• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ibu Hamil Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ibu Hamil Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR

FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN

ANTENATAL CARE (ANC) DI KECAMATAN BESITANG

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

ANGGIT PRAMANA 091000067

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care (ANC) oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan ANC (K1 dan K4). Namun bila melihat data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan Profil Puskesmas Besitang, terdapat kesenjangan antara K1 dan K4 (K1>K4). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di Kecamatan Besitang, masih ditemukan ibu – ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya ke petugas kesehatan pelayanan antenatal dengan teratur.

Jenis penelitian ini adalah survey explanatory research. Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat yang berjumlah 1270 orang dan sampel berjumlah 93 orang yang diambil secara simple random sampling. Data primer dihimpun melalui wawancara, dan analisis data dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik sederhana.

Hasil uji chi square dan uji regresi logistik , diketahui bahwa variabel umur, pengetahuan, pendidikan, serta keterjangkauan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kunjungan ANC karena nilai p < 0,05.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat untuk meningkatkan pelayanan antenatal di Kecamatan Besitang, memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, serta meningkatkan kinerja dan lebih memerhatikan kesejahteraan bidan desa agar bersedia untuk tinggal dan menetap di desa.

(4)

ABSTRACT

Maternal morbidity and mortality problem in Indonesia is still a big problem. Utilization of Antenatal Care Services (ANC) by a pregnant woman can be seen from the coverage of ANC (K1 and K4). However, when looking at the data profile Langkat District Health Office and Health Center Profile Besitang, there is a gap between the K1 and K4 (K1>K4). Based on the results of observations made by the author in District Besitang, still found the mother - pregnant women who do not perform pregnancy checks to health workers with regular antenatal care.

This research is explanatory research survey.The research goal is to analyze the factors that affect pregnant women in ANC visits in District Besitang Langkat district. The study population was all pregnant women in the District Besitang Langkat district, amounting to 1270 people and totaled 93 samples taken by simple random sampling. Primary data were collected through interviews, and data analysis was done by chi square test and simple logistic regression.

Results of the chi square test and logistic regression, it is known that the variables age, knowledge, education, and affordability have a relationship and influence on the ANC because the value of p <0.05.

This study is expected to provide input to the District Health Office Langkat to improve antenatal care in Sub Besitang, provide information to improve the knowledge of pregnant women, as well as improved performance and more attention to the welfare of the village midwife to be willing to live and settle in the village.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anggit Pramana

Tempat/Tgl Lahir : Padangsidimpuan, 13 Oktober 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 2 (anak ke-2 dari 2 bersaudara) Alamat Rumah : Jl. Pasar III Gg. Seriti No. 7 Medan

Riwayat Pendidikan

1997 – 2003 : SD Negeri No.200108/12 Padangsidimpuan 2003 – 2006 : SMP Negeri I Padangsidimpuan

2006 – 2009 : SMA Negeri I Padangsidimpuan

2009 – 2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Organisasi

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ibu Hamil Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji. Terima kasih atas bimbingan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini

3. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan, semangat dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini

(7)

kasih atas bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan selama ini sampai penulis menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini

5. Siti Khadijah Nst., SKM, M. Kes, selaku Dosen Penguji II. Terima kasih atas bimbingan, saran dan masukan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini

6. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

7. Seluruh ibu – ibu hamil di Kecamatan Besitang. Terima kasih atas partisipasinya sebagai responden dalam penelitian ini

8. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Alm) M. Darwis dan Ibunda Poni Astuti Israini. Terima kasih telah menjadi orang tua terbaik bagi penulis. Terima kasih atas do’a, semangat dan segala sesuatu yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

9. Abang tersayang Angga Pradana, S.T yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis, Asruliansyah, S.Pd dan Tika Syahriani, S.Pd yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian, menjadi semangat dan inspirasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Ardina Firdasari, S.Pd yang telah memberikan tawa, semangat dan bantuan disaat penulis membutuhkannya

(8)

Licha; Kak Serly; Syafrina Ulfah, SKM; Nur Aswat, SKM; Imelda Faulina; Nasrin Nabila, SKM; Sri Ordika Putri; Tria Febriani, SKM; Vebri Sesta,SKM; Dahlia Romince Damanik; Irdiantika; Siti Rahma; serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Oktober 2013

(9)

DAFTAR ISI 2.3 Pengetahuan tentang Antenatal Care ... 32

(10)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional (DO) ... 44

3.6 Aspek Pengukuran ... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Kecamatan besitang... 48

4.1.1 Geografi ... 48

4.1.2 Demografi Penduduk ... 48

4.1.3 Visi dan Misi Puskesmas Besitang ... 49

4.1.4 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas ... 50

4.2 Gambaran Variabel Independen ... 51

4.2.1 Komponen Predisposisi ... 51

4.2.2 Komponen Pemungkin... 53

4.2.3 Komponen Kebutuhan ... 54

4.3 Gambaran Variabel Dependen ... 54

4.4 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Bivariat ... 55

4.4.1 Tabulasi Silang Variabel Umur Responden dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal…………... ... 55

4.4.2 Tabulasi Silang Variabel Pengetahuan Responden dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal…………... ... 56

4.4.3 Tabulasi Silang Variabel Pendidikan Responden dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal…………... ... 57

4.4.4 Tabulasi Silang Variabel Paritas Responden dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal…………... ... 58

4.4.5 Tabulasi Silang Variabel Pendapatan Suami Responden dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal….. ... 59

4.4.6 Tabulasi Silang Variabel Keterjangkauan Responden dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal….. ... 60

4.4.7 Tabulasi Silang Variabel Ketersediaan Pelayanan Responden dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal……….. ... 61

4.4 Hasil Uji Regresi logistik... 62

BAB V PEMBAHASAN ... 64

5.1 Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 64

5.2 Hubungan Komponen Predisposisi dengan Kunjungan dan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal………. 65

5.2.1 Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kunjungan dan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal... 65

(11)

5.2.3 Paritas dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal……… 68

5.2.4 Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal………… 69

5.3. Hubungan Komponen Pemungkin dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal……….. 71

5.3.1 Pendapatan Suami dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal.. 71

5.3.2 Keterjangkauan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal….. 71

5.4. Hubungan Komponen Kebutuhan dengan Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal……….. 73

5.4.1 Ketersediaan Pelayanan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal……… 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...75

6.1 Kesimpulan ... 75

6.2 Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Proporsi Responden Ibu hamil... 46 Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel... 46 Tabel 4.1 Distribusi Ibu Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Besitang

Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 51 Tabel 4.2 Distribusi Ibu Berdasarkan Paritas di Kecamatan Besitang Kabupaten

Langkat Tahun 2013... 51 Tabel 4.3 Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kecamatan

Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013... 52 Tabel 4.4 Distribusi Ibu Berdasarkan Pengetahuan di Kecamatan Besitang

Kabupaten Langkat Tahun 2013... 52 Tabel 4.5 Distribusi Ibu Berdasarkan Pendapatan Suami di Kecamatan Besitang

Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 53 Tabel 4.6 Distribusi Ibu Berdasarkan Keterjangkauan Tempat Pelayanan ANC

di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013……….. 53 Tabel 4.7 Distribusi Ibu yang Mendapat Ketersediaan Pelayanan ANC di

Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013……….. 54 Tabel 4.8 Distribusi Ibu yang Mendapat Ketersediaan Pelayanan ANC di

Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 55 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Variabel Umur Responden dengan Kunjungan

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ……… 56 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Variabel Pengetahuan Responden dengan Kunjungan

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ……… 57 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Variabel Pendidikan Responden dengan Kunjungan

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ……… 58 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Variabel Paritas Responden dengan Kunjungan

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ……… 59 Tabel 4.13 Tabulasi Silang Variabel Pendapatan Suami Responden dengan

Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal……….. 60 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Variabel Keterjangkauan Responden dengan

Kunjungan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ………. 61 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Variabel Ketersediaan Pelayanan dengan Kunjungan

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ……… 62 Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Logistik Pada Variabel Independen yang Memiliki

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ABSTRAK

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care (ANC) oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan ANC (K1 dan K4). Namun bila melihat data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan Profil Puskesmas Besitang, terdapat kesenjangan antara K1 dan K4 (K1>K4). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di Kecamatan Besitang, masih ditemukan ibu – ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya ke petugas kesehatan pelayanan antenatal dengan teratur.

Jenis penelitian ini adalah survey explanatory research. Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat yang berjumlah 1270 orang dan sampel berjumlah 93 orang yang diambil secara simple random sampling. Data primer dihimpun melalui wawancara, dan analisis data dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik sederhana.

Hasil uji chi square dan uji regresi logistik , diketahui bahwa variabel umur, pengetahuan, pendidikan, serta keterjangkauan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kunjungan ANC karena nilai p < 0,05.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat untuk meningkatkan pelayanan antenatal di Kecamatan Besitang, memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, serta meningkatkan kinerja dan lebih memerhatikan kesejahteraan bidan desa agar bersedia untuk tinggal dan menetap di desa.

(15)

ABSTRACT

Maternal morbidity and mortality problem in Indonesia is still a big problem. Utilization of Antenatal Care Services (ANC) by a pregnant woman can be seen from the coverage of ANC (K1 and K4). However, when looking at the data profile Langkat District Health Office and Health Center Profile Besitang, there is a gap between the K1 and K4 (K1>K4). Based on the results of observations made by the author in District Besitang, still found the mother - pregnant women who do not perform pregnancy checks to health workers with regular antenatal care.

This research is explanatory research survey.The research goal is to analyze the factors that affect pregnant women in ANC visits in District Besitang Langkat district. The study population was all pregnant women in the District Besitang Langkat district, amounting to 1270 people and totaled 93 samples taken by simple random sampling. Primary data were collected through interviews, and data analysis was done by chi square test and simple logistic regression.

Results of the chi square test and logistic regression, it is known that the variables age, knowledge, education, and affordability have a relationship and influence on the ANC because the value of p <0.05.

This study is expected to provide input to the District Health Office Langkat to improve antenatal care in Sub Besitang, provide information to improve the knowledge of pregnant women, as well as improved performance and more attention to the welfare of the village midwife to be willing to live and settle in the village.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tingginya angka kematian ibu dapat menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat kesehatan suatu wilayah. Pemerintah berupaya bahu – membahu membuat berbagai strategi untuk akselerasi menurunkan AKI.

Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan.

(17)

WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Sebanyak 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sebagian besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fakta. Agar lebih efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir, asuhan antenatal harus lebih difokuskan pada berbagai intervensi seperti pemberian edukasi dan peningkatan mutu pelayanan antenatal yang telah terbukti bermanfaat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003).

Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan sebanyak 28%. Penyebab lainnya seperti eklampsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), dan abortus (5%). Angka kematian yang tinggi disebabkan 2 sebab pokok yaitu (1) masih kurangnya pengetahuan dan penanggulangan komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas, (2) kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil (Wiknjosastro, 2005).

(18)

masyarakat (Depkes, 2007). Berbagai upaya sangat diperlukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan dukungan terhadap pelayanan dan kesehatan ibu/maternal, baik dalam antenatal care (ANC) dan meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Program kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, dengan pelayanan / asuhan standar minimal 7 T : 1).Timbang berat badan/Tinggi Badan, 2).Ukur tekanan darah. 3). Ukur tinggi fundus uteri, 4). Tetanus Toxoid, 5). Pemberian tablet besi, 6). Test laboratorium sederhana, 7). Temu wicara. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau dan mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, sehingga sangat diperlukan pemantauan selama kehamilan.

(19)

Kecamatan Besitang merupakan kecamatan kedua paling utara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dengan luas 720,5 Km2 dan jumlah penduduk sebesar 55.225 jiwa. Penduduk di Kecamatan Besitang didominasi oleh usia produktif (15 – 44 tahun). Kecamatan Besitang mempunyai tingkat kepadatan yang tidak sama antara satu desa/kelurahan dengan desa/kelurahan yang lainnya dengan masalah kesehatan yang ada di tiap desa/kelurahan memiliki spesifikasi yang berbeda, terutama di dalam penelitian ini adalah masalah kunjungan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil secara teratur.

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Puskesmas Besitang adalah salah satu unit pelayanan kesehatan terpadu di wilayah Kecamatan Besitang yang melakukan pelayanan kesehatan dan antenatal. Ibu – ibu hamil yang berada di Kecamatan ini dapat memanfaatkan puskesmas tersebut untuk memeriksakan kehamilannya sesuai dengan standar (4 kali).

(20)

Tahun 2010 dapat diketahui bahwa cakupan K1 yang dicapai oleh Kecamatan Besitang yaitu sebanyak 896 dari 1244 ibu hamil (72,03%), sementara itu cakupan K4 yaitu sebanyak 540 dari 1244 ibu hamil (43,41%). Pada data Profil Puskesmas Besitang Tahun 2011 dapat diketahui cakupan K1 yaitu sebanyak 1214 dari 1270 ibu hamil (95,59%), sementara itu cakupan K4 yaitu sebanyak 1255 dari 1270 ibu hamil (98,82%).

Pemeriksaan kehamilan sesuai standar (4kali) sangat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga (>28 minggu) sangat penting karena pada trimester III dilakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda, kelainan letak, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003).

Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan oleh penulis di Kecamatan Besitang, masih ditemukan ibu – ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya ke petugas kesehatan pelayanan antenatal dengan teratur. Selain faktor intrinsik ibu (pengetahuan, umur, pendidikan), faktor ekstrinsik (paritas, pendapatan suami, keterjangkauan serta ketersediaan pelayanan) juga memengaruhi seorang ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur ke petugas pelayanan antenatal.

(21)

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu, keterjangkauan pelayanan, serta peranan petugas memiliki hubungan terhadap masalah kunjungan ibu hamil. Pengetahuan memang sangat mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan hal – hal yang dapat menunjang kesehatan bagi dirinya sendiri, di dalam konteks penelitian ini adalah perilaku ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Pengetahuan seseorang dapat dibentuk melalui proses pengalaman dan jenjang pendidikan. Sebagian besar pendidikan terakhir ibu-ibu hamil di Kecamatan Besitang adalah SMA/sederajat. Selain itu masih banyak juga didapati ibu – ibu dengan pendidikan terakhir SD dan SMP.

Kemudahan di dalam menjangkau tempat pelayanan antenatal juga sangat menentukan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik. Alasan keterjangkauan dan akses yang sulit masih ditemukan di Kecamatan Besitang. Kawasan desa – desa yang masih banyak terisolir, akses jalan rusak dan jarak yang jauh menyebabkan ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya ke petugas pelayanan antenatal.

(22)

di wilayah pedesaan. Mereka takut bila melakukan pemeriksaan ke petugas kesehatan akan dikenai biaya yang mahal.

Masalah ketersediaan pelayanan juga sangat menentukan, di mana bidan – bidan di wilayah ini masih tergolong usia muda dan tidak berdomisili di desa, sehingga bidan tidak dapat menyediakan pelayanan antenatal secara berkala serta kurang dapat memantau perkembangan ibu hamil di desa – desa yang jauh dari jangkauan puskesmas. Hal ini mendorong ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun bayi terdekat, terutama bila sudah mengalami keadaan gawat darurat seperti akan melakukan persalinan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa petugas kesehatan dan ibu hamil dapat diperoleh informasi bahwa pemeriksaan kehamilan ke pelayanan antenatal tidak dilakukan karena selain masalah keterjangkauan yang sulit, juga masih terdapat dukun bayi yang sudah lama banyak menolong dan dipercaya ibu – ibu untuk melakukan persalinan di tempat praktik, juga dapat dihadirkan di rumah masing – masing.

(23)

Melihat berbagai masalah yang cukup kompleks di dalam latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ibu Hamil dalam Melakukan

Kunjungan ANC di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “faktor – faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013”.

1.3Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan umur, pendidikan, pengetahuan, paritas, pendapatan/pekerjaan suami, keterjangkauan, kunjungan ANC pada ibu hamil, serta ketersediaan pelayanan

(24)

1.4Manfaat Penelitian

a. Sebagai pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan Puskesmas Besitang dalam menentukan kebijakan khusus bagi ibu hamil dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

b. Sebagai gambaran dan pengembangan pengetahuan bagi penulis dalam memberikan informasi tentang pentingnya kunjungan ANC kepada masyarakat khususnya kepada ibu – ibu hamil.

c. Sebagai tambahan kepustakaan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang ANC.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Antenatal Care (ANC)

2.1.1 Pengertian Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002).

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.

(26)

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK) d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT) f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)

i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN). (Depkes RI, 2009)

2.1.2 Tujuan, Manfaat, dan Cara Antenatal Care

Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun.

Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :

a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat,

(27)

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal. (Wiknjosastro, 2005)

1. Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi;

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi,

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).

2. Keuntungan Antenatal Care

Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. (Manuaba,1998) 3. Fungsi Antenatal Care

(28)

b. Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu.

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.

4. Cara Pelayanan Antenatal Care

Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama

1) Catat identitas ibu hamil 2) Catat kehamilan sekarang

3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu 4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan 5) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium

6) Pemeriksaan obstetri

7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

(29)

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari:

1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28). 3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36

dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002),

4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003). Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. 4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

(30)

5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya.

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36

Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu

Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)

5. Tinjauan tentang Kunjungan Ibu Hamil

Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2004).

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T” terdiri dari:

(31)

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan f. Tes terhadap penyakit menular sexual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).

2.1.3 Kebijakan Pelayanan Antenatal a. Kebijakan Program

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe

Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :

i. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

ii. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat. iii. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

(32)

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1). 2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).

3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009) b. Kebijakan teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1)Mengupayakan kehamilan yang sehat

2)Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.

3)Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4)Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

(33)

1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.

2)Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun.

3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah. 4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. (Depkes, 2009)

2.1.4 Intervensi dalam Pelayanan Antenatal

Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal adalah :

a) Intervensi Dasar

1. Pemberian Tetanus Toxoid

(34)

b. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas 2. Pemberian Vitamin Zat Besi

a. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.

b. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. (Saifudin, 2002)

b) Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi: 1. Faktor resiko, meliputi:

a. Umur

(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun (2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun b. Paritas

(35)

c. Interval

Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang – kurangnya 2 tahun.

d. Tinggi badan kurang dari 145 cm

e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm 2. Komplikasi Kehamilan

a. Komplikasi obstetri langsung (1) Perdarahan

(2) Preeklamasi/eklamsia

(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid (4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar (5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan. b. Komplikasi obstetri tidak langsung

(1) Penyakit jantung (2) Hepatitis

(3) TBC (Tuberkolosis) (4) Anemia

(5) Malaria

(6) Diabetes militus

(36)

2.1.5 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal

Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 1995)

2.1.6 Peran Serta Ibu dalam Pelayanan Antenatal

Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku. (Fishbein dan Ajzen, 1980).

Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Sukidjo Notoatmodjo) faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain:

a. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)

(37)

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut Bloom (1971) dalam muniarti (2008) adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

(38)

tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan. Dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.(Notoatmodjo, 2003)

2) Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Soekidjo, 2003).

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarlito, 2000).

(39)

yang diambil sebagai respon terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya (Hariyadi, 2003).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo, 2003).

b. Faktor pendukung (enabling factor) 1) Keterjangkauan Fasilitas

(40)

individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 1998).

2) Jarak ke Pelayanan ANC

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2000).

Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Muniarti (2008) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan. c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor pendorong merupakan faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan (Istiarti, 2000).

1) Perilaku Masyarakat

(41)

sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran, recipient memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya.

Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient.

Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:

a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target yang dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat dalam masyarakat target maupun staf birokrasi inovasi.

b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan masyarakat terlaksana dengan lancar bila melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai dengan feltneed, yang berdasarkan pertimbangan provider adalah need, menjadi feel-need bagi masyarakat yang bersangkutan.

(42)

oleh nilai intelektual dan emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status sosial, kesehatan dan harga. Nilai-nilai berinteraksi satu dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih tergantung pada skala nilai yang diacu (Joyomartono, 2011).

2) Partisipasi Masyarakat

Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering disebut peran serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan

masyarakat secara aktif dan terorganinsasi dalam seluruh tahap pembangunan,

mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan

evaluasi serta pengembangan. Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan. b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif. c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi dan ingin meniru. d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggungjawab (Depkes RI, 2001).

(43)

heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi. Hambatan yang ada dalam pihak provider adalah terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 2001).

Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Depkes RI, 2001).

2.2Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Antenatal Care 2.2.1 Umur

Umur (usia) adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.

(44)

mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun.

Wiknjosastro (2005), juga menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehatdikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

2.2.2 Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia, merupakan suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan.

(45)

kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yangditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2.2.3 Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005).

(46)

lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2005).

2.2.4 Pendapatan Perkapita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha (Departemen Pendidikan Nasional 2002).

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 1995).

(47)

Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2008) meskipun faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya.

2.2.5 Jarak

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC.

Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan publik termasuk di bidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga medis seperti: dokter; bidan; atau perawat. Secara geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2003).

(48)

Sedangkan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan.

Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

(49)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal 1) Jasmani

(50)

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.

b. Faktor eksternal 1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

2) Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

3) Ekonomi

(51)

lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.

4) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

5) Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

(52)

a) Cara tradisional (non ilmiah)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.

Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain : 1) Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

(53)

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.

4) Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

b) Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2002).

5. Sumber pengetahuan

(54)

Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76 - 100 % pertanyaan dijawab benar, cukup bila 56 - 75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab benar < 56 % (Arikunto, 2006).

2.4Landasan Teori

Menurut Andersen R (1968) dalam Behavioral model of families use of health services, perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan secara bersama dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor kebutuhan (need factors). Faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai berikut.

1. Faktor predisposisi adalah ciri-ciri yang telah ada pada individu dan keluarga sebelum menderita sakit, yaitu pengetahuan, sikap dan kepercayaan terhadap kesehatan. Faktor predisposisi berkaitan dengan karakteristik individu yang mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, dan paritas.

2. Faktor pemungkin adalah kondisi yang memungkinkan orang sakit memanfaatkan pelayanan kesehatan, yang mencakup status ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada, dan penanggung biaya berobat. Faktor pemungkin berkaitan dengan status ekonomi serta keterjangkauan pelayanan kesehatan.

(55)

2.5Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi seorang ibu hamil untuk melaksanakan antenatal care. Variabelnya meliputi: pengetahuan, umur, pendidikan, paritas, tingkat pendapatan suami, keterjangkauan (jarak lokasi rumah ke pelayanan ANC), serta ketersediaan pelayanan 5T.

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Karakteristik ibu hamil:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian Kunjungan ANC Komponen Predisposisi :

 Pengetahuan Ibu Hamil  Usia Ibu Hamil

 Pendidikan Ibu Hamil  Paritas Ibu Hamil

Komponen Kebutuhan :  Ketersediaan pelayanan

5T

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan. Pendekatan explanatory research bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui pengujian hipotesis (Singarimbun, 1995).

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Puskesmas Besitang Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Alasan penulis memilih tempat ini adalah karena masih banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2013.

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(57)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto, 2002). Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki untuk meneliti baik berupa tenaga, waktu, maupun biaya, maka ditetapkan sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane (Riduan, 2006) sebagai berikut :

N

n = ---

1+ N(d

2)

Keterangan : n : Besar sampel N : Besar Populasi

d : Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat kepercayaan 95%.

Maka :

(58)

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode cara acak sederhana (simple random sampling), yaitu memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih untuk menjadi sampel. Berikut tabel proporsi sampel yang digunakan :

Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Proporsi Responden Ibu hamil

No DESA JUMLAH IBU HAMIL SAMPEL YANG MEWAKILI

1 Kelurahan Pekan Besitang 162 11

2 Kelurahan Bukit Kubu 121 10

3 Kelurahan Kampung Lama 137 10

4 Desa Sekoci 132 10

5 Desa PIR ADB 133 10

6 Desa Bukit Mas 169 11

7 Desa Bukit Selamat 145 10

8 Desa Halaban 164 11

9 Desa Sukajaya 107 10

JUMLAH (KECAMATAN) 1270 93

3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari:

(1) Data primer yang diperoleh dari observasi langsung ke lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan responden.

(59)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional (DO) Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu : a. Variabel Independen

Adalah Variabel bebas yaitu merupakan variabel yang menentukan variabel lain (Notoarmodjo, 2005). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang ANC, umur, pendidikan, paritas, pendapatan, keterjangkauan ke pelayanan kesehatan, serta ketersediaan pelayanan 5T

b. Variabel Dependen

Adalah Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Notoatmodjo, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kunjungan antenatal care ibu hamil.

Definisi operasional adalah karakteristik yang diamati, memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Setiawan dan saryono, 2010). Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

(1) Pengetahuan, adalah wawasan ibu hamil tentang pengetahuan kunjungan antenatal care.

(60)

(4) Paritas, yaitu keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang.

(5) Keterjangkauan, yaitu kemampuan ibu hamil untuk menjangkau lokasi pelayanan antenatal.

(6) Pendapatan, yaitu penghasilan suami per bulan.

(7) Ketersediaan pelayanan, yaitu kelengkapan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.

(8) Kunjungan antenatal care, yaitu kunjugan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sampai trimester III.

3.6Aspek Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

a. Variabel Bebas

1. Pengetahuan Pengetahuan ibu hamil tentang

2. Pendidikan Pendidikan formal terakhir ibu hamil

Kuesioner Wawancara 1. Pendidikan rendah

(61)

3. >2 anak

Kuesioner Wawancara 1. berpenghasilan tetap

Kuesioner Wawancara 1. sulit terjangkau 2. mudah terjangkau

Ordinal

7. Ketersediaan pelayanan

Pelayanan 5T Kuesioner Wawancara 1. mendapatkan pelayananan <5T

Analisis bivariat menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan α=0,05. Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan untuk melihat

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah uji regresi logistik sederhana pada α = 0,05, dengan alasan variabel terikat merupakan variabel binary (dikotomus) yang mempunyai 2 kategori. Rumus regresi logistik sederhana :

(62)

β0 = Koefisien regresi

X = Variabel Independen (Yasril, 2009).

Analisis determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara

serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Besitang dan Kecamatan Besitang 4.1.1. Geografi

Kecamatan Besitang merupakan kecamatan kedua paling utara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Puskesmas Besitang berada di Kelurahan Pekan Besitang. Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas Besitang seluas 579,43 Km2 dan memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pangkalan Susu.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang dan Sei

Lepan.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Brandan Barat.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur.

Secara administratif, wilayah kerja Puskesmas Besitang terdiri atas 3 kelurahan dan 6 desa dengan 76 dusun dan memiliki beberapa dusun dengan kriteria tertinggal.

4.1.2. Demografi Penduduk

(64)

jumlah KK sebanyak 11.024 KK, atau rata – rata jiwa/rumah tangga sebesar 5,01% sedangkan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,14%.

Luas Kecamatan Besitang adalah 720,5 Km2 dengan kepadatan penduduk sebesar 76,67 jiwa/Km2, namun pada kenyataannya secara keseluruhan wilayah Kecamatan Besitang mempunyai tingkat kepadatan yang tidak sama antara satu desa/kelurahan dengan desa/kelurahan yang lainnya. Pada umumnya wilayah dengan status administrasi kelurahan (Pekan Besitang, Bukit Kubu, dan Kampung Lama) mempunyai kepadatan yang lebih tinggi, namun masalah kesehatan yang ada di tiap desa/kelurahan memiliki spesifikasi yang berbeda.

Penduduk di Kecamatan Besitang didominasi oleh usia produktif (15 – 44 tahun) dengan rasio jenis kelamin laki – laki dengan perempuan sebesar 103,27.

4.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Besitang

Dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Puskesmas Kecamatan Besitang tetap mengacu dan berorientasi pada dasar – dasar pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementrian Kesehatan, sehingga tetap dengan seksama memperhatikan dasar – dasar pembangunan kesehatan, yaitu: 1. Perikemanusiaan; 2. Pemberdayaan dan Kemandirian; 3. Adil dan Merata; 4. Pengutamaan dan Manfaat.

(65)

Puskesmas Kecamatan Besitang, maka Visi Puskesmas Kecamatan Besitang adalah:

”Memandirikan Masyarakat Besitang Untuk Hidup Lebih Sehat”.

Adapun misi dari Puskesmas Besitang adalah:

1. Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor terkait dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya.

2. Meningkatkan profesionalisme dan efektifitas tenaga kesehatan

3. Meningkatkan jangkauan, kecepatan, dan ketepatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

4.1.4. Sumber Daya Kesehatan Puskesmas

Tenaga kesehatan yang mendukung kerja dan fungsi Puskesmas Besitang terdiri atas:

 4 orang dokter umum PNS dan 1 orang dokter gigi PNS

 4 orang Sarjana Kesehatan Masyarakat  1 orang sarjana ekonomi

 12 orang Bidan PNS dan 12 orang Bidan PTT

 11 orang tenaga perawat SPK/AKPER

(66)

4.2. Gambaran Variabel Independen 4.2.1. Komponen Predisposisi

Faktor predisposisi yang diteliti adalah sub variabel usia, paritas, pendidikan, dan pengetahuan ibu hamil. Berikut beberapa tabel sebaran ibu hamil berdasarkan usia, paritas, pendidikan, dan pengetahuan :

Tabel 4.1 Distribusi Ibu Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

No Kelompok umur N %

1 <20 13 14,0

2 20-30 73 78,5

3 >30 7 7,5

Total 93 100

Pada tabel 4.1 diketahui bahwa kelompok umur ibu terbanyak adalah umur 20–30 tahun yaitu 78,5 %. Sebaran ibu menurut kelompok umur beresiko tinggi dengan umur <20 tahun sebanyak 13 responden (14,0%) dan umur >30 tahun sebanyak 7 responden (7,5%).

Tabel 4.2 Distribusi Ibu Berdasarkan Paritas di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

No Paritas N %

1 Belum ada 71 76,3

2 1 anak 17 18,3

3 > 2 anak 5 5,4

(67)

Pada tabel 4.2 diketahui bahwa sebaran ibu menurut paritas yang terbanyak adalah ibu yang belum memiliki anak (76,3%), kemudian diikuti ibu yang mempunyai anak 1 (satu) sebanyak 18,3 % dan >2 anak sebanyak 5,4 %.

Tabel 4.3 Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

No Pendidikan Terakhir N %

1 Pendidikan rendah 41 44,1

2 Pendidikan tinggi 52 55,9

Total 93 100

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi ibu menurut pendidikan terakhir terbanyak adalah pada tingkat tinggi yaitu sebanyak 55,9 %. Sebagian lagi ibu menempuh pendidikan hanya sampai pada pendidikan dasar (pendidikan rendah) sebanyak 44,1 %.

Tabel 4.4 Distribusi Ibu Berdasarkan Kemampuan Ibu Menjawab Pertanyaan dan Pengetahuan di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

No Pengetahuan N %

1 Baik 25 26,9

2 Cukup 24 25,8

3 Kurang 44 47,3

Total 93 100

(68)

4.2.2. Komponen Pemungkin

Faktor pemungkin dengan sub variabel pendapatan suami dan keterjangkauan. Berikut tabel distribusi ibu menurut pendapatan suami dan keterjangkauan tempat pelayanan ANC :

Tabel 4.5 Distribusi Ibu Berdasarkan Pendapatan Suami di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

No Pendapatan Suami N %

1 Berpenghasilan Tetap 15 16,1

2 Berpenghasilan Tidak tetap 78 83,9

Total 93 100

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa distribusi ibu berdasarkan pendapatan suami yang berpenghasilan tetap hanya 16,1 %, sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap yaitu sebanyak 83,9 %.

Tabel 4.6 Distribusi Ibu Berdasarkan Keterjangkauan Tempat Pelayanan ANC di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

No Keterjangkauan N %

1 Sulit Terjangkau 59 63,4

2 Mudah terjangkau 34 36,6

Total 93 100

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa distribusi ibu menurut keterjangkauan pada

tempat pelayanan ANC yang sulit terjangkau ada sebanyak 63,4 % dan yang mudah

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Proporsi Responden Ibu hamil
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel
Tabel 4.1  Distribusi Ibu Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

5.7 Tabulasi Silang Antara Kunjungan Antenatal Care (ANC) Pada Ibu Hamil Primigravida dengan Kejadian Stres Kehamilan

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai standar pelayanan yang

51 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Terhadap Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja

Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (Anc) Ibu Hamil Di PKD Kertasari Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010. Departemen

dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil adalah faktor predisposisi,.. faktor pemungkin

Pengaruh Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Trimester III Di tiga desa (Bondrang, Kori, Ngindeng) di Wilayah

Dari penelitian yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Lampulo diketahui bahwa tidak ada hubungan paritas dengan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil

Mengetahui jumlah kehamilan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pelayanan rujukan antenatal care pada ibu hamil dengan kasus preeklampsia berat dan eklampsia3. Mengetahui