TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI
SEBAGAI TANAMAN HIAS POT
YUSNITA SARI
A24051629
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
YUSNITA SARI. Pengaruh Konsentrasi GA3 dan Pemupukan NPK
terhadap Keragaan Tanaman Cabai sebagai Tanaman Hias Pot. (Dibimbing
oleh KETTY SUKETI).
Tanaman cabai dapat dijadikan sebagai alternatif tanaman hias karena memiliki bentuk dan warna buah yang menarik. Pemberian GA3 pada tanaman cabai diharapkan dapat meningkatkan jumlah cabang dan mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai sehingga dapat meningkatkan keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot. Pemupukan NPK pada tanaman cabai diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman cabai dalam pot.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi GA3 dan dosis pemupukan NPK yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus.
2009, di green house Leuwikopo, IPB.
Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok. Konsentrasi GA3 (0, 100, dan 200 ppm) sebagai petak utama dan dosis pemupukan NPK (0, 1.5, 3, dan 6ngnNPK/polybag) sebagai anak petak. Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit cabai (Capsicum annuum) varietas Black Pataruman. Tanaman cabai ini memiliki bunga dan buah berwarna ungu, bentuk tanaman pendek, serta responsif terhadap pemupukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi GA3 yang diberikan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif tanaman semakin meningkat, namun pertumbuhan generatif tanaman semakin menurun sehingga terdapat korelasi negatif antara pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Berdasarkan hasil korelasi antar peubah pengamatan pada tanaman cabai diketahui bahwa peubah tinggi tanaman dipengaruhi oleh panjang ruas cabang sementara penyebab kerontokan buah dipengaruhi oleh jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman.
memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif terbaik terdapat pada kombinasi tanpa. GA3 dan 1.5 g NPK/polybag.
PENGARUH KONSENTRASI GA
3DAN PEMUPUKAN NPK
TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI
SEBAGAI TANAMAN HIAS POT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
YUSNITA SARI
A24051629
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul :
PENGARUH KONSENTRASI GA
3DAN PEMUPUKAN
NPK TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI
SEBAGAI TANAMAN HIAS POT
Nama :
Yusnita Sari
NIM : A24051629
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ir. Ketty Suketi MSi. NIP 19610913 198601 2001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP 19611101 198703 1003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 11 Juni 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Waluyo dan Ibu Sugiyani.
Latar belakang pendidikan penulis diawali dari TK Islam Nur Huda pada tahun 1993. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SDN Cipinang Melayu 05 pagi Jakarta, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 117 Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 50 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 2007 penulis menjadi anggota Departemen Perekonomian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A), IPB. Tahun 2008 penulis menjadi sekretaris Departemen Fund Rising BEM-A, IPB. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan acara mahasiswa antara lain sebagai anggota Divisi Agrishop pada Festival Tanaman ke-28 (FESTA XXVIII), anggota Divisi Dana Usaha acara Olahraga Tahunan Fakultas Pertanian, serta menjadi Humas dan Dana Usaha acara Masa Perkenalan Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian mengenai pengaruh pemberian GA3 dan pemupukan NPK pada tanaman cabai hias ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak yaitu PT..Bina Usaha Flora yang telah menyediakan bibit tanaman dan Departemen Teknik Pertanian yang telah memberikan izin penggunaan green house sebagai tempat penelitian.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Ketty Suketi, MSi. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Azis, MS. dan Dr. Ir. Adiwirman, MS. sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Bina Usaha Flora dan Departemen Teknik Pertanian IPB. Kepada kedua orang tua dan kakak penulis yang telah memberikan dorongan dan doa yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
DAFTAR ISI
Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai ... .. 14
PengaruhKonsentrasiGA3terhadapPertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai ... 16
Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadapPertumbuhanGeneratif Tanaman Cabai ... 18
Pengaruh .Dosis .Pemupukan .NPK.terhadap Pertumbuhan. Vegetatif Tanaman Cabai ... 21
Pengaruh .Dosis .Pemupukan .NPK. terhadap Pertumbuhan .Generatif Tanaman Cabai ... 24
Interaksi Antara Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK ... 26
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rekapitulasi Sidik Ragam Tanaman Cabai ... 14
2. Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai ... 15
3. PengaruhnKonsentrasinGA3nterhadapnPanjangnRuasnCabangndan Diameter Batang Tanaman Cabai ... 18
4. PengaruhnDosisnPemupukannNPK terhadap Panjang Ruas Cabang dan Diameter Batang Tanaman Cabai ... 23
5. PengaruhnInteraksinKonsentrasinGA3 dannDosisnPemupukan NPK terhadap Diameter Batang Tanaman Cabai ... 26
6. PengaruhInteraksinKonsentrasinGA3ndannDosisnPemupukan NPK terhadap Jumlah Buah Cabai ... 27
7. PengaruhnInteraksinKonsentrasi GA3 dan DosisnPemupukannNPK terhadap Persentase Bunga Menjadi Buah Cabai ... 27
8. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 8 MST ... 29
9. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST ... 30
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Struktur Kimia GA3 ... 06 2. Keragaan Tanaman Cabai Hias yang Digunakan ... 09
3. Bibit Tanaman Cabai yang Digunakan Saat Penelitian ... 12
4. Pengaruh .Konsentrasi .GA3 .terhadap .Jumlah .Cabang .Primer dan Sekunder Tanaman Cabai ... 16
5. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Tinggi Tanaman Cabai ... 17
6. Perbandingan .Tinggi .Tanaman Cabai .pada Berbagai Konsentrasi GA3 pada 13 MST ... 17
7. PengaruhKonsentrasiGA3terhadapJumlahBungadanBuah Cabai 19
8. PengaruhnKonsentrasinGA3nterhadapnPersentase Kerontokan Buah 20
Cabai ... 9. Pengaruhn.KonsentrasinGA3nterhadapnPersentasenBunganMenjadi. Buah Cabai ... 21
10.Pengaruh DosisnPemupukanNPK.terhadapnJumlahCabang Primer dan Sekunder Tanaman Cabai ... 22
11.Pengaruh Dosis PemupukanNPK Pemupukan NPK terhadap Tinggi Tanaman Cabai ... 23
12.Pengaruh Dosis Pemupukan. NPKterhadapJumlah Bunga dan Buah Cabai ... 24
13.Pengaruh Dosis Pemupukan NPKnterhadap. Persentase Kerontokan Buah Cabai ... 25
14.Pengaruhn.Dosisn.PemupukannNPKn.terhadapn.PersentasenBungan Menjadi Buah Cabai ... 26
15.Keragaan Tanaman Cabai pada 8 MST ... 28
16.Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peletakan Tanaman Cabai dalam Green House ... 40
2. Kriteria Uji Keragaan Tanaman Cabai ... 41
3. Hasil Analisis Media Tanam ... 42
4. Sidik Ragam Jumlah Cabang Primer Tanaman Cabai ... 42
5. Sidik Ragam Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Cabai ... 43
6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Cabai ... 44
Latar Belakang
Produksi tanaman hias di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari volume ekspor tanaman hias yang terus meningkat. Pada tahun 2004 Indonesia mengekspor 14 065.154 ton tanaman hias. Pada tahun 2007 volume ekspor tanaman hias Indonesia meningkat menjadi 15.875.683 ton (Departemen Pertanian, 2010). Jenis tanaman yang diusahakan pun beragam mulai dari tanaman hias daun, bunga, dan buah. Banyaknya permintaan akan tanaman hias menyebabkan peluang pengembangan usaha agribisnis tanaman hias di Indonesia masih terbuka.
Salah satu alternatif tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman hias adalah tanaman cabai karena tanaman ini memiliki bentuk dan warna buah yang menarik. Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa tanaman cabai hias populer di Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias biasa disebut sebagai tanaman Christmas Pepper karena tanaman ini banyak tersedia dan diminati saat natal. Evans (1993) menyatakan tanaman cabai hias dijual ketika warna buah masak dan berwarna merah sebagai simbol keceriaan dan pesta yang meriah.
Tanaman cabai yang ditanam sebagai tanaman hias harus memenuhi persyaratan yang menambah keindahan tanaman diantaranya memiliki tinggi yang proporsional dalam pot serta memiliki banyak buah sebagai daya tariknya. Kerimbunan tanaman juga merupakan salah satu syarat keindahan tanaman cabai, dimana semakin rimbun tanaman maka diharapkan jumlah cabang generatif yang menghasilkan buah juga semakin banyak. Pemberian Giberelin diketahui dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman.
Menurut Sembiring dan Simatupang (1992) pemberian Gibberellic Acid
Menurut Ogawa et al. (1993) GA3 dapat menginduksi pembungaan pada tanaman spathiphyllum (Spathiphyllum patinii). Budiarto dan Wuryaningsih (2007) menyatakan bahwa GA3 dapat mempercepat pembungaan dan meningkatkan jumlah bunga pada tanaman anthurium. Menurut Nasihin dan Qodriyah (2008) pemberian GA3 diketahui dapat menstimulasi pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman krisan. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa pemberian 150 ppm GA3 pada tanaman krisan dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif serta mempercepat pembungaan dan umur panen krisan.
Kerontokan buah merupakan masalah dalam bertanam cabai. Penyebab kerontokan buah pada tanaman cabai dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Ganefianti et al., 2006). Kerontokan buah dapat mengurangi jumlah buah yang dihasilkan tanaman sehingga dapat menurunkan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias.
Menurut Haryantini dan Santoso (2000) pemberian GA3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai merah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui pemberian 100 ppm GA3 pada tanaman cabai merah yang diberikan saat 30 dan 50 HST dapat menurunkan tingkat kerontokan buah hingga.5%.
Banyaknya buah dapat menambah daya tarik cabai sebagai tanaman hias pot. Oleh karena itu, untuk meningkatkan jumlah cabang dan mengatasi masalah kerontokan buah pada tanaman cabai dapat dilakukan pemberian GA3 pada beberapa konsentrasi yang paling baik untuk tanaman.
Menurut Sumarni dan Rosliani (2001) pemberian 2 g/l NPK yang diaplikasikan tiga hari sekali pada tanaman cabai menghasilkan jumlah buah terbanyak. Menurut Sardjono (2004) pemberian 3 g NPK/polybag meningkatkan diameter tajuk tanaman, jumlah daun, dan tinggi tanaman kubis hias.
Pemupukan yang tepat dapat mendukung pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Oleh karena itu, untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai dalam pot dapat dilakukan dengan pemberian pupuk NPK pada beberapa dosis perlakuan.
Tujuan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian GA3 dan pemupukan NPK terhadap keragaan tanaman cabai, serta mengetahui konsentrasi GA3 dan dosis pupuk NPK yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot.
Hipotesis
1. Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka jumlah cabang yang dihasilkan tanaman semakin banyak sehingga dapat meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan tanaman cabai.
2. Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka tingkat kerontokan buah pada tanaman cabai semakin berkurang.
3. Semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diberikan maka pertumbuhan tanaman cabai semakin meningkat.
Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman
Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) cabai merupakan tanaman herba, sebagian besar tanaman menjadi berkayu pada pangkal batangnya, dan beberapa jenis menjadi tanaman semak. Poulus (1994) menyatakan bahwa terdapat 5.spesies domestikasi dan 25.spesies liar pada tanaman cabai. Deskripsi dari kelima jenis tanaman cabai menurut Kusandriani (1996) dan Djarwaningsih (2005), yaitu:
1. Capsicum annuum memiliki tangkai daun panjang. Bentuk daun bulat telur atau lanset, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua. Daun tumbuh pada tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tersusun secara spiral. Setiap bunga tersusun dari lima atau enam mahkota bunga yang berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis tergantung varietas. Buah tunggal pada setiap ruas bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan tingkat kepedasan. Warna buah masak bervariasi dari merah, jingga, kuning, dan keunguan.
2. Capsicum frutescens memiliki tangkai daun pendek dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Mahkota bunga berwarna kehijauan tanpa bintik kuning pada dasar tabung mahkota bunga. Tangkai bunga saat anthesis
tegak. Buah tunggal kadang berpasangan atau lebih di setiap ruas. Buah yang telah masak berwarna merah.
3. Capsicum chinense memiliki sifat tanaman yang hampir sama dengan
4. Capsicum baccatum memiliki tangkai daun panjang. Bunga tunggal dengan bentuk tangkai merunduk atau tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna putih dengan bercak kuning pada tabung mahkotanya. Buah tunggal muncul di setiap ruas. Warna buah masak bervariasi mulai dari jingga, kuning sampai merah.
5. Capsicum pubescens memiliki bunga tunggal dengan bentuk tangkai tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna ungu, kadang berwarna putih pada ujung tabung mahkota bunga. Buah tunggal atau berjumlah 2-3 berada di setiap ruas dengan posisi buah menggantung. Buah berbentuk bulat telur. Warna buah masak merah, jingga, atau coklat.
Cabai dapat hidup dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi pada temperatur 24-27oC dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Cabai dapat ditanam di sawah dan tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat, dan cukup air. Tanaman cabai dapat tumbuh optimal pada pH 5.5-7. Cabai membutuhkan perairan yang cukup. Kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman kerdil, kurus, layu bahkan mati (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Tanaman cabai dapat digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki warna dan bentuk buah yang menarik. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) tanaman cabai memiliki warna buah yang bervariasi yaitu, hijau, kuning atau ungu ketika masih muda, kemudian berubah warna menjadi merah, jingga, atau kuning. Bentuk buah pada tanaman cabai juga beragam yaitu linier, kerucut, bulat, dan kombinasi.
Menurut Djarwaningsih (2005) jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Capsicum chinense dan Capsicum pubescens karena
Capsicumnchinense memiliki bentuk buah yang beragam dan variasi warna buah yang menarik, sedangkan Capsicum pubescens memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu.
GA3
disebut juga sebagai hormon endogen. Menurut Salisbury dan Ross (1995b) tanaman secara alami memiliki hormon endogen. Hormon endogen adalah senyawa yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, serta pada konsentrasi yang sangat rendah dapat menimbulkan suatu respon fisiologis. Sebagian besar hormon endogen tanaman berada pada jaringan meristem.
Menurut Wattimena (1988) giberelin terdapat secara alami pada organ tanaman yaitu pada bagian akar, tunas, mata tunas, bintil akar, buah, serta jaringan halus. Giberelin pada tanaman berperan dalam pemanjangan sel, memperbesar luas permukaan daun, pembungaan, serta berpengaruh terhadap besar bunga dan buah yang dihasilkan. Menurut Salisbury dan Ross (1995b) GA3 merupakan senyawa giberelin yang paling umum digunakan. Struktur kimia GA3 ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Kimia GA3
Pupuk NPK
Tanaman memerlukan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhannya (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Oleh karena itu untuk menambah asupan unsur hara pada tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk.
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang memiliki kandungan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung beberapa unsur pupuk. Komposisi dan kadar dari pupuk majemuk dibuat berdasarkan kebutuhan.
Menurut Sarief (1985) keuntungan pemberian pupuk majemuk ialah lebih efisien karena pemupukan dapat dilakukan tanpa pencampuran pupuk. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa keuntungan agronomis dari penggunaan pupuk majemuk ialah dapat menyesuaikan campuran pupuk dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.
Unsur N yang terdapat pada pupuk NPK berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Tanaman yang kekurangan N memiliki pertumbuhan yang terhambat, tanaman menjadi kerdil, sistem perakaran terbatas, daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cepat rontok (Soepardi, 1983). Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa kelebihan unsur N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan.
Unsur P memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan generatif pada tanaman. Soepardi (1983) menyatakan bahwa unsur P memiliki pengaruh yang menguntungkan yaitu berperan dalam pembentukan bunga, buah dan biji. Selain itu unsur P juga berperan dalam pembelahan dan perkembangan sel, serta kematangan tanaman. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) unsur P berperan dalam pemecahan karbohidrat, penyimpanan serta peredaran energi ke seluruh tanaman dalam bentuk ATP dan ADP. Unsur P juga berperan dalam pembelahan sel.
Unsur K memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis (Gardner
et al., 1991). Menurut Salisbury dan Ross (1995) K merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa unsur K memiliki peranan dalam pembelahan sel, pembentukan karbohidrat, translokasi gula, dan sintesis protein.
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2009, di green house Leuwikopo, kampus IPB Darmaga, Bogor. Analisis media tanam dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain bibit tanaman cabai hias varietas Black
Pataruman (ORP-11) yang telah berumur 4 minggu. Tanaman cabai yang digunakan termasuk kedalam spesies Capsicum annuum (Gambar 2). Bahan lain yang digunakan yaitu pupuk NPK (15-15-15) dan GA3. Alat yang digunakan ialah
polybag berdiameter 15 cm dengan volume 700 ml, bak semai, timbangan digital,
sprayer, dan jangka sorong. Media tanam yang digunakan ialah tanah, pupuk kandang, dan arang sekam dengan perbandingan 1: 1: 1.
b c
a
Gambar 2. Keragaan Tanaman Cabai Hias yang Digunakan; (a) keragaan tanaman cabai, (b) bunga dan buah cabai yang masih muda, (c) buah cabai yang telah masak dan berubah warna menjadi warna merah.
Metode Penelitian
GA3 sebagai petak utama dengan 3 taraf konsentrasi yaitu 0, 100, dan 200.ppm.GA3. Pemupukan NPK sebagai anak petak dengan empat dosis pemberian yaitu 0, 1.5, 3, dan 6 g NPK/polybag. Setiap perlakuan terdiri dari 4.ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari lima tanaman, sehingga terdapat 240 tanaman yang diamati. Model matematik yang digunakan dalam penelitian ini ialah :
Yijk = µ + δi + Gj +(δ*G)ij +Pk+ (G*P)jk + εijk
Keterangan :
Yijk = Respon perlakuan
µ = Rataan umum
δi = Pengaruh ulangan
Gj = Pengaruh faktor utama (aplikasi GA3) (δ*G)ij = Galat I (interaksi ulangan x GA3)
Pk = Pengaruh faktor anak petak (pemupukan NPK) (G*P)jk = Pengaruh interaksi GA3 dan pemupukan NPK εijk = Galat percobaan
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Bibit yang digunakan ialah bibit cabai yang berumur 4 minggu dari PT.nBina Usaha Flora, Cianjur, Jawa Barat. Bibit tersebut kemudian dipindahkan ke dalam polybag berdiameter 15 cm. Peletakan tanaman dalam green house
disajikan pada Lampiran 1.
Pengamatan
Peubah yang diamati pada tanaman cabai hias mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Cayanti (2006) dan Nurlaelia (2007).
- Pengamatan pertumbuhan vegetatif dilakukan setiap minggu meliputi: jumlah cabang primer, sekunder, dan tinggi tanaman. Pada akhir pengamatan dilakukan pengukuran panjang ruas cabang dan diameter batang. Pengukuran panjang ruas cabang dilakukan dengan mengukur ruas cabang dari titik dikotomus hingga ruas cabang terakhir.
- Pengamatan pertumbuhan generatif dilakukan setiap dua hari setelah tanaman berbunga meliputi: jumlah bunga dan buah yang dihasilkan, jumlah buah rontok, serta persentase bunga yang menjadi buah
- Korelasi antar peubah pengamatan pada tanaman cabai dilakukan untuk mengetahui hubungan keeratan dari masing-masing peubah yang diamati. - Uji keragaan tanaman cabai. Uji keragaan tanaman cabai dilakukan pada 8,
Kondisi Umum
Suhu rata-rata harian dalam green house berkisar antara 27-28oC dengan kelembaban sekitar 69%. Suhu tertinggi sebesar 33oC dan suhu terendah sebesar 23oC. Hasil analisis media tanam menunjukkan kandungan N 0.23% (sedang), P.201.mg/100.g (sangat tinggi) dan K 141 mg/100.g (tinggi). Tekstur tanah liat (71%) dan pH tanah 5.4 (Lampiran.3).
Persentase pertumbuhan bibit tanaman cabai mencapai 99% karena bibit yang digunakan merupakan bibit cabai yang vigor dan seragam. Bibit tanaman cabai yang digunakan merupakan tanaman yang telah digunakan sebagai tanaman cabai hias (Gambar 3). Tanaman ini memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu, bentuk tanaman pendek, dan responsif terhadap pemupukan. Pada akhir pengamatan warna buah pada beberapa tanaman berubah warna menjadi warna merah. Varietas cabai yang digunakan termasuk kedalam spesies Capsicum annuum. Menurut Kusandriani (1996) Capsicum annuum memiliki ciri yaitu mahkota buah berwarna ungu, bunga tunggal di setiap ruas, dan biji berwarna kuning jerami.
Gambar 3. Bibit Tanaman Cabai yang Digunakan Saat Penelitian
menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun (Myzus persicae), kutu kebul (Bemisia tabaci), tungau kuning (Polypagotarsonemus sp.), ulat grayak (Spodoptera litura), dan semut. Serangan tungau menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, daun kecil, dan mengeriting sehingga mengurangi keragaan tanaman cabai. Hama kutu daun mulai menyerang pada minggu ke-4. Pada 4 MST sebanyak lima tanaman mati karena penyakit layu, untuk menanggulangi penyebaran hama dan penyakit dilakukan penyemprotan insektisida setiap dua minggu sampai akhir pengamatan (13 MST).
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan GA3 meningkatkan jumlah cabang, tinggi tanaman, serta panjang ruas cabang tanaman cabai. Perlakuan GA3 menyebabkan pertumbuhan vegetatif pada tanaman meningkat namun pertumbuhan generatif tanaman terhambat. Tanaman tanpa perlakuan GA3 mulai memasuki fase generatif pada 4 MST, sedangkan tanaman dengan aplikasi 100 dan 200 ppm GA3 menghasilkan bunga secara serentak pada 12.dan 13.MST.
Perlakuan GA3 belum dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai, diduga karena terjadi kesalahan dalam waktu pemberian GA3. Pemberian GA3 dilakukan ketika tanaman masih berada dalam fase vegetatif sehingga perlakuan GA3 meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan menekan pembungaan tanaman cabai, sedangkan menurut Haryantini dan Santoso (2000) waktu pemberian GA3 yang dapat menurunkan tingkat kerontokan buah cabai merah yaitu saat 30.dan 50 HST.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Tanaman Cabai.
Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai
Tabel 2. Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai.
Keterangan : ** : Berpengaruh nyata pada taraf 1% tn : Tidak berbeda nyata
JC TT RC DB BG BH BR
JC 1.0000tn
TT -0.0720tn -1.0000**
RC 0.1261tn -0.8685** -1.0000**
DB -0.1117tn -0.1967tn -0.3794** 1.0000tn
BG -0.0504tn -0.8783** -0.6929** 0.0337tn 1.0000**
BH -0.0677tn -0.8369** -0.6492** 0.0657tn 0.9619** 1.0000**
BR -0.0291tn -0.7681** -0.5885** 0.0112tn 0.8785** 0.8300** 1.0000
JC : Jumlah Cabang TT : Tinggi Tanaman
RC : Ruas Cabang DB : Diameter Batang
BG : Jumlah Bunga BH : Jumlah Buah
BR : Buah Rontok
Berdasarkan hasil korelasi antar peubah pengamatan pada tanaman cabai dapat dilihat bahwa peubah tinggi tanaman berkorelasi positif dengan ruas cabang sehingga semakin panjang ruas cabang maka tinggi tanaman akan semakin tinggi. Menurut Nasihin dan Qodriyah (2008) panjang ruas cabang berkaitan erat dengan tinggi tanaman.
Tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan jumlah bunga, buah, dan buah rontok. Hal ini terjadi karena tanaman dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 meningkatkan tinggi tanaman, namun jumlah bunga dan buah yang dihasilkan, serta jumlah buah rontok semakin berkurang.
Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Cabai
Perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman cabai seperti peningkatan jumlah cabang primer dan sekunder, tinggi tanaman dan panjang ruas cabang tanaman cabai. Peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan peningkatan jumlah cabang primer dan tinggi tanaman cabai. Peningkatan jumlah cabang pada tanaman cabai diharapkan dapat meningkatkan jumlah cabang produktif yang menghasilkan buah sehingga meningkatkan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias.
Pemberian 100 dan 200 ppm GA3 menghasilkan jumlah cabang primer dan sekunder lebih banyak dibanding tanpa perlakuan GA3 (Gambar 4). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring dan Simatupang (1992) dimana pada penelitian tersebut diketahui bahwa pemberian 30 ppm GA3 meningkatkan jumlah cabang primer pada tanaman cabai.
0
Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Jumlah Cabang Primer dan Sekunder Tanaman Cabai.
Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
cabai yang pendek dengan tinggi yang proporsional dalam pot. Perbandingan tinggi tanaman dengan aplikasi GA3 ditunjukkan pada Gambar 6. Pada penelitian ini tanaman dengan aplikasi 100 dan 200 ppm GA3 memiliki tinggi yang kurang proporsional. Menurut Starman (1993) tanaman cabai hias ditanam pada pot berdiameter 10 cm dengan tinggi proporsional antara 15 sampai 20.cm.
0
Gambar 5. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Tinggi Tanaman Cabai. Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
Tanpa GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3
Peningkatan tinggi pada tanaman cabai juga berpengaruh terhadap ukuran polybag yang digunakan. Pada penelitian ini tanaman cabai dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 menghasilkan tanaman yang tinggi sehingga
polybag yang digunakan sudah tidak sesuai karena terlalu kecil. Ukuran polybag
tersebut membatasi sistem perakaran pada tanaman cabai. Hal ini dapat mengakibatkan perakaran tanaman terganggu dan berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara sehingga menyebabkan terjadinya kerontokan daun pada tanaman cabai.
Perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 meningkatkan panjang ruas cabang pada tanaman cabai, sedangkan pada pengamatan diameter batang perlakuan GA3 tidak berpengaruh nyata (Tabel 3). Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) pemanjangan batang dikendalikan oleh hormon terutama giberelin. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa giberelin dapat meningkatkan pembelahan sel yang mengarah pada pemanjangan batang dan perkembangan daun muda. Menurut Nasihin dan Qadiyah (2008) pemberian GA3 meningkatkan panjang ruas pada tanaman krisan.
Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Panjang Ruas Cabang dan Diameter Batang Tanaman Cabai.
Perlakuan Panjang Ruas Cabang Diameter Batang
Tanpa GA3 2.96 b 0.54 a
100 ppm GA3 4.22 a 0.57 a
200 ppm GA3 4.13 a 0.54 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%
Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Generatif
Tanaman Cabai
Jumlah bunga dan buah tertinggi dihasilkan oleh tanaman tanpa aplikasi GA3 (Gambar7).Jumlah buah yang dihasilkan tanaman tanpa aplikasi GA3 lebih banyak karena tanaman tersebut mulai memasuki fase generatif pada 4 MST, sedangkan tanaman dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 berbunga secara serentak pada 12 dan 13 MST. Menurut Haryadi (1996) tanaman tersebut memiliki fase vegetatif yang dominan dibanding fase generatif. Hal ini ditandai dengan penggunaan karbohidrat yang lebih dominan dibanding penumpukannya, sehingga pembungaan dan pembuahan tidak terjadi atau tertekan karena sedikit karbohidrat yang tersisa untuk pembentukan kuncup bunga, buah, dan biji.
0
Gambar 7. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Jumlah Bunga dan Buah Cabai.
Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
Persentase kerontokan buah pada tanaman cabai cukup tinggi. Hal ini dapat mengurangi keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias merupakan jenis tanaman hias buah. Banyaknya buah yang dihasilkan dapat meningkatkan keragaan cabai sebagai tanaman hias.
tanaman dengan aplikasi 100 ppm GA3 memiliki persentase kerontokan buah lebih sedikit yaitu sebesar 37.22%. Menurut Haryantini dan Santoso (2000) pemberian 100 ppm GA3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai.
Pada penelitian ini pemberian 100 dan 200 ppm GA3 belum dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai, karena pemberian GA3 mengakibatkan pertumbuhan generatif tanaman cabai terhambat. Menurut Kalie (1999) tingginya kerontokan buah pada tanaman dapat disebabkan beberapa faktor antara lain karena faktor genetis tanaman itu sendiri seperti ketidaksesuaian antara putik dan benang sari saat pembuahan ataupun karena faktor luar seperti lingkungan, hama, dan penyakit.
0
Gambar 8. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Persentase Kerontokan Buah Cabai.
Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
Tingginya kerontokan buah pada tanaman cabai menyebabkan persentase bunga menjadi buah (fruit set) tanaman menjadi rendah. Fruit set menunjukkan banyaknya buah yang dihasilkan tanaman. Semakin besar fruit set yang dihasilkan maka semakin banyak jumlah buah yang terbentuk.
fruit.set tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa aplikasi GA3 (Gambar 9). Peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan penurunan kemampuan fruit set pada tanaman. Menurut Sembiring dan Simatupang (1992) pemberian GA3 menurunkan kemampuan tanaman untuk berbunga.
0 Menjadi Buah Cabai.
Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai
Tanaman dengan perlakuan pemupukan 1.5.g.NPK/polybag memiliki pertumbuhan vegetatif terbaik, sedangkan tanaman yang memiliki pertumbuhan vegetatif terendah terdapat pada perlakuan 6.g.NPK/polybag. Perlakuan 1.5.g.NPK/polybag meningkatkan jumlah cabang dan tinggi tanaman.
Tanaman dengan perlakuan 1.5 g NPK/polybag memiliki jumlah cabang primer terbanyak (Gambar 10). Pemberian 1.5ngnNPK/polybag dinilai efektif dalam meningkatkan jumlah cabang. Berdasarkan hasil analisis media tanam yang dilakukan sebelum penanaman diketahui kandungan N tanah rendah (Lampiran.3). Menurut Soepardi (1983) unsur N yang terdapat pada pupuk NPK berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman.
tidak efektif lagi. Menurut Salisbury dan Ross (1995a) konsentrasi hara pada tanah berada dalam daerah beracun, dimana penambahan unsur hara pada tanaman menyebabkan pertumbuhan tanaman menurun.
0 2
Pada pengamatan cabang sekunder, tanaman cabai yang diberi pupuk menghasilkan cabang sekunder lebih banyak dibandingkan tanpa pemupukan NPK.mMenurut Gardner.et.al. (1991) air dan mineral berpengaruh terhadap pertumbuhan cabang.
4
Gambar 10. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Jumlah Cabang Primer dan Sekunder Tanaman Cabai.
Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
0
Gambar 11. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Tinggi Tanaman Cabai.
Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
Pada pengamatan panjang ruas cabang dan diameter batang, tanaman dengan perlakuan 6.g.NPK/polybag memiliki panjang ruas cabang dan diameter batang terkecil (Tabel 4). Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk tidak selalu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Gardner
et al. (1991) nutrisi mineral dan ketersediaan air ikut mempengaruhi pertumbuhan ruas.
Tanaman tanpa perlakuan pemupukan NPK memiliki pertumbuhan ruas cabang dan diameter batang yang baik diduga karena kandungan NPK pada media tanam berkisar antara sedang sampai sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis media tanam yang pada Lampiran 3 diketahui kandungan N (sedang), P (sangat tinggi), dan K (tinggi).
Tabel 4. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Panjang Ruas Cabang dan Diameter Batang Tanaman Cabai.
Perlakuan Panjang Ruas Cabang Diameter Batang
Tanpa pemupukan NPK 3.81 a 0.54 a
1.5 g NPK/polybag 3.99 a 0.58 a
3 g NPK/polybag 3.83 a 0.59a
6 g NPK/polybag 3.44 b 0.48 b
Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Cabai
Tanaman yang memiliki pertumbuhan generatif terbaik terdapat pada perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag, karena tanaman tersebut memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak, persentase kerontokan buah terendah, dan
fruitset tanaman tertinggi, sedangkan tanaman yang memiliki pertumbuhan generatif terendah terdapat pada perlakuan 6 g NPK/polybag. Hal itu diduga karena pada perlakuan 6 g NPK/polybag penyerapan unsur hara tanaman sudah tidak efektif .
Perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag menghasilkan jumlah bunga dan buah terbanyak (Gambar 12). Perlakuan tanpa pemupukan NPK menghasilkan bunga yang cukup banyak. Hal ini dapat terjadi karena pembungaan berkaitan erat dengan unsur P. Berdasarkan hasil analisis media tanam yang dilakukan sebelum penanaman (Lampiran 3), diketahui bahwa unsur P yang terkandung dalam media tanam sangat tinggi sehingga tanaman dengan perlakuan tanpa pemupukan NPK memiliki jumlah bunga yang cukup tinggi. Menurut Soepardi (1983) unsur P berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji.
0
Gambar 12. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Jumlah Bunga dan Buah Cabai.
Tanaman yang memiliki persentase kerontokan buah terkecil terdapat pada perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag. Tanaman cabai dengan perlakuan tanpa pemupukan NPK memiliki persentase kerontokan buah yang cukup tinggi sehingga menyebabkan buah yang dihasilkan sedikit. Perlakuan tanpa pemupukan NPK menghasilkan persentase buah rontok lebih banyak dibanding perlakuan 1.5.dan 3ngnNPK/polybag (Gambar.13). Menurut Gardner et al. (1991) gugur buah berhubungan dengan defisiensi hara yang diakibatkan karena adanya persaingan dalam tanaman. Pertumbuhan buah memerlukan hara mineral yang banyak sehingga menyebabkan terjadinya mobilisasi dan transpor dari bagian vegetatif ke tempat perkembangan buah dan biji.
0
0 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag
(%
Gambar 13. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Persentase Kerontokan Buah Cabai.
Keterangan : Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
0
Gambar 14. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Persentase Bunga Menjadi Buah Cabai.
Keterangan : Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
Interaksi Antara Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK
Interaksi antar perlakuan terjadi pada diameter batang, jumlah buah, dan persentase kerontokan buah. Pada pengamatan diameter batang kombinasi perlakuan yang memiliki diameter batang terbesar terdapat pada 100 ppm GA3 dan 1.5 g NPK/polybag, sedangkan kombinasi perlakuan yang memiliki diameter batang terkecil terdapat pada perlakuan 200 ppm GA3 dan 6 g NPK/polybag (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh Interaksi Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK terhadap Diameter Batang Tanaman Cabai.
Perlakuan Pemupukan NPK (g/polybag) Rata-Rata
GA3
Kombinasi perlakuan yang memiliki jumlah buah terbanyak terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa aplikasi GA3 dan 1.5 g NPK/polybag, sedangkan jumlah buah terendah terdapat pada kombinasi perlakuan 200 ppm GA3 dan 6.g.NPK/polybag (Tabel 6). Semakin tinggi konsentrasi GA3 menyebabkan semakin rendah jumlah buah yang dihasilkan tanaman.
Tabel 6. Pengaruh Interaksi Konsentrasi GA3 dan Dosis pemupukan NPK terhadap Jumlah Buah Cabai.
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.
Perlakuan Pemupukan NPK (g/polybag) Rata-Rata
GA3
Kombinasi perlakuan yang memiliki persentase bunga menjadi buah tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa aplikasi GA3 dan 1.5.g.NPK/polybag (Tabel 7). Peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan penurunan persentase bunga menjadi buah pada tanaman cabai. Menurut Sembiring dan Simatupang (1992) pemberian GA3 pada tanaman cabai menyebabkan penurunan kemampuan tanaman untuk berbunga.
Tabel 7. Pengaruh Interaksi Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK terhadap Persentase Bunga Menjadi Buah Cabai.
Perlakuan Pemupukan NPK (g/polybag) Rata-Rata
GA3
Uji Keragaan Tanaman Cabai
Uji keragaan tanaman cabai dilakukan untuk menilai kesukaan dan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias. Uji keragaan tanaman cabai dilakukan pada 8, 10, dan 13.MST. Keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias mulai berkurang pada akhir pengamatan. Kesegaran tanaman terbaik terjadi pada 8 MST, namun pada 8.MST jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman masih sedikit. Keragaan tanaman cabai pada 8 MST ditunjukkan pada Gambar 15.
Tanpa GA3
100 ppm GA3
200 ppm GA3
3 g NPK/polybag
Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag
1.5 g NPK/polybag
Tanpa pemupukan 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag
3 g NPK/polybag
1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag
Tanpa pemupukan
Berdasarkan hasil uji keragaan tanaman cabai pada 8 MST keragaan tanaman dengan perlakuan tanpa GA3 lebih disukai panelis dibandingkan dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 (Tabel 8). Tanaman cabai dengan perlakuan 100.dan 200.ppm GA3 menghasilkan tanaman yang tinggi sehingga kurang sesuai dengan keinginan panelis. Selain itu tanaman dengan perlakuan GA3 memiliki jumlah bunga dan buah yang sangat sedikit sehingga kurang diminati panelis. Hasil yang didapat untuk tinggi tanaman yang paling sesuai adalah perlakuan tanpa GA3 dan tanpa pemupukan NPK serta kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3 g NPK/polybag karena tanaman tersebut dinilai panelis telah memiliki tinggi yang proporsional dengan pot tanaman.
Tabel 8. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 8 MST.
Perlakuan Tinggi
Kerim-Kerimbunan tanaman terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 6.g.NPK/polybag. Ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit turut menentukan keindahan tanaman. Tanaman yang sehat dan tahan terhadap hama penyakit lebih disukai panelis. Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai tertinggi untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3.g.NPK/polybag serta kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 6.g.NPK/polybag.
tertinggi untuk komposisi warna daun dan kesegaran tanaman terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3 g NPK/polybag.
Jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman ikut menentukan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias. Semakin banyak jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman dapat meningkatkan kesukaan panelis. Pada 8 MST jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman masih sedikit, bahkan beberapa tanaman belum berbunga. Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai tertinggi untuk jumlah bunga dan buah terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 6.g NPK/polybag. Secara keseluruhan panelis lebih menyukai keragaan tanaman dengan kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3 g NPK/polybag karena tanaman tersebut dinilai memiliki tinggi yang proporsional, komposisi warna daun dan kesegaran terbaik, serta memiliki ketahanan terhadap hama penyakit tertinggi.
Pada 10 MST tanaman dengan perlakuan tanpa GA3 memiliki jumlah bunga dan buah lebih banyak dibanding saat 8 MST. Seperti halnya pada 8.MST, tanaman dengan perlakuan tanpa perlakuan GA3 memiliki nilai keragaan tertinggi dan lebih disukai panelis dibandingkan tanaman dengan perlakuan 100.dan 200.ppm GA3 (Tabel 9).
Tabel 9. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST.
Perlakuan Tinggi
lebih rendah dibandingkan saat 8.MST. Penurunan kesegaran tanaman terjadi karena pada 10 MST tanaman sudah mulai tua, beberapa daun mulai menguning dan rontok. Keragaan tanaman cabai pada 10 MST ditunjukkan pada Gambar 16.
Tanpa GA3
100 ppm GA3
200 ppm GA3
1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
6 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag
1.5 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
Gambar 16. Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST
dibandingkan saat 8 MST. Kombinasi perlakuan yang dinilai panelis memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan tanpa pemupukan NPK.
Tanaman yang dinilai panelis memiliki keragaan terbaik pada 10 MST terdapat kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 1.5 g NPK/polybag karena kombinasi perlakuan tersebut memiliki tinggi tanaman yang paling sesuai dengan pot tanaman, serta memiliki kerimbunan, komposisi warna daun, dan kesegaran terbaik.
Keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias sudah mulai berkurang pada 13.MST, namun jumlah bunga dan buah yang dihasilkan lebih banyak karena tanaman dengan aplikasi 100 dan 200 ppm GA3 mulai berbunga secara serentak pada 12.dan 13.MST. Pada 13 MST beberapa buah pada tanaman tanpa perlakuan GA3 telah masak dan berubah warna menjadi warna merah. Secara keseluruhan, pada saat 13 MST panelis lebih menyukai keragaan tanaman dengan kombinasi perlakuan GA3 dan 3.g NPK/polybag (Tabel 10).
Tabel 10. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 13 MST
Perlakuan Tinggi
kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias. Keragaan tanaman cabai pada 13.MST ditunjukan pada Gambar 17.
Tanpa GA3
100 ppm GA3
200 ppm GA3
6 g NPK/polybag
1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag
Tanpa pemupukan
Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag
Gambar 17. Keragaan Tanaman Cabai pada 13 MST
Penurunan kesegaran tanaman mengakibatkan penurunan penilaian panelis terhadap kesegaran tanaman. Tanaman yang dianggap memiliki kesegaran tanaman terendah terdapat pada kombinasi perlakuan 100 ppm GA3 dan 6.g.NPK/polybag.
Kesimpulan
Semakin tinggi konsentrasi GA3 menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman semakin meningkat, namun pertumbuhan generatif tanaman semakin menurun. Pemberian GA3 pada tanaman cabai mengakibatkan penambahan tinggi dan pengurangan jumlah bunga dan buah pada tanaman sehingga kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias pot semakin menurun. Pemberian GA3 masih belum dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai. Pemberian GA3 menurunkan kualitas pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias. Oleh karena itu, sebaiknya tidak perlu dilakukan pemberian GA3 pada tanaman cabai yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Dosis pupuk terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan dan kualitas tanaman cabai ialah dosis 1.5 g NPK/polybag. Kombinasi perlakuan yang memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif terbaik terdapat pada kombinasi tanpa. GA3 dan 1.5 g NPK/polybag.
Berdasarkan hasil uji keragaan tanaman cabai kombinasi perlakuan yang menghasilkan keragaan tanaman terbaik pada 10 MST terdapat pada tanaman dengan kombinasi perlakuan tanpa. GA3 dan 1.5 g NPK/polybag, sedangkan keragaan tanaman terbaik pada 8.dan 13 MST terdapat pada tanaman dengan kombinasi perlakuan 0 ppm GA3 dan 3 g NPK/polybag.
Saran
Adams, C.R. 1993. Principles of Horticulture. Butterworth Heinemann Ltd. Oxford. 240 p.
Bosland, P.W., E.J. Votava. 1999. Peppers: Vegetable and Spice Capsicums. CABI Pub. New York. 204 p.
Budiarto, K., S. Wuryaningsih. 2007. Respon pembungaan beberapa anthurium bunga potong terhadap aplikasi GA3. J. Agritop 26(2):51-56.
Cayanti, R.E.O. 2006. Pengaruh Media terhadap Kualitas Cabai Hias (Capsicum.sp.) dalam Pot. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal.
Departemen Pertanian. 2010. Volume ekspor dan impor tanaman hias di Indonesia periode 2004-2007. http:www.hortikultura.deptan.go.id. [1 Maret 2010].
Djarwaningsih. T. 2005. Capsicum Spp. (cabai): asal, penyebaran dan nilai ekonomi. Biodiversitas 6(4):292-296.
Evans, J. 1993. The New Indoor Plant Book. Kyle Cathy Limited. London. 254p.
Ganefianti D.W., Yulian, A.N. Suprapti. 2006. Korelasi dan sidik lintas antara pertumbuhan, komponen hasil dan hasil dengan gugur buah pada tanaman cabai. J. Akta Agrosia 9(1):1-6.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. (Diterjemahkan dari: Physiology of Crop Plants, penerjemah: H. Susilo). Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.
Goldsworthy, P.R., N.M. Fisher. 1992. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman: fase generatif, hal: 214-280. Dalam P.R. Goldsworthy, N.M. Fisher (Eds.). (Diterjemahkan dari : The Physiology of Tropical Crops, penerjemah: H..Tohari). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hal.
Haryadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. 184.hal.
Haryantini, B.A., M. Santoso. 2000. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum) pada Andisol yang Diberi Mikoriza, Pupuk Fosfor dan Zat Pengatur Tumbuh. Tesis. Program Studi Ilmu Tanaman. Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Kalie, M.B. 1999. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Penebar Swadaya Jakarta. 191.hal.
Kusandriani, Y. 1996. Botani tanaman cabai merah. hal 20-35. Dalam A.S Duriat, A.W.W. Hadisoeganda, T.A Soetiasso, L. Prabaningrum (Eds). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal.
Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 239 hal.
_________________, A. Sutandi. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 207 hal.
Misra, N. 1995. Application of gibberellin to Pogostemon cablin plants: growth, photosynthetic pigment content and oil yield. Biologia Plantarium 37(4):635-639.
Nasihin, Y., L. Qodriyah. 2008. Teknik perlakuan hari panjang dan pemberian GA3 terhadap produksi bunga potong krisan. Bul. Teknik Pertanian 13(2):55-58.
Nurlaelia, L.S. 2007. Aplikasi Paclobutrazol untuk Meningkatkan Penampilan Tanaman Cabai (Capsicum sp.) sebagai Tanaman Hias dalam Pot. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 59 hal.
Ogawa, Y., S. Iwai, T. Azuma. 1993. Flower induction of Spathiphyllum patinii
by Gibberellin A3 and miniaturization of flower plants. Bull. Fac. Bioresouces 11:191-197.
Poulus, J.M. 1994. Capsicum L. p. 136-140. In J. S. Siemonsma, K. Piluek (Eds). Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia.
Rizana, M. 2002. Pengelolaan Tanaman Hias Pot (Pot Plant) di PT. Bina Usaha Flora (BUF) Cipanas. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 66 hal.
Salisbury, F.B., C.W. Ross. 1995a. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. (Diterjemahkan dari :.Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman, Sumaryono). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 241 hal.
Sardjono, N. 2004. Pengaruh Pupuk NPK (15-15-15) dan Hyponex terhadap Pertumbuhan Kubis Hias (Brassica oleracea subspecies Achepala L.) dari Bibit In Vitro. Skripsi. Departemen Budi Daya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.
Sarief, E.S. 1984. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 180 hal.
Sembiring, T., S. Simatupang. 1992. Pengaruh gibberelin terhadap pertumbuhan tiga varietas cabai (Capsicum annuum L.). J. Hort 2(3):64-66.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.
Starman. T.W. 1993. Ornamental pepper growth and fruiting response to uniconazole depends on application time. Hort. Sci. 28(9):917-919.
Sumarni, N., R. Rosliani. 2001. Media tumbuh dan waktu aplikasi larutan hara penanaman cabai secara hidroponik. J. Hort 11(4):237-243.
Tanpa GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3
1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag
6 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag
3 g NPK/polybag Tanpa pemupukan 6 g NPK/polybag
200 ppm GA3 Tanpa GA3 100 ppm GA3
3 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag
6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag
1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag
100 ppm GA3 200 ppm GA3 Tanpa GA3
6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan 3 g NPK/polybag
Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag
1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag
3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
200 ppm GA3 100 ppm GA3 Tanpa GA3
6 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag
3 g NPK/polybag Tanpa pemupukan 6 g NPK/polybag
Tanpa pemupukan 3 g NPK/polybag Tanpa pemupukan
1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag
Lampiran 2. Kriteria Uji Keragaan Tanaman Cabai
Keterangan : Kriteria da uji keragaan tanaman mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cayanti (2006) dan Nurlaelia (2007). Nilai : (1) Sangat tidak suka (2) Tidak suka (4) Suka (5) Sangat Suka
pengamatan pa
Tinggi tanaman Terlalu pendek/ terlalu tinggi, kurang proporsiomal
Agak pendek / tinggi, kurang proporsional
Tanaman agak rimbun Tanaman rimbun Tanaman sangat rimbun
Penampilan fisik tanaman
Warna daun Warna daun kuning, ungu, pucat
Lampiran 3. Hasil Analisis Media Tanam
Karakteristik Tanah Nilai Keterangan
Fraksi tanah (%)
Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2009
Lampiran 4. Sidik Ragam Jumlah Cabang Primer Tanaman Cabai
SK DB KT F hitung Pr>F KK
1 MSTt)
Ulangan 3 0.0377 1.6000 0.2136 19.2342
GA3 2 0.0768 3.2500 0.0545
Ulangan*GA3 6 0.0757 3.2000 0.0166
P 3 0.0574 2.4300 0.0870
GA3*P 6 0.0299 1.2700 0.3053
2 MST
Ulangan 3 0.2675 2.8400 0.0566 9.4058
GA3 2 2.1675 23.0200 0.0001
Ulangan*GA3 6 0.5042 5.3500 0.0009
P 3 1.5432 16.3900 0.0001
Lampiran 4. Lanjutan
Ulangan*GA3 6 2.1052 2.7200 0.0336
P 3 8.0880 10.4600 0.0001
GA3*P 6 0.9760 1.2600 0.3070
Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Cabai
SK DB KT F hitung Pr>F KK
5 MSTt)
Ulangan 3 1.4219 8.6900 0.0003 29.2016
GA3 2 3.1868 19.4700 0.0001
Ulangan*GA3 6 0.2029 1.2400 0.3178
P 3 0.8131 4.9700 0.0071
GA3*P 6 0.1905 1.1600 0.3542
6 MST
Ulangan 3 3.6524 3.5300 0.0282 20.0414
GA3 2 12.1408 11.7200 0.0002
Ulangan*GA3 6 3.4669 3.3500 0.0135
P 3 8.5155 8.2200 0.0005
GA3*P 6 1.1812 1.1400 0.3663
7 MST
Ulangan 3 0.7830 0.5500 0.6544 16.4183
GA3 2 11.5525 8.0700 0.0018
Ulangan*GA3 6 3.9814 2.7800 0.0308
P 3 10.8253 7.5600 0.0008
GA3*P 6 1.7869 1.2500 0.3137
8 MST
Ulangan 3 1.9636 0.7400 0.5377 20.8493
GA3 2 3.3619 1.2700 0.2981
Ulangan*GA3 6 2.1888 0.8200 0.5612
P 3 10.4650 3.9400 0.0187
GA3*P 6 5.4684 2.0600 0.0919
Lampiran 5. Lanjutan
Ulangan*GA3 6 3.5633 1.4500 0.2342
P 3 15.5088 6.2900 0.0022
GA3*P 6 3.5252 1.4300 0.2397
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Cabai
SK DB KT F hitung Pr>F KK
1 MST
Ulangan 3 4.8952 18.7500 0.0001 5.8408
GA3 2 1.2156 4.6600 0.0183
Ulangan*GA3 6 1.9496 7.4700 0.0001
P 3 0.4321 1.6600 0.2001
GA3*P 6 0.2232 0.8600 0.5397
2 MST
Ulangan 3 2.8673 13.9100 0.0001 4.4606
GA3 2 1.5986 7.7600 0.0022
Ulangan*GA3 6 2.8079 13.6300 0.0001
P 3 1.3486 6.5400 0.0018
GA3*P 6 0.2257 1.100 0,3904
3 MST
Ulangan 3 4.0084 5.1300 0.0062 4.0820
GA3 2 5.8924 11.3100 0.0003
Ulangan*GA3 6 11.4573 7.3300 0.0001
P 3 13.0548 16.7000 0.0001
GA3*P 6 2.1956 1.4000 0.2491
4 MST
Ulangan 3 0.3750 0.6000 0.6177 3.8690
GA3 2 358.9633 578.7800 0.0001
Ulangan*GA3 6 4.3860 7.0700 0.0001
P 3 31.4013 50.6300 0.0001
Lampiran 6. Lanjutan
Ulangan*GA3 6 3.4980 2.5000 0.0471
P 3 21.0037 15.0100 0.0001
GA3*P 6 1.2142 0.8700 0.5312
8 MST
Ulangan 3 2.5743 1.8900 0.1544 4.4141
GA3 2 716.8282 527.5000 0.0001
Ulangan*GA3 6 4.1524 3.0600 0.0206
P 3 24.3488 17.9200 0.0001
GA3*P 6 1.4259 1.0500 0.4164
9 MST
Ulangan 3 2.7797 2.1200 0.1204 4.3164
GA3 2 705.9201 539.6300 0.0001
Ulangan*GA3 6 4.3058 3.2900 0.0146
P 3 22.5670 17.2500 0.0001
GA3*P 6 1.6938 1.2900 0.2930
10 MST
Ulangan 3 2.1915 1.5400 0.2263 4.4650
GA3 2 719.9588 506.6900 0.0001
Ulangan*GA3 6 5.6212 3.9600 0.0058
P 3 21.9432 15.4400 0.0001
Lampiran 7. Sidik Ragam Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Cabai pada 13 MST
SK DB KT F hitung Pr>F KK
Diameter Batang
Ulangan 3 0.0051 1.8500 0.1618 9.5230
GA3 2 0.0041 1.5100 0.2391
Ulangan*GA3 6 0.0012 0.4300 0.8497
P 3 0.0310 11.2800 0.0001
GA3*P 6 0.0090 3.2600 0.0152
Panjang Ruas Cabang
Ulangan 3 0.1862 1.0600 0.3842 1.1145
GA3 2 7.8823 44.7000 0.0001
Ulangan*GA3 6 0.0916 0.5200 0.7882
P 3 0.6656 3.7700 0.0220
GA3*P 6 0.1964 1.1100 0.3805
Jumlah Bunga
Ulangan 3 129.9350 6.0900 0.0027 2.0443
GA3 2 12 837.3394 601.4300 0.0001
Ulangan*GA3 6 58.8564 2.7600 0.0319
P 3 30.6447 14.3600 0.0001
GA3*P 6 17.3320 0.8100 0.5699
Jumlah Buah
Ulangan 3 0.7070 3.9800 0.0180 18.8352
GA3 2 40.5610 228.4300 0.0001
Ulangan*GA3 6 0.2306 1.3000 0.2931
P 3 1.9244 10.8400 0.0001
GA3*P 6 0.2453 1.3800 0.2578
Persentase Buah Rontok
Ulangan 3 1 180.8225 2.7600 0.0617 4.0074
GA3 2 3 492.2951 8.1600 0.0017
Ulangan*GA3 6 944.0008 2.2000 0.0736
P 3 998.0701 2.3300 0.0966
GA3*P 6 378.7117 0.8800 0.5196
Persentase Bunga Menjadi Buaht)
Ulangan 3 2.7533 3.3000 0.0353 24.9243
GA3 2 31.9571 38.3200 0.0001
Ulangan*GA3 6 1.2152 1.4600 0.2302
P 3 16.0700 19.2700 0.0001
GA3*P 6 3.2786 3.9300 0.0060
Rasio Panjang dengan Diameter Buah
Ulangan 3 0.0541 1.9700 0.1978 5.2055
GA3 2 0.4265 15.4900 0.0018
Ulangan*GA3 6 0.1070 3.8900 0.0842
P 3 0.0715 2.6000 0.1247
GA3*P 6 0.0340 1.2400 0.2986
TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI
SEBAGAI TANAMAN HIAS POT
YUSNITA SARI
A24051629
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Latar Belakang
Produksi tanaman hias di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari volume ekspor tanaman hias yang terus meningkat. Pada tahun 2004 Indonesia mengekspor 14 065.154 ton tanaman hias. Pada tahun 2007 volume ekspor tanaman hias Indonesia meningkat menjadi 15.875.683 ton (Departemen Pertanian, 2010). Jenis tanaman yang diusahakan pun beragam mulai dari tanaman hias daun, bunga, dan buah. Banyaknya permintaan akan tanaman hias menyebabkan peluang pengembangan usaha agribisnis tanaman hias di Indonesia masih terbuka.
Salah satu alternatif tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman hias adalah tanaman cabai karena tanaman ini memiliki bentuk dan warna buah yang menarik. Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa tanaman cabai hias populer di Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias biasa disebut sebagai tanaman Christmas Pepper karena tanaman ini banyak tersedia dan diminati saat natal. Evans (1993) menyatakan tanaman cabai hias dijual ketika warna buah masak dan berwarna merah sebagai simbol keceriaan dan pesta yang meriah.
Tanaman cabai yang ditanam sebagai tanaman hias harus memenuhi persyaratan yang menambah keindahan tanaman diantaranya memiliki tinggi yang proporsional dalam pot serta memiliki banyak buah sebagai daya tariknya. Kerimbunan tanaman juga merupakan salah satu syarat keindahan tanaman cabai, dimana semakin rimbun tanaman maka diharapkan jumlah cabang generatif yang menghasilkan buah juga semakin banyak. Pemberian Giberelin diketahui dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman.
Menurut Sembiring dan Simatupang (1992) pemberian Gibberellic Acid
Menurut Ogawa et al. (1993) GA3 dapat menginduksi pembungaan pada tanaman spathiphyllum (Spathiphyllum patinii). Budiarto dan Wuryaningsih (2007) menyatakan bahwa GA3 dapat mempercepat pembungaan dan meningkatkan jumlah bunga pada tanaman anthurium. Menurut Nasihin dan Qodriyah (2008) pemberian GA3 diketahui dapat menstimulasi pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman krisan. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa pemberian 150 ppm GA3 pada tanaman krisan dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif serta mempercepat pembungaan dan umur panen krisan.
Kerontokan buah merupakan masalah dalam bertanam cabai. Penyebab kerontokan buah pada tanaman cabai dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Ganefianti et al., 2006). Kerontokan buah dapat mengurangi jumlah buah yang dihasilkan tanaman sehingga dapat menurunkan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias.
Menurut Haryantini dan Santoso (2000) pemberian GA3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai merah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui pemberian 100 ppm GA3 pada tanaman cabai merah yang diberikan saat 30 dan 50 HST dapat menurunkan tingkat kerontokan buah hingga.5%.
Banyaknya buah dapat menambah daya tarik cabai sebagai tanaman hias pot. Oleh karena itu, untuk meningkatkan jumlah cabang dan mengatasi masalah kerontokan buah pada tanaman cabai dapat dilakukan pemberian GA3 pada beberapa konsentrasi yang paling baik untuk tanaman.
Menurut Sumarni dan Rosliani (2001) pemberian 2 g/l NPK yang diaplikasikan tiga hari sekali pada tanaman cabai menghasilkan jumlah buah terbanyak. Menurut Sardjono (2004) pemberian 3 g NPK/polybag meningkatkan diameter tajuk tanaman, jumlah daun, dan tinggi tanaman kubis hias.
Pemupukan yang tepat dapat mendukung pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Oleh karena itu, untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai dalam pot dapat dilakukan dengan pemberian pupuk NPK pada beberapa dosis perlakuan.
Tujuan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian GA3 dan pemupukan NPK terhadap keragaan tanaman cabai, serta mengetahui konsentrasi GA3 dan dosis pupuk NPK yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot.
Hipotesis
1. Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka jumlah cabang yang dihasilkan tanaman semakin banyak sehingga dapat meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan tanaman cabai.
2. Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka tingkat kerontokan buah pada tanaman cabai semakin berkurang.
3. Semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diberikan maka pertumbuhan tanaman cabai semakin meningkat.
Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman
Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) cabai merupakan tanaman herba, sebagian besar tanaman menjadi berkayu pada pangkal batangnya, dan beberapa jenis menjadi tanaman semak. Poulus (1994) menyatakan bahwa terdapat 5.spesies domestikasi dan 25.spesies liar pada tanaman cabai. Deskripsi dari kelima jenis tanaman cabai menurut Kusandriani (1996) dan Djarwaningsih (2005), yaitu:
1. Capsicum annuum memiliki tangkai daun panjang. Bentuk daun bulat telur atau lanset, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua. Daun tumbuh pada tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tersusun secara spiral. Setiap bunga tersusun dari lima atau enam mahkota bunga yang berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis tergantung varietas. Buah tunggal pada setiap ruas bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan tingkat kepedasan. Warna buah masak bervariasi dari merah, jingga, kuning, dan keunguan.
2. Capsicum frutescens memiliki tangkai daun pendek dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Mahkota bunga berwarna kehijauan tanpa bintik kuning pada dasar tabung mahkota bunga. Tangkai bunga saat anthesis
tegak. Buah tunggal kadang berpasangan atau lebih di setiap ruas. Buah yang telah masak berwarna merah.
3. Capsicum chinense memiliki sifat tanaman yang hampir sama dengan
4. Capsicum baccatum memiliki tangkai daun panjang. Bunga tunggal dengan bentuk tangkai merunduk atau tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna putih dengan bercak kuning pada tabung mahkotanya. Buah tunggal muncul di setiap ruas. Warna buah masak bervariasi mulai dari jingga, kuning sampai merah.
5. Capsicum pubescens memiliki bunga tunggal dengan bentuk tangkai tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna ungu, kadang berwarna putih pada ujung tabung mahkota bunga. Buah tunggal atau berjumlah 2-3 berada di setiap ruas dengan posisi buah menggantung. Buah berbentuk bulat telur. Warna buah masak merah, jingga, atau coklat.
Cabai dapat hidup dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi pada temperatur 24-27oC dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Cabai dapat ditanam di sawah dan tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat, dan cukup air. Tanaman cabai dapat tumbuh optimal pada pH 5.5-7. Cabai membutuhkan perairan yang cukup. Kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman kerdil, kurus, layu bahkan mati (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Tanaman cabai dapat digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki warna dan bentuk buah yang menarik. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) tanaman cabai memiliki warna buah yang bervariasi yaitu, hijau, kuning atau ungu ketika masih muda, kemudian berubah warna menjadi merah, jingga, atau kuning. Bentuk buah pada tanaman cabai juga beragam yaitu linier, kerucut, bulat, dan kombinasi.
Menurut Djarwaningsih (2005) jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Capsicum chinense dan Capsicum pubescens karena
Capsicumnchinense memiliki bentuk buah yang beragam dan variasi warna buah yang menarik, sedangkan Capsicum pubescens memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu.
GA3
disebut juga sebagai hormon endogen. Menurut Salisbury dan Ross (1995b) tanaman secara alami memiliki hormon endogen. Hormon endogen adalah senyawa yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, serta pada konsentrasi yang sangat rendah dapat menimbulkan suatu respon fisiologis. Sebagian besar hormon endogen tanaman berada pada jaringan meristem.
Menurut Wattimena (1988) giberelin terdapat secara alami pada organ tanaman yaitu pada bagian akar, tunas, mata tunas, bintil akar, buah, serta jaringan halus. Giberelin pada tanaman berperan dalam pemanjangan sel, memperbesar luas permukaan daun, pembungaan, serta berpengaruh terhadap besar bunga dan buah yang dihasilkan. Menurut Salisbury dan Ross (1995b) GA3 merupakan senyawa giberelin yang paling umum digunakan. Struktur kimia GA3 ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Kimia GA3
Pupuk NPK
Tanaman memerlukan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhannya (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Oleh karena itu untuk menambah asupan unsur hara pada tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk.
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang memiliki kandungan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung beberapa unsur pupuk. Komposisi dan kadar dari pupuk majemuk dibuat berdasarkan kebutuhan.
Menurut Sarief (1985) keuntungan pemberian pupuk majemuk ialah lebih efisien karena pemupukan dapat dilakukan tanpa pencampuran pupuk. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa keuntungan agronomis dari penggunaan pupuk majemuk ialah dapat menyesuaikan campuran pupuk dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.
Unsur N yang terdapat pada pupuk NPK berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Tanaman yang kekurangan N memiliki pertumbuhan yang terhambat, tanaman menjadi kerdil, sistem perakaran terbatas, daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cepat rontok (Soepardi, 1983). Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa kelebihan unsur N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan.
Unsur P memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan generatif pada tanaman. Soepardi (1983) menyatakan bahwa unsur P memiliki pengaruh yang menguntungkan yaitu berperan dalam pembentukan bunga, buah dan biji. Selain itu unsur P juga berperan dalam pembelahan dan perkembangan sel, serta kematangan tanaman. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) unsur P berperan dalam pemecahan karbohidrat, penyimpanan serta peredaran energi ke seluruh tanaman dalam bentuk ATP dan ADP. Unsur P juga berperan dalam pembelahan sel.
Unsur K memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis (Gardner
et al., 1991). Menurut Salisbury dan Ross (1995) K merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa unsur K memiliki peranan dalam pembelahan sel, pembentukan karbohidrat, translokasi gula, dan sintesis protein.