• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

BENNY AGUS SIMANUNGKALIT NIM.8136176006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

BENNY AGUS SIMANUNGKALIT. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pollung. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes pemahaman konsep berupa pilihan berganda, (2) tes kemampuan berpikir kritis berupa uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji t sampel bebas. Dari hasil penelitian uji hipotesis terdapat perbedaan, maka disimpulkan bahwa: (1) Kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori, (2) Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

(6)

ABSTRACT

BENNY AGUS SIMANUNGKALIT. Effect of Guided Inquiry Learning Model Against Assisted Mind Map Capability Understanding of Concept and Critical Thinking Student Class XI SMAN 1 Pollung. Thesis, Medan, Study Program Physics Education, Postgraduate, Medan State University, 2016.

This study aims to determine differences: (1) the ability of understanding the concept of students that learned with a learning model of guided inquiry assisted mind map and model of expository, (2) critical thinking skills of students that learned with a learning model of guided inquiry assisted mind map and model of expository . This research was a quasi experimental. The study population was a class XI student of SMAN 1 Pollung. Sample selection was done randomly to randomize the class. The instrument used consisted of: (1) test understanding of concepts such as multiple choice, (2) test the ability of critical thinking in the form of a description. The data were analyzed by independent sample t-test. From the results of hypothesis tested there was a difference, it was concluded that: (1) the ability of understanding the concept of students that learned with a learning model of guided inquiry aided mind map better than students who use the model of expository, (2) critical thinking skills of students that learned with assisted guided inquiry learning model mind map better than students who use expository learning model.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,

sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pollung” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini

disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister

Pendidikan pada program studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I dan

Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber II, karena

ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan, serta

arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam

rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

2. Terkhusus pada Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga,

M.Si. selaku dosen pembimbing tesis yang telah mendampingi,

membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga

(8)

3. Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd sebagai narasumber III dalam

penyusunan tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang

membangun demi penyempurnaan tesis ini;

4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung;

5. Bapak Albert Banjarnahor, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1

Pollung beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan waktu,

kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda A. Simanungkalit dan

Ibunda T. Simanjuntak, yang telah secara terus menerus memberikan

motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Keluarga

B.T. Silalahi/Lasmarianami Simanungkalit, Keluarga Pdt. Sahat Silalahi/

Mei Evalina Simanungkalit, Natan, Agatha, Hotasi dan Keluarga Hendri

Apriadi Simanungkalit/Arauna Perangin-angin yang senantiasa

memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi

di Unimed hingga selesainya tesis ini;

7. Terkasih Nova W. Manik yang selalu menyemangati tanpa henti kepada

penulis hingga menyelesaikan tesis ini;

8. Teman-teman seperjuangan kelas B-2 Pendidikan Fisika yang juga telah

memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam

(9)

v

9. Sahabat penulis Junando Pandiangan, Amos Tarigan dan seluruh

kawan-kawan Debagor Tanjung Pura yang selalu memberi motivasi dan dorongan

kepada penulis sampai penyelesaian tesis ini;

10. Teman-teman Octa Science yang selalu memberikan motivasi maupun

doa-doanya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini tepat waktu.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas kebaikan yang

telah saudara berikan kepada penulis dan mudah-mudahan kita selalu dalam

lindungan-Nya. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam segi

isi maupun teknik penulisan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya

serta bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2016

(10)

DAFTAR ISI

2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 16

2.1.3.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 17

2.1.3.2 Sistem Sosial Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 20

2.1.3.3 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .... 21

2.1.3.4 Dampak Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 23

2.1.3.5 Sistem Pendukung Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .... 25

2.1.3.6 Prinsip Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 25

2.1.3.7 Keunggulan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 26

(11)

vii

2.2.1 Tingkat Pemahaman Konsep Fisika Siswa yang Dibelajarkan Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 47

2.2.2 Tingkat Berpikir Kritis Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Mind Map Dengan Model Pembelajaran Ekspositori. ... 48

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 72 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Pemahaman Konsep .. 72 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ... 75 4.1.3 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemahaman

Konsep ... 77 4.1.4 Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Berpikir Kritis ... 82 4.2 Pembahasan ... 87 4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika

Siswa dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Berbantuan Mind Map dan Model Pembelajaran Ekspositori .... 87 4.2.2 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan

Mind Map dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 95 5.2 Saran ... 95

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Inkuiri Terbimbing ... 18

Tabel 2.2 Fase Model Pembelajaran Ekspositori ... 33

Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep ... 39

Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 41

Tabel 2.5 Penelitian Relevan ... 45

Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen ... 53

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 56

Tabel 3.3 Deskripsi Kategori Validitas Butir Soal ... 58

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal ... 58

Tabel 3.5 Deskripsi Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 59

Tabel 3.6 Deskripsi Kategori Tingkat Kesukaran ... 60

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen ... 60

Tabel 3.8 Deskripsi Kategori Daya Pembeda ... 61

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... 62

Tabel 3.10 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 63

Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis ... 63

Tabel 3.12 Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 66

Tabel 3.13 Deskripsi Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 67

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen ... 68

Tabel 3.15 Deskripsi Kategori Daya Pembeda ... 68

Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 69

Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 73

Tabel 4.2 Data Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 74

Tabel 4.3 Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 75

Tabel 4.4 Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 76

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 77

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 80

(14)

Tabel 4.8 Uji-t Sampel Bebas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 81

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 83

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 85

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 86

(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Hubungan Antara Variabel Penelitian ... 52

Gambar 3.2 Skema Pelaksanaan Penelitian ... 55

Gambar 4.1 Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 73

Gambar 4.2 Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 74

Gambar 4.3 Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 75

Gambar 4.4 Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 76

Gambar 4.5 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen KPK ... 78

Gambar 4.6 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol KPK ... 78

Gambar 4.7 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen KPK ... 79

Gambar 4.8 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Kontrol KPK ... 79

Gambar 4.9 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen KBK ... 83

Gambar 4.10 Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol KBK ... 84

Gambar 4.11 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen KBK .... 84

Gambar 4.12 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Kontrol KPK ... 85

Gambar 4.13 Rata-rata Nilai Pretes dan Postes KPK ... 88

(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP, Bahan Ajar dan LKS -1 ... 100

Lampiran 2. RPP, Bahan Ajar dan LKS -2 ... 114

Lampiran 3. RPP, Bahan Ajar dan LKS -3 ... 130

Lampiran 4. Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 145

Lampiran 5. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 154

Lampiran 6. Lembar Validitas Isi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 158

Lampiran 7. Tabel Uji Validitas Butir Soal Pemahaman Konsep ... 167

Lampiran 8. Tabel Uji Reliabilitas Pemahaman Konsep ... 169

Lampiran 9. Tabel Uji Tingkat Kesukaran Pemahaman Konsep ... 171

Lampiran 10. Tabel Uji Daya Pembeda Pemahaman Konsep ... 173

Lampiran 11. Lembar Validitas Isi Kemampuan Berpikir Kritis ... 175

Lampiran 12. Tabel Uji Validitas Berpikir Kritis ... 181

Lampiran 13. Tabel Uji Reliabilitas Berpikir Kritis ... 183

Lampiran 14. Tabel Uji Tingkat Kesukaran Berpikir Kritis ... 185

Lampiran 15. Tabel Uji Daya Pembeda Berpikir Kritis ... 187

Lampiran 16. Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 189

Lampiran 17. Data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 191

Lampiran 18. Analisis Data Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ... 193

Lampiran 19. Analisis Data Pretes dan Postes Berpikir Kritis ... 200

Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian ... 207

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya

manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur,

cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam keseluruhan proses pendidikan,

kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama dan dominan. Proses

belajar ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

lingkungan sehingga belajar dapat terjadi kapan saja, dengan siapa saja dan

dimana saja. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada

proses belajar yang dialami seseorang (Slameto, 2003).

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

proses pembelajaran yang lemah. Dalam proses pembelajaran, anak kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak

anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2007).

Mata pelajaran fisika sebagai salah satu cabang dari sains yang

mempelajari gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat

maupun yang bersifat abstrak. Dalam hal ini merupakan tantangan bagi guru yang

berperan sebagai mediator dan fasilitator harus mampu merancang pembelajaran

yang tepat agar siswa dapat memahami gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik

yang dapat dilihat atapun yang bersifat abstrak. Pembelajaran fisika perlu

disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh pengetahuan.

Dalam pembelajaran fisika harus diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat

sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam (Permendiknas, 2006). Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika

(18)

2

Adapun tujuan mata pelajaran Fisika di SMA yang telah dicanangkan oleh

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan agar peserta didik mempunyai

kemampuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya;

2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan

prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat; 4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah secara berkomunikasi; 5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan serta sumber daya alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk

menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (BNSP, 2006).

Mata pelajaran fisika umumnya dirasakan sulit oleh peserta didik, karena

fisika menuntut siswa untuk memahami konsep dalam proses pembelajaran fisika

dan sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan materi yang

dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Selain itu, penggunaan sistem

pembelajaran yang tradisional yakni peserta didik hanya diberi pengetahuan

secara lisan (ceramah) sehingga peserta didik menerima pengetahuan secara

abstrak tanpa mengalami sendiri. Belajar fisika hanya menghafal persamaan tanpa

memperhatikan konsep sehingga menyebabkan kesulitan dalam proses

pembelajaran. Dari menghafal persamaan, siswa belum dapat memahami arti fisis

dari persamaan tersebut secara benar, sehingga pembelajaran yang bermakna

belum mampu diperoleh. Untuk itu perlu dirancang pengemasan pendidikan yang

sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar yakni bagaimana siswa belajar,

bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan pembelajaran di dalam bahan ajar itu,

bukan semata-mata pada hasil belajar, tetapi lebih menitik beratkan kepada

(19)

3

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, peranan guru sebagai pengajar sangat

penting. Hendaknya, guru dapat menyajikan materi dengan baik dan siswa

dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, pemilihan metode

pembelajaran oleh guru sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar.

Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan topik yang dibahas

karena tiap topik sifatnya berbeda-beda, hal ini dimaksudkan agar siswa terlibat

langsung dalam proses belajar sehingga diharapkan siswa mampu mengingat

materi tersebut berdasarkan pengalamannya (Rizali, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi fisika di

SMA Negeri 1 Polung pada tahun 2015, diperoleh nilai rata–rata ujian fisika

siswa adalah 65. Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) di sekolah tersebut

untuk mata pelajaran fisika adalah 70. Dari hasil wawancara tersebut, beberapa

kendalapun ditemukan dalam proses pembelajaran. Pertama, pembelajaran fisika

banyak mengandung prinsip, konsep, dan teori yang abstrak sulit dipahami oleh

siswa. Kedua, siswa kurang optimal saat mengikuti pembelajaran sehingga

pemahaman konsep siswa kurang baik dan berakibat siswa hanya menghafal

materi. Ketiga, kemampuan berpikir kritis yang terlihat dalam proses

pembelajaran hanya aspek bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru dan

frekuensinya masih kecil. Keempat, pemilihan model pembelajaran dan metode

pembelajaran yang dibelajarkan tidak sesuai dengan materi belajar. Dari beberapa

kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar

kurang dari batas ketuntasan dan kemampuan berpikir kritis siswa kurang baik.

Untuk permasalahan pembelajaran yang demikian perlu dilakukan upaya

antara lain melakukan inovasi dalam pembelajaran, yakni guru dengan

kompetensi yang diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat

agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan tercapai

secara optimal. Pembelajaran yang dipilih harus dapat melibatkan siswa secara

aktif, sehingga siswa dapat belajar langsung dan menguasai konsep yang ingin

ditanamkan dalam proses pembelajaran tersebut dan siswa dapat mengembangkan

(20)

4

Pemahaman konsep dan prinsip-prinsip fisika merupakan prasyarat

keberhasilan belajar fisika untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang

nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep dan

prinsip fisika tentunya akan diperoleh melalui kegiatan belajar. Berdasarkan

dampak kompetensi tersebut, pemahaman merupakan unsur yang sangat

mendasar. Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar

mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti sesuatu yang diajarkan,

mengetahui sesuatu yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan

isinya. Jika kemampuan pemahaman konsepnya belum dipahami maka akan

kesulitan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar fisika.

Hasil temuan Bukhori (2012) memperlihatkan bahwa model pembelajaran

berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika. Selain itu,

pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kompetensi guru

dalam kegiatan pembelajaran. Setelah diberi pembelajaran dengan model

pembelajaran inkuiri ternyata juga dapat mengembangkan perilaku baik siswa

yang terkait dengan perubahan pemahaman konsep fisika, juga meningkatkan

nilai yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal, selalu aktif, komunikatif, dan

bergairah dalam belajar. Begitu juga yang dikemukakan oleh Sutikno (2010)

bahwa inkuiri terbimbing mampu meningkatkan minat dan pemahaman konsep

fisika siswa.

Selain meningkatkan pemahaman konsep, tujuan pembelajaran fisika

adalah mengembangkan kemampuan berpikir. Berpikir kritis memungkinkan

siswa untuk menganalisis pikirannya dalam menentukan pilihan dan menarik

kesimpulan dengan cerdas. Apabila anak diberi kesempatan untuk menggunakan

pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkat kelas, pada akhirnya

mereka akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, penampilan

dan kenyataan, fakta dan opini, pengetahuan dan keyaninan. Kemampuan berpikir

kritis merupakan cara berpikir reflektif dan beralasan yang difokuskan pada

pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah (Ennis, 1985). Dengan

demikian, proses mental ini akan memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa

(21)

5

Salah satu pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya adalah model pembelajaran.

Hasil temuan Kurniawati (2014) mengemukakan inkuiri terbimbing mampu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran inkuiri

terbimbing adalah model pembelajaran yang melibatkan guru mengidentifikasikan

masalah dan menyampaikan banyak pertanyaan yang mengacu pada prosedur

(Wening, 2010). Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran

yang melatih siswa dalam menemukan permasalahan dan melakukan penyelidikan

sampai akhirnya memperoleh kesimpulan tentang permasalahan (Joyce, 1996).

Walaupun telah disebutkan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki beberapa

keuntungan positif, tetapi berdasarkan hasil observasi di lapangan didapatkan

bahwa kenyataannya sampai saat ini masih ada siswa yang kurang aktif dalam

pembelajaran. Kekurangaktifan siswa ini menimbulkan kesulitan dalam

menguasai konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Pernyataan tersebut sesuai dengan kesimpulan penelitian Ornek (2008) yang

menyatakan bahwa kesulitan siswa dalam menguasai konsep fisika disebabkan

oleh kurang bekerja keras dalam pembelajaran. Keadaan ini memungkinkan

proses belajar dan konsentrasi siswa kurang maksimal. Sebab itu, perlu dilakukan

integrasi pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan media lainnya seperti

bantuan Mind map.

Mind map merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan

menyusun fakta dan pikiran sedermikian rupa sehingga cara kerja alami otak

dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih

bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional. Dengan

Mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi suatu diagram

berwarna, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara

kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal (Buzan, 2012). Sehingga model

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map ini dapat diterapkan lebih

efektif lagi dan mampu mengoptimalkan pemahaman konsep serta kemampuan

(22)

6

Model pembelajaran ekspositori kurang tepat untuk diterapkan pada

pembelajaran fisika karena sesungguhnya fisika merupakan bagian dari sains

secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

beberapa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu latihan inkuiri (Sanjaya, 2007). Metode ceramah yang

digunakan dalam proses pembelajaran fisika dapat menghambat kemampuan

pemahaman konsep fisika, karena siswa hanya mendengar dan mengingat apa

yang disampaikan oleh guru, tanpa terlibat langsung dalam proses belajar.

Sehingga model ini dinilai kurang mampu dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa.

Pemahaman materi fisika memerlukan pemikiran dan penalaran agar dapat

menyelesaikan masalah fisika. Pada tingkat pendidikan tinggi, berpikir kritis

mencakup pemahaman argumen dan meyakini, menilai argumen secara kritis dan

meyakininya dan mengembangkan dan mempertahankan argumen dengan

mendukung secara kuat dan penuh keyakinan (Sarwi, 2012). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis bukan materi bahan ajar tetapi suatu

proses atau aktivitas yang selayaknya dimasukkan dalam pembelajaran materi

apapun pada level pendidikan tertentu. Dalam penyelesaian masalah fisika

diperlukan berpikir logis dan berpikir prosedural karena masalah fisika bersumber

dari gejala alam dan materi yang kompleks memerlukan tahapan berpikir mulai

berpikir dasar sampai berpikir tingkat tinggi.

Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan

kognitif siswa adalah guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto

(2003) yakni, guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa

dalam belajar dan guru harus benar-benar memperhatikan dan memikirkan serta

merencanakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa agar siswa

berminat dan semangat belajar dan siswa ikut serta dalam proses belajar mengajar,

(23)

7

Namun kenyataannya masih ditemukan beberapa kelemahan mendasar

seperti, pembelajaran tematik, pembelajaran kontekstual (CTL), kemampuan

melakukan evaluasi belum dipahami secara utuh oleh guru. Pemahaman guru

terkait dengan materi ajar hanya sekedar “text” belum “contex”, demikian juga

dengan kemampuan guru dalam mengaitkan materi dengan materi lain. Guru

harus diajak berubah dengan dilatih terus menerus dalam pembuatan satuan

pelajaran, metode pembelajarannya yang berbasis inquiry, discovery, contextual

teaching and learning, menggunakan alat bantunya, menyusun evaluasinya, dan

perubahan filosofisnya (Rizali, 2009).

Menyikapi masalah tersebut, perlu diadakan suatu upaya yang dilakukan

oleh guru untuk menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa lebih

tertarik dalam belajar fisika agar dapat meningkatkan pemahaman konsep dan

kemampuan berpikir kritis siswa dalam bidang fisika. Setiap model mengajar atau

pembelajaran harus mengandung suatu rasional yang didasarkan pada teori, berisi

serangkaian langkah strategi yang dilakukan guru maupun siswa, didukung

dengan sistem penunjang atau fasilitas pembelajaran, dan metode untuk

mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat

memberikan siswa untuk memahami dan mengaplikasikan konsep fisika serta

meningkatkan keterampilan berpikir kritis salah satunya adalah melalui inkuiri

terbimbing yang terpusat pada siswa (student centre). Di dalam kegiatan inkuiri

terbimbing berbantuan mind map ini siswa dapat mengembangkan diri untuk

berpikir yang lebih luas, mengingat konsep yang diberikan dengan mudah, dapat

memecahkan masalah, mengarahkan mereka ke dalam penyelidikan, membantu

siswa mengidentifikasikan masalah secara konseptual dan metodologi.

Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

(24)

8

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat beberapa

permasalahan yang diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep fisika siswa masih rendah ditunjuk dari data tes

kemampuan pemahaman konsep.

2. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran masih kurang

variatif.

3. Pembelajaran masih kurang melibatkan peran aktif siswa.

4. Proses pembelajaran kurang merangsang siswa untuk memahami konsep yang

dipelajari.

5. Siswa belum dapat mengembangkan pemikiran yang kritis tentang pelajaran

fisika.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penelitian ini

dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, penulis melakukan

pembatasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Pollung T.P. 2015/2016.

2. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran fisika

adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan

model pembelajaran ekspositori.

3. Penelitian ini meninjau pemahaman konsep fisika siswa.

4. Penelitian ini meninjau berpikir kritis siswa tentang fisika.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah materi Elastisitas dan Getaran kelas

XI semester I SMAN 1 Pollung T.P. 2015/2016.

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah dapat

(25)

9

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind

map dan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing berbantuan mind map dan model pembelajaran ekspositori.

2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

berbantuan mind map lebih dan model pembelajaran ekspositori.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran pada pelaksanaan pendidikan tentang penerapan

khususnya model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan

pengaruhnya terhadap peningkatan pemahaman konsep fisika siswa dan

berpikir kritis siswa.

2. Bagi penulis memberikan informasi kepada guru tentang penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map dan model

pembelajaran ekspositori.

3. Menumbuhkan perhatian siswa dalam pembelajaran dan merangsang

pemikiran sehingga menimbulkan pemahaman konsep fisika dan peningkatan

(26)

10

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, agar tidak

menimbulkan perbedaan penafsiran, maka diberikan suatu defenisi operasional

sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran

penyelidikan atau penemuan sendiri yang diyakini terhadap suatu bukti baru

untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan metode

eksplorasi dan mengetes gagasan-gagasan baru yang melibatkan sikap-sikap

untuk mencari penjelasan dan menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap

gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif. Adapun langkah-langkah dalam

model inkuiri terbimbing dalam penelitian ini adalah:

1. Menyajikan masalah

2. Mengumpulkan data verifikasi berupa pengumpulan informasi, data

mentabulasi data dan mengkarifikasi data

3. Pengumpulan data eksperimentasi,

4. Organisasi data dan formulasi kesimpulan

5. Analisis proses inkuiri dalam hal ini membimbing peserta didik untuk

memahami pola penemuan yang dilakukan dan melihat kelemahan atau

kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran langsung adalah model yang dirancang dalam proses

pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, diskusi dan penyampaian

informasi yang langsung diberikan oleh guru kepada siswa. Adapun

langkah-langkah dalam model pembelajaran langsung adalah :

(1) Persiapan (Preparation)

(2) Penyajian (Presentation)

(3) Korelasi (Correlation)

(4) Menyimpulkan (Generalization)

(27)

11

3. Mind Map

Mind map adalah peta pikiran yang dikembangkan oleh guru agar dapat

memudahkan siswa mengingat materi pelajaran yang disusun berdasarkan ide

pokok atau konsep yang menunjukkan hubungan antara ide-ide tersebut dengan

ide utama. Adapun tujuan mind map dalam penelitian ini adalah sebagai media

bantu siswa untuk mengingat materi pelajaran dengan mudah.

4. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai suatu proses menerjemahkan suatu

konsep kedalam suatu bentuk, kemudian menafsirkan tanda ataupun simbol

dari suatu teori sehingga dapat membandingkan, mengklasifikasikan,

memberikan contoh dan mampu meramalkan penyelesaian suatu masalah

melalui pemikiran intelektual yang tinggi. Indikator kemampuan pemahaman

konsep yang digunakan dalam penelitian ini yang mengacu pada pendapat

Anderson & Krathwohl (2001) yaitu: (1) menginterpretasikan/menafsirkan;

(2) mencontohkan; (3) mengklasifikasikan; (4) menyimpulkan; (5)

membandingkan; (6) menjelaskan.

5. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses kognitif dan

tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan

keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan melakukan keputusan

secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan tahapannya yang

dilakukan dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang dapat

dijangkau oleh pengalaman seseorang, pemeriksaan dan melakukan penalaran

yang logis. Penelitian ini mengacu terhadap indikator kemampuan berpikir

kritis yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) membangun

kemampuan dasar; (3) menyimpulkan; (4) penjelasan lebih lanjut; (5) strategi

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 74,73 lebih

baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 69,14.

2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan mind map sebesar 70,54 lebih

baik daripada model pembelajaran ekspositori sebesar 64,29.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki

beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing

berbantuan mind map sebagai berikut:

1. Guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran inkuiri terbimbing

sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan

maupun tulisan.

2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran inkuiri

terbimbing berbantuan mind map, diperlukan bahan ajar yang menarik,

untuk itu LKS siswa harus dirancang berdasarkan permasalahan

kontekstual yang dekat dengan keseharian siswa dan menantang siswa

untuk menyelesaikannya melalui proses menemukan.

3. Sebaiknya guru memperhatikan : (a) cara mengajukan pertanyaan atau tipe

soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa, (b) bagaimana

agar selama menyelesaikan masalah siswa tidak tergantung penuh pada

bantuan guru, (c) bagaimana menciptakan suasana diskusi antar siswa

dengan siswa yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa

(29)

96

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. New York: Addison Wesley Longman.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Bassham, G., Irwin, W., Nardone, H., & Wallace, J.M. 2008. Critical Thinking: A Student Introduction, 2nd edition. Singapore: McGraw-Hill Company, Inc

BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Bukhori, M.A.F. 2012. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Optimalisasi Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia 4(1):11-21

Buzan, T. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Costa, A.L. 1988. (Ed): Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Developing (ASCD).

Dahar, R.W.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Deta. U.A., Suparmi, dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1), hal 28-34

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI

Ennis, R.H. 1985. A Concept Of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1): 81-111

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan Benjamin Hadinata. Jakarta: Erlangga

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hamzah, U. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara

(30)

97

Heong, Y. M., Yunos, J. M., Hassan, R. B., Othman, W. B., Kiong, T. T. 2011. The Perception of The Level of Higher Order Thinking Skills among Technical Education Students. International Conference on Social Science and Humanity journal 5 (2): 281-285

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Jack, G.U. 2013. Concept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry: Affect on Students Academic Archievement. Journal of Education and Practice 6 (2): 11-12

Joyce, B.Weil, M and Calhoun,E. 2009. Models of Teaching (8 th ed). Boston: Allyn & Bacon

Karakuyu, Y. 2010. The Effect of Concept Mapping on Attitude and Achievement in a Physics Course. International Journal of The Physical Sciences 5(6): 724-737.

Khan, M. S., Hussain, S., Ali, R., Majoka, M. I., and Ramzan, M. 2011. Effect of Inquiry Method on Achievement of Students in Chemistry at Secondary Level. International Journal of Academic Research, 3(1): 955-959.

Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K and Caspari, A.K. 2007. Guided Inquiry : Learning in the 21st Century School. Libraries Unlimited

Kurniawati, I.D., Wartono, dan M. Diantoro. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 10 (1): 36-46

Memes, W. 2000. Model Pembelajaran Fisika. Departemen Pendidikan Nasional

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ornek, Funda, William R. Robinson, and Mark P. Haugan. 2008. What Makes Physics Difficult?.Purdue University, West Lafayette, USA. International Journal of Environmental & Science Education, 3 (1):30–34

Permendiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(31)

98

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo

Sarwi, A. Rusilowati, dan S. Khanafiyah. 2012. Implementasi Model Eksperimen Gelombang Open-Inquiry Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (1): 41-50

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sochibin, A, P. Dwijananti, P. Marwoto. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (1): 96-101

Sudarmini, Y, Kosim dan Hadiwijaya, A.S. 2015. Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan LKS Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Aliyah Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 1(1) : 35-48

Sudjana, N. 2002. Dasar - dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiarto,I. (2004). Mengoptimalkan daya kerja otak dengan berpikir holistik dan kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Sutikno, Wahyudin dan A. Isa. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 58-62

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka

(32)

99

Wena, M.2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara.

Wening, C.J. 2010. Level of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science. Journal of Physics Teacher Education Online 5(3): 7-8

Wijayanti, P.I, Mosik , dan N. Hindarto. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (1): 1-5

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Gambar

Tabel 4.8 Uji-t Sampel Bebas Tes Kemampuan  Pemahaman Konsep ...........      81

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan bahasa Indonesia pada Rubrik “Surat Pembaca” Suara Merdeka Edisi Maret-April 2012 bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan

(3) selalu memiliki keuntungan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dimana untuk pengujian parsial menggunakan uji statistik t dan pengujian

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

adalah suatu cara yang digunakan untuk membantu kita membuat dan menjual barang dan jasa yang. sesuai dengan kondisi perusahaan dan pasar target

Karena itu, pemikiran dan kelembagaan pendidikan Islam haruslah dimodernisasi, sederhananya harus disesuaikan dengan modernitas, mempertahankan kelembagam Islam tradisional

Temeljna metoda koja će se koristiti tokom rada biti će metoda kabinetskog istraživanja, odnosno analize koje će se provoditi tokom rada koristit će podatke koji su već

Berdasarkan refleksi yang ada pada siklus I, maka guru bersama pengamat menetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus I.. perlu diperbaiki pada siklus

Tahapan selanjutnya berupa analisis data, dimana bertujuan untuk melakukan suatu uji hipotesis yang berbunyi “ada peningkatan keterampilan membuat kue kering siswa