• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara lklim organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) guru dan tenaga kependidikan di SDIT AL-QALAM Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara lklim organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) guru dan tenaga kependidikan di SDIT AL-QALAM Depok"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DI SDIT AL-QALAM DEPOK

U.niversitas lslan1 Ne9fffi

SYARIF HlDAYATULLAH JAKARTA

Disusun oleh :

LIDYA AISYIA

fliti.'rin •.

NIM : 1050700023Sl4i

\{lasifikasi : ... .

Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam Memperoleh gelar sarjana psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

,-·---·---

.... セMNMMLNMMMO@ .. '

pefセpャjstakaan@

UlAMA

UIN SYAHIO JAl<ARTA

GMMMMMMM⦅NNZNNZ⦅Z⦅セL@

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Hartati Msi

Oleh:

LIDYA AISYIA

NIM : 105070002384

Dibawah bimbingan

0021998303 2001

FAKULTAS PSIKOLOGI

Pembimbing II

Mulya Sari Dewi, Msi

NIP. 150408702

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

KEPENDIDIKAN DI SDIT AL-QALAM DEPOK " telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 7 Desember 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

;;-..·

M;.

1!...

-Jahja Umar, Ph.D

NIP. 130 885 522

Penguji I

Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi

NIP. 150368748

i1ati Msi

002 1998303 2001

Anggota:

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. adhilah Suralaga, M.Si

NIP.195612231983032001

Penguji II

Ora. Ne Hartati Msi

NIP. 195 1 0021998303 2001

M a ari Dewi Msi

(4)
(5)

(C) Lidya Aisyia

(D) Hubungan antara lklim Organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) guru dan tenaga kependidikan Di SDIT AL-QALAM Depok.

(E) Xiii + 78 halaman

(F) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan aganya hubungan antara iklim organisasi dengan organizational citizenship behavior (OCB). Penelitian ini dilakukan mulai bulan September dan berakhir di bulan November 2009.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan organizational citizenship behavior (OCB). Peneltian ini

merupakan penelitian populasi, dimana seluruh populasi dilibatkan untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah seluruh guru dan staf di SDIT AL-QALAM Depok, yang berjumlah 30 orang. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala iklim organisasi dan skala organizational citizenship behavior (OCB).

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Pearson dengan menggunakan program SPSS for

windows versi 17. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Pearson, diperoleh hasil r hitung

=

0,413. Setelah dibandingkan dengan r tabel, maka nilai r hitung lebih besar daripada r label pada taraf

signifikansi 5% (0.361 ). Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara iklim organisasi dengan organizational citizenship behavior (OCB). Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa semakin positif para guru dan karyawan memandang iklim organisasi sekolahnya, maka semakin tinggi pula

tingkat perilaku OCB yang dttunjukkan oleh guru dan tenaga kependidikan di sekolah dan begitupun sebaliknya.

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan survei sebagai studi pendahuluan dan elisitasi untuk memahami organisasi, sehingga instrumen yang digunakan lebih tepat.

(6)

Alhamdulillahi rabbi! 'alamin ... Tiada puja dan puji yang pantas untuk disampaikan secara berlimpah kecuali kepada Allah

swr

yang maha

menciptakan dan senantiasa memberikan karunia nikmatnya kepada seluruh hamba-hambaNya tanpa terkecuali. Terima kasih ya Allah karena alas inayah dan ridhoMu jua lah akhimya skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa jua shalawat serta salam hanya kepada Nabi besar Muhammad saw, panutan semua umat manusia.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu, baik yang bersifat materil maupun moril sampai akhir penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih ku kepada Bapak dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D. ibu Dra. Fadilah Suralaga, M.Si selaku pudek bidang akademik fakultas psikologi yang tetah membantu ketancaran administrasi penelitian ini, bapak Miftahuddin, M.Si selaku kepala bidang psikologi industri dan organisasi, terima kasih atas segala kemudahan yang bapak berikan. lbu natris lndriyani S.Psi, M.Si selaku pembimbing akademik, Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si sebagai dosen pembimbing seminar proposal dan yang telah menginspirasikan tema penelitian, terima kasih banyak bapak atas jurnal-jurnalnya.

Teruntuk ibu Ora. Netty Hartati, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan ibu Mulya Sari Dewi M.Si selaku dosen pembimbing 2, terima kasih banyak atas waktu-waktu berharga yang telah diluangkan untuk membimbing, menasehati dan mengajariku banyak hal selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. Semoga Allah senantiasa memberikan balasan yang setimpal.

Seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi, terirna kasih alas ilmu, nasehal dan pengalaman-pengalaman yang diberikan kepada kami se!ama perkuliahan. Semua ilu akan menjadi bekal kehidupan kami selanjutnya. Tak lupa juga terima kasih kepada para staff akademik, bu Syariah, bu Sri, dan bu Ida atas semua informasi, banluan dan perhalian yang diberikan, kepada pelugas perpustakaan dan juga seluruh crewfakultas psikologi. Terima kasih atas pelayanan

lerbaiknya.

(7)

Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2005 kelas D, terutama Yulistin, Anita, Sofa, Leli, Desti, Mila, Dita, Dati, Dewong, Ade, Pipit, dan teman-teman kajian hipnoterapi, IKRIMA dan semua yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu. T erima kasih banyak atas banyak hal yang pemah kita bagi. Kalian adalah teman-teman terbaik yang takkan pemah tergantikan. Remembering the time we spent together make me happy. Terima kasih juga kepada Khetep yang bersedia mengantar ku berkeliling demi kepentingan skripsi ini.

Kepada bapak kepala sekolah SDIT AL-QALAM yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini dan juga kepada bapak irfan yang telah membantu dalam pengumpulan data, serta kepada seluruh guru dan tenaga kependidikan SDIT AL-QALAM yang telah terlibat dengan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih banyak.

Depok, November2009

(8)

Halaman persetu ju an .. .. .. .. . . . .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. . .. . .. ... .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. . ii

Halaman pengesahan .. .. . .. . .. .. . .. .. .. .... . . .. . .. ... .. . .. . . .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. . . .. .. .. . . .. . . iii

Motto . .. . . . .. . .. . . .. . .. . .. .. . .. .. . . .. .. . .. .. .. .. .. . .. . .. .. . .. .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . . .. .. .. . .. .. .. . .. . .. .. . . .. . .. . iv

Persembahan ... v

Abstrak ... vi

Kata pengantar ... viii

Daftar isi ... x

Daftar tabel ... xiii

BABI:

PENDAHULUAN

BAB II: 1.1. Latar Belakang Penelitian 1.2. Masalah 1.2.1 . ldentifikasi Masalah ... 10

1.2.2. Batasan Masalah ... 11

1.2.3. Rumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian ... 12

1.3.2. Kegunaan Penelitian ... 13

1.4. Sistematika Penelitian ... 13

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 2.1.1. Definisi OCB ... 15

2.1.2. Proses Terbentuknya OCB ... 18

2.1.3. Dimensi OCB ... 21

(9)

BAB Ill :

BABIV:

2.2.4. Manfaat lklim Organisasi ... 38

2.3. Kerangka Berpikir ... .40

2.4. Hipotesis ... .42

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... .43

3.1.2. Variabel Penelitian, definisi konseptual, dan Definisi operasional ... .44

3.2. Subjek Penelitian ... .46

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... .46

3.4. Teknik Uji lnstrumen Penelitian 3.4.1. Uji Validitas Skala ... .49

3.4.2. Uji Reliabilitas Skala ... 54

3.5. Prosedur Penelitian 3.3.1. Tahap Persiapan 3.3.2. Tahap Pelaksanaan ... 56

... 56

3.3.3. Tahap Pengolahan Data ... 57

3.3.4. Tahap Analisis Data I Statistik ... 57

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1.1. Gamba ran Subjek Berdasarkan Jen is Kelamin ... 58

4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja ... 59

(10)

Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel4.11 Tabel 4.12

Blue Print Skala lklim Organisasi ... .48

Blue Print Skala OCB ... .49

lndeks Validitas Item lklim Organisasi ... 51

Blue Print Skala lklim Organisasi Pasca Try Out ... 52

lndeks Validitas Item OCB ... 53

Blue print skala OCB pasca try out ... 54

Kaidah Reliabilitas Guilford ... 55

Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin ... 59

Gambaran subjek berdasarkan unit kerja ... 59

Gambaran subjek berdasarkan lama kerja ... 60

Deskripsi statistik skor skala iklim organisasi dengan OCB ... 61

Kategori lklim Organisasi ... 62

kategori OCB ----·---·---·----·-·---···64

Komposisi subjek berdasarkan pengategorian skor ... 64

Uji hipotesis (korelasi) ... 66

Interval koefisien korelasi ... 66

T-Test Berdasarkan jenis kelamin ... 68

T-Test Berdasarkan unit kerja ... 69

[image:10.518.38.463.50.494.2]
(11)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal fundamental bagi kehidupan bangsa. Oleh karena

itu kemajuan dibidang pendidikan harus berjalan secara harmoni dengan

kemajuan zaman. Pemerintah Indonesia pun selalu berusaha

mengembangkan sistem pendidikan agar menjadi lebih baik. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut pemerintah membentuk sebuah organisasi yang

disebut sekolah. Peran sekolah berbeda dengan organisasi lain. Hal ini

dikarenakan sekolah merupakan tempat pembekalan ilmu pengetahuan bagi

generasi penerus bangsa. Dalam menjamin kualitas pendidikan, maka setiap

sekolah harus mampu berperan sesuai dengan fungsinya. Namun

belakangan ini kerap kali terjadi kasus-kasus di dunia pendidikan. Semakin

banyak guru yang tidak mampu menjalankan perannya sebagai pendidik.

Widodo (2008) memaparkan bahwa guru belum sepenuhnya menunjukkan

sikap kooperatif dengan semua pihak, baik sesama guru, pimpinan,

begitupun dengan para siswa. Hal ini akan menjadi salah satu faktor

(12)

penyebab turunnya mutu pendidikan. Bahkan ada beberapa kasus dimana

guru tidak lagi mampu mengendalikan emosinya. Jika diamati, terdapat

banyak faktor yang menyebabkan guru tidak kooperatif, salah satunya

merupakan komunikasi yang kurang efektif di lingkungan sekolah.

Undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003, pasal 40 ayat 2 poin

b menyebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban

mempunyai komitmen profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Oleh karena itu diperlukan guru dan tenaga kependidikan yang berkualitas,

agar sekolah dapat menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik.

Sebagai makhluk sosial setiap guru maupun tenaga kependidikan di sekolah

dituntut untuk saling berinteraksi. lnteraksi merupakan hubungan timbal-balik

dan saling mempengaruhi, baik terhadap pekerjaan, lingkungan kerja secara

fisik, maupun lingkungan sosial pekerjaan (Munandar, 2001 ). lnteraksi

tersebut merupakan suatu keterikatan terus-menerus, yang diwujudkan

melalui perilaku keorganisasian (PO).

Munandar (2001) menuliskan bahwa PO lebih fokus pada interaksi individu

(13)

tentang PO yang dinyatakan oleh Robbin (dalam Munandar, 2001) bahwa PO

adalah suatu bidang studi yang mengamati tentang pengaruh perilaku

individu, kelompok, dan perilaku keseluruhan dalam struktur organisasi untuk

mendapatkan pengetahuan tentang aspek yang berkaitan dengan perilaku

yang dapat memperbaiki keefektifan organisasi.

Setiap sekolah memiliki pola interaksi yang berbeda-beda. Karena tiap

kelompok memiliki norma yang dijadikan acuan untuk berperilaku. Bentuk

perilaku organisasi sangat beragam dan selalu berkaitan dengan pihak lain.

Perilaku yang sering muncul di sekolah adalah perilaku suka rela, misalnya

saling tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan

tanpa mengharapkan imbalan. Perilaku tersebut da!am istilah psikologi

dikenal sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Menurut Morrison (dalam Frances, dkk, 2001 ), Organizational Citizenship

Behavior (OCB) adalah perilaku pekerja yang menguntungkan organisasi,

tetapi perilaku tersebut berada di luar persyaratan formal sehingga perilaku

tersebut sulit diberi ganjaran (reward) spesifik yang formal.

Anggota organisasi sekolah sama halnya dengan penduduk di da!am sebuah

(14)

kewajiban tertentu. Dalam konteks OCB, kewajiban didefinisikan lebih luas,

dimana setiap individu melakukan sesuatu yang positif dan perilaku tersebut

akan menguntungkan sekolah sekalipun hal itu bukanlah tanggung jawabnya

secara formal. lndividu tersebut melakukannya dengan suka rela tanpa ada

yang meminta. Meskipun OCB dilakukan atas dasar sukarela, aplikasinya

mampu mendukung kelangsungan organisasi sekolah (J.C. Munene, 1995).

Jika seluruh guru dan tenaga kependidikan telah memiliki OCB yang tinggi,

maka secara tidak langsung mereka siap untuk melakukan pekerjaan yang

bukan menjadi bagian dari tugasnya sebagaimana tertera di dalam job

description, dan perilaku OCB ini akan meningkatkan efektifitas organisasi

sekolah tersebut. Contoh perilaku OCB yang kerap kali dilakukan di sekolah

adalah berbagi sumber referensi antar sesama guru ataupun menghadiri

acara-acara yang dilaksanakan oleh pihak sekolah walaupun tidak wajib.

Menurut Greenberg dan Baron (2003), banyak faktor dibalik kecenderungan

karyawan (guru dan tenaga kependidikan) untuk melakukan OCB. Namun

keyakinan bahwa karyawan diperlakukan adil oleh organisasi merupakan

faktor yang paling utama. Jika karyawan yakin bahwa mereka diperlakukan

adil oleh organisasi, maka mereka akan selalu percaya pada pihak

(15)

karyawan yang merasa bahwa organisasi hanya ingin mengambil

keuntungan, maka akan membuat tidak ingin melakukan OCB.

Pernyataan Greenberg dan Baron diatas diperkuat melalui penelitian

Moorman (1991). Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara persepsi tentang keadilan organisasi dengan OCB.

Artinya jika karyawan diperlakukan secara adil, maka karyawan mungkin

akan percaya bahwa perilaku citizenship yang di luar aturan formal

merupakan hal yang tepat untuk selalu dilakukan.

Selain itu adanya OCB juga dihubungkan dengan keterlibatan kerja dan

kepuasan kerja. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Munene (1995).

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

keterlibatan kerja dan kepuasan kerja dengan OCB. Korelasi tertinggi dengan

OCB dihasilkan oleh hubungannya dengan keterlibatan kerja yang kemudian

diikuti dengan komitmen afektif, kepercayaan terhadap organisasi, persepsi

terhadap kebutuhan dan kemudian kepuasan kerja.

Kedua penelitian di atas menguraikan beberapa hal yang mempengaruhi

OCB. Secara tidak langsung dijelaskan bahwa faktor eksternal yang

(16)

· lklim merupakan sesuatu yang dapat dirasakan. Konsepnya sangat abstrak,

[image:16.518.42.452.175.484.2]

kehadirannya dirasakan sebagai atmosfir yang mengudara. Oleh karena itu

gambaran mengenai iklim organisasi dapat ditangkap melalui persepsi dari

para anggotanya. Dalam aktivitas persepsi, selalu terkait dengan proses

mengamati, menilai, dan menginterpretasi stimulus persepsi, sehingga

tergambarlah iklim organisasi. Dengan kata lain bahwa iklim organisasi

merupakan pemahaman anggota organisasi mengenai organisasinya.

Setiap organisasi membentuk karakteristiknya masing-masing, Oleh karena

itu setiap organisasi memiliki iklim yang berbeda-beda, dan karakteristik inilah

yang dijelaskan melalui iklim organisasi. Sebagaimana Gilmer (1984)

mengungkapkan bahwa iklim organisasi adalah seperangkat karakteristik

yang menetap yang menggambarkan suatu organisasi dan membedakannya

dengan organisasi lain, mempengaruhi perilaku orang-orang dalam

organisasi tersebut. Bahkan Gilmer menegaskan bahwa iklim berhubungan

dengan kepuasan maupun ketidakpuasan begitu juga dengan gagal ataupun

suksesnya sebuah organisasi.

Dalam organisasi sekolah, seluruh guru dan tenaga kependidikan

bertanggung jawab penuh akan terciptanya iklim organisasi. Menurut

(17)

kenyamanan di sekolah, bahkan menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi

kehidupan orang-orang yang belajar maupun bekerja di sekolah tersebut.

Oleh karena itu iklim organisasi sekolah yang kondusif akan sangat

dibutuhkan. Apabila iklim sekolah positif, maka OCB akan lebih mudah

terwujud sehingga visi dan misi sekolah juga lebih mudah tercapai. Selain itu

juga guru dan tenaga kependidikan yang terlibat di dalamnya berperan

sebagai suri tauladan bagi para murid-murid di lingkungan sekolah tersebut.

Sebagaimana tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional

tahun 2003, pasal 40 ayat 2 poin c bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi,

dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Qalam merupakan salah satu dari sekian

banyak organisasi pendidikan. Di SDIT AL-QALAM aplikasi OCB diwujudkan

dalam berbagai bentuk perilaku. Contohnya: kesadaran tinggi yang

ditunjukan oleh guru dan tenaga kependidikan untuk mengikuti pelatihan

sebagai tujuan pengembangan diri dan saling bantu-membantu dalam

menyelesaikan pekerjaan, terlebih lagi pada saat kegiatan-kegiatan yang

(18)

Dalam memberikan layanan SDIT AL-QALAM mengedepankan fasilitas dan

sarana yang representatif guna menunjang proses kegiatan belajar mengajar

(KBM) maupun ekstrakulikuler. Namun tidak hanya kualitas fisik sekolah yang

harus dikembangkan, melainkan kualitas psikis juga harus selalu

ditingkatkan. Karena kualitas psikis akan mempengaruhi jalannya proses

pendidikan di SDIT AL-QALAM.

Peningkatan kualitas psikis dapat dilakukan melalui penciptaan iklim kerja

yang kondusif. Sehingga setiap guru dan tenaga kependidikan akan merasa

nyaman saat berada di dalam sekolah. Namun hal ini belum menjadi

perhatian penting dari pihak manajemen. Ditambah lagi dengan adanya

struktur hirarki jabatan yang kaku, hal ini membuat proses birokrasi semakin

rumit. Selain itu tindak lanjut dari hasil evaluasi juga tidak selalu berhasil

diaplikasikan. Pihak sekolah juga selalu mengharapkan guru dan tenaga

kependidikan lebih banyak menerima perkembangan-perkembangan sistem

pendidikan terbaru, dan mampu mengkombinasikannya dengan sistem

sekolah yang sudah ada.

Peran guru dan tenaga kependidikan sangat penting bagi SDIT AL-QALAM,

(19)

tenaga kependidikan harus dapat diidentifikasi sehingga dapat dipahami demi

efektifitas pengembangan organisasi sekolah.

Setiap organisasi apapun bidangnya, harus mampu menciptakan iklim kerja

yang baik (kondusif), sehingga anggota organisasi yang terlibat di dalamnya

dapat selalu menunjukan OCB. Karena OCB dapat mendukung

kelangsungan organisasi, maka kajian mengenai hubungan iklim organisasi

yang kondusif dengan terwujudnya OCB menjadi penting. Konsep iklim

organisasi memberikan pemahaman mengenai efek organisasi pada perilaku

individu, begitu juga berpengaruh dengan munculnya Organizational

Citizenship Behavior (OCB) diantara sesama anggota organisasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul:

"Hubungan antara lklim Organisasi dengan Organizational Citizenship

Behavior (OCB) Di SDIT AL-QALAM Depok".

1.2.

Masalah

1.2.1. ldentifikasi Masalah

Setelah mengetahui latar belakang pemilihan judul di atas, maka dapat

(20)

terdiri dari Conscientiousness, Altruism, Civic virtue, Sportmanship,

dan Courtesy.

c.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan

tenaga kependidikan di SDIT AL-QALAM Depok.

1.2.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, peneliti

merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi

dengan organizational citizenship behavior(OCB) guru dan tenaga

kependidikan di SDIT AL-QALAM Depok?

b. Apakah ada perbedaan OCB antara guru dan tenaga kependidikan

pria dengan yang wanita di SDIT AL-QALAM Depok?

c. Apakah ada perbedaan OCB antara guru dengan tenaga

kependidikan di SDIT AL-QALAM Depok

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

(21)

BABI :PENDAHULUAN

Dalam bab ini, peneliti menguraikan latar belakang penelitian,

masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini, dilakukan penguraian kajian pustaka (deskripsi

teoritis) yang digunakan sebagai dasar dalam melihat hubungan

antara iklim organisasi dengan Organizational Citizenship

Behavior (OCB).

BAB Ill : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang: jenis penelitian, metode

penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi

operasional, subjek penelitian. Teknik pengumpulan data, teknik uji

instrumen yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas skala serta

prosedur penelitian, yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan,

pengolahan data, dan analisis statistik.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, peneliti menyajikan gambaran umum subjek, data

yang diperoleh, analisis, dan interpretasi data hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

(22)

2.1.

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

2.1.1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Manusia adalah pelaku utama dalam organisasi, baik sebagai objek

maupun sebagai subjek. Begitu banyak bentuk perilaku manusia dalam

organisasi, salah satunya adalah perilaku prososial di lingkungan kerja

yang diarahkan kepada sesama pegawai atau kepada organisasi itu

sendiri, perilaku tersebut dinamakan Perilaku Kemasyarakatan

Organisasional (Organizational Citizenship Behavior-DCB).

Morrison (dalam Frances, dkk, 2001) mendefinisikan Organizational

Citizenship Behavior ( OCB) sebagai perilaku pekerja yang

menguntungkan organisasi, tetapi perilaku tersebut berada di luar

persyaratan formal sehingga perilaku tersebut sulit diberi ganjaran

(reward) spesifik yang formal.

(23)

kesejahteraan organisasi (efektivitas). Dengan kata lain memfasilitasi

pencapaian tujuan organisasi.

Baseman dan Organ (dalam Organ, 1988) menggunakan istilah

"citizenship behavior" merujuk kepada perilaku menolong, perilaku yang

bersifat membangun (perilaku yang berguna) yang diperlihatkan oleh

anggota organisasi dan sekaligus dinilai dan dihargai oleh anggota

organisasi yang jabatannya lebih tinggi, namun tidak berhubungan

secara langsung dengan produktifitas individu, maupun kesatuan dalam

syarat dilaksanakannya fungsi atau peranan individu dalam organisasi.

Fakta bahwa perilaku seperti ini tidak diberi imbalan oleh perusahaan

(misalnya: bonus atau kenaikan gaji) adalah hal yang penting, karena itu

berarti bahwa terkadang, setidaknya OCB terjadi tanpa disertai harapan

individu untuk memberikan pertolongan (dalam Baron & Byrne, 2005).

OCB dapat juga disebut sebagai perilaku kerja sama yang diberikan

oleh seorang karyawan secara bebas dan spontan yang dilakukan untuk

menunjang kelangsungan organisasi. Dalam arti OCB muncul tanpa

(24)

Uraian di alas menjelaskan bahwa OCB merupakan faklor penling

dalam kehidupan berorganisasi. Oleh karena ilu dari beberapa definisi

yang lelah disebulkan dialas, dapal ditarik kesimpulan bahwa OCB

adalah perilaku yang dilakukan alas dasar sukarela lanpa

mengharapkan insenlif, demi kemajuan alaupun efektifitas organisasi

yang tidak tertera dalam aluran formal sebuah organisasi.

2.1.2. Proses Terbentuknya Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Organ (dalam Tri Muji, 2007) mengemukakan 4 hal yang menjadi

antecendents dari OCB, yakni :

a.

Individual Characteristic

Karakterislik individu ini dibagi menjadi dua. Pertama attitudinal

antecedents, dimana karyawan yang merasa puas dalam bekerja

dan mendapal dukungan dari alasan akan cenderung memiliki

komilmen yang tinggi terhadap perusahaan. Hal ini akan

menunjukan OCB sebagai bukli atau wujud dari komilmennya.

Kedua, dispositional antecendents yailu berkaitan dengan

kepatuhan, keseimbangan, sensilifitas, kecenderungan untuk seluju

(25)

memiliki perbedaan pada kecenderungan untuk bersikap kooperatif,

patuh serta dalam menunjukan kontribusi positifnya. Hal ini

dikarenakan perilaku citizenship dijadikan sebagai perilaku timbal

balik alas apa yang diberikan organisasi. Jadi karyawan akan

bersikap patuh, kooperatif, dan kontributif jika mereka merasa bahwa

kebutuhan mereka telah dipenuhi oleh organisasi.

b. Task Characteristic

Karakteristik pekerjaan juga tu rut menentukan terbentuknya OCB

pada karyawan. Pekerjaan yang bersifat partisipatif dapat

meningkatkan pemahaman karyawan tetang adanya saling

ketergantungan dalam proses produksi. Pemahaman ini akan bisa

meningkatkan perasaan tanggung jawab dan perhitungan karyawan,

serta mengarahkan karyawan untuk secara proaktif menunjukan

perilaku yang konstruktif. Dan sebaliknya kurangnya autonomy dan

pekerjaan yang monoton (rutin) memiliki pengaruh yang negatif pada

OCB. Hal ini disebabkan karena karyawan meraskan kebosanan

dalam rutinitas pekerjaannya.

c.

Organizational Characteristic

Karakteristik organisasi turut menentukan OCB karena adanya

hubungan yang didasarkan atas kesepakatan. Karyawan yang

(26)

untuk terikat pada perusahaan dan berinisiatif untuk memberikan

kontribusi bagi kesuksesan organisasi. Dengan kata lain sikap

perusahaan terhadap karyawan akan berpengaruh terhadap

keputusan karyawan untuk menunjukan ataupun tidak menunjukkan

OCB.

d. Leadership Characteristic

Pemimpin perusahaan dapat mengarahkan perilaku karyawan untuk

menunjukan OCB dengan bermacam cara, tergantung dari tipe

kepemimpinan yang digunakan. Muchiri (dalam Tri Muji, 2007)

mengatakan bahwa kepemimpinan transaksional dan

transformasional, dapat mengarahkan karyawan untuk menjalankan

OCB dengan cara yang berbeda. Pada kepemimpinan transaksional

perilaku karyawan diarahkan melalui kemampuan pemimpin untuk

mempengatuhi karyawan, merubah pola pikir, serta memotivasi

karyawan untuk memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan.

selain keempat hal di alas, masih ada faktor lain yang mempengaruhi

OCB, yaitu jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian Lovell (dalam

Ferry, 2007) ditemukan adanya perbedaan yang cukup signifikan antara

pria dan wanita dalam tingkatan OCB mereka, dimana perilaku

(27)

Secara teoritis, perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih terlihat

pengaruhnya pada OCB-1 (OCB yang ditunjukan secara langsung pada

individu lain) daripada OCB-0 (OCB yang ditunjukan secara langsung

pada organisasi (Ferry, 2007).

2.1.3. Dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Williams dan Anderson (dalam Organ, 2006) mengidentifikasi dua

kategori besar dari OCB, yaitu :

a. OCB yang bermanfaat untuk organisasi secara general, yang disebut

dengan OCBO (Organizational Citizenship Behavior-Organization).

Misalnya; menjaga properti organisasi, mengatakan hal-hal positif

tentang organisasi kepada orang-orang diluar organisasi, membaca

serta memperhatikan catatan yang berkaitan dengan kebijakan atau

prosedur baru perusahaan, dan lain-lain.

b. OCB yang secara langsung menguntungkan karyawan (individu) dan

secara tidak langsung menguntungkan organisasi. Misalnya; saling

tolong menolong antar sesama karyawan, tidak melebih-lebihkan

waktu istirahat, selalu tiba dikantor tepat waktu, dan lain-lain.

Perilaku ini disebut dengan OCBI (Organizational Citizenship

(28)

Organ, Podsakoff, Mackenzie, Moorman, dan Fetter (dalam Organ, dkk,

2006). Mengidentifikasi lima dimensi OCB sebagai berikut :

a. Conscientiousness atau perilaku suka rela yang bukan merupakan

kewajiban atau tugas pekerja. Menurut Frances, dkk (2001) Dimensi

ini menjangkau jauh di atas dan jauh kedepan dari panggilan tugas.

Perilaku ini menguntungkan organisasi melebihi yang diprasyaratkan

dalam pekerjaan.

Misalnya; datang kekantor lebih awal dari aturan yang telah

ditetapkan, tidak menghabiskan waktu kerja hanya untuk

kepentingan pribadi, tetap mematuhi peraturan organisasi meskipun

tidak ada yang mengawasi, dan lain-lain.

b. Altruism atau menolong orang lain baik yang berhubungan dengan

tugas dalam organisasi ataupun masalah pribadi orang lain. Dimensi

ini mengarah kepada memberi pertolongan yang bukan merupakan

kewajiban yang ditanggungnya.

Pada intinya perilaku ini dilakukan atas dasar suka rela untuk

menolong orang lain dengan masalah yang berhubungan dengan

pekerjaan ataupun organisasi. Hal ini dilakukan tanpa mengharapkan

(29)

menolong karyawan baru, bersedia menukarkan jadwal libur dengan

karyawan lain, membantu rekan kerja yang memiliki perkerjaan

banyak (work load) dan lain-lain.

c. Civic virtue adalah perilaku yang menunjukan keinginan untuk

bertanggung jawab atas kelangsungan organisasi. Dimensi ini

mengarah kepada tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada

seseorang untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang

ditekuninya (dalam Frances, dkk, 2001 ). Hal ini mencakup perilaku

keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan organisasi.

Menurut Organ (2006) melindungi organisasi direfleksikan melalui

civic virtue. Perilaku ini direpresentasikan sebagai komitmen

terhadap organisasi secara keseluruhan. Perilakunya ditunjukan

dengan keinginan untuk berpartisipasi aktif dalam organisasi.

Misalnya; mengungkapkan pendapat sebagai bahan pertimbangan

untuk kemajuan organisasi, atau memperhatikan lingkungan kerja

dari situasi yang mengancam dan kesempatan (contoh; mengikuti

perubahan-perubahan diluar organisasi yang mungkin

mempengaruhi organisasi tempat mereka bekerja).

d. Sportmanship yaitu perilaku yang menunjukkan daya toleransi dan

(30)

Seseorang yang memiliki dimensi dalam tingkatan yang tinggi akan

berperilaku positif dan menghindari keluhan yang tidak perlu.

Organ (2006) mendefinisikan sportmanship sebagai keinginan untuk

toleransi terhadap kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dihindari dan

dibebani pekerjaan tanpa mengeluh. Seseorang dengan

sportmanship tinggi disebut juga orang yang sportif. Sebagai contoh;

tidak sakit hati (merasa kesal) ketika orang lain tidak mengikuti

sarannya, bersedia mengorbankan kepentingan pribadi demi

kebaikan kelompok, dan menerima penolakan atas ide-ide yang ia

sampaikan dengan lapang dada.

e. Courtesy yaitu usaha untuk mencegah masalah pekerjaan yang akan

timbul terhadap pihak luar ataupun relasi kerja. Hal ini dilakukan

dengan memberikan konsultasi dan informasi yang dibutuhkan rekan

kerja. Seseorang yang memiliki bidang ini dalam tingkatan yang

tinggi adalah orang yang menghargai dan memperhatikan orang lain.

Mereka selalu mencegah terjadinya masalah dalam interaksi

terhadap rekan kerja.

Misalnya; tidak pernah terpancing ketika ada provokasi, menjadikan

situasi lebih stabil ketika anggota organisasi sedang berselisih

(31)

Dalam penelitian ini dimensi OCB yang diungkapkan oleh Organ, dkk

akan dijadikan indikator dalam mengukur OCB. Karena kedua dimensi

yang dikemukakan oleh Williams dan Anderson telah tercakup ke dalam

lima dimensi dari Organ,dkk.

2.1.4. Manfaat Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organ, dkk (2006) menguraikan beberapa manfaat organisasi terhadap

efektifitas organisasi, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. OCB meningkatkan produktifitas rekan kerja ataupun produktifitas

manajerial, misalnya; karyawan yang lebih berpengalaman secara

sukarela membantu karyawan baru mempelajari cara-cara kerja

sehingga memungkinkan karyawan baru tersebut lebih cepat

menjadi karyawan yang produktif. Hal tersebut dapat meningkatkan

efisiensi kerja tim ataupun individu yang bersangkutan. Selain

produktifitas pekerja, produktifitas manajerial juga dapat meningkat.

Sebagai contoh; apabila setiap karyawan tidak menghabiskan waktu

manager hanya dengan mengeluhkan hal-hal maupun

masalah-masalah kecil. Hal tersebut termasuk kedalam dimensi toleransi

(32)

b. OCB dapat membantu mengefisienkan penggunaan sumber daya

organisasional untuk tujuan-tujuan produktif. Sebagai contoh; ketika

seorang karyawan mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan diri

(self-development), sehingga kemampuan bekerja karyawan tersebut

meningkat. Hal tersebut dapat mengurangi kebutuhan akan

pengawasan manajerial.

c. OCB membantu aktifitas kordinasi antar karyawan. Sebagai contoh;

tidak membuat masalah dengan karyawan lain (courtesy) dan

menunjukan sikap toleransi (sportmanship) sehingga dapat

mengurangi konflik dan mengurangi habisnya waktu kerja hanya

karena konfik manajemen.

d. OCB dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk

mendapatkan dan mempertahankan SDM-SDM handal dengan

memberikan kesan bahwa organisasi merupakan tempat bekerja

yang lebih menarik. Misalnya; perilaku tolong-menolong dalam

lingkungan kerja akan berdampak langsung terhadap lingkungan.

Karena hal tersebut dapat meningkatkan semangat (moral) karyawan

dan memupuk rasa kebersamaan dan saling memiliki antar

karyawan. Dengan demikian organisasi akan menjadi tempat yang

(33)

e. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi

dengan perubahan lingkungan. Sebagai contoh; karyawan yang

menghadiri dan berpartisipasi aktif dalam sebuah pertemuan (civic

virtue) dapat membantu penyebaran informasi dalam organisasi,

dengan demikian hal tersebut akan meningkatkan respon (reaksi)

karyawan yang lain.

f.

OCB meningkatkan efektifitas organisasi dengan menciptakan

struktur, kognitif, dan bentuk hubungan sosial kapital. Sebagai

contoh; karyawan yang menunjukan perilaku tolong-menolong dapat

meningkatkan struktur sosial kapital dengan memperkuat jaringan,

cara tersebut dapat meningkatkan penyebaran informasi,

pembelajaran organisasi, dan pelaksanaan aktifitas organisasi.

Contoh lain, yaitu; kognitif sosial kapital dapat meningkat ketika

karyawan menghadiri pertemuan yang sesungguhnya tidak

diwajibkan (civic virtue), dengan demikian karyawan tersebut akan

mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat tentang aktifitas

maupun pengembangan organisasi. Selain itu karyawan tersebut

juga mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai

(34)

2.2.

lklim

Organisasi

PERPUSTAKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKARTA

2.2.1. Definisi lklim Organisasi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990), iklim berarti: (1) keadaan

hawa (suhu, kelembapan, hujan dan sinar matahari) pada suatu daerah

dalam jangka waktu yang sejak lama (kurang lebih 30 tahun) di suatu

daerah; (2) suasana; keadaan. lklim sangat abstrak, namun

keberadaannya dapat dirasakan dan mempengaruhi perilaku manusia

yang ada disekitarnya. Kata iklim dalam konteks organisasi memiliki

makna yang sama dengan pengertian iklim diatas. Menurut Schneider

(dalam Furnham, 2005) iklim merupakan persepsi dan interpretasi

sehingga memiliki arti dan membantu individu untuk memahami

dunianya dan bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku.

Konsep iklim organisasi dan budaya organisasi seringkali tumpang

tindih. Namun pada hakikatnya konsep tersebut berbeda. Huseyin Gui

(2008) menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah sebuah sikap dan

perilaku. Sedangkan budaya adalah sebuah proses yang bertujuan

untuk membentuk sekumpulan sistem nilai dan keyakinan yang

komprehensif. Budaya organisasi terdiri dari keyakinan, nilai atau norma

(35)

organisasi terdiri dari pemahaman anggota organisasi mengenai

organisasinya. Uraian tersebut menjelaskan bahwa iklim organisasi dan

budaya organisasi adalah konsep yang berbeda, namun keduanya

saling terkait satu sama lain.

Menurut Gilmer (1984), iklim organisasi adalah seperangkat karakteristik

yang membedakannya dengan organisasi lain, dan mempengaruhi

perilaku orang-orang dalam organisasi tersebut. Denison (dalam Drenth,

dkk, 1998) menuliskan Climate refers to "a set of conditions that exist

and have an impact on individual's behavior". Kondisi ini adalah

karakteristik objektif dari organisasi dan bisa diamati. Litwin dan Stringer

(dalam Freiberg, 1999) mendefinisikan iklim organisasi sebagai

perangkat lingkungan kerja yang dapat diukur berdasarkan persepsi

anggota organisasi yang ada didalamnya dan mempengaruhi tingkah

laku mereka.

Sedangkan Hoy dan Miske! (dalam Freiberg, 1999) menyatakan bahwa

iklim organisasi adalah karakteristik dari keseluruhan organisasi. lklim

organisasi memiliki sejumlah ciri, yaitu:

(36)

b) lklim meningkat dari kegiatan rutin organisasi yang penting bagi

organisasi maupun anggotanya.

c) lklim mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi.

Definisi-definisi diatas menekankan pada pengaruh iklim organisasi

terhadap perilaku anggota organisasi. Dengan mengetahui iklim

organisasi, maka akan dapat dipahami apa yang mendorong anggota

organisasi dalam berperilaku dengan cara-cara tertentu. Bahkan

Furnham (2005) menegaskan bahwa iklim akan sangat berdampak bagi

individu dalam organisasi dan faktanya telah dibuktikan bahwa iklim

organisasi merupakan penyebab utama dari kepuasan kerja dan kinerja

organisasi. lklini organisasi juga berbeda-beda, karena setiap organisasi

memiliki karakteristiknya masing-masing.

Joyce dan Slocum (dalam Furnham, 2005) mengungkapkan bahwa iklim

adalah persepsi, psikologis, abstrak, deskriptif, bukan evaluatif, dan

bukan pula tindakan. Oleh karena itu iklim organisasi hanya bisa

dijelaskan melalui gambaran persepsi dari setiap individu tentang

organisasinya. Karena proses persepsi adalah proses psikologis, maka

iklim organisasi juga disebut dengan iklim psikologis. James (dalam

(37)

organisasi. lklim organisasi dapat digambarkan melalui persepsi para

anggota organisasi terhadap lingkungan kerja mereka. Drenth (1998)

menuliskan, "The concept of organizational climate is rooted in

psychology, with an emphasis on the perception of individuals".

Menurut Smither (dalam Martini, 2003), iklim organisasi dapat diartikan

ketika karyawan merasakan berbagai situasi dalam lingkungan

organisasi dan menghasilkan interpretasi terhadap organisasi tersebut.

Dengan kata lain, iklim merefleksikan perasaan, pendapat, perilaku

karyawan terhadap organisasi tempatnya bekerja. Setiap individu akan

berbeda-beda dalam mempersepsikan lingkungan kerjanya.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, telah diketahui bahwa iklim

organisasi juga disebut sebagai iklim psikologis. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah kualitas lingkungan internal

dalam organisasi yang memiliki karakteristik, sehingga berbeda dengan

organisasi lainnya yang digambarkan melalui persepsi anggota

(38)

2.2.2. Proses Terbentuknya lklim Organisasi

Menurut Ostroff, dkk (dalam Weiner, 2003) terdapat dua hal penting

yang dianggap sebagai antecendents iklim organisasi, yaitu:

a. organizational context, yang meliputi tujuan organisasi, ukuran

organisasi, sumber-sumber organisasi, teknologi, struktur organisasi,

dan sjstem kekuasaan.

b. organizational practices, sebagaimana hasil sebuah penelitian

sederhana tentang hubungan antara pelaksanaan aktual organis<:lsi,

kebijakan, prosedur dengan iklim. Hasilnya didapati bahwa (1)

definisi iklim didasarkan atas pelaksanaan organisasi, kebijakan,

prosedur, dan rutinitas, (2) pelaksanaan organisasi mempengaruhi

efektifitas dan produktifitas organisasi, (3) iklim merupakan konstruk

yang kumulatif sehingga diungkapkan bahwa pelaksanaan dan

kebijakan organisasi sebagai bagian yang mempengaruhi iklim akan

lebih mampu meramalkan hasil organisasi daripada faktor-faktor

yang menyebabkan iklim itu sendiri eksis.

Selanjutnya Ostroff, dkk juga menyebutkan bahwa keyakinan, nilai, dan

peran dari top management mempengaruhi iklim organisasi baik secara

(39)

Selain itu Furnham (2005) menuliskan bahwa ada banyak cara untuk

mengelompokan faktor-faktor yang dianggap sebagai antecendents iklim

organisasi, yaitu :

a. Lingkungan eksternal, meliputi : ekonomi dan pasar, kebijakan, dan

teknologi. Ekonomi kuat dan pasar kerja yang baik mempengaruhi

dimensi komitmen iklim organisasi, jika karyawan merasa

mempunyai peluang dan pilihan karir terpisah dari organisasi

mereka, komitmen menjadi rendah. Dalam lingkungan eksternal

seperti itu, kinerja tinggi bergantung pada komitmen yang tinggi (Tri

Muji, 2007).

Selanjutnya kebijakan disini merupakan ketetapan-ketetapan dalam

pelaksanaan organisasi dan hal ini berkaitan dengan kepemimpinan.

Sedangkan teknologi yang rutin cenderung menciptakan aturan yang

kaku dimana kepercayaan atau rasa saling percaya serta kreatifitas

menjadi rendah. Semakin dinamis teknologi suatu pekerjaan akan

mengarahkan kepada komunikasi, kepercayaan, dan kreatifitas serta

tanggung jawab pribadi dalam menyelesaikan tugas (Suryani, 2006).

b. Sejarah organisasi. Semakin tua umur organisasi semakin kuat

(40)

tradisi dan ingatan yang rnernbentuk harapan anggota organisasi

dan berpengaruh terhadap iklirn organisasinya (Tri Muji, 2007).

c. Manajernen, rneliputi struktur organisasi dan pola kepernirnpinan.

Menurut Schneider dan Reichers (dalarn Weiner, 2003) lklirn

organisasi berhubungan dengan variabel-variabel struktural seperti

ukuran organisasi, sentralisasi, struktur, dan level hirarki Qabatan

seseorang dalarn hirarki). Sernakin terstruktur suatu organisasi,

rnaka suasana kerja yang ada sernakin kaku, sebaliknya apabila

lebih bebas dan banyak perhatian yang diberikan oleh rnanajer,

rnaka iklirn kerja akan dirasakan lebih rnenyenangkan.

Stringer (dalarn Tri Muji, 2007) rnengungkapkan tiga alasan

rnengapa kepernirnpinan sangat berpengaruh terhadap iklirn

organisasi. (1) kepernirnpinan rnerernbes kesernua unit dan aktifitas

organisasi. Faktor penentu iklirn organisasi lainnya dikornunikasikan

kepada anggota organisasi rnelalui kata-kata dan tindakan rnanajer

(pernirnpin) kelornpok kerja yang diekspresikan sebagai

kepernirnpinan, (2) penelitian rnenunjukan bahwa kepernirnpinan

rnernpunyai pengaruh paling besar terhadap iklirn organisasi, (3)

kepernirnpinan rnerupakan faktor penentu iklirn organisasi yang

paling rnudah dirubah, jadi perubahan dalarn iklirn organisasi dan

(41)

2.2.3. Dimensi lklim Organisasi

lklim organisasi memiliki berbagai dimensi. Denison (dalam Suryani,

2006) mengungkapkan bahwa terdapat 7 dimensi iklim organisasi.

Adapun penjelasan dari 7 dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Organizational of work (organisasi kerja), yaitu sejauh mana metode

kerja dalam organisasi mampu menghubungkan tugas-tugas individu

dengan tujuan organisasi.

b. Communication flow (arus komunikasi), yaitu bagaimana arus

komunikasi yang ada dalam tubuh organisasi, baik secara vertikal di

dalam hirarki organisasi maupun secara horizontal.

c. Emphasis of people (penekanan pada manusia), yaitu bagaimana

perhatian organisasi di dalam mensejahterakan dan

mengembangkan pegawai-pegawainya.

d. Decision-making practice (praktek pembuatan keputusan), yaitu

sejauhmana keputusan organisasi melibatkan orang-orang w

akan dipengaruhinya, dibuat pada taraf yang layav

pada berbagai informasi yang luas.

e. Influence and control (pengaruh

(42)

f. Absence of beaurecracy (tidak adanya hambatan dalam birokrasi

atau kelancaran administrasi), yaitu tidak adanya hambatan

administratif dalam fungsi internal organisasi. Dengan demikian

organisasi berjalan sesuai dengan aturannya.

g. Coordination (koordinasi), yaitu adanya koordinasi, kerjasama, dan

penyelesaian masalah diantara unit-unit kerja dalam organisasi.

Selain itu Koys dan DeCottis (dikutip oleh Martini dan Rostiana, 2003)

mengemukakan 8 dimensi iklim organisasi. Dimensi tersebut terdiri dari :

a. Autonomy, merupakan persepsi mengenai penentuan sendiri

prosedur kerja, tujuan, dan prioritas. Hal ini mencerminkan

kebebasan karyawan untuk menentukan keputusan secara mandiri.

b. Cohesion, merupakan kualitas kebergantungan dan saling tarik

menarik satu sama lain sehingga mencerminkan kebersamaan dan

perasaan sepenanggungan dan munculnya kemauan anggota

organisasi untuk menyediakan bahan-bahan bantuan.

c. Trust, merupakan persepsi mengenai keterbukaan dalam

berkomunikasi dengan anggota organisasi level alas (pimpinan)

(43)

kepercayaan menandai ada tidaknya keterbukaan dalam

berkomunikasi yang dilandasi oleh rasa saling percaya.

d. Pressure, menandai adanya tuntutan terhadap standar performansi

dan waktu penyelesaian tugas. Terkadang juga meliputi beban kerja

yang terlalu banyak (workload).

e. Support, berkaitan dengan penerimaan dan dukungan atasan

kepada bawahan. Dukungan merefleksikan rasa percaya dan saling

mendukung yang terus berlangsung diantara kelompok kerja.

Dukungan yang tinggi, jika anggota organisasi merasa bahwa

mereka merupakan bagian tim yang berfungsi dengan baik dan

merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami

kesulitan dalam menjalankan tugas. Jika dukungan rendah, anggota

organisasi merasa terisolasi atau tersisih sendiri (Tri Muji, 2007).

f. Recognition, menandai ada tidaknya pengakuan terhadap kontribusi

karyawan kepada organisasi. Penghargaan mengindikasikan bahwa

anggota organisasi merasa dihargai jika mereka dapat

menyelesaikan tugas secara baik.

g. Fairness, merupakan persepsi bahwa praktik organisasi adil, wajar,

dan tidak sewenang-wenang atau berubah-ubah. Hal ini berkaitan

dengan pelaksanaan prosedur pekerjaan seperti keadilan dan

(44)

Selain itu Ostroff, dkk (dalam Weiner, 2003) menyebutkan bahwa iklim

memiliki konsekuensi penting dalam organisasi. Karena produktivitas

dihasilkan melalui kepuasan kerja karyawan dan perhatian terhadap

kebutuhan jasmani emosional karyawan. Kondisi lingkungan kerja akan

berpengaruh secara luas pada saat karyawan merasa puas, dimana

karyawan akan bekerja dengan sepenuh hati untuk organisasi dan

menunjukan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dalam aktifitas

yang secara langsung akan mencapai tujuan organisasi.

Dalam organisasi sekolah pun dibutuhkan iklim yang kondusif. Karena

lklim yang kondusif akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam

proses berjalannya kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam arti

berperan sebagai salah satu penentu keefektifan sebuah sekolah.

Selain itu dengan iklim yang kondusif seluruh elemen yang terlibat

dalam sekolah akan memiliki keterikatan emosional tinggi sehingga

mereka akan saling mendukung satu sama lain pekerjaan.

lklim organisasi merupakan satu hal yang penting dan tidak dapat

diabaikan, Karena iklim organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

setiap hal yang terjadi didalam organisasi. Sekolah yang beriklim positif

(45)

kependidikan telah memiliki tingkat OCB yang tinggi, maka pencapaian

tujuan proses kegiatan belajar mengajar (KBM), maupun pencapaian visi misi

sekolah akan lebih efektif dan efisien.

Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya OCB adalah iklim organisasi

yang kondusif. Dalam iklim organisasi yang kondusif akan menimbulkan

keterikatan secara emosional antar para pekerja sehingga mereka akan lebih

nyaman pada saat bekerja. Ketika pekerja telah merasa nyaman, maka dapat

diprediksi bahwa mereka akan selalu saling tolong menolong dalam

pekerjaan, bahkan selalu berkeinginan untuk melakukan hal-hal positif

melebihi aturan formal organisasi. Dan semua itu dilakukan tanpa tuntutan

dari siapa pun (sukarela). Selain itu perbedaan jenis kelamin dan unit kerja

juga mempengaruhi tingkat OCB seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi

berperan besar dalam mempengaruhi perilaku anggota organisasi. Terlebih

lagi dalam lingkungan sekolah, karena iklim tersebut akan mempengaruhi

efektifitas sekolah. lklim organisasi itu sendiri merupakan kualitas lingkungan

internal organisasi yang mempengaruhi perilaku anggota organisasi dan

terefleksi sebagai karakteristik organisasi. lklim organisasi dapat ditangkap

(46)

iklim organisasi mempengaruhi perilaku, maka perilaku tersebut diduga juga

termasuk organizational citizenship behavior(OCB). Dengan demikian

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim

organisasi dengan organizational citizenship behavior (OCB). Berikut ini

adalah skema kerja hubungan iklim organisasi dengan OCB :

Baik

....

OCB

1-1 Organisasi

/

(+) tinggi lebih efektif

dan efisien

lklim organisasi

セ@

Buruk

-I OCB rt Organisasi

(-) rendah kurang efektif

dan efisien

2.4.

Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis di alas, maka rumusan hipotesis yang diajukan

adalah;

Ha1:

Ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan OCB.

Ha2:

Ada perbedaan OCB yang signifikan antara guru dan tenaga

kependidikan pria dengan yang wanita.

Ha3:

Ada perbedaan OCB yang signifikan antara guru dan tenaga
(47)

3.1.

Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan perhitungan statistik. Hasan (2002) menyebutkan

bahwa pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial

(dalam rangka penyusunan hipotesis). Dengan pendekatan kuantitatif

akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Menurut

Hasan (2002) metode korelasi digunakan untuk mengukur hubungan

diantara berbagai variabel. Selain itu Sevilla (1993) menuliskan bahwa

pengukuran dengan korelasi digunakan untuk menentukan besarnya

arah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Dalam

penelitian ini variabel iklim organisasi di duga memiliki hubungan

dengan variabel Organizational Citizenship Behavior.

(48)

3.1.2. Variabel Penelitian, Oefinisi Konseptual, dan Definisi

Operasional

Variabel adalah suatu konsep yang dapat diukur dan diamati, dan

memiliki variasi nilai (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini terdiri

dari independent variable dan dependent variable. Menurut Kerlinger

(2004) variabel independen adalah variabel yang dipandang sebagai

sebab kemunculan (antesenden), dan variable dependen yang

dipandang (diduga) sebagai akibatnya (konsekuensi). Dalam penelitian

ini, yang menjadi variabel bebas adalah iklim organisasi, sedangkan

variabel terikatnya adalah Organizational Citizenship Behavior.

Setiap variabel dalam penelitian harus didefinisikan secara operasional

agar lebih mudah dalam mencari hubungan antara satu variabel dengan

variabel lainnya. Menurut Kerlinger (2004), definisi operasional

melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan

kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur

konstruk atau variabel. Definisi operasional berfungsi untuk

memaparkan cara pengukuran suatu variabel. Dengan kata lain, untuk

dapat mengukur konsep-konsep dalam penelitian ini diperlukan

operasionalisasi dari konsep tersebut dengan cara menetapkan indikator

(49)

Berikut ini adalah definisi konseptual variabel penelitian:

1. lklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal dalam

organisasi yang memiliki karakteristik, sehingga berbeda dengan

organisasi lainnya yang digambarkan melalui persepsi anggota

organisasi dan mempengaruhi tingkah laku mereka.

2. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku yang

dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan insentif, demi

kemajuan ataupun efektivitas organisasi yang tidak tertera dalam

aturan formal sebuah organisasi.

Berikut ini adalah definisi operasional variabel penelitian:

1. lklim organisasi ini diukur melalui indikator (1) Autonomy (otonomi),

(2) Cohesion (kebersamaan), (3) Trust (kepercayaan), (4) Pressure

(tekanan), (5) Support (dukungan), (6) Recognition (pengakuan), (7)

Fairness (keadilan) dan (8) Innovation (inovasi).

2. Organizational citizenship behavior (OCB) ini diukur melalui indikator

(1) Conscientiousness (sukarela), (2) Altruism (menolong), (3) Civic

virtue (bertanggung jawab), (4) Sportmanship (toleransi), (5)

(50)

3.2. Subjek Penelitian

Penelitian ini rnerupakan penelitian populasi, dirnana populasi disini

rnerupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Dalarn penelitian ini tidak ada

pernilihan subjek dari kelornpok individu yang lebih besar, karena sernua

individu dalarn kelornpok tersebut akan dilibatkan secara langsung di dalarn

penelitian ini. Menurut Arikunto (2006). penelitian populasi digunakan untt.ik

rneneliti sernua elernen yang ada dalarn wilayah penelitian. Oleh karena

subjeknya rneliputi sernua yang terdapat di dalarn populasi, rnaka penelitian

ini juga disebut sensus. Kelebihan dari penelitian populasi adalah kesirnpulan

yang didapatkan dari hasil penelitian dapat diberlakukan untuk seluruh

populasi, sehingga penelitian populasi sangat cocok digunakan untuk

rnernaharni sebuah organisasi sekolah. Dengan dernikian, subjek dalarn

penelitian ini adalah seluruh guru dan tenaga kependidikan yang terdaftar di

SDIT AL-QALAM Depok, yang berjurnlah 30 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data dalarn penelitian ini dikurnpulkan rnelalui penyebaran skala dalarn

bentuk pemyataan model Likert, yaitu dengan rnenetapkan penskoran 1-4.

Ernpat alternatif jawaban tersebut dipilih karena peneliti hendak

(51)

Tabel 3.3

Blue Print Skala lklim Organisasi

No Aspek Sub aspek lndikator Item

r

Fav Unfav

1.

Autonomy Penentuan Dapat menentukan

(otonomi) sendiri sendiri cara atau

1, 2, 5 3,4,6

6

prosedur kerja prosedu r kerja

2.

Cohesion Kebersamaan Rasa saling memiliki

(kohesivitas) (keterikatan antar sesama

7, 10

8,9

4

emosional) anaaota

Perasaan Saling membantu dan

11,

13,

sepenang- menjaga sesama

12,15 14, 16

6

aunaan anaaota

3.

Trust (ke- Rasa saling Saling membuka diri

percayaan) percaya antar sesama angota

18, 19 17,20

4

oraanisasi

Keterbukaan Keterbukaan dalam

21,

22,

komunikasi berkomunikasi

24,25 23,26

6

4.

Pressure Standar Tuntutan terhadap

(tekanan) performansi standar performansi

27,28 29,30

8

dan dan waktu

31,33 32,34

penyelesaian penyelesaian tugas tu gas

5.

Support Penerimaan Saling menerima dan

35,

37,

6

(dukungan) dan dukungan mendukung sesama

36,40 38,39

anaaota

6.

Recognition Pengakuan Pengakuan dari

(pengakuan) organisasi terhadap

41, 43 42,44

4

kontribusi

Penghargaan Penghargaan karena

menyelesaikan tugas

46,47 45,48

4

denaan baik

7.

Fairness Persepsi Merasa diperlakukan

(keadilan) tentang adil oleh organisasi

49, 50 51, 52

4

prosedur kerja Menerima aturan

53, 55 54,56

4

kerja organisasi

8.

Innovation Kreativitas Berusaha mencoba

0novasi) metode baru dalam

59,60 57,58

4

bekerja

(52)

memberi tahu tentang apa yang bisa disimpulkan dari skor-skor tes.

Untuk menguji validitas dari setiap item pernyataan dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

Dari data try out skala iklim organisasi yang diujicobakan pada guru dan

tenaga kependidikan di SDIT Al-Haraki Depok yang berjumlah 34 orang,

diperoleh hasil sebagai berikut: indeks validitas skala iklim organisasi

bergerak dari -0,343 sampai dengan 0,843. Dari 60 item yang

diujicobakan terdapat 18 item yang gugur (tidak valid), yaitu item nomor

2,3, 11, 12, 18,20,21,24,27,28,32,33,34,37,41,47,56, dan 60. Item-item

tersebut gugur karena tidak memenuhi standar koefisien validitas yang

dianggap memuaskan untuk n=34 dengan taraf signifikansi 5%, yaitu

sebesar: 0,339.

Sedangkan item yang valid atau yang dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya sebanyak 42 item, yaitu item nomor1 ,4, 5,6,7,8,9, 10, 13, 14,

15, 16, 17, 19,22,23,25,26,29,30,31,35,36,38,39, 40, 42,43,44,45, 46,48,

49,50,51,52,53,54,55,57,58, dan 59. lndeks validitas skala iklim

(53)

No 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

[image:53.521.14.479.107.650.2]

Berikut ini adalah blue print skala iklim organisasi setelah try out:

Tabel 3.6

Blue Print Skala lklim Organisasi Pasca Try Out

Aspek Sub aspek lndikator Item

Fav Unfav

Autonomy Penentuan sendiri Dapat menentukan

(otonomi) prosedur kerja sendiri cara atau

1, 3

2,4

prosedur kerja

Cohesion Kebersamaan Rasa saling memiliki

(kohesivitas) (keterikatan antar sesama

5,8

6, 7

emosional) anaaota

Perasaan Saling membantu

sepenanggungan dan menjaga

11

9,10,

sesama anaaota

12

Trust (ke- Rasa saling Saling membuka diri

percayaan) percaya antar sesama

14

13

angota oraanisasi

Keterbukaan Keterbukaan dalam

17

15,16,

komunikasi berkomunikasi

18

Pressure Standar Tuntutan terhadap

(tekanan) performansi dan standar performansi

21

19,20

penyelesaian dan waktu

tu gas penyelesaian tugas

Support Penerimaan dan Saling menerima

22,23, 24,25

(dukungan) dukungan dan mendukung

26

sesama anaaota

Recognition Pengakuan Adanya pengakuan

(pengakuan) dari organisasi

28

27,29

terhadap kontribusi

Penghargaan Penghargaan

karena menyelesai-

31

30,32

kan tugas degn baik

Fairness Persepsi tentang Merasa diperlakukan

(keadilan) prosedur kerja adil oleh oraanisasi

33,34

35,36

Menerima aturan

37,39

38

keria oraanisasi

Innovation Kreativitas Berusaha mencoba

42

40,41

(inovasi) metode baru dalam

bekeria

Jumlah 18 24

(54)

Sedangkan untuk indeks validitas skala OCB berdasarkan hasil try out

bergerak dari -0,225 sampai dengan 0,612. Dari 50 item yang diuji

cobakan terdapat 28 item yang gugur atau tidak valid, yaitu item

nomor 1,2,8, 10, 11, 13, 14, 19,20,23,24, 25,26,27 ,29, 33,36,37 ,38,39,

40,42,43,44,45,46,48, dan 50. Item-item tersebut gugur karena tidak

memenuhi standar koefisien validitas yang dianggap memuaskan

untuk n=34 dengan taraf signifikansi 5%, yaitu sebesar 0.339.

Sedangkan item yang valid sebanyak 22 item, yaitu item nomor

3,4,5,6,7,9, 12, 15, 16, 17, 18,21,22,28,30,31,32,34,35,41,47, dan 49.

lndeks validitas skala OCB dapat dilihat pada tabel 3.7.

[image:54.521.26.461.184.617.2]

Tabel 3.7

lndeks Validitas Item Organizational Citizenship Behavior (OCB)

No Aspek lndikator Item

Fav Unfav

1. Conscientious- • Bersedia dengan tulus melakukan 1, 2, 3*, 4*,5*,7*,

ness pekerjaan yang dapat 6*, 8 9*,10

(sukarela) menauntunokan oroanisasi

2. Altruism • Saling menolong antar sesama 11, 12*, 13,14,

(menolong) anggota 15*, 16*, 19,

17*, 18* 20 3. Civic virtue • Menunjukan rasa tanggung jawab 22*, 23, 21*,24,

(bertanggung atas kelangsungan organisasi 25, 26, 27, 28*,

jawab) 29 30*

4. Sportmanship • Menunjukan toleransi dan sikap 32*, 33, 31*,34*, (toleransi dan sportif antar sesama anggota 36, 37, 35*, 38,

sportifitas) maupun terhadap orqanisasi 40 39

5. Courtesy • Berusaha untuk mencegah 43, 45, 41*,42,

(kebaikan, masalah-masalah yang mungkin 46, 49*, 44, 47*,

rasa hormat) muncul dalam pekerjaan 50 48

(55)

No

1.

2. 3. 4. 5.

Berikut ini blue print skala organizational citizenship behavior (OCB)

pasca try out :

Tabel 3.8

Blue print skala

Organizational Citizenship Behavior (OCB) pasca

try

out

Aspek lndikator Item

Fav Unfav

Conscientious- • Bersedia dengan tulus

ness (sukarela) melakukan pekerjaan yang 1, 4 2, 3,

menQuntunQkan orQanisasi 5,6

Altruism • Saling menolong antar sesama 7,8, 9

(menolong) anggota 10,11

Civic virtue • Menunjukan rasa tanggung 13 12,14,

(bertanggung jawab atas kelangsungan 15

iawab) omanisasi

Sportmanship • Menunjukan toleransi dan 17 16,18,

(toleransi dan sikap sportif antar sesama 19

sportifitas) anggota maupun terhadap oraanisasi

Courtesy • Berusaha untuk mencegah

(kebaikan, rasa masalah-masalah yang 22 20,21

hormat) mungkin muncul dalam

oekeriaan

Jumlah 9 13

3.4.2. Uji Reliabilitas Skala

Setelah pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas.

Menurut Sevilla, dkk (1993) reliabilitas adalah derajat ketepatan dan

ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran.

[image:55.522.21.484.147.511.2]
(56)

Tujuannya untuk mengetahui konsistensi hasil ukuran suatu instrumen

apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai ala! ukur suatu objek.

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan program SPSS versi 17.

Berdasaran data try out skala iklim organisasi, diperoleh hasil koefisien

reliabilitas sebesar 0,951 yang berarti data tersebut sangat reliabel,

sedangkan untuk skala organizational citizenship behavior (OCB)

diperoleh hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,818 yang berarti bahwa

skala tersebut reliabeL Hal ini dapat dilihat dari tabel 3.9 tentang kaidah

reliabilitas Guilford dan hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2005)

yaitu semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti

semakin tinggi reliabilitas dan artinya skor hasil tes tersebut semakin

terpercaya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati

angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya dan semakin kurang

dapat dipercaya. Berikut ini adalah rentang reliabilitas menurut Guilford :

Tabet 3.9

Kaidah Reliabilitas Guilford

Koefisien Kriteria '

< 0,2 Tidak reliabel 0,2-0,4 Kurang reliabel 0,4-0,7 Cukup reliabel

0,7 -0,9 Reliabel

(57)

3.5.3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap yang terakhir ini penelili melakukan skoring terhadap hasil

skala yang telah diisi oleh subjek penelitian, kemudian menghitung dan

[image:57.521.66.448.181.511.2]

membuat tabulasi data yang diperoleh. Selanjutnya peneliti membuat

tabel data dan kemudian melakukan analisis data dengan menggunakan

metode slatistik untuk menguji hipotesis penelitian.

3.5.4. Tahap Analisis Data I Statistik

Dalam penelilian deskriptif korelasional, besar atau tingginya hubungan

antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Untuk dapat

menganalisis data yang diperoleh dan mengetahui ada alau tidaknya

korelasi antara dua variabel dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan teknik statistik korelasi Product Moment Pearson.

Penghilungan statislik dilakukan dengan menggunakan program SPSS

versi 17 yang akan diinterprelasikan dengan mengacu pada label

koefisien korelasi Product Moment. Jika hasil perhitungannya lebih

besar dari r label, maka korelasinya dianggap signifikan. Telapi jika hasil

perhilungannya lebih kecil dari r tabel, maka dianggap tidak ada korelasi

(58)

4.1.

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Untuk gambaran umum subjek penelitian, peneliti akan mendeskripsikan dan

memperjelas dengan penyajian data dalam bentuk tabel dari jumlah subjek

penelitian, jenis kelamin, unit kerja, dan lama kerja subjek.

Dalam penelitian ini melibatkan 30 orang subjek penelitian. Seluruh guru dan

tenaga kependidikan yang bekerja di SDIT AL-QALAM menjadi subjek dalam

penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan gambaran umum subjek penelitian

berdasarkan jenis kelamin, unit kerja, dan lama kerja subjek.

4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Dibawah ini akan dikemukakan tabel frekuensi dan data berdasarkan

jenis kelamin subjek.

(59)
[image:59.518.71.446.68.510.2]

Tabel 4.1

Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Subiek Frekuensi %

Pria 17 56,67

Wanita 13 43,33

Jumlah

Gambar

Tabel 3.1 Tabel 3.2 Nilai kategori dalam setiap jawaban skala iklim organisasi ........
gambaran mengenai iklim organisasi dapat ditangkap melalui persepsi dari
Tabel 3.6 Blue Print Skala lklim Organisasi Pasca Try Out
lndeks Validitas Item Tabel 3.7 Organizational Citizenship Behavior (OCB)
+7

Referensi

Dokumen terkait

COURAGE AND SINCERITY IN CATHERINE HARDWICKE’S RED RIDING HOOD MOVIE (2011 ): AN EXISTENTIALIST APPROACH. SCHOOL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat prestasi belajar ditinjau dari kecenderungan gaya belajar siswa SDN Siyono 3 Playen Gunungkidul yang

Tindakan yang dilakukan oleh Tamar adalah menaruh abu di kepalanya sebagai tanda bergerak melampaui keterpurukannya dan menjadi contoh yang baik bagi perempuan Indonesia

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini yang berjudul “ URGENSI

Dari grafik hasil simulasi yang ditunjukkan pada Gambar 5, dipilih parameter yang digunakan untuk melakukan optimasi pada penguat hybrid , panjang EDF = 4 m dengan

Hubungan Keikutsertaan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) dengan Tingkat Efikasi Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas 1 Kembaran.. Anindya Widianingtyas 1 ,

Dengan ini mengajukan permohonan Perubahan Polis kepada PT Sun Life Financial Indonesia sebagai berikut: Pilih dan beri tanda √ pada kotak sesuai pilihan Ejaan Nama Pemilik Polis

Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara