OLEH
MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H14103007
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI. Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta (dibimbing oleh
SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU).
Pembangunan ekonomi yang tidak merata di berbagai wilayah menyebabkan ketimpangan antara perdesaan dengan perkotaan. Pedesaan di Indonesia banyak terdapat masyarakat yang miskin, karena sebagian besar mereka bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian semakin lama semakin tidak berkembang, sehingga penghasilan yang mereka dapatkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak. Disisi lain di perkotaan banyak tersedia lapangan kerja dengan penghasilan yang lebih tinggi dari pada di desa. Masyarakat pedesaan yang ingin meningkatkan taraf hidupnya mencoba melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan migrasi ke kota. Dengan harapan mereka dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan penghasilan yang lebih tinggi.
DKI Jakarta merupakan kota sekaligus salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki jumlah migrasi masuk terbesar di Indonesia. Namun dari tahun ke tahun jumlah migrasi yang masuk tetap menunjukan angka yang tinggi. Oleh karena itu, masalah migrasi ke DKI Jakarta dapat menjadi topik yang menarik dan hangat untuk di teliti. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana pengaruh faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penduduk di berbagai propinsi di Indonesia untuk melakukan migrasi ke DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan adalah metodepanel data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series lima tahuanan dari tahun 1985 sampai 2005 dan data cross sectian, yang terdiri dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tiap propinsi, jumlah migrasi masuk dari setiap propinsi ke Jakarta, dan data tingkat Upah Minimum Regional (UMR) tiap propinsi. Semuaya dibandingkan terhadap DKI Jakarta, karena Jakarta merupakan wilayah yang menjadi objek kajian penelitian.
Model yang paling baik yang di dapatkan dari hasil estimasi adalah model efek tetap (fixed effect model). Dari hasil estimasi yang dilakukan didapatkan, bahwa variabel PDRB mempunyai hubungan yang negatif sebesar 0,285. Ini menunjukkan bahwa jika tingkat PDRB propinsi selain Jakarta meningkat relatif terhadap Jakarta sebesar 1 persen maka jumlah migrasi yang masuk ke DKI Jakarta akan berkurang sebesar 0,285 persen. Sedangkan variabel UMR mempunyai hubungan yang negatif sebesar 0,063. Artinya jika tingkat UMR di propinsi selain Jakarta meningkat relatif terhadap Jakarta sebesar 1 persen maka jumlah migrasi penduduk ke DKI Jakarta akan berkurang sebesar 0,063 persen.
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP
TINGKAT MIGRASI KE PROPINSI DKI JAKARTA
Oleh
MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H14103007
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Mochamad Henry Kurniawahyudi Nomor Registrasi Pokok : H14103007
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si NIP. 132 310 799
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2007
i
RIWAYAT HIDUP
Mochamad Henry Kurniawahyudi dilahirkan di Semarang pada tanggal 22
November 1984 merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Mohlasin dan Ibu Siti
Basiroh. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991
sampai dengan tahun 1996 di SDN Kebondowo 2 Semarang, kemudian dari 1996
sampai dengan 1997 di SDN Jadimulya Cirebon. Selanjutnya meneruskan ke
pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTP
Negeri 2 Cirebon. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di
SMUN 1 Cisarua Bandung dan lulus pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta
beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat kemudahan dan
kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senatiasa tercurah kepada
Qudwah Hasanah
kita, Rasulullah Saw, yang telah
mengajarkan al-Islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat
manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.
Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap
Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada:
1.
Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan saran, ilmu dan membimbing penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Sahara S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Widyastutik S.E., M.Si
selaku komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang
bermanfaat.
iii
4.
Opi, Winsih, Kang Ade, dan Muthia Ningrum yang telah membantu penulis
untuk memperoleh literatur yang dapat membantu penulis menyeleseikan
skripsi.
5.
Teman-temen kosan Al Izzah yang telah banyak membantu penulis baik
dalam masalah teknis maupun non teknis.
6.
Rekan-rekan Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40 (Vera, Ramadania,
Karina, Halida, Dindin, Agung) yang selalu membantu penulis dalam bertukar
pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesei.
7.
Seluruh staf dan pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi dan semua pihak
yang membantu penulis selama melaksanakan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
semua pihak yang membutuhkan serta memberikan khasanah baru dalam bidang ilmu
ekonomi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Juli 2007
RIWAYAT HIDUP
Mochamad Henry Kurniawahyudi dilahirkan di Semarang pada tanggal 22
November 1984 merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Mohlasin dan Ibu Siti
Basiroh. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991
sampai dengan tahun 1996 di SDN Kebondowo 2 Semarang, kemudian dari 1996
sampai dengan 1997 di SDN Jadimulya Cirebon. Selanjutnya meneruskan ke
pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTP
Negeri 2 Cirebon. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di
SMUN 1 Cisarua Bandung dan lulus pada tahun 2003.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta
beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat kemudahan dan
kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senatiasa tercurah kepada
Qudwah Hasanah
kita, Rasulullah Saw, yang telah
mengajarkan al-Islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat
manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.
Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap
Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada:
1.
Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan saran, ilmu dan membimbing penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Sahara S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Widyastutik S.E., M.Si
selaku komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang
bermanfaat.
OLEH
MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H14103007
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI. Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta (dibimbing oleh
SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU).
Pembangunan ekonomi yang tidak merata di berbagai wilayah menyebabkan ketimpangan antara perdesaan dengan perkotaan. Pedesaan di Indonesia banyak terdapat masyarakat yang miskin, karena sebagian besar mereka bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian semakin lama semakin tidak berkembang, sehingga penghasilan yang mereka dapatkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak. Disisi lain di perkotaan banyak tersedia lapangan kerja dengan penghasilan yang lebih tinggi dari pada di desa. Masyarakat pedesaan yang ingin meningkatkan taraf hidupnya mencoba melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan migrasi ke kota. Dengan harapan mereka dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan penghasilan yang lebih tinggi.
DKI Jakarta merupakan kota sekaligus salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki jumlah migrasi masuk terbesar di Indonesia. Namun dari tahun ke tahun jumlah migrasi yang masuk tetap menunjukan angka yang tinggi. Oleh karena itu, masalah migrasi ke DKI Jakarta dapat menjadi topik yang menarik dan hangat untuk di teliti. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana pengaruh faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penduduk di berbagai propinsi di Indonesia untuk melakukan migrasi ke DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan adalah metodepanel data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series lima tahuanan dari tahun 1985 sampai 2005 dan data cross sectian, yang terdiri dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tiap propinsi, jumlah migrasi masuk dari setiap propinsi ke Jakarta, dan data tingkat Upah Minimum Regional (UMR) tiap propinsi. Semuaya dibandingkan terhadap DKI Jakarta, karena Jakarta merupakan wilayah yang menjadi objek kajian penelitian.
Model yang paling baik yang di dapatkan dari hasil estimasi adalah model efek tetap (fixed effect model). Dari hasil estimasi yang dilakukan didapatkan, bahwa variabel PDRB mempunyai hubungan yang negatif sebesar 0,285. Ini menunjukkan bahwa jika tingkat PDRB propinsi selain Jakarta meningkat relatif terhadap Jakarta sebesar 1 persen maka jumlah migrasi yang masuk ke DKI Jakarta akan berkurang sebesar 0,285 persen. Sedangkan variabel UMR mempunyai hubungan yang negatif sebesar 0,063. Artinya jika tingkat UMR di propinsi selain Jakarta meningkat relatif terhadap Jakarta sebesar 1 persen maka jumlah migrasi penduduk ke DKI Jakarta akan berkurang sebesar 0,063 persen.
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP
TINGKAT MIGRASI KE PROPINSI DKI JAKARTA
Oleh
MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H14103007
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Mochamad Henry Kurniawahyudi Nomor Registrasi Pokok : H14103007
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si NIP. 132 310 799
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2007
i
RIWAYAT HIDUP
Mochamad Henry Kurniawahyudi dilahirkan di Semarang pada tanggal 22
November 1984 merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Mohlasin dan Ibu Siti
Basiroh. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991
sampai dengan tahun 1996 di SDN Kebondowo 2 Semarang, kemudian dari 1996
sampai dengan 1997 di SDN Jadimulya Cirebon. Selanjutnya meneruskan ke
pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTP
Negeri 2 Cirebon. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di
SMUN 1 Cisarua Bandung dan lulus pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta
beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat kemudahan dan
kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senatiasa tercurah kepada
Qudwah Hasanah
kita, Rasulullah Saw, yang telah
mengajarkan al-Islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat
manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.
Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap
Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada:
1.
Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan saran, ilmu dan membimbing penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Sahara S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Widyastutik S.E., M.Si
selaku komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang
bermanfaat.
iii
4.
Opi, Winsih, Kang Ade, dan Muthia Ningrum yang telah membantu penulis
untuk memperoleh literatur yang dapat membantu penulis menyeleseikan
skripsi.
5.
Teman-temen kosan Al Izzah yang telah banyak membantu penulis baik
dalam masalah teknis maupun non teknis.
6.
Rekan-rekan Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40 (Vera, Ramadania,
Karina, Halida, Dindin, Agung) yang selalu membantu penulis dalam bertukar
pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesei.
7.
Seluruh staf dan pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi dan semua pihak
yang membantu penulis selama melaksanakan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
semua pihak yang membutuhkan serta memberikan khasanah baru dalam bidang ilmu
ekonomi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Juli 2007
RIWAYAT HIDUP
Mochamad Henry Kurniawahyudi dilahirkan di Semarang pada tanggal 22
November 1984 merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Mohlasin dan Ibu Siti
Basiroh. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991
sampai dengan tahun 1996 di SDN Kebondowo 2 Semarang, kemudian dari 1996
sampai dengan 1997 di SDN Jadimulya Cirebon. Selanjutnya meneruskan ke
pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTP
Negeri 2 Cirebon. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di
SMUN 1 Cisarua Bandung dan lulus pada tahun 2003.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta
beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat kemudahan dan
kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senatiasa tercurah kepada
Qudwah Hasanah
kita, Rasulullah Saw, yang telah
mengajarkan al-Islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat
manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB.
Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap
Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada:
1.
Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan saran, ilmu dan membimbing penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Sahara S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Widyastutik S.E., M.Si
selaku komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang
bermanfaat.
4.
Opi, Winsih, Kang Ade, dan Muthia Ningrum yang telah membantu penulis
untuk memperoleh literatur yang dapat membantu penulis menyeleseikan
skripsi.
5.
Teman-temen kosan Al Izzah yang telah banyak membantu penulis baik
dalam masalah teknis maupun non teknis.
6.
Rekan-rekan Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40 (Vera, Ramadania,
Karina, Halida, Dindin, Agung) yang selalu membantu penulis dalam bertukar
pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesei.
7.
Seluruh staf dan pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi dan semua pihak
yang membantu penulis selama melaksanakan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
semua pihak yang membutuhkan serta memberikan khasanah baru dalam bidang ilmu
ekonomi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Juli 2007
iv
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
I.
PENDAHULUAN... 1
v i
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1.Migrasi Masuk dan Keluar DKI Jakarta Menurut Lahir (
Lifetime Migrants
),
DAFTAR GAMBAR
v iii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1.
Data PDRB dengan Harga Berlaku dalam Jutaan ... 46
2.
Data UMR per Bulan tiap Propinsi dalam Rupiah ... 47
3.
Data Jumlah Migrasi Penduduk Masuk Jakarta dalam Jiwa ... 48
4.
Persentase Rasio PDRB Berdasarkan Harga Berlaku tiap Propinsi terhadap
iv
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
I.
PENDAHULUAN... 1
v i
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1.Migrasi Masuk dan Keluar DKI Jakarta Menurut Lahir (
Lifetime Migrants
),
DAFTAR GAMBAR
v iii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1.
Data PDRB dengan Harga Berlaku dalam Jutaan ... 46
2.
Data UMR per Bulan tiap Propinsi dalam Rupiah ... 47
3.
Data Jumlah Migrasi Penduduk Masuk Jakarta dalam Jiwa ... 48
4.
Persentase Rasio PDRB Berdasarkan Harga Berlaku tiap Propinsi terhadap
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan dan pedesaan yang tak
seimbang menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif yang sepatutnya
mendapat perhatian serius dari pemerintah dan berbagai pihak, terutama dikaitkan
dengan isu kemiskinan dan pemerataan. Salah satu isu yang sering disoroti adalah
tingginya arus migrasi terutama desa ke kota yang semakin meningkat
intensitasnya (Sunario, 1999). Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan di
Indonesia semakin meningkat dengan pesat ditunjukkan dengan angka
pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi. Utamanya terjadi pada periode
tahun 1980-1990 (7,85 persen per tahun). Tingkat pertumbuhan penduduk kota
pada periode 1990-2000 turun menjadi 2,01 persen, tetapi dilihat dari persentase
dari penduduk yang tinggal di kota tampak semakin meningkat dengan pesat.
Sensus penduduk tahun 1980 menunjukkan persentase penduduk kota sebesar
22,38 persen, kemudian meningkat menjadi 35,91 persen pada tahun 1990.
Kondisi sepuluh tahun kemudian pada tahun 2000 persentase penduduk kota di
Indonesia telah mencapai sebesar 42,43 persen.
Pembangunan yang tidak seimbang dan disparitas antar daerah
menyebabkan perpindahan penduduk yang dapat menimbulkan masalah baik di
daerah yang ditinggalkan maupun daerah yang dituju. Daya tarik kota seperti,
kesempatan memperoleh pendidikan, pekerjaan, wiraswasta dan penawaran jasa
2
yang dapat memotivasi sehingga memperbesar arus perpindahan itu baik untuk
tujuan menetap, sementara, atau mungkin perpindahan sirkuler (Artika, 2003).
Selain itu menurut Hauser et al (1985) arus penduduk dari desa ke kota sebagian
besar akibat daya tarik upah yang lebih tinggi berkat daya produksi yang lebih
tinggi di kota. Penggunaan teknologi pada abad XX pun diduga dalam rangka
pembangunan ekonomi, ternyata melahirkan tata industri yang bersifat padat
modal dan bukan yang bersifat padat karya. Sehingga kebijakan ini cenderung
mendorong buruh petani ke perkotaan. Di bidang industri ternyata mengalami
keterbatasan penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian, mungkin saja arus
penduduk dari desa ke kota tetap berjalan terus dan semakin cepat, sementara
kesempatan kerja di kota tetap terbatas.
Menurut Todaro dan Smith (2004), kebijakan yang dijalankan pada dekade
yang lalu, yang lebih mengutamakan modernisasi industri, kecanggihan teknologi,
dan pertumbuhan metropolis, jelas telah menciptakan ketimpangan geografis
dalam penyebaran kesempatan atau peluang-peluang ekonomi, sekaligus menjadi
penyebab utama perpindahan secara besar-besaran penduduk desa ke kota yang
terus menerus. Kebijakan pemerintah seringkali bias kota, yaitu dengan
mementingkan investasi industri dan mengabaikan sektor pertanian. Pemerintah
mementingkan investasi untuk bidang sarana umum yang dibangun di kota
dengan alasan kota adalah pusat kegiatan ekonomi (Manning dan Effendi, 1985).
Kedua hal tersebut di atas merupakan penyebab terjadinya migrasi penduduk dari
yang semakin meningkat dari tahun ketahun, didukung dengan masuknya
teknologi sehingga sektor pertanian menjadi padat modal.
Sektor non pertanian di pedesaan hampir tidak berkembang, keadaan
sebaliknya bisa terjadi di perkotaan, yaitu luasnya kesempatan untuk dapat bekerja
di sektor non pertanian. Hal ini membuat adanya keterkaitan masyarakat desa
pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang
lebih tinggi yang tidak diperoleh selama mereka tinggal di desa (Suharso, 1994).
Migrasi umumnya dilakukan untuk memperbaiki taraf hidup secara
ekonomi. Salah satu daya tarik kota yaitu banyaknya peluang kerja di luar sektor
pertanian. Sehingga adanya migrasi desa kota berakibat pada pergeseran mata
pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor non pertanian di kota.
Peluang memperoleh pekerjaan di desa dirasakan hanya pada sektor non pertanian
terutama bidang industri dan jasa (Erwindo et al, 1992).
Migrasi desa-kota merupakan suatu faktor utama yang mendorong
pesatnya pertumbuhan kota di negara berkembang (Manning dan Effendi, 1985).
Namun migrasi yang terlalu cepat dan tidak teratur mengakibatkan penduduk desa
yang berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota mengalami kekecewaan
karena besarnya jumlah mereka yang mencari pekerjaan. Maka timbul persaingan
di antara mereka sendiri di tambah dengan persaingan dari penduduk kota. Para
migran yang berasal dari desa rata-rata berpendidikan rendah dan ketrampilan
yang dimiliki juga terbatas. Tapi adanya persaingan di dunia kerja mengharuskan
mereka untuk mempunyai kemampuan yang lebih dari orang lain. Kemampuan
4
sektor formal yang akhirnya mengharuskan mereka untuk masuk pada sektor
[image:36.612.137.506.186.494.2]informal.
Tabel 1.1. Migran Masuk dan Keluar DKI Jakarta Menurut Tempat Lahir (Lifetime Migrants), 1990, 2000, dan 2005 dalam jiwa
1990 2000 2005 Tempat Lahir/ Tempat Tinggal Sekarang Migran Masuk Migran Keluar Migran Masuk Migran Keluar Migran Masuk Migran Keluar
Sumatra Utara 200.135 14.096 230.137 19.640 174.847 20.456
Sumatra Barat 154.485 15.107 152.966 16.485 141.249 24.354
Riau 22.237 11.992 24.179 22.329 26.968 17.006
Sumatra Selatan
93.088 16.752 65.565 11.955 56.174 19.502
Lampung 24.184 16.954 52.293 17.582 55.818 15.439
Prop lain di Sumatra
34.855 11.798 80.274 13.967 39.096 7.557
Jawa Barat 859.938 794.987 924.020 1.515.672 743.558 1.680.538 Jawa Tengah 1.139.985 67.492 1.277.549 85.250 1.274.304 99.986 DI
Yogyakarta
90.339 19.342 126.889 25.692 124.229 30.863
Jawa Timur 301.476 34.710 355.270 46.852 302.093 56.339
Bali 9.027 3.535 10.007 8.487 4.779 6.487
Nusa Tenggara
21.248 3.422 26.378 4.639 15.200 9.026
Kalimantan 88.722 17.343 85.368 22.993 87.672 22.517
Sulawesi 80.031 16.604 86.804 18.812 14.816 18.766
Maluku+Irja 19.926 7.036 22.852 6.309 11.435 5.914
Jumlah 3.143.138 1.051.170 3.333.329 1.836.664 3.090.226 2.034.750
Sumber: BPS (1992, 2001, 2006)
Kota besar seperti Jakarta merupakan daerah tujuan utama bagi pelaku
mobilitas penduduk. Pada periode 1980-1990, pertumbuhan penduduk di DKI
Jakarta mencapai 3,08 persen pertahun, kemudian turun menjadi 0,14 persen per
tahun pada periode tahun 1990-2000. Selain karena turunnya angka fertilitas,
migrasi keluar DKI Jakarta (utamanya ke kota-kota sekitarnya) diperkirakan
Sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990, dan 2000 menunjukkan bahwa
dari seluruh provinsi di Indonesia, DKI Jakarta merupakan daerah penerima
migran terbesar, dimana sekitar 40 persen penduduknya berstatus migran. Setelah
DKI Jakarta, Propinsi Lampung dan Kalimantan Timur tercatat sebagai daerah
penerima migran kedua dan ketiga terbesar. Mengingat karakteristik daerah yang
berbeda maka migran yang masuk ke tiga propinsi tersebut juga mempunyai
perbedaan karakteristik. Sebagai pusat bisnis, industri dan pemerintahan, migran
yang masuk ke Jakarta mempunyai karakteristik yang khusus, terutama sebagian
diantaranya mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
[image:37.612.132.506.378.650.2]daerah yang masuk ke daerah berbasis pertanian seperti Lampung.
Tabel 1.2. Persentase Migran Masuk ke DKI Jakarta Tahun 2005
Nama Propinsi Migran masuk Persentase (%)
Sumatra Utara 17.4847 5.67
Sumatra Barat 141.249 4.58
Riau 26.968 0.88
Sumatra Selatan 56.174 1.82
Lampung 55.818 1.81
Prop. lain di Sumatra 39.096 1.27
Jawa Barat 743.558 24.13
Jawa Tengah 1.274.304 41.36
DI Yogyakarta 124.229 4.03
Jawa Timur 302.093 9.8
Bali 4.779 0.16
Nusa Tenggara 24.037 0.78
Kalimantan 87.672 2.85
Sulawesi 14.816 0.48
Maluku+Irian Jaya 11.435 0.38
Jumlah 3.090.226 100
Sumber : BPS 2005 (diolah)
Migran masuk seumur hidup ke DKI Jakarta di dominasi oleh mereka
6
(SUPAS, 2005). Sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2. Selanjutnya, tiga propinsi
di Pulau Sumatra, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sumatra Selatan juga
memberikan kontribusi yang besar pada migran masuk seumur hidup ke DKI
Jakarta.
DKI Jakarta merupakan kota yang menarik bagi para pengangguran di
desa untuk mengadu nasib. Walaupun hidup dalam segala keterbatasan namun
para migran merasa bahwa dirinya lebih baik dari pada sebelumnya. Walaupun
pendapatan yang didapatkan kecil tapi itu lebih tinggi dibandingkan ketika di
desa. Berbagai masalah mulai timbul akibat semakin tingginya tingkat kepadatan
penduduk di Jakarta. Salah satu masalah fisik yang dihadapi Jakarta adalah
kehadiran rumah liar dan pemukiman-pemukiman kumuh. Para pendatang baru
yang umumnya miskin biasanya menetap di gubuk kardus seadanya di
tempat-tempat umum, sehingga mengganggu ketertiban masyarakat umum.
1.2. Perumusan masalah
Besarnya jumlah penduduk yang melakukan migarsi ke Jakarta tidak
terlepas dari kelemahan pembangunan di daerah luar Jakarta. Hal ini terlihat dari
rendahnya tingkat upah dibandingkan di daerah dengan tingkat upah di Jakarta.
Pertumbuhan jumlah migrasi ke Jakarta setiap tahun yang ralatif besar di dorong
oleh keinginan untuk memperbaiki kesejahteraan hidup di Jakarta sementara
jumlah lapangan kerja tak mampu lagi menyerap lapangan kerja.
Setiap tahun DKI kedatangan sekitar 200.000-250.000 penduduk baru
Sedangkan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah tidak bertambah, bahkan
sebaliknya, terutama ketersediaan lapangan pekerjaan. Jumlah migrasi masuk
yang bersih DKI Jakarta relatif paling tinggi dibandingkan dengan wilayah
propinsi lainnya. Jumlah penduduk DKI Jakarta murni pada tahun 2005 sebesar
8.339.247 jiwa, namun jika ditambah dengan para tenaga kerja dari sekitar Jakarta
yang comuting mencapai lebih dari 12 juta orang. Jumlah migran yang masuk
tahun 2005 sebesar 3.090.226 jiwa. Padahal pertumbuhan penduduknya yang
murni sangat rendah yaitu 0,17 persen per tahun, dilihat dari kepadatan penduduk
Jakarta menempati posisi tertinggi yaitu 13.362 orang per kilometer persegi pada
tahun 2005. Di sisi tingkat UMR daerah DKI Jakarta memiliki peringkat paling
tinggi dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia yaitu sebesar Rp 711.483.
Sedangkan jumlah seluruh Pendapatan Regional Domestik Bruto sebesar Rp
436.250.721 juta pada tahun 2005.
Di siai lain kelambatan dan ketidakmerataan pembangunan ekonomi di
daerah luar Jakarta mengakibatkan masyarakat daerah untuk migrasi ke Jakarta
untuk mencari pendapatan yang lebih tinggi. Akibatnya terjadi kepadatan
penduduk yang tinggi dan pengangguran di Jakarta. Dampak kepadatan dan
pengangguran ini timbul berbagai masalah sosial dan ekonomi. Diantaranya
kriminalitas meningkat, pemukiman kumuh timbul dimana-mana, kemacetan
tinggi, menurunya tingkat pelayanan dan prasarana perkotaan, dan akhirnya
mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk Jakarta. Berdasarkan uraian di atas,
8
bagaimanakah pengaruh faktor-faktor ekonomi yang mendorong penduduk untuk
melakukan migrasi ke DKI Jakarta.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor
ekonomi yang mempengaruhi migrasi ke DKI Jakarta. Faktor yang akan dianalisis
diantaranya yaitu tingkat upah yang dalam hal ini Upah Minimum Regional dan
Produk Domestik Regional Bruto perkapita.
1.4. Kegunaan penelitian
Kegunanaan dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
pihak-pihak yang terkait dalam mengambil keputusan. Bagi penulis penelitian ini
bermanfaat untuk mengetahui lebih jauh tentang masalah kependudukan di DKI
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Migrasi
Migrasi menurut Rusli (1994) adalah suatu gerak penduduk secara
geografis, spasial atau teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan
perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tujuan. Sedangkan Lee (1966)
mengatakan bahwa yang disebut migrasi haruslah melibatkan faktor terjadinya
perubahan tempat tinggal yang permanen dengan tidak usah memperhatikan jarak
yang ditempuh dalam proses perpindahan tersebut. Menurut Munir (1981), dalam
menelaah migrasi ada dua dimensi penting yang perlu ditinjau, yaitu dimensi
waktu dan dimensi daerah. Ukuran yang pasti untuk dimensi waktu tidak ada,
karena sulit menetapkan berapa lama seseorang pindah tempat tinggal agar dapat
dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunkan devinisi yang
digunakan dalam sensus penduduk. Contoh, Sensus Penduduki Tahun 1961,
batasan waktu bagi penentuan migran adalah 3 bulan, sedangkan untuk sensus
penduduk Tahun 1971 dan 1980 selama 6 bulan.
Mantra (1980) mengatakan bahwa seseorang dikatakan melakukan migrasi
jika melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen
(untuk jangka waktu relatif tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu,
atau pindah dari suatu unit geografis ke unit geografis lainnya. Mobilitas
penduduk horizontal atau geografis meliputi semua gerakan penduduk yang
melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu. Dari berbagai
10
migrasi adalah suatu mobilitas penduduk dari suatu tempat atau lokasi geografis
ke tempat atau lokasi geografis lainnya dengan melewati batas administrasi suatu
daerah atau wilayah dengan maksud untuk mempertahankan hidup dan atau
memperbaiki hidup.
Secara garis besar, dimensi daerah dibedakan atas perpindahan antar
negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut
migrasi internasional. Sedangkan perpindahan yang terjadi dalam suatu negara
misalnya antar propinsi, kota atau kesatuan administrasi lainnya dikenal dengan
migrasi intern. Menurut Rusli (1995) berdasarkan bentuknya mobilitas dibagi
menjadi dua yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non-permanen
atau sirkuler. Mobilitas permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk dari
satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Sedangkan mobilitas non permanen adalah gerak penduduk dari suatu tempat ke
tempat lain dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan yang terdiri dari
dua, yaitu sirkulasi dan komutasi. Jadi perbedaan ini berdasarkan niatan, bukan
lamanya setiap perpindahan, dan akibatnya beberapa perpindahan sirkuler
mungkin lebih lama dari migrasi.
Definisi migran menurut PBB (2000) adalah seseorang yang berpindah
tempat kediaman dari suatu unit administratif atau politis ke unit daerah
administratif atau daerah politis yang lain. Untuk menentukan seseorang disebut
migran atau bukan, konsep operasional Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 dan
2000 menetapkan minimal lamanya tinggal di daerah tujuan enam bulan dan unit
bahwa migran bersifat selektif (Lee, Suharso, dan Hugo, 1981). Terdapat ciri
khusus yang membedakan migran dan non migran, terutama dalam hal umur, jenis
kelamin, pendidikan, status perkawinan dan jenis pekerjaan. Dengan adanya sifat
selektif dalam proses migrasi maka timbullah ciri-ciri atau sifat-sifat karakteristik
dari mereka yang turut serta dalam proses migrasi tersebut. Kebanyakan terdiri
dari mereka yang masih berumur muda terutama antara 20-29 tahun, belum
menikah, rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi daripada
mereka yang tidak turut bermigrasi. Serta kebanyakan dari mereka bermigrasi
dengan alasan untuk memperbaiki nasib kehidupan.
2.2. Penyebab Migrasi
Menurut Hugo (1981) migrasi dilakukan seseorang karena adanya tekanan
lingkungan alam, ekonomi, sosial dan budaya. Menghadapi tekanan lingkungan
ini ada tiga kemungkinan yang dilakukan masyarakat. Pertama, mereka yang
bertahan di tempat, karena menganggap tempat yang sekarang adalah tempat
terbaik dan dianggap paling banyak memberikan kemungkinan bagi terpenuhinya
kebutuhan hidup tentu saja tidak dilupakan kemungkinan usaha perbaikan
lingkungan hidupnya dan pembaharuan. Kedua, mereka pindah tempat atau
migrasi. Ketiga, mereka melakukan peralihan antara keduanya, yaitu tetap tinggal
tinggal di tempat lama tetapi mencari pekerjaan baru secara berkala dan terus
menerus atau commutery.
Mengingat bahwa sebagian besar masyarakat di pedesaan sudah tidak
memiliki tanah pertanian, sedangkan mereka yang mengaku sebagai keluarga
12
jumlah hari dan jam kerja di sektor pertanian jauh dibawah jam kerja normal
(untuk ukuran kerja penuh), maka agar dapat mempertahankan hidupnya dari hari
ke hari mereka harus dapat mencari pekerjaan di luar sektor pertanian (Suharso,
1978). Namun untuk mencari pekerjan di luar sektor pertanian tersebut diperlukan
adanya kecakapan atau ketrampilan tertentu atau bahkan diperlukan sejumlah
uang sebagai modal usaha, suatu hal yang sebagian besar dari mereka justru tidak
memilikinya. Tidaklah mengherankan jika mereka terpaksa harus menerima
pekerjaan yang biasa disebut dengan istilah pekerja kasar. Seperti buruh
bangunan, penarik becak, buruh pabrik, pedagang keliling, dan sebagainya.
Menurut Hardjosudarmo (1965) terjadinya migrasi disebabkan oleh tiga faktor
yaitu:
1) Faktor pendorong (push factor) yang ada pada daerah asal, yakni adanya
pertambahan penduduk yang mengakibatkan timbulnya tekanan penduduk,
adanya kekeringan sumber alam, adanya fluktuasi iklim, dan ketidaksesuaian
diri dengan lingkungan.
2) Faktor penarik (pull factor) yang ada pada daerah tujuan, yakni adanya
sumber alam serta sumber mata pencaharian baru, adanya
pendapatan-pendapatan baru, dan iklim yang sangat baik.
3) Faktor lainnya (other factor), yakni adanya perubahan-perubahan teknologi,
seperti munculnya mekanisasi pertanian yang bias menyebabkan
berkurangnya permintaan tenaga kerja untuk pertanian. Hal ini memaksa
buruh tani untuk pindah ke tempat atau pekerjaan lain. Selain itu juga karena
Sedangkan menurut Sumaryanto dan Halim (1989) dalam Refiani (2006),
arus dan volume migrasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat daya tarik
(pull) atau daya dorong (push). Daya tarik dapat berupa produktivitas kerja yang
lebih tinggi di daerah tujuan atau fasilitas lain yang memungkinkan individu itu
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sedangkan daya dorong pada umumnya
berupa suatu set peubah yang menyebabkan individu itu merasa sulit memperbaiki
taraf hidupnya di tempat asal. Sebagai contoh, pemilikan aset yang rendah,
kesempatan kerja yang sempit, produktivitas kerja di tempat asal yang rendah, dan
lain-lain. Perbedaan tingkat gerak penduduk di desa-desa berkaitan dengan
ketimpangan sosial dan regional.
Munir (1981) mengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor pendorong dan
faktor penarik. Faktor pendorong misalnya :
1) Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas
barang-barang tertentu yang bahan bakunya masih sulit diperoleh seperti hasil
tambang, kayu dan bahan dari hasil pertanian.
2) Menyempitnya lapangan kerja di daerah asal (misalnya pedesaan) akibat
masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive).
3) Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama dan suku di daerah
asal.
4) Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal.
5) Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa
14
6) Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang
atau adanya wabah penyakit.
Sementara faktor-faktor penarik antara lain:
1) Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki
lapangan kerja.
2) Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
3) Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.
4) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenagkan, misalnya iklim,
perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.
5) Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.
6) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik orang-orang dari desa atau kota kecil.
Mantra (1994) berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah
motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi
antar daerah. Todaro dan Smith (2004) menyebut motif utama tersebut sebagai
pertimbangan ekonomi yang rasional. Faktor yang mempengaruhi untuk
melakukan migrasi ke perkotaan karena adanya dua harapan, yaitu harapan untuk
memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada
yang diperoleh di pedesaan. Dengan demikian migrasi dari pedesaan ke perkotaan
mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara pedesaan dan perkotaan.
Kebutuhan hidup yang terus meningkat menuntut setiap orang terutama para
kepala keluarga untuk mencari penghasilan yang lebih besar. Jika di daerah
mempunyai penghasilan yang layak maka mereka akan lebih memilih untuk
bermigrasi. Pilihan ini merupakan pilihan terbaik mereka, meskipun belum pasti
apakah mereka akan mendapatkan pekerjaan atau tidak di tempat tujuan.
Wilayah perkotaan dengan proses pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi dan fasilitas yang lengkap mendorong setiap orang terutama pengangguran
untuk mengadu nasib. Arus masuk migrasi akan semakin banyak dalam waktu
yang relatif cepat. Migrasi masuk ke kota (termasuk kota Jakarta) sangat erat
kaitannya dengan kebijakan pembangunan yang bersifat bias kota (urban bias).
Pembangunan di DKI Jakarta yang memiliki peran dan fungsi sebagai pusat
kegiatan ekonomi, telah menarik penduduk desa untuk datang kota ini dalam
upaya mendapatkan kesempatan kerja atau usaha, lebih-lebih ketika lapangan
pekerjaan di desa sangat terbatas. Fenomena ini sejalan dengan teori Todaro
(2004) yang menjelaskan terjadinya perpindahan penduduk disebabkan oleh
tingginya upah atau pendapatan yang dapat diperoleh di daerah tujuan.
Kesenjangan upah atau pendapatan yang besar antara desa dan kota mendorong
penduduk desa untuk datang ke kota.
Perusahaan akan selalu berusaha untuk memperoleh keuntungan
maksimal, dengan menjual produk yang dihasilkan di pasar barang dan
memperoleh tenaga kerja di pasar faktor produksi dalam kondisi pasar persaingan
sempurna (Wiranatakusumah, 1998). Kota merupakan pasar tenaga kerja dan juga
tempat bisnis perusahaan-perusahaan. Dengan demikian kota menjadi tujuan
16
akibat perbedaan kerangka kerja dari pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari
signifikansi migrasi desa-kota yang meningkatkan angkatan kerja di kota.
Para migran yang masuk ke perkotaan yang tidak terserap di sektor
modern harus menciptakan suatu lapangan kerja sendiri atau bekerja pada
usaha-usaha rumah tangga milik keluarga atau kenalan mereka agar bisa tetap hidup
(Todaro, 2004). Seperti pedagang keliling, pedagang asongan di trotoar atau
jalanan, pembuatan papan nama, tambal ban dan sebagainya. Sedangkan yang
mempunyai ketrampilan khusus akan mencari pekerjaan sebagai mekanik, tukang
kayu, tukang cukur, tukang ojek motor, dan sebagainya.
2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu oleh
data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas harga dasar berlaku
maupun atas dasar harga konstan (BPS, 2005).
PDRB propinsi menunjukkan tingkat kemajuan ekonomi propinsi tersebut,
semakin besar jumlah PDRB propinsi tersebut maka semakin baik pula kondisi
perekonomian propinsi tersebut, sehingga semakin banyak penduduk yang akan
2.4. Upah Minimum Regional (UMR)
Upah adalah kompensasi yang diberikan kepada para pekerja harian atau
borongan yang besarnya telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak.
Sedangkan gaji adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada seseorang
atau karyawan secara periodik biasanya sebulan sekali (Sari dan Hoeriah, 2004).
Upah Minimum Regional (UMR) adalah upah yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui keputusan mentri yang dinilai dan diukur dari kebutuhan
hidup minimum (Sari dan Hoeriah, 2004). UMR tiap propinsi atau tiap
kabupaten/kota di Indonesia berbeda-beda sesuai dengan kondisi perekonomian
masing-masing daerah. Setiap pekerja ataupun buruh berhak mendapatkan upah
minimal sama dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat,
dan perusahaan atau pengusaha harus memberikan upah kepada pekerja mereka
tidak boleh dibawah standar UMR.
2.5. Penelitian Terdahulu
Analisis serta kajian terhadap fenomena migrasi telah dilakukan baik di
dalam maupun di laur negeri. Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian
terdahulu dengan berbagai pendekatan yang secara khusus menganalisis
terjadinya migrasi.
Solimano (2002) melakukan penelitian di Argentina mengungkapkan
bahwa migrasi penduduk ke Amerika Serikat dan Eropa atau negara yang lebih
maju dengan pendekatan ekonomi dan politik. Model yang digunakan adalah
dengan pendekatan Ordinary Last Square (OLS) :
18
dimana :
NM = net migrasi penduduk dari negara pengirim ke negara penerima,
X1 = menunjukan rasio GDP real perkapita negara penerima terhadap GDP
real perkapita negara pengirim,
X2 = lag net migrasi,
X3 = indeks ekonomi negara penerima migran,
X4 = indeks rezim pemerintahan apakah autoritarian atau demokrasi.
Pendekatan ekonomi dengan melihat tingkat rasio pendapatan nasional
negara asal dengan negara tujuan. Sedangkan aspek politik dengan memasukkan
rezim pemerintahan di negara asal yaitu Argentina. Hasilnya diketahui bahwa
hubungan yang positif dan signifikan antara selisih pendapatan nasional negara
penerima dengan negara pengirim migran.
Romdiati dan Noveria (2004) melakukan analisis mobilitas penduduk
antar daerah dalam rangka pengendalian migrasi masuk ke DKI Jakarta. Dalam
penelitian ini diungkapkan bahwa Jakarta sebagai kota metropolitan yang menjadi
pusat dari berbagai kegiatan pembangunan. Jakarta menjadi tujuan utama migrasi
penduduk dari berbagai daerah dalam jumlah yang besar. Mereka datang ke kota
ini untuk memperoleh manfaat dari semua kesempatan yang tersedia, terutama
kesempatan ekonomi. Masih terbukanya peluang untuk melakukan usaha
ekonomi, khususnya di sektor informal diketahui sebagai penyebab utama
perpindahan penduduk dari berbagai daerah, termasuk mereka yang
semakin diwarnai oleh pola mobilitas non-permanen dengan ciri-ciri kurang
terampil, bekerja di sektor informal dan tinggal di permukiman kumuh.
Selain itu beberapa penelitian menunjukkan besarnya orientasi migran
non-permanen pada desa asalnya, yaitu terlihat dari peningkatan kehidupan
keluarga migran di desa asal yang terlihat membaik sebagai dampak adanya
anggota keluarga yang melakukan mobilitas non-permanen ke kota (Hugo, 1975;
Mantra et al, 1988; Saefullah, 1992).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, bahwa penelitian ini
hanya menganalisis faktor –faktor ekonomi yang mempengaruhi migrasi tanpa
menganalisis faktor non ekonomi. Penelitian ini juga menganalisis migrasi tiap
propinsi dalam satu negara ke salah satu propinsi yang paling maju di negara
tersebut. Sedangkan penelitian Solimano menganalisis migrasi internasional dari
satu negara ke negara lainnya, yaitu dari Argentina ke Amerika Serikat dan Eropa
dengan menyertakan faktor politik berupa rezim pemerintahan. Perbedaan dengan
penelitian Mantra, kalau mantra menganalisis migrasi antar daerah dalam propinsi
di Jawa Tengah dengan melihat faktor ekonomi dan sosial seperti pendidikan dan
status perkawinan. Sedangkan penelitian Hugo menganalisis migrasi di Jawa
Barat dan hampir sama dengan penelitian Mantra hanya berbeda wilayah saja.
2.6. Kerangka Pemikiran
Migrasi yang dilakukan oleh penduduk di pengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi terdiri dari lag
20
terhadap wilayah Jakarta. Sedangkan faktor non ekonomi terdiri dari perbedaan
kondisi sosial budaya, politik, keamanan, dan iklim. Namun yang menjadi fokus
dari penelitian ini adalah pada faktor ekonomi, dimana lag upah dianalisis dengan
menggunakan variabel UMR tiap propinsi dan lag besarnya perekonomian
dianalisis dengan variabel PDRB berdasarkan harga berlaku tiap propinsi di
Indonesia.
Migrasi yang dilakukan penduduk di daerah asal juga dipengaruhi adanya
faktor pendorong seperti fasilitas dan sarana yang tidak memadai, lapangan
pekerjaan yang sempit, kualitas pendidikan yang rendah, atau penghasilan yang
rendah serta kondisi iklim atau keamanan yang tidak baik, sehingga mendorong
masyarakat untuk bermigrasi. Namun di Jakarta terdapat faktor penarik yang
mempengaruhi masyarakat di luar Jakarta untuk melakukan migrasi. Diantaranya
fasilitas dan sarana yang lengkap seperti fasilitas pendidikan, olahraga,
keagamaan, rekreasi dan hiburan. Selain itu juga tersedia lapangan pekerjaan yang
lebih luas serta penghasilan yang lebih tinggi. Sehingga mempengaruhi
masyarakat luar Jakarta untuk mengadu nasib ke Jakarta.
Semakin banyaknya masyarakat yang bermigrasi ke Jakarta
mengakibatkan jumlah penduduk semakin meningkat. Sehingga menimbulkan
berbagai masalah diantaranya masalah sosial, ekonomi, dan kependudukan. Oleh
karena itu pemerintah DKI Jakarrta harus bekerja sama dengan pemerintah daerah
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.7. Hipotesis
Secara umum ada dua faktor yang signifikan berpengaruh terhadap tingkat
migrasi penduduk, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi
merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi gerak penduduk. Faktor ekonomi
ini diantaranya adalah tingkat upah kemudian kondisi perekonomian wilayah.
Sedangkan faktor non ekonomi seperti keamanan, politik, sosial budaya juga
mempengaruhi namun lebih kecil. Yang menjadi hipotesisi dari penelitian ini
yaitu :
Penduduk luar
Jakarta Migrasi Jakarta
Faktor Non Ekonomi -Sosial budaya
-Politik -Keamanan
-Iklim
Faktor Ekonomi -Gap tingkat upah -Gap besarnya tingkat
perekonomian
Kebijakan Pemda Jakarta dan Pemda selain Jakarta Masalah sosial, ekonomi dan
kependudukan Jakarta Keterangan :
22
1. Tingkat Produk Domestik Regional Bruto perkapita tiap propinsi di luar
Jakara memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah migrasi ke Jakarta.
2. Tingkat upah selain Jakarta memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data time series lima tahunan (1985, 1990, 1995, 2000, dan 2005) dan cross
section yang terdiri dari data migrasi masuk ke DKI Jakarta, data jumlah
penduduk tiap propinsi di Indonesia, data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tiap propinsi berdasarkan harga berlaku, data Upah Minimum Regional
(UMR) tiap propinsi. Proses pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran
data ke Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, media internet, surat kabar, dan literatur-literatur yang berkaitan.
PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB berdasarkan
harga berlaku. Ini dimaksudkan untuk melihat perbandingan kesejahteraan antara
daerah propinsi selain Jakarta terhadap Jakarta pada tahun yang bersangkutan.
Setiap propinsi memiliki PDRB yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi
perekonomiannya.
UMR yang digunakan pada tahun 1985 masih berupa KFM (Kebutuhan
Fisik Minimum), karena kebijakan pemerintah yang mengatur tentang UMR
belum dibuat. Namun yang berlaku tahun 1985 adalah kebijakan KFM pekerja.
Sehingga untuk data tahun 1985 masih menggunakan data KFM, dan untuk tahun
1990 hingga 2005 menggunakan data UMR karena kebijakan pemerintah tentang
UMR sudah dikeluarkan. Selain itu UMR yang digunakan adalah UMR nominal,
24
bahwa penduduk yang melakukan migrasi ke Jakarta hanya melihat beasarnya
nilai nominal upah yang akan mereka dapatkan pada tahun tersebut atau hanya
melihat nilai upah relatif Jakarta terhadap propinsi selain Jakarta, tanpa
memperhitungkan nilai rill upah tersebut.
3.2. Teknik Pengolahan Data
Data diolah dengan menggunakan program software Eviews 4.1.
Tahap-tahap pengolah data : Pertama, data PDRB bedasarkan harga berlaku tiap propinsi
dibagi dengan PDRB bedasarkan harga berlaku DKI Jakarta. Kedua, data UMR
tiap propinsi di Indonesia dibagi dengan UMR DKI Jakarta. Ini dimaksudkan
karena DKI Jakarta merupakan propinsi utama tujuan migrasi penduduk dari
seluruh propinsi di Indonesia. Walaupun dari propinsi DKI Jakarta ada penduduk
yang bermigrasi ke tiap propinsi di Indonesia, namun jumlah penduduk yang
masuk ke DKI Jakarta lebih besar dari pada jumlah penduduk yang pindah ke luar
Jakarta. Bentuk fungsi persamaannya adalah sebagai berikut.
Log MIG = Log ⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ JKT PDRB PDRB JKT UMR UMR . ,
. (3.1)
dimana :
MIG : jumlah migrasi penduduk berbagai propinsi ke Jakarta (jiwa),
UMR : tingkat UMR tiap propinsi selain Jakarta (rupiah),
UMR.JKT : tingkat UMR Jakarta (rupiah),
PDRB : PDRB tiap propinsi selain Jakarta (rupiah),
3.3. Model dan Metode Estimasi
Salah satu langkah dalam penelitian ini adalah menentukan model umum
yang digunakan dengan menggunakan analisis fungsi regresi. Penggunaan fungsi
regresi ditujukan untuk menangkap berbagai kemungkinan migrasi dari
variabel-variabel yang diestimasi. Bentuk model umum yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Log MIGit = αi + β1 Log RUMRit + β2 Log RPDRBit +
ε
it (3.2)dimana :
MIGit = jumlah migrasi penduduk ke DKI Jakarta,
RUMRit = rasio tingkat upah minimum regional tiap propinsi terhadap upah
minimum regional Jakarta,
RPDRBit = rasio tingkat PDRB tiap propinsi terhadap PDRB Jakarta,
αi = interesep model yang berubah-ubah tiap propinsi,
β1 = slope variabel UMR,
β2 = slope variabel PDRB,
i = propinsi ke-i,
t = pada tahun ke-t,
ε
= error/simpangan.Teknik estimasi dalam penelitian ini menggunakan metode panel data.
Model ini menggunakan kombinasi set data runut waktu (time series) dan kerat
lintang (cross section). Model yang digunakan mengacu pada penelitian migrasi
internasional yang dilakukan oleh Andres Solimano tahun 2002. Analisis panel
26
literatur ekonometrik. Hal ini dikarenakan panel data menyediakan informasi yang
cukup kaya untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teoritik. Dalam bentuk
praktis, peneliti telah dapat menggunakan data runut waktu (time series) dan kerat
lintang (cross section) untuk menganalisis masalah yang tidak dapat diatasi jika
hanya menggunakan salah satunya saja. Banyak keuntungan yang diperoleh
dengan menggunakan data panel, yang diantaranya sebagai berikut (Gujarati,
2003)
1) Mampu mengontrol heterogenitas individu, panel data memberi peluang
perlakukan bahwa unit-unit ekonomi yang dianalisis dalam penelitian ini
seperti Pendapatan Domestrik Regional Bruto (PDRB) tiap propinsi, Upah
Minimum Regional (UMR) tiap propinsi adalah homogen.
2) Banyak memperoleh informasi lebih banyak, lebih beragam, mengurangi
kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan serta lebih efisien.
Data time series memiliki kecenderungan tingkat kolinearitas yang tinggi.
Dengan menggunakan panel data, penambahan dimensi cross section dapat
memperkaya keragaman dan informasi pada variabel, sehingga akan
menghasilkan informasi yang lebih akurat.
3) Panel data lebih baik untuk studi dynamic of adjusment. Salah satu
kekurangan apabila menggunakan pendekatan cross section adalah tidak dapat
menggambarkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan
menggunakan panel data, dapat diketahuai apakah kondisi yang terjadi
4) Mampu lebih baik dalam mengestimasi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat dideteksi oleh pure cross section atau pure time series.
5) Dapat membangun dan menguji model prilaku (behavioral model ) yang lebih
kompleks dibanding pure cross section atau data time series.
Keuntungan fundamental panel data dari pada runut waktu (time series)
ataupun kerat lintang (cross section) adalah bahwa panel data akan membiarkan
peneliti untuk lebih fleksibel dalam memodelkan perbedaan sifat tiap data
pengamatan. Metode panel data dapat memiliki 3 bentuk model yaitu pooled,
Fixed Effect atau model efek tetap, dan Random Effect atau model efek acak.
3.3.1. Model Pooled
Model polled yaitu model yang didapatkan dengan mengkombinasikan
atau mengumpulkan semua data cross section dan time series. Model data ini
kemudian di duga dengan menggunakan Ordinari Least Square (OLS) yaitu :
Yit = α + β Xit +
ε
it (3.3)dimana :
Yit = variabel endogen,
Xit = variabel eksogen,
α = interesep,
β = slope,
i = individu ke I,
t = individu ke-t,
28
3.3.2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Masalah terbesar dalam pendekatan model kuadrat terkecil adalah
asumsi interesep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik
antar individu maupun antar waktu yang mungkin kurang beralasan. Untuk
mengatasi masalah ini maka kita bisa menggunakan Model Efek Tetap (Fixed
Effect).
Model Efek Tetap (Fixed Effect ) yaitu model yang di dapatkan dengan
mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat
mengakibatkan perubahan dalam interesep-interesep cross section dan time series.
Peubah boneka (dummy) dapat ditambahkan ke dalam model untuk
memungkinkan perubahan-perubahan interesep ini lalu model di duga dengan
OLS, yaitu :
Yit = αiDi + β Xit +
ε
it (3.4)dimana :
Yit = variabel endogen,
Xit = variabel eksogen,
αi = interesep model yang berubah-ubah antar cross section unit,
β = slope,
D = variabel boneka,
i = individu ke-i, t =periode waktu ke-t,
3.4.3. Model Efek Acak (Random Effect)
Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model effek tetap
tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi. Penambahan variabel
boneka akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan yang pada akhirnya
akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka kita bisa menggunakan Model Efek Acak (Random Effect).
Dalam model efek acak parameter yang berbeda antar individu maupun antar
waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah model efek acak sering juga
disebut model komponen error (error component model).
Bentuk model efek acak ini bisa dijelaskan pada persamaan berikut :
Yit = αi + β Xit + εit (3.5)
εit = uit + vit + wit (3.6)
dimana :
uit ~ N(0,δu²) = komponen cross section error,
vit ~ N(0,δv²) = komponen timeseries error,
wit~ N(0,δv²) = komponen combination error,
kita juga mengasumsikan bahwa error secara individual juga tidak saling
berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya.
Penggunaan model efek acak dapat menghemat pemakaian derajat
kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model
efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan
30
3.5. Evaluasi Model
Gujarati (1995) menjelaskan, sebagai upaya untuk menghasilkan model
yang efisien, tak bias, dan konsisten, maka perlu dilakukan pendeteksian terhadap
pelanggaran/gangguan asumsi dasar ekonometrika yang berupa gangguan antar
waktu (time-related disturbance), gangguan antar daerah atau antar propinsi
(cross sectional disturbance), dan gangguan akibat keduanya. Pengujian model
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Multikolinearitas
Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil uji t dan F
statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak
signifikan sementara dari hasil F hitungnya signifikan, maka patut di duga adanya
multikolinearitas. Multikolinearitas salah satunya dapat diatasi dengan
menghilangkan variabel yang tidak signifikan.
2) Autokorelasi
Autolorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk
mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin Watson
(DW) dalam Eviews. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka
dilakukan dengan membandingkan DW-statistikanya dengan DW-tabel. Adapun
kerangka identifikasi Autokorelasi terangkum dalam tabel 3.1.
Korelasi serial ditemukan jika error dari periode waktu yang berbeda
saling berkorelasi. Hal ini bisa dideteksi dengan melihat pola random error dari
hasil regresi. Pada analisis seperti yang dilakukan pada model, jika ditemukan
konsisten. Treatmen untuk pelanggaran ini adalah dengan menambahkan AR (1)
atau AR (2) dan seterusnya, tergantung dari banyaknya autokorelasi pada model
regresi yang kita gunakan.
Tabel 3.1. Kerangka Identifikasi Autokorelasi
Nilai DW Hasil
4-dl < DW < 4 Tolak Ho, korelasi serial negatif 4-dl < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan 2 < DW < 4-du Terima Ho, tidak ada korelasi serial du < DW < 2 Terima Ho, tidak ada korelasi serial dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan 0 < DW < dl Tolak Ho, korelasi serial positif Sumber : Gujarati (2000)
3) Heteroskedastisitas
Dalam regresi linear berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar
taksiran parameter dalam model tersebut adalah Var (ui) = σ² (konstan), semua
varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya heteroskedastisitas
diperoleh pada data kerat lintang (cross section). Jika pada model dijumpai
heteroskodestisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan
konsisten. Dengan kata lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah
heteroskedastisitas maka pada hasil regresi akan terjadi “misleading” (Gujarati,
1995).
Untuk mendeteksi adanya pelanggaran asumsi heteroskedastisitas,
digunakan uji-White Heteroskedasticity yang diperoleh dalam program Eviews
4.1. Dengan uji White, membandingkan Obs*R-Squared dengan X (Chi-Squared)
tabel, jika nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari X (Chi-Squared) tabel maka tidak
ada heteroskedastisitas pada model. Dalam pengolahan data panel dalam Eviews
32
maka untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan
membandingkan Sum Square Resid pada Weighted Statistics dengan Sum Square
Resid pada Unweighted Statistics. Jika Sum Square Resid pada Weighted Statistics
< Sum Square Resid pada Unweighted Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas.
Untuk men-treatmen pelanggaran tersebut, bisa mengestimasi GLS dengan White
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Estimasi Fungsi Migrasi dan Evaluasi Model
Estimasi terhadap fungsi migrasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program sofware Eviews 4.1 dan metode panel data dengan Model
Efek Tetap (Fixed Effect Model). Pemilihan model efek tetap ini dimaksudkan
untuk memberikan keleluasaan bagi peneliti untuk melihat heterogenitas tiap
individu dari contoh penelitian. Dengan model efek tetap kita akan membiarkan
interesep bervariasi antar individu (propinsi), dan perbedaan nilai konstanta ini
diasumsikan sebagai perbedaan antar unit individu.
Proses estimasi metode panel data dalam penelitian ini dilakukan dengan
tiga model yaitu Model Pooled, Model Fixed Effects dan Model Random Effects,
dari ketiga model tersebut akan dipilih model yang terbaik, model-model yang
[image:65.612.133.534.480.652.2]didapatkan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Estimasi Panel Data
Model Pooled Model Fixed Effects Model Random Effect
Variabel
Koefisien Probabilitas Koefisien Probabilitas Koefisien Probabilitas Konstanta 8,724 0,000 - - 8,962 0,000 RUMR -0,268 0,149 -0,063 0,000 -0,248 0,849 RPDRB 1,043 0,000 -0,285 0,000 0,1813 0,003
R-square 0,986 0,999 0,729
F-statistik 4367,940 10178,160
-Prob(F-stat) 0,000 0,000
-DW 0,739 1,878 1,097
34
Dari model pooled didapatkan bahwa variabel RUMR tidak signifikan
pada taraf nyata α = 5% , nilai probabilitas didapatkan lebih besar dari 5 persen.
Pada model pooled ini semua propinsi di Indonesia keragamanya dianggap
homogen. Ini merupakan hal yang salah karena tiap daerah atau propinsi di
In