SKRIPSI
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN UANG MUKA MINIMUM KREDIT (DOWN TO PAYMENT) TERHADAP
PERMINTAAN MOBIL DI KOTA MEDAN
OLEH
ANNA OCTORA MARPAUNG 090501077
PROGRAM STUDI STRATA 1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Transportasi merupakan proses aktifitas perpindahan suatu barang dan manusia dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu alat transportasi yang mempermudah manusia dalam proses perpindahan tersebut adalah mobil. Mobil merupakan salah satu bentuk dari sarana transportasi darat yang sudah banyak diminati oleh masyarakat.
Berbagai kemudahan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan dalam hal pemberian kredit mobil menyebabkan kenaikan tingkat konsumtif serta terjadi bubble perkekonomian di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Medan sehingga perlu diatur oleh Bank Indonesia dengan mengeluarkan kebijakan
Loan to Value untuk KPR serta minimum down to payment untuk KKB.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari kenaikan minimum kredit down to payment terhadap permintaan mobil di kota Medan, baik keuntungan dan kerugian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data menggunakan studi dokumen dengan teknik analisis data melalui tahap pengumpulan informasi.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa skema regulasi LTV pengetatan oleh bank sentral akan memiliki dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak menguntungkan adalah meningkatnya kualitas kredit dan transisi diharapkan untuk kredit produktif sehingga dapat menumbuhkan perekonomian. Dampak negatif terutama dalam industri otomotif adalah penurunan ditakuti dalam penjualan mobil yang menurunkan pertumbuhan ekonomi di kota Medan.
ABSTRACT
Transportation is an activity processing to remove things and peoples from one place to another place. One of the tools that can facilitate human transportation in the process is car. Car is one form of land transportation in interest by the public.
Various facilities provided by the company in terms of providing car loans cause an increase in the level of consumption occurs in the bubble economy in public life in Indonesia especially in Medan therefore BI have to make a program by issuing a policy for housing credit and minimum down to payment for motor vehicles credit.
This research aims to examine effect of the minimum down payment loan policy to sales volume of cars in Medan, both the advantages and disadvantages of economic growth in Medan. This study used descriptive qualitative research methods. The data collection used a documentary study with data analysis techniques through the stages of information collection, reduction, presentation and drawing conclusions.
The results of this study concluded that the regulatory scheme LTV tightening by the central bank will have a significant impact in economic growth in Indonesia. Beneficial impact is the rising of credit quality and the expected transition to productive credit so as to grow the economy. Adverse impact especially in the automotive industry is the feared decline in auto sales which lower economic growth in Medan.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Yesus Kristus atas segala berkat, hikmat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Ucapan terima kasih yang begitu besar untuk kedua orang tua yang saya sayangi
Posman Marpaung dan Kennedy Nahampun atas doa, nasehat, perjuangan dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, nasihat
dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc.Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan Bapak
Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi dan Bapak
Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya Hasibuan, M.Si selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan
5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
banyak membantu dan member masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada kakak dan adik saya Grace Yuliana Marpaung dan Anggi Theresia
Marpaung untuk doa, motivasi dan perhatiannya kepada penulis.
7. Kepada junior saya Bripda Albert Daniel Sinaga yang telah banyak membantu
dan memberi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Untuk teman-teman saya di spokey, Zean Evelyn, Aldhiko Yendie, dan Harry
Prabowo dan teman-teman kuliah saya Agnes Pertiwi, Evi Manalu, Anastasya
Siahaan, terimakasih atas kebersamaannya selama perkuliahan dan semoga kita
semua sukses di hari depan.
9. Kepada teman-teman dan keluarga yang tidak dapat penulis tuliskan satu per
satu, atas doa dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan peneliti lainnya, serta penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Tinjauan Pustaka ... 11
2.1.1 Teori Permintaan ... 11
2.1.2 Perusahaan Pembiayaan ... 13
2.1.3 Macam-Macam Leasing ... 17
2.1.4 Resiko Dalam Perusahaan Pembiayaan ... 18
2.1.5 Kredit ... 21
2.1.6 Kredit Kendaraan Bermotor ... 34
2.1.7 Penelitian Terdahulu ... 32
2.2 Kerangka Konseptual ... 36
2.3 Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 38
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 38
3.3 Batasan Operasional ... 39
3.4 Definisi Operasional ... 39
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.6 Teknik Analisis ... 42
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 46
4.1.1 Kondisi Geografis Kotamadya Medan ... 46
4.1.2 Sejarah Perkembangan Transportasi ... 47
4.1.3 Gambaran Umum Perusahaan ... 48
4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan ... 51
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ... 59 5.2 Saran ... 60
DAFTAR TABEL
Lampiran Judul Halaman
1.1 Daftar Nama Perusahaan Otomotif di
Indonesia....……... 3
1.2 Perkembangan Jumlah Mobil…... 6
4.1 Data Penjualan Mobil…………... 52
4.2 Uji Nilai Statistics Sample Pair T - Test... 53
4.3 Uji Korelasi Paired T – Test……... 53
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
ABSTRAK
Transportasi merupakan proses aktifitas perpindahan suatu barang dan manusia dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu alat transportasi yang mempermudah manusia dalam proses perpindahan tersebut adalah mobil. Mobil merupakan salah satu bentuk dari sarana transportasi darat yang sudah banyak diminati oleh masyarakat.
Berbagai kemudahan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan dalam hal pemberian kredit mobil menyebabkan kenaikan tingkat konsumtif serta terjadi bubble perkekonomian di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Medan sehingga perlu diatur oleh Bank Indonesia dengan mengeluarkan kebijakan
Loan to Value untuk KPR serta minimum down to payment untuk KKB.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari kenaikan minimum kredit down to payment terhadap permintaan mobil di kota Medan, baik keuntungan dan kerugian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data menggunakan studi dokumen dengan teknik analisis data melalui tahap pengumpulan informasi.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa skema regulasi LTV pengetatan oleh bank sentral akan memiliki dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak menguntungkan adalah meningkatnya kualitas kredit dan transisi diharapkan untuk kredit produktif sehingga dapat menumbuhkan perekonomian. Dampak negatif terutama dalam industri otomotif adalah penurunan ditakuti dalam penjualan mobil yang menurunkan pertumbuhan ekonomi di kota Medan.
ABSTRACT
Transportation is an activity processing to remove things and peoples from one place to another place. One of the tools that can facilitate human transportation in the process is car. Car is one form of land transportation in interest by the public.
Various facilities provided by the company in terms of providing car loans cause an increase in the level of consumption occurs in the bubble economy in public life in Indonesia especially in Medan therefore BI have to make a program by issuing a policy for housing credit and minimum down to payment for motor vehicles credit.
This research aims to examine effect of the minimum down payment loan policy to sales volume of cars in Medan, both the advantages and disadvantages of economic growth in Medan. This study used descriptive qualitative research methods. The data collection used a documentary study with data analysis techniques through the stages of information collection, reduction, presentation and drawing conclusions.
The results of this study concluded that the regulatory scheme LTV tightening by the central bank will have a significant impact in economic growth in Indonesia. Beneficial impact is the rising of credit quality and the expected transition to productive credit so as to grow the economy. Adverse impact especially in the automotive industry is the feared decline in auto sales which lower economic growth in Medan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Transportasi adalah sarana yang sangat penting dalam memperlancar roda
perekonomian. Tersedianya sarana transportasi yang memadai dalam suatu daerah
atau negara dapat memperlancar aktivitas masyarakatnya serta dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi bangsa atau negara tersebut. Sarana transportasi seiring dengan
perkembangan zaman terus beralih dari kendaraan tanpa mesin menjadi kendaraan bermotor
dengan menggunakan berbagai jenis mesin yang juga modern dan canggih. Pertambahan
jumlah penduduk membuat kebutuhan masyarakat akan transportasi, khususnya mobil,
semakin meningkat. Sarana transportasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan
manusia pada zaman sekarang ini. Hal ini dikarenakan transportasi merupakan salah satu
sarana utama bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk bergerak dan berpindah dari
satu tempat ke tempat yang lainnya dengan cepat.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pembangunan yang ada di segala
bidang saat ini, perkembangan sarana transportasi pun telah berlangsung dengan
cepat. Selain itu, seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, muncul
keinginan masyarakat untuk memperoleh sarana penunjang hidup yang memadai
termasuk sarana transportasi. Mobil merupakan salah satu bentuk dari sarana
transportasi darat yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat. Pada umumnya
masyarakat membeli mobil untuk menikmati dua fungsi, yaitu: sebagai sarana untuk
barang-barang dalam aktivitas sehari-hari, sedangkan fungsi yang lainnya adalah
untuk mendapatkan suatu prestise yang akan memberikan kepuasan tersendiri bagi
seseorang.
Kota Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dalam hal
ini terus melakukan pembangunan di berbagai bidang transportasi. Sektor transportasi
di kota Medan juga terus mengalami perkembangan sejarah yang disertai dengan
perkembangan pembangunan daerah di setiap sektor. Seperti halnya di Kotamadya
Medan jumlah kendaraan bermotor roda empat terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Berbagai merek mobil yang ditawarkan juga semakin hari semakin
bertambah.
Perkembangan industri otomotif terutama dalam industri mobil yang semakin
kompetitif yang ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan dalam bidang
otomotif yang menawarkan berbagai jenis mobil dengan tipe dan harga yang
bervariatif, sehingga hal ini dapat menimbulkan persaingan yang semakin ketat.
Misalnya perusahaan Astra Internasional sebagai dealer resmi dari Toyota Motor
mengeluarkan jenis mobil dengan tipe Avanza, kemudian perusahaan lain juga
mengeluarkan tipe mobil yang hampir mirip yaitu Xenia dengan harga yang lebih
murah. Hal ini mengakibatkan adanya penurunan pembelian untuk tipe Toyota
Avanza, maka untuk memenangkan persaingan perusahaan harus mempunyai strategi
bersaing yang lebih baik lagi agar dapat meningkatkan volume penjualannya.
terdapat di kota Medan serta bersaing dengan cukup ketat diantaranya perusahaan
Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi, Ford.
Tabel 1.1
Daftar Nama-nama Perusahaan Otomotif
NO NAMA
PERUSAHAAN
JENIS MOBIL YANG DITAWARKAN
1 Honda Jazz
Civic
CRV
Freed
City
Accord
2 Suzuki Swift
Escudo
Grand Vitara
APV
Estillo
3 Daihatsu Xenia
Estillo
Sirion
GrandMax
4 Mitsubishi Kuda
Pajero
Colt
Galant 1300
Strada
5 Ford Everest
Ranger
Fiesta
Escape
Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba atau keuntungan
yang optimal bagi kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu cara atau teknik
pencapaian tujuan tersebut adalah memperbesar omset penjualan yaitu dengan
melakukan penjualan secara kredit. Tujuan dari penjualan secara kredit tersebut
adalah memberikan keringanan kepada calon pelanggan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Dengan melakukan penjualan secara
kredit, berarti perusahaan tidak menerima uang tunai pada saat terjadinya transaksi
penjualan, ini berarti perusahaan menanamkan modal dalam bentuk piutang.
Pendapatan yang diperoleh dari penjualan kredit sangat besar artinya bagi
perusahaan yang bersangkutan karena piutang memiliki likuiditas yang tinggi selain
kas. Maka untuk meningkatkan omset penjualan secara kredit tersebut diperlukan
sistem pemberian kredit yang efektif dan efisien. Karena tanpa adanya
sistem-sistem pemberian kredit yang efektif dan efisien, maka akan sulit memperoleh laba
secara maksimum. Mengingat semakin banyaknya persaingan dari perusahaan yang
melakukan sistem penjualan secara kredit untuk meningkatkan laba perusahaannya,
maka diperlukan suatu sistem pemberian kredit yang benar-benar mampu menarik
minat debitur sehingga mau melakukan pembelian secara kredit pada perusahaan
kredit.
Saat ini masyarakat semakin memiliki kecenderungan untuk membeli
kendaraan bermotor karena selain uang muka yang ringan, perusahaan pembiayaan
juga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam pembelian kendaraan bermotor.
muka. Walaupun tingkat pendapatan masyarakat di Indonesia masih terbilang rendah,
namun dengan biaya uang muka mobil yang rendah pula masyarakat tidak terlalu
mempermasalahkannya.
Berbagai kemudahan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan dalam hal
pemberian kredit mobil ini menyebabkan kenaikan tingkat konsumtif di dalam
kehidupan masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Medan. Kenaikan tingkat
konsumtif masyarakat terhadap kendaraan bermotor khususnya mobil ini berdampak
buruk pada lingkungan sekitar. Kemudahan dalam pembelian mobil yang diberikan
berdampak pada peningkatan volume mobil. Peningkatan volume tersebut tidak
sebanding dengan peningkatan infrastruktur jalan, banyaknya masyarakat yang
mengendarai mobil mengakibatkan tingkat kemacetan tinggi semakin tinggi. Selain
itu meningkatnya permintaan mobil selama 4 tahun terakhir ini mengakibatkan
peningkatan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.
Dampak lainnya adalah akses transportasi secara berkelanjutan menjadi tidak
efektif. Selain itu kemudahan yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan dalam
hal memberikan kredit mobil mengakibatkan terjadinya kenaikan kredit konsumtif
dimana kenaikan ini secara langsung meningkatkan terjadinya resiko kredit macet
yang akan dialami oleh perbankan. Tentunya karena uang itu oleh nasabah akan
digunakan untuk tujuan konsumtif, maka risiko bagi bank bahwa nasabahnya tidak
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah Mobil (1990-2011)
(Sumber : data Badan Pusat Statistik)
Seiring meningkatnya permintaan masyarakat terhadap Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), maka diperlukan
kehati-hatian dari pihak perbankan dalam penyaluran KPR dan KKB mengingat
pertumbuhan kedua jenis kredit tersebut yang sangat signifikan berpotensi
menimbulkan berbagai risiko bagi bank. Sementara dari sudut pandang
makroprudensial, pertumbuhan KPR yang terlalu tinggi juga dapat mendorong
Tahun Jumlah Mobil
1990 1313210
1991 1494607
1992 1590750
1993 1700454
1994 1890340
1995 2107299
1996 2409088
1997 2639523
1998 2769375
1999 2897803
2000 3038913
2001 3189319
2002 3403433
2003 3792510
2004 4231901
2005 5076230
2006 6035291
2007 6877229
2008 7489852
2009 7910407
2010 8891041
peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya (bubble)
sehingga dapat meningkatkan risiko kredit bagi bank-bank dengan eksposur kredit
properti yang besar. Dalam face recovery biasanya dua sektor yang cepat sekali
pertumbuhannya bisa berpotensi bubble, antara lain otomotif dan properti. Saat ini
yang sudah terlihat jelas potensi bubble ekonomi adalah sektor otomotif. Sebelum
pecahnya bubble di sektor otomotif, sudah terlihat membanjirnya produk otomotif di
jalan akibat kemudahan dalam proses pembelian, yang salah satunya melalui
pembiayaan bank. Oleh karena itu, agar tetap dapat menjaga perekonomian yang
produktif dan mampu menghadapi tantangan sektor keuangan dimasa yang akan
datang, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan yang dapat memperkuat ketahanan
sektor keuangan untuk meminimalisir sumber-sumber kerawanan yang dapat timbul,
termasuk pertumbuhan KPR dan KKB yang berlebihan. Kebijakan tersebut dilakukan
melalui penetapan besaran Loan to Value (LTV) untuk KPR dan Down Payment (DP)
untuk KKB sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada
Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan
Bermotor yang mulai berlaku pada Juni 2012. Disamping itu, kebijakan makro
prudensial Loan to Value (LTV) dan minimum Down Payment (DP) juga mendukung
upaya menekan impor untuk mengurangi tekanan terhadap defisit transaksi berjalan.
Down Payment (DP) untuk bank yang memberikan Kredit Kendaraan
Bermotor (KKB) sebagaimana diatur dalam Surat Edaran adalah untuk pembelian
roda empat untuk keperluan non produktif DP minimal 30% dan untuk pembelian
kendaraan bermotor roda empat atau lebih untuk keperluan produktif DP minimal
20%. Penjelasan untuk keperluan produktif sesuai pengaturan Surat Edaran adalah
merupakan kendaraan angkutan orang atau barang yang memiliki izin yang
dikeluarkan oleh pihak berwenang untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, atau
diajukan oleh perorangan atau badan hukum yang memiliki izin usaha tertentu yang
dikeluarkan oleh pihak berwenang dan digunakan untuk mendukung kegiatan
operasional dari usaha yang dimiliki.
Rencana Bank Indonesia menurunkan rasio kredit terhadap nilai barang yang
diberikan kredit atau loan to value dengan menaikkan down payment kredit otomotif
diprediksi akan mengurangi target penyaluran kredit di segmen tersebut. Kebijakan
ini menimbulkan pergeseran segmen kredit perbankan karena permintaan debitur
untuk kedua jenis kredit tersebut menurun. Rencana Bank Indonesia menurunkan
rasio kredit terhadap nilai barang yang diberi kredit dengan menaikkan uang muka
kredit otomotif tersebut diperkirakan akan menahan pertumbuhan industri
pembiayaan. Di lain pihak, penerbitan ketentuan tersebut menimbulkan keresahan di
kalangan produsen kendaraan bermotor serta perusahaan pembiayaan, sementara
sektor perbankan menyambut baik implementasi ketentuan tersebut mengingat aspek
prudential banking dapat ditingkatkan sehingga bank lebih terlindungi dari risiko,
Berdasarkan uraian di atas, dengan mengamati antara kebijakan minimum
down payment dengan permintaan mobil maka penulis melakukan penelitian di
daerah kodya madya Medan. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah :
“ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN UANG MUKA MINIMUM KREDIT (DOWN TO PAYMENT) TERHADAP PERMINTAAN MOBIL DI KOTA MEDAN”
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah kebijakan minimum down payment berpengaruh terhadap permintaan
mobil di kota medan ?
2. Apakah ada perbedaan permintaan mobil setelah kebijakan minimum down
payment dengan sebelum kebijakan minimum down payment ?
3. Apakah kebijakan minimum down to payment memberikan dampak yang nyata
baik kepada perusahaan maupun perbankan di kota Medan?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk lebih mengetahui lebih nyata mengenai pengaruh kebijakan minimum
2. Untuk lebih mengetahui perkembangan permintaan mobil di kota medan sebelum
dan sesdah diterapkannya kebijakan minimum down payment di kota Medan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Untuk menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil
penelitian yang sudah ada yang menyangkut topik yang sama.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu
yang telah dipelajari.
3. Sebagai bahan studi, literatur, dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan
akademisi, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan 1. Permintaan
Aktivitas ekonomi adalah aktivitas manusia dalam hal menggunakan alat-alat
yang terbatas jumlahnya, guna memenuhi kebutuhannya. Permintaan akan sesuatu
artikel, adalah jumlah kesatuan tertentu yang akan dibeli dengan macam-macam
harga, selama jangka waktu tertentu.
Kita perlu membedakan :
a. Permintaan seorang individu akan sesuatu barang (dd);
b. Permintaan total akan sesuatu barang atau (DD). D = demand
Permintaan total adalah jumlah kesatuan yang akan di beli oleh semua
individu, pada pasar tertentu dengan macam- macam harga. Senantiasa ada harga
tertentu, di atas mana individu menolak untuk membeli.
Determinan-determinan permintaan :
i. Selera atau preferensi-preferensi konsumen;
ii. Pendapatan para konsumen berupa uang;
iii. Harga benda-benda lain yang berhubungan dengannya;
iv. Perkiraan konsumen mengenai harga-harga dan pendapatan-pendapatan di masa
v. Jumlah konsumen di pasar.
2. Teori Keynes Mengenai Permintaan Konsumsi
a. Konsumsi dan Pendapatan Disposibel
Seperti dirumuskan oleh Keynes (Schaum 1993), fungsi konsumsi merupakan
fungsi yang disposibel, karena direncanakan pada berbagai tingkat pendapatan
disposibel. Keynes percaya bahwa skedul konsumsi yang direncanakan ini
merupakan hukum psikologis yang fundamental dimana perubahan konsumsi lebih
kecil dari perubahan pendapatan disposibel.
b. Teori Pendapatan Absolut
Teori Keynes menyatakan bahwa konsumsi agregat berhubungan secara
langsung tetapi tidak proporsional dengan tingkat pendapatan disposibel agregat
sekarang dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka panjang para pakar
ekonomi mencoba menyusun kembali dengan memasukkan variabel-variabel obyektif
dan subyektif ke dalam fungsinya. Tetapi penyesuaian fungsi-fungsi jangka pendek
dan jangka panjang ini di nilai tidak memuaskan, karena hubungan proporsional
konsumsi jangka panjang dengan pendapatan disposibel tidak dijelaskan secara
teoritis tetapi sebagai suatu gejala kebetulan.
c. Teori Pendapatan Relatif
Teori pendapatan relatif yang dikembangkan oleh James Dusenberry dinilai
proporsional dan tidak proporsional antara konsumsi agregat dan pendapatan
disposibel agregat. Dalam menyajikan teorinya, mula-mula hipotesa tentang perilaku
individu, kemudian dengan menggunakan asumsi-asumsi umum mengenai konsumsi
agregat.
Menurut pandangan Dusenberry (Diulio, 1993 : 61), keputusan konsumsi dan
tabungan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang hidup. Jadi
seseorang dengan pendapatan tertentu berkonsumsi lebih banyak bila dia hidup di
lingkungan orang kaya daripada dia hidup di lingkungan yang lebih miskin. Perilaku
konsumsi di dalam suatu lingkungan relatif terhadap pola konsumsi tetangganya,
yaitu dia menggunakan uang agar dapat memelihara suatu status ekonomi tertentu di
dalam lingkungannya. Jika distribusi pendapatan relatif konstan, mungkin sekali APC
seseorang konstan karena konsumsi mempunyai hubungan dengan pendapatannya
yang relatif di dalam suatu masyarakat dan tidak dihubungkan dengan tingkat
pendapatan absolut. Karena itu secara agregat, kita mengharapkan suatu hubungan
proporsional antara konsumsi agregat dengan pendapatan disposibel agregat.
2.1.2 Perusahaan Pembiayaan
Pengertian dari perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, dalam pasal 1
huruf (b) dikatakan bahwa perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank
yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan perusahaan
pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan.
Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang
perusahaan pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari perusahaan
pembiayaan antara lain: sewa guna usaha; anjak piutang; usaha kartu kredit; dan/atau
pembiayaan konsumen.
Leasing (sewa-guna-usaha) adalah seti
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing
perusahaan dapat memperoleh
langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau
enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Melalui pembiayaan leas
modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita
mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang
besar. Bagi
perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan roda
kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang modal
dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang
cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan
leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan
membeli secara tunai.
D
Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan
No.KEP-122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari
1974 tentang perizinan
pe
kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit.
Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan.
Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam
kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di
Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai
suatu lembaga keuangan non bank.
Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri
Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974,
Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah:
”Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati
bersama”.
Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang
berkepentingan, yaitu :
1. Lessee
pihak perusahaan leasing.
2. Lessor
Pemilik dari aktiva yang akan di lease, atau pihak yang menyewakan barang dan
dapat terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor merupakan perusahaan yang
menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal.
3. Supplier
Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual
kepada lessee dengan pembiayaan secara tunai oleh lessor.
4. Bank
Secara tidak langsung bank terlibat dalam kontrak tersebut, namun pihak bank
memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
5. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara
2.1.3 Macam-macam Leasing
Secara garis besar leasing dibagi dua jenis:
1. Finansial Lease
Ciri utama pada financial lease ini ialah pada akhir kontrak lessee mempunyai
hak pilih (hak opsi) untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa yang
disepakati, atau mengembalikannya kepada lessor, atau memperpanjang masa kontrak
sesuai syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Perusahaan leasing pada jenis ini
berlaku sebagai suatu lembag
barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan.
Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga,
syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang
tersebut. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada
supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan
atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada
lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah
disepakati bersama.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan
kepada lessee untuk jangk
yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah
dikeluarkan oleh lessor. Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor
diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan
adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
2.1.4 Resiko di Dalam Perusahaan Pembiayaan
Secara umum, berbagai risiko yang mempengaruhi kinerja perusahaan
pembiayaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut Risiko Mikro dan Risiko Makro.
Berikut penjelasan risiko-risiko tersebut.
1. RISIKO EKONOMI MIKRO
a. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan muncul ketika konsumen atau debitur mengalami
kesulitan dalam membayar angsuran tepat pada waktunya. Risiko ini dapat meningkat
saat jumlah pinjaman semakin bertambah. Pemantauan intensif terhadap saldo pokok
pinjaman merupakan hal yang kritis dalam upaya menghindari risiko pembiayaan
Risiko pembiayaan ini akan selalu menjadi sebuah faktor dalam pertumbuhan bisnis
maka mengelola dan meminimalisasi risiko tetap harus menjadi fokus utama
perusahaan.
b. Risiko Pendanaan
Risiko pendanaan akan muncul saat perusahaan menemui kesulitan dalam
mendapatkan sumber dana, baik dalam bentuk pinjaman maupun pendanaan bersama.
membatasi kemampuan untuk menawarkan fasilitas pembiayaan kepada konsumen.
Risiko dapat juga berupa ketidaksesuaian atas jangka waktu sumber dana dengan
jangka waktu pembiayaan maupun tingkat bunga yang diperoleh dengan tingkat
bunga yang ditetapkan kepada konsumen yang berakibat pada tidak sesuainya arus
kas hingga mempengaruhi perkembangan perusahaan.
c. Risiko Persaingan
Setelah krisis ekonomi di Indonesia yang tak terduga pada tahun 1998,
sejumlah perusahaan pembiayaan terperangkap dengan lonjakan suku bunga tetap. Ini
sangat bermasalah untuk mereka yang memfokuskan pada factoring & leasing serta
produsen alat-alat berat. Sejak itu, perusahaan pembiayaan mulai beralih, menyusun
strategi untuk sektor pembiayaan konsumen. Akhirnya, pada tahun 2001, pembiayaan
konsumen adalah satu – satunya sektor yang terus berkembang dalam bidang
pembiayaan -bermula dari pembiayaan sepeda motor dan mobil. Bisnis tersebut terus
berkembang hingga sekarang, dan telah manjadi bagian penting dari perkembangan
bidang pembiayaan di Indonesia. Aspek yang lain dari kegiatan ekspansi pembiayaan
konsumen adalah setiap perusahaan pembiayaan di Indonesia menghadapi persaingan
yang semakin tajam.
d. Risiko Operasional
Risiko operasional berhubungan dengan kontrol dan prosedur. Jika ditambah
mengakibatkan efek negatif pada mutu layanan dan pengontrolan operasional. Jika
kesalahan tersebut tidak terdeteksi atau tidak diperbaiki dalam jangka waktu yang
lama, quality control dan layanan bagi konsumen akan menderita -begitu juga dengan
keuntungan dan reputasi Perusahaan.
2. RISIKO MAKRO EKONOMI
a. Risiko Perekonomian
Berbagai risiko ekonomi mempunyai hubungan erat dengan kondisi umum
perekonomian nasional, perubahan tak terduga seperti penurunan tingkat
pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, tingkat suku bunga yang sangat tinggi,
fluktuasi mata uang atau bahkan harga energi yang tinggi. Semua faktor yang seperti
tidak mempunyai hubungan satu sama lain ini dapat memberi efek negatif bagi
kinerja Perusahaan.
b. Risiko Sosial dan Keamanan
Perkembangan sosial yang negatif di Indonesia (seperti huru-hara dan
kerusuhan sosial yang lain) mempunyai pengaruh negatif untuk bisnis. Untuk itu,
perkembangan bisnis strategis atau peningkatan jumlah cabang harus dipelajari
c. Risiko Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal
Kebijaksanaan moneter dan fiskal dapat mempengaruhi operasional
Perusahaan Dalam era keuangan yang ketat, Perusahaan harus dapat mengimbangi
efek kebijaksanaan tersebut dengan mencari sumber dana alternatif, seperti pasar
modal atau sumber dana luar negeri. Sumber dana yang lancar akan memberi
pengaruh jangka panjang yang baik untuk sebuah pemimpin pasar. Dalam waktu
yang sama, seluruh peningkatan suku bunga harus bisa diimbangi dengan strategi
pendanaan yang terpadu; pendek kata, Perusahaan harus terus menerus mencari
strategi pendanaan yang kreatif dan menghasilkan.
2.1.5 Kredit
1. Pengertian Kredit
Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam
bahasa Latin kredit berarti “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si
pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima
kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk
membayar sesuai jangka waktu.
Dalam melaksanakan penjualan kepada konsumen dapat dilakukan dengan
dua cara, yakini dengan cara tunai maupun dengan cara kredit. Penjualan secara tunai
akan menimbulkan pendapatan secara langsung bagi perusahaan sedangkan penjualan
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan puhak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga,
sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Ada beberapa pengertian kredit, di antara menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2002 : 31,4) merumuskan kredit adalah peminjaman atau tagihan yang dapat
diperssamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutagnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian tersebut piutang dapat dipersamakan
dengan kredit. Dari rumusan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan kredit
terjadi suatu penyerahan barang, uang, atau tagihan yang menimbulkan tagihan
tersebut kepada pihak lain dengan harapan pihak yang memberi pinjaman mendapata
tambahan nilai dari pokok pinjaman yang berupa bunga sebagai pendapatan.
Penjualan kredit sering dilakukan oleh perusahaan namun melalui proses
seleksi. Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang /
perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit
a. Untuk meningkatkan penjualan.
b. Untuk menarik daya beli konsumen.
c. Dengan meningkatnya penjualan baik secara kredir maupun tunai maka
diharapkan keuntungan akan meningkat.
d. Dengan adanya hubungan hutag piutang, maka hubungan perusahaan dengan
pelanggan akan semakin erat.
Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah
benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit.
Analisis kredit mencakup latar belakag nasabah atau perusahaan, prospek usahanya,
jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar
bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.
Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan
bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga
kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam
menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet.
Namun, faktor analisis ini bukanlah penyebab utama kredit macet walaupun sebagian
besar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya
mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindarkan oleh
Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang
dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam karena
dilihat terlebih dahuli penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan
membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang
jangka waktunya. Namun, jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali,
maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh
nasabah.
2. Unsur -Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut.
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa
uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa
datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan
penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian
dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon
kredit.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak
dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut
bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
d. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko
tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kedit semakin besar
risikonya demikan pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko
yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.
e. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal denagn nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi
kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan
3. Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian
kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan
utama pemberian kredit adalah sebagai berikut.
a. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting
untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus menderita kerugian,
maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).
a. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut,
maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas uasahanya.
b. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin kredit berarti adanya peningkatan
4. Jenis-Jenis Kredit
Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan
jenis kreditnya. Dalam prakteknya kredit yang ada pada masyarakat terdiri dari
beberapa jenis. Begitu juga dengan pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat.
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai
berikut.
a. Dilihat dari segi kegunaan
(1) Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi. Masa pemakaiannya untuk
satu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah
untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
(2) Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
(1) Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
Kredit ini diberikan untuk mengahasilkan barang dan jasa.
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsikan secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk
digunakan oleh seseorang atau badan usaha.
(3) Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada agen-agen perdagangan
yang akan membeli barang dalam jumlah besar.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
(1) Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
(2) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi.
(3) Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit
d. Dilihat dari segi jaminan
(1) Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya
setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan
si calon debitur.
(2) Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tapa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta
loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
5. Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur atau pemberian kredit adalah langkah yang harus dilalui oleh suatu
permohonan kredit mulai dari permohonan diajukan sampai dengan kredit itu
direalisasikan hingga kredit lunas. Secara umum ada beberapa tahapan yang harus
dilalui dalam prosedur pemberian kredit.
a. Tahapan permohonan
Yaitu tahapan dimana pemberi kredit menerima permohonan kredit yang diajukan
oleh calon nasabah beserta dengan proyek proposalnya (bila ada).
b. Tahapan penilaian analisis
Yaitu tahapan dimana pihak pemberi kredit melakukan analisa terhadap
c. Tahapan pemutusan
Tahapan dimana pihak pemberi kredit memberikan keputusan terhadap hasil
analisa permohonan kredit, apakah disetujui atau tidak.
d. Tahapan pengikatan jaminan
Yaitu tahapan dimana dilakukan pengikatan jaminan yang diserahkan oleh calon
nasabah kepada puhak pemberi kredit.
e. Tahap realisasi
Yaitu tahap dimana pemberi kredit memberikan prestasi kepada debitur berupa
jaminan.
f. Tahap pengawasan dan pembinaan nasabah
Yaitu tahap dimana pihak pemberi kredit harus secara lebih aktif melakukan
pengawasan dan pembinaa terhadap nasabah, agar kredit yang diberikan tidak
disalahgunakan.
g. Tahap penyelamatan atau penyelesaian kredit
Yaitu tahap dimana pemberi kredit melakukan penyelamatan penyelesaian atas
kredit yang diterima nasabahnya.
2.1.6 Kredit Kendaraan Bermotor
Kredit Kendaraan Bermotor merupakan jenis kredit yang termasuk ke dalam
jenis kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi.
dihasilkan, karena memang ditujukan untuk digunakan oleh seseorang atau badan
usaha. Kredit konsumtif ini ditujukan untuk memperlancar jalannya proses
konsumtif, dalam artian uang kredit akan habis digunakan atau semua akan terpakai
untuk memenuhi kebutuhannya.
Salah satu kredit dalam jenis kedit konsumtif yang paling banyak diminati
adalah kredit kendaraan bermotor, yang merupakan salah satu kredit yang diberikan
berdasarkan penentuan besaran kredit yang diajukan.Besarnya jumlah kredit yang
dibutuhkan ditentukan oleh :
1. Bagian dari pendapatan tetap yang akan disisihkan untuk pembayaran angsuran
dan bunga kredit setiap bulannya.
2. Nilai dari rumah, kendaraan, alat-alat rumah tangga dan lainnya yang akan dibeli
atau dibutuhkan
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, yaitu
diantaranya bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian
tertulis, memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan
kurang sehat dan akan membawa kerugian, memberikan kredit melampaui batas
maksimum pemberian kredit (legal lending kredit), bank tidak diperkenankan
memberikan kredit untuk pembelian saham,dan modal kerja dalam rangka kegiatan
jual beli saham.
Para nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit dari bank tidak
telah diperjanjikan. Pada kenyataannya di dalam praktik selalu ada sebagian nasabah
yang tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya.
Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka akan tergambar
perjalanan kredit menjadi terhenti atau macet. Penyebab lainnya juga bisa disebabkan
oleh kesalahan atau kelalaian pihak bank sendiri yakni perilaku pengelola dan pemilik
bank yang cenderung mengeksploitas, mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam
berusaha menjadi salah satu penyebab sistem perbankan keropos juga karena
lemahnya pengawasan dari Bank Indonesia.
Penanganan atas KKB bermasalah dapat dilakukan secara sistemtris dengan
menindaklanjuti peringatan dini, yang diperoleh dari pengamatan secara langsung
terhadap nasabah. Kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang diperoleh secara
langsung dari nasabah patut diidentifikasi dan diwaspadai dengan menentukan
langkah yang tepat dan segera harus diambil untuk melakukan perbaikan sebelum
KKB menjadi bermasalah dan berkembang semakin memburuk. Dalam pelaksanaan
angsuran oleh nasabah terdapat tanda-tanda atau kejadian yang dapat dikategorikan
sebagai gejala dini KKB bermasalah, yaitu:
a. Angsuran tidak tepat waktu.
b. Jumlah angsuran tidak sesuai dengan jumlah kewajiban.
c. Sulit ditemui atau sering menghindar.
e. Adanya pengurangan hari atau jam kerja.
f. Adanya pemutusan hubungan kerja atau program pensiun dipercepat.
Dari beberapa gejala dini yang telah disebutkan di atas, ada beberapa gejala
yang menyebabkan kredit bermasalah pada KKB,antara lain :
(1) Nasabah dipecat, hal ini menyebabkan nasabah tidak dapat lagi menjalankan
kewajibannya sebab gaji yang menjadi agunan pokok dari kredit ini sudah tidak
ada lagi.
(2) Perusahaan atau instansi tempat dimana nasabah bekerja bangkrut atau tutup, hal
ini menyebabkan nasabah tidak dapat bekerja lagi sehingga untuk memenuhi
kewajibannya cukup sulit untuk dilakukan.
(3) Banyaknya pinjaman lain, apabila nasabah juga mempunyai banyak pinjaman lain
maka kemungkinan jumlah angsuran akan berkurang atau tidak dibayarkan.
(4) Menurunnya hasil usaha debitur, seperti misalnya pada nasabah professional yaitu
berkurangnya jumlah pasien/klien sehingga sumber untuk melakukan angsuran
berkurang.
(5) Pengalihan tujuan penggunaan kredit.
Dalam setiap perjanjian kredit bank selalu dicantumkan tujuan penggunaan kredit
tersebut, tetapi berdasarkan data di lapangan diperoleh data bahwa nasabah
seringkali mengalihfugsikan kendaraan bermotor yang menjadi objek kredit untuk
keperluan usaha, misalnya yaitu menyewakan kepada orang lain.
(7) Nasabah meninggal dunia.
Penyelesaian melalui jalur hukum, dilakukan apabila upaya restrukturisasi
atau penyelesaian secara damai sudah diupayakan secara maksimal dan belum
memberikan hasil atau debitur tidak menunjukkan itikad baik. Sebagai pihak yang
menghadapi masalah, pihak bank setidaknya mempertimbangkan lembaga
penyelesaian sengketa mana yang dipandang secara efektif dan efisien dengan yang
memuaskan, antara lain :
1. Penyelesaian melalui Pengadilan Negeri, dapat dilakukan dengan memberikan
somasi atau peringatan yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan
dengan mengajukan gugatan secara perdata kepengadilan negeri.
2. Penyelesaian melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).
3. Lembaga lelang negara.
Adanya melalui lembaga lelang ini dikarenakan pada setiap KKB-BRI
bermasalah yang dalam penyelesaian secara damai tidak membuahkan hasil,
maka kendaraan yang menjadi objek kredit ditarik dari kepemilikan nasabah
untuk selanjutnya dilelang melalui lembaga yang sah.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie
Kurnia menyebutkan kekuatan daya beli masyarakat dan laju pertumbuhan industri
otomotif menjadi mesin pendorong industri pembiayaan. Penyaluran pembiayaan
naik 20 persen sampai dengan akhir tahun 2010. Tahun 2011, industri pembiayaan
penyaluran dana tidak bisa dihindarkan. Ini yang harus diantisipasi oleh perusahaan
pembiayaan.
2.1.7 Penelitian Terdahulu
1. Jeanne Ananti Sutanto (2012) dengan judul: Analisis Dampak Rencana Regulasi
Loan To Value (LTV) pada Kredit Konsumsi di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dampak LTVR pada kredit konsumen, baik
keuntungan dan kerugian dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data
menggunakan studi dokumen dengan teknik analisis data melalui tahap
pengumpulan informasi, reduksi, presentasi dan kesimpulan gambar. Hasil dari
penelitian ini menyimpulkan bahwa skema regulasi LTV pengetatan oleh bank
sentral akan memiliki dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Dampak menguntungkan adalah meningkatnya kualitas kredit dan
transisi diharapkan untuk kredit produktif sehingga dapat menumbuhkan
perekonomian. Dampak negatif terutama dalam industri otomotif adalah
penurunan ditakuti dalam penjualan mobil yang menurunkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
2. Wahyu Wibisono dengan judul : Analisis Pengaruh Minimal Uang Muka Kredit
(Down Payment) Terhadap Volume Penjualan Sepeda Motor di Kabupaten
bagaimana pengaruh kebijakan minimal uang muka kredit (down payment)
terhadap volume penjualan sepeda motor di Kabupaten Jombang. Berdasarkan
hasil analisis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni melalui
perhitungan uji T bahwa besaran uang muka kredit berpengaruh signifikan
terhadap volume penjualan sepeda motor. Uang muka kredit merupakan penentu
besarnya jumlah pembiayaan yang harus dikeluarkan perusahaan pembiayaan
untuk membiayai pembelian sepeda motor. Dalam konsep time value of money
pada skedul amortisasi pinjaman, presentase uang muka kredit yang lebih kecil
dibandingkan dengan pokok pinjaman akan merugikan pembeli (debitor). Hal
tersebut mengakibatkan jumlah bunga yang harus dibayarkan akan menjadi sangat
besar. Perusahaan pembiayaan yang bekerjasama dengan dealer sepeda motor
melakukan penyesuaian terhadap peraturan pemerintah tentang pemberlakuan
2.2 Kerangka Konseptual
Perusahaan Pembiayaan
Kredit Kendaraan Bermotor
Permintaan Mobil
Peningkatan sifat konsumtif masyarakat
Kenaikan Volume Permintaan Mobil
Kebijakan Down
Payment
• Pengaruh Kebijakan minimum Down to Payment terhadap permintaan mobil di Kota Medan
• Perkembangan permintaan mobil sebelum dan sesudah Kebijakan minimum Down to Payment di Kota Medan
• Dampak kebijakan minimum Down to Payment terhadap perekonomian di Indonesia
Bubble
2.3 Hipotesis
Hipotesa merupakan suatu dugaan sementara terhadap suatu permasalahan
yang ada. Hal ini menjadi suatu kesimpulan sementara yang harus di uji
kebenarannya.
Adapun yang menjadi hipotesa dalam skripsi ini adalah :
1. Kebijakan minimum Down to Payment berpengaruh positif terhadap permintaan
mobil di kota Medan.
2. Ada perbedaan permintaan mobil di kota Medan setelah kebijakan minimum
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam
menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut :
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Medan yaitu pada PT. Astra
Internasional Auto 2000 cabang Medan yang merupakan agen tunggal dari pemasaran
mobil dengan merek Toyota. Hingga saat ini, PT. Astra Internasional cukup
berkembang pesat dan juga di nilai mampu memenuhi permintaan masyarakat
terhadap kebutuhan alat - alat transportasi sehingga dapat memberikan informasi
kepada penulis, khususnya untuk mengetahui seberapa besar dampak kebijakan
minimum down payment terhadap permintaan mobil di kota Medan.
3.2. Jenis dan Sumber data 3.2.1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung ke
lapangan. Dalam hal ini peneliti langsung melakukannya ke beberapa showroom di
• Data penjualan
• Prosedur pemberian KKB
3.2.2. Data Sekunder
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka. Sumber data diperoleh dari
publikasi resmi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI),
showroom dan dari sumber-sumber lain yang relevan.
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
3.3.1 Variabel Independen (X) adalah kebijakan pembatasan uang muka kredit
(down payment).
3.3.2 Variabel Dependen (Y) adalah permintaan mobil di kota Medan.
3.4.Definisi Operasional
1. Kebijakan menurut Talidzuhu Ndraha berasal dari terjemahan kata policy, yang
mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batasan-batasan kompetensi aktor
dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat. Analisis kebijakan
dalam arti historis yang paling luas merupakan suatu pendekatan terhadap
pemecahan masalah sosial di mulai pada satu tonggak sejarah ketika pengetahuan
dan reflektif kemungkinan menghubungkan pengetahuan dan tindakan. (William
N Dunn).
2. Down payment adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli (nasabah)
kepada bank dalam rangka pembelian suatu barang. Selain itu down payment juga
bisa berarti pembayaran uang kepada pihak lain yang belum memberikan prestasi
atau memenuhi kewajiban, misalnya kepada kontraktor pada saat kontrak
ditandatangani atau kepada penjual yang belum menyerahkan barangnya,
pembayaran sebagian dan harga yang telah disepakati oleh pembeli kepada
penjual yang merupakan tanda bahwa perjanjian jual beli yang diadakan telah
mengikat (advance, down payment) (Khairillah, 2011).
3. Permintaan adalah suatu keinginan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang
diekspresikan melalui pembelian barang dan jasa. Bagi produsen permintaan
adakah sesuatu yang harus dipenuhi melalui penciptan produk atau jasa sesuai
dengan yang diinginkan, karena dengan memenuhi permintaan akan diperoleh
keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan yang menjadi tujuan utamanya.
4. Bubble economy adalah (ekonomi balon) adalah sebuah ekonomi yang besar
dalam perhitungan kuantitas moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor riil,
bahkan sektor riil tersebut amat jauh ketinggalan perkembangannya. Disebut
apa-apa kecuali udara. Ketika ditusuk, ternyata ia kosong (Agustiano, 2010). Menurut
Wikipedia.com, definisi dari gelembung ekonomi (bubble economy) gelembung
spekulatif,atau gelembung keuangan adalah perdagangan dalam volume besar
dengan harga yang sangat berbeda dengan nilai intrinsiknya. Dengan kata lain,
memperdagangkan produk atau aset dengan harga yang lebih tinggi daripada nilai
fundamentalnya (id.wikipedia.org, 2011).
5. Overheating secara umum adalah kondisi ekonomi dimana pertumbuhan
meningkat sangat tinggi namun tidak dari meningkatnya produksi di dalam
negeri, tetapi dari peningkatan konsumsi, sehingga inflasi diperkirakan bisa
terjadi sangat tinggi. Dengan kata lain pertumbuhan konsumsi sangat tinggi jauh
di atas pertumbuhan produksi di sebuah negara. Overheating akan terjadi di saat
kapasitas ekonomi tidak mampu lagi mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat, atau kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa (sisi
supply) tidak secepat peningkatan tingkat konsumsi (sisi demand).
3.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan
kepustakaan berupa buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, dan
Selain itu penulis juga melakukan penelitian lapangan (field research) yaitu
metode pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung terhadap objek
yang diteliti, dalam hal ini data lapangan yang diambil yaitu berupa data penjualan
dari dealer Toyota di kota medan. Pengumpulan data yang dilakukan penulis disini
diperoleh melalui riset (pengambilan data) langsung dengan menggunakan data
skunder dari kantor AUTO 2000 cabang Medan. Data yang dikumpulkan kemudian
disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran yang jalas dari sekumpulan data yang diperoleh.
3.6. Teknik Analisis
Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah, yaitu bagaimana pengaruh
kebijakan minimum Down Payment terhadap permintaan mobil di kota Medan dan
bagaimana perkembangan permintaan mobil sebelum dan sesudah diberlakukannya
kebijakan minimum Down Payment. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan Down
Payment terhadap tingkat permintaan mobil di kota Medan peneliti menggunakan
metode analisis regresi uji beda berpasangan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keragaman atau mean dari dua
kelompok yang sejenis atau dua kelompok yang berpasangan, dan biasanya penelitian
percobaan (eksperimentasi) sangat sesuai memakan pengujian ini. Misalnya seorang
peneliti ingin menguji pemahaman terhadap teori yang diberikan dalam seminar
simulasi dan konvensional. Maka yang dimaksud dengan kelompok yang sejenis
adalah peserta seminar yang mendapat terapan dari kedua metode tersebut. sedangkan
yang dimaksud dengan kelompok yang berpasangan adalah misalnya subjek 1 dari
metode konvensional dibandingkan hasilnya dengan subjek 1 metode simulasi, subjek
2 metode konvensional dibandingkan dengan subjek 2 metode simulasi, dan
seterusnya.
Uji beda berpasangan biasanya digunakan untuk menguji perbedaan antara
dua pengamatan. Uji beda berpasangan biasanya dilakukan pada subjek yang di uji
pada situasi sebelum dan sesudah proses, atau subjek yag berpasangan ataupun
serupa. Misalnya jika kita ingin menguji banyaknya gigitan nyamuk sebelum diberi
lotion anti nyamuk merek tertentu maupun sesudahnya. Lanjutan dari uji t
berpasangan adalah uji Anova berulang.
Uji t-berpasangan (paired t-test) adalah satu metode pengujian hipotesis
dimana data yang digitukan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering
ditemui pada kasus ini yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian)
dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang
sama, peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari perlakuan
pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa
kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian.
pertama, peneliti menrangkan tentang kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua,
barulah objek penelitian tersebut dikenai suatu tindakan tertentu, misalnya pemberian
obat. Dengan demikian performance obat dapat diketahui dengan cara
membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah diberikan obat.
Lanjutan dari uji t berpasangan adalah uji ANOVA berulang.
Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan uji beda berpasangan adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah 5% (α=0.05).
2. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang dirumuskan:
Ho : µd
(Ada perbedaan pada jumlah permintaan mobil sebelum kebijakan dan sesudah
diberlakukan kebijakan minimum down payment).
Ha : µd ≠ 0
(Tidak ada perbedaan rata-rata jumlah permintaan mobil sebelum kebijakan dan
sesudah diberlakukan kebijakan minimum down payment).
3. Memilih uji distribusi.
Pengujian distribusi yang digunakan yaitu distribusi t karena sampel yang
digunakan adalah kecil (n) ≤ 30. Nilai t dapat dilihat dari tabel.
Perhitungan yang digunakan adalah:
t = � ��/√�
dimana:
d : rata-rata selisih dua nilai.
Sd : Standar deviasi.
Sd =�Σ� 2−(Σ�)2
� �−1
4. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan berdasarkan pada perbandingan nilai dengan nilai dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel( t hitung > t tabel ),
maka Hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima.
b. Apabila nilai t hitung lebih kecil dari pada nilai t tabel (t hitung < t tabel),
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis Kotamadya Medan
Kotamadya Medan merupakan salah satu Daerah Tingkat II (Dati II) yang
terdapat di provinsi Sumatera Utara yang sekaligus merupakan Ibukota dari provinsi
Sumatera Utara. Luas wilayah Kotamadya Medan adalah 265 km2 atau sekitar 0.37%
dari luas provinsi Sumatera Utara. Secara administrasi kotamadya Medan terdiri dari
21 kecamatan dan 151 kelurahan . potensi lahan yang dimiliki Kotamadya Meda
sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan pertanian. Kotamadya
Medan memiliki batas-batas sebagai berikut
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan (Kabupaten
Deli Serdang),
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua (Kabupaten Deli
Serdang)
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal (Kabupaten Deli
Serdang).
Kotamadya Medan terletak pada ketinggian 2,5 – 3,75 dari permukaan laut
dengan kemiringan 0% - 2% (datar) seluas 245,31 km2 atau 92.57% dan kemiringan
Kedalaman 30 – 60 cm seluas 124,60 km2 atau 47,02% dan kedalaman 60 – 90 cm seluas 140,40 km2 atau 52,98% dari luas seluruh wilayah dan tidak bererosi.
Kotamadya Medan memiliki iklim tropis, dengan temperatur rata-rata tahunan adalah
260 C.
4.1.2 Sejarah Perkembangan Transportasi
Kotamadya Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia,
terus melakukan pembangunan diberbagai bidang transportasi. Sektor transportasi
terus mengalami perkembangan sejarah dengan perkembangungan pembangunan
daerah di setiap sektor. Pada awal abad ke-2, kota Medan masih merupakan sebuah
kota kecil dengan penduduk yang masih sedikit. Pada waktu itu orang masih
menggunakan tenaga hewan sebagai alat transportasi. Hewan tersebut seperti kuda,
kerbau, sapi dan sebagainya untuk mengangkat orang ataupun barang, baik secara
langsung maupun menggunakan gerobak. Hal ini disebabkan karena prasarana jalan
yang tersedia juga masih belum memadai. Setelah Belanda masuk ke Indonesia
(Sumatera Utara), mesin-mesin kendaraan sudah mulai masuk sehingga mulai
dilakukan perbaikan dan pembukaan jalan-jalan sebagai sarana transportasi yang
memadai. Sejak saat itu mulai banyak kendaraan bermotor yang masuk ke Sumatera
Utara khususnya ke Kotamadya Medan. Perkembangan ini terus berlanjut hingga
Indonesia merdeka. Setelah itu pemerintah Indonesia baru memikirkan bagaimana
Seiring dengan pe