• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis dan Sifat Mekanis Kayu Kemenyan (Styrax sp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sifat Fisis dan Sifat Mekanis Kayu Kemenyan (Styrax sp.)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Anon. 1980. The Encyclopaedia of Wood. Sterling Publishing Co. Inc. New York. Bowyer, JL., Shmulsky dan Haygreen, JG. 2003. Forest Products and Wood

Science-An Introduction. Fourth edition. Iowa (US). Iowa State

University Pr.

Brown, HP., Panshin, A.J dan Forsaith, CC. 1952. Text Book of Wood

Technology Vol. II. McGraw-Hill Book Company Inc. New York.

[BS] British Standard 373. 1957. Methods of testing small clear specimens of

timber. United Kingdom.

Cave, I.D dan Walker, J.C.F. 1994. Stiffness of wood in fast-grown plantation

softwoods: the influence of microfibril angle. Forest Products Journal 44

(5): 43-48.

Choong, E. T dan Achmadi, S. S. 1991. Effect of extractives on moisture sorption

and shrinkage in tropical woods. Wood and Fiber Science 23 (2):

185-196.

Desch, H.E dan Dinwoodie, J.M. 1981. Timber, Its Structure, Properties and

Utilization. The Macmillan press Ltd. London.

Foerst Product Laboratory. 1999. Wood Hand Book: Wood as an Engineering

Material. Agric Handbook 72. US Department. Washington DC.

Glass, S dan Zelinka, SL. 2010. Moisture Relations and Physical Properties of

Wood. In: Ross R, Editor. Wood Handbook. Centennial Edition.

FPL-GTR-190. U.S. Department of Agriculture, Forest Service, Forest Products Laboratory.

Haygreen, J.G dan Bowyer, J.L. 1996. Forest Products and Wood Science (An

introduction). 3rd ed. – Ames. Iowa State University Press, 490 p p.

Haygreen, J.G dan Bowyer, J.L. 1989. Forest Products and Wood Science. Iowa State University Press. USA.

Ishengoma, RC., Gillah, PR dan Ngunyali, HR. 1997. Basic density and its

variation in Brachylaena huillensis species found in Tanzania. Common

Wealth Forestry Review 76 (4):280-282.

(2)

Larson, P.R. 1969. Wood Formation And The Concept Of Wood Quality. Yale University. School of Forestry Bulletin 74: 2-25.

Mardikanto. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Cetakan pertama. IPB Press. Bogor. Panshin, A.J dan de Zeeuw, C. 1980. Text Book of Wood Technology. Structure,

Identification, Properties and Uses of The Commercial Woods of The United States and Canada.. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.

Pasaribu, G., Jasni., Damayanti, R dan Wibowo, S. 2013. Anatomical, Physical and Mechanical Properties of Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) and Kemenyan Bulu (Styrax paralleloneurus). Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 (2): 161-169.

Purba, C.P.P., S.G. Nanggara., M. Ratriyono., I. Apriani., L. Rosalina., N.A. Sari. dan A.H. Meridian. 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2009-2013. Forest Watch Indonesia. Bogor.

Rizlani, C.K. 2012. Strategi Pemuliaan Dan Teknik Silvikultur Untuk Peningkatan Kualitas Kemenyan Toba (Styrax sumatrana). Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli. Aek Nauli.

Schneider, M.H., Sebastian, L.P dan Seepersad, J. 1991. Bending strength and

stiffness of Caribbean pine from Trindad and Tobago. Wood and Fiber

Science.23(4): 468-471.

Siau, J. F. 1984. Transport Process in Wood. Springer-Verlag, Berlin Heidelberg. Silalahi, J., A. Sukmana., B.S. Antoko., A.D. Sunandar., J.A. Barus., W.S. Manik.

dan H. Sanjaya. 2013. Buku Kecil Kemenyan Getah Berharga Tano Batak. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli. Aek Nauli.

Skaar, C. 1972. Water in Wood. Syracuse University Press. USA.

Sribuono, H. 2000. Pengaruh Pemanasan Gelombang Mikro Terhadap Sifat Fisis Mekanis Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) dan kayu kecapi (Sandoricum koetjape). Skripsi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tiruneh, K. 2002. Effects of Stands Density on Specific Gravity and Selected

Mechanical properties mill. MSc thesis.

Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood. Structure, Properties,

(3)
(4)

Lokasi dan Waktu Penelitians

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Desember 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu kemenyan (Styrax sp.) yang terdiri atas 3 jenis yaitu kemenyan Bulu (Styrax benzoine var.

hiliferum), kemenyan Durame (Styrax benzoine DRYAND), dan kemenyan Toba

(Styrax paralleloneurum PERK) berasal dari kebun masyarakat di daerah Tapanuli Utara. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chain saw, band

saw, meteran, kalifer, alat tulis, kalkulator, oven, timbangan elektrik, desikator

dan alat uji sifat mekanis, yaitu universal testing machine (UTM).

Prosedur Penelitian

Persiapan Bahan Baku

(5)

Keterangan:

Gambar 1. Pemotongan dan pembelahan kayu

Pemotongan Contoh Uji

Pemotongan contoh uji untuk pengujian sifat fisis dan sifat mekanis kayu kemenyan dilakukan dengan ketentuan seperti berikut. Pemotongan contoh uji tersebut didasarkan pada Bristish Standar (BS:373:1957). Pemotongan contoh uji disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemotongan contoh uji

30cm

Gambar 2. Pemotongan contoh uji Keterangan:

(6)

Pengujian Sifat Fisis Kayu

Pengujian sifat fisis dan sifat mekanis kayu berdasarkan British Standar (BS:373:1957)

1. Kadar Air

Kadar air adalah jumlah air yang terdapat di dalam kayu dibagi dengan berat kering oven (BKO) dan dinyatakan dalam persen. Contoh uji berukuran 2cm × 2cm × 2cm ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan berat awalnya, selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 103±2oC selama 24 jam. Setelah itu contoh uji dikondisikan sampai mencapai suhu kamar dalam desikator. Kemudian ditimbang kembali sampai diperoleh berat kering oven (BKO) yaitu sampai beratnya konstan. Kadar air dapat dihitung dengan rumus:

Kadar Air % = Berat Awal - Berat Kering Oven

Berat Kering Oven × 100%

2. Berat jenis

Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu yang didapat dengan kerapatan air. Berat jenis dapat dihitung dengan rumus:

Berat Jenis = Kerapatan Kayu Kerapatan Air 3. Penyusutan panjang (P), lebar (L) dan tebal (T)

Pada pengujian penyusutan panjang, lebar dan tebal, contoh uji berukuran Diukur panjang awal, lebar awal dan tebal awalnya. Selanjutnya contoh uji dikeringkan dalam oven dengan suhu 103±2oC hingga berat konstan. Kemudian diukur kembali panjang, lebar dan tebalnya. Penyusutan kayu dihitung dengan rumus:

Penyusutan P = P Awal - P Akhir

(7)

Penyusutan L = L Awal - L Akhir

L Awal × 100% Penyusutan T = T Awal - T Akhir

T Awal × 100%

Pengujian Sifat Mekanis Kayu

1. Modulus Of Elasticity (MOE) dan Modulus Of Rupture (MOR)

Nilai Modulus Of Elasticity (MOE) dan Modulus Of Rupture (MOR) diperoleh dari pengujian lentur statis. Contoh uji berukuran 30cm×2cm×2cm diletakkan pada UTM dengan jarak sangga 28 cm. Defleksi yang terjadi akibat pembebanan dibaca pada defleknometer. Untuk mendapatkan nilai MOR pengujian lentur statis terdahulu dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan dan patah. Pengujian MOE dan MOR dapat dilihat pada Gambar 3.

P

Gambar 3. Pengujian MOE dan MOR

(8)

2. Keteguhan Tekan Sejajar Serat

Pada pengujian keteguhan tekan sejajar serat maksimum, contoh uji berukuran 6cm×2cm×2cm diletakkan sedemikian rupa sehingga arah serat sejajar dengan arah pembebanan. Pada pengujian ini salah satu ujung contoh uji diberikan beban (P) secara perlahan-lahan dan diteruskan sampai contoh uji mengalami kerusakan. Pengujian keteguhan tekan sejajar serat dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengujian keteguhan tekan sejajar serat

Besarnya keteguhan tekan sejajar serat maksimum dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm2) = Beban maksimum (kg) Luas penampang balok (cm2) Luas penampang balok dapat dihitung dengan cara:

Luas penampang balok (cm2) = Luas penampang A+Luas penampang B 2

3. Kekerasan Kayu

Kekerasan kayu adalah masuknya peluru baja dengan diameter 1.13 cm dengan menggunakan mesin penekan ke dalam kayu hingga peluru baja masuk ke

(9)

dalam kayu sedalam ½ dari diameter peluru. Pengujian kekerasan kayu dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengujian kekerasan kayu

Besarnya kekerasan kayu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Fk=P A Keterangan:

Fk = kekerasan kayu (kg/cm2)

(10)

A.Sifat Fisis 1. Berat Jenis (BJ)

Berat jenis merupakan salah satu faktor penentu kekuatan kayu. Pada kajian ilmu kayu BJ merupakan salah satu parameter didalam penggolongan kelas kuat kayu. Menurut Panshin dan de Zeeuw (1980) bahwa kerapatan kayu umum dipergunakan sebagai indikator yang berkaitan dengan sifat kayu seperti kekuatan dan penyusutan. Desch dan Dinwoodie (1981) juga menyatakan bahwa kerapatan memiliki peranan yang penting sebagai indikator dalam penentuan kekuatan kayu. Menurut Tiruneh Kide (2002) dalam kegiatan pemilahan kayu sebagai bahan bangunan, BJ kayu dijadikan dasar awal didalam pengelompokan kekuatannya. Kerapatan kayu memiliki korelasi positif yang kuat dengan kekuatan kayu (MOR) namun korelasinya rendah terhadap MOE (Anon, 1980). Cave dan Walker (1994) juga menyatakan korelasi yang rendah antara kerapatan dengan kekakuan dinding sel. Sifat mekanis secara langsung berhubungan dengan kerapatan karena adanya peningkatan kerapatan dari pucuk menuju pangkal batang maka tren kekuatan juga akan seperti itu. Pada penelitian ini BJ diukur pada kondisi awal (basah), kering udara dan kering oven.

a. BJ pada kondisi awal (basah), kering udara, dan kering oven

(11)

Gambar 6. Rata-rata BJ tiga jenis kayu Kemenyan

Berdasarkan Gambar 6 bahwa nilai rata-rata BJ pada kondisi basah, kering udara dan kering oven untuk ketiga jenis kayu kemenyan masing-masing berkisar antara 0.43 – 0.62. Secara keseluruhan kayu kemenyan Toba memiliki BJ lebih tinggi dibanding kemenyan Bulu dan Durame. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai BJ yang sedikit lebih tinggi dibandingkan penelitian Pasaribu et al. (2012) yang menyatakan bahwa kemenyan Bulu dan Toba memiliki nilai rata-rata BJ sekitar 0.55. Selanjutnya Tren menunjukkan bahwa perubahan kandungan air dari kayu mengakibatkan perubahan BJ-nya, kayu kering memiliki BJ yang lebih tinggi dibanding kayu dalam kondisi basah. Sesuai dengan pernyataan Forest

Product Laboratory (1999) menyatakan bahwa BJ dan KA memiliki korelasi

negatif dimana semakin tinggi kadar air dari kayu maka nilai BJ nya semakin rendah. Selanjutnya distribusi BJ pada kedua arah orientasi batang disajikan pada Gambar 7 – 9.

Gambar 7. BJ awal kayu kemenyan berdasarkan posisi batang 0.0

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(12)

Gambar 8. BJ kering udara kayu kemenyan berdasarkan posisi batang

Gambar 9. BJ kering oven kayu kemenyan berdasarkan posisi batang Gambar 7 - 9 menunjukkan bahwa berdasarkan arah vertikal batang dari pangkal menuju ujung terlihat bahwa tren BJ sedikit mengalami penurunan. Tren serupa juga ditunjukkan oleh arah horizontal batang dimana semakin kedalam mendekati empulur maka BJ semakin rendah. Pola distribusi penyebaran BJ berdasarkan arah orientasi batang untuk ketiga kondisi pengukuran hampir seragam. Bowyer et al. (2003), kayu bulat pangkal cenderung memiliki BJ yang lebih tinggi daripada kayu bulat yang dipotong lebih tinggi dalam batang utama. Menurut Brown et al. (1952), BJ kayu bervariasi dimana variasi tersebut disebabkan oleh jumlah zat penyusun dinding sel dan kandungan zat ekstraktif per unit volume. Ketebalan dinding sel berpengaruh besar terhadap BJ kayu.

Menurut Zobel dan Buijtenen (1989), kerapatan kayu bagian pangkal secara normal lebih tinggi hal ini dikarenakan proporsi kayu teras yang lebih

0.20 0.40 0.60 0.80

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(13)

tinggi pada bagian pangkal batang dan bagian ujung kayu memiliki bagian juvenil yang tinggi. Kayu juvenil memiliki density yang rendah karena sedikitnya proporsi kayu akhir sehingga didominasi oleh dinding sel yang tipis (Haygreen dan Bowyer, 1996).

Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), kerapatan kayu bervariasi secara horizontal dari empulur ke kulit dan dan secara vertikal dari pangkal ke ujung batang. Kerapatan kayu bervariasi dari empulur ke kulit karena keberadaan jaringan kayu awal dan kayu akhir pada batang. Jaringan kayu akhir tersusun atas sel diameter radial yang kecil, dinding sel tebal dan rongga sel tipis sehingga menghasilkan kerapatan kayu yang lebih tinggi dibanding dengan kayu awal. Larson (1969) menyatakan bahwa peningkatan kerapatan terjadi dari empulur menuju kulit hal ini terjadi karena adanya transisi dari kayu juvenil ke kayu dewasa. Kondisi ini juga mengindikasikan tipisnya dinding sel didaerah dekat empulur dan menjadi lebih tebal pada bagian tepi batang.

b. Tren perubahan BJ berdasarkan minggu pengukuran

Tren perubahan BJ selama lima minggu pengukuran dengan menggunakan pengeringan udara dan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan oven disajikan pada Gambar 10.

(14)

Berdasarkan gambar 10 bahwa BJ semakin meningkat setelah kayu mengalami proses pengeringan baik menggunakan sistem pengeringan udara maupun dengan pengeringan oven. Hal ini dikarenakan dengan keluarnya air akibat proses pengeringan menyebabkan kayu mengalami pengerutan sehingga sel-sel kayu semakin padat. Pengeringan hingga mencapai kadar air dibawah titik jenuh serat menyebabkan terjadinya penyusutan dimensi akibatnya terjadi pengurangan volume dari kayu tersebut sehingga BJ kayu semakin meningkat. Ketiga jenis kayu memiliki pola perubahan berat jenis secara bertahap yang hampir sama. Kayu kemenyan Bulu dan Toba memiliki pola perubahan BJ yang sedikit lebih curam bila dibandingkan dengan kemenyan Durame pada pengeringan dari kondisi kering udara menuju kering oven.

2. Kadar Air (KA)

(15)

lebar (hardwood) fenomena tersebut tidak pasti, terkadang ada yang kondisinya bisa berkebalikan. Hal tersebut juga terjadi pada arah batang secara vertikal.

a. Kadar air kayu awal dan kering udara

Nilai rata-rata KA basah dan kering udara tiga jenis kayu kemenyan masing-masing berkisar antara 57.69 – 69.93% dan 13.74 – 14.60% (Gambar 11). KA basah terendah didapat pada kayu kemenyan jenis Toba sedangkan tertinggi pada kayu kemenyan jenis Durame. Tren menunjukkan bahwa kayu kemenyan Toba memiliki kadar air terendah dibandingkan dengan Bulu dan Durame, kondisi ini disebabkan karena BJ yang lebih tinggi dari kemenyan Toba. Sebagaimana dikemukakan oleh Skaar (1972) bahwa kayu dengan kerapatan rendah memiliki banyak rongga yang terisi oleh air bebas sehingga kadar airnya tinggi.

Sementara untuk kadar air kering udara terendah terdapat pada kayu kemenyan jenis Durame dan tertinggi pada kemenyan jenis Bulu. Kadar air kayu pada saat tegakan berdiri sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya posisi pada batang (longitudinal atau transversal, kayu teras atau kayu gubal), variasi kerapatan, iklim dan lokasi tumbuhnya.

(16)

Berdasarkan posisi batangnya, KA kayu kemenyan dibedakan dalam dua orientasi yaitu orientasi vertikal batang yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Sedangkan untuk orientasi horizontal batang dibagi menjadi tiga bagian juga yaitu tepi, medium dan pusat. Gambar 12 memperlihatkan sebaran nilai KA berdasarkan posisi batang pada tiga jenis kayu kemenyan. Berdasarkan posisi vertikal batang terlihat bahwa bagian pangkal memiliki kadar air yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bagian ujung. Sementara pada orientasi horizontal batang, bagian pusat memiliki kadar air yang lebih rendah.

Gambar 12. Kadar air basah dan kering udara kayu kemenyan berdasarkan pada posisi batang

b. Tren perubahan KA berdasarkan minggu pengukuran

Hasil penelitian ini sebagaimana diitunjukkan pada Gambar 13 bahwa KA kering udara untuk kayu kemenyan dicapai pada minggu pengeringan ke-4 dan ke-5, dimana pada minggu tersebut kadar air kayu telah stabil dan tidak mengalami perubahan lagi. Kondisi tersebut bisa dikatakan sebagai kadar air kesetimbangan. Pada minggu ke-5 nilai kadar air rata-rata dari ketiga jenis kayu berkisar antara 13-15%. Tren menunjukkan bahwa terjadi penurunan drastis perubahan KA pada minggu ke-1 selama proses pengeringan udara, selanjutnya

0

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(17)

kurva perubahan KA terlihat landai hingga minggu ke-5 kadar air telah stabil. Kondisi minggu ke-1 dikarenakan proporsi dalam jumlah besar air keluar dari rongga sel.

Gambar 13. Pola perubahan kadar air kering udara pada kayu kemenyan selama lima minggu pengukuran

3. Penyusutan

Dimensi kayu tidak terpengaruh oleh hilangnya air bebas dari rongga sel (Haygreen dan Bowyer, 1989), namun hilangnya air terikat dari dinding sel akan menyebabkan sel mengalami pengerutan akibatnya pada kayu terjadi penyusutan. Keluarnya air terikat menyebabkan pergerakan saling mendekat antara rantai molekul selulosa dan hemiselulosa. Penyusutan terjadi ketika kayu kehilangan air dari dinding sel, sementara pengembangan terjadi ketika air masuk kedalam dinding sel (Bowyer et al., 2003).

Menurut Skaar (1972), besarnya penyusutan tergantung oleh beberapa faktor diantaranya hilangnya air dari dinding sel, arah serat, kerapatan atau BJ kayu, suhu, dan tingkat pengeringan. Menurut Tsoumis (1991), beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan kayu diantaranya adalah KA, kerapatan, struktur anatomi, ekstraktif dan komposisi kimia. Kerapatan kayu mempengaruhi penyusutan kayu. Kayu dengan BJ tinggi memiliki proporsi dinding sel yang lebih besar dari rongganya dan cenderung

KA-0 KA-1 KA-2 KA-3 KA-4 KA-5

(18)

memiliki pengembangan dan penyusutan yang lebih besar (Walker 1993). Penyusutan kayu yang lebih besar berkaitan dengan tingginya BJ kayu (Bowyer et

al., 2003).

a. Penyusutan Dimensi

Gambar 14. Rata-rata penyusutan kayu kemenyan pada kondisi kering oven Berdasarkan Gambar 14 nilai penyusutan dimensi untuk longitudinal, radial dan tangensial masing-masing berkisar antara 1.03 - 1.64%, 4.63 - 6.65%, 5.20 - 6.73%. Sementara itu untuk penyusutan volumenya berkisar antara 10.55 - 14.30%. Sementara hasil penelitian Pasaribu et al. (2013) menunjukkan bahwa rata-rata penyusutan dari basah sampai kering tanur pada arah radial untuk kemenyan Toba dan Bulu masing-masing 3.34 dan 4.20% serta pada arah

tangensial untuk kemenyan Toba dan Bulu masing-masing sebesar 5.26 dan

(19)

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 15 bahwa nilai penyusutan berkorelasi positif dengan BJ. Nilai korelasi Pearson sebesar 0.411 menunjukkan signifikansi korelasi antara BJ dengan susut pada selang kepercayaan 99%. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai BJ maka penyusutan kayu akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Glass dan Zelinka (2010), penyusutan kayu dipengaruhi oleh banyak variabel, namun yang paling utama mempengaruhi penyusutan adalah kerapatan kayu.

Gambar 15. Hubungan BJ dengan susut volume

Nilai penyusutan dimensi secara berurutan bidang tangensial > radial > longitudinal. Penyusutan bidang tangensial lebih besar dari radial ini dikarenakan oleh susunan jari-jari yang memanjang kearah radial, akibatnya penyusutan pada bidang radial tertahan. Penyebab lainnya adalah tipisnya dinding sel dan jumlah noktah yang lebih banyak pada bidang radial (Brown et al., 1952). Menurut

Forest Product Laboratory (1999), pengembangan dan penyusutan kayu besarnya

(20)

Gambar 16. T/R ratio tiga jenis kayu kemenyan

Berdasarkan Gambar 16 dinyatakan bahwa perbandingan penyusutan tangensial dan radial (T/R) untuk kondisi penyusutan kering udara dan kering oven masing-masing berkisar antara 0.97 - 1.05 dan 0.88 - 0.91. Hal ini mengindikasikan bahwa kayu kemenyan memiliki kestabilan dimensi yang cukup baik karena menurut Phansin dan de Zeeuw (1980), nilai T/R yang semakin mendekati 1.00 berarti stabil. Perbedaan penyusutan kayu kemenyan arah tangensial tidak terlalu besar dibanding penyusutan arah radialnya. Sementara menurut Tsoumis (1991) bahwa pada umumnya penyusutan kayu pada arah tangensial lebih besar dari radial, pada beberapa spesies rasio susut arah tangensial dan radial adalah 2:1.

Gambar 17. Susut dimensi kemenyan Bulu dari kondisi basah menuju kering udara

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(21)

Gambar 18. Susut dimensi kemenyan Durame dari kondisi basah menuju kering udara

Gambar 19. Susut dimensi kemenyan Toba dari kondisi basah menuju kering udara

Gambar 20. Susut dimensi kemenyan Bulu dari kondisi kering udara menuju kering oven

Gambar 21. Susut dimensi kemenyan Durame dari kondisi kering udara menuju kering oven

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(22)

Gambar 22. Susut dimensi kemenyan Toba dari kondisi kering udara menuju kering oven

Gambar 23. Susut dimensi kemenyan Bulu dari kondisi basah menuju kering oven

Gambar 24. Susut dimensi kemenyan Durame dari kondisi basah menuju kering oven

Gambar 25. Susut dimensi kemenyan Toba dari kondisi basah menuju kering oven

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(23)

Gambar 17 - 25 menunjukkan distribusi besaran penyusutan pada ketiga jenis kayu kemenyan berdasarkan orientasi batangnya. Pada kondisi pengeringan dari basah menuju kering oven penyusutan bidang longitudinal tergolong cukup tinggi, hal ini diduga karena keberadaan kayu juvenil. Menurut Bowyer et al. (2003), pertumbuhan pohon yang cepat menyebabkan proporsi kayu juvenilnya meningkat sehingga kekuatannya rendah serta penyusutan longitudinalnya tinggi.

b. Penyusutan Volume

Penyusutan kayu bervariasi tergantung pada sistem pengeringannya. Pada penelitian ini kayu dikering udarakan selama lima minggu selanjutnya dikering oven selama 24 jam. Perubahan kadar air menjadi penyebab terjadinya penyusutan kayu. Menurut Forest Product Laboratory (1999), penyusutan kayu terjadi sebagai akibat dari kehilangan sejumlah air hingga kondisi dibawah titik jenuh serat atau dibawah kadar air 30%. Setiap 1% berkurangnya kadar air menyebabkan penyusutan kayu sekitar 1-30 dari total penyusutan yang mungkin terjadi.

Gambar 26. Susut volume tiga jenis kayu kemenyan dari kondisi basah menuju kering udara

0

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(24)

Gambar 27. Susut volume tiga jenis kayu kemenyan dari kondisi kering udara menuju kering oven

Gambar 28. Susut volume tiga jenis kayu kemenyan dari kondisi basah menuju kering oven

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 26 - 28 menunjukkan bahwa kayu

kemenyan Bulu memiliki nilai penyusutan volume yang lebih besar dibandingkan

dengan kemenyan Toba dan Durame. Berdasarkan arah vertikal batang,

Kemenyan Bulu dan Durame menunjukkan tren penyusutan yang semakin turun

dari pangkal menuju ujung sementara Kemenyan Toba menunjukkan tren

sebaliknya. Selanjutnya berdasarkan arah horizontal batang Kemenyan Bulu

menunjukkan tren penyusutan yang semakin meningkat dari tepi menuju pusat,

sementara kemenyan Toba dan Durame menunjukkan tren sebaliknya. Kondisi

tren penyusutan kayu kemenyan Bulu pada orientasi horizontal ini kontradiktif

dengan pernyataan yang mengemukakan bahwa penyusutan meningkat dari

bagian pusat menuju ke tepi batang. 0

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat Tepi Medium Pusat

(25)

Sesuai dengan hasil penelitian Pasaribu et al. (2013) yang melaporkan

bahwa penyusutan kayu jenis kemenyan Toba lebih kecil dibandingkan dengan

kemenyan Bulu, hal ini mengindikasikan adanya tegangan dalam yang lebih tinggi

pada kemenyan Bulu dibanding pada kayu kemenyan Toba. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa kondisi penyusutan yang lebih besar berpengaruh pada

kemungkinan cacat kayu yang lebih besar dalam pengolahannya. Kerapatan kayu

dan penyusutan volume bervariasi sepanjang sumbu radial dari empulur menuju kulit mengalami peningkatan. Peningkatan kerapatan kayu karena meningkatnya tebal dinding sel dan keberadaan kayu juvenil disekitar empulur selama periode juvenil dari pertumbuhan pohon.

B.Sifat Mekanis

Parameter yang diukur didalam sifat fisis kayu meliputi modulus of

elasticity (MOE), modulus of rupture (MOR), tekan sejajar serat, dan kekerasan.

Sifat mekanis kayu dipengaruhi oleh kerapatan kayunya (Panshin dan de Zeeuw, 1980).

1. Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR)

Gambar 29 menunjukkan bahwa kemenyan Bulu menghasilkan nilai MOE dan MOR tertinggi. Nilai MOE dan MOR yang dihasilkan masing-masing berkisar antara 77685 - 85900 kgf/cm2 dan 637 – 770 kgf/cm2. Nilai MOE dan MOR yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan MOE dan MOR yang dihasilkan pada penelitian Pasaribu et al. (2013). Disamping kerapatan dan sudut mikrofibril, faktor lain yang juga mempengaruhi nilai MOE adalah mata kayu, panjang serat, serat spiral, kadar air dan suhu lingkungan (Huang et

(26)

Berdasarkan gambar 30, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara vertikal nilai MOE tertinggi pada bagian pangkal dan secara horizontal nilai MOE tertinggi pada bagian tepi. Tren ini serupa untuk nilai MOR sebagaimana ditunjukkan pada gambar 31. Hal ini dikarenakan kayu pada bagian pangkal dan tepi memiliki berat jenis lebih tinggi dibandingkan bagian tengah dan ujung. Selanjutnya proporsi kayu teras dan struktur kayu dewasa mendominasi pada bagian pangkal batang. Haygreen dan Bowyer (1989) dan Forest Products

Laboratory (1999) menyatakan bahwa MOE meningkat secara linier seiring

dengan peningkatan BJ kayu. Schneider et al. (1991) melaporkan bahwa sifat mekanis dan kerapatan dasar bervariasi sepanjang tinggi pohon mulai dari pangkal hingga ujung. Nilai MOE tertinggi berada pada bagian pangkal batang dan menurun hingga bagian ujung. Seperti halnya MOE, MOR mengalami penurunan mulai dari pangkal batang hingga ujung. Hal ini mengindikasikan bahwa pada peningkatan proporsi kayu juvenil pada bagian ujung mengakibatkan terjadinya penurunan nilai MOR. Ishengoma dan Gillah (1992) melaporkan bahwa bagian pusat kayu atau kayu juvenil memiliki kerapatan yang rendahdaripada kayu dewasa. Nilai korelasi Pearson sebesar 0.425 menunjukkan signifikansi korelasi antara BJ dengan kekerasan pada selang kepercayaan 95%. Nilai korelasi positif antara BJ dan MOR ditunjukkan pada Gambar 32. Berdasarkan Gambar tersebut dinyatakan bahwa peningkatan BJ kayu mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai MOR dari kayu.

(27)

kelompok ini dapat digunakan untuk konstruksi ringan, mebel maupun kerajinan atau untuk penggunaan yang tidak mensyaratkan kekuatan tinggi.

Gambar 29. Rata-rata Modulus of elasticity dan Modulus of rupture tiga jenis kayu kemenyan

Gambar 30. Modulus of elasticity tiga jenis kayu kemenyan berdasarkan pada posisi batang

Gambar 31. Modulus of rupture tiga jenis kayu kemenyan berdasarkan pada posisi batang

Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat

(28)

Gambar 32. Korelasi antara berat jenis dengan Modulus of rupture

2. Tekan Sejajar Serat dan Kekerasan

Gambar 33 menunjukkan bahwa kemenyan Bulu menghasilkan nilai tekan sejajar serat dan kekerasan (hardness) tertinggi. Nilai tekan sejajar serat dan kekerasan yang dihasilkan masing-masing berkisar antara 313 - 355 kgf/cm2 dan 391 – 599 kgf/cm2. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa kayu kemenyan Durame memiliki nilai tekan sejajar serat dan kekerasan yang terendah hal ini dikarenakan kayu tersebut memiliki nilai BJ terendah dibandingkan dengan Bulu dan Toba.

Tekan sejajar serat dari arah pusat menuju tepi batang sangat bervariasi tergantung dari BJ-nya. Semakin tinggi BJ maka terjadi peningkatan nilai tekan sejajar serat sebagaimana disajikan pada Gambar 34. Nilai korelasi Pearson sebesar 0.495 menunjukkan signifikansi korelasi antara BJ dengan tekan sejajar serat pada selang kepercayaan 99%. Berdasarkan Gambar 36, peningkatan BJ kayu mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai tekan sejajar serat dari kayu.

(29)

sedangkan berdasarkan arah horizontal nilai tersebut menurun dari tepi menuju pusat sebagaimana disajikan pada gambar 35. Nilai korelasi Pearson sebesar 0.570 menunjukkan signifikansi korelasi antara BJ dengan kekerasan pada selang kepercayaan 99%. Berdasarkan Gambar 37, peningkatan BJ kayu mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai kekerasan dari kayu.

Gambar 33. Rata-rata tekan sejajar serat dan kekerasan tiga jenis kayu kemenyan

Gambar 34. Tekan sejajar serat tiga jenis kayu kemenyan berdasarkan pada posisi batang

Gambar 35. Hardness tiga jenis kayu kemenyan berdasarkan pada posisi batang 0

Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat

Pangkal Tengah Ujung

Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat Tepi Med Pusat

(30)

Gambar 36. Korelasi antara BJ dengan tekan sejajar serat

(31)

Kesimpulan

1. Nilai rata-rata BJ tiga jenis pada kondisi basah, kering udara dan kering oven untuk ketiga jenis kayu kemenyan masing-masing berkisar antara 0.43 – 0.62. Nilai rata-rata KA basah dan kering udara masing-masing berkisar antara 57.69 – 69.93% dan 13.74 – 14.60%. Nilai penyusutan dimensi untuk longitudinal, radial dan tangensial masing-masing berkisar antara 1.03 - 1.64%, 4.63 - 6.65% dan 5.20 - 6.73%. Sementara itu untuk penyusutan volumenya berkisar antara 10.55 - 14.30%.

2. Nilai MOE dan MOR tiga jenis kayu kemenyan masing-masing berkisar antara 77685 - 85900 kgf/cm2 dan 637 – 770 kgf/cm2, sedangkan nilai tekan sejajar serat dan kekerasan yang dihasilkan masing-masing berkisar antara 313 - 355 kgf/cm2 dan 391 – 599 kgf/cm2.

3. Berdasarkan sifat fisis dan sifat mekanis kayu kemenyan diklasifikasikan ke dalam kelas kuat kayu III-IV, sehingga kayu kemenyan cocok digunakan untuk bahan baku konstruksi ringan, mebel dan kerajinan tangan.

Saran

(32)

Kemenyan (Styrax sp.)

Menurut Jayusman (2014), taksonomi dari pohon kemenyan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Subklas : Dilleniidae

Ordo : Ebenales

Famili : Styracaceae

(33)

mdpl. Ketinggian (elevasi) ini merupakan faktor yang paling berpengaruh (Silalahi et al., 2013).

Tinggi pohon kemenyan (Styrax sp.) bisa mencapai 20 m hingga 40 m, sedangkan untuk diameternya 60 cm hingga 100 cm. Pohon kemenyan memiliki batang yang lurus, percabangannya sedikit dan kulitnya beralur tidak terlalu dalam (3-7mm). Bunganya berkelamin dua, buahnya berbentuk bulat gepeng dan lonjong 2.5-3cm, sedangkan bijinya berukuran 15-19mm (Rizlani, 2012).

Sifat Fisis Kayu

Menurut Kasmudjo (2010) yang termasuk pada sifat fisis kayu antara lain kadar air kayu, penyusutan dan perubahan dimensi kayu, berat jenis kayu, sifat termis kayu, sifat elektrisnya, sifat resonansi dan akustiknya, daya apung dan layang, sifat energi dan sebagainya. Beberapa sifat fisis kayu antara lain:

1. Kadar Air Kayu

Kadar air kayu merupakan banyaknya air yang terdapat dalam kayu, dinyatakan dalam persentase terhadap berat kering tanurnya. Kandungan air dalam kayu berupa air bebas yang terdapat di dalam pembuluh sel dan air terikat yang terdapat di dalam dinding sel (Sribuono, 2000).

2. Perubahan Dimensi Kayu

(34)

perubahan dimensi (ukuran) kayu. Penyusutan kayu (dimensi kayu) terjadi saat kondisi kayu di bawah titik jenuh serat, tetapi belum mencapai kadar air seimbang (antara 18-25%) (Kasmudjo, 2010).

3. Berat Jenis Kayu

Berat jenis kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu tersebut dengan kerapatan benda standar. Besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu berbeda-beda dan tergantung kandungan zat-zat dalam kayu, kandungan ekstraktif serta kandungan air kayu, disamping ukuran sel kayunya (Kasmudjo, 2010).

Sifat Mekanis Kayu

1. Sifat Kekakuan

Sifat kekakuan kayu adalah ukuran kemampuan kayu untuk mempertahankan bentuk aslinya akibat adanya beban yang cenderung mengubah bentuk dan ukuran benda. Setiap benda yang dibebani akan mengalami perubahan bentuk baik berupa beban tekan, tarik lentur maupun geser. Besar kecilnya perubahan bentuk akibat beban ini dipengaruhi sifat kekakuan benda yang bersangkutan. Semakin kaku kayu tersebut, maka semakin sulit pula kayu tadi untuk diubah bentuknya, demikian pula sebaliknya. Sifat kekakuan ini biasanya disebut dengan modulus of elasticity (MOE) (Mardikanto, 2011).

2. Sifat Keteguhan Patah

(35)

berupa geser sejajar serat (shear parallel/along to grain), geser tegak lurus serat (shear across the grain atau shear perpendicular to grain), geser miring serat (oblique shear), serta geser antar serat (rolling shear). Sifat keteguhan ini biasanya disebut dengan modulus of rupture (MOR) (Tsoumis, 1991).

3. Kekuatan Tekan

Pengujian tekan pada arah tegak lurus serat dapat berupa tekanan pada seluruh permukaan kayu atau tekanan pada sebagian permukaan kayu. Tekanan sejajar serat atau “endwise compression” banyak terjadi dalam praktek bila kayu

(36)

Latar Belakang

Saat ini kebutuhan masyarakat akan bahan baku kayu sangat tinggi, tetapi persediaan kayu dari hutan alam yang ada tidak mampu lagi untuk mencukupinya. Purba et al. (2014) menyatakan, selama beberapa tahun terakhir permintaan kayu di Indonesia terus meningkat, hal ini tidak sebanding dengan luasan hutan di Indonesia yang semakin menurun dan produksi bahan baku kayu dari hutan juga pasti menurun. Data kementerian Kehutanan di tahun 2013 menunjukkan bahwa kebutuhan kayu nasional adalah 49 juta m3. Sementara kebutuhan dunia terhadap bahan baku kayu pada 2014 setidaknya mencapai 350 juta m3.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan beberapa cara seperti pemanfaatan kayu cepat tumbuh, penghematan pemakaian kayu, peningkatan efisiensi penggunaan kayu atau pemanfaatan kayu yang masih kurang dikenal di pasar perkayuan dimana kayu tersebut memiliki potensi bagus tetapi belum dimanfaatkan dengan baik. Salah satu contoh kayu yang masih kurang dikenal di pasar perkayuan dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah kayu kemenyan (Styrax sp.). Kemenyan (Styrax sp.) banyak terdapat di perkebunan masyarakat dan jika dimanfaatkan dengan baik maka akan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan baku kayu.

(37)

berkali-kali selama pohonnya masih hidup sehingga pemanfaatan untuk bahan baku kayu dari pohon kemenyan (Styrax sp.) ini tidak begitu berkembang.

Pemanfaatan kayu tidak terlepas dari pemahaman terhadap sifat penentu kualitas dari kayu. Penggunaan kayu untuk keperluan konstruksi harus memperhatikan sifat fisis dan sifat mekanis dari kayu tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian mengenai sifat fisis dan sifat mekanis kayu kemenyan (Styrax sp.) dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisis dan sifat mekanis dari pohon kemenyan (Styrax sp.) agar dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai bahan baku dalam industri perkayuan.

Manfaat Penelitian

(38)

Of Styrax Wood. Under the supervision of APRI HERI ISWANTO and IRAWATI AZHAR.

The objective of this research was to evaluate of physical and mechanical properties three species of Styrax wood origin from North Tapanuli. Plants age for samples were more than 15 years old. Small clear specimen test based on BS-373 standard for physical properties parameters such as specific gravity, green moisture content and volume shrinkage. Furthermore, the mechanical properties test included of modulus of rupture, modulus of elasticity, compression parallel to grain and hardness. The results showed that according to stem direction, edge section had better properties compared to near pith section. While for base section had better properties than upper section. Based on that specific gravity, all of the Styrax wood in this research was classify into III-IV strength classes. Styrax wood had good dimensional stability, it showed by the tangential and radial ratio value reached of one. According to the mechanical properties, styrax wood was suitable use for raw materials of light consttruction, furniture and handy craft.

(39)

Kemenyan (Styrax sp.). Dibimbing oleh APRI HERI ISWANTO dan IRAWATI AZHAR.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sifat fisis dan sifat mekanis tiga jenis kayu Kemenyan dari Tapanuli Utara. Pohon yang dijadikan sampel berumur lebih dari 15 tahun. Contoh uji bebas cacat diuji berdasarkan standar BS-373 yang terdiri dari parameter sifat fisis kayu seperti berat jenis, kadar air segar dan penyusutan volume serta parameter untuk sifat mekanis kayu yang meliputi keteguhan patah (MOR), kekakuan (MOE), tekan sejajar serat dan kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut arah horizontal batang, bagian tepi lebih bagus dibandingkan bagian dekat empulur. Sementara menurut arah vertikal batang, bagian pangkal lebih bagus daripada bagian ujung. Berdasarkan berat jenisnya, semua jenis kayu kemenyan diklasifikasikan ke dalam kelas kuat III-IV. Kayu kemenyan memiliki stabilitas dimensi yang baik, dilihat dari nilai perbandingan penyusutan tangensial dan radial mencapai satu. Berdasarkan sifat mekanisnya, kayu kemenyan cocok digunakan sebagai bahan baku konstruksi ringan, mebel dan kerajinan tangan.

(40)

SKRIPSI

JOEL ELPINTA PRANATA TARIGAN

121201042/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(41)

SKRIPSI

JOEL ELPINTA PRANATA TARIGAN

121201042/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

Judul : Sifat Fisis dan Sifat Mekanis Kayu Kemenyan (Styrax sp.)

Nama : Joel ElpintaPranataTarigan

NIM : 121201042

Program Studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si Irawati Azhar, S.Hut., M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(43)

Of Styrax Wood. Under the supervision of APRI HERI ISWANTO and IRAWATI AZHAR.

The objective of this research was to evaluate of physical and mechanical properties three species of Styrax wood origin from North Tapanuli. Plants age for samples were more than 15 years old. Small clear specimen test based on BS-373 standard for physical properties parameters such as specific gravity, green moisture content and volume shrinkage. Furthermore, the mechanical properties test included of modulus of rupture, modulus of elasticity, compression parallel to grain and hardness. The results showed that according to stem direction, edge section had better properties compared to near pith section. While for base section had better properties than upper section. Based on that specific gravity, all of the Styrax wood in this research was classify into III-IV strength classes. Styrax wood had good dimensional stability, it showed by the tangential and radial ratio value reached of one. According to the mechanical properties, styrax wood was suitable use for raw materials of light consttruction, furniture and handy craft.

(44)

Kemenyan (Styrax sp.). Dibimbing oleh APRI HERI ISWANTO dan IRAWATI AZHAR.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sifat fisis dan sifat mekanis tiga jenis kayu Kemenyan dari Tapanuli Utara. Pohon yang dijadikan sampel berumur lebih dari 15 tahun. Contoh uji bebas cacat diuji berdasarkan standar BS-373 yang terdiri dari parameter sifat fisis kayu seperti berat jenis, kadar air segar dan penyusutan volume serta parameter untuk sifat mekanis kayu yang meliputi keteguhan patah (MOR), kekakuan (MOE), tekan sejajar serat dan kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut arah horizontal batang, bagian tepi lebih bagus dibandingkan bagian dekat empulur. Sementara menurut arah vertikal batang, bagian pangkal lebih bagus daripada bagian ujung. Berdasarkan berat jenisnya, semua jenis kayu kemenyan diklasifikasikan ke dalam kelas kuat III-IV. Kayu kemenyan memiliki stabilitas dimensi yang baik, dilihat dari nilai perbandingan penyusutan tangensial dan radial mencapai satu. Berdasarkan sifat mekanisnya, kayu kemenyan cocok digunakan sebagai bahan baku konstruksi ringan, mebel dan kerajinan tangan.

(45)

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada 20 November 1994 dari Ayah Elpin Tarigan dan Ibu Pittaria br Ginting. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) di SD Negeri 040466 Lausimomo dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjut ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2012, penulis lulus dari SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri 1 Tigapanah. Kemudian pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Karo dan anggota beberapa organisasi diluar kampus. Penulis juga pernah sebagai asisten praktikum mata kuliah Sifat Fisis dan Mekanis Kayu.

(46)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul Sifat Fisis, Mekanis Dan Keawetan Alami Kayu

Kemenyan (Styrax sp.), disusun sebagai syarat untuk menyelasaikan studi

Sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua Bapak E. Tarigan dan Ibu P. br Ginting serta kepada kedua adik Lea Sri Erbina br Tarigan dan Ekel Arapenta Tarigan yang telah memberi doa, nasihat dan semangat kepada penulis.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut, M.Si dan Ibu Irawati Azhar, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk kepentingan penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2016 Penulis

(47)

Halaman

b. Tren Perubahan BJ Berdasarkan Minggu Pengukuran ... 16

Kadar Air (KA) ... 17

a. Kadar Air Kayu Awal Dan Kering Udara ... 18

b. Tren Perubahan KA Berdasarkan Minggu Pengukuran ... 19

Penyusutan ... 20

(48)

(MOR) ... 28 Tekan Sejajar Serat dan Kekerasan ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

(49)

No. Halaman

1. Pemotongan dan Pembelahan Kayu ... 8

2. Pemotongan Contoh Uji ... 8

3. Pengujian MOE dan MOR ... 10

4. Pengujian Keteguhan Tekan Sejajar Serat ... 11

5. Pengujian Kekerasan Kayu ... 12

6. Rata-rata BJ Tiga Jenis Kayu Kemenyan ... 14

7. BJ Awal Kayu Kemenyan Berdasarkan Posisi Batang ... 14

8. BJ KU Kayu Kemenyan Berdasarkan Posisi Batang ... 15

9. BJ KO Kayu Kemenyan Berdasarkan Posisi Batang ... 15

10.Pola Perubahan Berat Jenis Kayu Kemenyan Menggunakan Teknik Pengeringan Udara Dan Oven ... 16

11.KA Basah Dan Kering Udara Tiga Jenis Kayu Kemenyan ... 18

12.Kadar Air Basah Dan Kering Udara Kayu Kemenyan Berdasarkan Pada Posisi Batang ... 19

17.Susut Dimensi Kemenyan Bulu Dari Kondisi Basah Menuju Kering Udara ... 23

18.Susut Dimensi Kemenyan Durame Dari Kondisi Basah Menuju Kering Udara ... 24

19.Susut Dimensi Kemenyan Toba Dari Kondisi Basah Menuju Kering Udara ... 24

20.Susut Dimensi Kemenyan Bulu Dari Kondisi Kering Udara Menuju Kering Oven ... 24

21.Susut Dimensi Kemenyan Durame Dari Kondisi Kering Udara Menuju Kering Oven ... 24

22.Susut Dimensi Kemenyan Toba Dari Kondisi Kering Udara Menuju Kering Oven ... 25

23.Susut Dimensi Kemenyan Bulu Dari Kondisi Basah Menuju Kering Oven ... 25

24.Susut Dimensi Kemenyan Durame Dari Kondisi Basah Menuju Kering Oven ... 25

(50)

30.Modulus of elasticity Tiga Jenis Kayu Kemenyan Berdasarkan

Pada Posisi Batang ... 30 31.Modulus of rupture Tiga Jenis Kayu Kemenyan Berdasarkan

Pada Posisi Batang ... 30 32.Korelasi antara Berat Jenis dengan Modulus of rupture ... 31 33.Rata-rata Tekan Sejajar Serat dan Kekerasan Tiga Jenis

Kayu Kemenyan ... 32 34.Tekan Sejajar Serat Tiga Jenis Kayu Kemenyan Berdasarkan

Pada Posisi Batang ... 32 35.Hardness (Kekerasan) Tiga Jenis Kayu Kemenyan Berdasarkan

Gambar

Gambar 1. Pemotongan dan pembelahan kayu
Gambar 4.
Gambar 5. Pengujian kekerasan kayu
Gambar 7 – 9.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dan temuan dari bentuk-bentuk tuturan yang mengalami pergesaran kesan- tunan positif di atas berhubungan dengan ancaman muka serta skala kesantunan yang menjadi

Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan menerapkan metode PBL (Poject Based Learning) atau Pembelajaran Berbasis Proyek menggunakan media Asana pada mata pelajaran

Given the importance of under- standing teachers’ beliefs, novice language learning course teachers’ beliefs about the interaction strategies and pedagogical roles to promote

Adapun sebanyak 40,72% mahasiswa calon guru menyatakan tidak selalu menyiapkan media pembelajaran berbasis TIK sebelum proses belajar mengajar dan mahasiswa calon

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan literasi wujud variasi bahasa yang terdapat dalam tayangan Kick Andy episode “Ngelmu sampai Mati”. Metode yang digunakan

Pelaksanaan serah-simpan karya rekam film dan daftar judul karya rekam film ceritera atau film dokumenter oleh badan-badan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor

The balance of payments accounts are those that record all transactions between the residents of a country and residents of all foreign nations.. They are composed of the

Ketentuan mengenai penyimpanan arsip aktif dan inaktif yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 145/U/2004 tentang Jadwal Retensi Arsip