• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik Oklusi dan Lama Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGMP FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik Oklusi dan Lama Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGMP FKG USU"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang Bapak/Ibu

Saya Shinta Agustina, mahasiswa FKG USU yang sedang menjalani penelitian di Departemen Prostodonsia FKG USU sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Pendidikan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul

“HUBUNGAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER DENGAN

TRAUMATIK OKLUSI DAN LAMA PEMAKAIAN PADA PASIEN

PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RSGMP FKG USU”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan terjadinya

Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian pada pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU. Manfaat penelitian ini adalah memberi informasi kepada Bapak/Ibu tentang adanya hubungan terjadinya Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian, sehingga Bapak/Ibu lebih mengerti usaha yang dapat dilakukan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai.

(2)

dan sendi temporomandibula serta pemeriksaan traumatik oklusi pada gigi-geligi Bapak/Ibu dengan bantuan kertas artikulasi, shim stock, dan alat pemegang shim stock. Penelitian ini hanya dilakukan sekali pada setiap subjek penelitian yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti dan pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis) serta tidak mengurangi pelayanan kesehatan yang akan Bapak/Ibu terima dan saya akan memberikan tanda terima kasih kepada Bapak/Ibu atas kesediaannya menjadi subjek penelitian ini berupa pembersih gigi tiruan.

Efek samping yang mungkin terjadi sewaktu pemeriksaan ini adalah ketidaknyamanan subjek penelitian ketika menggunakan cheek retractor yang akan digunakan pada saat pemeriksaan traumatik oklusi dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh penderita Temporomandibular Disorder yaitu rasa sakit pada saat membuka dan menutup mulut serta pada saat perabaan otot di sekitar wajah atau sendi temporomandibula. Namun, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan yang hati-hati dan dengan teknik yang tepat.

Pada kesempatan ini, saya ingin Bapak/Ibu mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap Bapak/Ibu bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian dan saya percaya bahwa partisipasi ini bermanfaat bagi Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir di lembar berikutnya yang dapat Bapak/Ibu tandatangani dan kembalikan kepada saya. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat sehingga Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Apabila ada hal yang ingin ditanyakan pada peneliti, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya pada nomor telepon 085658502504.

(3)

Peneliti,

(4)

Lampiran 2

Surat Pernyataan Persetetujuan Subjek Penelitian (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

Alamat : Telepon/HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan telah memahami akan apa yang dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

Hubungan Temporomandibular DisorderDengan Traumatik Oklusi Dan Lama Pemakaian Pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Di RSGMP FKG USU”

Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.

Medan, ... Yang menyetujui, Subjek Penelitian

(5)

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDERDENGAN TRAUMATIK

OKLUSI DAN LAMA PEMAKAIAN PADA PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RSGMP FKG USU

Nama Pemeriksa :... No. Kartu :

Tanggal Pemeriksaan :

I. Data Personaliti

Nama :...

Alamat :...

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Umur : tahun

Lama Pemakaian : 1. 1-6 bulan 2. >6-12 bulan

3. >12-18 bulan

Daerah gigi yang hilang dan digantikan dengan anasir gigi tiruan pada gigi tiruan sebagian lepasan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

(6)

1. Daerah yang mengalami traumatik oklusi Oklusi Sentrik

a. Gigi dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

b. Anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan

c. Gigi asli dengan gigi asli

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

(7)

Anteroposterior

b. Gigi dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

b. Anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

c. Gigi asli dengan gigi asli

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

(8)

Oklusi Dinamis Lateral

c. Gigi dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

b. Anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

c. Gigi asli dengan gigi asli

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

(9)

KUESIONER PENELITIAN

II. PENCATATAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER AKIBAT

TRAUMATIK OKLUSI DAN LAMA PEMAKAIAN YANG TERJADI PADA PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RSGMP FKG USU

4 Apakah Anda sering sakit kepala ?

5 Apakah Anda memiliki rasa sakit atau nyeri pada leher dan/atau bahu ?

6 sendi temporomandibula pada saat membuka mulut ?

8 Apakah Anda menganggap gigitan Anda normal ?

(10)

sisi ketika mengunyah ?

10 Apakah Anda merasakan sakit di daerah wajah ketika bangun tidur ?

Total Skor Keterangan Total Nilai :

0-3 = Tidak ada TMD

(11)

III. Lembar Pencatatan Hasil Pemeriksaan Klinis Sendi Temporomandibula (Helkimo, 1974)

No Skor

1 Penurunan jarak pergerakan dengan Modified Mobility Index yaitu jarak pembukaan maksimal yang diukur dari tepi insisal rahang atas ke tepi insisal rahang bawah

a. Range normal ≥40 mm

b. Gangguan pergerakan yang ringan 30-39 mm c. Gangguan pergerakan yang berat <30 mm

0 1 5

2 Penurunan fungsi sendi temporomandibula

a. Gangguan pergerakan tanpa ada bunyi pada TMJ atau terdapat deviasi pada gerakan membuka dan menutup mulut ≤2 mm b. Terdapat bunyi pada satu atau kedua sisi TMJ dan atau

terdapat deviasi pada gerakan membuka dan menutup mulut ≥2 mm

c. Locking dan atau luksasi TMJ

0

1

5

3 Nyeri pada otot

a. Tidak ditemukan pada palpasi otot mastikasi b. Dengan palpasi yang lembut pada 1-3 sisi c. Dengan palpasi yang lembut pada >4 sisi

0 1 5

4 Nyeri pada sendi temporomandibula a. Tidak terdapat nyeri pada palpasi

b. Dengan palpasi yang lembut pada bagian lateral c. Dengan palpasi yang lembut pada bagian posterior

0 1 5

5 Nyeri pada pergerakan mandibula

a. Tidak ditemukan nyeri saat pergerakan b. Nyeri pada 1 pergerakan

c. Nyeri pada 2 atau lebih pergerakan

0 1 5

(12)

Keterangan Total Nilai :

0 = Normal

(13)

Lampiran 4

(14)

Lampiran 5

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax

FREQUENCIES

VARIABLES=USIA JK LP

TRAUMATIK anamnestik2

objektif2 OS Lateral osoe AP OS2

(15)

Statistics

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(16)

Statistics

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

ada 28 93,33 93,33 93,33

tidak ada 2 6,67 6,67 100,0

(17)

Statistics

Oklusi Sentrik Oklusi Lateral Oklusi

Anteroposterior

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

ada 23 82,14 82,14 82,14

tidak 5 17,86 17,86 100,0

(18)

Statistics

Oklusi Sentrik Oklusi Lateral Oklusi

Anteroposterior

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(19)

Balancing

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 7 23,33 23,33 23,33

2 5 16,67 16,67 40,0

4 1 3,33 3,33 43,33

5 2 6,67 6,67 50,0

6 13 43,33 43,33 93,33

7 2 6,67 6,67 100,0

Total 30 100,0 100,0

Working

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 7 23,33 23,33 23,33

2 3 10,0 10,0 33,33

4 1 3,33 3,33 36,67

5 2 6,67 6,67 43,33

6 15 50,0 50,0 93,33

7 2 6,67 6,67 100,0

Total 30 100,0 100,0

(20)

NPar Tests

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics for each test are based

on all cases with valid data for

the variable(s) used in that test.

Syntax

Number of Cases Alloweda 112347

a. Based on availability of workspace memory.

(21)

Test Statisticsa

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics for each test are based

on all cases with valid data for

the variable(s) used in that test.

Syntax

Number of Cases Alloweda 112347

(22)

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\satu\FINAL\fix\data fix\New folder\spss skripsi.sav

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

Traumatik Oklusi N

TMD

Ada 28

tidak ada 2

Total 30

Test Statisticsa

TMD

Most Extreme Differences

Absolute ,357

Positive ,000

Negative -,357

Kolmogorov-Smirnov Z ,488

Asymp. Sig. (2-tailed) ,971

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agtini MD. Persentase Pengguna Protesa Di Indonesia. Media Litbang Kesehatan. 2010; 20(2): 50-58.

2. Rahmayani L, Herwanda, Melisa I. Perilaku Pemakai Gigi Tiruan Terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan. Jurnal PDGI. 2013; 62(3): 83-88

3. Abfraction E. The Glossary Of Prosthodontic Terms. The Journal Of Prosthetic Dentistry. 2005; 94(1): 10-92.

4. Carr AB, Brown DT. Mc Craken’s Removable Partial Prosthodontics, 12th ed. Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2011.

5. Rupprecht CR. Trauma From Occlusion: A Review. Naval Postgraduate Dental School Nationa Naval Dental Center. 2004; 26(1): 25-27.

6. Luther F. TMD And Occlusion Part Ii. Damned If We Don’t? Functional

Occlusal Problems: T MD Epidemiology In A Wider Context. British Dent J. 2007; 202: 1-6.

7. Oral K, KÜÇÜK BB, EBEOĢLU B, DINÇER S. Etiology Of Teporomandibular Disorder Pain.AĞRI. 2009; 21(3): 89-94.

8. Madani A, Mohtasham N, Jazayeri M, Shahabian F, Shakeri M. Histological Evaluation Of The Temporomandibular Joint After Producing Artificial Traumatic Occlusion In Dogs. Shiraz Univ Dent J. 2011; 11: 1-7.

9. Dulčić N, Jerolimov V, Pandurić J. Frequency Of Temporomandibular

Disorders In Asymptomatic Removable Partial And Complete Denture Wearers. ABBI. 2006; 3(4): 291-296.

10.Gupta S, Gupta R, RajeevGarg. Partial Edentulism And Temporomandibular Joint Disorders. IOSR-JDMS. 2014; 13(12): 60-63.

(24)

12.Bordin TB, Conci RA,Pezzini MMG, Pezzini RP, Mendonca MJ. Prevalence Of Signs And Symptoms Of Temporomandibular Disorders (TMD) In Patients Wearing Bimaxillary Complete Dentures, Removable Partial Dentures And In Students With Natural Dentition. Acta Odontol. Latinoam. 2013; 26(3): 173-180.

13.OKESON JP. Etiology Of Functional Disturbances In The Masticatory System. In: OKESON JP. Management Of Temporomandibular Disorders And Occlusion, 7th ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2013: 102-128.

14.Babu RR, Nayar SV. Occlusion Indicators: A Review. The Journal Of Indian Prosthodontic Society. 2007; 7(4): 170-174.

15.Mir SN, Choudhary A, Jagadeesh HG. Occlusal Indicators – Chasing Blue Marks? : A Review. TMU J. DENT. 2014; 1(3): 92-95.

16.Panigrahi D, Satpathy A, Patil A, Patel G. Occlusion And Occlusal Indicating Materials. International Journal Of Applied Dental Sciences. 2015; 1(4): 23-26.

17.Sharma A, Rahul GR, Poduval ST, Shetty K, Gupta B, Rajora V. History Of Materials Used For Recording Static And Dynamic Occlusal Contact Marks: A Literature Review. J Clin Exp Dent. 2013; 5(1): 48-53.

18.Qadeer S. The Limitatios Of Traditional Non-Digital Occlusal Indicators When Compared To The T-Scan Computerized Occlusal Analysis Technology. In: Kerstein RB. Handbook Of Research On Computerized Occlusal Analysis Technology Applications In Dental Medicine, United States of America: Medical Information Sciences References, 2015: 36-64.

19.Kerstein RB, Radke J. Occlucion Clinician Accurracy When Subjectively Interpreting Articulating Paper Markings. The Journal Of Craniomandibular And Sleep Practice. 2014; 32(1): 13-23.

(25)

21.Ćelić R, Jerolimov V, Knezović-Zlatarić D. The Relationship Between Occlusal Interferences And Temporomandibular Disorders. Acta Stomatol Croat. 2003; 37(1): 47-50.

22.Dodić S, Sinobad V, Obradović- Djuričić K, Medić V. The Role Of Occlusal

Factor In The Etiology Of Temporomandibular Dysfunction. Srp Arh Lek. 2009; 137 (11-12): 613-618.

23.Li J, Jiang T, Feng H, Wang K, Zhang Z, Ishikawa T. The Electromyographic Activity Of Masseter And Anterior Temporalis During Orofacial Symptoms Induced By Experimental Occlusal Highspot. Journal of Oral Rehabilitation. 2008; 35: 79-87.

24.Soratur SH. Essentials Of Prosthodontics. India: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd, 2006: 127.

25.Lovely M. Review Of Removable Partial Denture. India: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd, 2005: 10.

26.McCord JF, Grant AA, Youngson CC, Watson RM, Davis DM.

Considerations For Removable Prostheses. In: McCord JF, Grant AA, Youngson CC, Watson RM, Davis DM. Missing Teeth: A Guide To Treatment Options,United Kingdom: Churchill Livingstone, 2003: 35-50.

27.Carr AB, Brown DT. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics, 12th

ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2011: 9-12, 106-17, 296.

28.Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. India: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd, 2003: 266, 438-439.

29.Jurel S. Denture Base Consideration. http://kgmu.org/download/virtualclass/ Prosthodontics/Denture_Base_Consideration-16-12-14.pptx (September 2015). 30.Shah C, Shah H, Desai M, Shah A. Prosthodontics - Cast Partial Dentures.

http://denticareindia.com/cast-partial-flexu-dentures.aspx (September 2015). 31.Sharma A, Shashidhara HS. A Review: Flexible Removable Partial Dentures.

(26)

32.Thakral GK, Aeran H, Yadav B, Thakral R. Flexible Partial Denture – A Hope For The Challenged Mouth. People’s Journal of Scientific Research.

2012; 5(2): 55-59.

33.Davies S, Gray RMJ. What is occlusion? British Dental J. 2001; 191(5): 235-245.

34.Universiy Of Birmingham. Occlusion: Static Occlusion, Dynamic Occlusion And Guidance. http://www.dentaljuce.com/fruit/page.asp?pid=271 (September 2015).

35.Nelson SJ, Ash MM. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, And Occlusion. 9th ed., Missouri: SAUNDERS ELSEVIER, 2010: 290, 295.

36.Hamdan BA. Occlusion and TMD.

http://www.slideshare.net/Bahjat952/occlusion-and-tmd (Desember 2015).

37.Sreekkumar AV, Rupesh PL, Pradeep N. Nature Of Occlusion During Eccentric Mandibular Movements In Young Adults. JCDP. 2012; 13(5):612-617.

38.Parmar AB. Articulation Papers and Occlusion Tips. DENTAL TRIBUNE 2013. April 15: 14-16.

39.Lima AF, Cavalcanti AN, Martins LRM, Marchi GM. Occlusal Interferences: How Can This Concept Influence The Clinical Practice? European J of Dentistry. 2010; 4: 487-491.

40.Bhat S. Etiology Of Temporomandibular Disorders: The Journey So Far.

International Dentistry SA. 2010; 12(4): 88-92.

41.Carlsson G. Temporomandibular Joint Disorders. In: Klineberg I, Jagger R.

Occlusion And Clinical Practice An Evidence-Based Approach, United Kingdom: WRIGHT, 2004: 67-74.

(27)

43.Cunba SC, Nogueira RVB, Duarte AP, Vasconcelos BCdE, Almeida RdAC.

Analysis Of Helikimo And Craniomandibular Indexes For Temporomandibular Disorder Diagnosis On Rheumatoid Arthritis Patients.Rev Bras Otorrinolaringol. 2007; 73(1): 19-26.

44.OKESON JP. Signs and Symptoms of Temporomandibular Disorders. In: OKESON JP. Management Of Temporomandibular Disorders And Occlusion, 7th ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2013: 129-169.

45.Gray R, Al-Ani Z. Risk Management In Clinical Practice. Part 8. Temporomandibular Disorders. British Dental J. 2010; 209(9): 433-449. 46.OKESON JP. History of and Examination for Temporomandibular Disorders.

In: OKESON JP. Management Of Temporomandibular Disorders And Occlusion, 7th ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2013: 170-221.

47.Scrivani SJ, Keith DA, Kaban LB. Medical Progress Temporomandibular Disorders. N ENGL J MED. 2008; 359(25): 2693-2705.

48.Alajbeg I. Temporomandibular Disorders - The Role Of Neuromuscular Dentistry. Medical Sciences. 2010; 34: 33-41.

49.Laplanche O, Ehrmann E, Pedeutour P, Duminil G. TMD Clinical Diagnostic Classification (Temporo Mandibular Disorders). J Dentofacial Anom Orthod. 2012; 202(15): 1-26.

50.Davies SJ, Gray RMJ. The Examination And Recording Of The Occlusion: Why And How. British Dental J. 2001; 191(6): 291-302.

51.Durham J. Temporomandibular Disorders (TMD): An Overview. Oral Surgery. 2008: 60-68.

52.Mundt T dkk.Gender Differences In Associations Between Occlusal Support And Signs Of Temporomandibular Disorders: Results Of The Population-Based Study Of Health In Pomerania (SHIP). The International Journal of Prosthodontics. 2005; 18(3): 232-239.

(28)

54.Mazzetto MO, Rodrigues CA, Magri LV, Melchior MO, Paiva G. Severity Of Tmd Related To Age, Sex And Electromyographic Analysis. Braz Dent J. 2014; 25(1): 54-58.

55.Dharminto. Metode Penelitian Dan Penelitian Sampel.

http://eprints.undip.ac.id/5613/ (Desember 2015).

56.Pramono D. Rancangan Penelitian Di Bidang Kesehatan. http://www.kmpk. ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Rancangan_Penelitian_Epidemiologi.pd f (Desember 2015).

57.Lusiana N, Andriyani R, Megasari M. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan.Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2015: 42.

58.Camacho JGDD dkk. Signs And Symptoms Of Temporomandibular Disorders In The Elderly. CoDAS. 2014; 26(1): 76-80.

59.Vargas CM, Kramarow EA, Yellowitz JA. The Oral Health of Older Americans. National Centre For Health Static. 2001: 1-8.

(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik dari subjek penelitian dimana pengolahan data didasarkan pada persentase dan penelitian analitik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel.55 Penelitian dengan rancangan cross sectional merupakan penelitian dimana sampel hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.56 Penelitian ini dilakukan melalui

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memakai gigi tiruan sebagian lepasan dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 yang dihitung sejak terakhir kali kontrol berjumlah59 orang.

3.2.2 Sampel

(30)

3.2.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Semua pasien RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 yang dihitung sejak terakhir kali kontrol.

2. Pasien mengalami Temporomandibular Disorder.

3. Pasien bersedia menjadi subjek penelitian.

4. Pasien masih memakai gigi tiruan sebagian lepasan sampai pada saat penelitian dilakukan.

5. Sehat jasmani dan rohani.

3.2.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang tidak memenuhi kriteria penelitian. Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Pasien yang dirawat dengan gigi tiruan sebagian lepasan namun tidak memakai lagi gigi tiruan lepasan tersebut

2. Pasien tidak bersedia menjadi subjek penelitian. 3. Pasien tidak sehat jasmani dan rohani.

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

Pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 dihitung sejak terakhir kali kontrol, yang diklasifikasikan berdasarkan:

(31)

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Temporomandibular Disorder

(TMD).

3.3.3 Variabel Terkendali

1. Peneliti yang sama

2. Alat ukur yang digunakan sama 3. Teknik pemeriksaan yang sama

3.3.4 Variabel Tidak Terkendali

Kejujuran dan keakuratan subjek penelitian dalam menjawab pertanyaan.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

Variabel bebas Defenisi Alat

Pengukuran dihitung sejak terakhir kali kontrol sampai dilakukannya

(32)

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat

Variabel terikat Defenisi Alat

Pengukuran

Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali

Variabel

Tabel 4. Definisi operasional variabel tidak terkendali

Variabel tidak

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian 3.5.1 Tempat Penelitian

(33)

2. Klinik Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris) 2. Tiga serangkai (kaca mulut, sonde, pinset) 3. Dental unit

4. Stetoskop (Riester) 5. Kaliper digital (Krisbow)

6. Forcep pemegang shim stock (Hanz) 7. Cheek retractor

8. Kamera 9. Masker 10.Sarung tangan

11.Alat pengolah data yaitu komputer dan kalkulator

3.6.1.2 Bahan Penelitian

1. Kertas artikulasi20μm (AccuFilm® II) 2. Shim stock 8μm (Coltene)

(34)

3.6.2 Cara Penelitian

3.6.2.1 Persiapan Penelitian

1. Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap populasi yaitu pasien RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015.

2. Peneliti mengurus surat Ethical Clearance dari Komisi Etik Bidang Kesehatan dan izin melakukan penelitian di Departemen Prostodonsia ke Ketua Departemen Prostodonsia.

3. Peneliti mulai melakukan penelitian dengan menghubungi pasien RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 untuk mendapatkan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi.

4. Peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian dan menyampaikan Informed Consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh penjelasan sebagai sampel kepada subjek penelitan.

5. Peneliti mencatat identitas subjek penelitian.

3.6.2.2 Pelaksanaan Penelitian

1. Subjek penelitian didudukkan di dental unit.

2. Peneliti memberikan penjelasan mengenai kuesioner yang akan digunakan pada saat pemeriksaan.

3. Peneliti menjelaskan pada subjek penelitian apa yang akan dilakukan dan menunjukkan tahap-tahap penelitian.

3.6.2.2.1 Pemeriksaan Sendi Temporomandibula A. Wawancara

(35)

2. Kuesioner terdiri dari sepuluh pertanyaan mengenai sulit atau tidaknya membuka mulut, sulit atau tidaknya menggerakkan rahang ke lateral, nyeri pada otot saat mengunyah, frekuensi sakit kepala, nyeri pada leher atau bahu, nyeri pada area telinga, bunyi pada daerah sendi, mengunyah di satu sisi, dan nyeri pada wajah di pagi hari. Setiap pertanyaan kuesioner terdiri atas 3 pilihan jawaban, yaitu:42,58

- Tidak : skor 0

- Kadang-kadang : skor 1

- Ya : skor 2

Penarikan kesimpulan pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) didasarkan pada total skor seluruh pertanyaan.

- Tidak ada TMD : skor 0 – 3 - Gangguan TMD ringan : skor 4 – 8 - Gangguan TMD sedang : skor 9 – 14 - Gangguan TMD berat : skor 15 - 23

Berdasarkan kesepuluh pertanyaan yang terdapat dalam Helkimo anamnestic index dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini bahwa jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 0-3 menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak mengalami TMD. Namun, jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 4-23, maka subjek penelitian dinyatakan mengalami TMD.42,58

B. Pemeriksaan Klinis

1. Peneliti melakukan pemeriksaan klinis pada sendi temporomandibula dengan menggunakan dysfunction index yaitu berdasarkan hasil evaluasi lima tanda klinis gangguan fungsi sendi dan modified mobility index (Helkimo 1974) yang terdiri dari: 42,43

a. Pengukuran jarak pembukaan mulut maksimal

(36)

pembukaan mulut maksimal sebesar 30 mm – 39 mm menandakan bahwa subjek penelitian mengalami gangguan pembukaan ringan dan jika jarak pembukaan mulut maksimal <30 mm menandakan bahwa subjek penelitian mengalami gangguan pembukaan parah.42 (Gambar 32)

Gambar 32. Jarak Pembukaan Mulut Maksimal.

b. Penurunan fungsi sendi temporomandibula

(37)

Gambar 33. Auskultasi dengan Menggunakan Stetoskop

(38)

Gambar 35. Defleksi saat Membuka Mulut c. Nyeri Otot

Pemeriksaan pada otot mastikasi di sekitar wajah dengan palpasi otot maseter, otot temporal dan otot pterigoid.42 (Gambar 36, 37, dan 38)

Gambar 36. Palpasi Otot Temporalis. a. Daerah Anterior; b. Daerah Tengah; c. Daerah Posterior

a b

(39)

Gambar 37. Palpasi Otot Masseter. a. Daerah Origo; b. Daerah Body

Gambar 38. Pemeriksaan Otot Pterigoid

d. Pemeriksaan pada sendi temporomandibula

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sendi dengan melakukan palpasi pada bagian lateral yang berada di anterior tragus atau sekitar 5 mm dari depan lubang telinga dan posterior sendi temporomandibula yaitu palpasi dengan memposisikan jari kelingking ke dalam lubang telinga pada daerah external meatus kemudian memposisikannya ke depan sehingga akan terasa pergerakan saat terjadi pembukaan mulut.42 (Gambar 39)

(40)

Gambar 39. Palpasi pada Bagian Lateral (a) dan Posterior Sendi Temporomandibula(b)

e. Pergerakan mandibula ke lateral

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya nyeri pada sendi dan jarak pergerakan lateral pada saat pasien menggerakkan mandibula ke lateral kanan dan lateral kiri.42 (Gambar 40)

Gambar 40. Jarak Pergerakan Midline ke Lateral Kanan (a) dan Kiri (b) Tanpa Menimbulkan Rasa Nyeri

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan, peneliti akan memberikan penilaian pada setiap tanda klinis yang ditemukan pada subjek penelitian. Penilaian yang diberikan didasarkan pada Helkimo index. Penilaian ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu:43

a b

(41)

- Normal : skor 0 - Ringan : skor 1 - Berat : skor 5

Setiap nilai yang terkumpul akan dijumlahkan dan diperoleh total nilai dan kemudian disesuaikan dengan kriteria gangguan fungsi sendi, yang terbagi ke dalam 4 kriteria gangguan, yaitu:43

- Tidak ada gangguan : skor 0 - TMD ringan : skor 1-4 - TMD sedang : skor 5-9 - TMD berat : skor 10-25

Berdasarkan pemeriksaan klinis menurut Helkimo index dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini bahwa jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 0 menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak mengalami TMD. Namun, jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 1-25, maka subjek penelitian dinyatakan mengalami TMD.43

3.6.2.2.2 Pemeriksaan Traumatik Oklusi

a. Pemeriksaan Oklusi Statis

1. Peneliti memposisikan kertas artikulasi menggunakan forcep pemegang kertas artikulasi dan shim stock pada dataran oklusal pasien, lalu menginstruksikan pasien untuk melakukan oklusi sentrik. Kemudian kertas artikulasi dikeluarkan untuk melihat tanda yang tertinggal di permukaan oklusal gigi. Tanda yang tidak sesuai dengan oklusi normal mengindikasikan terjadinya traumatik oklusi pada oklusi sentrik.

(42)

menandakan bahwa daerah tersebut mengalami traumatik oklusi dan akan difoto oleh peneliti dengan menggunakan kamera. 18,37 (Gambar 42 dan 43)

b. Pemeriksaan Oklusi Dinamis

1. Peneliti memposisikan kertas artikulasi menggunakan forcep pemegang kertas artikulasi dan shim stock pada dataran oklusal pasien, lalu menginstruksikan pasien untuk melakukan oklusi dinamis dengan menggerakkan mandibula ke anterior-posterior serta lateral kanan dan kiri. Kemudian kertas artikulasi dikeluarkan untuk melihat tanda yang tertinggal di permukaan oklusal gigi. Tanda yang tidak sesuai dengan oklusi normal mengindikasikan terjadinya traumatik oklusi pada oklusi dinamis.

2. Setelah itu, letakkan shim stock pada daerah yang mengalami traumatik dengan menggunakan forcep. Instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi secara oklusi dinamis. Kemudian, peneliti menarik shim stock diantara gigi yang sedang dioklusikan ke arah bukal. Peneliti mengamati seberapa kuat gigi yang sedang dioklusikan tersebut menahan shim stock pada saat shim stock ditarik ke arah bukal. Cara ini disebut dengan “close and hold”. Daerah yang menahan tersebut menandakan bahwa daerah tersebut mengalami traumatik oklusi dan akan difoto oleh peneliti dengan mengunakan kamera.18,37 (Gambar 44, 45, 46, dan 47)

Gambar 41. Oklusi Subjek Penelitian. a. Oklusi Pada Sisi Kiri; b. Oklusi Pada Sisi Kanan

(43)

Gambar 42. Pemeriksaan Oklusi Sentrik dengan Kertas Artikulasi dan

Shim Stock

Gambar 43. Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Sentrik

(44)

Gambar 45. Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Anteroposterior

Gambar 46. Pemeriksaan Oklusi Lateral dengan Kertas Artikulasi dan Shim Stock

Gambar 47. Tanda Kertas Artikulasi dan

Shim Stock

(45)

3.6.2.3 Pengolahan Data

Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan klinis dari semua subjek penelitian diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan bantuan program komputerisasi.

3.7 Analisis Data

Data pasien yang mengalami traumatik oklusi pada gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dari pemeriksaan klinis yang dilakukan terhadap pasien, data lama pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dari rekam medik dan wawancara, serta data pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) diperoleh dari kuesioner dan pemeriksaan klinis yang dilakukan terhadap pasien.

Data yang bersifat deskriptif:

 Karakteristik pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan yang menderita

Temporomandibular Disorder, prevalensi Temporomandibular Disorder, dan prevalensi traumatik oklusi pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 akan disajikan dalam tabel frekuensi deskriptif (analisis univariat).

Data yang bersifat analitik:

(46)

3.8 Kerangka Operasional Penelitian

Observasi terhadap pasien RSGMP FKG USU yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan dari Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Mengurus surat Ethical Clearance dari Komisi Etik Bidang Kesehatan

Menghubungi pasien RSGMP FKG USU yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan dari Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian

Memberikan Informed Consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh penjelasan kepada subjek penelitian

Peneliti memberikan penjelasan mengenai kuesioner yang akan digunakan Mencatat identitas subjek penelitian

Pemeriksaan traumatik oklusi pada pasien Pencatatan hasil pemeriksaan

Wawancara dan pengisian kuesioner

Pemeriksaan sendi temporomandibula

Pengolahan data

Peneliti menjelaskan pada subjek penelitian apa yang akan dilakukan dan menunjukkan tahap-tahap penelitian

(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan yang Menderita Temporomandibular Disorder di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

(48)

Tabel 5. Karakteristik pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan yang menderita

Temporomandibular Disorder di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

4.2 Prevalensi Temporomandibular Disorder pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015 Berdasarkan Wawancara dan Pemeriksaan Klinis

(49)

pemeriksaan klinis dengan menggunakan Helkimo Index. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan tanda dan gejala TMD, menunjukkan dari 30 pasien GTSL yang diwawancara, sebanyak 26 pasien (86.67%) mengalami TMD dan 4 pasien lainnya (13.33%) tidak mengalami TMD. (Tabel 6) Adapun dari 26 pasien yang mengalami TMD tersebut, sebanyak 25 pasien (83.33%) termasuk ke dalam kategori TMD ringan dan 1 pasien (3.33%) termasuk ke dalam kategori TMD sedang. (Tabel 6)

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui pemeriksaan klinis yang terdiri dari pemeriksaan jarak pembukaan mulut maksimal, penurunan fungsi sendi temporomandibula, nyeri pada otot, nyeri pada sendi temporomandibula, dan nyeri pada pergerakan mandibula menunjukkan keseluruhan pasien yaitu sebanyak 30 pasien (100%) mengalami TMD. (Tabel 6) Adapun dari 30 pasien yang mengalami TMD tersebut, sebanyak 20 pasien (66.67%) termasuk ke dalam kategori gangguan fungsi sendi ringan dan 9 pasien (30%) termasuk ke dalam kategori gangguan fungsi sendi sedang, dan 1 pasien (3.33%) termasuk ke dalam kategori gangguan fungsi sendi berat. (Tabel 6)

Tabel 6. Prevalensi Temporomandibular Disorder pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 berdasarkan wawancara dan pemeriksaan klinis

(50)

4.3 Prevalensi Traumatik Oklusi Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pengumpulan data traumatik oklusi pada penelitian ini dilakukan melalui pemeriksaan klinis menggunakan kertas artikulasi dan shim stock. Berdasarkan hasil pengumpulan data, sebanyak 28 pasien (93.33%) mengalami traumatik oklusi sedangkan 2 pasien (6.67%) tidak mengalami traumatik oklusi. (Tabel 7.1)

Tabel 7.1 Prevalensi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Traumatik Oklusi Jumlah

n (%)

Ada 28 (93.33)

Tidak ada 2 (6.67)

Jumlah 30 (100)

(51)

Tabel 7.2 Prevalensi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 berdasarkan oklusi sentrik dan oklusi eksentrik

Pemeriksaan

(52)

gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan. Pada oklusi lateral tersebut, terdapat sisi

working dan balancing.

Pada sisi working, tidak ada pasien (0%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan gigi asli, 7 pasien (23.33%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan anasir gigi tiruan, 3 pasien (10%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan, 1 pasien (3.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan gigi asli dengan gigi asli, serta 2 pasien (6.67%) yang mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan.

Pada sisi balancing, tidak ada pasien (0%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan gigi asli, 7 pasien (23.33%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan anasir gigi tiruan, 5 pasien (16.67%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan, 1 pasien (3.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan gigi asli dengan gigi asli, serta 2 pasien (6.67%) yang mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan.

(53)

Tabel 7.3 Lokasi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Pemeriksaan

AS-AS dan AS-AN : Traumatik oklusi terjadi lebih dari 1 lokasi yaitu pada gigi asli – gigi asli dan gigi asli – anasir gigi tiruan

(54)

4.4 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik Oklusi pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) ringan dan mengalami traumatik oklusi sebanyak 18 pasien (60%) sedangkan 2 pasien (6.67%) tidak mengalami trumatik oklusi. Pasien yang mengalami TMD sedang dan mengalami traumatik oklusi sebanyak 9 pasien (30%) dan tidak ada pasien (0%) mengalami trumatik oklusi. Pasien yang mengalami TMD berat dan mengalami traumatik oklusi sebanyak 1 pasien (3.33%) dan tidak ada pasien (0%) mengalami trumatik oklusi.

Berdasarkan traumatik oklusi diperoleh frekuensi pasien yang mengalami TMD baik ringan, sedang, dan berat paling tinggi terdapat pada pasien yang mengalami traumatik oklusi dengan gejala TMD ringan (60%) sedangkan frekuensi yang paling rendah terdapat pada pasien yang tidak mengalami traumatik oklusi dengan gejala TMD sedang dan berat (0%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak ada hubungan TMD ringan, sedang, dan berat dengan traumatik oklusi berdasarkan nilai p= 0.971. (Tabel 8)

Tabel 8. Hubungan Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

(55)

4.5 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Lama Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien yang memakai GTSL selama 1-6 bulan yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) ringan sebanyak 7 pasien (23.33%), 3 pasien (10%) mengalami TMD sedang, dan 1 pasien (3.33%)

Berdasarkan lama pemakaian diperoleh frekuensi pasien yang mengalami TMD baik ringan, sedang, dan berat paling tinggi terdapat pada lama pamakaian 1-6 bulan dengan gejala TMD ringan (23.33%) sedangkan frekuensi yang paling rendah terdapat pada lama pemakaian >6-12 bulan dan >12-18 bulan dengan gejala TMD berat (0%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak ada hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan lama pemakaian berdasarkan pada nilai p= 1. (Tabel 9) (p > 0.05)

Tabel 9. Hubungan Temporomandibular Disorder dengan lama pemakaian pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

TMD

Lama Pemakaian

Jumlah p 1-6 bulan >6-12 bulan >12-18 bulan

n (%) n (%) n (%)

Ringan 7 (23,33) 9 (30) 4 (13,33) 20

1

Sedang 3 (10) 4 (13,33) 2 (6,67) 9

(56)

BAB 5

PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik dari subjek penelitian dimana pengolahan data didasarkan pada persentase dan penelitian analitik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Penelitian dengan rancangan cross sectional merupakan penelitian dimana subjek penelitian hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi. Wawancara dan pemeriksaan klinis dilakukan pada 30 pasien pemakai GTSL di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 yang mengalami Temporomandibular Disorder untuk mengetahui data mengenai usia, jenis kelamin, lama pemakaian, traumatik oklusi, dan

Temporomandibular Disorder lalu dilihat frekuensi distribusi usia, jenis kelamin, lama pemakaian, traumatik oklusi, Temporomandibular Disorder serta hubungan

Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

5.1 Karakteristik Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan yang Mengalami Temporomadibular Disorder di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

(57)

usia seseorang, jumlah gigi yang tersisa dalam rongga mulut akan semakin berkurang. Usia sebagai faktor sosiodemografi mempengaruhi terjadinya kehilangan gigi disebabkan karena semakin lama gigi berada di dalam rongga mulut, maka semakin tinggi risiko terjadinya kerusakan gigi yang jika tidak dirawat akan menyebabkan terjadinya kehilangan gigi. Penurunan jumlah pemakai GTSL pada masa manula terjadi oleh karena pergantian GTSL yang dimilikinya dengan gigi tiruan penuh akibat tidak adanya gigi asli yang tersisa. Hal ini sesuai dengan pendapat Zarb yang mengatakan bahwa jumlah pemakai GTSL akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun menurutnya, usia 55-64 tahun merupakan usia yang memiliki persentase pemakai GTSL yang paling tinggi.4 Selain itu, data

Oral Health US (2002) juga menunjukkan peningkatan prevalensi kehilangan gigi yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.59

(58)

menyebabkan tingkat keparahan yang menjadi tidak jelas.5 Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologi yang dilakukan Okeson (2013) menunjukkan gejala TMD paling banyak ditemukan pada individu yang berusia 20-40 tahun13 dan penelitian yang dilakukan oleh Hiltunen (2004) dan Himawan dkk (2007) menyatakan bahwa gejala TMD akan berkurang sesuai peningkatan umur.53

Pada pengelompokan pasien pemakai GTSL di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 yang mengalami TMD berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa persentase tertinggi pasien berjenis kelamin perempuan (83.33%). Prevalensi terjadinya TMD yang lebih tinggi pada perempuan dapat disebabkan oleh sensitivitas biologis dalam menerima stimulus yang dimiliki perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan dapat mendeteksi sinyal yang tidak dapat dikenali oleh laki-laki. Selain itu, perbedaan status sosial mengakibatkan perempuan lebih bebas dalam mengemukakan pengalamannya akan rasa sakit yang diderita. Jika dilihat secara biologis, hormonal juga berpengaruh terhadap terjadinya TMD. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siklus menstruasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya rasa sakit pada muskuloskeletal.52 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ebrahimi dkk (2011) 11 dan Hiltunen (2004) yang menyatakan bahwa perempuan cenderung

mengalami gejala TMD lebih sering daripada laki-laki.42

(59)

5.2 Prevalensi Temporomandibular Disorder pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015 Berdasarkan Wawancara dan Pemeriksaan Klinis

Pada penelitian ini, tabel 6 memperlihatkan prevalensi pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) berdasarkan kuesioner sebesar 86.67%, sedangkan berdasarkan pemeriksaan klinis diperoleh prevalensi sebesar 100%. Hasil pengumpulan data menunjukkan adanya perbedaan hasil yang didapatkan berdasarkan kuesioner dan pemeriksaan klinis. Hal ini disebabkan karena tingkat keakuratan subjek penelitian dalam menjawab kuesioner merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti.

(60)

Tingginya angka prevalensi pasien pemakai GTSL yang mengalami TMD baik melalui wawancara maupun pemeriksaan klinis yang dilakukan, didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti Al-Jabrah dan Al Shumailan (2006), 12,20 Dulčić, Jerolimov, dan Pandurić (2006), Hanson dan Oberg (1977) dan Sidelsky dan Clayton (1990), 9 serta Agerberg (1973) yang menyatakan bahwa prevalensi gejala TMD pada pemakaian GTSL akan semakin meningkat seiring dengan semakin sedikitnya jumlah gigi yang tersisa.20

Pada tabel 6 dapat dilihat klasifikasi TMD yang diderita oleh subjek penelitian berdasarkan wawancara dan pemeriksaan klinis yang dilakukan menunjukkan prevalensi tertinggi subjek penelitian mengalami gangguan fungsi ringan berdasarkan kuesioner sebesar 83.33% dan pemeriksaan klinis sebesar 66.67%. Pengelompokan tingkat keparahan TMD didasarkan pada Helkimo (1974) yang membagi tingkat keparahan ke dalam tidak mengalami TMD, ringan, sedang, dan berat. Pengelompokan yang dilakukan oleh Helkimo bertujuan untuk melakukan perawatan yang sesuai terhadap TMD yang diderita.

5.3 Prevalensi Traumatik Oklusi Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

(61)

Tabel 7.2 memperlihatkan traumatik oklusi yang paling banyak terjadi pada pasien yang memakai GTSL pada penelitian ini adalah oklusi lateral dengan persentase sebesar 82.14% dimana sisi balancing adalah sisi yang mengalami traumatik terbanyak dalam oklusi ini yaitu sebesar 35.71%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moteghi (1992) yang menyatakan bahwa kontak prematur sisi balancing dan lateral merupakan faktor penyebab utama terjadinya traumatik oklusi. Selain itu, Tazkayayilmaz (2004) menemukan adanya hubungan antara posisi kondilus, diskus TMJ dan kontak oklusi pada pergerakan lateral mandibula dan menyimpulkan bahwa kontak prematur dari sisi balancing akan memberi dampak pada kondisi diskus.8

Pada hasil penelitian ini didapati daerah kontak GTSL yang paling banyak mengalami traumatik oklusi adalah daerah kontak antara anasir gigi tiruan dan gigi asli. Pada tabel 7.3 terlihat traumatik oklusi yang terjadi pada gigi asli – anasir gigi tiruan saat oklusi sentrik sebanyak 15 sampel, saat oklusi lateral sebanyak 12 sampel, dan saat oklusi anteroposterior sebanyak 10 sampel. Penyesuaian oklusi antara anasir gigi tiruan dengan gigi asli bertujuan untuk memeriksa apakah terdapat traumatik oklusi pada daerah tersebut. Penyesuaian oklusi dapat dilakukan dengan pengasahan dataran oklusal. Namun, pada program profesi pengasahan dataran oklusal tidak dilakukan sehingga memungkinkan terjadinya traumatik oklusi khususnya yang terjadi saat oklusi eksentrik yang ditemukan terjadi sebanyak 22 sampel. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan banyaknya traumatik oklusi yang terjadi meskipun telah dilakukan kontrol sebanyak 2x adalah pemeriksaan yang tidak menggunakan shim stock. Pada penelitian ini, digunakan shim stock dengan ketebalan 8μm. Penggunaan shim stock dengan ketebalan yang tipis menghasilkan pemeriksaan traumatik oklusi yang lebih akurat. Jika terdapat traumatik oklusi, maka

(62)

5.4 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik Oklusi pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pada penelitian ini, prevalensi pasien pemakai GTSL yang mengalami

Temporomandibular Disorder (TMD) baik ringan, sedang, dan berat paling tinggi terdapat pada pasien yang mengalami traumatik oklusi dengan gejala TMD ringan (60%). Berdasarkan hasil uji Uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai p=0.971 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan traumatik oklusi. Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologis dan klinis yang dilakukan oleh Roberts dkk (1987), Seligman dkk (1988) dan Celic dan Jerolimov (2002) menunjukkan tidak adanya hubungan antara traumatik oklusi dengan terjadinya TMD. Tidak adanya hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan traumatik oklusi kemungkinan disebabkan distribusi subjek penelitian yang tidak merata di setiap kategori. Pada tabel 8 terlihat subjek penelitian yang mengalami gejala TMD sedang dan berat seluruhnya mengalami traumatik oklusi, dan 2 subjek penelitian (6.67%) yang mengalami gejala TMD ringan yang tidak mengalami traumatik oklusi.

(63)

memperparah terjadinya TMD, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi TMD seperti usia, jenis kelamin, dan lama pemakaian.13,40 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh De Laat dkk (1986) dan Pullinger dan Seligman (2000) menunjukkan bahwa hanya 5% - 27% pasien TMD yang ada hubungannya dengan gangguan oklusi.9 Selain itu, Pullinger dkk (1993) melihat hubungan antara oklusi dengan TMD melalui analisis multifaktorial yang bertujuan mengetahui dampak dari interaksi 11 faktor oklusi yang dikumpulkan secara random. Pullinger dkk (1993) mendapati bahwa tidak ada satupun faktor oklusal yang dapat membedakan pasien TMD dengan orang yang sehat. Pullinger dkk (1993) menyimpulkan bahwa oklusi tidak dapat dianggap sebagai faktor etiologi utama yang berhubungan dengan TMD.13

5.5 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Lama Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pada penelitian ini, prevalensi pasien pemakai GTSL yang mengalami

(64)

pemakaian.13,40 Selain itu, tidak adanya hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan lama pemakaian kemungkinan dapat juga disebabkan karena distribusi subjek penelitian yang tidak merata di setiap kategori. Pada tabel 9 terlihat tidak adanya subjek penelitian pada lama pemakaian >6-12 bulan dan >12-18 bulan yang mengalami gejala TMD berat, dan 1 subjek penelitian pada lama pemakaian 1-6 bulan yang mengalami gejala TMD berat. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bordin dkk (2013) yang bertujuan untuk melihat prevalensi tanda dan gejala TMD terhadap 70 orang yang memakai GTSL selama kurang dari 1 tahun, 1-5 tahun, dan lebih dari 5 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bordin dkk (2013) menyatakan bahwa pemakaian GTSL kurang dari 1 tahun memperlihatkan tanda dan gejala TMD sebesar 26.8%, pemakaian GTSL 1-5 tahun memperlihatkan tanda dan gejala TMD sebesar 21.4%, pemakaian GTSL lebih dari 5 tahun memperlihatkan tanda dan gejala TMD sebesar dan 51.8%. Penelitian yang dilakukan oleh Bordin dkk (2013) menunjukkan prevalensi tanda dan gejala TMD akan meningkat sesuai dengan peningkatan lama pemakaian GTSL.12 Namun,

Okeson (2013) berpendapat bahwa kemampuan beradaptasi dari seorang individu mempengaruhi terjadinya TMD.13 Pada hasil penelitian terlihat subjek penelitian yang mengalami TMD berat terletak pada pemakaian 1-6 bulan, sedangkan subjek penelitian pada lama pemakaian >6-12 bulan dan >12-18 bulan mengalami TMD ringan dan berat.

Tidak adanya hubungan antara Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian kemungkinan disebabkan faktor etiologi

Temporomandibular Disorder adalah multifaktorial sehingga banyak faktor risiko yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya Temporomandibular Disorder, bukan hanya traumatik oklusi. Selain itu, hasil uji statistik yang kurang valid diakibatkan distribusi jumlah subjek penelitian tidak merata di setiap kelompok. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara

(65)
(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan yang menderita

Temporomandibular Disorder di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 berdasarkan usia pada masa remaja akhir yang terdiri dari pasien berusia 17-25 tahun sebesar 0%, masa dewasa awal yang terdiri dari pasien berusia 26-35 tahun sebesar 13.33%, masa dewasa akhir yang terdiri dari pasien berusia 36-45 tahun sebesar 16.67%, masa lansia awal yang terdiri dari pasien berusia 46-55 tahun sebesar 33.33%, masa lansia akhir yang terdiri dari pasien berusia 56-65 tahun sebesar 23.33%, dan masa manula yang terdiri dari pasien berusia diatas 65 tahun sebesar 13.33%. Berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebesar 16.67% dan perempuan sebesar 83.33%. Berdasarkan lama pemakaian yaitu pasien yang telah memakai gigi tiruan selama 1-6 bulan sejak kontrol terakhir sebesar 36.67%, pasien yang telah memakai gigi tiruan selama >6-12 bulan sejak kontrol terakhir sebesar 43.33, dan pasien yang telah memakai gigi tiruan selama >12-18 bulan sejak kontrol terakhir sebesar 20%.

2. Prevalensi pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 yang mengalami

Temporomandibular Disorder berdasarkan wawancara adalah sebesar 86.67%, sedangkan berdasarkan pemeriksaan klinis diperoleh prevalensi sebesar 100%.

(67)

82.14% mengalami traumatik oklusi pada oklusi lateral dan 17.86% tidak mengalami traumatik oklusi pada oklusi lateral dengan rincian sebesar 28.57% mengalami traumatik oklusi pada sisi working, 35.71% mengalami traumatik oklusi pada sisi

balancing, dan 17.86% mengalami traumatik oklusi pada sisi working dan sisi

balacing, 60.71% mengalami traumatik oklusi pada oklusi anteroposterior dan 39.29% tidak mengalami traumatik oklusi pada oklusi anteroposterior, serta 82.14% mengalami traumatik oklusi pada oklusi sentrik dan eksentrik dan 17.86% tidak mengalami traumatik oklusi pada oklusi sentrik dan eksentrik.

4. Tidak ada hubungan antara Temporomandibular Disorder ringan, sedang, dan berat dengan traumatik oklusi dengan nilai p=0.971.

5. Tidak ada hubungan antara Temporomandibular Disorder ringan, sedang, dan berat dengan lama pemakaian dengan nilai p=1.

Tidak adanya hubungan antara Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian kemungkinan disebabkan faktor etiologi

Temporomandibular Disorder adalah multifaktorial sehingga banyak faktor risiko yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya Temporomandibular Disorder, bukan hanya traumatik oklusi. Selain itu, hasil uji statistik yang kurang valid diakibatkan distribusi jumlah subjek penelitian tidak merata di setiap kelompok. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara

Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian menggunakan jumlah sampel yang terdistribusi merata pada setiap kelompok.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih representatif dan distribusi yang lebih merata untuk setiap kelompok variabel.

(68)

3. Pemeriksaan sendi temporomandibula dilakukan sebelum perawatan dan pemeriksaan oklusi dilakukan sebelum dan sesudah perawatan gigi tiruan sebagian lepasan.

4. Etiologi terjadinya Temporomandibular Disorder adalah multifaktorial sehingga pada penelitian yang lebih lanjut diharapkan supaya peneliti memperhatikan faktor-faktor risiko lain yang ikut berpengaruh terhadap timbulnya tanda dan gejala

Temporomandibular Disorder seperti keadaan psikologi subjek penelitian agar hasil yang diperoleh secara akurat mampu menujukkan ada tidaknya hubungan

(69)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Menurut The Glossary of Prosthodontic Terms, gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli yang didukung oleh gigi, mukosa atau gigi dan mukosa, dapat dilepas dan dipasangkan kembali oleh pasien sendiri.2,3 Beberapa syarat GTSL yang baik adalah gigi tiruan tersebut mampu memenuhi tujuan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, tidak menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada gigi yang tersisa dan jaringan pendukung, dapat dengan mudah dilepas dan dipasangkan kembali oleh pasien, dapat dengan mudah dibersihkan, dapat dengan mudah diperbaiki, harganya terjangkau, tidak boleh tebal, stabil dan retentif.24

2.1.1 Jenis Dukungan

Gigi tiruan sebagian lepasan memiliki tiga jenis dukungan, yaitu: a. Dukungan Mukosa

Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan mukosa adalah jenis gigi tiruan dengan beban oklusal yang diterima oleh mukosa dan tulang alveolar dibawahnya.24,25 Wills dan Manderson (1977) serta Picton dan Wills (1978) dalam penelitian yang mereka lakukan memastikan bahwa efek dari tekanan yang terjadi pada mukosa dalam waktu yang lama dapat mengurangi ketebalan sebanyak 45% yang menunjukkan bahwa penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dukungan mukosa dapat menyebabkan kehilangan tulang alveolar yang besar. Oleh karena itu, penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dukungan mukosa merupakan pilihan terakhir. 26

b. Dukungan Gigi

(70)

digunakan untuk mendukung gigi tiruan, gigi yang tersisa tidak boleh bergerak selama tekanan fungsional sehingga diperlukan desain komponen gigi tiruan yang akan mendukung gigi tiruan dukungan gigi, seperti adanya dukungan vertikal positif yang didapat dengan melakukan preparasi sandaran dan opposing guide planes

sebagai sudut yang membatasi dislodging force.24,25,27

c. Dukungan Gigi dan Mukosa

Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan dari gigi dan mukosa adalah jenis gigi tiruan dengan beban oklusal yang diterima oleh gigi dan mukosa. Pada kasus GTSL dengan perluasan basis, oleh karena gigi yang tersisa tidak mampu mendukung gigi tiruan maka dibutuhkan dukungan dari linggir sisa yang berperan dalam mempertahankan gigi tiruan yang sedang berfungsi agar tetap stabil. Ketika sebuah gigi tiruan digunakan pada rahang dengan dukungan gigi dan mukosa, gigi tiruan harus didesain untuk memudahkan pergerakan fungsional dari basis. Gigi tiruan dukungan gigi dan mukosa didesain untuk memenuhi dua tujuan, yaitu mendapatkan kestabilan yang berasal dari gigi dan mengantisipasi pergerakan vertikal dan/atau horizontal dari perluasan basis.25,27

2.1.2 Bahan Basis

Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang terletak di atas mukosa dan tempat anasir gigi tiruan diletakkan.28,29 Basis gigi tiruan yang ideal memenuhi beberapa syarat, yaitu dapat beradaptasi dengan jaringan, tidak mengiritasi jaringan, memiliki kekuatan yang cukup untuk mecegah terjadinya fraktur atau distorsi pada saat penggunaan, biokompatibel, estetis yang baik, memiliki stabilitas dimensi yang baik, dapat dibersihkan dengan mudah, dapat dipreparasi, harga ekonomis, dan memiliki konduktivitas termal yang baik.27,28 Beberapa jenis bahan basis gigi tiruan sebagian lepasan adalah:

a. Akrilik

(71)

relining, penggunaan gigi tiruan berbahan akrilik, dan extension base partial denture. Basis gigi tiruan berbahan resin akrilik harus memiliki ketebalan minimal 1.5 mm untuk kekuatan yang baik.28,29 Penggunaan bahan akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan memiliki beberapa keuntungan, antara lain penggantian gigi anterior yang akan meningkatkan estetis bahkan pada kasus dimana telah terjadi resorbsi pada linggir alveolar, mengembalikan kontur linggir alveolar, mengembalikan kontur bibir dan pipi, serta dapat dilakukan relining. Namun, penggunaan akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian, antara lain basis harus dibuat luas untuk mendistribusikan gaya yang baik, dapat rusak pada saat penggunaan, serta cenderung mengakumulasikan tumpukan saliva yang dapat mengiritasi jaringan lunak.28

b. Logam

Gigi tiruan dengan basis berbahan logam diindikasikan pada pengunaan gigi tiruan dukungan gigi dan jarak antarlengkung yang tidak memadai.29 Gigi tiruan

(72)

c. Fleksibel

Gigi tiruan dengan basis berbahan fleksibel dibuat dari bahan termoplastik nilon, diindikasikan pada setiap kondisi kehilangan gigi sebagian yang dialami oleh pasien yang menginginkan penggunaan gigi tiruan yang dapat dilepaskan dari mulut. Gigi tiruan dengan basis berbahan fleksibel digunakan pada kasus dengan kondisi linggir yang gerong pada kedua sisi atau gerong yang parah, sehingga retensi gigi tiruan menjadi lebih baik. Penggunaan gigi tiruan dengan basis berbahan fleksibel tidak memerlukan modifikasi pada gigi penyangga. Basis fleksibel tidak memiliki sisa monomer sehingga dapat digunakan oleh pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap monomer. Kelebihan lain yang dimiliki gigi tiruan fleksibel adalah warna basis yang translusen serta tidak menggunakan clasp dengan bahan logam atau kawat, melainkan dengan bahan termopalstik sehingga memiliki estetik yang baik.31,32

2.1.3 Tahap Perawatan

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan terbagi dalam tiga tahap, yaitu: a. Rencana Perawatan

Pada tahap rencana perawatan dilakukan analisis tentang konsep umum kehilangan gigi, mengapa gigi tiruan dibutuhkan, bagaimana cara menangani kehilangan gigi sebagian, klasifikasi dari kehilangan gigi sebagian, biomekanika dari gigi tiruan sebagian lepasan, pengetahuan mengenai konektor mayor dan minor, sandaran dan dudukan sandaran, retainer langsung dan tidak langsung, basis gigi tiruan, prinsip desain gigi tiruan sebagian lepasan, dan cara melakukan survei serta tujuan dilakukan survei pada model.4

b. Klinik dan Laboratorium

Gambar

Tabel 4. Definisi operasional variabel tidak terkendali
Gambar 32. Jarak Pembukaan
Gambar 33. Auskultasi dengan
Gambar 36. Palpasi Otot Temporalis. a. Daerah Anterior; b.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian dengan nilai p = 0,011 dan karakteristik pasien yang terdiri dari usia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian dengan nilai p = 0,011 dan karakteristik pasien yang terdiri dari usia

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa distribusi tipe vertikal skeletal wajah pada ras-ras di Indonesia khususnya suku Batak belum cukup banyak. Berdasarkan uraian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada Bapak/Ibu tentang lama pemakaian GTP dan karakteristik pasien yang dapat mempengaruhi