PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
BENNY AGUS SIMANUNGKALIT NIM.8136176006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
BENNY AGUS SIMANUNGKALIT. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes pemahaman konsep berupa pilihan berganda, (2) tes kemampuan berpikir kritis berupa uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji t sampel bebas. Dari hasil penelitian uji hipotesis terdapat perbedaan, maka disimpulkan bahwa: (1) Kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori, (2) Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.
ABSTRACT
BENNY AGUS SIMANUNGKALIT. Effect of Guided Inquiry Learning Model Against Assisted Mind Map Capability Understanding of Concept and Critical Thinking Student Class XI SMAN 1 Pollung. Thesis, Medan, Study Program Physics Education, Postgraduate, Medan State University, 2016.
This study aims to determine differences: (1) the ability of understanding the concept of students that learned with a learning model of guided inquiry assisted mind map and model of expository, (2) critical thinking skills of students that learned with a learning model of guided inquiry assisted mind map and model of expository . This research was a quasi experimental. The study population was a class XI student of SMAN 1 Pollung. Sample selection was done randomly to randomize the class. The instrument used consisted of: (1) test understanding of concepts such as multiple choice, (2) test the ability of critical thinking in the form of a description. The data were analyzed by independent sample t-test. From the results of hypothesis tested there was a difference, it was concluded that: (1) the ability of understanding the concept of students that learned with a learning model of guided inquiry aided mind map better than students who use the model of expository, (2) critical thinking skills of students that learned with assisted guided inquiry learning model mind map better than students who use expository learning model.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada program studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I dan
Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber II, karena
ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan, serta
arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam
rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;
2. Terkhusus pada Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga,
M.Si. selaku dosen pembimbing tesis yang telah mendampingi,
membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga
3. Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd sebagai narasumber III dalam
penyusunan tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang
membangun demi penyempurnaan tesis ini;
4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan
berlangsung;
5. Bapak Albert Banjarnahor, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Pollung beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan waktu,
kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;
6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda A. Simanungkalit dan
Ibunda T. Simanjuntak, yang telah secara terus menerus memberikan
motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Keluarga
B.T. Silalahi/Lasmarianami Simanungkalit, Keluarga Pdt. Sahat Silalahi/
Mei Evalina Simanungkalit, Natan, Agatha, Hotasi dan Keluarga Hendri
Apriadi Simanungkalit/Arauna Perangin-angin yang senantiasa
memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi
di Unimed hingga selesainya tesis ini;
7. Terkasih Nova W. Manik yang selalu menyemangati tanpa henti kepada
penulis hingga menyelesaikan tesis ini;
8. Teman-teman seperjuangan kelas B-2 Pendidikan Fisika yang juga telah
memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam
v
9. Sahabat penulis Junando Pandiangan, Amos Tarigan dan seluruh
kawan-kawan Debagor Tanjung Pura yang selalu memberi motivasi dan dorongan
kepada penulis sampai penyelesaian tesis ini;
10. Teman-teman Octa Science yang selalu memberikan motivasi maupun
doa-doanya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini tepat waktu.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas kebaikan yang
telah saudara berikan kepada penulis dan mudah-mudahan kita selalu dalam
lindungan-Nya. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam segi
isi maupun teknik penulisan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya
serta bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan.
Medan, Maret 2016
DAFTAR ISI
2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 16
2.1.3.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 17
2.1.3.2 Sistem Sosial Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 20
2.1.3.3 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .... 21
2.1.3.4 Dampak Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 23
2.1.3.5 Sistem Pendukung Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .... 25
2.1.3.6 Prinsip Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 25
2.1.3.7 Keunggulan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 26
vii
2.2.1 Tingkat Pemahaman Konsep Fisika Siswa yang Dibelajarkan Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 47
2.2.2 Tingkat Berpikir Kritis Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Dengan Model Pembelajaran Ekspositori. ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 72 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Pemahaman Konsep .. 72 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ... 75 4.1.3 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemahaman
Konsep ... 77 4.1.4 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Berpikir Kritis ... 82 4.2 Pembahasan ... 87 4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika
Siswa dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Mind Map dan Model Pembelajaran Ekspositori .... 87 4.2.2 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Mind Map dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 95 5.2 Saran ... 95
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Inkuiri Terbimbing ... 18
Tabel 2.2 Fase Model Pembelajaran Ekspositori ... 33
Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep ... 39
Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 41
Tabel 2.5 Penelitian Relevan ... 45
Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen ... 53
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 56
Tabel 3.3 Deskripsi Kategori Validitas Butir Soal ... 58
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal ... 58
Tabel 3.5 Deskripsi Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 59
Tabel 3.6 Deskripsi Kategori Tingkat Kesukaran ... 60
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen ... 60
Tabel 3.8 Deskripsi Kategori Daya Pembeda ... 61
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... 62
Tabel 3.10 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 63
Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis ... 63
Tabel 3.12 Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 66
Tabel 3.13 Deskripsi Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 67
Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen ... 68
Tabel 3.15 Deskripsi Kategori Daya Pembeda ... 68
Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 69
Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 73
Tabel 4.2 Data Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 74
Tabel 4.3 Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 75
Tabel 4.4 Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 76
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 77
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 80
Tabel 4.8 Uji-t Sampel Bebas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 81
Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 83
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 85
Tabel 4.13 Uji Homogenitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 86
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Hubungan Antara Variabel Penelitian ... 52
Gambar 3.2 Skema Pelaksanaan Penelitian ... 55
Gambar 4.1 Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 73
Gambar 4.2 Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 74
Gambar 4.3 Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 75
Gambar 4.4 Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 76
Gambar 4.5 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen KPK ... 78
Gambar 4.6 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol KPK ... 78
Gambar 4.7 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen KPK ... 79
Gambar 4.8 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Kontrol KPK ... 79
Gambar 4.9 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen KBK ... 83
Gambar 4.10 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol KBK ... 84
Gambar 4.11 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen KBK .... 84
Gambar 4.12 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Kontrol KPK ... 85
Gambar 4.13 Rata-rata Nilai Pretes dan Postes KPK ... 88
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP, Bahan Ajar dan LKS -1 ... 100
Lampiran 2. RPP, Bahan Ajar dan LKS -2 ... 114
Lampiran 3. RPP, Bahan Ajar dan LKS -3 ... 130
Lampiran 4. Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 145
Lampiran 5. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 154
Lampiran 6. Lembar Validitas Isi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 158
Lampiran 7. Tabel Uji Validitas Butir Soal Pemahaman Konsep ... 167
Lampiran 8. Tabel Uji Reliabilitas Pemahaman Konsep ... 169
Lampiran 9. Tabel Uji Tingkat Kesukaran Pemahaman Konsep ... 171
Lampiran 10. Tabel Uji Daya Pembeda Pemahaman Konsep ... 173
Lampiran 11. Lembar Validitas Isi Kemampuan Berpikir Kritis ... 175
Lampiran 12. Tabel Uji Validitas Berpikir Kritis ... 181
Lampiran 13. Tabel Uji Reliabilitas Berpikir Kritis ... 183
Lampiran 14. Tabel Uji Tingkat Kesukaran Berpikir Kritis ... 185
Lampiran 15. Tabel Uji Daya Pembeda Berpikir Kritis ... 187
Lampiran 16. Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 189
Lampiran 17. Data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 191
Lampiran 18. Analisis Data Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ... 193
Lampiran 19. Analisis Data Pretes dan Postes Berpikir Kritis ... 200
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian ... 207
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur,
cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam keseluruhan proses pendidikan,
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama dan dominan. Proses
belajar ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungan sehingga belajar dapat terjadi kapan saja, dengan siapa saja dan
dimana saja. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada
proses belajar yang dialami seseorang (Slameto, 2003).
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
proses pembelajaran yang lemah. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
dalam kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak
anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2007).
Mata pelajaran fisika sebagai salah satu cabang dari sains yang
mempelajari gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat
maupun yang bersifat abstrak. Dalam hal ini merupakan tantangan bagi guru yang
berperan sebagai mediator dan fasilitator harus mampu merancang pembelajaran
yang tepat agar siswa dapat memahami gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik
yang dapat dilihat atapun yang bersifat abstrak. Pembelajaran fisika perlu
disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh pengetahuan.
Dalam pembelajaran fisika harus diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam (Permendiknas, 2006). Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika
2
Adapun tujuan mata pelajaran Fisika di SMA yang telah dicanangkan oleh
Badan Standarisasi Nasional Pendidikan agar peserta didik mempunyai
kemampuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya;
2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan
prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat; 4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah secara berkomunikasi; 5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;
7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (BNSP, 2006).
Mata pelajaran fisika umumnya dirasakan sulit oleh peserta didik, karena
fisika menuntut siswa untuk memahami konsep dalam proses pembelajaran fisika
dan sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan materi yang
dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Selain itu, penggunaan sistem
pembelajaran yang tradisional yakni peserta didik hanya diberi pengetahuan
secara lisan (ceramah) sehingga peserta didik menerima pengetahuan secara
abstrak tanpa mengalami sendiri. Belajar fisika hanya menghafal persamaan tanpa
memperhatikan konsep sehingga menyebabkan kesulitan dalam proses
pembelajaran. Dari menghafal persamaan, siswa belum dapat memahami arti fisis
dari persamaan tersebut secara benar, sehingga pembelajaran yang bermakna
belum mampu diperoleh. Untuk itu perlu dirancang pengemasan pendidikan yang
sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar yakni bagaimana siswa belajar,
bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan pembelajaran di dalam bahan ajar itu,
bukan semata-mata pada hasil belajar, tetapi lebih menitik beratkan kepada
3
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, peranan guru sebagai pengajar sangat
penting. Hendaknya, guru dapat menyajikan materi dengan baik dan siswa
dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, pemilihan metode
pembelajaran oleh guru sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar.
Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan topik yang dibahas
karena tiap topik sifatnya berbeda-beda, hal ini dimaksudkan agar siswa terlibat
langsung dalam proses belajar sehingga diharapkan siswa mampu mengingat
materi tersebut berdasarkan pengalamannya (Rizali, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi fisika di
SMA Negeri 1 Polung pada tahun 2015, diperoleh nilai rata–rata ujian fisika
siswa adalah 65. Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) di sekolah tersebut
untuk mata pelajaran fisika adalah 70. Dari hasil wawancara tersebut, beberapa
kendalapun ditemukan dalam proses pembelajaran. Pertama, pembelajaran fisika
banyak mengandung prinsip, konsep, dan teori yang abstrak sulit dipahami oleh
siswa. Kedua, siswa kurang optimal saat mengikuti pembelajaran sehingga
pemahaman konsep siswa kurang baik dan berakibat siswa hanya menghafal
materi. Ketiga, kemampuan berpikir kritis yang terlihat dalam proses
pembelajaran hanya aspek bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru dan
frekuensinya masih kecil. Keempat, pemilihan model pembelajaran dan metode
pembelajaran yang dibelajarkan tidak sesuai dengan materi belajar. Dari beberapa
kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar
kurang dari batas ketuntasan dan kemampuan berpikir kritis siswa kurang baik.
Untuk permasalahan pembelajaran yang demikian perlu dilakukan upaya
antara lain melakukan inovasi dalam pembelajaran, yakni guru dengan
kompetensi yang diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan tercapai
secara optimal. Pembelajaran yang dipilih harus dapat melibatkan siswa secara
aktif, sehingga siswa dapat belajar langsung dan menguasai konsep yang ingin
ditanamkan dalam proses pembelajaran tersebut dan siswa dapat mengembangkan
4
Pemahaman konsep dan prinsip-prinsip fisika merupakan prasyarat
keberhasilan belajar fisika untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang
nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep dan
prinsip fisika tentunya akan diperoleh melalui kegiatan belajar. Berdasarkan
dampak kompetensi tersebut, pemahaman merupakan unsur yang sangat
mendasar. Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar
mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti sesuatu yang diajarkan,
mengetahui sesuatu yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya. Jika kemampuan pemahaman konsepnya belum dipahami maka akan
kesulitan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar fisika.
Hasil temuan Bukhori (2012) memperlihatkan bahwa model pembelajaran
berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika. Selain itu,
pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kompetensi guru
dalam kegiatan pembelajaran. Setelah diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran inkuiri ternyata juga dapat mengembangkan perilaku baik siswa
yang terkait dengan perubahan pemahaman konsep fisika, juga meningkatkan
nilai yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal, selalu aktif, komunikatif, dan
bergairah dalam belajar. Begitu juga yang dikemukakan oleh Sutikno (2010)
bahwa inkuiri terbimbing mampu meningkatkan minat dan pemahaman konsep
fisika siswa.
Selain meningkatkan pemahaman konsep, tujuan pembelajaran fisika
adalah mengembangkan kemampuan berpikir. Berpikir kritis memungkinkan
siswa untuk menganalisis pikirannya dalam menentukan pilihan dan menarik
kesimpulan dengan cerdas. Apabila anak diberi kesempatan untuk menggunakan
pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkat kelas, pada akhirnya
mereka akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, penampilan
dan kenyataan, fakta dan opini, pengetahuan dan keyaninan. Kemampuan berpikir
kritis merupakan cara berpikir reflektif dan beralasan yang difokuskan pada
pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah (Ennis, 1985). Dengan
demikian, proses mental ini akan memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa
5
Salah satu pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya adalah model pembelajaran.
Hasil temuan Kurniawati (2014) mengemukakan inkuiri terbimbing mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah model pembelajaran yang melibatkan guru mengidentifikasikan
masalah dan menyampaikan banyak pertanyaan yang mengacu pada prosedur
(Wening, 2010). Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran
yang melatih siswa dalam menemukan permasalahan dan melakukan penyelidikan
sampai akhirnya memperoleh kesimpulan tentang permasalahan (Joyce, 1996).
Walaupun telah disebutkan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki beberapa
keuntungan positif, tetapi berdasarkan hasil observasi di lapangan didapatkan
bahwa kenyataannya sampai saat ini masih ada siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran. Kekurangaktifan siswa ini menimbulkan kesulitan dalam
menguasai konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.
Pernyataan tersebut sesuai dengan kesimpulan penelitian Ornek (2008) yang
menyatakan bahwa kesulitan siswa dalam menguasai konsep fisika disebabkan
oleh kurang bekerja keras dalam pembelajaran. Keadaan ini memungkinkan
proses belajar dan konsentrasi siswa kurang maksimal. Sebab itu, perlu dilakukan
integrasi pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan media lainnya seperti
bantuan Mind map.
Mind map merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan
menyusun fakta dan pikiran sedermikian rupa sehingga cara kerja alami otak
dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih
bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional. Dengan
Mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi suatu diagram
berwarna, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara
kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal (Buzan, 2012). Sehingga model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map ini dapat diterapkan lebih
efektif lagi dan mampu mengoptimalkan pemahaman konsep serta kemampuan
6
Model pembelajaran ekspositori kurang tepat untuk diterapkan pada
pembelajaran fisika karena sesungguhnya fisika merupakan bagian dari sains
secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
beberapa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu latihan inkuiri (Sanjaya, 2007). Metode ceramah yang
digunakan dalam proses pembelajaran fisika dapat menghambat kemampuan
pemahaman konsep fisika, karena siswa hanya mendengar dan mengingat apa
yang disampaikan oleh guru, tanpa terlibat langsung dalam proses belajar.
Sehingga model ini dinilai kurang mampu dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa.
Pemahaman materi fisika memerlukan pemikiran dan penalaran agar dapat
menyelesaikan masalah fisika. Pada tingkat pendidikan tinggi, berpikir kritis
mencakup pemahaman argumen dan meyakini, menilai argumen secara kritis dan
meyakininya dan mengembangkan dan mempertahankan argumen dengan
mendukung secara kuat dan penuh keyakinan (Sarwi, 2012). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis bukan materi bahan ajar tetapi suatu
proses atau aktivitas yang selayaknya dimasukkan dalam pembelajaran materi
apapun pada level pendidikan tertentu. Dalam penyelesaian masalah fisika
diperlukan berpikir logis dan berpikir prosedural karena masalah fisika bersumber
dari gejala alam dan materi yang kompleks memerlukan tahapan berpikir mulai
berpikir dasar sampai berpikir tingkat tinggi.
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif siswa adalah guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto
(2003) yakni, guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa
dalam belajar dan guru harus benar-benar memperhatikan dan memikirkan serta
merencanakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa agar siswa
berminat dan semangat belajar dan siswa ikut serta dalam proses belajar mengajar,
7
Namun kenyataannya masih ditemukan beberapa kelemahan mendasar
seperti, pembelajaran tematik, pembelajaran kontekstual (CTL), kemampuan
melakukan evaluasi belum dipahami secara utuh oleh guru. Pemahaman guru
terkait dengan materi ajar hanya sekedar “text” belum “contex”, demikian juga
dengan kemampuan guru dalam mengaitkan materi dengan materi lain. Guru
harus diajak berubah dengan dilatih terus menerus dalam pembuatan satuan
pelajaran, metode pembelajarannya yang berbasis inquiry, discovery, contextual
teaching and learning, menggunakan alat bantunya, menyusun evaluasinya, dan
perubahan filosofisnya (Rizali, 2009).
Menyikapi masalah tersebut, perlu diadakan suatu upaya yang dilakukan
oleh guru untuk menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa lebih
tertarik dalam belajar fisika agar dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam bidang fisika. Setiap model mengajar atau
pembelajaran harus mengandung suatu rasional yang didasarkan pada teori, berisi
serangkaian langkah strategi yang dilakukan guru maupun siswa, didukung
dengan sistem penunjang atau fasilitas pembelajaran, dan metode untuk
mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat
memberikan siswa untuk memahami dan mengaplikasikan konsep fisika serta
meningkatkan keterampilan berpikir kritis salah satunya adalah melalui inkuiri
terbimbing yang terpusat pada siswa (student centre). Di dalam kegiatan inkuiri
terbimbing berbantuan mind map ini siswa dapat mengembangkan diri untuk
berpikir yang lebih luas, mengingat konsep yang diberikan dengan mudah, dapat
memecahkan masalah, mengarahkan mereka ke dalam penyelidikan, membantu
siswa mengidentifikasikan masalah secara konseptual dan metodologi.
Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
8
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat beberapa
permasalahan yang diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep fisika siswa masih rendah ditunjuk dari data tes
kemampuan pemahaman konsep.
2. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran masih kurang
variatif.
3. Pembelajaran masih kurang melibatkan peran aktif siswa.
4. Proses pembelajaran kurang merangsang siswa untuk memahami konsep yang
dipelajari.
5. Siswa belum dapat mengembangkan pemikiran yang kritis tentang pelajaran
fisika.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penelitian ini
dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, penulis melakukan
pembatasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Pollung T.P. 2015/2016.
2. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran fisika
adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan
model pembelajaran ekspositori.
3. Penelitian ini meninjau pemahaman konsep fisika siswa.
4. Penelitian ini meninjau berpikir kritis siswa tentang fisika.
5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah materi Elastisitas dan Getaran kelas
XI semester I SMAN 1 Pollung T.P. 2015/2016.
1.4 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah dapat
9
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind
map dan model pembelajaran ekspositori?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori.
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan mind map lebih dan model pembelajaran ekspositori.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran pada pelaksanaan pendidikan tentang penerapan
khususnya model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan
pengaruhnya terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa dan
berpikir kritis siswa.
2. Bagi penulis memberikan informasi kepada guru tentang penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model
pembelajaran ekspositori.
3. Menumbuhkan perhatian siswa dalam pembelajaran dan merangsang
pemikiran sehingga menimbulkan pemahaman konsep fisika dan peningkatan
10
1.7 Defenisi Operasional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, agar tidak
menimbulkan perbedaan penafsiran, maka diberikan suatu defenisi operasional
sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran
penyelidikan atau penemuan sendiri yang diyakini terhadap suatu bukti baru
untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan metode
eksplorasi dan mengetes gagasan-gagasan baru yang melibatkan sikap-sikap
untuk mencari penjelasan dan menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap
gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif. Adapun langkah-langkah dalam
model inkuiri terbimbing dalam penelitian ini adalah:
1. Menyajikan masalah
2. Mengumpulkan data verifikasi berupa pengumpulan informasi, data
mentabulasi data dan mengkarifikasi data
3. Pengumpulan data eksperimentasi,
4. Organisasi data dan formulasi kesimpulan
5. Analisis proses inkuiri dalam hal ini membimbing peserta didik untuk
memahami pola penemuan yang dilakukan dan melihat kelemahan atau
kesalahan yang mungkin terjadi.
2. Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran langsung adalah model yang dirancang dalam proses
pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, diskusi dan penyampaian
informasi yang langsung diberikan oleh guru kepada siswa. Adapun
langkah-langkah dalam model pembelajaran langsung adalah :
(1) Persiapan (Preparation)
(2) Penyajian (Presentation)
(3) Korelasi (Correlation)
(4) Menyimpulkan (Generalization)
11
3. Mind Map
Mind map adalah peta pikiran yang dikembangkan oleh guru agar dapat
memudahkan siswa mengingat materi pelajaran yang disusun berdasarkan ide
pokok atau konsep yang menunjukkan hubungan antara ide-ide tersebut dengan
ide utama. Adapun tujuan mind map dalam penelitian ini adalah sebagai media
bantu siswa untuk mengingat materi pelajaran dengan mudah.
4. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai suatu proses menerjemahkan suatu
konsep kedalam suatu bentuk, kemudian menafsirkan tanda ataupun simbol
dari suatu teori sehingga dapat membandingkan, mengklasifikasikan,
memberikan contoh dan mampu meramalkan penyelesaian suatu masalah
melalui pemikiran intelektual yang tinggi. Indikator kemampuan pemahaman
konsep yang digunakan dalam penelitian ini yang mengacu pada pendapat
Anderson & Krathwohl (2001) yaitu: (1) menginterpretasikan/menafsirkan;
(2) mencontohkan; (3) mengklasifikasikan; (4) menyimpulkan; (5)
membandingkan; (6) menjelaskan.
5. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses kognitif dan
tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan melakukan keputusan
secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan tahapannya yang
dilakukan dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang dapat
dijangkau oleh pengalaman seseorang, pemeriksaan dan melakukan penalaran
yang logis. Penelitian ini mengacu terhadap indikator kemampuan berpikir
kritis yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) membangun
kemampuan dasar; (3) menyimpulkan; (4) penjelasan lebih lanjut; (5) strategi
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 74,73 lebih
baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 69,14.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 70,54 lebih
baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 64,29.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan mind map sebagai berikut:
1. Guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan
maupun tulisan.
2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan mind map, diperlukan bahan ajar yang menarik,
untuk itu LKS siswa harus dirancang berdasarkan permasalahan
kontekstual yang dekat dengan keseharian siswa dan menantang siswa
untuk menyelesaikannya melalui proses menemukan.
3. Sebaiknya guru memperhatikan : (a) cara mengajukan pertanyaan atau tipe
soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa, (b) bagaimana
agar selama menyelesaikan masalah siswa tidak tergantung penuh pada
bantuan guru, (c) bagaimana menciptakan suasana diskusi antar siswa
dengan siswa yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa
96
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, O. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. New York: Addison Wesley Longman.
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Bassham, G., Irwin, W., Nardone, H., & Wallace, J.M. 2008. Critical Thinking: A Student Introduction, 2nd edition. Singapore: McGraw-Hill Company, Inc
BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Bukhori, M.A.F. 2012. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Optimalisasi Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia 4(1):11-21
Buzan, T. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Costa, A.L. 1988. (Ed): Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Developing (ASCD).
Dahar, R.W.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Deta. U.A., Suparmi, dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1), hal 28-34
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI
Ennis, R.H. 1985. A Concept Of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1): 81-111
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan Benjamin Hadinata. Jakarta: Erlangga
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Hamzah, U. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara
97
Heong, Y. M., Yunos, J. M., Hassan, R. B., Othman, W. B., Kiong, T. T. 2011. The Perception of The Level of Higher Order Thinking Skills among Technical Education Students. International Conference on Social Science and Humanity journal 5 (2): 281-285
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia
Jack, G.U. 2013. Concept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry: Affect on Students Academic Archievement. Journal of Education and Practice 6 (2): 11-12
Joyce, B.Weil, M and Calhoun,E. 2009. Models of Teaching (8 th ed). Boston: Allyn & Bacon
Karakuyu, Y. 2010. The Effect of Concept Mapping on Attitude and Achievement in a Physics Course. International Journal of The Physical Sciences 5(6): 724-737.
Khan, M. S., Hussain, S., Ali, R., Majoka, M. I., and Ramzan, M. 2011. Effect of Inquiry Method on Achievement of Students in Chemistry at Secondary Level. International Journal of Academic Research, 3(1): 955-959.
Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K and Caspari, A.K. 2007. Guided Inquiry : Learning in the 21st Century School. Libraries Unlimited
Kurniawati, I.D., Wartono, dan M. Diantoro. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 10 (1): 36-46
Memes, W. 2000. Model Pembelajaran Fisika. Departemen Pendidikan Nasional
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ornek, Funda, William R. Robinson, and Mark P. Haugan. 2008. What Makes Physics Difficult?.Purdue University, West Lafayette, USA. International Journal of Environmental & Science Education, 3 (1):30–34
Permendiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
98
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
Sarwi, A. Rusilowati, dan S. Khanafiyah. 2012. Implementasi Model Eksperimen Gelombang Open-Inquiry Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (1): 41-50
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sochibin, A, P. Dwijananti, P. Marwoto. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (1): 96-101
Sudarmini, Y, Kosim dan Hadiwijaya, A.S. 2015. Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan LKS Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Aliyah Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 1(1) : 35-48
Sudjana, N. 2002. Dasar - dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiarto,I. (2004). Mengoptimalkan daya kerja otak dengan berpikir holistik dan kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Sutikno, Wahyudin dan A. Isa. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 58-62
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka
99
Wena, M.2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara.
Wening, C.J. 2010. Level of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science. Journal of Physics Teacher Education Online 5(3): 7-8
Wijayanti, P.I, Mosik , dan N. Hindarto. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 1-5
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.