HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI di SMA SWASTA ISTIQLAL KECAMATAN
DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG
DEWI SARTIKA NASUTION 125102014
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA SWASTA ISTIQLAL DELI TUA TAHUN 2013
Abstrak Dewi Sartika Nasution
Latar Belakang : Dismenore primer sering dialami oleh wanita muda. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi adanya keluhan-keluhan selama menstruasi.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua
Metodologi Penelitian : Penelitian menggunakan desain deskriftif colerasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 orang diambil dengan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua Medan Tahun 2013. Analisa data digunakan dengan uji chi square.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian pada status gizi normal yang mengalami dismenore primer ringan sebanyak 31 orang (63,3%), sedang sebanyak 17 orang (34,7), berat sebanyak 1 orang (2,0). Sedangkan status gizi tidak normal mengalami dismenore ringan 2 orang (6,9%), sedang sebanyak 15 orang (51,7%), berat sebanyak 12 orang (41,4%). Hasil uji statistik chi square pada hubungan status gizi dengan dismenore primer didapatkan nilai alpa=0,00 (p<0,05) yang berarti Ho gagal ditolak.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri sehingga disarankan pada remaja putri untuk menjaga pola makan yang sehat agar status gizinya baik.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan
Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Sains Terapan D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, untuk itu peneliti
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. dr. Dedi Ardinata M.Kes Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara Medan.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan
Pendidik sekaligus Koordinator Karya Tulis Ilmiah.
3. Ibu Nur Asiah S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberi arahan dan bimbingan yang
baik dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Dina Indarsita M.Kes selaku Penguji I yang telah banyak memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun kepada peneliti sehingga Karya
Tulis Ilmah ini menjadi lebih baik.
5. Ibu Diah Lestari Nasution SST, M.Keb selaku Penguji II yang telah banyak
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada peneliti
6. Bapak Kepala Sekolah SMA Swasta Istiqlal Deli Tua yang telah memberikan
izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SMA tersebut.
7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
8. Teristimewa untuk kedua oarang tua saya serta abang, adik-adik dan juga
keponakan saya tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan bantuan
dan dorongan baik moril, material dan spritual bagi peneliti mengikuti
perkuliahan hingga Karya Tulis Ilmiah selesai.
9. Teman-teman yang ada di D-IV Bidan Pendidik Tahun 2013 yang telah
memberi dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan
sehingga masih jauh dari kesempurnaan, walaupun peneliti telah berusaha
semaksimal mungkin untuk itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata peneliti mohon maaf atas segala kekurangan dan semoga Karya
Tulis Ilmiah ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Amin ya robbal ‘alamin.
Medan, 01 Juli 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTARLAMPIRAN ... vi
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat penelitian ... 5
BAB II ... 6
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Dismenore Primer ... 6
2.2 Status Gizi ... 12
1.3 Remaja ... 17
BAB III ... 19
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19
3.1 Kerangka Konsep ... 19
3.2 Hipotesis ... 20
3.3 Defenisi Operasional ... 20
BAB IV ... 21
METODOLOGI PENELITIAN ... 21
4.1 Desain Penelitian ... 21
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
4.4 Pertimbangan Etik ... 21
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 23
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 24
4.8 Pengolahan Data ... 25
BAB V ... 26
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
5.1 Hasil Penelitian ... 26
5.2 Pembahasan ... 28
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 33
BAB VI ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1 Kesimpulan ... 34
6.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 4 : Hasil Out Put Data Penelitian
Lampiran 5 : Uji Content Validity
Lampiran 6 : Hasil Crosstabulation Status Gizi dengan Karakteristik Responden
Lampiran 7 : Hasil Crosstabulation Dismenore dengan Karakteristik Responden
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 : Surat Balasan dari SMA Istiqlal Delitua
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
Skema 2.1 Skema Patogenesis Dismenore Primer ... 11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Evaluasi BMI pada Wanita ... 14
Tabel 3.1 Defenisi Opersional ... 20
Tabel. 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden yang
Mencakup Usia, Suku dan Usia Menarche Responden ... 28
Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Indeks Massa Tubuh Responden ... 29
Tabel 5.3 Distribusi dan Frekuensi Dismenore Primer pada Remaja
Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua ... 29
Tabel 5.4 Hubungan Status Gizi dengan Dismenore Primer pada Remaja Putri
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA SWASTA ISTIQLAL DELI TUA TAHUN 2013
Abstrak Dewi Sartika Nasution
Latar Belakang : Dismenore primer sering dialami oleh wanita muda. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi adanya keluhan-keluhan selama menstruasi.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua
Metodologi Penelitian : Penelitian menggunakan desain deskriftif colerasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 orang diambil dengan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua Medan Tahun 2013. Analisa data digunakan dengan uji chi square.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian pada status gizi normal yang mengalami dismenore primer ringan sebanyak 31 orang (63,3%), sedang sebanyak 17 orang (34,7), berat sebanyak 1 orang (2,0). Sedangkan status gizi tidak normal mengalami dismenore ringan 2 orang (6,9%), sedang sebanyak 15 orang (51,7%), berat sebanyak 12 orang (41,4%). Hasil uji statistik chi square pada hubungan status gizi dengan dismenore primer didapatkan nilai alpa=0,00 (p<0,05) yang berarti Ho gagal ditolak.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri sehingga disarankan pada remaja putri untuk menjaga pola makan yang sehat agar status gizinya baik.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Walaupun menstruasi datang setiap bulan
pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik saat
menjelang atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik saat
menstruasi yaitu nyeri hai
Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas
sehari – hari (Manuaba, 2001). Dismenore dibagi menjadi dua yaitu : dismenore
primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer ialah dismenore tanpa kelainan
anatomis genitalis dan dismenore sekunder ialah dismenore yang disertai kelainan
anatomis (Manuaba, 2008).
Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit
menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami
kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang. Nyeri ini dapat berlangsung
setengah hari sampai lima hari dan sering kali tampak seperti nyeri berkepanjangan.
Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak
dapat mengerjakan sesuatu apapun. Ada yang pingsan, ada yang merasa mual, ada
juga yang benar-benar muntah (Kingston, 2007).
Dismenore primer sering terjadi, sekitar 60-75% dialami oleh wanita muda.
2
ini mulai 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15-25
tahun. Frekuensi menurun sesuai pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah
melahirkan. Kram dirasakan pada abdomen bawah, tetapi dapat menjalar ke
punggung atau kepermukaan dalam paha. Pada kasus berat kram dapat disertai
muntah dan diare (Jones, 2007).
Di USA, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15%
diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu
melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine,
2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap
tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989). Di
Indonesia, angka kejadian dismenore 64,25% , terdiri dari 54,89% dismenore primer
dan 9,36% dismenore sekunder (Novie, 2011). Di Canada didapatkan 60% wanita
mengalami dismenore primer dengan kualitas nyeri sedang sampai berat, diantaranya
15% aktivitas mereka menjadi terbatas, dan 17 % dari mereka tidak hadir di sekolah
atau tempat kerja (Dawood, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novia & Puspitasari (2008) bahwa
kejadian dismenore pada remaja putri di RSUD Kabupaten Sidoardjo sebanyak 71,0
% dan yang tidak dismenore sebanyak 29,0 %. Gejala yang banyak menyertai
dismenore primer yang paling banyak dialami oleh responden yaitu rasa nyeri
dibagian bawah perut (90,1%), sakit pada punggung bawah (54,9%), dan yang paling
kurang dialami responden adalah pingsan (1,4%).
Menurut Brunner (1998) status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi
adanya keluhan-keluhan selama menstruasi. Secara psikologis wanita remaja yang
pertama sekali mengalami menstruasi akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan
keluhan-keluhan tersebut, hal ini dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi
(Paath, 2007).
Menurut Heryati (2005) remaja wanita disarankan untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang, sehingga status gizinya baik. Apabila status
gizi baik maka pada saat menstruasi remaja tidak akan mengalami keluhan seperti
nyeri haid atau dismenore. Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang digunakan
oleh tubuh sesuai dengan kebutuhan (Paath, 2007).
Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Susanto, Nasaruddin, dan Abdullah
pada tahun 2008 yang menemukan adanya hubungan antara status gizi terhadap
dismenore primer pada remaja putri di Kotamadya Makassar dengan uji Chi-Square
p-value 0,002. Selain itu penelitian lainnya pernah dilakukan Yustiana pada tahun
2009, menemukan ada hubungan status gizi dengan keluhan dismenore pada siswi
SLTP Surakarta, yaitu semakin tinggi status gizi maka semakin rendah keluhan
dismenore.
Dampak negatif dari dismenore primer ini adalah apabila remaja mengalami
dismenore primer berat maka setiap bulannya remaja akan membutuhkan waktu
untuk isirahat dirumah sehingga tidak bisa hadir disekolah untuk mengikuti pelajaran
otomatis prestasi belajar mereka akan menurun (Dawood, 2006).
Berdasarkan Survey Pendahuluan yang dilakukan di SMA Swasta Istiqlal Deli
Tua pada tanggal 15 Januari 2013 didapatkan sebanyak 157 orang (64,08%)
mengalami dismenore primer dan 88 orang (35,92%) tidak mengalami dismenore
primer.
Oleh karena begitu banyaknya remaja yang mengalami dismenore primer,
sedangkan pada usia remaja pola makan yang tidak sehat dimana mereka lebih suka
4
mempengaruhi status gizi remaja yang memicu terjadinya dismenore primer tersebut,
maka penelitian ini penting dilakukan agar dapat memberikan gambaran tentang
kejadian dismenore serta kaitannya dengan status gizi. Sehingga kedepannya
kejadian dismenore primer dapat diminimalkan terutama bagi remaja.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul pertanyaan yang akan dijawab
dalam penelitian ini.
1. Bagaimanakah keadaan status gizi pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal
Deli Tua Tahun 2013?
2. Bagaimanakah kejadian dismenore primer pada Remaja Putri di SMA Swasta
Istiqlal Deli Tua Tahun 2013?
3. Apakah ada hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada
Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua Tahun 2013?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer
pada Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui status gizi remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua.
2. Untuk mengetahui kejadian dismenore primer pada remaja putri di SMA
Swasta Istiqlal Deli Tua.
3. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1.Bagi Responden
Untuk memberikan informasi kepada remaja putri tentang hubungan status gizi
dengan kejadian dismenore primer agar dapat mempertahankan status gizi yang
normal.
1.4.2.Bagi pelayanan kebidanan
Untuk memberikan informasi tentang hubungan status gizi dengan kejadian
dismenore sehingga untuk kedepannya kejadian dismenore dapat diminimalkan
dengan diketahuinya faktor resiko tersebut.
1.4.3.Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan informasi kepada institusi dalam bidang penelitian obstetri
& ginekologi khususnya mengenai dismenore primer dan hubungan status gizi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dismenore Primer
2.1.1 Pengertian Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai
membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur (Mansjoer et al, 2006).
Dismenore primer adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas
sehari–hari (Manuaba, 2008). Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai
tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata (Wiknjosastro,2007).
2.1.2 Etiologi Dismenore Primer
Wiknjosastro (2007) menyatakan banyak teori telah dikemukakan untuk
menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas
dimengerti. Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,
antara lain :
1. Faktor Kejiwaan
Pada remaja putri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore
(Wiknjosastro, 2007).
2. Faktor konstitusi
Faktor ini yang erat hubunganya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit
menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore (Wiknjosastro,
3. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore
primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini
sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore.
Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam
hiperantefleksi (Wiknjosastro, 2007).
4. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak
dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Menurut Clitheroe dan
Pickles, endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan
memasuki peredaran darah, maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek lainnya
seperti: mual, muntah, diare. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin
memegang peranan penting pada timbulnya dismenore primer (Wiknjosastro, 2007).
5. Faktor alergi.
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale (Wiknjosastro,
2007).
6. Prostaglandin
Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin
memegang peranan penting dalam terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang
8
prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel
akibat pelepasan lisosim (Dawood, 2006).
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut
syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin
dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400
mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah,
sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri
spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam
peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah
(Dawood, 2006).
2.1.3 Faktor Risiko Dismenore Primer
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya dismenore primer pada remaja
adalah:
1. Silklus menstruasi ovulasi
Dismenore primer hanya terjadi pada siklus menstruasi ovulatorik. Karena
setelah terjadinya ovulasi sel-sel folikel tua setelah ovulasi akan membentuk korpus
luteum, sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan
implantasi, maka kadar estrogen dan progestron di sirkulasi akan menurun drastis.
Penarikan kembali kedua hormon stroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium
yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung
secara hormonal. Penurunan kadar hormon ovarium juga merangsang pengeluaran
endometrium serta menyebabkan kontraksi uterus. Bila kadar prostaglandin berlebih
maka akan memicu dismenore (Sherwood, 2008).
2. Riwayat ibu atau saudara kandung perempuan yang mengalami dismenore
primer
Menurut Ehrenthal (2006) adanya riwayat keluarga dan genetik berkaitan
dengan terjadinya dismenore primer yang berat (Sartika, 2011).
3. Usia menarche yang kurang dari 12 tahun
Menurut Widjanarko (2006) terdapat hubungan antara usia menarhe terjadi
lebih awal dari normal maka alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan
dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit pada
saat mentruasi (Sartika, 2011).
4. Adanya depresi
Menurut Ehrenthal (2006) risiko dismenore meningkat pada wanita yang
mempunyai riwayat dismenore dan stress tinggi sebelumnya dibanding dengan
wanita yang tidak mempunyai riwayat sebelumnya (Sartika, 2011).
5. Merokok dan minum alkohol
Menurut Ehrenthal (2006) pengaruh rokok terhadap dismenore primer masih
dalam perdebatan, dan pengaruh alkohol meningkatkan keparahan dari dismenore
primer (Sartika, 2011).
6. Status gizi
Menurut Heryati (2005) remaja wanita disarankan untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang, sehingga status gizinya baik. Apabila status
gizi baik maka pada saat menstruasi remaja tidak akan mengalami keluhan seperti
nyeri haid atau dismenore. Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang digunakan
10
7. Olah raga
Menurut Ehrenthal (2006) dengan berolah raga maka akan menurunkan gejala
dismenore primer (Sartika, 2011).
2.1.4 Gejala Dismenore Primer
Menurut Winkjosastro (2007) gejala dismenore primer yang terjadi adalah
nyeri pada perut timbul sebelumnya, bersamaan dengan permulaan haid, dan
berlangsung beberapa jam namun bisa sampai bertahan hingga beberapa hari, rasa
nyeri kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar hingga ke daerah pinggang dan paha, selain adanya rasa nyeri pada
sebagian orang dapat juga disertai dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,
iritabilitas, dan sebagainya.
2.1.5 Derajat Nyeri Dismenore Primer
Menurut Manuaba (2008) pembagian derajat dismenore primer secara klinis
ialah dismenore ringan yaitu berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja
sehari-hari. Dismenore sedang yaitu diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa
perlu meninggalkan kerjanya sedangkan dismenore berat yaitu perlu istirahat
beberapa hari dan dapat disertai, sakit kepala, sakit pinggang, diare, dan rasa
tertekan.
2.1.6 Dampak Dismenore Primer
Dengan dismenore primer yang berat penderita dapat absen masuk sekolah atau
tidak masuk bekerja untuk satu atau dua hari bahkan lebih karena dengan dismenore
primer yang berat penderita harus membutuhkan istirahat dan pengobatan (Dawood,
2.1.7 Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenore primer yaitu
prostaglandin uterine yang tinggi, aktivitas uteri normal, dan faktor emosi/psikologis.
Belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin menyebabkan dismenore
primer tetapi diketahui wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin empat
kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore (Siswadi, 2008).
2.1 Skema Patogenesis dismenore primer
Secara ringkas konsep patogenesis dismenore primer dapat digambarkan sebagai berikut : (Mansjoer, 2006).
Nisbah E,P > 0.01 Intervensi
Terapeutik
Aktivitas progestron ???
Kekuatan diniding Psikis (cekaman) Lisosom
Vasoperin Katekotamin
Vasokonstriksi
Iskemia Kerusakan Sel Prostaglandin
- Persepsi nyeri - Sensitifisasi
saraf tepi
Leukotrien kontraksi
Disritmik
12
2.1.4 Mekanisme Terjadinya Dismenore Primer
Korpus luteum berumur hanya 8 hari “korpus luteum menstruasionis” dan
sejak umur empat hari, telah terjadi menurun pengeluaran estrogen dan progestron
disertai perbandingan yang pincang (Manuaba, 2008).
Penurunan dan kepincangan E2/P = 0,01 menjadi memicu mengeluarkan dari
Enzim lipoksigenase dan sikloksigenase, Kerusakan membran sel sehingga dapat
dikeluarkannya asam fosfolipase, asam fosfatase dan mengeluarkan ion Ca,
pembentukan prostaglandin dari asam arakidonik (Manuaba, 2008).
2.2 Status Gizi
2.2.1 Definisi Status Gizi
Status gizi merupakan suatu tampilan keadaan keseimbangan atau perwujudan
nutriture dengan variabel spesifik (Paath, 2007). Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2007).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,
2008).
2.2.2 Pengukuran Status Gizi
Berbagai penilaian status gizi dikembangkan agar dapat mengenal tingkat
keadaan gizi seseorang. Penilaian status gizi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(Paath, 2007)
a. Pengukuran langsung
Antropometri. Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2008). Digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola
pertumbuhan fisik serta proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot (Paath,
2007).
Klinis. Metode pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi pada jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut, dan mukosa.
Dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik riwayat penyakit (Paath, 2007).
Biokimia. Pemeriksaan secara laboratorium untuk berbagai macam
jaringan tubuh. Dilakukan karena pemeriksaan klinis tidak spesifik sehingga
dilakukan pemeriksaan kimia yang hasilnya lebih tepat (Paath,2007).
Biofisik. Penggunaan metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi dan perubahan struktur jaringan. Biasanya dilakukan pada
situasi tertentu, seperti kejadian buta senja epidemik (Paath,2007).
b. Pengukuran tidak langsung
Survei konsumsi. Merupakan penentuan status gizi dengan melihat jumlah
dan macam zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan
pada masyarakat, keluarga memberikan gambaran. Konsumsi berbagai zat gizi
yang dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan gizi (Paath, 2007).
Statistik vital. Metode penilaian ini yaitu dengan menganalisis beberapa
data statistik kesehatan seperti angka kesakitan dan kematian karena penyakit
tertentu, angka kematian berdasarkan umur atau data lain yang berhubungan
dengan gizi (Paath, 2007).
Faktor ekologi. Pengukuran faktor ekologi penting untuk mengetahui
14
faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Bahan makanan yang tersedia
bergantung pada keadaan ekologi seperti tanah, iklim, atau pengairan (Paath,
2007).
2.2.3 Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks
antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh
dari indeks antropometri adalah Indeks Masa Tubuh (IMT) atau disebut dengan Body
Mass Index (Supariasa, 2008).
2.2.4 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Indeks, BMI) mengidentifikasi jumlah
jaringan adiposa berdasarkan hubungan tinggi badan terhadap berat badan dan
digunakan untuk menentukan kesesuaian berat badan wanita. Berikut adalah
persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung BMI : ( Meiliya & Esty,
2010:758 )
BMI = [ berat badan (kg) / tinggi badan (m2) ] x 100
ATAU
BMI = [ berat badan (pon) / tinggi badan (inci2) ] x 705
2.2.5 Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT
yang digunakan, seperti yang terlihat pada tabel 2.1 yang merupakan evaluasi BMI
Tabel 2.1 Evaluasi BMI pada Wanita
Dari national Heart, lung, and Blood Instituse : Clinikal guedelines on the nidentification, evaluation, and treatment of overweight and obesity in adults, washington, DC, 1998, National institutes of health.
2.2.6 Hubungan Status Gizi dengan Dismenore Primer
Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi adanya keluhan-keluhan
selama menstruasi. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami
menstruasi akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa
begah. Tetapi sebagian remaja tidak merasakan keluhan-keluhan tersebut, hal ini
dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi (Paath, 2007).
Menurut Heryati (2005) remaja wanita disarankan untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang, sehingga status gizinya baik. Apabila status
gizi baik maka pada saat menstruasi remaja tidak akan mengalami keluhan seperti
nyeri haid atau dismenore primer. Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang
digunakan oleh tubuh sesuai dengan kebutuhan (Paath, 2007).
Wanita yang mengalami dismenore primer perlu mengkonsumsi
kacang-kacangan, tofu karena baik untuk mengoptimalisasi kapasitas tubuh dalam menyerap
kalsium dan mengurangi kram perut saat menstruasi. Vitamin E dapat mengurangi
gejala sebelum haid dan B6 mengurangi depresi pada saat menstruasi (Sartika, 2011).
BMI STATUS
< 18,5 Berat Badan Kurang
18,5 – 23,9 Normal Untuk sebagian besar wanita
16
2.2.7 Beberapa Zat Gizi untuk Mengurangi Dismenore 1. Magnesium
Menurut Dean (2010) Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan
dapat memberikan rasa rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung
(Hill, 2002). Selain itu magnesium juga berfungsi untuk memperbesar pembuluh
darah sehingga mencegah ketegangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh sebab
itu megnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sakit saat mentruasi atau dismenore
primer (Sinaga, 2011).
Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian
dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta coklat juga merupakan
sumber magnesium yang baik (Almatsier, 2007).
2. Kalsium
Menurut Hill (2002) kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia,
antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan
pergerakan otot. Kalsium bersama dengan magnesium, berperan dalam transmisi
saraf. Jika otot tidak mempunyai cukup kalsium, maka otot tidak dapat mengendur
sehingga dapat mengakibatkan kram (Sinaga, 2011).
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu, seperti keju. Ikan
dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik.
Serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu dan
tempe, serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan
makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti
3. Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin E mempunyai
fungsi sebagai anti oksidan didalam tubuh (Hill, 2002). Vitamin E sangat penting
untuk merangsang reaksi kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah
keguguran dan sterilisasi serta mencegah gangguan menstruasi (Almatsier, 2007).
Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak
kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur-sayuran dan buah-buahan juga merupakan
sumber vitamin E yang baik. Daging, unggas, ikan dan kacang-kacangan
mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas (Almatsier, 2007).
4. Niasin (Asam Nikotinat)
Niasin berfungsi didalam tubuh sebagai koenzim Nikotinamida Adenin
Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP).
Koenzim ini diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikolisis, metabolisme
protein, asam lemak, pernafasan sel, dan detoksifikasi (Almatsier, 2007).
Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam dan kacang tanah. Susu
dan telur mengandung sedikit niasin. Sayur dan buah merupakan sumber niasin
(Almatsier, 2007).
Akibat kekurangan niasin adalah kelemahan otot, anoreksia, gangguan
pencernaan dan kulit kemerahan (Almatsier, 2007).
1.3 Remaja
2.3.1 Definisi Remaja
Secara etiomologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja
(adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara
18
muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu menurut Health
Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia
remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal (11-14
tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenisi ini
kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup
usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).
Pada seorang pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche) yang
berlangsung sekitar umur 10 – 11 tahun (Manuaba, 2008).
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: Secara
kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21
tahun. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik fungsi
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual dan secara
psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-anak
menuju masa dewasa.
2.3.2 Gizi Seimbang untuk Remaja
Banyak remaja terlalu memikirkan dietnya karena khwatir tentang penampilan
mereka. Juga banyak remaja putri yang tidak memahami bahwa peningkatan jaringan
lemaknya selama masa pubertas diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
normal. Kudapan berkonstribusi 30 persen atau lebih dari total asupan kalori remaja
setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium
dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Remaja harus didorong
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan
Kejadian Dismenore pada Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua” adalah
sebagai berikut :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti FAKTOR RISIKO
KEJADIAN DISMENORE 1. Siklus menstruasi ovulasi
2. Riwayat ibu atau saudara
kandung perempuan yang
mengalami dismenore
primer
3. Usia menarhe yang kurang
dari 12 tahun
4. Stress
5. Merokok dan meminum
alkohol
6 Status gizi (IMT)
Kejadian Dismenore Primer FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN DISMENORE Faktor Kejiwaan Faktor Konstitusi
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Faktor Endokrin
Faktor Alergi
20
3.2 Hipotesis
Ha : ada hubungan status gizi dengan kejadian dismenore pada remaja putri.
3.3 Defenisi Operasional No Variabel
Penelitian
Defenisi Operasional
Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Independen:
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh remaja putri SMA Swasta Istiqlal yang dilihat
berdasarkan indeks massa tubuh yang diukur dengan cara berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (m2)
1.Berat
badan→diukur dengan
timbangan injak (esca) dengan ketelitian 0,1 kg. 2. Tinggi badan →diukur dengan menggunakan
mikrotoise
dengan
ketelitian 0,1 cm
Mengukur berat badan dan tinggi badan
1. Normal, jika IMT 18,5-23,9 kg/m2
3. Tidak Normal jika IMT diluar dari 18,5-23,9 kg/m2
ordinal
2 Dependen: Dismenore Primer
Rasa sakit saat menstruasi sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Rasa sakit yang meliputi - Gejala rasa sakit yang dialami siswa SMA Swasta Istiqlal
- Derajat rasa sakit yang dialami siswa SMA Swasta Istiqlal - Waktu
mengalami rasa sakit dialami siswa SMA Swasta Istiqlal - Dampak rasa sakit yang dialami siswa SMA Swasta Istiqlal
Kuesioner Pengisian kuesioner oleh responden
Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari. b. Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerja.
c. Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai rasa sakit kepala, pinggang, diare
(Manuaba, 2008)
ordinal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat deskriptif colerasi dengan pendekatan cross
sectional yaitu untuk mengetahui hubungan status gizi dengan dismenore primer
pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan remaja putri di SMA Swasta
Istiqlal Deli Tua sebanyak 245 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan remaja putri kelas I dan II yang mengalami dismenore primer yaitu
dengan teknik total sampling atau sampling jenuh yaitu sebanyak 78 orang.
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua. Alasan pemilihan
tempat penelitian ditempat ini karena belum pernah dilakukan penelitian hubungan
status gizi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri dan karena tingginya
angka kejadian dismenore primer di SMA Swasta Istiqlal. Waktu penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari – Juni 2013.
4.4 Pertimbangan Etik
Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etik. Kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi dalam
22
dan kerugian dari penelitian ini, apa yang didapatkan sesudah diadakan penelitian.
Responden merasa setuju dan siap menjadi responden tanpa paksaan dipersilahkan
responden untuk membaca dan menandatangani informed consent, namun terdapat 2
responden yang menolak menjadi responden peneliti harus menghormati keputusan
responden karena itu merupakan hak responden. Peneliti meyakinkan responden
bahwa data yang diperoleh hanya dipergunakan untuk penelitian dan sangat dijaga
kerahasiaannya.
4.5 Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari
dua bagian yaitu untuk menanyakan data demografi dan informasi tentang dismenore
dan alat untuk mengukur IMT yang terdiri dari timbangan injak dan mikrotoise.
a. Kuesioner untuk data demografi responden yang meliputi umur, suku, usia
menarche.
b. Kuesioner untuk informasi tentang dismenore pada responden yang meliputi 5
pertanyaan yaitu pertanyaan no 1 tentang gejala dismenore, pertanyaan no 2
tentang lama dismenore, pertanyaan no 3 tentang waktu mengalami dismenore,
pertanyaan no 4 dan 5 tentang dampak dismenore.
c. Alat untuk mengukur berat badan responden digunakan timbangan injak (esca)
dengan ketelitian 0,1 kg dan telah diuji kesahihannya. Sebelum responden naik
keatas timbangan peneliti menera atau memperhatikan jarum tepat pada angka
0, peneliti melihat hasil sementara pandang responden tetap kedepan.
d. Alat untuk mengukur tinggi badan responden digunakan mikrotoise dengan
tinggi badan, responden disuruh tegak lurus tepat dibawah mikrotoise yang
telah digantung atau dipasang di dinding dan pandangan responden ke depan.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki ketepatan dan kecermatan.
Secara sederhana yang dimaksud dengan valid adalah shahih. Alat ukur atau
instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah
melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2010).
a. Uji validitas kuesioner tentang dismenore menggunakan validitas internal
rasional (conten validity) yang disusun mengacu pada isi yang dikehendaki. Uji
validitas telah dilakukan kepada salah satu dosen yang berkompeten dalam
bidang kesehatan reproduksi didapat hasil uji validitas dengan nilai 0,750.
Uji reliabilitas telah dilakukan kepada sampel yang memenuhi kriteria yang
seperti responden sebanyak 20 orang. Reliabilitas item diuji dengan melihat
Koefisien Alpha dengan melakukan Reliability Analysis dengan for Windows.
Telah dilihat nilai Alpha-Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item dalam
satu variabel. Dengan bantuan komputerisasi telah dilihat kolom Corrected
Item Total Correlation didapat hasil dengan nilai alpha 0,761 artinya kuesioner
yang diuji reliabel.
b. Penilaian kesahihan alat ukur variabel berskala numerik telah dilakukan
dengan cara menera alat ukur kepada salah satu ahli di Poli Klinik USU. Dan
untuk uji reliabilitas alat ukur telah digunakan secara berulang-ulang dengan
orang pemeriksa yang berbeda didapatkan selisih dari hasil pemeriksaan
dengan nilai 0,1 yang dianggap tidak begitu bermakna maka alat yang diuji
24
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti telah mendapatkan izin dari bagian pendidikan kemudian peneliti
menyerahkan surat penelitian kepada pihak sekolah, setelah mendapatkan izin
peneliti langsung menjumpai responden langsung kedalam kelas. Peneliti
menyerahkan kuesioner yang berisi tentang data demografi dan pertanyaan tentang
dismenore pada responden dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed
consent) dengan menanyakan kesediaan dijadikan sebagai responden dengan
menandatangani surat persetujuan penelitian, responden yang menolak menjadi
responden tidak dipaksa untuk mengisi kuesioner dan dilakukan pengukuran. Ada
dua orang responden menolak menjadi responden karena tidak ingin mengetahui
berat badan dan tinggi badannya. Sehingga total responden yang mengisi kuesioner
dan diukur berat badan dan tinggi badannya sebanyak 78 orang. Kemudian peneliti
menjelaskan langkah-langkah pengumpulan data kepada responden dan
dipersilahkan untuk bertanya tentang hal apapun yang tidak dimengerti responden
tentang pengisian kuesioner. Responden diberi waktu lima menit untuk mengisi
kuesioner, setelah responden selesai mengisi lembar kuesioner dengan memberi
nomor urut berdasarkan tempat duduk responden kemudian dikumpulkan kemudian
peneliti memanggil satu persatu berdasarkan lembar kuesioner untuk ditimbang berat
badan dan diukur tinggi badan responden masing-masing responden diukur selama
dua menit. Pengukuran dilakukan sendiri oleh peneliti. Selanjutnya hasil berat badan
dan tinggi badan dicatat pada lembar kuesioner kemudian untuk diolah oleh peneliti.
Setelah selesai peneliti menutup pertemuan dengan meyakinkan responden bahwa
hasil tersebut sangat dijaga kerahasiaannya, mengucapkan banyak terima kasih
4.8 Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Telah melakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul dan
menentukan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) responden.
b. Coding
Telah memberikan kode pada jawaban responden pada kuesioner dengan
jawaban a kode 1 dan sampe d kode 4, untuk IMT memberi kode 1 untuk normal dan
2 untuk tidak normal.
c. Tabulating
Telah memasukkan data ke dalam tabel untuk mempermudah analisa dan
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan penelitian dengan memasukkan data
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 78 responden. Penyajian hasil
penelitian ini meliputi deskriptif karakteristik responden, kejadian dismenore yang
dialami responden serta keadaan IMT responden.
5.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data maka
didapatkan hasil penelitian data demografi responden, status gizi responden dan
keadaan dismenore pada responden.
5.1.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan data demografi responden yang didapatkan dalam pengumpulan
[image:37.595.125.482.524.738.2]data dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel. 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden yang mencakup usia, suku dan usia menarche responden
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Umur (tahun)
<16 23 29,5
16-17 52 66,7
>17 3 3,8
Suku
Jawa 49 62,8
Minang 8 10,3
Lain-Lain 21 26,9
Usia menarche (tahun)
<12 9 11,5
12-15 68 87,2
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden mayoritas
berusia 16-17 tahun sebanyak 52 orang (66,7%), suku jawa sebanyak 49 orang
(62,8%) dan usia menarche pada usia 12-15 tahun sebanyak 68 orang (87,2%).
5.1.2 Status Gizi
Berdasarkan pengelompokan status gizi berdasarkan BMI/IMT responden
[image:38.595.112.484.306.349.2]dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Indeks Massa Tubuh (IMT) responden
IMT Responden Frekuensi Persentase
Normal 49 62,8
Tidak normal 29 37,2
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki IMT
yang normal sebanyak 49 orang (62,8%).
5.1.3 Kejadian Dismenore Primer
Berdasarkan jawaban responden tentang dismenore primer yang dirasakan
setiap bulan dapat dikelompokkan kejadian dismenore sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi dan Frekuensi Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua
Dismenore Primer Frekuensi Persentase
Ringan 33 42,3
Sedang 32 41,0
Berat 13 16,7
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengalami
[image:38.595.115.482.597.654.2]28
5.1.4 Hubungan Status Gizi dengan Dismenore Primer
Berdasarkan hasil penelitian yang menghubungkan status gizi dengan
dismenore primer pada remaja putri SMA Swasta Istiqlal Deli Tua diperoleh hasil
[image:39.595.115.524.267.337.2]sebagai berikut:
Tabel 5.4 Hubungan Status Gizi dengan Dismenore Primer pada Remaja Putri SMA Swasta Istiqlal Deli Tua
Status gizi Dismenore primer P
value
Ringan Sedang Berat
f % f % f %
Normal 31 63,3 17 34,7 1 2,0 0,00
Tidak normal 2 6,9 15 51,7 12 41,4
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang siqnifikan
antara status gizi dengan dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal
Deli Tua dengan nilai p = 0,00 yang berarti nilai p< α (0,00<0,05).
5.2 Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri
di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua Tahun 2013.
5.2.1 Status Gizi
Hasil penelitian kepada 78 responden ditemukan 49 orang (62,8%) dengan
status gizi normal, namun terdapat juga responden yang status gizi tidak normal
sebanyak 29 orang (37,2%) yang mencakup status gizi kurang dan lebih dan ini
Dari hasil uji crosstabulation terlihat bahwa responden dengan status gizi
normal sebanyak 49 orang (62,8%) mayoritas berada pada usia 16-17 tahun sebanyak
31 orang (63,3%), mayoritas bersuku jawa sebanyak 34 orang (69,4%) dan usia
menarche responden mayoritas pada usia 12-15 tahun sebanyak 42 orang (85,7%).
Sedangkan responden dengan status gizi tidak normal mayoritas berada pada usia
16-17 tahun sebanyak 21 orang (72,4%), mayoritas bersuku jawa sebanyak 15 orang
(51,7%) dan usia menarche responden mayoritas berada pada usia 12-15 tahun
sebanyak 26 orang (89,7%).
Hal ini disebabkan karena masih banyak remaja yang tidak berprilaku hidup
sehat sehingga status gizi tidak normal. Menurut Paath (2011) banyak remaja yang
memikirkan dietnya dikarenakan takut bermasalah dengan berat badan sehingga
remaja lebih memilih kudapan namun mereka tidak sadar kudapan yang dimakan
banyak mengandung lemak sehingga status gizi menjadi tidak normal. Status gizi
juga sangat mempengaruhi terjadinya menarche, salah satunya usia menarche.
Semakin tinggi status gizi seseorang maka semakin cepat usia menarche tersebut
(Paath, 2011).
Masalah gizi pada usia 16-17 tahun atau masa remaja timbul dikarenakan oleh
perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan (Paath, 2011). Menurut Arisman (2004) remaja lebih
memilih makanan yang tidak sehat yaitu sangat sedikit mengandung kalsium, besi,
riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, melainkan mengandung lemak jenuh,
kolesterol, dan natrium tinggi, dengan status gizi seperti ini akan mempengaruhi
kepekaan terhadap rasa nyeri pada saat menstruasi sehingga remaja banyak yang
30
Hal ini sesuai dengan penelitian Tinah dan Diyah (2009) yang menyatakan ada
hubungan antara status gizi kurang dengan kejadian dismenore pada remaja putri di
SMA Negeri 3 Sragen. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2011) didapatkan
mayoritas responden dengan status gizi normal sebanyak 90 orang (69,2%), namun
ditemukan juga responden dengan kategori overweight sebanyak 18 orang (13,8%).
5.2.2 Kejadian Dismenore Primer
Hasil penelitian kepada 78 responden ditemukan responden mengalami
dismenore primer ringan sebanyak 33 orang (42,3%), namun didapatkan juga
responden yang mengalami dismenore primer berat sebanyak 13 orang (16,7%).
Terlihat bahwa dismenore primer merupakan suatu masalah pada remaja putri di
SMA Swasta Istiqlal karena dengan mengalami dismenore primer berat remaja
membutuhkan waktu istirahat dirumah sehingga absen hadir disekolah hal ini sesuai
dengan pendapat Dawood (2006) bahwa dampak dari dismenore primer adalah
keidakhadiran di sekolah dan tempat kerja.
Hasil uji crosstabulation terlihat bahwa responden yang mengalami dismenore
primer ringan mayoritas berusia 16-17 tahun sebanyak 20 orang (60,6%), mayoritas
bersuku jawa sebanyak 23 orang (69,7%) dan mengalami menarche mayoritas pada
usia 12-15 tahun sebanyak 30 orang (90,9%). Sedangkan responden yang mengalami
dismenore primer berat mayoritas berada pada usia 16-17 tahun sebanyak 8 orang
(61,5%), mayoritas bersuku jawa sebanyak 7 orang (53,8%) dan mengalami
menarche mayoritas pada usia 12-15 tahun sebanyak 11 orang (84,6%).
Menurut Neinstein (2007) kejadian dismenore didunia sangat besar. Berbagai
penelitian di indonesia telah membuktikan bahwa kejadian dismenore tinggi yaitu
berat sehingga mereka harus meninggalkan pekerjaan maupun sekolah 1-3 hari
selama sebulan. Dan menurut Morgan dan Hamilton (2009) dismenore primer lebih
sering terjadi pada usia remaja persentasenya 40-50%, biasanya dismenore primer
terjadi 1-3 tahun setelah menarche (Sartika, 2011).
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Dawood juga bahwa di USA,
diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya
mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan
kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah
diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di
Amerika Serikat karena dismenore primer. Di Indonesia, angka kejadian dismenore
64,25% , terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder
(Novie, 2011). Di Canada didapatkan 60% wanita mengalami dismenore primer
dengan kualitas nyeri sedang sampai berat, diantaranya 15% aktivitas mereka
menjadi terbatas, dan 17 % dari mereka tidak hadir di sekolah atau tempat kerja
(Dawood, 2006).
Hal ini didukung oleh penelitian Chia (2012) bahwa prevalensi dismenore dari
semua siswi SMA Santo Thomas 1 Medan adalah sebanyak 53,9% dari 89
responden. Penelitian yang dilakukan oleh Tinah dan Diyah (2009) bahwa dari hasil
penelitian sebagian besar responden mengalami nyeri haid yaitu sebanyak 39
responden (97,5%).
5.2.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Primer
Dari hasil uji chi square didapatkan hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua. Pada
32
tidak normal didapatkan yang mengalami dismenore ringan mayoritas status gizi
normal sebanyak 31 orang (63,3%), sedangkan responden yang mempunyai status
gizi tidak normal mayoritas mengalami dismenore sedang sebanyak 15 orang
(51,7%) dan 12 orang (41,4%) bahkan mengalami dismenore berat. Hal ini mungkin
karena remaja yang tidak menjaga pola hidup sehat sehingga dengan keadaan kurus
dan kegemukan mengakibatkan terlalu peka terhadap rasa sakit pada saat menstruasi.
Secara langsung adanya keterkaitan IMT tidak normal yaitu IMT kurang yaitu
terjadinya ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh maka simpanan zat gizi akan
berkurang karena cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidak
cukupan itu. Keadaan seperti ini menyebabkan kondisi fisik lemah sehingga
ketahanan terhadap nyeri akan berkurang (Supariasa, 2008). Sedangkan pada
keadaan IMT lebih kaitannya dengan status gizi yaitu semakin banyak lemak
semakin banyak pula prostaglandin yang dibentuk, sedangkan peningkatan kadar
prostaglandin dalam sirkulasi darah diduga sebagai penyebab dismenore. Menurut
Okparasta (2003) prostaglandin menyebabkan penigkatan aktivitas uterus dan
serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar
prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan
intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat.
Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan
mengurangi aliran darah sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang
mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam
jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula
diare, mual, dan muntah (Agustianingsih, 2010).
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Susanto,
antara status gizi terhadap dismenore primer pada remaja putri di Kotamadya
Makassar dengan uji Chi-Square p-value 0,002. Selain itu penelitian lainnya pernah
dilakukan Yustiana pada tahun 2009, menemukan ada hubungan status gizi dengan
keluhan dismenore pada siswi SLTP Surakarta, yaitu semakin tinggi status gizi maka
semakin rendah keluhan dismenore.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak terlepas dari berbagai kekurangan.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah sample dalam penelitian yang
kurang banyak sehingga tidak dapat mewakili semua kategori serta masih banyak
hal-hal yang dapat mempengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja antara lain
olah raga, riwayat dismenore pada keluarga, stress, kebiasaan merokok dan minum
alkohol, pola makan dan lain-lain. Faktor-faktor ini tidak diteliti karena keterbatasan
dana, sarana dan prasarana. Pengambilan data melalui kuesioner, yaitu peneliti hanya
mempercayai apa yang diakui oleh responden tanpa melakukan pemeriksaan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1. 1Status Gizi Responden
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan status gizi responden mayoritas
normal sebanyak 49 orang (62,8%), namun didapatkan juga responden dengan status
gizi tidak normal sebanyak 29 orang (37,2%).
6.1. 2Kejadian Dismenore Primer
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas responden
mengalami dismenore primer ringan sebanyak 33 orang (42,3%), responden dengan
dismenore sedang sebanyak 32 orang (41,0%) namun ditemukan juga responden
dengan dismenore berat sebanyak 13 orang (16,7%).
6.1. 3Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Primer
Remaja yang dengan status gizi normal mayoritas mengalami dismenore
primer ringan (n=31; 63,3%). Sedangkan remaja yang dengan status gizi tidak
normal mayoritas mengalami dismenore sedang (n=15; 51,7%). Maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang siqnifikan antara status gizi dengan kejadian
dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua yang diuji
6.2 Saran
6.2.1 Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat mendorong remaja putri untuk menjaga pola hidup
sehat dengan menyeimbangkan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yaitu
makan tiga kali sehari dan mengurangi makan makanan yang banyak mengandung
pengawet makanan sehingga status gizi baik dan dapat mengurangi rasa nyeri saat
menstruasi.
6.2.2 Bagi Praktik Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada petugas kesehatan agar
dapat memberikan penyuluhan kepada remaja terkait tentang dismenore primer dan
hubungannya dengan status gizi.
6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan kepada peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti dalam ruang lingkup yang sama yaitu seperti
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer. Diharapkan peneliti
selanjutnaya dapat meneliti lebih sempurna dari penelitian ini salah satunya pada
pengumpulan data lebih baik menggunakan teknik wawancara karena peneliti
36
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Agustianingsih, 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dismenore.
Chia, Toh Thing. 2011. Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Dismenore Pada
Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan. Fakultas Kedokteran universitas Sumatera Utara medan.
Dawood, MY. 2006. Prymary Dysmenorhea. The American College of Obstetricians
and Gynecologists (ACOG), vol. 108, no.2, August, pp.428-436.
oktober 2012.
Ehrenthal, dkk. 2006. Menstrual Disorders; women Healht Series. ACP Press: USA.
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode penelitian kebidanan & teknik analisa data. Jakarta: Salemba medika.
Kusmiran, Eny.2011. Kesehatan reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika.
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi (fundamentals of
Obstetrics and Gynaecology). Jakarta : Hipokrates.
Mansjoer,Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : media Aesculapius.
Manuaba, 2008. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
Meiliya, Eny & Esty Wahyuningsih, 2010. Buku Saku Kebidanan / Constance
Sinclair. EGC
Neinstein, LS. 2007. Adolescen Health Care: A Practical Guide. Ed.5. Lippiccot Williams dan Wilkins. Philadelphia
Novie
Diambil Sabtu 15 09 2012 12.03 wib.
Novia & Puspitasari. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dismenore
Primer.The Indonesian Journal of Public Health, Vol 4, No. 2. Maret 2008: 96 104.journal.lib.unair.ac.id/index.php/IJPH/article/view/771/770. Diakses Selasa
2012-10-23 16.19 wib.
Paath, Erna Francin et al. 2007. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Sartika, Sabhiyana 2011. Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche pada Siswi
Kelas IX SMPN 87
Jakart
Sastroasmoro, Sudigdo, Ismail Sofyan. 2011. Dasar-dasar metode penelitian klinis
edisi ke 4. Jakarta: CV Sagung Seto.
Siswadi,Yakobus et al. 2008. Klien Gangguan sistem reproduksi dan seksualitas.
Jakarta: EGC.
Sinaga, Fitriani. 2011. Hubungan Asupan Kalsium dengan Tingkat Dismenore pada
Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya .Medan.
Susanto, R, Nasaruddin, AM, Nusratuddin, A. 2008. Analisis Kasus Dismenore
Primer pada Remaja Putri di Kotamadya Makassar
Supariasa, I.Nyoman. 2008. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Suyanto dan Ummi Salamah. 2009. Riset Kebidanan metodologi & Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Sherwood, L. 2008. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta: EGC.
Tinah dan Diyah. Hubungan Indeks Masa Tubuh < 20 Dengan Kejadian Dismenore
Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 3 Sragen.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
38
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Dengan Hormat,
Nama Saya Dewi Sartika Nasution, sedang menjalani pendidikan di program
DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian
yang bejudul “ Hubungan Status Gizi Keluarga dengan Kejadian Dismenorea ”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dan
riwayat dismenore pada keluarga dengan kejadian dismenore.
Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada saudari tentang :
a. Data demografi seperti usia saudari, kejadian dismenore yang saudara
alami.
b. Serta melakukan pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan Saudara.
Partisipasi Saudari bersifat suka rela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.
Untuk penelitian ini Saudari tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Saudari
membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama : Dewi Sartika Nasution
Alamat : Jl. Universitas no 20 ( Asmaru USU)
Terima kasih saya ucapkan kepada saudari yang telah ikut berpartisifasi pada
penelitian ini. Keikutsertaan saudari dalam penelitian ini akan menyumbangkan
sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan
saudari bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.
Medan, Maret 2013
Peneliti
40
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI di SMA SWASTA ISTIQLAL KECAMATAN DELI
TUA KABUPATEN DELI SERDANG
A. Data Responden
No Responden :
Umur :
Suku :
Usia pertama kali mengalami menstruasi : tahun
B. Kuesioner Tentang Dismenore Petunjuk Pengisian
1. Baca dan pahamilah setiap pertanyaan dengan baik.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan apa yang anda alami, berilah
tanda silang (X) pada setiap jawaban dibawah ini.
3. Setelah selesai kembalikan kuesioner ini kepada penulis atau petugas yang
Soal :
1. Bagaimanakah gejala rasa sakit yang anda alami saat menstruasi setiap
bulannya?
Rasa sakit pada perut bagian bawah
Rasa sakit pada perut bawah hingga ke pinggang
Rasa sakit pada perut bagian bawah hingga ke paha
Rasa sakit pada seluruh tubuh
2. Berapa lama anda mengalami rasa sakit saat menstruasi tersebut?
Kurang dari 1 jam
1- 6 jam
1 hari
Lebih dari 1 hari
3. Pada saat kapankah anda mengalami rasa sakit tersebut?
hari pertama menstruasi
hari kedua menstruasi
hari ketiga menstruasi
hari ke empat menstruasi
4. Apakah rasa sakit saat menstruasi yang anda alami mengganggu konsentrasi
belajar anda disekolah ?
Tidak terganggu
Kadang-kadang terganggu
Sedikit terganggu
42
5. Apakah dampak yang anda alami saat mengalami rasa sakit menstruasi
tersebut?
Semangat belajar menurun
Tidak masuk sekolah
Tidak bisa melakukan kegiatan disekolah
Lampiran 11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
Nama : Dewi Sartika Nasution
Nim : 125102014
Tempat Tanggal Lahir : Mananti, 25 April 1990
Agama : Islam
Nama Ayah : Sallem Nasution
Nama Ibu : Erma Wati Siregar
Status di Keluarga : Anak kedua dari lima bersaudara
Alamat Rumah : Desa Mananti Kec. Simangambat Kab. Paluta
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1997 – 2003 : SD Negeri Ujung Batu Jae Simangambat Tahun 2003 – 2006 : SLTP Negeri 3 Padang Bolak
Tahun 2007 – 2009 : SMA Negeri 1 Padang Bolak Tahun 2009 – 2012 : Program D-III Kebidanan
Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada
Medan