• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon dalam kebudayaan Musik Melayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon dalam kebudayaan Musik Melayu"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU

SKRIPSI SARJANA O

L E H

NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG NIM: 100707003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(2)

PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU

OLEH:

NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG NIM: 100707003

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs. Fadlin, M.A Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

NIP 196102201989031003 NIP 196512211991031001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni

dalam bidang disiplin Etnomuskologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(3)

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal :

Hari

:

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D. 2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

3. Drs. Fadlin, M.A 4.

(4)

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,

(5)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berisi tentang peranan Burhanuddin Usman sebagai pemain musik Saksofon. Peranannya ditinjau/difokuskan dalam kebudayaan musik Melayu eksistensinya sebagai pemusik dan kedudukan musiknya berlangsung selama 50 an tahun untuk menunjukan peranannya biografinya juga dituliskan.

Penelitian ini menggunakan 2 teori yaknik, teori Biografi dan teori Peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Untuk melaksanakan penelitian, penulis telah melakukan beberapa proses kerja, yaitu: studi dkepustakaan, observasi, wawancara, perekaman atau dokumentasi kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini berpusat pada pendapat para informan dalam konteks studi emik. Namun, penulis tetap melakukan penafsiran-penafsiran sesuai dengan kaidah ilmiah dalam konteks studi etik.

(6)

ABSTRACT

This thesis contains Burhanuddin Usman‘s Role as Saxophonist. His role is focused on Malay music culture. In Malay music culture, hs existence continues during 50 years. His biography is writen to show is role.

The research of used two theories : Biographic and musician sosial behavior that is shared by Merriam. It used qualitative method. For accomplishing it. Some work prousess have been exeelted there are literature study, observation, interview, recording, documentation activities, transcription, and laboratory analysis. This research is ancentrated to the informants opinicur in emic study antext. Never the less, I also support it by interpreting based on scientific principle in etic study antext.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasihNya yang begitu besar telah melimpahi kehidupan penulis. Setip detik dalam perjalanan hidup penulis disertai dan diberi sukacita penuh. Secara khusus dalam penyusunan skripsi ini, kekuatan dan penghiburan diberikanNya jauh melebihi permohonan penulis.

Skripsi ini berjudul ―Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon

dalam kebudayaan Musik Melayu.‖ Skripsi ini diajukan dalam melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis. Kejenuhan dan kelelahan senantiasa mendekat ke dalam diri penulis. Namun, energi baru selalu hadir melalui orang-orang di sekitar penulis.

(8)

Liko Hasiolan Hutagalung SP.t, adik terkasih Liad Parulian Hutagalung dan Liza Hutagalung, dan abg dan kakak dari Pak Tua (T. Hutagalung) Johanes Hutagalung dan Maria Hutagalung. Dan keponakan terkasih Rebeka Sidauruk. Terimakasih untuk doa, bantuan, dukungan, waktu dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

(9)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis.

Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Atok Burhanuddin Usman, Bapak Drs. Tahan Perjuang Manurung, Datuk Ahmad Fauzi, Alim Udin Nasutian (Ona Sutra), dan seluruh Putera-puteri atok Burhanuddin Usman dan informan-informan lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kesempatan dan pengalaman yang sungguh berharga telah penulis dapatkan atas kebaikan Bapak/Ibu sekalian. Penulis dapat mengenal Suku Melayu lebih dekat atas pertolongan Bapak-Ibu sekalian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Op. Emi Hutagalung. Doa dan harapan yang telah disampaikan kepada penulis menjadi penyemangat dan daya yang besar untuk penulis.

(10)

Penulis juga mengucapkan terima kasih buat teman-teman seperjuangan UKM PSM USU, terlebih kepada seluruh tim Pesparawi Nasional Ke XII di Ambon. Atas perjuangan yang tidak mengenal lelah kita bisa bersama-sama membuat sebuah prestasi yang membanggakan. Penulis sangat bersyukur pernah bekerja sama dengan teman-teman dan semoga kiranya kita dapat selalu KALWEDO BASUDARA ―e.

Kepada saudara-saudari saya Etno 2010: Luhut Simarmata, Anna Purba S.sn, Chandra Marbun, Andi Sarumaha, Friska Simamora, Frita Pakpahan S.sn, Miduk Nadeak, Pretty Manurung, Yusuf Siregar, Rican Sianturi, Fernandes Simangunsong, Josua Siagian, Roman Hutagalung, Kezia Purba, Agus Tampubolon, Ruth Marbun, Shelly Pelawi, Ayu Matondang, Riska Prisila, Erni Banjarnahor, Meilinda Tarigan, Maharani Tarigan, Jenny Simangunsong, Benny Purba, A.M Surung, Roni Sinaga, Feri Sihombing, Indra Sihotang, Rendi Nasution, dan Hendra Gurning terimakasih untuk masa-masa yang telah kita ciptakan di Etnomusikologi. Penulis sangat bersyukur dapat memiliki teman-teman yang luar biasa seperti kalian. Penulis berdoa semoga kita dapat berhasil dan berjumpa di lingkungan yang baru.

Kepada senior dan junior di Etnomusikologi stambuk 2004-2014, penulis mengucapkan terimakasih untuk hari-hari yang penuh tawa dan canda selama berada di Etnomusikologi. Penulis sangat kagum atas keharmonisan pluralisme yang tercipta.

Medan, Oktober 2014

(11)

DAFTAR ISI

2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman ... 27

2.1.1 Riwayat Keluarga Burhanuddin Usman ... 32

2.1.2 Riwayat Pendidikan Burhanuddin Usman ... 36

2.1.3 Riwayat Pekerjaan Burhanuddin Usman ... 38

2.1.4 Riwayat Kepemusikan Burhanuddin Usman ... 40

BAB III PERANAN SAKSOFON DALAM BUDAYA MUSIK MELAYU .... 49

3.1 Musik Melayu ... 49

3.3 Fungsi dan Guna Saksofon pada Budaya musik Melayu ... 62

3.3.1 Fungsi Saksofon Pada Budaya Musik Melayu ... 62

(12)

3.4 Deskripsi Alat Musik Saksofon ... 66

3.5 Jenis Saksofon Tenor yang dipakai Burhanuddin Usman ... 68

BAB IV PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM BUDAYA MUSIK MELAYU ... 72 4.1 Peranan Burhanuddin Usman pada Perkembangan Musik Melayu ... 72

4.2 Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik ... 81

4.3 Peranan Burhanuddin Usman dalam Melakukan Estetika Musik Melayu: Cengkok, Gerenek, dan Patah lagu dalam Saksofon ... 85

4.4 Peranan Burhanuddin Usman dalam Penyajian Estetika ... 106

4.5 Peranan Burhanuddin Usman dalam pola tingkah laku sosial terhadap musisi lain ... 109 BAB V Kesimpulan dan Saran ... 111

5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 113

Daftar Pustaka ... xv

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman Bin Haji

Muhammad dan Halimaktus Sadiah ... 32

Tabel 2.1.1.1Keterangan nama-nama anak dari keluarga Burhanuddin Usman dan Siti Salma ... 34

Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya ... 44

Tabel 3.3.1 Keterangan fungsi musik menurut Alan P. Meriam (1964) ... 63

Tabel 3.4 Keterangan deskripsi jenis alat musik saksofon ... 67

Tabel 4.1 Berikut nama-nama pemain grup Al Wathan ... 75

Tabel 4.1 Nama-nama personil grup Dahlia ... 77

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.4 Burhanuddin Usman dengan grup El Suwaya ... 43

Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat kabar SRM Medan ... 46 Gambar 2.1.4 Berikut gambar hasil dokumentasi pada grup santen balade ... 47

Gambar 3.2.2.4 Berikut contoh gambar foto musik keyboard Melayu ... 62

Gambar 3.4.1 Keterangan Saksofon Tenor Burhanuddin Usman ... 70

Gambar 3.4.2 Saksofon Tenor ... 70

Gambar 3.4.2 Keterangan Microphone Burhanuddin Usman ... 71

Gambar 4.1Berikut ini gambar dari Burhanuddin Usman dan Alim Udin Nasution (ona Sutra) ... 78 Gambar 4.2 Berikut contoh foto Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon Melayu ... 83

Gambar 4.2 Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon Melayu ... 84

Gambar 4.4. Contoh baju adat Melayu ... 107

(15)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berisi tentang peranan Burhanuddin Usman sebagai pemain musik Saksofon. Peranannya ditinjau/difokuskan dalam kebudayaan musik Melayu eksistensinya sebagai pemusik dan kedudukan musiknya berlangsung selama 50 an tahun untuk menunjukan peranannya biografinya juga dituliskan.

Penelitian ini menggunakan 2 teori yaknik, teori Biografi dan teori Peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Untuk melaksanakan penelitian, penulis telah melakukan beberapa proses kerja, yaitu: studi dkepustakaan, observasi, wawancara, perekaman atau dokumentasi kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini berpusat pada pendapat para informan dalam konteks studi emik. Namun, penulis tetap melakukan penafsiran-penafsiran sesuai dengan kaidah ilmiah dalam konteks studi etik.

(16)

ABSTRACT

This thesis contains Burhanuddin Usman‘s Role as Saxophonist. His role is focused on Malay music culture. In Malay music culture, hs existence continues during 50 years. His biography is writen to show is role.

The research of used two theories : Biographic and musician sosial behavior that is shared by Merriam. It used qualitative method. For accomplishing it. Some work prousess have been exeelted there are literature study, observation, interview, recording, documentation activities, transcription, and laboratory analysis. This research is ancentrated to the informants opinicur in emic study antext. Never the less, I also support it by interpreting based on scientific principle in etic study antext.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini maknanya mencakup suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa dalam konteks perdagangan dan perniagaan. Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran barang dagang dan kesenian dari berbagai wilayah dunia. Demikian pula kesenian Melayu, mengikuti perkembangan budaya yang seperti itu.

(18)

Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian, menciptakan, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkannya untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru (Kayam, 1981:38-39). Manusia-manusia dalam suatu kebudayaan, bekerja dalam bidang-bidang seperti ekonomi, bahasa, agama, teknologi, sosial, pendidikan, dan kesenian.

Dalam bidang kesenian musik , manusia-manusia di dalamnya terdiri dari para manejer, seniman, pencipta atau pengkreasi seni seperti komposer, arranger, dan lain-lainnya. Adapun tokoh musik yang cukup terkenal secara nasional atau internasional, yang berasal dari Sumatera Utara antara lain: Guru Sauti, Tilhang Gultom, Jaga Depari, Lily Suheiri, Nahum Situmorang, dan lain-lainnya. Mereka menyumbangkan karya dan pikirannya untuk bidang kesenian dan menjadi bahagian dari pembangunan dan enkulturasi budaya masyarakatnya. Dengan demikian, sejarah hidup tokoh-tokoh kesenian ini perlu ditulis untuk menjadi bahan perenungan, transmisi nilai-nilai, dan bahan-bahan dasar untuk mencipta bagi generasi-generasi selanjutnya (Sitanggang, 2007:3).

(19)

Demikian pula dari seorang pemusik, kita bisa dapat belajar banyak mengenai ia merespon alam dan memungsikan bakat yang diberikan Tuhan kepadanya. Mengenai musik ini, di dalam etnomusikologi juga menjadi sebuah kajian dan wacana yang tidak ada habis-habisnya selagi musik dan pemusiknya itu masih ada dan fungsional di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Bahkan seorang pemusik ternama yang telah meninggal dunia pun akan tetap meninggalkan karya-karyanya, kepada manusia yang masih hidup. Segala aktivitas bermusik, karya komposisi musik, rekaman permainan musik itu menjadi bahan pembelajaran bagi semua orang, terutama yang perduli kepada budaya musik dan apa yang telah dilakukan untuk kelompok masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu diperlukan dokumentasi, baik berupa rekaman, kajian terhadap karya, pengembangan karya, sampai juga penulisan biografinya, dan lain-lain.

(20)

gaya Melayu. Gambus Melayu ini disebut pula dengan gambus belalang, karena merupakan mimesis dari bentuk belalang, menurut persepsi pemusik tradisi Melayu.

Tidak jarang pula, para pemusik mengadopsi alat-alat musik dari luar, dan kemudian menggunakannya untuk berbagai genre musik tradisinya. Ini fenomena yang lazim dalam konteks budaya global. Misalnya biola di Eropa awalnya diadopsi dari rebec yang ada di Turki. Alat musik rebec pun secara hostoris berasal dari rabab yang ada di Timur Tengah. Kemudian orang-orang Melayu menggunakannya dalam ensambel dondang sayang di Melaka, serta joget dan ronggeng. Rebab sendiri digunakan dalam ensambel musik makyong. Jadi baik

(21)

Ini pula yang terjadi di kalangan pemusik saksofon untuk pertunjukan musik-musik Melayu, termasuk yang ternama adalah Burhanuddin Usman. Karakter khususnya adalah pada garapan melodinya yang khas, yang mengacu kepada konsep dan struktur musik Melayu, di mana ia hidup sebagai warga Melayu Sumatera Utara. Berdasarkan kreativitasnya dalam memainkan saksofon dalam gaya musik Melayu, maka itu menjadi identitas dirinya dan sekaligus perannya dalam bidang seni musik di Sumatera Utara.

Selain perannya di bidang estetika dalam komposisi musik Melayu, maka peran beliau lainnya adalah peran sosial. Ia terlibat secara aktif sebagai pemusik, pengelola pertunjukan musik dan tari Melayu, dan yang tak kalah penting adalah perannya dalam membina pemusik Melayu di kalangan generasi muda. Begitu juga dengan berbagai perannya dalam pendidikan pertunjukan musik.

Burhannudin Usman (usianya pada tahun 2014 ini 70 tahun). Burhannudin Usman merupakan seorang pemusik yang sudah paham dengan perkembangan musik Melayu. Berangkat memahami dunia musik Melayu pada usia 12 tahun Burhanuddian Usman hingga pada saat ini masih turut andil dalam mengembangkan musik Melayu. Burhanuddin Usman adalah salah seorang seniman Melayu yang handal dalam memainkan alat musik saksofon, yang awalnya ia mulai dari bermain alat musik seruling (klasifikasi side blown flute). Kemudian selaras dengan perkembangan zaman, ia bermain alat musik clarinet, dan alat musik saksofon.

(22)

pada tahun 1955. Pada masa itu, Burhanudin Usman dalam kelompok seni ini, bermain alat musik seruling. Lokasi latihan atau markas tempat grup ini, berada di Kampung Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan.

Setelah ikut bergabung dengan grup ini selama beberapa bulan, Burhanuddin Usman sudah mulai diikutkan main atau tampil bila ada hajatan (pesta) di sekitar lokasi tempat grup ini. Kemudian penampilan perdana Burhanuddin Usman di luar Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 1958 pada acara peresmian Al-Wathan di Gedung Nasional.

Seiring perjalanannya sebagai pemain seruling, Burhanuddin Usman juga menyempatkan diri untuk belajar alat musik tiup lainnya, yaitu clarinet dan saksofon. Burhanudin Usman belajar clarinet dan saksofon dengan Azrain Sulaiman ,seorang pemain saksofon Uril (Urusan Moril) Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) I Bukit Barisan. Setelah cukup menguasai permainan alat musik saksofon ini, Burhannudin Usman sudah mulai memadukan saksofon pada setiap pertunjukan Orkes Melayu. Pertunjukan Orkes Melayu alat-alatnya terdiri dari gendang ronggeng, akordion (harmonium), biola, dan seruling.

(23)

Pada tahun 1960, Burhanuddin Usman kembali ke Medan. Saat itu, untuk mengelola karirnya sebagai pemusik, ia bergabung dengan grup musik aliran padang pasir, yaitu Al-Wathan Tanah Air. Grup ini menurut keterangan beliau, adalah kepunyaan dari harian Waspada yang bertempat di Gedung Nasional Medan. Namun, Burhanuddin Usman juga dalam organisasinya tidak hanya pada grup ini saja, melainkan Burhanuddin Usman juga ikut bergabung pada grup musik-musik lainnya, antara lain adalah:

1. Melayu Ria Grup, yang pemimpinnya Kepala PP dan K (Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) Provinsi Sumatera Utara.

2. Sukma Murni Grup, yang dipimpin oleh Muhammad Ilyas, dan salah satu penyanyinya yang terkenal dalam kebudayaan musik Melayu adalah Nur Ainun.

3. Budi Pekerti Grup, pemimpinnya Pak Saleh.

4. Rangken Deli Grup, pemimpinnya Rusdi pencipta lagu Kenanganku. Masih banyak lagi grup yang pernah kerjasama dengan Burhanuddin Usman.

(24)

pada waktu itu. Setelah diawali dari tahun 1966 hingga sekarang, Burhanuddin Usman sekarang sudah banyak bermain dibanyak tempat dan sekarang namanya juga sudah menjadi perhatian orang banyak khususnya bagi pemusik-pemusik Melayu.

Melalui latar belakang kehidupan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon untuk lagu-lagu Melayu seperti terurai di atas, maka sangatlah relevan untuk dikaji perannya, baik itu peran estetika (garapan melodi menurut budaya musik Melayu), peran kebudayaan (berupa akulturasi kreatif), dan peran sosial (peran membina hubungan baik dengan para pemusik, seniman, dan semua orang) melalui pendekatan etnomusikologi. Ilmu ini adalah bidang yang penulis pelajari selama empat tahun terakhir ini, dengan ilmu-ilmu yang penulis peroleh dari para dosen, baik itu dosen teori atau juga praktik di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(25)

beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun 1976.1

Dari 42 (empat puluh dua) definisi tentang etnomusikologi dapat diketahui bahwa etnomusikologi adalah fusi dari dua disiplin utama yaitu musikologi dan antropologi, pendekatannya cenderung multidisiplin dan interdisiplin. Etnomusikologi masuk ke dalam bidang ilmu humaniora dan sosial sekaligus, merupakan kajian musik dalam kebudayaan, dan tujuan akhirnya mengkaji manusia yang melakukan musik sedemikian rupa itu. Walau awalnya mengkaji budaya musik non-Barat, namun sekarang ini semua jenis musik menjadi kajiannya namun jangan lepas dari konteks budaya. Dengan demikian, masalah definisi dan lingkup kajian etnomusikologi sendiri akan terus berkembang dan terus diwacanakan tanpa berhenti.

1

(26)

Menurut Alan P. Merriam (1964) salah satu ruang lingkup kajian di dalam etnomusikologi adalah pemusik, dengan tumpuan utamanya perilaku sosil, verbal, dan fisik. Menurutnya salah satu tipe perilaku pemusik dalam proses menghasilkan musik, adalah penting melihat diri pemusik itu serbagai anggota masyarakat.

Dengan melihat latar belakang di atas, penulis ingin melihat apa saja peranan Burhanuddin Usman terhadap musik Melayu dengan mengangkat judul skripsi Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon dalam Budaya musik Melayu.

1. 2 Pokok Permasalahan

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mantle Hood dan Willi Apel (1969:298) tentang etnomusikologi, yaitu ilmu yang menggunakan suatu metode yang mempelajari musik apa pun, tidak hanya dari segi musiknya, tetapi juga melihat hubungan dengan konteks budaya, juga hubungannya dengan masyarakat. Oleh karena itu, yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon dalam Budaya musik Melayu. Dalam konteks ini peranan yang dimaksud

mencakup pembahasan Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon serta melihat apa-apa saja yang dibuat ataupun dilakukan

(27)

Untuk mengkaji pokok permasalahan di atas maka penulis akan membuat beberapa alasan untuk melakukan penelitian, konsep penelitian, pendapat-pendapat dasar yang tentunya dilandaskan pada beberapa teori dasar yang menjadi landasan penulisan untuk melakukan penelitian.

1. 3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui dengan cara mendeskripsikan biografi seorang pemusik Melayu yang dianggap penting oleh masyarakat Melayu Sumatera Utara, yaitu Burhanuddin Usman.

2. Untuk mengetahui dengan cara mengkaji peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon terhadap musik Melayu.

3. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Menambah pengetahuan tentang alat musik saksofon yang berkembang dalam kebuyaan musik etnik, dalam hal ini etnik Melayu.

1. 3. 2. Manfaat

(28)

2. Dapat mengetahui peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon musik Melayu.

3. Dapat sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk peneliti berikutnya. 4. Sebagai proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti

perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

5. Merupakan syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi.

1.4Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991). Dengan demikian konsep ini bersifat abstrak namun berasal dari kenyataan-kenyataan sosial, budaya, eksakta, dan lain-lainnya.

Peranan adalah bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Burhanuddin Usman atau biasa juga dikatakan Pemusik (wawancara pada 6 april 2014 datuk Ahmad Fauzi). Pemusik ialah seseorang yang mampu dan memahami sebuah musik dan sudah mendapat sebuah pengakuan dari masyarakat pendukung. Dalam konteks ini pemusik tersebut penekananya terhadap biografi.

(29)

konteks ini, peranan Burhanuddin Usman untuk membuat sebuah tulisan biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon guna melihat peranannya dalam musik Melayu.

Pemusik adalah katagori tokoh-tokoh dalam musik dan pemusik juga merupakan orang-orang yang dapat memainkan alat musik dan telah diakui oleh masyarakat pendukung. Sedangkan saksofon adalah alat musik yang tergolong dalam single reed aerophone (alat musik tiup yang materi penggetar bunyinya terdapat satu buah reed). Saksofon diciptakan oleh Adolph Sax pada tahun 1814 (wikipedia). Saksofon termaksud salah satu jenis alat musik yang merupakan pengembangan dari alat musik clarinet (single reed aerophone). Dalam konteks ini pemusik saksofon dapat diartikan orang-orang yang dapat memainkan alat musik saksofon.

Selanjutnya, konsep budaya menurut seorang ahli Antropologi, E.B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture, yaitu bahwa kebudayaan atau budaya

adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Musik telah menjadi ciri dari kehidupan masyarakat dan kehadirannya semakin penting terutama sebagai hiburan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Merriam (1964) bahwa salah satu fungsi musik adalah fungsi hiburan. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun genrenya dalam kebudayaan.

(30)

sekitarnya. Musik ini biasanya dinyanyikan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang diiringi pula dengan tarian khas Melayu setempat misalnya tari persembahan dalam perhelatan atau pesta adat penyambutan tetamu kehormatan dan dalam kegiatan keagamaan (wikipedia Indonesia). Dalam konteks ini budaya musik Melayu difokuskan pada musik Melayu yang berkembang di Kota Medan.

1.4.2. Teori

Untuk mengkaji biografi (riwayat hidup) pemusik saksofon melayu, yaitu Burhanuddin Usman, digunakan teori biografi. Perlu dijelaskan bahwa teori biografi dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang sastra misalnya melalui buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dipergunakan untuk mendeskripsikan hidup pengarang atau sastrawan. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek yaitu:

(31)

2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang berupa buku, maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk naskah karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai ia meninggal.

3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi.

Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori di atas juga dapat digunakan dalam bahasan ini, dan mengganti objek bahasan yang diteliti yang mana sebelumnya membahas tentang pengarang, kemudian diubah objeknya menjadi pemusik.

Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

(32)

biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu.

Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tidak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walaupun demikian, beberapa hal yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak anda tuliskan.

(33)

resiko, atau dengan keberuntungan; (h) apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup, bagaimana bisa, dan mengapa.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Tujuannya adalah supaya cerita peneliti lebih menarik.

Dalam tulisan ini, biografi yang penulis maksud adalah kisah riwayat hidup Burhanuddin Usman sebagai pemusik Melayu Sumatera Utara. Adapun bentuknya bukan berupa biografi singkat tetapi adalah biografi panjang. Adapun sejak awal penulis ingin mengemukakan secara rinci dan selengkap-lengkapnya tentang kisah kehidupan Burhanuddin Usman, tentu saja ditulis dalam gaya bercerita yang baik seperti yang dikemukan dalam teori biografi di atas.

Seperti dikemukakan sebelumnya, melalui biogafi ini, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan Burhanuddin Usman, serta rahasia-rahasia (misteri) yang melingkupi hidupnya selama ini, serta tindakan dan perilaku hidupnya sebagai seniman Melayu. Biografi yang penulis kaji ini termasuk kepada biografi yang menceritakan kehidupan orang yang terkenal, yaitu Burhanuddin Usman yang populer di kalangan seniman, budayawan, dan rakyat awam Melayu di Sumatera Utara. Demikian kira-kira teori biografi yang penulis pergunakan untuk menganalisis kehidupan Burhanuddin Usman sebagai seniman Melayu Sumatera Utara.

(34)

mengkaji peranan pemusik itu melalui tiga aspek perilaku, yaitu (1) prilaku fisik, they must manipulate the vocal cords and the diaphragm if the sound is to be vocal. Techniques of playing music instruments have been rather widely discussed in the ethnomusicological literature, and but two or three examples will suffice here. Among the Bashi people of the Eastern Congo (Leopoldville), the mulizi is a notched, end-blown flute played primarily by cattle herders (1964:103). …

Menurut Merriam prilaku fisik merujuk kepada fakta bagaimana pemusik dan alat musiknya menghasilkan suara atau bunyi, setiap pemusik memetikkan jari-jarinya dan menggunakan bibir dan diafragmanya dalam rangka menghasilkan bunyi dari suaranya. Teknik memainkan alat-alat musik tidak begitu luas didiskusikan di dalam bahan-bahan bacaan etnomusikologi, hanya ada dua atau tiga yang dicontohkan oleh Merriam.

The second kind of behavior which exists in respect to music is verbal behavior, to wheter extent it may be used, about music sound. This, too, of course, is a reflection of underlying concepts of music, but in this case applied spesifically to what people say about music structure and the criteria which surround it.

(35)

here, then, is not wheter criteria of excellence exixst, but rather wheter and how they are verbalized (Merriam, 1964:114-115).

Lebih jauh lagi, prilaku verbal dalam kajian etnomusikologi, dijelaskan oleh Merriam bahwa beranjak dari bunyi musik, maka manusia pendukung kebudayaan musik itu akan mengatakan tentang struktur musik dan kriteria musik tersebut. Mungkin yang paling sering menjadi bahan kajian mengenai prilaku verbal ini adalah pertunjukan musik: apa saja standar-standar kehebatan dalam pertunjukan musik. Seperti yang dikemukakan oleh Scapiro bahwa gaya musik itu berarti bentuk konstan—dana kadang-kadang unsur-unsur konstan, kualitas, dan ekspresi musik—yang dilakukan baik dalam seni musik yang dibawakan secara individu maupun kelompok.

A third type of behavior in the music process is that or the musician who, no less than any other individual, is also a member of society. As a musician, he plays a spesific role and many hold a combination of both. In nearly every case, however, musicians behave socially in certain well-defined ways, because they are musicians, and their behavior is shaped both by the their own self-image and by the expectations and stereotypes of the musicianly role as seen by society at large.

The initial problem is assessing the social behavior of the musician is whether he is or not a specialist. The prevaling view seems to be that musicians in noliteratr societies are not specialists; this has been explicitly stated be Nettl, who writes.

(36)

Africa‖ from this general statement, but his position as stated seems to be accepted by many ethnomusicologists. There are, however, two major objections to this view. The first is that it is not clear what is meant by ―specialization‖ in this context, and the second is that the information available to us about musicians around the world simply does not seems to bear out the contentions.

Viewed in broadest prespective, the amount of labor which must be performed in any given society can either be performed by all members of the community indiscriminately or it can be divided, with specific kinds of tasks assigened to spesifig groups of individuals. There seem to be no societies in which labor differentiation is absent. The most commondivision of labor is made upon sex and age lines for women‘s work differs from men‘s and the work of the young differs from that of the old. Labor may also be divided along lines of caste or guild, membership is associations of other kinds, hereditary, position, affiliations with a particular sicoal group, and so forth, Herskovits assigns the term ―division of labor‖ to those situations in which‘… we speak of the splitting up of the total amount of effort needed to keep the economy of a given society operationg at its customary rate of efficiency ― (1952 : 124-25)

In this situation, each of the sub-groups whose members perform a particular calling, and the kind of the labor each performs in achieving this can be deoted as its ‗specialization‖ (p.125). thus the societiest individual exist whose skill at making music is recognized in some way as being superior to that of other individuals so that they are called upon, or simply take their ―fightful‖ place, in musical situations. It is doubtful that there exists any goup in which absolute equality of music performance among all members is either a fact or a supposition.

(37)

sosialnya. Mereka ini bisa saja dipandang sebagai pemusik yang tidak profesional atau juga pemusik yang profesional. Kedudukannya bisa saja dipandang tinggi atau juga dipandang rendah oleh masyarakatnya. Namun bagaimana pun, setiap pemusik memiliki peran sosial dalam konteks masyarakatnya ini. Selain itu dalam memandang peran sosial pemusik ini adalah apakah ia seorang pemusik yang khusus (spesial) atau tidak. Selain itu, bagaimana orang memandangnya atau juga pendapat-pendapat orang lain yang bisa (stereotipe) kepadanya. Ini dapat dilihat dari berbagai contoh di dalam masyarakat primitif yang tidak memiliki pemusik spesialis. Begitu juga bagaimana peran gender di dalamnya.

Dengan kedua teori inilah, yaitu teori biografi dan teori prilaku fisik, verbal, dan sosial pemusik yang penulis gunakan dalam mengkaji pemusik saksofon (saksofonis) dalam budaya Melayu, yaitu Burhanuddin Usman. Melalui teori biografi akan dideskripsikan riwayat hidup dan terutama kepemusikannya, yang diurai menurut dimensi waktu dan ruang yang dilaluinya. Berikutnya untuk mengkaji peranan Burhanuddin Usman digunakan teori prilaku fisik, verbal, dan sosial. Dengan menerapkan teori ini, maka diharapkan akan dapat menjawab pokok permasalah yang telah dibuat.

1.5 Metode Penelitian

(38)

Dalam penelitian ini metode yang penulis lakukan dengan cara mencari tahu dan mewawancarai informan pangkal dan juga informan kunci. Penulis juga melakukan metode penelitian kuliatatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung kepada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya ( Kirk dan Miler dalam Moleong, 1989:3). Melalui pendekatan metode ini penulis memusatkan atau memfokuskan objek yang akan diteliti menjadi tulisan ilmiah.

Menurut Curt Sachs (1962:16) bahwa dalam penelitian etnomusikologi ada dua hal yang harus dilakukan yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium. Penelitian lapangan mencakup observasi langsung, wawancara, dan merekam musik yang akan diteliti, sedangkan kerja laboratorium adalah untuk membahas dan menganalisis data yang didapatkan setelah penelitian di lapangan. Dengan demikian penulis membagi kedua metode tersebut dalam dua kelompok yaitu sebagai berikut.

1.5.1 Pemilihan Informan Kunci

(39)

Tahan Perjuangan Manurung mengemukakan 3 orang pemusik saksofon gaya Melayu di Kota Medan yaitu Burhanuddin Usman, Tengku Bustami, dan Fu‘ad.

Selanjutnya penulis meneruskan pencarian informasi dengan bertanya kepada Bapak Datuk Ahmad Fauzi yang juga salah satu dosen di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, mengenai sedikit gambaran tentang Burhanuddin Usman, ia menyebutkan bahwa Burhanuddin Usman adalah pemain satu group musik dengan ayahandanya Datuk Rahman yang seorang pemain biola yang andal di masanya. Datuk Ahmad Fauzi menyebutkan bahwa Burhanuddin Usman merupakan pemusik Melayu yang sudah cukup diakui dikalangan pemusik Melayu dan layak untuk diangkat dan dijadikan sebagai contoh seorang pemusik saksofon Melayu guna untuk melengkapi bahan penelitian dalam bidang kajian Etnomusikologi. Kemudian penulis juga melakukan pengamatan lapangan mengenai Burhanuddin Usman, penulis mendapatkan bahwa untuk melengkapi sebuah tulisan skripsi ini, Burhanuddin Usman sangat layak dijadikan informan kunci dengan peranannya yang banyak dijadikan sebagai bahan pembelajaran pemusik saksofon Melayu lainnya. Dengan demikian penulis telah menunjukan Burhanuddin Usman sebagai informan kunci dan sebagai sumber penelitian.

1.5.2 Kerja Lapangan

(40)

1.5.2.1 Metode Observasi

Berdasarkan pendapat dari Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif, (2007:115), observasi atau pengamatan adalah kegiatan

keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti, telinga, hidung, kulit, dan mulut. Kerena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja dari panca indra mata serta yang lainnya. Metode observasi adalah pengumpulan data yang dingunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Dalam metode observasi ini penulis melakukan observasi langsung ke lapangan. Yaitu langsung bertempat di lokasi di mana Burhanuddin Usman tinggal di Jalan Kampung Besar, nomor 8 di Kecamatan Medan Labuhan, serta di lokasi di mana Burhanuddin Usman melakukan kegiatan bermusiknya pada berbagai tempat.

1.5.2.2 Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara jenis wawancara riwayat secara lisan (Meolong, 2000:137). Wawancara ini merupakan mewawancarai langusng bertatap muka peneliti dengan sang impormant kunci secara mengalir tanpa adanya draf pertanyaan yang tersusun.

(41)

menggembangkannya menurut arah dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan kunci yaitu Burhanuddin Usman. Dalam rangka menggali aspek biografinya, penulis juga mewawancarai orang-orang yang terdekat dengan beliau yaitu anak-anaknya.

1.5.2.3 Metode Merekam

Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung antara lain kamera digital merk Nikon D600. Kamera digunakan untuk merekam proses wawancara dan saat masa observasi atau penelitian lapangan serta pengambilan gambar pada saat beliau meraih prestasi dan karya-karya lainnya. Tidak lupa juga meneliti membawa catatan untuk mencatat hal-hal yang penting mengenai Burhanuddin Usman khususnya riwayat hidupnya sebagai seniman Melayu. Data audio kemudian ditranskripsi dalam bentuk tulisan yang disimpan di flash disk. Kemudian bahan-bahan yang diperlukan disunting dan dimasukkan sesuai dengan keperluan penelitian ini. Selanjutnya bahan-bahan yang berbentuk gambar penulis simpan dalam bentuk format visual dan ditransfer ke dalam bentuk jpg, untuk memudahkan mengedit dan menyisipkan gambar ini.

1.5.3 Kerja Laboratorium

(42)
(43)

BAB II BIOGRAFI

Burhanuddin Usman adalah seorang seniman Melayu, khususnya ahli di dalam memainkan alat musik saksofon. Selain itu Burhanuddin Usman juga dapat bermain alat musik seruling, Burhanuddin Usman sudah dikenal bukan hanya pada masyarakat Melayu di Kota Medan saja, tetapi Burhanuddin Usman juga sudah dikenal pada masyarakat Melayu Sumatera Utara. Sebelum mengenal lebih jauh tentang Burhanuddin Usman, maka alangkah baiknya dideskripsikan lebih dahulu lingkungan sosial budaya masyarakat Melayu Sumatera Utara yang merupakan sebagai wilayah budaya yang luas, yang juga merasa memiliki Burhanuddin Usman.

2.1Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman

Burhanuddin Usman merupakan seorang laki-laki yang latar belakangnya budaya Melayu. Kedua orang tuanya juga suku Melayu. Burhanuddin Usman juga mengunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, Burhanuddin Usman secara sosiobudaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu. Khususnya Melayu Deli Sumatera Utara. Dalam melihat kebudayaan Melayu, penting untuk melihat unsur-unsur dalam kaitanya kepada kebudayaan Melayu yang dilakukan Burhanuddin Usman.

(44)

kebudayaan masyarakat Melayu. Kepercayaan yang sebelumnya yakni memuja dewa-dewa, hantu-hantu, dan roh-roh berubah menjadi menyembah kepada Allah Subhanahuwata‟ala, Tuhan Yang Ahad.

Puncak penerimaan Islam secara keseluruhan pada masyarakat Melayu ditandai dengan adanya falsafah masyarakat, yaitu adat yang berlandaskan kepada hukum Allah, yang dituangkan lewat firman-firman-Nya ke dalam Al-qur‘anulkarim dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian

dalam budaya Melayu ajaran Islam ini dikonsepkan dalam falsafah Adat bersendikan syarak (syari‟at hukum Islam), syarak ber-sendikan Kitabullah (Kitab Allah atau Al-Qur‘an).

Konsep di atas lahir karena ajaran mengandung norma-norma hubungan manusia dengan Allah SWT (hubungan vertikal atau hablumminAllah) dan hubungan sesama manusia serta manusia dengan alam (hubungan horizontal atau hablumminannas). Manusia dituntut agar dapat menjaga, mengharmoniskan dan

melestarikan keseimbangan antara kedua hubungan tersebut.

Menurut Gazalba (1983:51-55), agama Islam yang dianut masyarakat Melayu dianggap mereka sebagai petunjuk, yang memadukan kepentingan agama dengan kebudayaan dalam bentuk peraturan yang tetap. Aturan tentang kebudayaan adalah mengenai prinsip-prinsip dasar kehidupan manusia dan cara pelaksanaannya. Misalnya, bagaimana seseorang mencari nafkah, membina hubungan antar manusia, melestarikan alam, menikah, melaksanakan shalat, serta fadhu kifayah, dan lain-lain.

(45)

sebagai pelaku budaya, tetapi tidak melanggar ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Misalnya saja dalam berkesenian, dalam Islam dianjurkan untuk tidak membuat seni yang menimbulkan khayalan sensual yang dapat menjerumuskan manusia kedalam keasyikan sehingga melupakan kewajibannya dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Begitu pula dalam berpakaian. Islam telah menetapkan agar umat Islam memakai pakaian yang menutup segala auratnya sehingga terhindar dari dosa ; sedangkan bagaimana cara memakainya diserahkan kepada manusianya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam tidak membenarkan penyembahan yang lain kecuali Allah SWT. Hal ini ditegaskan dengan dua kalimat syahadat apabila seseorang memeluk agama Islam yaitu : Asyhadualla illaha illallah, Wassyhaduanna Muhammadarrasulullah, yang

artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah. Ini berarti bahwa manusia harus tunduk dan

menyembah kepada Allah dan bukan tunduk kepada Alam atau kekuasaan apapun yang ada di muka bumi ini.

Setelah masuknya Islam dan dijadikan falsafah hidup oleh masyarakat Melayu. Maka kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut disesuaikan dengan ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam juga di kenal konsep alam gaib, yakni percaya kepada makhluk gaib seperti malaikat, setan, jin, dan lain-lain. Inilah yang akhirnya dijadikan alasan masyarakat Melayu untuk tetap percaya kepada dunia gaib dan makhluk-makhluknya, yang dikenal dengan istilah “sinkretisme”. Sinkretisme adalah penggabungan dua ajaran antara kepercayaan dengan agama.

(46)

aktivitas kesenian mereka maupun dalam kehidupan sosial budaya mereka. Penggabungan itu terjadi karena pengaruh kepercayaan animisme begitu kuat melekat dalam diri masyarakat Melayu secara umum sehingga sulit dihilangkan. Walaupun dalam agama Islam sangat dilarang untuk menyembah kekuatan dan kekuasaan apapun di bumi selain kepada Allah SWT.

Seperti di ketahui bahwa, kepercayaan animisme sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Melayu selama 1200 tahun, yaitu sejak abad I Masehi sampai dengan abad XIII Masehi. Ini juga disebabkan ketika pertama kali agama Islam masuk pada masyarakat Melayu, bukan berdasarkan pemaksaan ataupun kekerasan, melainkan terlebih dahulu disesuaikan dengan adat dan budaya pemeluknya. Kemudian perlahan-lahan di ubah kearah hukum dan tatanan norma Islam.

Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya. Bahasa juga merupakan sub-kebudayaan. melihat tingkah polah individu, keluarga, etnis, ataupun bangsa dapat dilihat melalui bahasa yang di gunakan (H. Amir Ridwan, 2002:108).

Sikap dan kebiasaan berbahasa dari suatu kelompok individu merupakan satu wujud kebudayaan yang dihasilkan melalui ide, norma dan gagasan. Penutur bahasa Melayu adalah masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau homo loques yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, walaupun pada

(47)

khususnya dalam memperkaya kosa-kata selalu terbuka untuk bahasa asing melalui kontak bahasa. Sebagai contoh dari bahasa Belanda, seperti kata dongkrak berasal dari kata dommekracht, bengkel dari winkel, supir dari chauffeur. Namun demikian, struktur bahasa Melayu tidak berubah mengkekalkan identitas yang diwarisi sebagai pernyataan orang Melayu dan keturunanya.

Setiap suku bangsa (etnis) pasti mempunyai peraturan adat yang berbeda dengan suku bangsa yang lainnya. sesuai dengan pegangan dan pandangan hidup mereka masing-masing. Adat-istiadat ini selalu berkaitan erat dengan sistem dan tata nilai dari budaya mereka masing-masing yang dijadikan panduan dalam bertingkah laku dan berperilaku sosial terhadap masyarakatnya.

Masyarakat Melayu seperti halnya kelompok masyarakat yang lainnya, memiliki adat-istiadat yang berhubungan dengan alam kehidupan mereka yang dikenal dengan istilah Rites the passage (Ritus peralihan). Rites de passage adalah ritus peralihan atau upacara adat-istiadat dalam mengahadapi perubahan kehidupan dari mulai lahir sampai dengan kehidupan dunia. Setiap peralihan tersebut selalu disertai dengan upacara khusus, misalnya usia balita memasuki usia remaja selalu disertai dengan upacara-upacara untuk memberikan bekal bagi si anak dalam mengahadapi usia remaja, dan lain-lain.

(48)

2.1.1 Riwayat Keluarga Burhanuddin Usman

Burhanuddin Usman lahir di Medan, 70 tahun yang lalu. Burhanuddin Usman merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah. Ayah dan Ibunya berasal dari suku Melayu, pekerjaan ayahnya Beacukai sedangkan Ibunya seorang ibu rumah tangga. Dari kedelapan saudara Burhanuddin Usman, hanya ia yang memiliki jiwa seni dan menjadi pekerja seni. Berikut ini urutan dari keturunan Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah.

Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah.

Nomor Urutan Nama

1 Anak pertama Syfi‘i

2 Anak kedua Nur Aidah

3 Anak ketiga Nur aini

4 Anak keempat Nasaruddin

5 Anak kelima Hasni

6 Anak keenam Rafiin

7 Anak ketujuh Burhanuddin Usman

(49)

Burhanuddin Usman tidak pernah dilarang untuk menjadi pekerja seni. Menurut saudaran-saudari, Burhanuddin Usman sangat memiliki jiwa seni yang sangat tinggi dan berbakat. Dengan demikian ke tujuh saudara-saudari burhanuddin Usman selalu mendorong untuk selalu mengembangkan bakat dan kreatipitasnya. Namun, ayah Burhanuddin Usman berpendapat sebagai Islam menggangap musik itu Makrho. Atau bilamana musik itu dimainkan tidak membuat nilai dosa sedangkan jikalau musik itu ditinggalkan berpahala. Contoh lain Makrho seperti halnya Rokok. Jikalau seseorang itu merokok ia tidak berdosa sedangkan jikalau ia meningalkan aktipitas merokok ia berpahala. Dengan demikian ayah dari Burahanuddin Usman tidak pernah melarang Burhanuddin Usman untuk menjadi pelaku seni.

Burhanuddin Usman menikah pada usia 27 tahun oleh Siti Salma. Siti Salma masih merupakan saudara jauh dari Burhanuddin Usman yaitu anak Macik atau anak dari adiknya, adik ibu Burhanuddin Usman. Namun, pada waktu mereka menjalin kedekatan mereka tidak mengetahui bahwa mereka masih memiliki ikatan dari garis keturunan ibunya masing-masing. Proses pendekatan ini mulanya dilakukan pada waktu perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia atau sering juga disebut perayaan 17an. Mereka sering menonton pertunjukan seni 17an dan lambat laun benih asmara itu timbul. Sampai pada jalinan asmara atau pacaran ini terjadi selama 1 bulan saja. Sampai kemudian terjadi proses pinangan dan pernikahan.

(50)

dijalankan cukup lama kisaran waktu lebih dari satu tahun menjalin hubungan pacaran. Namun karena ia tahu mau dilamar oleh Burhanuddin Usman ia menolak untuk melanjutkan jalinan asmara ataupun pacaran dengan alasan yang tidak jelas. Dari sini lah Burhanuddin Usman mencari wanita lain dan akhirnya bertemu dengan Siti Salma lalu sampai kepada jenjang pernikahan.

Pernikahan Burhanuddin Usman dan juga Siti Salma dilakukan sekitar tahun 1971 yang bulan dan tanggalnya tidak diketahui secara tepat. Pernikahan ini dilakukan dengan budaya Melayu yang mana orang tua dari Siti Salmah itu budaya Melayu juga. Bentuk mahar atau emas kawin yang diberikan Burhanuddin Usman pada pernikahan ini berbentuk uang sebesar dua puluh satu ribu (Rp: 21.000). Setelah pernikahan ini Burhanuddin Usman sekarang tetap pekerjaannya sebagai pekerja seni dan ibu Siti Salma sebagai ibu rumah tangga saja (IRT). Pernikahan Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini dikaruniakan anak 5 orang.

Tabel 2.1.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga dari Burhanuddin Usman dan Siti Salma

Nomor Nama Usia

1 Avivah 39 tahun

2 Fauzah 37 tahun

3 Hidayati 35 tahun

4 Ainah 33 tahun

(51)

Dari kelima anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini, anak-anaknya tidak ada memiliki aliran seni yang besar atau tidak ada yang melanjutkan profesi dari orang tuanya sebagai Pemusik. Ini bukan tidak dicoba oleh Burhanuddin Usman dan Siti Salma untuk menurunkan pengetahuan seni bapak nya kepada anak-anak mereka. Kelima anak-anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma dari mulai sejak kecil sudah selalu dibawah atau diperkenalkan tentang dunia kesenian jikalau ia show (pertunjukan) atau melakukan latihan-latihan musik. Namun inilah seni itu menurut Burhanuddin Usman, jikalau anak tidak ada dalam dirinya bakat seni sulit untuk memaksa ia untuk bisa melakukan kreatipitas dari seni itu.

Burhanuddin Usman dalam menamai anak pertamanya Avivah terinspirasi dengan salah satu pemain alat musik Bongo yang bernama Avivah. Pemain alat musik Bongo ini dalam permainannya sangat mahir. Avivah juga merupakan pemain alat musik Bongo pada grup-grup musik Melayu yang sangat terkenal. Jadi Burhanuddin Usman menamakan anak pertamanya Avivah yang berharap anaknya ini bisa mengikuti Avivah pemain Bongo supaya bisa mahir dalam dunia kesenian musik. Khususnya kesenian musik Melayu.

(52)

kepercayaan lokal. Namun, tidak membuat penyakit Burhanuddin Usman itu menjadi sembuh.

Inilah riwayat dari keluarga besar Usman Bin Muhammad dan Halimatus Sadiah serta Burhanuddin Usman dan Siti Salma sebagai faktor pendukung dalam dunia seni Burhanuddin Usman.

2.1.2 Riwayat Pendidikan Burhanuddin Usman

Sekitar tahun 1951, untuk tingkat sekolah dasar Burhanuddin Usman bersekolah di sekolah rakyat (SR) Labuhan yang berlokasi di jalan Labuhan Deli. Jenjang sekolah rakyat sampai kelas 3. Saat itu Burhanuddin Usman sedang berusia 7 tahun. Menarik dari Burhanuddin Usman, Burhanuddin Usman tidak seperti siswa yang lainya dimana harus mengikuti kegiatan dari kelas 1. Namun, Burhanuddin Usman langsung pada tingkat atau kelas 3. Burhanuddin Usman langsung berada di kelas 3, karena menurut guru-guru siapa yang sudah pandai membaca bisa langsung kekelas 3. Dengan demikian Burhanuddin Usman hanya setahun dalam sekolah rakyat Labuhan.

Kemudian Burhanuddin Usman melanjutkan sekolahnya ke sekolah agama. Tingkatan setelah sekolah rakyat yang Burhanuddin Usman lakukan. Pertama Burhanuddin Usman bersekolah Yayasan Alwasliyah jenjang IBTIDAIYAH selama 6 tahun yang bertempat di Pulau Brayan. Proses kedua juga

Burhanuddin Usman bersekolah masih di Yayasan Alwasliyah jenjang TSANAWIYAH selama 3 tahun yang berlokasi di jalan Pulau Brayan. Pendidikan

(53)
(54)

musik. Dan ini juga menjadi proses dalam bermusiknya sebagai pemusik seruling dan Saksofon hingga saat ini.

2.1.3 Riwayat Pekerjaan.

Sampai saat ini pekerjaan tetap Burhanuddin Usman adalah seorang seniman. Burhanuddin Usman bergerak di bidang seni musik yaitu sebagai pemain Saksofon dan seni lukis yaitu sebagai pembuat Lukisan. Orang- orang disekelilingnya biasa memanggilnya dengan sebutan Uwak Buyung, namun kalau diatas pentas pangilannya Si Terompet Maut. Hal ini menjadi menarik mengenai panggilannya si Terompet Maut karena Burhanuddin Usman bukan memainkan alat musik Terompet melainkan Saksofon. Namun, karena nama alat musik Saksofon tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Dan alat musik ini mirip seperti Terompet masyarakat sering menyebutnya dengan Si Terompet Maut. Dikatakan juga Maut karena dalam memainkan alat musik Saksofon jari-jarinya amatla cepat sehingga orang-orang terkagum-kagum.

(55)

Burhanuddin Usman juga pernah menjadi buruh pabrik selama kurang lebih 8 bulan pada tiga pabrik yang pernah ia jalani. Pekerjaan di pabrik ini Burhanuddin Usman sebagai posisi Buruh pabrik. Berikut ini nama-nama pabrik yang pernah Burhanuddin Usman bekerja yaitu:

1. Pabrik Asbes ― Bukit Tan‖ selama 3 bulan. Di KIM (kawasan industri Medan)

2. Pabrik Karet dan Ban ― Timur Raya‖ selama 3 bulan. Di KIM (kawasan industri Medan)

3. Pabrik Karet ― Denyu Asian‖ selama 2 bulan. Di KIM (kawasan industri Medan)

Burhanuddin Usman di sini bekerja dipabrik tidak ingat pasti pada tahun berapa. Namun setiap ada pertunjukan musik yang memaksa untuk tidak bekerja lagi Burhanuddin Usman lakukan. Dan sebalikanya jikalau pertunjukan musik lagi periode yang sunyi maka Burhanuddin Usman akan mencoba menjadi kerja tambahan lainnya.

Burhuanuddin Usman juga pernah membuka usaha jualan minuman dirumah nya guna membantu pekerjaan pokoknya sebagai seorang pemusik. Bentuk usaha minuman ini kalau dari siang ke sore berjualan es kelapa dan minuman dingin lain serta pada waktu malam berjualan minuman hangat seperti bendrek. usahanya ini juga melibatkan seluruh anggota keluarga Burhanuddin Usman. Seperti Istri, dan anak-anaknya. Kegiatan jualan ini juga dilakukan sampai sekarang namun sudah diteruskan oleh anaknya.

(56)

sendiri. Aneka tanaman yang pernah Burhanuddin Usman tanam antara lain : Padi, jagung, kacang, ubi dan sayur mayur. Dalam kegiatan bertani ini setidaknya dapat membantu ekonomi keluarga dalam bahan makanan pokok dan sebahagian lagi dijual kembali. Dengan demikian jikalau kegiatan bermusiknya lagi tidak ada Burhanuddin Usman dapat memberikan nafkah tambahan dari hasil bertani.

Burhanuddin Usman juga dalam riwayat pekerjaannya pernah berprofesi sebagai tukang cat mobil pada bengkel mobil disalah satu bengkel di Labuhan. Kegiatan ini berlangsung selama 6 bulan. Kegiatan ini juga secara tidak langsung dapat mengasa jiwa seni Burhanuddin Usman dalam bidang seni lukis, karena menurut Burhanuddin Usman melukis sama dengan mengecat yang intinya itu harus membuat sebuah gambar atau pola yang mempunyai nilai keindahan atau lebih sering disebut dengan menjadi indah.

Dari semuah penjelasan diatas mengenai semuah pekerjaan yang pernah Burhanuddin Usman lakukan, ini semata-mata hanya ingin membatu pekerjaan pokoknya sebagai pekerja seni. Dan hingga pada saat sekarang Burhanuddin Usman masih menjadikan pekerja seni sebagai pekerjaan pokok dalam kehidupannya sehari-hari.

2.1.4 Riwayat Kepemusikan Burhanuddin Usman

(57)

musik seruling. Dimana setiap pagi dan sore selalu siswa-siswi itu mainkan. Kemudian Burhanuddin Usman mulai ingin memainkannya dengan meminjam alat musik seruling itu lalu mencoba tiup-tiup seruling itu yang lama kelamaan Burhanuddin Usman sudah bisa memainkan solmisasi atau tangga nada yang berkembang pada konsep musik barat dari alat musik seruling itu. Namun pada suatu waktu Burhanuddin Usman tidak diberi pinjam seruling lagi dari siswa yang lain itu. Burhanuddin Usman pun mencoba dengan membeli dari siswa itu. Setelah Burhanuddin Usman membeli dari teman nya itu, Burhanuddin Usman sekarang kemana-mana diluar jam belajar selalu membawa alat musik seruling itu dan memainkannya.

Kemudian Burhanuddin Usman juga berlatih di ladang ataupun sawah sambil menggembalakan hewan ternak kerbau dan kambing. Pada waktu mengembalakan peliharaannya, sebuah grup Padang Pasir: Gambus Melayu Tiga Serangkai melintas dan mendengar permainan seruling Burhanuddin Usman. Lokasi dari grup ini tepat berada didekat sawah yang menjadi tempat pengembalaan hewan peliharaannya. Setelah terus-menerus didengar dan diperhatikan grup ini kemudian Burhanuddin Usman pun ditawari oleh grup ini untuk ikut bergabung latihan. Burhanuddin Usman pun menerima tawaran baik grup ini. Setalah kurang lebih seminggu sudah ikut latihan dengan grup ini Burhanuddin Usman sudah diajak main untuk ada pesan main pada acara hajatan ataupun pesta disekitar lokasi tempat ini.

(58)

Burhanuddin Usman juga di sini diperlakukan sebagai pemusik yang bisa dikatakan sudah professional maksudnya sudah dibayar sesuai dengan pasaran pemusik tingkat professional lainnya yang seingatnya sejumlah Rp 500.

Pada tahun 1960 sebuah grup yang bernama Sotut Dahri yang bahasa Indonesia artinya Bintang-bintang yang pimpinan bapak Dahlan Nasution yang seorang anggota DPR RI, membuat sebuah sayambara untuk membuat rekaman lagu-lagu padang pasir. Yang dari sayambara ini Dahlan Nasution mengumpulkan 100 pemusik Melayu. Dari ke 100 pemusik Melayu ini Burhanuddin Usman merupakan salah satu yang terpilih menjadi personilnya Sotut Dahri.

Pengalaman pada grup Sotut Dahri ini telah mebuat karya rekaman yang pada waktu itu masih berbentuk Piringan Hitam, lagu-lagunya antara lain:

1. Mali Ila Ahadin 2. Mawar

3. Hanya kenangan

(59)

Pada tahun 1965 Burhanuddin direkrut grup El Soraya Putri guna melakukan tour pertunjukan musik diberbagai tempat antara lain:

1. Aceh 2. Pecan baru 3. Jambi

4. Palembang dari keemapat tempat ini bermain selama 1 bulan lebih.

Pada tahun 1968 Burhanuddin Usman berserta grup irama padang pasir El Suwaya bermain pada suatu acara perayaan pernikahan seorang putera anak dari Bea dan Cukai di belawan.

Gambar 2.1.4

Burhanuddin Usman dalam grup El Suwaya.

(60)

Pada tahun 1974 Burhanuddin Usman juga bermain di pulau Jawa yaitu di Jakarta. Pada acara Jakarta Fair di Taman Patah Ila bersama grup Nur El Soraya. Pemain-pemain yang bermain di Jakarta fair antara lain:

Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya

Nomor Nama Pemain /Jabatan

1 Thalib Hasan Pimpinan

2 Pajar/ Ucok Akordion

3 Dayat Bass

4 Burhanuddin Usman Saksofon Tenor

5 Said Drum

6 Avivah Bongo

7 Umi Ami Biola

8 Suhaimi Biola

9 Ruliah Biola

10 Nurhayani Biola

11 Junaidah Oud

12 Samsian Seruling

13 Cut Ros Mawar Vokal

Dan pada acara Jakarta fair ini grup dari Nur El Soraya berhasil menjadi juara harapan 1.

(61)

tuan rumah di Aceh. Selain acara MTQ itu, Burahnuddin Usman dan grup Nursa Jamil ini membuat rekaman lagu Embun Pagi dan juga Petani.

Pada tahun 1990 an Burhanuddin Usman mendapatkan pertunjukan dalam acara Kampanye partai Golkar (golongan karya) yang di lakukan di daerah Pahae, dan Sipirok. Anggota Golkar yang mengajak Burhanuddin Usman pada waktu itu Gubernur Sumatera Utara Rajainal Siregar dan anggota DPDR Sumatera Utara Burhanuddin Napitupulu.

(62)

Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat kabar SRM Medan.

(63)

Pada tahun 2002 Burhanuddin Usman bersama grup musik Keyboard Santen Balade banyak melakukan pertunjukan-pertunjukan musik pada setiap acara hiburan atau perayaan. Ini juga salah satu bentuk pertunjukan yang sangat rutin dimainkan atau diikuti oleh Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik.

Gambar 2.1.4 Berikut gambar hasil dokumentasi pada grup santen balade.

Dokumentasi Penulis, 2014.

Pada tahun 2003 Burhanuddin Usman bermain di Duri ―Riau‖ acara MTQ

nasional. Disini pemusik dari Medan sangat dihargai dengan banyaknya yang memberikan tepukan tangan yang sangat meriah.

Pada tahun 2004 Burhanuddin Usman juga diundang mengisi acara pernikahan di Ujung Kubu acara pernikahan anak pejabat.

(64)

Pada peresmian ini Burhanuddin Usman diajak oleh Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede.

Pada tahun 2008 Burhanuddin Usman mendapat permintaan bermain di Tanjung Pura acara pernikahan. Pada tahun 2010 Burhanuddin Usman mendapat permintaan bermain untuk menghibur acara pernikahan di Siak ‖Karawang‖. Pada

tahun 2012 Burhanuddin Usman bermain di Perumahan Dosen USU (universitas sumatera utara) acara pernikahan anak dosen. Pada tahun 2014 Burhanuddin Usman bermain di Tanjung Balai acara pernikahan yang diadakan digedung olah raga Tanjung Balai.

(65)

BAB III

PERANAN SAKSOFON DI DALAM BUDAYA

MUSIK MELAYU

Setelah mengetahui Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon dalam budaya musik Melayu, penting kita menjelaskan mengenai musik Melayu itu sendiri, lalu musik Melayu yang ada di Kota Medan, kemudian sejarah masuknya alat musik saksofon dalam budaya musik Melayu di Kota Medan, fungsi dan guna alat musik saksofon dalam budaya musik Melayu di Kota Medan, dan mendeskripsikan alat musik Saksofon, dan jenis alat musik saksofon yang dingunakan Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik.

3.1 Musik Melayu

(66)

Masyarakat Melayu sejak zaman dahulu telah mencipta musik bagi kalangan mereka. Bahkan musik tradisi Melayu telah memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial budaya mereka. Musik Melayu tradisional menggambarkan corak budaya masyarakat budaya Melayu dan merupakan hasil kreativitas dari gejolak jiwa mereka terhadap alam sekeliling.

Seni musik masyarakat Melayu dapat dibagi atas dua yaitu : 1. Musik tradisi warisan istana.

2. Musik tradisi rakyat.

3.1.1 Musik Tradisi Warisan Istana

Dalam masyarakat Melayu tradisional terdapat dua kelompok masyarakat. Pertama mereka yang memiliki tradisi kebudayaan yang tinggi yang disebut sebagai tradisi yang tinggi (great tradition), yang kedua adalah masyarakat tradisi rendah (little tradition). Dalam masyarakat tradisi tinggi, taraf kehidupan anggotanya lebih tinggi. Mereka merupakan golongan yang menguasai bidang politik dan hidup dalam kemewahan.

(67)

kekuatan supranatural (super natural power) dan apabila mendengar suara musik ini, maka seluruh rakyat diwajibkan untuk berhenti sejenak dari seluruh kegiatannya (Wikipedia Indonesia).

3.1.2 Musik Tradisi Rakyat

Musik tardisi rakyat adalah segala jenis musik yang berkembang pada masyarakat kelas bawah. Pada golongan ini rebana merupakan alat musik yang paling akrab dalam kehidupan sehari-hari mereka. Alat musik ini berasal dari kebudayaan Islam dan merupakan hadist Nabi Muhammad untuk menggunakan alat musik ini dalam bermusik.

Musik tradisi Masyarakat Melayu biasanya menggunakan alat-alat musik yang belum mendapat pengaruh barat (seperti bass. Biola, gitar, piano, akordion, dan lain-lain), tetapi musik yang masih memakai alat-alat musik yang biasa ditemukan di kepulauan nusantara seperti gong, rebana, serunai,gendang, suling, dan lain-lain.

Musik tradisi Melayu tidak diwariskan dalam bentuk notasi seperti pada musik Barat. Tetapi diwariskan secara informal, jadi tergabung di dalam oral tradition (tradisi lisan) di dalam kebudayannya. Anggota-anggota yang

Gambar

Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman
Tabel 2.1.1.1  Keterangan nama-nama anak dari keluarga dari Burhanuddin
Gambar 2.1.4
Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat
+7

Referensi

Dokumen terkait