyataan Liferdi (2006) yang menjelaskan bahwa pupuk fosfor yang diberikan pada tanaman manggis produktif sebesar 1200 g/tanaman/tahun meningkatkan produksi buah manggis per pohon pada tahun kedua yaitu sebesar 118 buah dibanding tanpa pemberian pupuk fosfor yaitu sebesar 70 buah, sebaliknya pemberian fosfor menurunkan jumlah bunga dan buah rontok seiring dengan peningkatan dosis pupuk fosfor.

2.3.3. Kalium ( K )

Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Pengangkutan kalium dari larutan tanah kedalam akar tanaman terutama adalah melalui difusi dan aliran massa. Hanya sebagian kecil (6-10%) dari total kalium yang diperlukan oleh tanaman diserap melalui kontak langsung antara akar dengan partikel tanah (Ahn 1993: Tisdaleet.al. 1985).

(34)

dan penutupan stomata, gerakan daun dan regulasi polarisasi membran (Taiz dan Zeiger 2002).

Unsur kalium diperlukan tanaman untuk memperkuat tanaman agar tidak mudah rebah, bunga dan buah tidak mudah rontok. Kekurangan unsur K akan menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis dan meningkatkan respirasi), daun tua mengerut tidak merata, timbul bercak berwarna coklat, mengering lalu mati (Dwijosepuro 1999 : Lingga 1999).

Disebutkan oleh Simanjuntak (2006) dan Liferdi (2006) Pemberian pupuk kalium meningkatkan jumlah bunga dan buah pada tanaman manggis, selain itu terjadi pula peningkatan jumlah bunga dan buah yang rontok seiring dengan peningkatan dosis pupuk kalium yang diberikan. Namun demikian, prosentase jumlah bunga dan buah yang rontok dibandingkan dengan jumlah bunga dan buah yang muncul menunjukkan penurunan jumlah. Hal ini menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan jumlah bunga dan buah yang rontok disebabkan terjadinya peningkatan bunga dan buah seiring dengan peningkatan dosis kalium yang diberikan. Selain itu pemberian kalium tidak memberikan pengaruh terhadap ukuran buah, baik diameter horizontal maupun vertikal buah. Hal yang berbeda disampaikan oleh Safrizal (2007) yang menjelaskan bahwa pemberian pupuk kalium tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman manggis produktif seperti panjang dan lebar daun, periode tumbuh trubus ataupun periode dormansi, namun menunjukkan pengaruh terhadap ukuran buah manggis yang dihasilkan, dimana semakin banyak buah yang dihasilkan menunjukkan penurunan ukuran diameter buah.

2.4. SifatBienial Bearing pada Tanaman Manggis

(35)

(2003) biennial bearing merupakan fenomena dimana pada satu musim tertentu tanaman berproduksi sangat tinggi (on year) dan pada musim berikutnya produksi sangat rendah (off year). Keadaan dimana terjadi peningkatan produksi disebut sebagai tahun panen raya pada siklus panen buah manggis, sedangkan pada tahun dimana terjadi penurunan produksi buah manggis disebut sebagai tahun off season. Liferdi (2006) menyebutkan pemupukan yang dilakukan pada tanaman manggis produktif yang sebelumnya belum pernah dilakukan pemupukan di Leuwiliang Bogor, menunjukkan peningkatan produksi pada tahun kedua pemupukan, hal ini menunjukkan tanaman manggis memberian respon terhadap pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium yang dilakukan, dengan jumlah produksi manggis berkisar 10-19 kg/pohon pada tahun kedua percobaan pemupukan, dibandingkan tahun pertama yang hanya berkisar 2-6 kg/pohon. Kemudian Safrizal (2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2006 terjadi peningkatan produksi pada tanaman manggis di Leuwiliang Bogor mencapai 30 kg/pohon, namun sebaliknya Abdillah (2008) melaporkan bahwa produksi buah manggis pada tahun 2008 di Leuwiliang Bogor sangat rendah mencapai 1 kg/pohon bahkan terdapat tanaman manggis yang tidak bereproduksi. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh bienial bearing pada produksi tanaman manggis yang menyebabkan produksi tanaman manggis berfluktuatif setiap tahunnya, dimana pada tahun 2006 terjadi peningkatan produksi yang sangat tinggi bila dibading tahun sebelumnya (on year) dan tahun 2007 terjadi produksi yang sangat rendah bila dibanding tahun sebelumnya (off year).

2.5. Analisis Jaringan Tanaman

(36)

agak sulit diinterpresentasikan, karena korelasi antar hasil analisis tanah dan produksi buah seringkali tidak baik (Poerwanto 2003).

(37)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kebun manggis Kelompok Tani Manggis Karya Mekar, di kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 390- 398 m diatas permukaan laut (dpl). Lokasi ini merupakan daerah sentra produksi tanaman manggis binaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang. Analisis kimia tanah, kandungan nitrogen, fosfor dan kalium jaringan daun dan buah dilakukan di Laboratorium Fisika-Kimia Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor serta pasca panen di Laboratorium Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika Baranang Siang. Penelitian berlangsung selama 13 bulan sejak persiapan hingga pangambilan data, yaitu dimulai pada bulan Maret 2008 hingga April 2009.

3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan di lapang antara lain : cangkul, gunting pangkas, jangka sorong, hand counter, tangga, tali rafia, meteran, kantong plastik, cutter, cooling box, kawat pengikat label dan GPS (Global Positioning System). Sedangkan alat yang dipergunakan di laboratorium terdiri dari timbangan analitik, oven, freezer, pH meter, spectrofotometer UV-VIS, cawan porselen, labu ukur, handrefraktometer, flamefotometer dan penetrometer.

(38)

kesesuaian sejarah pemeliharaan dengan maksud untuk mengurangi keragaman kondisi tanaman.

3.2.2. Rancangan dan Perlakuan

Penelitian ini terdiri atas lima percobaan yang terpisah, yaitu percobaan pemupukan nitrogen, pemupukan fosfor, pemupukan kalium, percobaan penentuan contoh daun manggis berdasarkan umur trubus dan penentuan contoh daun berdasarkan posisi daun terminal pada analisis jaringan. Masing-masing percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium, masing-masing terdiri atas lima taraf perlakuan dengan enam ulangan. Setiap taraf perlakuan terdiri atas satu tanaman sehingga diperlukan 30 tanaman manggis dewasa (umur lebih kurang 20 tahun dan telah berbuah) yang relatif seragam pada masing-masing percobaan. Sedangkan percobaan penentuan contoh daun manggis berdasarkan umur trubus dan penentuan contoh daun berdasarkan posisi daun terminal pada analisis jaringan, masing-masing terdiri atas tiga taraf perlakuan dengan tiga ulangan.

3.2.2.1. Percobaan I. Pemupukan Nitrogen (N)

Percobaan pemupukan pupuk nitrogen terdiri dari lima taraf yaitu : tanpa pupuk N (N0); 300 g N/ tanaman/ tahun (N1); 600 g N/ tanaman/ tahun

(N2); 900 N / tanaman/tahun (N3) dan 1200 g N/ tanaman/ tahun.

Pemupukan diberikan sebanyak tiga tahap, tahap pertama pada awal bulan Mei 2008, sebanyak 50% dari dosis yang ditetapkan; tahap kedua diberikan pada awal bulan September 2008 saat menjelang berbunga (awal musim hujan), sebanyak 20% dari dosis yang ditetapkan; sedangkan tahap ketiga diberikan pada bulan November 2008 saat buah manggis berdiameter lebih kurang 2 cm, sebanyak 30 % dari dosis yang ditetapkan. Pada setiap percobaan diberikan pupuk dasar berupa 600 g P2O5 / tanaman/ tahun dan

(39)

3.2.2.2. Percobaan II. Pemupukan Fosfor (P)

Dosis pupuk P terdiri atas lima taraf yaitu : tanpa pupuk P (P0); 300 g

P2O5/ tanaman/ tahun (P1); 600 g P2O5,/ tanaman/ tahun (P2); 900 g P2O5/

tanaman/ tahun (P3) dan 1200 g P2O5 / tanaman/ tahun. Pemupukan

diberikan sebanyak tiga tahap, tahap pertama pada awal bulan Mei 2008, sebanyak 20% dari dosis yang ditetapkan; tahap kedua diberikan pada awal bulan September 2008 saat menjelang berbunga (awal musim hujan), sebanyak 60% dari dosis yang ditetapkan; sedangkan tahap ketiga diberikan pada bulan November 2008 saat buah manggis berdiameter lebih kurang 2 cm, sebanyak 20 % dari dosis yang ditetapkan. Pemberian pupuk dasar dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk tahap pertama yaitu 600 g N / tanaman/tahun dan 800 g K2O/ tanaman/ tahun.

3.2.2.3. Percobaan III. Pemupukan Kalium (K)

Dosis pupuk P terdiri atas lima taraf yaitu : tanpa pupuk K (K0); 400 g

K2O/ tanaman/ tahun (K1); 800 g K2O/ tanaman/ tahun (K2); 1200 g K2O/

tanaman/ tahun (K3) dan 1600 g K2O/ tanaman/ tahun (K4). Pemupukan

diberikan sebanyak tiga tahap, tahap pertama pada awal bulan Mei 2008, sebanyak 20% dari dosis yang ditetapkan; tahap kedua diberikan pada awal bulan September 2008 saat menjelang berbunga (awal musim hujan), sebanyak 30% dari dosis yang ditetapkan; sedangkan tahap ketiga diberikan pada bulan November 2008 saat buah manggis berdiameter lebih kurang 2 cm, sebanyak 50 % dari dosis yang ditetapkan. Pemberian pupuk dasar dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk tahap pertama yaitu 600 g N / tanaman dan 600 g P2O5/ tanaman/ tahun.

3.2.2.4. Percobaan IV. Contoh daun Berdasarkan Umur Trubus

Percobaan contoh daun berdasarkan umur trubus terdiri atas tiga taraf yaitu : daun terminal trubus terakhir (bagian ujung) (u0); daun terminal

trubus kedua dari ujung (u1); dan daun terminal trubus ketiga dari ujung (u2)

(40)

tanaman dengan kriteria daun telah mencapai perkembangan maksimum. Jumlah sampel tersebut diambil sebanyak 2 lembar untuk setiap penjuru.

3.2.2.5. Percobaan V. Contoh daun Berdasarkan Posisi Daun Terminal Percobaan contoh daun berdasarkan umur trubus terdiri atas tiga taraf yaitu : daun terminal trubus terakhir bagian ujung cabang (l0); daun terminal

trubus terakhir pada ranting kedua dari ujung cabang (l1); dan daun terminal

trubus terakhir pada ranting ketiga dari ujung cabang (l2) (Lampiran 2).

Contoh daun diambil dari empat penjuru pertumbuhan tanaman dengan kriteria daun telah mencapai perkembangan maksimum. Jumlah sampel tersebut diambil sebanyak 2 lembar untuk setiap penjuru.

3.2.3. Pengambilan dan Analisis Contoh Daun

3.2.3.1. Pengambilan Contoh daun berdasarkan Waktu Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen

Contoh daun untuk percobaan pemupukan diambil dari empat penjuru pertumbuhan tanaman (Utara, Selatan, Timur dan Barat) dengan kriteria daun telah mencapai perkembangan maksimum (tabel 1). Jumlah sampel tersebut diambil sebanyak 2 lembar untuk setiap penjuru. Contoh daun diambil sebanyak empat tahapan, masing-masing tahapan pengambilan contoh daun adalah sebagai berikut :

(41)

Tabel 1. Jenis dan Fase Pertumbuhan Sampel untuk Analisis Jaringan

Mei Daun terminal Trubus penuh dan dormansi 2 Analisis daun

tahap kedua

Agustus Daun terminal Trubus penuh dan dormansi 3 Analisis daun

tahap ketiga

Oktober Daun terminal Trubus penuh dan dormansi 4 Analisis daun

tahap keempat

Februari Daun terminal Trubus penuh dan dormansi

Teknik pengambilan contoh daun ini dilakukan sesuai dengan teknik pengambilan sampel pada empat penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Liferdi (2006), Safrizal (2007) dan Abdillah (2008). Sehingga dalam serangkaian penelitiaan pemupukan selama lima tahun akan didapatkan teknik pengambilan sampel yang homogen dan konsisten.

3.2.3.2. Pengambilan Contoh daun Berdasarkan Umur Trubus

Analisis jaringan daun berdasarkan umur trubus dilakukan pada saat panen telah selesai, dengan melakukan pengambilan contoh daun pada cabang bagian tengah pohon. Masing-masing pada daun terminal trubus terakhir (bagian ujung), daun terminal trubus kedua dari ujung dan daun terminal trubus ketiga dari ujung.

(42)

maksimum. Jumlah sampel tersebut diambil sebanyak 2 lembar untuk setiap penjuru.

3.2.3.4. Analisis Contoh daun

Analisis kandungan nitrogen jaringan daun dengan menggunakan metode semi mikro Kjeldahl (Lampiran 3), sedangkan fosfor dan kalium jaringan daun dianalisis dengan menggunakan metode pengabuan kering (Lampiran 4). Analisis nitrogen menggunakan bagian daun dengan bobot 0,2 g ditambah 2 ml H2SO4 98%, kemudiaan didestruksi sampai jernih

dengan katalisator selenium. Setelah didestilasi sampai jernih dengan NaOH 40 % dan uap (cairan) ditampung dengan ditambahkan 25 ml H3BO3 4%,

destilatnya didestilasi dengan HCl 0,1 N untuk menetapkan kandungan (%) nitrogen. Pengabuan kering untuk analisis fosfor dan kalium dilakukan dengan menimbang 1 g contoh daun, selanjutnya dimasukkan dalam alat Muffle dengan wadah cawan poselin. Bahan dipanaskan pada suhu 5500C. Dari hasil pengabuan kering, kandungan fosfor diukur dengan Spectrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 660 nm, sedangkan kandungan kalium diukur dengan Flamefotometer (Wilde et.al. 1979). Analisis kandungan nitrogen, fosfor dan kalium tanah dan jaringan daun dilakukan di Laboratorium Fisika-Kimia Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

3.2.4. Pengambilan dan Analisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah

(43)

3.2.5. Pengamatan

3.2.5.1. Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi tanaman manggis dilakukan terhadap peubah:

1. Jumlah trubus (buah)

Dihitung rata-rata jumlah trubus stadium dewasa dari sepuluh cabang tanaman

2. Panjang trubus (cm)

Diukur panjang trubus stadium dewasa dari bagian pangkal hingga bagian ujung.

3. Panjang Daun (cm)

Diukur pada diukur saat daun telah berkembang penuh. Panjang daun diukur mulai dari pangkal helaian daun sampai ujung daun.

4. Lebar Daun (cm)

Diukur pada diukur saat daun telah berkembang penuh. Lebar daun pada bagian tengah daun secara horizontal.

5. Jumlah Bunga (bunga/pohon)

Dihitung banyaknya bunga yang muncul per pohon 6. Jumlah Bunga Rontok (bunga/pohon)

Dihitung banyaknya bunga yang rontok per pohon 7. Jumlah Buah panen (buah/pohon)

Jumlah buah panen dihitung berdasarkan banyaknya buah yang dipanen pada tiap pohon sampel yang telah ditetapkan.

8. Produksi Buah per Pohon (kg/pohon)

Produksi buah per pohon dihitung berdasarkan jumlah berat buah per pohon.

3.2.5.2 Komponen Kualitas Buah

(44)

1. Bobot Buah Segar (g)

Bobot buah segar diukur dengan menggunakan timbangan analitik dengan cara menimbang keseluruhan buah pada saat setelah panen.

2. Bobot Kulit Buah Segar (g)

Bobot kulit buah diukur dengan menggunakan timbangan analitik dengan cara menimbang kulit buah setelah buah dibelah dan dipisahkan dengan aril dan biji.

3. Bobot Kulit Buah Kering (g)

Bobot kulit buah kering diukur dengan menggunakan timbangan analitik dengan cara menimbang kulit buah setelah dioven selama lebih kurang 3 hari dalam suhu 700 C dan beratnya telah konstan pada tiga kali interval penimbangan setiap 1 jam.

4. Bobot Biji Segar Total (g)

Bobot biji diukur dengan menggunakan timbangan analitik dengan cara menimbang keseluruhan biji pada buah sampel.

5. Bobot Biji Kering Total(g)

Bobot biji kering diukur dengan menggunakan timbangan analitik dengan cara menimbang biji setelah dioven selama lebih kurang 3 hari dalam suhu 700 C dan beratnya telah konstan pada tiga kali interval penimbangan setiap 1 jam.

6. Bobot Tangkai dan Cupat Segar (g)

Bobot tangkai dan cupat diukur dengan menggunakan timbangan analitik dengan cara menimbang tangkai dan cupat setelah dipisahkan dari kulit buah.

7. Bobot Tangkai dan Cupat Kering (g)

Bobot tangkai dan cupat diukur dengan menggunakan timbangan analitik dengan cara menimbang tangkai dan cupat setelah dioven selama lebih kurang 3 hari dalam suhu 700 C dan beratnya telah konstan pada tiga kali interval penimbangan setiap 1 jam.

8. Bobot Aril (g)

(45)

9. Edible portion(%)

Edible portion adalah prosentase bagian buah yang dapat dimakan, dan dirumuskan sebagai berikut : 10. Kekerasan kulit buah (kg/cm2/dt)

Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan penetrometer pada bagian atas, tengah dan bawah dan selanjutnya diambil rata-ratanya. 11. Diameter Horizontal (cm)

Diameter horizontal buah diukur menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah secara horizontal pada kedua sisi, dan selanjutnya diambil rata-ratanya.

12. Diameter Vertikal (cm)

Diameter vertikal diukur menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah secara vertikal pada kedua sisi, dan selanjutnya diambil rata-ratanya. 13. Tebal Kulit Buah (mm)

Tebal kulit diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah kulit buah dibelah secara melintang menjadi dua bagian.

14. Total Padatan Terlarut (TPT) (brik)

Diukur kadar kemanisan setiap daging buah manggis dengan menggunakan refraktometer (TPT dalam brik)

15. Total Asam Tertitrasi (TAT) (%)

(46)

fp : Faktor Pengencer

Be : Berat molekul asam sitrat =192/3 16. Kandungan hara N, P, K pada buah (%)

Diukur kandungan hara N, P, K pada masing-masing bagian buah (cupat+ tangkai buah, kulit buah, daging buah dan biji).

3.2.6 Pengamatan Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang diamati yaitu pengamatan curah hujan dan jumlah hari hujan selama 5 tahun, yaitu sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Perhitungan data iklim tersebut diperoleh dari Stasiun Klimatologi Dramaga Kabupaten Bogor.

3.2.7 Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh kandungan hara nitrogen, fosfor dan kalium berkaitan dengan produksi dan kualitas buah manggis, maka data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F), dan dilanjutkan dengan Uji Ortogonal Polinomial.

Untuk mengetahui status hara maka dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Menghitung hasil relatif (Relative Yield= %RY) (rata-rata dari setiap ulangan) :

Produksi relatif Dimana :

Yi = Produksi pada perlakuan nitrogen, fosfor atau kalium ke-i Ymaks = Pertumbuhan maksimum pada dosis nitrogen, fosfor dan

kalium

2. Selanjutnya nilai hasil relatif sebagaidefendent variable (Y) dihubungkan dengan nilai kandungan nitrogen, fosfor dan kalium daun sebagai independent variable (X) untuk dianalisis dengan menggunakan model regresi. Model yang mempunyai kriteria terbaik secara statistik akan dipakai untuk menentukan status hara N, P dan K untuk tanaman manggis.

% 100

x maks Y

Yi

(47)

Berdasarkan model regresi yang telah ditetapkan maka ditarik garis untuk menghubungkan antara kadar hara N, P, K daun dengan hasil relatif untuk menentukan status hara. Kidder (1993) membagi ke dalam lima kategori berdasarkan presentase hasil relatif yaitu :

Kategori sangat rendah (< 50% RY) Kategori rendah (50-75% RY) Kategori cukup (75-100% RY) Kategori tinggi (100% RY)

Kategori sangat tinggi (>100% RY).

Optimasi pemupukan N, P, K ditentukan berdasarkan kandungan hara pada jaringan daun dan hasil relatif tanaman dengan menggunakan metode Threshold yield (Waughet.al.1973).

Sedangkan untuk mengukur korelasi antara kadar hara N, P, K daun pada setiap umur dan posisi daun (X) dengan hasil relatif (%Y) dianalisis dengan korelasi linier sederhana sebagai berikut :

rxy=

(48)

Gambar 2. Alur Penelitian Determinasi Status Hara N.P,K pada Jaringan Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis

Sampel Daun

Dosis optimum nitrogen, fosfor dan kalium terhadap produksi tanaman manggis

Rekomendasi pemupukan dan prediksi produksi manggis

(49)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum

Kebun manggis Leuwiliang didominasi oleh tanaman manggis produktif yang berumur lebih dari 20 tahun. Kebun ini berada pada ketinggian 390-398 m dpl, dengan topografi bergelombang dan kemiringan 6-30 %, jenis tanah podsolik dengan tekstur liat yang tinggi dan pH berkisar antara 4,30-5,50.

Disebutkan oleh Gunawan (2007) terdapat perbedaan tingkat kesuburan tanah pada lima sentra produksi manggis di Pulau Jawa, yaitu Leuwiliang, Wanayasa, Puspahiang, Kaligesing dan Watulimo yang dipengaruhi oleh karakterisitik iklim mikro dan tanah masing-masing daerah. Leuwiliang menjadi daerah sentra produksi manggis dengan tingkat kesuburan tanah rendah, terutama kandungan hara N, P dan K bila dibandingkan dengan keempat daerah lainnya. Menurut hasil analisis tanah dari areal perkebunan manggis Kampung Cengal Kecamatan Leuwiliang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Hara dan Tekstur Tanah pada Tanah Areal Kebun Manggis Kampung Cengal Kecamatan Leuwiliang.

(50)

Hasil analisis tanah pada Tabel 2 menunjukkan kebun manggis di Kampung Cengal Kecamatan Leuwiliang memiliki tingkat kemasaman yang tinggi dengan kandungan hara yang relatif rendah. Rendahnya hara terutama disebabkan oleh tingginya tingkat pencucian hara akibat curah hujan yang turun sepanjang tahun (Gambar 4 dan Gambar 5). Tingginya tingkat pencucian hara pada lahan perkebunan manggis juga disebabkan oleh topografi kebun manggis yang bergelombang dengan kemiringan sebesar 6-30 %, .

Kebun manggis di daerah Leuwiliang merupakan perkebunan manggis dengan sistem agroforestry, sehingga terdapat beberapa jenis tanaman lain seperti melinjo (Gnetum gnemon), durian (Durio zibenthinus), dan pisang (Musa paradisiaca). Jarak tanam pada kebun manggis tidak seragam dan ditanam topografi miring. Untuk meminimalisir pengaruh negatif dari lahan yang miring, seperti resiko terjadinya longsor dan erosi pada areal kebun, terutama pada musim hujan, maka telah dibuat teras / teras individu pada setiap pohon manggis.

Pola sebaran curah hujan dan hari hujan di Desa Karacak kecamatan Leuwiliang selama satu tahun (2008) dapat dilihat pada Gambar 4. Pada awal tahun (Januari-Februari dan Maret) terjadi penurunan curah hujan dari 407 mm/bulan menjadi 239 mm/bulan, demikian pula pada bulan Mei hingga Juli terjadi penurunan curah hujan dari 302 mm/bulan menjadi 115 mm/bulan. Pada akhir bulan Agustus terjadi peningkatan curah hujan hingga puncaknya terjadi pada bulan Nopember yang mencapai 494 mm/bulan.

(51)

0 Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor ( 2009)

Gambar 4. Pola Penyebaran Curah Hujan Dan Jumlah Hari Hujan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Bogor pada Tahun 2008

Sedangkan curah hujan tahunan berdasarkan pengamatan Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 berkisar antara 1.353 mm sampai 3.350 mm per tahun (Gambar 5).

Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor( 2009)

(52)

Curah hujan tahunan terendah terjadi pada tahun 2006 sedangkan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Curah hujan bulanan terendah selama tahun pengamatan terjadi pada bulan Juni 2004 sebesar 0,0 mm, sedangkan tertinggi terjadi pada bulan April 2004 sebesar 505 mm. Selama tahun pengamatan, bulan Agustus memiliki rata-rata curah hujan terendah yaitu sebesar 80.8 mm, sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, yaitu sebesar 309.2 mm. Tabel 3.Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Di Desa Karacak Kec.Leuwiliang

Bogor Selama Lima Tahun, Sejak Tahun 2004 Hingga Tahun 2008.

Hari Hujan (hari) Tahun

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Jumlah

Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2009)

Jumlah hari hujan tahunan yang terjadi diwilayah studi berkisar antara 108 sampai 155 hari, dengan rata-rata jumlah hari hujan per tahun sebesar 140.8 hari. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada tahun 2006 sedangkan tertinggi terjadi pada tahun 2008 (Tabel 3).

Jumlah rata-rata hari hujan bulanan selama tahun pengamatan berkisar antara 5.4 hingga 17.4 hari. Jumlah rata-rata terendah terjadi pada bulan Agustus, sedangkan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Nopember. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni 2004 dimana tidak terjadi hujan,sedangkan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan November 2006 yaitu sebanyak 26 hari.

Pembungaan tanaman manggis pada tahun 2008 mulai terjadi pada awal bulan Oktober 2008, dilanjutkan dengan pembentukan dan pematangan buah. Panen buah manggis mulai dilakukan pada pertengahan bulan Januari yaitu pada saat buah berumur lebih kurang 102 hari setelah anthesis.

(53)

dipanen disesuaikan dengan indeks warna (Lampiran 5) untuk mengukur tingkat kematangan buah. Warna buah yang dijadikan acuan adalah warna buah sesuai dengan indeks warna 2, yaitu ditandai dengan warna buah kuning kemerahan dan bercak merah masih jelas merata, getah sedikit dan buah telah dapat dipisahkan dari kulit, sehingga dilakukan beberapa kali pemanenan buah manggis dalam satu periode panen. Pemanenan buah manggis dilakukan setiap dua hari sekali. Setelah panen, hasil panen dikumpulkan untuk disortasi sesuai ukuran dan dijual kepada eksportir pada hari yang sama dengan hari pemanenan untuk menjaga kualitas buah.

4.2. Pengaruh Pemupukan Nitrogen

4.2.1. Kandungan Nitrogen Pada Daun Berdasarkan Waktu Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen

Kandungan nitrogen pada jaringan daun terminal tanaman manggis diamati sebanyak empat kali, masing-masing pada saat sebelum aplikasi pupuk nitrogen diberikan, yaitu pada bulan Mei 2008, Agustus 2008, Oktober 2008 dan Februari 2009. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nitrogen pada Jaringan Daun Terminal Tanaman Manggis pada Beberapa Waktu Pengamatan.

(54)

daun yang memiliki korelasi terbaik pada hubungan kandungan hara daun terhadap relatif yield, bila dibandingkan dengan daun pada umur lainnya.

Peningkatan dan penurunan kandungan hara pada daun dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman manggis di dalam pertumbuhannya. Adanya pengaruh proses fisiologi tanaman terlihat pada terjadinya peningkatan kandungan nitrogen pada saat tanaman belum berbunga bila dibandingkan pada saat setelah panen pada tahun 2008, kemudian terjadi penurunan kandungan nitrogen pada saat tanaman memasuki fase generatif yang ditandai dengan munculnya bunga dan buah, lalu meningkat kembali pada saat setelah panen pada tahun 2009. Terjadinya fluktuasi kandungan hara tersebut menjelaskan bahwa terjadi alokasi fotosintat dan asimilat pada jaringan source tanaman termasuk nitrogen. Nitrogen sebagai penyusun enzim penting bagi tanaman dan bersifat mobil, dimanfaatkan secara maksimal pada setiap fase pertumbuhan dan produksi tanaman manggis. Sutejo (2002) menyebutkan bahwa bahan kering tanaman terdiri atas bahan organik dan anorganik, dan nitrogen menjadi salah satu bahan terbanyak yang dikandung dalam tanaman setelah karbon, hidrogen dan oksigen. Jumlah kandungan nitrogen dalam bahan kering tersebut menunjukkan pentingnya nitrogen dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.

Gambar

Tabel 1. Jenis dan Fase Pertumbuhan Sampel untuk Analisis Jaringan
Gambar 2. Alur Penelitian Determinasi Status Hara N.P,K pada Jaringan Daun
Tabel 2. Kandungan Hara dan Tekstur Tanah pada Tanah Areal Kebun ManggisKampung Cengal Kecamatan Leuwiliang.
Gambar 5. Pola Penyebaran Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus dengan judul “ Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Usaha Busana Muslim di Desa Jepang Pakis Jati Kudus

Penelitian ini dilakukan melalui sistematika pengamatan. Karena pada dasarnya tidak ada anak di dunia ini yang tiba - tiba dapat berbicara dan menguasai bahasa secara

Hakim Ayu Fitrianingrum. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan dari penelitian

Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Caturini yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah perkawinan dengan kejadian lesi

Bermodal nilai dan karakter yang dikembangkan me- lalui budaya sekolah serta bukti nyata yang telah dibayarkan oleh SIT Salman Al Farisi Yogyakarta dengan tertanamnya nilai-nilai

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan beberapa ulasan yang ada terkait GHQJDQ SHULODNX NRQVXPVL GDQ SURGXN GHSRVLWR \DQJ DGD GL EDQN V\DUL¶DK VHEDJDL instrumen

Begitu pula yang telah diatur dalam Pasal 2 UU TPPU, bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan hasil dari tindak pidana asal, tidak hanya tindak pidana

Simpulan: Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan derajat depresi ibu siswa disabilitas tunggal dan ibu siswa disabilitas ganda di SLB D/D1