• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Bekerja Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengalaman Ibu Bekerja Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara Tahun 2014"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALAMAN IBU BEKERJA TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KSATRIAN MAS KADIRAN POLDA SUMATERA UTARA

TAHUN 2014

ARTIKA HAIRANI MANURUNG 135102003

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PENGALAMAN IBU BEKERJA TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KSATRIAN MAS KADIRAN POLDA SUMATERA UTARA TAHUN 2014

ABSTRAK

Artika Hairani Manurung

Latar belakang : Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal. Manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak, namun tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama masih sangat rendah, terbukti dari data SDKI (2012) hanya 42 persen dari angka kelahiran, di Provinsi Sumatera Utara hanya 34,2 persen dan di Kota Medan hanya 20 persen. Kendala pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah waktu cuti melahirkan yang terlalu singkat dan tidak tersedianya fasilitas ruang laktasi yang standart.

Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengalaman ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif, dengan jumlah partisipan adalah 7 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara, dengan cara wawancara dan menggunakan

tape recorder. Tingkat keabsahan data menggunakan uji creadibility, dependability, confirmability.

Hasil : Ditemukan pengalaman ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif yaitu : pemahaman ibu bekerja tentang ASI eksklusif, faktor keberhasilan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif dan kendala yang dialami ibu bekerja dalam memberikan ASI esksklusif.

Saran : dari hasil penelitian ini peneliti menganjurkan agar seluruh tempat bekerja menyediakan fasilitas ruang laktasi untuk ibu bekerja agar ibu bekerja tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT peneliti ucapkan, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehigga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pengalaman Ibu Bekerja Tentang Pemberian ASI Eksklusif“.

Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta kesabaran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

4. Dr.dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penguji I dan Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ahmad Subarkah, SIK., M.H, selaku Kepala Satuan Brimob Polda Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

(5)

8. Adik-adik (Tya Yuli Ristianti Manurung, SE, Rizky Tyo Oktavia Manurung, Riza Tobi Aulia Manurung, Delima Tua Roito Manurung) yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat kepada peneliti.

9. Seluruh teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi penulis semangat dan motivasi.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini, peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini banyak memiliki keterbatasan, dengan itu peneliti mengharapkan dan menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian nantinya.

Peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, dan kita semua selalu mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Medan, Juni 2014 Peneliti

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengalaman ... 5

B. Ibu Bekerja ... 5

C. ASI Eksklusif ... 6

1. Alasan pemberian ASI eksklusif ... 6

2. Faktor-faktor yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif ... 7

3. Komposisi ASI ... 11

4. Dampak tidak diberikan ASI eksklusif ... 12

5. Manfaat ASI eksklusif ... 13

6. Faktor pendukung keberhasilan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif ... 15

7. Cara pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja ... 16

D. Penelitian Kualitatif Fenomenologi ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 22

C. Tempat Penelitian ... 23

D. Waktu Penelitian ... 24

E. Etika Penelitian ... 24

F. Alat Pengumpulan Data ... 26

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 27

H. Analisa Data ... 29

I. Tingkat Keabsahan Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Partisipan ... 32

B. Pengalaman Ibu Bekerja Tentang ASI Eksklusif ... 34

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(9)
(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Partisipan Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelesan (PSP) Lampiran 3 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 4 : Panduan Wawancara

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 : Surat izin data pendahuluan dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 7 : Surat izin data pendahuluan dari Brimob Polda Sumut Lampiran 8 : Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 9 : Surat izin penelitian dari Brimob Polda Sumut Lampiran 10 : Tata Tertib Presentasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 : Tata Tertib Seminar Ujian Karya Tulis Ilmiah Lampiran 12 : Daftar Hadir Opinien

(11)
(12)

PENGALAMAN IBU BEKERJA TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KSATRIAN MAS KADIRAN POLDA SUMATERA UTARA TAHUN 2014

ABSTRAK

Artika Hairani Manurung

Latar belakang : Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal. Manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak, namun tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama masih sangat rendah, terbukti dari data SDKI (2012) hanya 42 persen dari angka kelahiran, di Provinsi Sumatera Utara hanya 34,2 persen dan di Kota Medan hanya 20 persen. Kendala pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah waktu cuti melahirkan yang terlalu singkat dan tidak tersedianya fasilitas ruang laktasi yang standart.

Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengalaman ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif, dengan jumlah partisipan adalah 7 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara, dengan cara wawancara dan menggunakan

tape recorder. Tingkat keabsahan data menggunakan uji creadibility, dependability, confirmability.

Hasil : Ditemukan pengalaman ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif yaitu : pemahaman ibu bekerja tentang ASI eksklusif, faktor keberhasilan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif dan kendala yang dialami ibu bekerja dalam memberikan ASI esksklusif.

Saran : dari hasil penelitian ini peneliti menganjurkan agar seluruh tempat bekerja menyediakan fasilitas ruang laktasi untuk ibu bekerja agar ibu bekerja tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal (IDAI, 2010, hal. 1). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kementrian Kesehatan RI, 2013, hal. 10).

Perintah pemberian ASI eksklusif jelas datangnya dari Allah SWT ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah : 233 “dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna” (Al-Qur’an, 2011). Untuk keberhasilan program pemberian ASI eksklusif, WHO dan UNICEF merekomendasikan metode untuk memudahkan ibu memberikan ASI eksklusif yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD), bayi hanya menerima ASI, menyusukan sesuai keinginan bayi, tidak menggunakan dot, botol atau kempeng (AIMI, 2011). Keberhasilan seorang ibu untuk menyusui juga memerlukan dukungan dari semua pihak, baik suami, keluarga masyarakat, lingkungan kerja, dan sistem pelayanan kesehatan. Oleh karenanya pemberian dukungan terhadap ibu yang menyusui merupakan faktor penting bagi keberhasilan menyusui eksklusif sampai enam bulan dan menyusui dilanjutkan hingga dua tahun (Kementrian Kesehatan, 2013, hal. 2-3).

(14)

infeksi saluran cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi lain yang diberikan ASI. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40 persen jika bayi tidak disusui (Roesli, 2008).

Manfaat pemberian ASI diantaranya sebagai nutrisi, meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih sayang. Keuntungan menyusui akan meningkat seiring lama menyusu eksklusif selama enam bulan. Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif yaitu Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 24 per 1000 kelahiran, Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup, Menurunkan prevalensi Gizi Kurang menjadi 15 persen dan balita pendek menjadi 32 persen (KemenKes RI, 2013).

(15)

eksklusif hanya 1.550 bayi, cakupan persentase hanya 20 persen (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Bagi perempuan, memiliki karir tidak melulu masalah keuangan, tetapi juga menambah wawasan, pengalaman, juga aktualisasi diri (Werdayanti, 2013, hal. 4). Ibu yang bekerja mempunyai pandangan tersendiri mengenai waktu penyusuan anaknya, ketika awal masuk kerja setelah cuti, ada baiknya ibu mengambil waktu akhir pekan dan tidak langsung fullday di kantor. Menurut SDKI 2007 data keberhasilan menyusui pada ibu bekerja di Indonesia belum ada, berikut beberapa cara agar ibu bekerja berhasil memberikan ASI eksklusif yaitu dengan membawa bayi bekerja, pulang kerumah ketika istirahat, meminta seseorang untuk bayi membawakan bayi ketika waktu istirahat sehingga ibu dapat menyusui bayinya di kantor, namun jika rumah ibu cukup jauh dari tempat kerja dengan cara memeras ASI (Chomaria, 2011, hal. 184).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada 16 partisipan di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara tahun 2014 hanya 7 partisipan yang memberikan ASI secara eksklusif . Walaupun cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah atau perusahaan tertentu hanya tiga sampai empat bulan dan waktu kerja ibu yang begitu padat, tetapi berkat dukungan suami keluarga dan tempat ibu bekerja sehingga ibu termotivasi untuk tetap memberikan ASI eksklusif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengalaman Ibu Bekerja tentang Pemberian ASI Eksklusif.

B. Pertanyaan Penelitian

(16)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Partisipan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan pada ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi bidan dalam memberikan informasi, pendidikan dan dukungan pada ibu bekerja tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif.

3. Bagi Peneliti Kebidanan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2013), pengalaman adalah sesuatu yang pernah (dialami, dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya) bisa berupa peristiwa baik maupun yang buruk. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoatmodjo, 2010, hal. 13).

Ada tiga aspek mendasar pengalaman manusia yang harus diperhatikan adalah apa yang mereka lakukan, apa yang mereka ketahui, benda-benda apa saja yang mereka buat dan gunkan dalam kehidupan mereka. Data pengalaman individu ialah bahan keterangan mengenai apa yang dialami individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian (Bungin, 2012, hal. 95, 105).

B. Ibu Bekerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2013) kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu, yg dilakukan (diperbuat). Bagi perempuan, memiliki karir tidak melulu masalah keuangan, tetapi juga menambah wawasan, pengalaman, juga aktualisasi diri. Telebih bila memang memiliki pendidikan dan keahlian yang cukup memadai. Yang diperlukan adalah memanfaatkan potensi diri dengan tetap memperhatikan peran sebagai ibu, tentang membagi waktu, peran, dan mengkomunikasikan pada lingkungan sekitar (Werdayanti, 2013, hal. 4).

(18)

hingga bermanfaat bagi sesama, bahkan berprestasi. Ini semua merupakan penemuan dan pencapaian diri. Tidak pernah ada yang salah bagi ibu bekerja. Namun, semua peran perlu disusun skala prioritasnya dalam kehidupan sehari-hari agar berjalan seimbang (Werdayanti, 2013, hal. 4).

C. ASI Eksklusif

Menurut WHO dalam Maryunani (2012, hal. 97) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan lain, ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selam 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan lain atau minuman lain (Kementrian Kesehatan, 2013, hal. 10).

1. Alasan pemberian ASI eksklusif

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 233 “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban kepada para ibu dengan cara yang makruf” (Chomaria, 2011, hal. 141).

Perintah ini bukan tanpa manfaat, karena sesuai pedoman Internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan perkembangannya (Maryunani, 2012, hal. 98). Berdasarkan seri Lancet (2003) dinyatakan bahwa 13 persen angka kematian balita dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan (IDAI, 2010, hal. 3).

(19)

langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain, 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, serta 0,2 % zat lainnya yang berupa DHA, DAA, shpynogelin, dan zat gizi lainnya (Prasetyono, 2012, hal. 28-29).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif a. Faktor keimanan dan keikhlasan

Allah SWT menganugrahkan ASI sebagai makanan pertama dan utama untuk bayi. Para ibu dianjurkan untuk menyusui bayi mereka sampai umur dua tahun agar pertumbuhan badan, perkembangan mental dan kesehatan bayi terjamin (Widuri, 2013, hal. 2). Perintah pemberian ASI jelas datangnya dari Allah SWT dan termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 233. Jika kita mengaku sebagai orang beriman terhadap Allah, maka sikap yang sesuai adalah melaksanakan perintah-Nya, sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan bayi. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 233 (Chomaria, 2013, hal. 160).

(20)

b. Faktor pengetahuan dan pemahaman

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama enam bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI (Prasetyono, 2012, hal. 33).

Penelitian yang dilakukan Hamidan dan Kusbiantoro (2008) dalam Jurnal Surya (2009, hal.12) dapat diketahui bahwa dari 78 responden, ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik tidak memberikan ASI eksklusif (23 responden atau 0 persen), ibu yang memiliki pengetahun cukup hanya memberikan ASI ekskluif sebayak ( 8 responden atau 23,5 persen) dan ibu yang memiliki pengetahuan baik memberikan ASI eksklusif sebanyak (12 responden atau 57,1 persen), dari hasil jurnal penelitian ini Hamidan dan Kusbiantoro menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

(21)

c. Faktor gizi dan imunologik

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan pertama kelahirannya. Komponen yang terdapat didalam ASI antara lain kolostrum, protein, lemak, laktosa, vitamin A, zat besi, taurin, lactobacillus, laktoferin, lisozim (Widuri, 2013, hal. 23).

Penelitian dari Kedokteran rumah sakit khusus anak, yang berada di Cincinnati, negara dibagian Amerika Serikat menemukan fakta, bahwa kandungan protein yang tinggi yang dikenal sebagai adiponectin berkaitan erat dengan resiko serangan jantung. Semakin besar kadar adiponectin, semakin kecil terkena serangan jantung (Kusumawardhani, 2010, hal. 28).

d. Faktor kecerdasan

Berdasarkan kajian ilmiah, menyusu dapat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak, karena manyusu memberikan perlekatan erat dan rasa nyaman yang berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Anak yang disusui mempunyai intelegensia dan emosi lebih matang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya dimasyarakat (IDAI, 2010, hal. 4).

(22)

e. Faktor psikologis

Para ahli dibidang psikologi meyakini bahwa bayi dapat menikmati rasa nyaman, kehangatan, dan keberadaan ibunya, khususnya bila terjadi ‘kontak kulit-ke-kulit’ selama menyusu (IDAI, 2010, hal. 5). Dekapan ibu saat menyusui menjadikan dasar kepercayaan, rasa cinta dan toleransi terhadap orang lain akan terbentuk (Chomaria, 2011, 166).

Hal inilah sejalan dengan yang dilakukan wanita suku pedalaman Papua yang selalu mengajak bayinya serta kemanapun ibu berada. Dengan begitu bayi dapat menyusu sesuai keinginannya. Kedekatan dan keterikatan dengan sang ibu memberikan banyak pengalaman baginya. Dengan hubungan ini terbentuklah rasa percaya diri pada bayi yang akan menjadikan modal untuk menaklukan dunia (Chomariah, 2011, hal. 166).

f. Faktor penunda kehamilan

Selama ini dilaporkan bahwa menyusui dapat berperan sebagai salah satu cara kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga kemungkinan hamil selama menyusui akan lebih kecil (IDAI, 2010, hal. 6).

(23)

g. Faktor biaya

Jika dianalisa, mekanisme pemberian ASI oleh ibu dapat dilihat dari segi penghematan dan kepraktisan sangat mendukung. Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp.60.000 dalam waktu 6 bulan biasanya bayi membutuhkan 55 kaleng susu maka dalam 6 bulan bayi membutuhkan biaya sekitar 3,3 juta. Dengan pemberian ASI eksklusif ibu dapat menghemat pengeluaran bulanan, terutama bagi keluarga yang memiliki penghasilan menengah kebawah (Roesli, 2008, hal. 32).

3. Komposisi ASI

ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang tidak ada tandingannya, meskipun susu formula termahal yang ada di pasaran. The AAP Section on Breastfeeding, American College of Obstetricians and Gynecologist, American

Academy of Family Physicans, Academy of Breastfeeding Medicine, World Heald

Organization, United Nationts Children’s Fund, serta Departemen Kesehatan RI merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan (Chomaria, 2011, hal. 158).

(24)

Komposisi ASI sangat tepat dengan kebutuhan bayi (Choiria, 2011, hal. 158). Menurut Williams dalam Kusumawardhani (2010, hal. 21), setidaknya, ada 100 bahan penyusun utama dalam ASI yang tidak dapat ditemukan dalam formula. 4. Dampak tidak diberikan ASI eksklusif

Beberapa bukti menunjukkan bahwa jika bayi tidak diberi ASI eksklusif akan meningkatkan berbagai risiko, diantaranya adalah meningkatkan risiko asma, alergi pada bayi, meningkatkan risiko infeksi saluran pencernaan, meningkatkan risiko obesitas dan diabetes, mengahambat perkembangan kognitif pada bayi, meningkatkan risiko kurang gizi, meningkatkan risiko kematian pada bayi (Sutanto, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dewey, 1995; Beadury, 1995; Kramer 2001). Di Amerika, 400 bayi meninggal per tahun akibat muntah-mencret. 300 diantaranya adalah bayi yang tidak disusui (Roesli, 2008, hal. 50). Hasil penelitian Von Kries R, 1999 di Jerman dalam Roesli, 2008 juga mengumpulkan data tinggi dan berat badan dari 9.375 anak usia sekolah. Hasilnya kejadian obesitas ditemukan mencapai 4,5 persen, hampir 40 persen lebih tinggi diantara mereka yang tidak pernah diberi ASI, dibandingkan dengan angka 2,8 persen diantara mereka yang diberi ASI eksklusif.

(25)

5. Manfaat ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif merupakan metode pemberian makanan terbaik bagi bayi, manfaat ASI untuk kesehatan bayi tidak perlu diragukan lagi, sudah banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan terhindar dari malnutrisi, baik kurang gizi maupun lebih gizi (overweight dan obesitas), mempunyai kecerdasan yang lebih, mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (IDAI, 2010, hal. 232).

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, 2013 dengan pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15 persen dan balita pendek menjadi 32 persen. Penelitian yang dilakukan beberapa ahli tentang perkembangan, pertumbuhan bayi dan kecerdasan yang diberi ASI didalam Roesli, 2008 antara lain Douglas (1950) menyatakan bahwa bayi akan lebih cepat jalan. Perchevis (1974) menyatakan perkembangan motorik lebih cepat. Rogan dan Gladen (1993) menyatakan kognitif, daya ingat serta pembendarahaan kata dan bahasa lebih baik dan menurut Riva (1996) IQ anak yang diberi ASI eksklusif lebih tinggi 12,9 poin pada usia 9,5 tahun dibandingkan yang tidak diberi.

Menyusui juga memberi keuntungan bagi ibu. Apabila bayi yang disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Karena terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti (Roesli, 2000, hal. 13).

(26)

oksitosin akan meningkat sehingga membantu rahim cepat kembali ke ukurannya semula (Roesli, 2000, hal. 13). Ibu yang memberikan ASI eksklusif, kemungkinan untuk menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Jika ibu menyusui lebih dari 2 tahun, ibu akan 50 persen lebih jarang menderita kanker payudara. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu menyusui berkurang hingga 20-25 persen (Roesli, 2000, hal. 14).

Selain itu selama ini dilaporkan bahwa menyusui sebagi salah satu cara kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga kemungkinan hamil selama menyusui akan lebih kecil (IDAI, 2010, hal. 6) hal ini sejalan dengan penelitian Egbuonu, dkk (2005) di Nigeria bahwa jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara eksklusif daripada ibu yang tidak (Roesli, 2008, hal. 65).

Menyusui juga mengurangi risiko diabetes tipe II pada ibu dalam hidupnya nanti. Lebih lama durasi menyusuinya, maka lebih rendah risiko terjadinya diabetes. Berdasarkan penelitian Stuebe (2005) di Nurses’ Health Study (NHS) Harvard pada 83.585 dan 73.418 ibu di NHS II diketahui menyusui mengurangi risiko ibu menderita diabetes (Roesli, 2008, hal. 66).

(27)

dibandingkan yang menyusui 30 hari, setiap bulan berat badannya berkurang rata-rata 0,44 kg (Roesli, 2008, hal. 66).

Menyusui tidak saja menguntungkan secara pribadi untuk bayi dan ibu, tetapi juga memberi keuntungan bagi keluarga, sistem pelayanan kesehatan, pemberi kerja dan negara secara keseluruhan (IDAI, 2010, hal. 6). Keluarga tidak perlu menghabiskan banyak biaya untuk membeli susu formula dan peralatannya, serta menghemat waktu dan tenaga untuk pembuatannya. Jika ibu dan bayi sehat otomatis pengeluaran guna perawatan kesehatan akan lebih sedikit (Prasetyono, 2012, hal. 60).

Hal tersebut jelas mengehemat pengeluaran negara, karena penghematan devisa negara untuk mengimpor susu formula dan peralatannya, penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan infeksi saluran pernafasan, pengehematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan, penurunan angka kematian bayi, perlindungan terhadap lahan yang hilang untuk pembuatan pabrik susu (Roesli, 2000, hal. 15)

6. Faktor pendukung keberhasilan ibu bekerja memberikan ASI eksklusif

(28)

menyusui atau menitipkan bayi ditempat kerja, serta mendiskusikan tentang tempat dan waktu pemerahan ASI (IDAI, 2010, hal. 256-257).

Pada masa nifas sampai 2 minggu menjelang ibu bekerja, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan antara lain menyusui bayi langsung dari payudara, hindari empeng/dot, botol susu dan minuman lain selain ASI karena hal ini dapat mengganggu penyusuan langsung dari payudara, konsumsi cairan cukup, makanan yang bergizi dan hindari stres agar produksi ASI tidak terganggu, gunakan pakaian yang memudahkan ibu untuk memerah ASI, berlatih cara memerah ASI baik menggunakan tangan, pompa manual atau pompa elektrik dan tetapkan jadwal pemerahan ASI serta mencari dan melatih pengasuh agar trampil dalam memberikan ASIP (IDAI, 2010, hal. 258).

Lakukan dengan rutin, hal yang dirasakan mendukung kegiatan menyusui. Berikut, beberapa kegiatannya adalah usahakan agar pertama kembali bekerja mengambil akhir pekan sehingga hari kerja ibu pendek dan ibu dapat lebih menyusaikan diri, tidak menumpuk pekerjaan, istirahat yang cukup serta mengkonsumsi makanan bergizi. Menyusui bayi dengan lebih sering di pagi hari sebelum meninggalkan bayi ke tempat kerja, dan malam hari sebelum tidur serta menyiapkan ASIP pada saat bekerja, memerah ASI setiap 3 jam (IDAI, 2010, hal. 259).

7. Cara pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja (manajemen laktasi) a. Memerah, menyimpan dan memberikan ASI

(29)

ASI ekslusif antara lain memerah, menyimpan, dan memberikan ASI. Bagi ibu bekerja memerah ASI adalah salah satu cara untuk tetap memberikan ASI eksklusif (IDAI, 2010, hal. 260).

Biasakan untuk mencuci tangan menggunakan sabun setiap kali sebelum memerah dan pastikan alat-alat yang digunakan untuk, seperti botol dan alat perah dalam keadaan steril, perahlah ASI diruangan khusus menyusui. Simpan ASI perah dalam botol atau wadah ukuran kecil, misalnya 100 mL untuk menghindari sisa ASIP yang terbuang percuma ketika bayi tidak menghabiskan semua (Sekarsari, Ludfiani & Ahdiah, 2013).

Segera beri label pada botol atau wadah penyimpanan ASI berupa keterangan nama dan tanggal memerah, sehingga menghindari tertukarnya botol ASIP dengan rekan kerja, jika anda kerja di kantor. Lebih baik meggunakan cool box

daripada freezer untuk menghindari ASIP yang membeku. Gunakan prinsip FIFO (First in first out) yaitu gunakan ASIP yang masuk terlebih dahulu untuk digunakan segera (Sekarsari, Ludfiani & Ahdiah, 2013).

ASIP yang berasal dari freezer hendaknya diturunkan ke kulkas bagian bawah satu malam sebeluh disajikan (Sekarsari, Ludfiani & Ahdiah, 2013). Dalam menghangatkan ASI sebaiknya tidak menggunakan microwave oven atau kompor untuk memanaskan ASI karena tindakan tersebut dapat meninggalkan noda serta mengancurkan antibodi yang terkandung di dalam ASI (IDAI, 2010, hal. 263).

b. Memanfaatkan jasa kurir ASI (delivery ASI)

(30)

eksklusif, skema menggunakan layanan jasa kurir ASI yaitu ibu menghubungi

customer services (nomor layanan kurir ASI) dan memberitahu alamat yang lengkap dimana ibu bekerja, setelah terjadi kesepakatan antara pemberi jasa kurir ASI dengan ibu, maka kurir akan menjemput ASI yang telah diperah oleh ibu (Anna, 2010).

Kemudian ibu memberikan ASI yang sudah dikemas kepada kurir ASI, selanjutnya, kurir ASI memberi label nama dan waktu pemerahan di botol yang telah dikemas, memasukkan ke dalam cooler box, kurir mengantarkan ASI tersebut sesuai alamat yang diberikan, setelah sampai ditujuan kurir menghubungi koordinator jasa kurir ASI bahwa ASI telah sampai ditujuan. Kemudian koordinator ASI menghubungi pelanggan yang menggunakan jasa kurir tersebut (Anna, 2010).

c. Memanfaatkan ruang penitipan bayi

Memanfaatkan ruang penitipan bayi di tempat bekerja atau tempat jasa penitipan bayi yang dekat dengan tempat bekerja merupakan alternatif agar ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sehingga secara berkala ibu tetap dapat menyusui bayinya secara eksklusif (Prasetyono, 2012, hal. 158). Bagi ibu yang memiliki tempat kerja dekat dengan rumah, dapat memanfaatkan waktu istirahat atau waktu luang untuk pulang kerumah atau meminta bantuan orang lain/suami/keluarga terdekat untuk mengantarkan bayi ke tempat kerja sehingga ibu tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Prasetyono, 2012, hal. 158).

(31)

D. Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Bodgan dan Taylor (1975) mendefenisikan penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Basrowi, 2008, hal. 1). Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian dan pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus (Moleong, 2010, hal. 5). Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi fenomena yang diteliti (Basrowi, 2008, hal. 2).

Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interprestasi-interprestasi dunia. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran dalam situasi yang dialami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang terjadi (Moleong, 2010, hal. 15).

(32)

Penelitian dengan berdasarkan landasan fenomenologi melihat objek penelitian dalam suatu konteks naturalnya. Artinya peneliti yang menggunakan dasar fenomenologi melihat suatu peristiwa tidak secara parsial, lepas dari konteks sosialnya karena suatu fenomena yang sama dalam situasi berbeda akan pula memiliki makna yang berbeda pula (Idrus, 2009, hal. 59). Yang ditekankan dalam penelitian fenomenologi adalah aspek subjektif dan prilaku orang. Berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari (Moleong, 2010, hal. 17).

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Alatas, et al dalam Sastoasmoro & Ismael, 2012).

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif yaitu studi yang berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomenologi deskriptif) (Polit, et al, 1999). Desain ini sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif.

B. Populasi dan Sampel

(34)

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu dengan melakukan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut (Sugiyono, 2008). Dengan demikian untuk menentukan informan atau partisipan dalam penelitian kualitatif harus memiliki kriteria tertentu yang dapat memperkuat alasan pemilihan seseorang menjadi sampel dalam penelitian. Inilah alasan, mengapa dalam penelitan kualitatif kerap menggunakan teknik purposive sebagai cara untuk menentukan sampel dalam penelitian. Teknik purposive sampling adalah teknik

sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Idrus, 2009, hal. 93).

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2008).

Umumnya penelitian fenomenologi menggunakan 10 atau kurang dari 10 sampel. Dengan sampel yang homogen, kurang dari 10 sampel mungkin cukup jika informasi dari masing-masing sampel diperoleh secara mendalam. Namun ketika sampel memiliki variasi yang banyak atau sampel heterogen akan dibutuhkan sampel yang lebih besar (Polit dan Hungler, 1999). Adapun sampel diambil adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Ibu bekerja di luar rumah yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. 2. Bersedia untuk diwawancarai atau menjadi partisipan.

3. Ibu dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

(35)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara,Jl. KH. Wahid Hasyim No. 3-I Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan. Alasan pemilihan Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara sebagai tempat penelitian adalah tempat penelitian tersebut berada di Kota Medan, berdasarkan hasil Laporan Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat tahun 2012 di Kota Medan, dari jumlah bayi 7.752, bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 1.550 bayi dan cakupan persentasenya hanya 20 persen (Profil DinKes Sumut, 2013).

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti memilih tempat yang berada di Kota Medan dan di tempat tersebut terdapat ibu-ibu yang bekerja di luar rumah sebanyak 7 orang yang memberikan ASI eksklusif, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana pengalaman ibu yang bekerja di luar rumah yang tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, mengingat waktu cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah atau perusahaan tertentu hanya tiga sampai empat bulan.

D. Waktu Penelitan

(36)

transkrip hasil wawancara dikonsulkan kepada pembimbing untuk mengetahui apakah peneliti sudah layak untuk melakukan wawancara.

Pengumpulan data dilakukan sejak Maret 2014 sampai April 2014. Transkrip hasil pengumpulan data, dianalisis oleh dosen pembimbing selama satu bulan. Kemudian dilanjutkan laporan hasil penelitian pada awal Mei sampai Juni 2014.

E. Etika Penelitian

Etika penelitian yang diterapkan peneliti terhadap partisipan mengacu pada prinsip etik menurut (Polit dan Hungler, 1997 dalam Wardani 2009) yaitu prinsip benefience, prinsip menghargai martabat manusia, dan prinsip keadilan. Untuk memenuhi prinsip

benefience peneliti harus memastikan bahwa penelitian bebas dari bahaya (fisik maupun emosional) dan eksploitasi serta menjamin bahwa manfaat dari penelitian lebih besar daripada risiko yang mungkin ditimbulkan. Pada saat wawancara peneliti berusaha menghindari pertanyaan yang menimbulkan ketidaknyamanan (akibat partisipan merasa tereksploitasi) atau menstimulus munculnya perubahan emosional saat wawancara.

Prinsip menghargai martabat manusia dipenuhi dengan memberikan hak untuk menentukan pilihan (self dertimination) dan hak mendapatkan penjelasan secara lengkap. Peneliti memenuhi hak partisipan dan dalam menentukan pilihan melalui penjelasan bahwa partisipasi partisipan bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Peneliti juga menjelaskan tidak keberatan jika dalam proses wawancara partisipan memutuskan untuk menghentikan keterlibatannya (Hamid, 2008 dalam Wardani, 2009).

(37)

Peneliti menjelaskan bahwa tidak akan ada efek negatif yang akan mengganggu kehidupan partisipan, peneliti tetap menjaga kerahasiaan identitas partisipan dengan tidak mencantumkan nama dan alamat partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner data demografi), peneliti hanya manggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan terjaga dan seluruh informasi yang diperoleh hanya digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sepenuhnya.

Prinsip keadilan meliputi hak mendapatkan perlakuan adil dan hak mendapatkan keleluasaan pribadi (privacy). Hak diperlakukan dengan adil dipenuhi dengan sikap peneliti memperlakukan semua partisipan secara adil dengan tidak membedakan dan memberikan hak yang sama pada setiap partisipan (Wardani, 2009). Peneliti juga menghargai setiap jawaban yang diberikan oleh partisipan dan tidak akan menyalahkan jika terdapat jawaban partisipan yang tidak sesuai. Peneliti juga menjawab setiap pertanyaan atau informasi yang tidak diketahui partisipan yang berhubungan dengan judul penelitian.

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian dan sudah dinyatakan lulus oleh tim dosen penguji, maka peneliti mengajukan hasil penelitian kepada pihak ethical clearance untuk pengajuan publikasi.

F. Alat Pengumpul Data

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti merupakan alat pengumpul data utama yang bertemu langsung dengan sampel penelitian atau partisipan dengan menggunkan alat bantu tape recorder, panduan wawancara, dan field note (Basrowi, 2013). Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti sangat penting, yaitu sebagai

(38)

memiliki kepekaan atas yang ditampilkan informan dengan segala prilaku dan tutur katanya (Idrus, 2009)

Agar proses penelitian berjalan dengan baik maka peneliti harus menjaga hubungan baik dengan partisipan. Jika kondisi partisipan tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara maka peneliti tidak memaksakan, dan proses wawancara akan dilakukan di waktu lain sesuai kesepakatan peneliti dan partisipan. Selain itu peneliti menghargai setiap adat-istiadat serta kebiasaan dari masing-masing partisipan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan secara mendalam (depth interview) yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (interview guide) untuk memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak atau informasi yang lebih dalam (Idrus, 2009).

Untuk mendapatkan data demografi partisipan, peneliti menggunakan kuesioner untuk mengisi identitas secara umum yang berisi umur, agama, suku, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Data demografi setiap partisipan dapat dilihat pada lampiran 2. Selain itu, peneliti juga membuat panduan wawancara yang berisi lima pertanyaan yang dapat dilihat pada lampiran 3.

G. Pengumpulan Data

(39)

Setelah mendapatkan izin penelitian dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan dan izin penelitian dari Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara, maka peneliti melakukan pendekatan kepada partisiapan.

Pada penelitian ini, peneliti mengadakan pilot study (uji coba instrumen penelitian kepada yang bukan sampel) dan memperlihatkannya kepada pembimbing yang bertujuan untuk mengetahui proses wawancara, panduan wawancara, dan probing (seni dalam mencari informasi tambahan dengan cara menggali informasi lebih mendalam) dan untuk mengetahui apakah peneliti sudah layak untuk melakukan wawancara untuk kepentingan penelitian kepada partisipan yang sebenarnya.

Untuk mengenal, membina hubungan dan saling mempercayai maka peneliti melakukan pendekatan kepada calon partisipan (prolonged engagement). Setiap calon partisipan yang diperoleh di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara peneliti akan melakukan pendekatan sebanyak 1 kali (lama kunjungan 30-40 menit) kunjungan ke setiap rumah calon partisipan. Setelah kunjungan awal tersebut, maka akan tercapai kesepakatan antara peneliti dengan calon partisipan mengenai ketersediaan calon partisipan menjadi partisipan, waktu wawancara dan lama wawancara. Sehingga peneliti akan melakukan wawancara sesuai dengan waktu yang telah disepakati dengan partisipan tersebut.

(40)

Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat pereka suara. Setelah selesai wawancara peneliti langsung membuat transkrip hasil wawacara, tanpa harus menunggu wawancara berikutnya kemudian melakukan analisis data. Peneliti mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh dan pengumpulan data selesai karena saturasi data telah diperoleh peneliti.

H. Analisa Data

Proses analisa data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan wawancara dengan partisipan, peneliti segera melakukan transkrip hasil wawancara untuk selanjutnya dianalisa. Peneliti membaca transkrip berulang-ulang kali dengan teliti, kemudian membuat significan statement yaitu proses mencari, mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

I. Tingkat Keabsahan Data

Untuk menjaga derajat keabsahan data yang telah diperoleh dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan meliputi uji

1. Creadibility (validitas interbal)

(41)

saling mempercayai di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumut. Hal ini dilakukan agar timbul keakraban, keterbukaan, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan oleh partisipan kepada peniliti.

Kemudian peneliti melakukan member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiono, 2010).

2. Transferbility (berlaku pada konteks lain)

Transferbility merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas ekskternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiono, 2010).

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya (Sugiono, 2010, hal. 276). Karena keterbatasan waktu penelitian, peneliti tidak dapat memenuhi aspek ini.

3. Dependability (konsisten)

Dalam penelitian kualitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reliabel apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut (Sugiono, 2008).

(42)

ini, dependability dilakukan peneliti dengan melibatkan pembimbing kaya tulis ilmiah sebagai review eksternal.

4. Confirmability (kepastian)

Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dilakukan obyektif apabila hasil penelitian telah disepakati banyak orang (Sugiono, 2008).

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai karakteristik partisipan dan pengalaman ibu bekerja tentang pemberian ASI eksk lusif. Penelitian melibatkan 7 partisipan bekerja yang memberikan ASI eksklusif di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara, Jl. KH. Wahid Hasyim No. 3-1 Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan. Penelitian dilakukan dengan proses wawancara menggunakan alat perekam suara.

A. Karakteristik Partisipan

(44)
[image:44.612.137.522.260.642.2]

berprofesi sebagai bidan. Partisipan 6, usia 29 tahun, memberikan ASI ekslusif pada anak kedua, agama Islam, suku Melayu, pendidikan terakhir S1 Kesehatan Masyarakat, berprofesi sebagai dosen. Partisipan 7, usia 37 tahun, memberikan ASI eksklusif pada anak keempat, agama Islam, suku Minang, pendidikan terakhir S1 pendidikan, berprofesi sebagai guru. Data demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Distribusi Partisipan Berdasarkan Karakteristik Umur, Anak-Ke, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan Di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara

Tahun 2014

Karakteristik Frekuensi Presentasi

Umur

23-27 tahun 2 28,57

28-32 tahun 4 57,14

33-37 tahun 1 14,29

Anak Ke

I 4 57,14

II 2 28,57

IV 1 14,29

Agama

Islam 7 100

Suku

Jawa 4 57,14

Bugis 1 14,29

Melayu 1 14,29

Minang 1 14,29

Pendidikan

SMA 1 14,29

D-III 1 14,29

S-1 4 57,14

S-2 1 14,29

Pekerjaan

Dosen 2 28,57

Guru 2 28,57

Pegawai Bank 1 14,29

PNS 1 14,29

(45)

B. Pengalaman Ibu Bekerja Tentang Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian yang tema yang ditemukan peneliti pada seluruh partisipan adalah pemahaman ibu bekerja tentang ASI eksklusif, faktor keberhasilan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif dan kendala yang dialami ibu bekerja dalam memberikan ASI esksklusif.

1. Pemahaman ibu bekerja tentang ASI eksklusif

Dari hasil penelitian, ada beberapa subtema yang meliputi pemahaman ibu bekerja tentang ASI eksklusif yaitu pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif.

a. Pengertian ASI eksklusif

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa ibu-ibu bekerja yang memberikan ASI ekslusif memiliki pengetahuan tentang pengertian ASI eksklusif yang sama adalah adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan lain atau minuman lain. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan masing-masing partisipan sebagai berikut:

“Pemberian ASI ke bayi sampai 6 bulan cukup ASI saja, tidak ada konsumsi yang lain termasuk setetes air putih pun”

(Partisipan 1)

”ASI eksklusif itu ya, memberikan nutrisi, ya tidak ada tambahan selain ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan yang lain baru dilanjutkan sampai 2 tahun”

(Partisipan 2)

“Ya, kalau kakak baca-baca di artikel, bayi sampai 6 bulan harus dikasih

ASI ibunya saja”

(Partisipan 3)

“Pemberian ASI bener-bener eksklusif full dari ibunya”

(Partisipan 4)

(46)

(Partisipan 5)

“ASI ekslusif adalah ASI yang diberikan ke bayi selama 6 bulan, hanya ASI saja tanpa campuran susu formula ataupun air putih”

(Partisipan 6)

“Setau kakak ya, ASI eksklusif itu berarti ASI yang tanpa campuran, jadi khusus ASI saja, mulai dari 0-6 bulan, tanpa tambahan susu formula”

(Partisipan 7) b. Manfaat ASI

1) Manfaat ASI bagi bayi a) ASI sebagai nutrisi

Tiga partisipan menyatakan bahwa manfaat ASI eksklusif adalah sebagai nutrisi bagi bayi. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

“Yang pertama kalau aku lihat Ya, nutrisi anak terpenuhi, kalau dilihat dari sebaya-sebayanya ya”

(Partisipan 1)

”Buat pertumbuhan dedek, buat perkembangan dedek”

(Partisipan 4)

”Yang pertama itu kan makanan pokok ke bayi 0-6 bulan”

(Partisipan5)

b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Enam partisipan menyatakan bahwa manfaat ASI eksklusif adalah sebagai meningkatkan daya tahan tubuh bagi bayi. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

”Ya mudah-mudahan tidak terlalu sering sakit, lebih tahan bantinglah, dibawa kemana aja, alhamdulillah gak sakit, kalau pun sakit sesekali ya, biasalah namanya bayi, kalau pas udara gak bagus batuk dan flu, cuman kadang flu atau batuk gak sampe demam ya”

(47)

“Gak gampang sakit, gak gampang alergi, karna dari papahnya ada riwayat alergi”

(Partisipan 2)

“Trus, antibodi yang paling bagus dibanding susu formula ya, itu”

(Partisipan 4)

“Trus, antibodinya baguskan, jadi jarang sakit, karna adek sampai 6 bulan, alhamdulilllah gak pernah sakit, terus berat badan juga cepat naik”

(Partisipan 5)

”Apa ya, meningkatkan daya tahan tubuh pastinya, karna jarang sakit, terus suami kakak ka nada riwayat alargi ya, jadi ya salah satunya kakak tetap tekad untuk memberikan ASI eksklusif ya karna untuk mengurangi risiko itu ya”

(Partisipan 6)

“Lebih sehat kayaknya ya, dibandingkan dengan anak yang tidak ASI eksklusif, cuma kalau berat badan gak kayak yang diberi formula ya, jauh lebih besar-besar karena dari 4 anak, bisa bedai ya, tapi kalau dari segi kesehata ya susu formula lebih rentang terhadap penyakit ya, dikit-dikit flu, beda sama yang ASI eksklusif, trus gak mudah rewel ya”

(Partisipan 7) c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Tiga partisipan menyatakan bahwa manfaat ASI eksklusif adalah sebagai meningkatkan kecerdasan bagi bayi. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut:

“Lebih pinter makan, lebih cepat responsive ke lingkungannya”

(Partisipan 2)

“Buat perkembangan otak si dedek ya”

(Partisipan 4)

“Pinter juga buat adeknya, jadi cepat tumbuh dan kembangnya dan sesuai dengan umurnya”

(48)

d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi Tiga partisipan menyatakan bahwa manfaat ASi eksklusif adalah sebagai meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

“Ngerasain kedekatannya ya, walaupun kerja nich kalau udah di rumah akunya gak bisa ngapain-ngapain kadang kamar mandi juga harus ikut, jadi memang ngerasain bonding nya ya”

(Partisipan 1)

“Apa ya, jadi tambah dekat aja ya, misalnya walaupun setiap kakak ketemu sama adek sore sampai malam aja ya, karna pagi kan harus udah kerja lagi, tapi kalau saya pulang dia tetap nangis liat saya pulang, pengen langsung digendong, alhamdulillah terasa kedekatannya”

(Partisipan 3)

“Terus yang paling kakak rasakan ikatan bathin kakak dengan anak kakak sangat dekat ya”

(Partispan 6) 2) Manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan keluarga

a) Lebih cepat langsing

Tiga partisipan menyatakan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah cepat mengemabalikan berat badan seperti sebelum hamil. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

“Apa ya, karna lebih capek jadi lebih kurusan”

(Partisipan 1)

“Apa ya, cepet langsing kayaknya ya, hehehehe”

(Partisipan 2) “Diet alami ya, terus masa nifasnya lebih cepat”

(49)

b) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Satu partisipan menyatakan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah mengurangi kemungkinan terjadinya kanker. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Manfaat yang kakak tau ya, mengurangi resiko kanker payudara ya

(Partisipan 6) c) Tidak merepotkan dan hemat waktu

Dua partisipan menyatakan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah tidak merepotkan dan hemat waktu. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Terus lebih praktis ya, daripada buat-buat, cuci-cuci…

(Partispan 1) “Kalau susu formula malam-malam harus bangun, buat lagi, kalau ASI kan enggak, sambil tidur juga bisa memberikan ASI, tapi jangan ketiduran juga ya..

(Partisipan 5) d) Memberi kepuasan bagi ibu

Satu partisipan menyatakan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah memberi kepuasan bagi ibu. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Bayinya lebih lengket ke aku ya, aku ngerasa bahagia dan puas aja” (Partisipan 2) e) Lebih ekonomis dan murah

(50)

Yang pastinya bagi keluarga inti, hemat ya, praktis, tanpa harus beli susu, apalagi susu kan sekarang mahal, itu sich yang paling terasa..”

(Partisipan 1) “Dari segi pengeluaran itu pasti hemat sekali ya, kalau pompa, paling biaya di awalnya aja, lebihnya kan gak ada ya…

(Partisipan 2) “Yang jelas, lebih hemat ya, berkurang biaya pengeluaran, susu kan mahal..

(Partisipan 3) “Pastinya lebih hemat ya, karena susu formula kan mahal ya, hehehe.. lagian gak bagus ya..

(Partisipan 4) “Bagi saya dan keluarga jelas menghemat dana ya, waktu dan tenaga juga

(Partisipan 5) “Pastinya pengeluaran lebih hemat ya, kalau pake susu formula pasti sampe jutaan perbulan, hehehehe…

(Partisipan 6) “Ooo jelas ada, dari segi pengeluaran jauh sekali perbedaannya, apa lagi dari segi konsumsi keuangan keluarga perbandingannya jauh sekali, biasanya 10 box yang 400 gram, itu besar sekali ya biaya nya, dibandingkan dengan yang ASI eksklusif, jauh perbandinangannya

(Partisipan 7)

c. Manajemen laktasi ibu bekerja

(51)

a) Memerah, menyimpan dan memberikan ASI

Manajemen laktasi yang dilakukan partisipan dengan cara menyimpan, memerah dan memberikan ASI. Pernyataan-pernyataannya sebagai berikut :

“Di pumping (pompa), di rumah pumping di kantor pumping”

(Partisipan 1)

“Dengan ASI perah ya, itu udah disiapin ya, di stock, jadi kalau selama

di tinggal udah ada stocknya”

(Partisipan 2)

“Jadi kalau saya, tiap hari bawa alat peras ASI ya, alatnya, botolnya, biasanya saya 1 hari pompa 2 kali, di tempat kerja 2 kali pompanya”

(Partisipan 3)

“Di stok ASI perah di kulkas”

(Partisipan 6)

“Kalau kakak dipompa ya, jadi kalau bekerja untuk tetap memberikan ASI eksklusif ya kita harus pompa, kalau kakak per 3 jam kemudian ditaruh di freezer, kalau nanti mau dikasih ke adek ya dihangatin kembali”

(Partisipan 7)

b) Memberikan ASI secara langsung

Memberikan ASI eksklusif yang dilakukan partisipan 5 dengan cara memberikan ASI secara lagsung kepada bayi. Pernyataan-pernyataannya sebagai berikut :

“Karena tempat bekerja dekat dengan rumah, kakak kan bidan di puskesmas dekat dekat disini, jadi setiap 2 jam pulang ya, menyusui dulu, kalau berangkat jam 8 aatu 9 sebelum pergi kan udah disusuin adek, nanti jam 11 pulang sebentar buat nyusuin lagi, jadi setiap 2 jam pulang”

(52)

d. Manajemen deposit ASI

Enam partisipan yang menggunakan ASI perah (pumping) untuk tetap memberikan ASI eksklusif pada bayinya, beberapa cara yang harus dilakukan ibu bekerja dalam manajemen deposit ASI nya adalah waktu pemompaan, perlengkapan yang dibutuhkan dalam pemerahan ASI, penyimpanan ASI dan memberikan ASI perah kepada bayi (Werdayanti, 2013). Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan masing-masing partisipan sebagai berikut :

a) Waktu pemompaan ASI

Seluruh partisipan yang memompa ASI, waktu pemompaan ASI yang dilakukan masing-masing partisipan pada saat bekerja dan di rumah berbeda-beda. Pernyataan-pernyataannya sebagai berikut :

Kalau di kantor kakak minimum pompa 2 kali y..biasanya itu dapat 2 botol yang 150-200 mL itu jadi sekitar 300-400 lah yang didapat selama bekerja, di rumah kan lanjut lagi ya, karna di rumah pumpingnya kan gak terbatas ya, nanti dia nyusu sekalian pumping juga, pagi sebelum kerja pumping juga

(Partisipan 1)

“Kalau saya memank stel waktu ya, maksimal itu 4 jam sekali, kalau bisa 3 jam, tapi kalau sibuk kali, ya 4 jam, pokoknya maksimal 4 jam udah harus di pompa karena itu uda penuh kali dan sakit biasanya, hitungannya selama di tinggal minimal 2 kali pompa ya, karna sebelum pergi biasanya pompa, shubuh pompa, biasanya jam pompa, jam 2 siang nanti pompa..”

(Partisipan 2)

“Ya, selama ditempat kerja 2 kali pompanya, “Karena saya jam kerjanya gak tetap ya, awal-awal dulu bisa 3 kali ya, jam 10, habis dzuhur sama nanti jam 3-an, tapi makin kesini gak tau ya, ASI makin berkurang jadi selama bekerja Cuma 2 kali aja, biasanya kan ada waktunya kalau sekarang tiap istirahat pagi jam 10-an dan siang pas mau pulang siap shalat ashar ya, karna saya kan kerja juga, kadang kalau memank gak bisa ya tunggu sampai ada waktu luang ya..”

(53)

“Harus pinter-pinter bagi waktu ya, 1 hari pas pertama kakak kerja itu, kakak ngeliat waktu dulu, waktu yang bisa buat pompa itu kapan, jadi biasakan walaupun itu susah banget ya, apalagi kalau atasan gak ngerti itu yang paling susah, sempet sich agak gimana gitu sama atasan, tapi kakak jelasin, pak, saya pengen kasih yang terbaik untuk anak saya, saya ngelakuin kayak gini tetap tidak untuk akan mengganggu pekerjaan saya, tapi saya tetap kasih yang terbaik untuk anak saya”“Itu 4 jam sekali.. “Ya, contohnya jam 7 pagi kak pompa

lagi pas sampe kerjaan, nanti jam 11 pompa lagi, nanti jam 3 pompa lagi gitu aja…pokonya 4 jam sekali harus pompa ya, mau

penuh gak penuh, dapt sedikit atau banyak wajib pompa ya…”

(Partisipan 4)

“Perah pas malam hari, atau menjelang subuh karena selain waktu luang dan malam hari hingga menjelang subuh kakak rasa ASI nya banyak..”

(Partisipan 6)

“Kakak pompa biasanya per 3 jam ya, jadi di tempat kerja pompa, di rumah juga, biasanya ibu siap melahirkan 0-6 bulan produksi ASI pasti banyak biasanya kalau gak 3 jam sekali di pompa atau di susui pasti dia mengeras dia nya dan sakit jadinya sich..”

(Partisipan 7) b) Cara penyimpanan dan perlengkapan penyimpanan ASIP (ASI Perah)

2 partisipan yang melakukan penyimpanan ASIP, hampir sama melakukan manajemen penyimpanan dan perlengkapan ASIP nya. Pernyataan-pernyataannya sebagai berikut :

“Kalau aku, kasih label tanggal gitu ya, jadi keliatan kan, mana yang harus duluan di pake..”

(Partisipan 1)

“Dengan label tanggal sich biasanya aku, trus diurutin aja ya, trus kalau di freezer, harus diperhatiin bener-bener, kalau mau mindahinnya harus aku, karna Cuma aku yang tau dan paham kan..”

(54)

c) Cara pemberian ASIP kepada bayi

4 partisipan yang memompa ASI, hampir sama melakukan cara pemberian ASIP dan mengajarkan pengasuh dalam memberikan ASIP kepada bayinya. Pernyataan-pernyataannya sebagai berikut :

“Yang pertama ASI nya kan dicairin dulu, kalau aku sich ngencerinnya kalau dia udah terlanjur beku, seandainya nich mau untuk besok sore atau malamnya udah aku letakkan di kulkas bawah, jadi dia cairnya di kulkas bawah, kalau dia beku 2 hari sebelumnya udah diletakkin kulkas bawah, kalau dia setengah beku 1 hari sebelumnya, jadi pada saat mau dikasih tinggal dikeluarin bentar dari kulkas biar sama dengan suhu ruangan baru diangetin, jadi di luar ruangan gak gitu lama kalau aku gitu sich..”

(Partisipan 1)

“Ya awal-awal agak bingung pasti ya, misalnya yang tau berapa lama kan aku nya, kalau eyangnya udah aku sediain ya, mana yang untuk di konsumsi hari ini, jadi biar tinggal ngangetin aja, kalau ada yang salah-salah ya benerin ya, karna kalau dikasih tau langsung semuanya, gak masuk ya, karna faktor umur juga, tapi lama- lama terbiasa ya, jadi di permudah aja ya,,,udah aku urutin memank ya”

(Partisipan 2)

“Kakak ajari dulu lah neneknya gimana cara ngasi ASI perahnya, yang pertama itu kakak bilang kalau ASI perahnya yang dari kulkas bagian bawah, harus di letak pintu kulkas, kira-kira 15 menit diletakkan di atas meja makan, gak berapa lama di masukkan dalam gelas yang tertutup dan diletakkan didalam mangkok yang berisi air hangat, udah gitu aja dek, abis itu dikasih ke adeknya..”

(Partisipan 6)

“Ya harus ajarakan, kadang nanti sembarangan aja ya orang itu, kita beritahu, kalau sekali minum berapa mL, kalau seandainya gak habis taruh langsung di kulkas, nanti kalau mau minum lagi ya dihangatkan lagi, karena disana ada alat penghangat khusus untuk ASI memank..”

(Partisipan 7) 2. Faktor keberhasilan ibu bekerja memberikan ASI eksklusif

(55)

eksklusif yaitu faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif dan faktor pendukung dalam pemberian ASI eksklusif.

a. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

seluruh partisipan menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ibu bekerja untuk tetap memberikan ASI eksklusif antar lain faktor keimanan dan keikhlasan, faktor pengetahuan dan pemahaman, faktor gizi dan immunologik, faktor kecerdasan, faktor psikologis dan faktor biaya. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan masing-masing partisipan sebagai berikut :

1) Faktor keimanan dan keikhlasan

Empat partisipan menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor keimanan dan keikhlasan. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Apa ya, yang pertama niatnya dan komitmen ya, hehehe..”

(Partisipan 2) “Terus niatnya ya, dukungan teman-teman juga, harus sering diingatkan, komitmen juga nich dengan niatnya, jangan niat-niat tapi gak dilaksanain

(Partisipan 3)

Dari diri sendiri ya, karena itu pilihan saya, gak ada alasan apa-apa ya

(Partisipan 5) “Apa ya, tekad dan niat aja kali ya..” (Partisipan 6)

2) Faktor pengetahuan dan pemahaman

(56)

Persiapan ilmu pengetahuan ya, dukungan dari sekitar, cari informasi dari media, twitter juga, kayak AIMI, yang penting kita tau menyusui bukan hanya sekedar menysui saja, tapi tau segalanya, sering cari tau aja

(Partisipan 2) “Pertama karena pengalaman ya, karena anak pertama tidak eksklusif, jadi keinginan kuat untuk saya memberikan ASI eksklusif

(Partisipan 7)

3) Faktor gizi dan immunologik

Dua partisipan menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor gizi dan immunologik . Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Yang pasti tidak ada nutrisi yang sebaik ASI, lebih aman, lebih sehat, antibodi bayi juga lebih kuat”

(Partisipan 1) “Yang pertama cuman mau memberikan yang terbaik aja buat anak, karena ASI kan makanan terbaik buat bayi kan..

(Partisipan 3) 4) Faktor kecerdasan

Dua partisipan menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor kecerdasan. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Anak lebih pintar

(Partisipan 1)

Trus supaya anak kakak cerdas ya

(Partisipan 4) 5) Faktor psikologis

(57)

Kedekatan bonding dengan anak dan ibu lebih dekat, sehat juga untuk ibu nya, sebenarnya gak ada alasan yang menyebutkan jangan ASI harusnya memank ASI”

(Partisipan 1) 6) Faktor biaya

Tiga partisipan menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor biaya. Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Hemat ya pastinya

(Partisipan 1) “Hmmm, apalagi ya, supaya lebih hemat juga ya, hehehehe….

(Partisipan 4) “Karena biaya juga ya, hehehehe…

(Partisipan 7) b. Dukungan suami, keluarga dan rekan kerja

Pemberian ASI terhadap bayi akan berhasil, jika ibu percaya bahwa ASI adalah hal yang dibutuhkan dan terbaik buat bayinya. Keyakinan sang ibu bahwa ia mampu menjalankan perannya untuk menyusui, belum cukup karena keyakinan dan kondisi yang nyaman dapat tercipta, jika ibu mendapat dukungan dari pihak-pihak antara lain :

1) Dukungan suami

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mendapat dukungan dari suami dalam memberikan ASI eksklusif . Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Kalau suami, dari awal emank udah dukung untuk ASI ya, dukungannya nyatanya ya, kita kan kerja di kantor di rumah juga, kadang anak nangis kita gak sadar tapi ya suami ingetin, kalau bayinya nangis dia suruh nyusuin

(58)

Dukung ya, selama ini, gak pernah ngasih masukkan yang negative ya, kayak melawan niat kita, yang bisa dibantu ya dibantu, selalu ikut niat saya ya, kalau kita pengen apa dibeliin, senengnya kalau dia bilang, terima kasih sudah memperjuangkan ini semua, gitu aja sich..

(Partisipan 2)

Alhamdulillah, sangat mendukung, kalau misalnya di rumah, kalau mau pompa disiapin, terus beliin makanan, vitamin yang untuk nambah ASI juga ya, dukung benget ya semuanya..

(Partisipan 3) “Kalau suami tetap dukung ya, contohnya, bilang kamu harus semangat, walaupun kamu kerja, kamu harus semangat untuk memberikan ASI eksklusif untuk anak kita, biar anak kita lebih sehat..

(Partisipan 4)

Suami kebetulan mendukung ya

(Partisipan 5) “Suami sangat mendukung ya, selain mensupport, juga memfasilitasi untuk keperluan menyusui, seperti membelikan pompa ASI, wadah-wadah untuk ASI perah, dan keperluan menyusui lainnya…

(Partisipan 6) “Alhamdulillah suami mendukung, itu semua diserahin ke saya sendiri

(Partisipan 7) 2) Dukungan keluarga

Tiga partisipan menyatakan bahwa mendapat dukungan dari keluarga dalam memberikan ASI eksklusif . Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Keluarga malah mendukung ya dari awal, memank pada dasarnya udah pada ngerti ya, kalau ASI itu memang bagus

(Partisipan 1) “Mendukung juga ya, tapi kalau udah capek kali kadang-kadang kita keras-kerasin kepaa juga sich, untuk tetap ASI eksklusif yang penting kitanya gak buat repot aja ya, jadi harus dipersiapkan semuanya, jadi dipermudah aja..

(Partisipan 2) “Kalau lingkungan keluarga, Alhamdulillah mendukung..”

(59)

3) Rekan kerja

Tiga partisipan menyatakan bahwa mendapat dukungan dari rekan kerja dalam memberikan ASI eksklusif . Hal tersebut, dapat dilihat dari pernyataan berikut :

Alhamdulillah, selama pumping gak pernah ada larangan, bos udah tau, rekan kerja juga tau, jadi udah tau lah, kalau mau pergi kemana gitu ya, pasti bilang, gak pumping dulu fik? Jadi mereka memank udah ngerti ya…

(Partisipan 1) “Mendukung juga ya, kadang kalau ruang biasa yang dipake untuk mompa lagi dipake, biasanya di kantor ya, biasanya temen-temen juga jagain takut ada cowok ya, Alhamdulillah mendukung semua, temen-temen kerja yang senior yang pengalaman memberikan ASI eksklusif suka ngasih tips

(Partisipan 3)

Alhamdulillah mendukung ya, jadi kalau misalkan waktunya mompa nich, kakak bilang aku pergi sebentar ya, 15 menit buat mompa, mereka biasa jawab, iya ci, gak apa tinggalin aja dulu, yang penting buat anakmu…

(Partisipan 4) 3. Kendala Pemberian ASI eksklusif

Ketika ibu menyusui ia akan mengalami masalah-masalah tertentu. Apalagi ibu bekerja yang tetap pada komitmenya untuk memberikan ASI eksklusif, maka ia harus mengatur waktu untuk bekerja dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh partisipan, sebagai berikut :

“Nach itu dia, dukungan fasilitas belum ada, kemaran udah sempat ngajuin tapi kata bagian pusat ada syarat dan ketentuan untuk bangunan yang ada ruang laktasi nya, aku pun gak ngerti juga, apa syarat-syaratnya..kalau aku gunain ruang metting, atau ruang training, ada juga ruang kosong, ruang bos, tapi sering gak dipake, soalnya bos gak setiap hari disini, jadi bisa dimanfaatin..”

(60)

“Gak ada dukungan ya, karna gak ada fasilitas untuk memberikan ASI ekslusif ya..”

(Partisipan 2)

“Alhamdulillah sich mendukung, biasanya saya pakai ruangan kepala sekolah, kepala sekolahnya kan perempuan, jadi selalu pakai ruangan beliau, ASI perahnya juga nanti dimasukkin kulkas di sekolah dulu ya, tapi kalau tempat khusus merah ASI gak ada ya, tapi gini aja, udah alhamdulillah ya..”

(Partisipan 3)

“Ya pertama-tama nya malu ya, tapi lama-lama gak ya, karna kakak pake penutup payudara itu tapi ya..Kadang temen-temen nyariin dimana kakak, kadang diceritain juga sich bagi yang gak kenal dekat, biarlah orang mau ngomong apa, yang penting untuk anak harus..

(Partisipan 4)

“Kalau kakak ngantar suami kerja, kakak perah didalam mobil, karena kalau perah ditempat ngajar gak ada fasilitas ruangan khusus untuk memerah, jadi kakak ngerasa gak nyaman aja..”

(Partisipan 5) C. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan literatur yang berhubungan dengan pengalaman i

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Partisipan Berdasarkan Karakteristik Umur, Anak-Ke, Agama, Suku,

Referensi

Dokumen terkait

In addition, remote users (including you) may want to map a shared folder to a drive letter so that they can open the folder from My Computer or Windows Explorer, instead of

Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarga, dengan cara dan bahasa yang dapat dimengerti tentang proses bagaimana mereka akan diberitahu tentang kondisi medis dan diagnosis

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas melihat tingkat kesuksesan perusahaan obyek penelitiannya dari kinerja industri atau kinerja perusahaan dengan melihat

3) Tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya (R. Ibrahim dan Nana Syahodih, 1993 : 82) Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, besarnya masukan energi pada proses pengolahan di setiap tahapan proses mulai dari pelayuan pucuk teh, penggilingan dan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2011), dengan judul “Analisis pengaruh produk, harga, dan lokasi terhadap keputusan pembelian.. (Studi Kasus pada Toko

Ada peran positif dukungan sosial keluarga terhadap self regulated learning. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga, maka akan semakin tinggi pula self regulated

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar