SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH
BID-ASK SPREAD
,
MARKET
VALUE
DAN
VARIANCE RETURN
TERHADAP
HOLDING PERIOD
SAHAM SEKTOR
PERTAMBANGAN
OLEH
NOVITA SELVIA M PERANGIN-ANGIN
090501064
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama : Novita Selvia M Perangin-angin
NIM : 090501064
Program Studi : Strata - 1 Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perbankan
Judul : Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return Terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan.
Tangga l : ... Pembimbing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PENCETAKAN
Nama : Novita Selvia M Perangin-angin
NIM : 090501064
Program Studi : Strata – 1 Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perbankan
Judul : Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return Terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan.
Tanggal : ... Ketua Program Studi
Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP. 19710503 200312 1 003
Tanggal : ... Ketua Departemen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN
Nama : Novita Selvia M Perangin-angin
NIM : 090501064
Program Studi : Strata – 1 Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perbankan
Judul : Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return Terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan.
Tanggal : ... Pembimbing
Syarief Fauzie, SE, M.Ak. Ak NIP. 19750909 200801 1 012
Tanggal : ... Pembaca Penilai
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market
Value dan Variance Return Terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai
tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2013
Novita Selvia M Perangin-angin
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF BID-ASK SPREAD, MARKET VALUE AND VARIANCE RETURN ON THE STOCK HOLDING PERIOD IN MINING
SECTOR
The formulation of the problem is to know the influence of bid-ask spread, market value and variance return on stock holding period in mining sector. The objective of this research to analyze the influence of bid-ask spread, market value and variance return on stock holding period in mining sector.
The data used were 10 companies selected using purposive sampling technique with the criteria (1) The companies in mining sector registered in Jakarta Exchange. (2) The companies which were actively consistent during in the period 2009 up to 2011 in Jakarta Exchange. (3) The companies fulfilling the indicator of dependent and independent variables during in the period 2009 up to 2011. The data to analyze in this research were panel data using Multiple Linier Regression with Fixed Effect Model (FEM) in accordance with this model having the intercept equation and it was not constant or with difference on every individual. Before analyzing the data, it was tested firstly with Normality test and Hausman test to know the normality of data and to know which method is appropriate with fixed effect model in this research. Further, data processing was done using Eviews 7 program.
The results of research showed that simultaneously through f-statistic test the variable of bid-ask spread, market value and variance return had significant influence to stock holding period in mining sector on significance rate 95%,whereas based on t-statistic test, it can be concluded that the variable of bid-ask spread and market value had positive influence and insignificant influence to stock holding period in mining sector and variance return with negative significant to stock holding period of mining sector in period of 2009 up to 2011 with significance rate 95%. In addition, the coefficient of determination showed that the variable of bid-ask spread, market value, and variance return are capable only to explain that the variable of stock holding period in mining sector for 65.15%.
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD, MARKET VALUE DAN VARIANCE RETURN TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM SEKTOR
PERTAMBANGAN
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bid-ask spread, market value dan variance return terhadap holding period saham di sektor pertambangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh pengaruh bid-ask spread, market value dan variance return terhadap holding period saham di sektor pertambangan.
Dalam peneltian ini data yang digunakan adalah 10 perusahaan yang terpilih melalui teknik purposive sampling dengan kriteria (1) Perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. (2) Perusahaan yang secara konsisten aktif selama periode 2009 sampai 2011 di Bursa Efek Jakarta. (3) Perusahaan yang memenuhi indikator variabel dependen dan independen selama periode 2009 sampai 2011. Di dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data panel dengan menggunakan model regresi linier berganda model fixed effect (FEM) yang dinilai sesuai dengan penelitian ini karena model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu. Sebelum menganalisis data dilakukan uji terlebih dahulu dengan Uji Normalitas dan Uji Hausman untuk mengetahui normalitas data dan untuk mengetahui apakah model fixed effect sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 7.
Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan melalui uji f-statistik variabel bid-ask spread , market value dan variance return secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap holding period saham sektor pertambangan pada tingkat kepercayaan 95%, sementara berdasarkan uji t-statistik disimpulkan bahwa variabel bid-ask spread dan market value memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham sektor pertambangan dan variance return memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap holding period saham sektor pertambangan pada periode 2009 sampai 2011 pada tingkat kepercayaan 95%. Selain itu koefisien determinasi menunjukan variabel bid-ask spread, market value, dan variance return hanya mampu menjelaskan variabel holding period saham sektor pertambangan sebesar 65.15%.
Kata Kunci: Holding Period Saham, Bid-Ask Spread, Market Value dan Va riance Return.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat dan
rahmatNya skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return Terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi jurusan Ekonomi Pembangunan dan
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Ayahanda F. Perangin-angin dan Ibunda R.Bukit selaku orang tua penulis
yang telah memberikan dukungan baik berupa moril maupun materil
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE,
M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Syarif Fauzie, SE, M.Ak, Ak selaku Dosen Pembimbing penulis
yang telah bersedia meluangkan waktu dengan memberikan masukan dan
saran dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Dosen Pembaca Penilai
yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membangun bagi
penulis.
8. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
9. Seluruh pegawai dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian kelengkapan administrasi penulis.
10. Teman-teman angkatan 2009 di Ekonomi Pembangunan yang memberikan
dukungan, kerja sama dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan peneliti selanjutnya.
Medan, Januari 2013
Penulis
Novita Selvia M Perangin-angin
3.7.2 Uji F-Statistik... 44
3.7.3 Uji T-Statistik (Par tial Test)... 45
3.8 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 47
4.2 Analisis Deskriptif ... 50
4.3 Analisis Data ... 53
4.3.1 Hasil Uji Hausman ... 54
4.3.2 Analisis Regresi Data Panel... 54
4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 55
4.4.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.4.2 Hasil Uji Normalitas... 56
4.4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas... 56
4.4.4 Hasil Uji Autokorelasi... 56
4.5 Hasil Model Estimasi... 58
4.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 59
4.6.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 59
4.6.2 Hasil Uji F-Statistik... 59
4.6.3 Hasil Uji T-Statistik ... 61
4.7 Analisis Pembahasan ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1 Kesimpulan... 69
5.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 27
3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 35
4.1 Analisis Deskriptif ... 50
4.2 Uji Hausman ... 54
4.3 Koefisien Variabel ... 55
4.4 Uji Normalitas ... 56
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Proses Jual Beli Saham ... 11
2.2 Preferensi Investor Terhadap Risiko ... 22
2.3 Diagram Skematis Kerangka Konseptual ... 32
4.1 Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 57
4.2 Uji T-statistik Terhadap Bid-Ask Spread ... 62
4.3 Uji T-statistik Terhadap Market Value ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Data Variabel Skripsi ... 74
2 Uji Normalitas ... 75
3 Hasil Regresi... 76
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF BID-ASK SPREAD, MARKET VALUE AND VARIANCE RETURN ON THE STOCK HOLDING PERIOD IN MINING
SECTOR
The formulation of the problem is to know the influence of bid-ask spread, market value and variance return on stock holding period in mining sector. The objective of this research to analyze the influence of bid-ask spread, market value and variance return on stock holding period in mining sector.
The data used were 10 companies selected using purposive sampling technique with the criteria (1) The companies in mining sector registered in Jakarta Exchange. (2) The companies which were actively consistent during in the period 2009 up to 2011 in Jakarta Exchange. (3) The companies fulfilling the indicator of dependent and independent variables during in the period 2009 up to 2011. The data to analyze in this research were panel data using Multiple Linier Regression with Fixed Effect Model (FEM) in accordance with this model having the intercept equation and it was not constant or with difference on every individual. Before analyzing the data, it was tested firstly with Normality test and Hausman test to know the normality of data and to know which method is appropriate with fixed effect model in this research. Further, data processing was done using Eviews 7 program.
The results of research showed that simultaneously through f-statistic test the variable of bid-ask spread, market value and variance return had significant influence to stock holding period in mining sector on significance rate 95%,whereas based on t-statistic test, it can be concluded that the variable of bid-ask spread and market value had positive influence and insignificant influence to stock holding period in mining sector and variance return with negative significant to stock holding period of mining sector in period of 2009 up to 2011 with significance rate 95%. In addition, the coefficient of determination showed that the variable of bid-ask spread, market value, and variance return are capable only to explain that the variable of stock holding period in mining sector for 65.15%.
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD, MARKET VALUE DAN VARIANCE RETURN TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM SEKTOR
PERTAMBANGAN
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bid-ask spread, market value dan variance return terhadap holding period saham di sektor pertambangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh pengaruh bid-ask spread, market value dan variance return terhadap holding period saham di sektor pertambangan.
Dalam peneltian ini data yang digunakan adalah 10 perusahaan yang terpilih melalui teknik purposive sampling dengan kriteria (1) Perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. (2) Perusahaan yang secara konsisten aktif selama periode 2009 sampai 2011 di Bursa Efek Jakarta. (3) Perusahaan yang memenuhi indikator variabel dependen dan independen selama periode 2009 sampai 2011. Di dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data panel dengan menggunakan model regresi linier berganda model fixed effect (FEM) yang dinilai sesuai dengan penelitian ini karena model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu. Sebelum menganalisis data dilakukan uji terlebih dahulu dengan Uji Normalitas dan Uji Hausman untuk mengetahui normalitas data dan untuk mengetahui apakah model fixed effect sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 7.
Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan melalui uji f-statistik variabel bid-ask spread , market value dan variance return secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap holding period saham sektor pertambangan pada tingkat kepercayaan 95%, sementara berdasarkan uji t-statistik disimpulkan bahwa variabel bid-ask spread dan market value memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham sektor pertambangan dan variance return memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap holding period saham sektor pertambangan pada periode 2009 sampai 2011 pada tingkat kepercayaan 95%. Selain itu koefisien determinasi menunjukan variabel bid-ask spread, market value, dan variance return hanya mampu menjelaskan variabel holding period saham sektor pertambangan sebesar 65.15%.
Kata Kunci: Holding Period Saham, Bid-Ask Spread, Market Value dan Va riance Return.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal di era globalisasi ini memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam perekonomian suatu negara, karena pasar modal memiliki
peranan yang sangat penting baik bagi dunia usaha , pemodal , lembaga
penunjang pasar modal maupun bagi pemerintah (Ahmad, 1996 ).
Pasar modal dapat menggerakan aktivitas perekonomian karena dapat
digunakan menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan untuk dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga memberikan dampak positif bagi
masyarakat luas, dimana kesempatan kerja akan semakin banyak, pendapatan
masyarakat akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pasar modal merupakan sarana yang paling tepat selain perbankan dalam
memobilisasi dana masyarakat guna membiayai dana pembangunan, oleh karena
itu peranan pasar modal harus terus didorong perkembangannya. Husnan (1993)
menyatakan bahwa pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus yaitu fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan dimana Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
ekonomi karena pasar modal menyediakan wahana atau fasilitas yang
mempertemukan dua kepentingan , yaitu pihak yang kelebihan dana (investor) dan
pihak yang membutuhkan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
memperoleh imbalan bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang
dipilihnya.
Pada dasarnya , pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ,
ekuitas (saham), instrument derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmadji dan
Fakhruddin, 2006). Pasar modal memiliki beberapa daya tariknya sendiri dalam
suatu negara baik dalam hal likuiditas maupun efisiensi. Menurut Husnan (1993),
perusahaan dapat menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu
tinggi sehingga dapat menyebabkan cost of capital of the firm tidak lagi minimal
dan dari sisi pemodal dapat memungkinkan mereka untuk memiliki alternatif
investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka.
Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat
membeli surat-surat berharga dengan cepat sehingga pasar modal memungkinkan
untuk terjadinya alokasi dana yang efisien. Menurut Jogiyanto (2000), jika pasar
modal sifatnya efisien maka harga dari surat berharga akan mencerminkan
penilaian investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta
kualitas manajemennya. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai
sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen selain itu juga sebagai sarana
alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke
peminjam.
Pada umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang
dengan nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan
nama saham.
Saham juga terdiri dari dua jenis yakni saham biasa dan saham preferen
(Jogiyanto, 2000). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja
maka saham inilah yang disebut dengan saham biasa (common stock) sedangkan
saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan anara obligasi
dan saham biasa. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat
berharga yang baru dikeluarkan di pasar primer sedangkan surat berharga yang
sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (Jogiyanto, 2000).
Dalam pasar modal di Indonesia, terdapat dua cara pelaksanaanya yakni
dengan menggunakan order driven market system dan continous a uction system
(Jogiyanto, 2000). Order driven market system berarti bahwa penjual dan pembeli
sekuritas yang ingin melakukan transaksi harus melalui seorang broker.
Investor tidak dapat secara langsung melakukan transaksi di lantai bursa
dan hanya seorang broker yang dapat melakukan transaksi jual-beli di lantai bursa
berdasarkan instruksi dari investor. Sedangkan continous auction system atau
sering disebut dengan sistem lelang kontinyu adalah bahwa harga transaksi yang
terjadi atas suatu saham tertentu ditentukan oleh tingkat penawaran (supply) dan
tingkat permintaan (demand) dari para investor.
Dalam mekanisme tersebut maka terjadilah yang sering disebut dengan bid
price dan ask price, dimana bid price adalah harga tertinggi yang diminta oleh
pembeli untuk membeli dan ask price adalah harga terendah yang ditawarkan
dengan bid-ask spread yang dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan keputusan
investasi yang dilakukan oleh investor dalam rangka mendapatkan gain atau net
return yang optimal dan mengurangi tingkat risiko serendah-rendahnya.
Pada dasarnya seorang investor melakukan investasi saham karena selalu
mengharapkan capital gain dan dividen (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan sedangkan capital gain merupakan
selisih antara harga beli dan harga jual yang terbentuk dalam aktivitas
perdagangan saham di pasar sekunder. Oleh karena itu investor harus tahu kapan
untuk membeli dan menjual saham serta kapan investor harus menahan saham
yang telah dimilikinya.
Selain itu investor tidak hanya mengharapkan return yang maksimal, tetapi
juga harus mempertimbangkan risiko yang rendah. Investor akan menanamkan
modalnya pada saham-saham perusahaan yang lebih baik dari perusahaan lain
dengan risiko yang sama atau dengan risiko yang lebih kecil. Keputusan untuk
membeli atau menjual saham juga ditentukan oleh perbandingan antara nilai
intrinsik dengan harga pasar (market value) (Halim, 2005).
Jika harga pasar lebih rendah dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut
sebaiknya dibeli atau ditahan untuk mendapatkan capital gain pada saat harganya
akan naik kembali, dan sebaliknya jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai
intrinsiknya maka saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari terjadinya
kerugian karena harganya akan turun menyesuaikan dengan nilainya. Sedangkan
karena saham dalam keseimbangan sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh
dari transaksi pembelian maupun penjualan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa faktor
mempengaruhi jangka waktu investor dalam memegang sahamnya. Lamanya
kepemilikan saham oleh investor dikenal dengan dengan stock holding period.
Holding period adalah periode waktu perkiraan atau riil dimana sebuah investasi
diatribusikan kepada sebuah investor tertentu. Oleh karena itu lama tidaknya
seorang investor menahan dananya pada suatu saham perusahaan tertentu untuk
waktu tertentu merupakan hal yang menarik untuk di teliti.
Berdasarkan teori Mandelson (1986), terdapat 2 faktor yang
mempengaruhi holding period saham yakni faktor eksternal (inflasi), faktor
internal (transaction cost: bid-ask spread, market value dan risk of return saham.
Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) mengenai hoding period dan
bid-ask spread untuk saham Nasdaq dari 1983 hingga 1991 dan untuk New York
Stock Exchange (NYSE) saham dari periode 1975 sampai 1989 dan menemukan
bukti kuat bahwa, seperti yang diperkirakan, holding period dipengaruhi oleh bid
ask spread.
Atkins dan Dyl (1997) juga menemukan bahwa hubungan antara holding
period dan bid-ask spread jauh lebih kuat di Nasdaq, di mana spread lebih besar,
daripada di NYSE spread yang lebih kecil. Sementara penelitian yang dilakukan
Leny dan Indriantoro (1990) dalam penelitian Helmy Yulianto (2008)
holding period, tetapi hanya variabel market value saja yang berpengaruh secara
signifikan terhadap holding period.
Penelitian yang dilakukan Eko Budi Santoso (2008) menyimpulkan bahwa
lamanya kepemilikan suatu saham biasa di Bursa Efek Jakarta yang termasuk
dalam indeks LQ-45 selama periode 2000 sampai 2005 dipengaruhi oleh
faktor-faktor bid-ask spread, market value dan variance return dan memberikan
kesimpulan bid ask spread memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap holding period saham sedangkan market value dan variance return
masing-masing memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap holding period
saham.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Vinus Maulina (2009) dalam
index LQ45 periode 2000-2001 menyimpulkan bahwa secara parsial ada dua
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap lamanya kepemilikan saham biasa
yakni variance return dan spread masing-masing memiliki pengaruh negatif dan
positif . Diantara variabel spread, market value dan dividend pay-out ratio yang
merupakan variabel yang paling berpengaruh adalah variance return yang
merupakan cerminan dari tingkat risiko akibat fluktuasi harga saham.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh A.Sakir dan Nurhalis (2010)
pada perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta pada
tahun 2006 menyimpulkan bahwa dari variabel independen (bid-ask spread,
market value, variance return dan dividend pay-out ratio) hanya variance return
yang mempunyai hubungan atau sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu,
holding period saham LQ-45. Dan juga variabel bid-ask spread dan market value
mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak siginifkan terhadap holding period
saham.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian kembali karena
banyak kesimpulan-kesimpulan penelitian yang tidak konsisten dan tidak sesuai
dengan teori yang berlaku. Oleh karena itu untuk mengetahui gambaran yang
lebih akurat lagi mengenai variabel yang paling berpengaruh dalam lama tidaknya
investor menahan dananya pada suatu saham perusahaan tertentu pada waktu
tertentu. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian “ Analisis
Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return Terhadap
Holding Period Saham Sektor Pertambangan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh bid-ask spread terhadap holding period saham
sektor pertambangan?
2. Apakah ada pengaruh market value terhadap holding period saham sektor
pertambangan?
3. Apakah ada pengaruh variance return terhadap holding period saham
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Menganalisis pengaruh bid-ask spread terhadap holding period saham
sektor pertambangan.
2. Menganalisis pengaruh market value terhadap holding period saham sektor
pertambangan.
3. Menganalisis pengaruh varia nce return terhadap holding period saham
sektor pertambangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk
menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dan menambah
wawasan penulis dalam bidang pasar modal khususnya mengenai holding
period saham.
2. Bagi investor, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan
dalam memahami keputusan menahan dan melepas financial asset dalam
kaitannya dengan bid-ask spread, market value dan variance return.
3. Bagi emiten, diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
4. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan referensi
untuk penelitian lanjutan dan memberikan sumbangan yang positif untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Dasar Investasi
Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi
dibagi dalam dua jenis, investasi yang pertama adalah investasi yang dilakukan
pada asset-aset finansial yang dilakukan di pasar uang selain itu investasi finansial
juga dapat dilakukan di pasar modal. Jenis investasi kedua adalah investasi pada
asset-aset riil (Halim, 2005). Jogiyanto (2000:7) menyatakan bahwa
investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain.
Investasi pada pasar modal adalah investasi yang bersifat jangka pendek.
Ini dilihat pada return yang diukur dengan capital gain. Bagi para spekulator yang
menyukai capitail gain, maka pasar modal dapat menjadi tempat yang menarik
sebab investor bisa membeli pada saat harga turun, dan menjual kembali pada saat
harga naik. Selisih yang dilihat secara abnormal return itulah yang akan dihitung
keuntungannya (Fahmi, 2006).
Untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang
cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek -efek mana yang
akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang tetap dimiliki. Oleh karena itu
harus mempunyai ketajaman perkiraan masa depan perusahaan yang sahamnya
akan dibeli atau dijual Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya
seorang investor membuat keputusan investasi pada efek -efek yang dapat
dipasarkan, dan kapan dilakukan.
Oleh karena itu diperlukan tahapan-tahapan dalam investasi yaitu
menentukan tujuan investasi dengan mempertimbangkan expected rate of return,
rate of risk dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan , melakukan
analisis baik dengan pendekatan fundamental ataupun teknikal, membentuk
portofolio dengan mengidentifikasi efek-egek mana yang akan dipilih ,
mengevaluasi kinerja portofolio baik terhadap tingkat pengembalian maupun
tingkat risiko yang ditanggung dan tahap terakhir adalah merevisi kinerja
portofolio.
Pada umumnya hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian yang
diharapkan bersifat linier artinya semakin tinggi tingkat risiko maka semakin
tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan. Oleh karena itu Menurut
Halim (2005:5) investor dapat melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek melalui dua pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Fundamental
b. Pendekatan Teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analisis memperkirakan pergesaran penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan.
Mekanisme perdagangan saham adalah proses perdagangan saham dimana
saham tersebut berpindah tangan dari penjual kepada pembeli di pasar sekunder,
proses perdagangan jual beli saham dapat dilihat dari gambar 2.1 berikut ini :
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham),
instrument derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmadji dan Fakhruddin,
2006). Berdasarkan Undang- Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 , pasar
modal memiliki pengertian yang lebih spesifik lagi yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perushaaan publik
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Jogiyanto (2000:15) menyatakan bahwa
perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer (primary market). Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke public (initial public offering atau IPO) atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public (sekuritas tambahan ini sering disebut dengan seasones new issues). Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market). Tipe lain dari pasar modal adalah pasar ketiga (third market) dan pasar keempat (fourth market). Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Asar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.
Pasar modal banyak dijumpai di banyak negara, karena pasar modal
memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara. Pasar modal dikatakan
memiliki dua fungsi sekaligus yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan
(Husnan, 1993). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Fungsi
modal yang diperdagangkan adalah dana jangka panjang. Fungsi keuangan
dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh borrowers dan para
lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva
riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Dengan adanya pasar modal, maka diharapkan aktivitas perekonomian
dapat meningkat karena pasar modal meruapakan alternatif pendanaan bagi
perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan
selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran
masyarakat luas ( Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Keberhasilan pemebentukan
pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu supply sekuritas, demand akan
sekuritas, kondisi politik dan ekonomi, masalah hukum dan peraturan serta peran
lembaga-lembaga pendukung pasar modal seperti BAPEPAM, bursa efek,
akuntan publik, underwriter, notaris dan sebagainya (Husnan, 1993).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:3) Pasar modal memiliki banyak
manfaat baik bagi dunia usaha, pemodal, lembaga penunjang pasar modal dan
juga bagi pemerintah, diantaranya :
1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang)bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan dana secara optimal
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi
3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
5. Menciptakan lapangan pekerjaan / profesi menarik
6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik
8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial
9. Mendorong pengelolaan perushaan dengan iklim terbuka , pemanfaatan manajemen professional, dan penciptaaan iklim berusaha yang sehat.
2.1.3 Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham
berwujudkan selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalam
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham
(stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham, saham ini disebut
saham biasa (common stock), namun jika perusahaan mengeluarkan kelas lain dari
saham, itu disebut saham preferen (Jogiyanto, 2000). Saham preferen memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena dapat
menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga dan obligasi, sedangkan saham
biasa menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian
dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pada dasarnya terdapat dua
keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu
dividen dan capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang
diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan
uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat berupa
dividen saham yang berupa saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor
akan semakin bertambah. Sementara capital gain merupakan selisih antara harga
beli dan harga jual, hal ini terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham
di pasar sekunder. Pada umumnya investor dengan orientasi jangka pendek
mengejar keuntungan melalui capital gain.
Saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan
dan potensi risiko yang tinggi. Investor dapat memiliki keuntungan dari capital
gain yang besar dalam waktu yang singkat , namun sering berfluktuasinya harga
saham maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian yang besar
dalam waktu yang singkat (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Oleh karena itu
investor harus lebih teliti lagi dalam membeli dan menjual saham yang dimiliknya
agar risiko tersebut dapat diperkecil.
2.1.4 Holding Period Saham
Holding period adalah periode waktu perkiraan atau riil dimana sebuah
investasi diatribusikan kepada sebuah investor tertentu. Lamanya kepemilikan
saham oleh investor dikenal dengan dengan stock holding period. Secara umum
keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara
perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya. Halim (2005:31) menyatakan
bahwa:
a. Jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dibeli dan ditahan sementara dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik b. Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka jangan
keseimbangan, sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi pembelian atau penjualan saham tersebut
c. Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. Karena tentu harganya kemudian akan turun menyesuaikan dengan nilainya.
Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya atau nilai seharusnya dari saham
yang diperdagangkan tersebut (Jogiyanto, 2000). Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa Holding period saham merupakan rata-rata lamanya investor
dalam menahan atau memegang saham selama periode waktu tertentu. Rata-rata
holding period investor untuk setiap tahun dapat dihitung dengan membagi jumlah
saham beredar pada saham perusahaan i per akhir tahun t dengan rata-rata volume
perdagangan saham i tahun t. Holding Period Saham dapat diformulasikan
sebagai berikut ini :
���� = ℎ ℎ ��
��
Sumber : Atkins dan Dyl (1997)
Di mana :
HPit = Holding Period saham perusahaan i tahun t
2.1.5 Bid-Ask Spread
Di pasar tradisional , sebelum terjadi suatu transaksi atau terbentuknya
harga, terjadi proses tawar-menawar oleh pembeli dan penjual. Prinsip yang sama
juga terjadi dalam transaksi surat berharga khususnya pasar saham (Darmadji dan
Fakhruddin, 2006). Transaksi perdagangan di BEJ menggunakan order-driven
market system dan sistem lelang kontinyu (continous auction system)
sekuritas yang ingin melakukan transaksi harus melalui broker. Investor tidak
dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa.
Dalam sistem lelang kontiyu harga transaksi ditentukan oleh penawaran
(supply) dan permintaan (demand) dari investor. Harga penjualan terendah (ask
price) dan harga penawaran pembelian tertinggi (bid price) dari investor
diteriakkan oleh broker di lantai bursa. Dalam transaksi saham, istilah bid
menunjukkan harga yang diajukan oleh pihak yang akan melakukan pembelian
saham tersebut, sedangkan ask menunjukkan harga yang ditawarkan oleh pihak
yang akan menjual saham tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Suatu transaksi tidak akan terjadi jika masih terdapat perbedaan antara bid
dan ask. Dengan kata lain, Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang
ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut dengan
harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut.
Dalam bursa efek, aturan berapa batasan dalam setiap kali penawaran (bid
dan ask) diatur secara jelas dan diaplikasikan dalam komputer sistem perdagangan
secara otomatis (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Harga penawaran jual atau
permintaan beli yang dimasukkan ke dalam JATS adalah harga penawaran yang
masih berada di dalam rentang harga tertentu. Bila Anggota Bursa memasukkan
harga diluar rentang harga tersebut maka secara otomatis akan ditolak oleh JATS
(auto rejection).
BEJ perlu menerapkan sistem auto rejection untuk menjaga terlaksananya
perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Penerapan auto rejection
mengacu pada harga terakhir di pasar regular pada hari sebelumya (Darmadji dan
Fakhruddin, 2006). Batasan auto rejection yang berlaku saat ini:
1. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari 50 %
(lima puluh persen) dibawah acuan harga Rp 50,- (lima puluh rupiah).
2. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% (tiga
puluh lima perseratus) di atas atau di bawah acuan harga untuk saham
dengan rentang harga Rp 50,- (lima puluh rupiah) sampai dengan dari Rp
200,- (dua ratus rupiah).
3. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% (dua
puluh lima perseratus) di atas atau di bawah acuan harga untuk saham
dengan rentang harga Rp 200,- (dua ratus rupiah) sampai dengan dari Rp
5.000,- (lima ribu rupiah).
4. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% (dua
puluh perseratus) di atas atau di bawah acuan harga untuk saham dengan
rentang harga di atas Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).
Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh
pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut dengan harga jual terendah
dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Konsep perhitungan spread
adalah dengan membuat rata-rata bid-ask spread harian untuk setiap jenis saham
yang diteliti selama periode observasi. Perhitungan spread dapat diformulasikan
��=[ ∑ �� − �� �� + �� �
�=
]∕N
Sumber : Atkins dan Dyl (1997)
Di mana :
Spreadit = rata-rata bid-ask spread saham perusahaan i pada tahun ke-t
Askit = harga jual terendah yang menyebabkan investor setuju untuk
menjual saham perusahaan i pada hari ke- t
Bidit = harga beli tertinggi yang menyebabkan investor setuju untuk
membeli saham perusahaan i pada hari ke- t
N = jumlah hari transaksi saham perusahaan i selama tahun t
2.1.6 Market Value
Nilai pasar (market value) merupakan harga saham yang terjadi di pasar
bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa
(Jogiyanto, 2000). Harga saham cenderung dipengaruhi oleh tekanan psikologis
pembeli atau penjual (tindakan yang tidak rasional) (Halim, 2005). Oleh karena
itu informasi perusahaan yang mengalir ke Bursa Efek harus cukup sepanjang
informasi tersebut berpengaruh terhadap harga sahamnya.
Market Value menunjukkan ukuran perusahaan, dimana apabila market
value semakin besar maka semakin besar perusahaan tersebut yang ditinjau dari
ukuran perusahaannya. Kebanyakan investor menganggap bahwa perusahaan
besar memiliki kestabilan keuangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan kecil, selain itu di perusahaan besar memiliki analisis keuangan yang
kompeten sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang lebih akurat
yang dapat memperpendek jarak antara pengharapan investor dengan yang
Dengan demikian investor menganggap bahwa perusahaan besar memiliki
risiko lebih kecil karena dianggap memiliki akses ke pasar modal yang lebih baik
dibandingkan perusahaan kecil. Jogiyanto (2000:80) menyatakan bahwa
mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah , tepat nilainya atau yang mahal. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Dan sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalued).
Market Value juga dapat diartikan sebagai rata-rata nilai keseluruhan suatu
perusahaan i selama tahun ke-t. Konsep perhitungan market value adalah dengan
mengalikan rata-rata harga saham selama tahun t dengan jumlah saham beredar
pada saham perusahaan i per akhir tahun ke-t. Perhitungan market value dapat
diformulasikan sebagai berikut:
�� = � − × �
Sumber: Atkins dan Dyl (1997)
Di mana:
MVit = rata-rata market value saham perusahaan i selama tahun t
2.1.7 Variance Return
Hanya menghitung return saja untuk sebuah investasi tidaklah cukup,
risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan (Jogiyanto, 2000). Risiko adalah
suatu ketidakpastian. Pemodal dalam berinvestasi akan mendapatkan return di
masa datang dengan nilai return yang belum diketahui (Fahmi, 2006). Dalam
pengertian investasi , risiko selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return
dalam investasi dapat didefenisikan sebagai variablitias return realisasi terhadap
return yang diharapkan (Fahmi, 2006).
Variance return merupakan proksi dari tingkat risiko yang diakibatkan
oleh fluktuasi harga saham. Dalam konteks manajemen investasi, risiko
merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return) (Halim,
2005). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.
Alat statistik yang digunakan untuk mengukur penyebaran tersebut adalah
varians.
Menurut Halim (2005:42), apabila dikaitkan dengan preferensi investor
terhadap risiko maka risiko data dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Investor yang menyukai risiko (risk seeker)
Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi, karena mereka tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif.
b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral)
Merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor dalam jenis ini biasanya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
c. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averter)
Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana
Ketiga preferensi investor terhadap risiko dapat juga disajikan pada
Sumber : Halim (2005)
Gambar 2.2
Preferensi Investor Terhadap Risiko
Dari Gambar 2.2 tersebut tampak bahwa bagi invetor yang menyukai
risiko, perubahan tingkat pengembalian dari A1 ke A2 lebih kecil dari perubahan
risiko dari β1 ke β2. Sebaliknya bagi investor yang tidak menyukai risiko,
perubaham tingkat pengembalian dari C1 ke C2 lebih besar dari perubahan risiko
dari β1 ke β2. Sedangkan bagi investor yang netral terhadap risiko, perubahan
tingkat pengembalian dari β1ke β2sama dengan perubahan risiko dari β1ke β2.
Selain itu dalam konteks portofolio, terdapat juga risiko sistematis
(systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Dimana risiko
sistematis merpakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang
dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan sedangkan risiko tidak sistemats
merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena
Dalam mengukur risiko perusahaan yang diproksikan dengan nilai varian
dari return, maka terlebih dahulu dicari rata-rata return harian tiap sekuritas
menggunakan metode rata-rata arimatika, yang dapat diformulasikan sebagai
berikut:
� =� −�−�
�−�
. . .
(2.1)Sumber : Ahmad (1996)
Di mana:
Rit = rata-rata dari return harian saham i selama tahun ke-t
P = harga saham penutupan hari ke-t Pt-1 = harga saham penutupan hari ke t-1
Setelah diperoleh rata-rata return saham harian, maka dapat dicari variance
return. Konsep perhitungan variance return dapat diformulasikan sebagai berikut:
� =∑��= ���−Ε ��
�
. . .
(2.2)Sumber : Halim (2005)
Di mana :
� = varians dari investasi pada saham I (variance return)
Rit = tingkat pengembalian dari investasi pada saham i pada tahun t E(Ri) = ER dari investasi saham i
N = periode pengamatan
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan Holding Period Saham sudah
pernah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Penelitian yang pernah
dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) mengenai hoding period dan bid-ask
spread untuk saham Nasdaq dari 1983 hingga 1991 dan untuk New York Stock
kuat bahwa, seperti yang diperkirakan, holding period dipengaruhi oleh bid ask
spread.
Atkins dan Dyl (1997) juga menemukan bahwa hubungan antara holding
period dan bid-ask spread jauh lebih kuat di Nasdaq, di mana spread lebih besar,
daripada di NYSE spread yang lebih kecil. Selain itu ditemukan juga bahwa
variabel market value dan variance return masing-masing memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap holding period saham
Kemudian di Indonesia, penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Dian
Anita Nuswantara dan Yane Kartikasari (2005) yang menguji pengaruh bid-ask
spread, market value dan r isk of return pada perusahaan yang tercatat pada LQ-45
tahun 2002 yang menyimpulkan bahwa hanya market value yang mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan terhadap holding period saham, sedangkan risk
of return dan bid ask spread masing-masing mempunyai pengaruh negatif dan
positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham.
Penelitian yang dilakukan Eko Budi Santoso (2008) pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang termasuk dalam LQ-45 selama periode
2000-2005 menguji pengaruh biaya transaksi yang dicerminkan oleh bid-ask spread
terhadap holding period saham dengan dua variabel independen tambahan yaitu
market value dan variance of return.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel spread
berpengaruh positif pada holding period yang artinya investor cenderung akan
menahan saham lebih lama jika saham tersebut memiliki biaya transaksi yang
market value dan variance of return masing-masing berpengaruh positif dan
negatif terhadap holding period saham.
Untuk variabel market value hal ini berarti investor akan menahan saham
lebih lama pada perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang lebih besar.
Sedangkan untuk variabel variance of return hal ini berarti investor akan menahan
saham lebih pendek pada perusahaan yang memiliki tingkat volatilitas yang lebih
tinggi.
Di tahun yang sama, dilakukan juga penelitian oleh Helmy Yulianto
(2008) pada perusahaan LQ-45 selama tahun 2003-2005. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa variabel bid-ask spread dan market value berpengaruh
positif dan signifikan terhadap holding period saham, sedangkan variabel resiko
saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap holding period saham.
Dimana market value mempunyai pengaruh yang paling kecil terhadap holding
period saham. Hal itu disebabkan holding period saham lebih dipengaruhi oleh
variabel resiko saham dan Bid-Ask Spread.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yuningsih (2008) pada perusahaan
yang terdaftar di BEJ pada periode 2005, hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa variabel bid-ask spread dan market value mempunyai pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap holding period saham, sedangkan risk of return
mempunyai pengaruh negatif dan signifkan terhadap holding period pada tingkat
signifikansi 5 %.
Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Vinus Maulina (2009) pada
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara parsial ada dua variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap lamanya kepemilikan saham biasa yakni
variance return dan spread masing-masing memiliki pengaruh negatif dan positif
secara signifikan. Diantara variabel spread, market value dan dividend pay-out
ratio yang merupakan variabel yang paling berpengaruh adalah variance return
yang merupakan cerminan dari tingkat risiko akibat fluktuasi harga saham.
Sedangkan variabel dividend pay-out ratio dan market value mempunyai
pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham.
Di tahun berikutnya penelitian dilakukan oleh A.Sakir dan Nurhalis (2010)
pada perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta pada
tahun 2006. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari variabel
independen (bid-ask spread, market value, variance return dan dividend pay-out
ratio) hanya variance return yang mempunyai hubungan atau sesuai dengan teori
dan penelitian terdahulu, meskipun variance return tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap holding period saham LQ-45.
Selain itu variabel bid-ask spread dan market value mempunyai pengaruh
yang negatif dan tidak siginifkan terhadap holding period saham, sedangkan
dividend pay-out ratio mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan
terhadap holding period saham LQ-45. Dimana variabel yang paling dominan
mempengaruhi holding period adalah variabel spread.
Penelitian yang dilakukan oleh Vinsensia Retno Widi Wisayang (2010)
pada saham LQ 45 dalam periode februari 2008 sampai januari 2009
signifikan terhadap holding period, market value berpengaruh positif dan tidak
signifikan sedangkan variabel varian return berpengaruh positif dan signifikan
terhadap holding period. Secara ringkas, penelitian-penelitian terdahulu dapat
diringkas sebagai berikut: variabel market value dan
variance return masing-3 2008 Eko Budi Santoso Analisis Pengaruh
Transaction Cost 4 2008 Helmy Yulianto Analisis Pengaruh
5 2008 Yuningsih Analisa Faktor-6 2009 Vinus Maulina Analisis Beberapa
Faktor Yang
LQ-2.3 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Bid-Ask Spread terhadap Holding Period saham
Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan
oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham dengan harga jual terendah
dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Menurut Jogiyanto (2000),
semakin tinggi bid-ask spread maka semakin besar keuntungan (return) yang
akan diperoleh. Oleh karena itu bid-ask spread merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam pengambilan keputusan investor untuk menahan atau menjual
saham tersbut.
Semakin besar perbedaan (spread) antara harga permintaan beli (bid) dan
harga tawaran jual (ask) maka investor akan cenderung untuk menahan saham
tersebut lebih lama, yang artinya investor memiliki holding period yang panjang
untuk mendapatkan keuntungan (return) yang lebih tinggi.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl
(1997) dan penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Santoso (2008), Helmy
Yulianto (2008) dan Vinus Maulina (2009) yang menyimpulkan bahwa variabel
bid-ask spread memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap holding
period saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1: Bid-ask spread memiliki pengaruh terhadap holding period
2. Pengaruh Market Value Terhadap Holding Period Saham
Nilai pasar merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu
yang ditentukan oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2000). Market
Value menunjukkan ukuran perusahaan, dimana apabila market value semakin
besar maka semakin besar perusahaan tersebut yang ditinjau dari ukuran
perusahaannya. Selain itu menurut Husnan (1993), apabila kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham (market value)
juga akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas akan mempengaruhi harga
saham atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan cerminan dari
profitabilitas suatu perusahaan.
Dengan demikian investor akan menahan saham lebih lama dengan
mengandalkan kenaikan nilai saham untuk mendapatkan return atau keuntungan
yang lebih besar dari investasi saham. Secara umum investor menganggap bahwa
perusahaan besar memiliki kestabilan keuangan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan kecil, artinya perusahaaan tersebut memiliki kinerja yang baik
sehingga dapat menyebabkan makin tingginya laba usaha yang akan diperoleh dan
investor akan menikmati keuntungan yang makin besar juga karena semakin besar
kemungkinan harga saham perusahaan akan naik.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Atkin dan Dyl
(1997), Eko Budi Santoso (2008) dan Helmy Yulianto (2008) bahwa market value
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis 2: Market value memiliki pengaruh terhadap holding period
saham sektor pertambangan
3. Pengaruh Variance Return terhadap Holding Period saham
Dalam berinvestasi, investor tidak cukup hanya menghitung return yang
maksimal saja , investor juga harus memperhitungkan risko dari investasi. Return
dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu
investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai
hubungan yang positif, semakin besar risiko yang ditanggung maka semakin besar
return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 2000). Dalam pengertian
investasi, risiko selalu dikaitkan sdengan tingkat variabilitas return yang dapat
diperoleh dari surat berharga (Ahmad, 1996).
Pada umumnya, investor akan menanamkan modalnya pada saham-saham
perusahaan yang lebih baik dari perusahaan lain dengan risiko yang sama atau
dengan risiko yang lebih kecil. Artinya investor akan menahan saham lebih
pendek pada perusahaan yang memiliki tingkat volatilitas yang lebih tinggi atau
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi akibat fluktuasi harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997),
juga penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Eko Budi Santoso (2008), Helmy
Yulianto (2008) dan Vinus Maulina (2010) yang menyimpulkan bahwa varance
saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesis 3: Variance return memiliki pengaruh terhadap holding period
saham sektor pertambangan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka dapat digambarkan
kerangka konseptual dalam bentuk diagram skematis di bawah ini:
Independent Variabel
H1
Dependent Variabel
H2
H3
Gambar 2.3
Diagram Skematis Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tinjauan pustaka dan
kerangka konseptual maka hipotesis dapat dikembangkan dalam penelitian ini
untuk digunakan dalam menguji variabel-variabel independent yang berpengaruh
terhadap variabel dependent seperti berikut:
Bid-ask spread
Holding Period Market Value
1. H1: Bid-ask spread memiliki pengaruh terhadap holding period saham
sektor pertambangan.
2. H2: Market value memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor
pertambangan.
3. H3: Variance return memiliki pengaruh terhadap holding period saham
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data yang diperoleh
merupakan data sekunder dalam bentuk data panel yaitu berupa harga saham
harian , volume transaksi bulanan dan jumlah saham beredar perusahaan per akhir
tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Data harga saham harian diperoleh dari
situs www.finance.yahoo.com dan data volume transaksi bulanan diperoleh dari
ringkasan kinerja perusahaan tercatat sedangkan data jumlah saham beredar per
akhir tahun diperoleh dari laporan keuangan dan tahunan yang diperoleh dari situs
www.idx.co.id. Data-data tersebut dikelola lebih lanjut untuk mendapatkan
indikator-indikator variabel dependen dan independen.
3.2 Populasi dan Sampel
Menurut Kuncoro (2009), populasi adalah kelompok elemen di mana kita
tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh saham perusahaan sektor pertambangan yang tercatat
di Bursa Efek Jakarta selama periode 2009 sampai 2011. Alasan dipilihnya saham
perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Jakarta adalah untuk menganalisis
secara lebih spesifik bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen khususnya di sektor pertambangan.
Sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi (Kuncoro, 2009).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham , laporan
kinerja perusahaan tercatat (volume transaksi) selama periode 2009 sampai 2011.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling untuk mendapatkan sampel yang representatif dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
2. Perusahaan yang secara konsisten aktif selama periode 2009 sampai 2011
di Bursa Efek Jakarta.
3. Perusahaan yang memenuhi indikator variabel dependen dan independen
selama periode 2009 sampai 2011.
Dari populasi tersebut terdapat 10 perusahaan yang memenuhi kriteria
-kriteria yang telah ditentukan. Daftar perusahaan yang memenuhi -kriteria --kriteria
tersebut dalam dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
NO PERUSAHAAN KODE
1 Adaro Energy Tbk. ADRO
2 Aneka Tambang (Persero) Tbk. ANTM
3 ATPK Resources Tbk. ATPK
4 Bumi Resources Tbk. BUMI
5 Exploitasi Energi Indonesia Tbk. CNKO
6 Citatah Industri Marmer Tbk. CTTH
7 Darma Henwa Tbk. DEWA
8 Elnusa Tbk. ELSA
9 Energi Mega Persada Tbk. ENRG
10 Vale Indonesia Tbk. INCO
Sumber : BEI setelah diolah
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah