• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Promosi Melalui Media Sosial Terhadap Preferensi Konsumen Dan Minat Beli Smartphone Pada Pengunjung Millenium Ict Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Promosi Melalui Media Sosial Terhadap Preferensi Konsumen Dan Minat Beli Smartphone Pada Pengunjung Millenium Ict Centre"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

PENGARUHPROMOSI MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP

PREFERENSI KONSUMEN DAN MINAT BELI SMARTPHONE

PADA PENGUNJUNG MILLENIUM ICT CENTRE MEDAN

OLEH

UMAIRA WARDHANI 110502159

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2

Kata Pengantar

Assalaimualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ...

Puji dan Syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa sehingga

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Promosi Melalui Media Sosial Terhadap Preferensi Konsumen Dan

Minat Beli Smartphone Pada Pengunjung Millenium ICT Centre”, guna

memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang sebesarnya – besarnya penulis ucapkan kepada kedua

orang tua penulis Drs.Suprapto dan Eka Suprihati serta keluarga besar yang telah

membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan dukungan baik materil

maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan kuliahnya dengan

sebaik – baiknya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah mendapat banyak

bantuan baiksecara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan

ini,prnulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum , S.E, M.Ec, Ak selaku dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E, selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Marhayanie, M. Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen

(3)

3 4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M. Si, selalu Ketua Program Studi

S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara

5. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, S.E, M.Si, selaku Dosen

Pembimbing yang penulis sayangi begitu baik memberikan arahan,

bimbingan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Marhayanie, M. Si,selaku Dosen Pembaca dan Penilai yang

telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi

penulis ini.

7. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik

dan memberikan ilmunya kepada penulis serta seluruh staf dan

pegawai.

8. Terimakasih kepada Sausan, Azmi, Farah, Elsa, Cia, Gifani, Tiza,

Lydia, Rizal, Indra, Wahyu, Gian, Rina yang telah membantu penulis,

serta kepada seluruh teman - teman Manajemen Grup C ‘11 untuk

semua canda tawa dan kebersamaanya. Dan juga kepada tersayang

Jahtra yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

Medan, April 2015

Peneliti

(4)

4

2.3 Kerangka Konseptual ... 38

2.4 Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Batasan Operasional ... 41

3.4 Defenisi Operasional ... 42

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 49

3.6 Populasi dan Sampel ... 50

3.6.1 Populasi Penelitian ... 50

3.6.2 Sampel Penelitian ... 49

3.7 Jenis Data ... 52

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 51

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas ... 53

3.9.1 Uji Validitas ... 53

3.9.2 Uji Realibilitas ... 54

(5)

5 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1HasilPenelitian...69

4.1.1Analisis Desktiptif ... 69

4.1.2Uji Asumsi Klasik ... 85

4.1.3 Uji Hipotesis ... 99

4.2Pembahasan...114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 118

5.2Saran ...119

DAFTAR PUSTAKA ... 120

LAMPIRAN ... 124

(6)
(7)
(8)

8

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Tren Penjualan Smartphone

2013 – 2014... 8

2.1 The Traditional 3-Step Mental Mode ………... 13

2.2 The New Mental Model of Marketing ……… 14

2.3 The New Communication Paradigm ……….. 23

2.4 Kerangka Konseptual……….. 39

4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas Untuk Variabel Personal Relevance ... 86

4.2 Grafik Histogram Uji Normalitas Untuk Variabel Interactivity ... 87

4.3 Grafik Histogram Uji Normalitas Untuk Variabel Message ... 88

4.4 Grafik Histogram Uji Normalitas Untuk Variabel Brand Familiarity ... 88

4.5 Grafik Histogram Uji Normalitas Untuk Variabel Terikat Preferensi Konsumen... 89

4.6 Grafik Histogram Uji Normalitas Untuk Variabel Terikat Minat Beli ... 90

4.7 Grafik Normal P – P Plot Uji Normalitas Untuk Variabel Terikat Preferensi Konsumen ... 91

4.8 Grafik Normal P – P Plot Uji Normalitas Untuk Variabel Terikat Minat Beli ... 91

4.9 Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Untuk Preferensi Konsumen Sebagai Variabel Terikat ... 94

4.10 Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Untuk Minat Beli Sebagai Variabel Terikat ... 95

(9)

9

ABSTRAK

PENGARUH PROMOSI MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP

PREFERENSI KONSUMEN DAN MINAT BELI SMARTPHONE PADA

PENGUNJUNG MILLENIUM ICT CENTRE MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi melalui media sosial terhadap preferensi konsumen dan minat beli smartphone

pada pengunjung Millenium ICT Centre Medan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Millenium ICT Centre Medan, dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang responden yang diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner dan pengumpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan nilai signifikansi α = 5% (0,005).

Secara simultan, personal relevance, interactivity, message, dan brand familiarity berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi konsumen dan minat beli. Secara parsial personal relevance, interactivity, dan message

berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi konsumen, sedangkan variabel brand familiarity berpengaruh positif tidak signifikan terhadap preferensi konsumen. Secara parsial personal relevance dan interactivity berpengaruh positif tidak signifikan terhadap minat beli, sedangkan variabel message dan brand familiarity berpengaruh postif signifikan terhadap minat beli.

(10)

10

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SOCIAL MEDIA PROMOTION TO CONSUMER PREFERENCE AND PURCHASE INTENTION OF SMARTPHONE BASED

ON VISITORS OF MILLENIUM ICT CENTRE MEDAN

This research aim is to examine effects of social media promotion in

consumer preference and purchase intention of smartphone based on visitors of

Millenium ICT Centre Medan. This research type is descriptive associative

research. Population of this research is the visitors of Millenium ICT Centre

Medan, with number of samples are 96 visitors, which are taken by Purposive

Sampling method. Primary data collection are taken using questionnaires, and

secondary data from literature studies. The hyphothesis of this research is

analyzed using Path Analysis with signification level of α = 5% (0,005).

Simultaneously, social media promotion consists of personal relevance,

inetarctivity, message and brand familiarity are affecting positively and

significantly in consumer preference and purchase intention. Partially, personal

relevance, interactivity, and message are affecting positively and significantly in

consumer preference. In the other hand, brand familiarity is affecting positively

but not significant in consumer preference. Partially, personal relevance and

interactivity are affecting positively but not significant in purchase intention. In

the other hand, message dan brand familiarity are affecting positively and

significantly in purchase intention.

(11)

9

ABSTRAK

PENGARUH PROMOSI MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP

PREFERENSI KONSUMEN DAN MINAT BELI SMARTPHONE PADA

PENGUNJUNG MILLENIUM ICT CENTRE MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi melalui media sosial terhadap preferensi konsumen dan minat beli smartphone

pada pengunjung Millenium ICT Centre Medan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Millenium ICT Centre Medan, dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang responden yang diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner dan pengumpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan nilai signifikansi α = 5% (0,005).

Secara simultan, personal relevance, interactivity, message, dan brand familiarity berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi konsumen dan minat beli. Secara parsial personal relevance, interactivity, dan message

berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi konsumen, sedangkan variabel brand familiarity berpengaruh positif tidak signifikan terhadap preferensi konsumen. Secara parsial personal relevance dan interactivity berpengaruh positif tidak signifikan terhadap minat beli, sedangkan variabel message dan brand familiarity berpengaruh postif signifikan terhadap minat beli.

(12)

10

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SOCIAL MEDIA PROMOTION TO CONSUMER PREFERENCE AND PURCHASE INTENTION OF SMARTPHONE BASED

ON VISITORS OF MILLENIUM ICT CENTRE MEDAN

This research aim is to examine effects of social media promotion in

consumer preference and purchase intention of smartphone based on visitors of

Millenium ICT Centre Medan. This research type is descriptive associative

research. Population of this research is the visitors of Millenium ICT Centre

Medan, with number of samples are 96 visitors, which are taken by Purposive

Sampling method. Primary data collection are taken using questionnaires, and

secondary data from literature studies. The hyphothesis of this research is

analyzed using Path Analysis with signification level of α = 5% (0,005).

Simultaneously, social media promotion consists of personal relevance,

inetarctivity, message and brand familiarity are affecting positively and

significantly in consumer preference and purchase intention. Partially, personal

relevance, interactivity, and message are affecting positively and significantly in

consumer preference. In the other hand, brand familiarity is affecting positively

but not significant in consumer preference. Partially, personal relevance and

interactivity are affecting positively but not significant in purchase intention. In

the other hand, message dan brand familiarity are affecting positively and

significantly in purchase intention.

(13)

11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era perkembangan teknologi komunikasi dan informasi seperti saat

ini, terdapat kemudahan bagi setiap orang di berbagai belahan dunia untuk

berkomunikasi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hal inilah yang melatarbelakangi

perubahan komunikasi konvensional menjadi modern dan serba digital. Salah satu

bentuk kemajuan teknologi dan informasi tersebut adalah hadirnya internet.

Pengguna internet pun semakin bertambah setiap tahunnya. Pada perkembangan

teknologi ini, Kartajaya (2010 : 2) mengatakan pemasar juga mengalami

perubahan fungsi dimana konsumen memiliki informasi yang cukup serta dapat

membandingkan berbagai macam penawaran dari produk – produk sejenis.

Momen dimana konsumen mengambil smartphonenya untuk mencari tahu

sebuah produk adalah momen yang mengubah aturan pemasaran sekarang. Hal

baru tersebut merupakan momen pencarian dan pengambilan keputusan yang

dilakukan ratusan kali sehari pada smartphone, laptop, tablet, dan perangkat

berjaringan internet lainnya. Selain itu momen tersebut mencakup kegiatan

pemasaran, pertukaran informasi, dan penetapan pilihan oleh konsumen, serta

momen yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan setiap merek di dunia.

Google menyebut hal ini sebagai Zero Moment of Truth atau biasa disebut ZMOT.

ZMOT adalah momen dimana seseorang meraih laptop, tablet, mobile phone dan

(14)

12 yang akan dicoba dan dibelinya. Chief Strategy & Innovation Officer VivaKi,

Rishad Tobbacowala mengatakan, saat ini ketika konsumen mendengar tentang

sebuah produk, reaksi pertama mereka adalah, “Saya searching online dulu ya,

produknya”. Dan kemudian mereka melakukan proses pencarian mengenai

produk, pelayanan, dan isu – isu yang ada pada produk tersebut (Lecinski dan

Flint, 2011 : 8).

Zero Moment Of Truth menjadi semakin penting ketika kondisi keuangan

sulit. Beberapa keluarga di Asia tidak dapat melakukan pemborosan pada uangnya

ketika membeli barang sehari – hari seperti makanan dan minuman, karena

mereka membutuhkan uang untuk pergi bekerja, membayar tagihan, dan

membayar kebutuhan edukasi anak mereka (Lecinski dan Flint, 2011 : 31).

Sehubungan dengan hal tersebut, lebih dari 40% konsumen di pasar Asia

menyebutkan bahwa mereka menggunakan smartphone untuk berbelanja. Selain

itu, Asia Pasifik akan menjadi wilayah dengan kegiatan e-commerce terluas di

dunia pada tahun 2014 dengan jumlah transaksi sebesar US$500 milyar

(eMarketeer Report, 2013). Ada beberapa komponen terkait dengan ZMOT, yang

pertama adalah ZMOT terjadi secara online, biasanya dimulai dengan pencarian

pada Google, Baidu, Bing, Naver, Youtube, atau search engine lainnya. Kedua,

terjadi secara real time, kapanpun itu dalam sehari. Saat ini lebih dari 50%

pencarian online di Asia Pasifik secara mobile. Ketiga, hal tersebut terjadi secara

emosional. Konsumen mengarahkan dirinya untuk memuaskan kebutuhannya, dan

(15)

13 solusi terbaik untuk dirinya. Keempat, conversation is multi way : pemasar, teman,

bloggers, vloggers, dan para ahli saling berinteraksi untuk memberikan perhatian.

(Lecinski dan Flint, 2011 : 25 ). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

ZMOT membuat tidak hanya waktu maupun tenaga, tetapi penggunaan uang juga

menjadi efektif dan efisien. Konsumen tidak perlu berkeliling dari satu toko ke

toko lainnya ataupun menunggu iklan beberapa produk sebagai preferensinya

muncul di TV. Cukup dengan satu gadget di genggaman seluruh informasi yang

diinginkannya dapat diperoleh.

Setiap perusahaan harus menemukan rencana bagi kelangsungan dan

pertumbuhan jangka panjang yang paling masuk akal berdasarkan situasi, peluang,

tujuan, dan sumber dayanya. Mula – mula, perusahaan mempunyai tujuan atau

misi yang jelas, tetapi dengan berlalunya waktu, misi dapat menjadi tidak jelas

ketika organisasi tumbuh, menambah produk dan pasar baru, atau mengahadapi

kondisi baru di dalam lingkungan (Kotler dan Amstrong, 2008 : 45).

Promosi yang dilakukan perusahaan juga telah mengalami pergeseran,

dimana banyak perusahaan yang beralih dari promosi melalui media cetak dan

elektronik beralih ke promosi melalui internet yang salah satunya adalah media

sosial. Hadirnya media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube sebagai media

sosial menjadi porsi terbesar bagi konsumen menghabiskan waktunya secara

online. Dengan berkembangnya ZMOT, media sosial menjadi tempat yang tepat

(16)

14

Advertising ditunjukkan mengenai pemanfaatan media sosial sebagai media

promosi sebagai berikut :

Tabel 1.1

Presentase Pemanfaatan Penggunaan Media Sosial Sebagai Media Promosi

Media Iklan Internet Presentase Penggunaan

Media Sosial 22,5%

Online Game 9,8%

E-mail 7,6%

Video / film 4,5%

Mesin pencari 4%

Instant messaging 3,3%

Software 3,2%

Iklan Baris 2,9%

Acara / Berita 2,6%

Media lainnya 35,1%

Sumber : www.edhy-aruman.blogspot.com (5 mei 2012)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jejaring sosial sebagai media

sosial teratas yang digunakan perusahaan sebagai media promosi sehingga

perusahaan berlomba – lomba menggunakan media sosial untuk mempromosikan

produk seperti Facebook dan Youtube. Facebook Indonesia baru saja merilis

laporan pengguna terbarunya. Menurut Head Facebook Indonesia, Anand Tilak,

pada tahun 2014 pengguna aktif Facebook di negara ini naik hingga mencapai 69

juta pengguna. Dua kuartal yang lalu, laporan terakhir dari jumlah pengguna aktif

Facebook di Indonesia ada 65 juta sehingga dengan hasil terakhir ini ada

peningkatan sekitar 6%. Sedangkan pada media sosial Youtube sendiri, menurut

catatan Google, jumlah pengguna YouTube dari perangkat mobile hingga kuartal

(17)

15 2012 dan 6% pada 2011. CEO Youtube, Susan Wojcicki, mengatakan, masalah

layar ponsel dan tablet yang terbilang kecil dibandingkan layar komputer, ternyata

tidak jadi masalah serius pagi pengguna. Hal ini diperkuat oleh sifat ponsel yang

menjadi barang sangat personal (www.tekno.kompas.com).

Jumlah netizen di Indonesia yang terus berkembang merupakan market

baru bagi brand/bisnis yang segera berlomba – lomba menjangkaunya. Dalam hal

ini, media sosial merupakan platform yang efektif untuk berkomunikasi dan

mendengarkan pendapat konsumen. Media sosial memungkinkan konsumen

berkomunikasi langsung, mengkritisi, memberi masukan juga mempromosikan

produk atau jasa dari suatu perusahaan (www.gofaztrack.com).

Media Sosial dapat diakses pada komputer, laptop, tablet, maupun

smartphone. Dengan mobilenya pergerakan masyarakat Indonesia, kebanyakan

dari mereka menggunakan smartphone untuk mengakses internet karena dapat

dilakukan kapanpun dan dimanapun. Dalam satu tahun terakhir Indonesia

mengalami pertumbuhan pesat dalam mengadopsi telepon seluler pintar. Menurut

hasil riset Google dengan Barometer Konsumen dan Taylor Nelson Sofres

kemarin, penggunaan ponsel pintar orang Indonesia meningkat dua kali lipat dari

14% persen menjadi 28% persen dalam satu tahun. Terungkap pula persen orang

Indonesia menggunakan ponsel cerdas untuk mengakses Internet Walhasil

Indonesia menempati salah satu posisi teratas di dunia terkait dengan akses

(18)

16

Sumber:(5 Maret 2015)

Gambar 1.1 Aktivitas Orang Indonesia dengan Smartphone

Perusahaan – perusahaan yang bergerak dibidang elektronik khususnya

pada industri smartphone berlomba – lomba menciptakan produk dengan

spesifikasi dan keunggulan yang diinginkan konsumen, tentunya dengan harga

yang bersaing. Berbagai merek smartphone dengan Operation System (OS) atau

sistem operasi yang beredar di pasar, menjadi preferensi bagi konsumen untuk

menimbulkan minat dan memutuskan tindakan pembelian. Banyak alasan yang

menjadi preferensi seseorang untuk membeli smartphone sebagai produk

pilihannya. Faktor kualitas produk, popularitas merk, dan harga menjadi faktor

penting sebagai pertimbangan untuk membeli smartphone khususnya konsumen

Indonesia. Selain itu tidak dapat dipungkiri asal produk dan kemudahan didapat

juga menjadi faktor pembanding untuk memiliki smartphone. Salah satu publikasi

yang berkenaan dengan kepemilikan smartphone pada tahun 2014 ini dapat

dilihat pada rise

(19)

17 sampel sebanyak 5.889 responden, sejumlah 4.119 diantaranya adalah pemilik

smartphone. Berikut adalah tabel hasil survey kepemilikan smartphone tersebut :

Tabel 1.2

Volume Penjualan Smartphone di Indonesia Pada Tahun 2013 – 2014

Peringkat Merek Persen

1 Samsung 33,5 %

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa Samsung menjadi merk atau

brand yang paling banyak digunakan pemakai smartphone di Indonesia. Di posisi

kedua diduduki oleh produk RIM yakni Blackberry dengan angka 29,2%. Posisi

selanjutnya terdapat selisih angka yang jauh dengan peringkat pertama dan kedua.

Nokia masih memegang 7,6% diikuti merk Sony pada posisi keempat dengan

kepemilikan 6,2 persen. Sebelumnya hasil survei bulan Juli 2013 Blackberry

masih menjadi merk smartphone yang paling banyak digunakan konsumen dengan

(20)

18 menjadi merk nomor satu tahun 2014. Blackberry turun hingga 10 persen

dibandingkan tahun sebelumnya. Berikut merupakan grafik gambar hasil

perbandingan tren smartphone 2013 – 2014 :

Sumber: www.cnesia.com (11 Desember 2014)

Gambar 1.2

Grafik Tren Penjualan Smartphone 2013 – 2014

Pada tahun 2013 setidaknya banyak mulai muncul produk baru dan ikut

bersaing di ranah pasar smartphone Indonesia seperti Lenovo, Oppo dan lain-lain.

Sebagai acuan sebagian besar atau 75,1 persen responden mengungkapkan bahwa

pembelian smartphone dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan

Desember 2013 (www.cnesia .com).

Berbagai merek seperti Samsung, Apple, Blackberry, Sony , Oppo dan

(21)

19 dan kegiatan promosi yang bersaing di pasar. Salah satu promosi yang dilakukan

oleh merek – merek tersebut adalah melalui media sosial. Adapun faktor – faktor

yang mempengaruhi seseorang terhadap promosi melalui media sosial adalah

personal relevance yang menyangkut hubungan personal yang dibangun produsen

terhadap konsumen, interactivity yang berhubungan dengan intensitas komunikasi

produsen terhadap konsumen, message yaitu pesan yang menarik mengenai

produk, dan brand familiarity yaitu merek yang sudah dikenal konsumen akan

lebih melekat di benak konsumen dan lebih mendapat perhatian konsumen

(Ronomenggolo, 2013). Salah satu merek smartphone yang aktif berpromosi

melalui media sosial adalah Samsung yang membangun personal relevance

dengan berinisiatif mengirimkan info mengenai promo penjualan dan membangun

kepercayaan konsumen untuk selalu mengikuti perkembangan produk melalui

media sosial yaitu fanpage FacebookSamsung Mobile Indonesia yang memiliki

like 1.942.391 pengguna aktif di Indonesia. Sedangkan untuk Twitter

@Samsung_ID memiliki follower aktif 791.000 orang. Selain itu Samsung

memiliki follower Instagram @Samsung_ID sebesar 35.113 pengguna. Samsung

juga aktif di media sosial seperti Youtube dan Line dengan user name Samsung

Mobile ID. Para pengguna smartphone Samsung yang disebut Samsung sebagai

Galaxian saling melakukan umpan balik untuk memperoleh dan memberikan

informasi mengenai Samsung. Hubungan horizontal harus dibangun oleh produsen

smartphone dengan tidak hanya ramah dalam berkomunikasi dan memahami topik

(22)

20 langsung dalam umpan balik terhadap konsumen yang mana hal tersebut jarang

sekali terlihat di akun media sosial beberapa merek smartphone. Interactivity yang

baik juga dapat dibentuk oleh Oppo sebagai merek baru smartphone yang hadir di

Indonesia. Meskipun baru memasuki pasar di Indonesia Oppo mampu merebut

perhatian pengguna media sosial untuk saling berinteraksi memberikan komentar

akan kepuasannya dengan Oppo di Fanpage Facebook Oppo Indonesia yang

memiliki likes sebanyak 830.994 pengguna, 221.000 follower di Twitternya

@OPPOIndonesia, dan 17.182 follower di Instagramnya @oppoindonesia.

Intensitas - interaksi yang dibentuk Oppo terbilang sering dengan adanya quiz

berhashtag#OPPOBatikSelfie,#UntungPakeFind7,#HandyDesignRotatingCamera,

#indeFUNdence, dan hastag lain yang berhadiah smartphone Oppo atau voucher.

Namun , interactivity yang utama adalah kesigapan produsen smartphone dalam

menganggapi pertanyaan dan komentar konsumen di media sosial, yang mana hal

tersebut belum optimal dilakukan. Faktor lain yang mempengaruhi seseorang

terhadap promosi di media sosial adalah message yaitu isi pesan, format pesan,

dan struktur pesan. Sebagai contoh iphone yang lebih memilih berpromosi melalui

Youtube dengan subscribers aktif berjumlah 2.264.990 dan total view 84.598.682

untuk seluruh video yang diposting. Dapat dilihat bahwa iphone lebih

mengungguli dalam hal visualisasi pesan yang di posting melalui Youtube.

Dengan durasi video yang singkat dan mudah dipahami dapat meraih perhatian

konsumen dalam membentuk preferensinya. Faktor terakhir adalah brand

(23)

21 yang gencar dengan aplikasi instant messagingnya Blackberry Messanger atau

yang biasa disebut BBM. Agar tidak kehilangan pangsa pasarnya Blackberry

mulai menyadari pentingnya penggunaan media sosial untuk berpromosi. Para

konsumen yang telah menggunakan Blackberry pun banyak yang mengikuti info

terbaru mengenai Blackberry melalui fanpage Facebooknya BlackBerry yang

dilikes oleh 30.491.020 pengguna dan Twitter @BlackBerryID difollow oleh

533.000 pengguna.

Pengguna smartphone sendiri merata dari kota besar hingga kota kecil di

seluruh daerah yang ada di Indonesia. Di Sumatera Utara sendiri khususnya Kota

Medan, jual beli smartphone lebih banyak dilakukan di Plaza Millenium atau yang

sekarang disebut Millenium ICT Centre Medan. Millenium ICT Centre memiliki 5

lantai yang 80% tokonya menjual handphone dan smartphone dengan berbagai

merek dan harga.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Promosi Melalui Media Sosial Terhadap

(24)

22

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah promosi melalui media sosial yang terdiri dari personal

relevance, interactivity, message, dan brand familiarity berpengaruh

positif dan signifikan terhadap preferensi konsumen dalam membeli

produk smartphone pada pengunjung Millenium ICT Centre Medan ?

2. Apakah promosi melalui media sosial yang terdiri dari personal

relevance, interactivity, message, brand familiarity, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap minat beli produk smartphone pada pengunjung

Millenium ICT Centre Medan ?

3. Apakah preferensi konsumen yang telah dipengaruhi poromosi melalui

media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli produk

smartphone pada pengunjung Millenium ICT Centre Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh promosi melalui media

sosial yang terdiri dari personal relevance, interactivity, message, dan

brand familiarity terhadap preferensi konsumen dalam membeli produk

smartphone pada pengunjung Millenium ICT Centre Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh promosi melalui media

sosial yang terdiri dari personal relevance, interactivity, message, brand

familiarity terhadap minat beli produk smartphone pada pengunjung

(25)

23 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh preferensi konsumen yang

telah dipengaruhi promosi melalui media sosial terhadap minat beli produk

smartphone pada pengunjung Millenium ICT Centre Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Konsumen

Sebagai informasi untuk mengetahui sejauh mana preferensi konsumen

dan minat beli mereka terhadap produk smartphone dipengaruhi oleh

promosi melalui media sosial.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai informasi untuk mengetahui sejauh mana promosi melalui media

sosial terhadap berpengaruh terhadap preferensi konsumen dan minat beli.

c. Bagi Peneliti

Menambah informasi dan ilmu pengetahuan mengenai hubungan promosi

melalui media sosial terhadap preferensi konsumen dan minat beli.

d. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan referensi perbandingan bagi peneliti yang akan melakukan

(26)

24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Uraian Teoritis

3.1.1 Zero Moment of Truth (ZMOT)

Pada beberapa dekade yang lalu kita mengenal momen dalam proses

pembelian yang disebut First Moment of Truth dan Second Moment of Truth.

Momen tersebut terjadi setelah pemberian stimulus atau promosi melalui beberapa

media tradisional seperti media cetak dan media elektronik. Namun, seiring

dengan perkembangan teknologi dan informasi konsumen semakin dimudahkan

dalam proses pembelian suatu produk. Stimulus pun mengubah pemberhentian

konsumen untuk langsung ke rak di mana produk dijual menjadi suatu proses

pencarian yang lebih mendalam dan dikenal sebagai Zero Moment of Truth.

Berikut adalah gambar the traditional 3-step mental mode dan the new mental

model of marketing :

Gambar 2.1

The Traditional 3-Step Mental Mode

(27)

25 Pada gambar tersebut menunjukkan setelah konsumen mendapatkan

stimulus berupa promosi atau iklan melalui media cetak dan elektronik, konsumen

akan mengalami First Moment of Truth dimana mereka akan mendatangi rak – rak

yang menjual produk yang dipromosikan melalui stimulus. Rak – rak yang

menjual produk pun harus didesain dan ditata semenarik mungkin, tidak hanya itu,

segala kegiatan yang berkaitan dengan promosi harus direncanakan dengan baik

agar dapat meyakinkan konsumen dan memenuhi target penjualan. Di tahap

terakhir, konsumen akan melakukan keputusan pembelian setelah mengevaluasi

produk dan kemudian mengalami Second Moment of Truth dimana momen

tersebut adalah momen pengalaman mereka menggunakan produk.

Gambar 2.2

The New Mental Model of Marketing

(28)

26 Pada gambar tersebut dapat dilihat, setelah stimulus diberikan ada momen

dimana konsumen sungguh – sungguh mencari informasi dan mengevaluasi

stimulus yang telah diberikan. Seiring dengan banyaknya merek yang beredar di

pasar, ZMOT membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan dalam

membeli dan bahkan memunculkan banyak preferensi. Sebagai contoh, seorang

ibu muda yang sedang menonton reality show di TV melihat iklan lensa kontak

yang menjaga mata agar tetap lembab, sesaat kemudian ia tertarik karena dirinya

tidak menyukai tampilannya menggunakan kacamata. Pada hari berikutnya ibu

muda tersebut pergi ke optik, di toko tersebut ia mendapat beberapa penjelasan

dan promosi produk lainnya. Namun ia menanyakan produk yang iklannya ia lihat

di TV dan akhirnya pun membelinya. Sesampainya di rumah, ibu muda tersebut

memakai lensa kontak tersebut dan menyukai penampilan barunya. Kenyataan

yang terlihat pada saat ini, ibu muda tersebut masih menonton reality show dan

melihat iklan yang membuatnya tertarik. Sebelum pergi ke optik, ia meraih

smartphonenya dan mencari merek dari iklan lensa kontak yang dilihatnya.

Kemudian ibu muda tersebut menemukan ulasan, video, situs merek saingan, dan

bahkan iklan alternatif lain yang menawarkan operasi laser untuk mata. Setelah itu

ia membaca dan membandingkan pilihan yang tersedia dan memposting di

facebook menyakan teman – teman lain apakah pernah menggunakan merek –

merek yang menjadi pilihannya. Setelah mendapatkan cukup informasi akhirnya

pun ibu muda tersebut menentukan pilihannya pada satu merek dan barulah ia

(29)

27 membuat pilihan dan pemasar harus semakin kreatif dalam mengantarkan

informasi mengenai produk kepada konsumen.

Menurut Lecinski dan Flint (2011 : 8) Zero Moment of Truth adalah

momen dimana seseorang meraih laptop, tablet, mobile phone dan perangkat lain

dengan jaringan internet untuk memahami suatu produk dan jasa yang akan dicoba

dan dibelinya. Zero Moment of Truth atau yang biasa disebut ZMOT dapat

berbentuk pencarian informasi mengenai produk melalui search engine, opini

keluarga, teman, dan kolega, website yang mengulas tentang perbandingan

beberapa merek dan produk, blog online yang merangkum pesan dalam forum,

website resmi dari suatu produk dan pengecer, media sosial, dan situs online video

sharing.

Lecinski dan Flint (2011 : 26) mengatakan, ZMOT memiliki beberapa

bentuk motivasi pada seseorang yang sedang online. Pemicu klasik ZMOT

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pencarian dan berbagi ide – ide baru

Dengan berbagai macam mesin pencarian seperti Google, konsumen kini

memiliki lebih banyak pilihan mengenai suatu produk yang akan dibelinya.

Konsumen bahkan lebih terinspirasi dengan banyaknya ulasan mengenai

suatu produk yang akan menjadi pilihannya sebelum mereka memutuskan

(30)

28 2. Persiapan tawar menawar

Sebelum konsumen memutuskan untuk pergi ke toko dan membeli, mereka

akan mengumpulkan informasi mengenai produk tersebut dengan

mencarinya secara online. Tahap pertama mereka akan mencari produk

yang benar – benar mereka butuhkan dengan spesifikasinya, tahap kedua

mereka akan mencari rating atau penilaian dari beberapa konsumen

terdahulu mengenai produk tersebut, dan tahap ketiga mereka akan

membandingkan produk yang akan mereka pilih dengan produk yang lain.

Mereka juga mencari beberapa penawaran yang diberikan online retailer,

dengan informasi penawaran tersebut mereka dapat membandingkannya

dengan toko yang mereka kunjungi.

3. Penemuan harga dan toko

Konsumen mencari informasi yang terkait dengan harga seperti kupon dan

diskon dalam ZMOT. Dengan menggunakan mobile phonenya konsumen

mencari harga terbaik, menyusun daftar belanja, dan menemukan toko

yang menjual produk yang mereka inginkan. Semua hal tersebut terkait

dengan pembuatan keputusan yang tepat dalam menghemat waktu dan

uang.

4. Membuat pilihan tepat secara cepat

ZMOT membuat seorang konsumen memutuskan pembelian secara tepat

(31)

29 suatu produk dan berbagai informasi terkait dengan produk dapat diperoleh

konsumen dengan mudah.

Zero Moment of Truth merupakan sebuah konsep pemasaran yang

mengacu pada keputusan pembelian pelanggan dan tidak terjadi dengan

sendirinya. Pada teori ini konsumen yang ditargetkan bukanlah konsumen yang

dipengaruhi oleh iklan suatu produk, brand atau layanan, melainkan model

konsumen yang secara aktif mencari informasi mengenai pandangan dan bahkan

mengambil andil dalam berbagai forum mengenai suatu produk yang diminatinya.

Aktivitas inilah yang menjadi dasar ZMOT dan semestinya perusahaan cukup jeli

pada tahap ini, agar dapat memahami dan membimbing keputusan pelanggan

tersebut.

3.1.2 Promosi

Kegiatan promosi adalah salah satu bagian dari bauran pemasaran

perusahaan, yang isinya memberikan informasi kepada masyarakat dan konsumen

tentang produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Tidak hanya itu, kegiatan

promosi merupakan kegiatan komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan

atau konsumen (Basir, 2010).

Secara klasik promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan

untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke target pasar

(Kotler, 2004 : 114). Pengertian promosi menurut Saladin, Oesman (2006 : 123)

(32)

30 merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal

menjadi mengenal sehingga jadi membeli dan mengingat produk tersebut.

Sedangkan menurut Alma (2006 : 179) promosi adalah sejenis komunikasi

yang memberi penjelasan dan meyakinkan calon konsumen mengenai barang dan

jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, dan

meyakinkan calon konsumen. Menurut Tjiptono (2008) tujuan utama dari promosi

adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan

pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.

a. Menginformasikan (informing): pemasar melakukan promosi bertujuan

untuk menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru,

menginformasikan cara pemakaian yang baru dari suatu produk,

menginformasikan perubahan harga, menginformasikan cara kerja suatu

produk, menginformasikan jasa – jasa yang disediakan oleh perusahaan,

meluruskan kesan yang keliru dan dapat membangun citra perusahaan.

b. Membujuk pelanggan sasaran (persuading): pemasar memanfaatkan

promosi untuk membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek

tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut merek, mendorong

pembeli untuk membeli saat itu juga, dan mendorong untuk menerima

kunjungan wiraniaga.

c. Mengingatkan (reminding): promosi juga bertujuan untuk mengingatkan

kembali bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat,

(33)

31 produk, membuat konsumen tetap ingat walaupun tidak ada kampanye

pembeli, dan menjaga agar ingat pertama pembeli jatuh pada produk

perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan suatu bentuk proses

penyampaian informasi yang mengenalkan suatu produk kepada konsumen untuk

mempengaruhi, menumbuhkan minat beli konsumen, dan membuat konsumen

mengambil keputusan pembelian produk tersebut. Perusahaan perlu merancang

kegitan promosi yang tepat sasaran agar produk dikenal dengan baik dan

penjualan produk dapat meningkat. Dalam promosi, terdapat beberapa unsur yang

mendukung jalannya sebuah promosi tersebut yang biasa disebut bauran promosi.

3.1.2.1 Bauran Promosi

Bauran promosi menurut Kotler dan Amstrong (2008 : 116) merupakan

paduan spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan

personal, dan saran pemasaran langsung yang digunakan perusahaan utnuk

mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan

pelanggan. Definisi lima sarana promosi utama adalah sebagai berikut :

1. Periklanan

Semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang,

(34)

32 2. Promosi penjualan

Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan

produk atau jasa.

3. Hubungan masyarakat

Membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk

mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan

yang baik, dan menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian

tidak menyenangkan.

4. Penjualan personal

Presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan

menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan.

5. Pemasaran langsung

Hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan

secara cermat untuk memperoleh respons segera dan membangun

hubungan pelanggan yang langgeng.

3.1.3 Promosi Melalui Media Sosial

Ketika mendiskusikan tentang promosi dan strategi pemasaran saat ini,

tidak lengkap rasanya jika tidak mempertimbangkan penggunaan media sosial.

Revolusi media sosial telah mengubah lanskap komunikasi dan memberikan

pengaruh yang signifikan dalam komunikasi pemasaran. Kenyataan komunikasi

(35)

33 perusahaan sebagaimana keputusan pembelian konsumen semakin meningkat

dengan adanya interaksi di media sosial.

Media sosial adalah sebuah platform komunikasi di mana anggota

kelompok bersosialisasi dan berbagi informasi. Definisi media sosial menurut

Kietzmann, dkk (2011) adalah teknologi berbasis web dan mobile yang diciptakan

untuk platform interaktif tinggi melalui individu dan komunitas yang saling

berbagi, berdiskusi, co-create, dan mengubah content yang dihasilkan pengguna.

Menurut Hoffman, Fordor (2010) ada delapan aplikasi berbeda dari sosial media

yaitu Blog seperti blogspot dan wordpress, Microblog seperti Twitter, Cocreation

seperi NIKEid, Social bookmarking seperti StumbleUpon, Forum and discussion

boards seperti Google Group dan Kaskus , Product review seperti Amazon ,

Social networks seperti Facebook, LinkedIn dan Google+, Video and

Photosharing seperti Youtube dan Instagram.

Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, tidak hanya pengguna

social networkers individual, namun perusahaan bisnis dan organisasi

pemerintahan juga menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi. Melalui

penggunaan media sosial, memungkinan untuk aktivitas pemasaran terintegrasi

dengan usaha dan biaya yang lebih rendah dari sebelumnya (Kim, Ko : 2011).

Kartajaya (2010 : 65) berpendapat bahwa, pola komunikasi pada internet

berbasis media sosial bersifat horizontal. Konsumen lebih mempercayai informasi

yang diberikan oleh konsumen lain dibandingkan dengan bentuk komunikasi

(36)

34 358-359) berpendapat bahwa media sosial merupakan elemen dari bauran

promosi. Pertama, dalam pengertian tradisional perusahaan dapat berbicara

dengan pelanggan mereka. Kedua, pengertian non tradisional pelanggan dapat

berkomunikasi langsung satu sama lain. Media interaktif ini memberikan dampak

bagi pemasaran di internet dimana dapat merubah cara perusahaan dalam

mendesain dan melaksanakan strategi pemasaran serta berpengaruh pada program

komunikasi pemasaran. Berikut adalah gambar mengenai pardigma baru dalam

dunia komunikasi bauran pemasaran :

Gambar 2.3

The New Communication Paradigm

Sumber: Mangold dan Faulds, (2009 : 360)

Pada gambar 2.3 Mangold dan Faulds memberikan pandangan mengenai

(37)

35 menggunakan jasa agensi iklan, marketing research, dan public relation dalam

menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran melalui sales promotion,

perikalanan, public relation, personal selling, dan direct marketing. Paradigma

baru ini, media sosial merupakan bauran promosi dimana informasi tentang

produk dan jasa berasal dari pasar. Informasi ini merupakan pengalaman dari

individu yang disalurkan melalui promosi campuran tradisional. Pemasar harus

menyadari perkembangan konsumen yang menggunakan media sosial. Bentuk

komunikasi melalui media sosial, yaitu komunikasi dan interaksi yang dilakukan

konsumen dengan konsumen lainnya. Organisasi atau perusahaan harus

menggunakan sarana media sosial untuk menjalin keterikatan dengan konsumen.

Selain itu perusahaan menjaga loyalitas konsumen dengan ikut terlibat dalam

promosi menggunakan media sosial. Dalam penggunaan media sosial, konsumen

lebih mempercayai rekomendasi orang lain dalam keputusan pembelian

Promosi melalui media sosial dapat diartikan sebagai bentuk lain dari

bauran promosi yang mencakup segala bentuk komunikasi tentang sebuah

organisasi, produk, jasa, atau ide yang menggunakan media sosial sebagai

medianya. Untuk mengukur tingkat efektifitas promosi melalui media sosial dapat

digunakan Model AIDA (awareness, interest, desire, action). Model AIDA adalah

salah satu model hirarki respon yang cukup populer bagi pemasar sebagai

pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. AIDA menggambarkan

sebuah tahapan yang menggambarkan sebuah proses calon pelanggan potensial

(38)

36 Berikut tahap - tahap dari proses respon model AIDA menurut Shah dan

D’souza (2009:189-192) :

1. Kesadaran (awareness)

Pada tahap awal, sebagian besar target audiens tidak menyadari produk

atau merek dan oleh sebab itu tujuan komunikator adalah membangun

kesadaran, mungkin hanya sebuah pengakuan nama dengan pesan

sederhana yang mengulangi nama merk, atau memberikan informasi dasar

tentang produk. Dalam kategori produk yang relatif baru, fungsi asumsi ini

penting dimaksimalkan.

2. Ketertarikan (Interest)

Pada tahap ini, konsumen lulus dari kesadaran tentang produk kemudian

tertarik dengan produk tersebut. Pemasar perlu mengetahui apa yang

konsumen rasakan tentang produk mereka. Apakah produk tersebut

dibuang? Apakah mereka menyukainya ? Apakah mereka menemukan hal

yang cukup menarik? Minat terhadap produk dapat dibuat dengan

menunjukan beberapa fitur unik dari produk, menunjukkan cara kerjanya,

menyajikan iklan yang menghibur, menggunakan selebriti populer dll.

3. Keinginan (Desire)

Tidaklah cukup hanya membangun minat pada produk. Setelah target

audiens menyadari tentang produk dan tertarik, fungsi iklan adalah untuk

(39)

37 menciptakan keinginan dan preferensi untuk produk yang diiklankan.

Keinginan dapat dibangun dengan menunjukkan bagaimana produk

memenuhi kebutuhan spesifik konsumen dan dengan kreatif melakukan

promosi yang berkualitas, nilai dan fitur penting lainnya.

4. Tindakan (Action)

Iklan belum memainkan bagiannya sampai mereka telah mencapai tujuan

mereka yaitu mendorong target audiens untuk melakukan tindakan. Dalam

kebanyakan kasus, tindakan yang diinginkan adalah mendorong konsumen

untuk membeli, tetapi dalam kasus tertentu juga bisa untuk menghasilkan

pertanyaan, menyebabkan kunjungan ritel, menunjukkan partisipasi dalam

promosi dll. Iklan yang membangun merek atau citra, tidak akan langsung

mendapatkan tindakan untuk pembelian, tetapi akan menciptakan

preferensi dan keinginan yang pada akhirnya akan menghasilkan

pembelian. Hal ini merupakan strategi jangka panjang. Di sisi lain,

pembicaraan atau promosi iklan langsung melalui penawaran insentif

kepada konsumen jika mereka langsung membeli produk, hal ini

merupakan strategi jangka pendek.

Selain itu, Blumer dan Katz dalam Teori Uses and Gratifications

(kegunaan dan kepuasan) menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran

aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain,

(40)

38

and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif

untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2007 : 191). Teori uses and

gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah

bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya ialah khalayak

yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus

(Effendy,2003 : 289).

2.1.4 Personal Relevance

Dalam penggunaan media sosial sebagai media promosi, akun media sosial

brand mewakili identitas dari merek tersebut. Untuk itu brand perlu membangun

hubungan personal dengan konsumen dan memperhatikan konten yang relevan

terhadap konsumen. Dikutip dari

menumbuhkan personal relevance adalah setiap kali posting di halaman sendiri

maupun orang lain seperti fan page atau grup gunakanlah kata-kata yang menarik

dan lebih menjual. Kata-kata yang sedang jadi tren bisa digunakan untuk membuat

pengunjung merasa tertarik dengan informasi yang disampaikan. Produsen tidak

harus terpaku pada produk milik sendiri. Tulis berbagai tips dan trik yang masih

berkaitan dengan bisnis tersebut. Itu akan lebih menarik orang untuk membaca

serta bermanfaat, sehingga mereka akan berpikir setiap posting yang disampaikan

memiliki nilai yang positif dan berguna. Hubungan personal yang dibangun

(41)

39

relevance berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dalam mengambil

keputusan. Menurut Ronomenggolo (2013)Indikator personal relevance yaitu:

1. Initiative: adanya tindakan inisiatif untuk membangun hubungan dengan

konsumen dalam media sosial. Salah satu bentuk inisiatif tersebut adalah

tidak hanya dengan menyapa konsumen di media sosial, tapi juga

memberikan informasi lengkap tentang produk, membahas topik terkini

yang terkait dengan konsumen sasaran.

2.Trust: membangun kepercayaan konsumen untuk selalu mengikuti

perkembangan terbaru mengenai produk melalui media sosial.

3.Relationship: memiliki hubungan horizontal atau dua arah dengan

konsumen. Dalam hal ini konsumen diberi kesempatan untuk

menyampaikan umpan balik terhadap informasi yang disampaikan

produsen.

2.1.5 Interactivity

Interactivity adalah karakteristik alat penghubung berupa interaksi antara

produsen dan konsumen yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap

informasi (Ronomenggolo, 2013). Untuk memudahkan konsumen menemukan

topik pembicaraan dan saling berinteraksi melalui media sosial, produsen dapat

menggunakan tagar (#) dalam setiap pesannya. Penggunaan tagar (#) atau lebih

dikenal dengan hashtag awalnya hanya dikenal di Twitter. Seiring dengan

kompetisi antar pengembang situs jejaring sosial maka hampir sebagian media

(42)

40 untuk hashtag memudahkan produk ditemukan orang berdasarkan pencarian

melalui tagar. Kesimpulannya setiap membuat konten di situs jejaring sosial

pastikan gunakan tagar/hashtag yang ada kaitannya. Selain itu, setiap konten yang

diposting melalui media sosial pasti sering mendapatkan komentar. Jangan biarkan

pengunjung yang berkomentar itu dibiarkan begitu saja. Sebaiknya di respon

secara baik dan komunikatif agar pengunjung merasa diperhatikan. Meskipun

terdapat komentar negatif, namun produsen tetap harus merespon itu dengan

positif secara cerdas dan bijaksana. Keuntungan dengan selalu aktif dalam

berkomunikasi melalui media sosial akan membuat orang berpikir bahwa brand

adalah seorang yang ramah dan memiliki perhatian lebih. Ketika orang merasa

nyaman dengan cara berkomunikasi yang digunakan maka akan mendapatkan

respon positif dan nilai lebih (www.inginbisnis.com). Dalam hal ini interaksi

terjadi secara online atau melalui media sosial. Indikator interactivity yaitu :

1. Komunikasi : membangun komunikasi dengan konsumen menanggapi

pertanyaan , keluhan, dan apresiasi kepuasan konsumen terhadap produk.

2. Intensitas interaksi: mengajak konsumen berinteraksi dengan postingan

yang selalu update di media sosial dan sering membuat quiz dan games

interaktif.

3. Interaksi pasca pembelian : merepost tanggapan dan kepuasan

konsumen terhadap produk di media sosial.

(43)

41 Faktor messsage atau pesan sangat penting dalam pembuatan sebuah iklan

internet. Dalam promosi melalui media sosial message adalah informasi berupa

pesan mengenai produk yang dapat menarik perhatian konsumen. Bahkan

beberapa marketer berusaha sebaik mungkin untuk bisa membuat iklan internet

yang bernilai entertainment agar dapat menarik perhatian konsumen

(Ronomenggolo, 2013). Mengisi konten di media sosial tidak hanya dalam bentuk

tulisan saja. Jika sering menggunakan teks maka orang akan cepat jenuh bahkan

tidak peduli pada informasi yang disampaikan tersebut. Maksimalkan usaha dalam

promosi dengan menggunakan media gambar maupun video. Hal itu untuk lebih

menarik audiens/pembaca untuk bisa lebih mengerti tentang maksud yang

disampaikan. Selain itu juga secara psikologis orang akan merasa penasaran

sehingga menimbulkan keingintahuan lebih dalam terhadap produk yang

ditawarkan. Tambahan lain adalah gunakan gambar (image) besar dengan ukuran

kecil. Maksudnya adalah ketika orang membuka posting yang ada gambarnya

loadingnya bisa cepat. Seperti yang ada dalam kenyataan di negara kita bahwa

kualitas internet masih kurang baik. Oleh sebab itu buatlah nyaman pengunjung

dengan memperpendek waktu loading ketika membuka postingan yang ada

gambarnya di media sosial. Ukuran wajar antara 100 hingga 200-an Kb untuk tiap

file gambar yang akan di unggah (www.inginbisnis.com). Indikator message

dalam promosi melalui media sosial adalah :

1. Isi Pesan : pemasar harus menemukan daya tarik atau tema yang akan

(44)

42 emosional, dan moral. Tema rasional berhubungan dengan minat pribadi

konsumen. Tema emosional membangkitkan emosi negative dan positif

yang dapat memotivasi pembelian. Tema moral melatih kepekaan

konsumen tentang apa yang “benar” dan “layak” (Kotler dan Amstrong,

2008 : 125).

2. Struktur pesan : susunan pokok-pokok gagasan yang menyatu menjadi

satu kesatuan pesan yang utuh. Untuk merancang struktur pesan harus

memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan tujuan

komunikator (Massofa, 2008).

3. Format pesan : format yang berisikan pokok berita, kalimat-kalimat,

ilustrasi dan warnanya. Untuk menarik perhatian, pengiklan bisa

menggunakan cara baru dan kontras ; gambar dan kalimat yang menarik;

format berbeda; ukuran dan posisi pesan; serta warna, bentuk, dan gerakan

(Kotler dan Amstrong, 2008 : 127).

2.1.7 Brand familiarity

Brand Familiarity mengacu pada sejauh mana konsumen mememiliki

kedekatan langsung maupun tidak langsung dengan merek (Kent dan Allen, 1994).

Konsep ini merupakan konstruk multi – dimensi yang berkaitan dengan berbagai

pengalaman yang dimiliki konsumen dengan merek. Sebuah merek dikatakan

memiliki kedekatan yang tinggi apabila konsumen mengenal dengan baik

(45)

43 rendah bila konsumen tidak mengenal dengan baik (unfamiliar) merek tersebut

(Kusumasondjaja, 2014). Tingkat pengenalan merek memiliki implikasi yang

sangat berarti bagi konsumen. Misalnya, saaat berhadapan dengan informasi

tentang produk, konsumen cenderung melakukan proses kognitif lebih intensif dan

menilai kelayakan strategi iklan untuk merek yang kurang dikenal (Campbell dan

Kirmani, 2000). Merupakan ukuran kedekatan konsumen pada brand dimana

sebuah brand yang cukup dikenal akan mendapat respon positif dibandingkan

brand baru (Ronomenggolo, 2013). Indikator brand familiarity adalah sebagai

berikut :

1. well known : kehadiran sebuah brand yang sudah dikenal akan langsung

berpengaruh terhadap pola pandang orang terhadap suatu produk atau jasa.

Bila orang melihat brand yang sudah sangat terkenal, merek akan langsung

mengaitkannya dengan kualitas terbaik, eksklusif, dan mahal (Tybots dan

Calkins, 2005 : 2).

2. asosiasi merek : segala sesuatu yang muncul dan terkait dengan ingatan

konsumen mengenai suatu merek (Tjiptono, 2005 : 40).

3. ciri khas yang membedakan produk : dalam hal ini brand memiliki ciri khas

atau hal yang membedakannya dengan produk dari brand lain, dapat meliputi

design produk dan keunggulan dari fitur produk.

(46)

44 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006 : 894) preferensi adalah

pilihan, kesukaan, kecendrungan, atau hal yang didahulukan, diprioritaskan, dan

diutamakan daripada yang lain. Jadi preferensi konsumen adalah kecendrungan

seseorang dalam memilih penggunaaan barang tertentu untuk dirasakan dan

dinikmati. Sehingga dapat mencapai kepuasan dari pemakaian produk. Menurut

Simamora (2003 : 87) preferensi berasal dari kata prefer adalah kecendrungan atau

kesukaan seseorang untuk memilih sesuatu. Preferensi ini dapat terbentuk melalui

pola pikir konsumen yang didasarkan beberapa alasan antara lain :

a. Pengalaman yang diperoleh sebelumnya

Konsumen merasakan kepuasan dan kecocokan dalam mengkonsumsi

produk yang dibeli. Sehingga konsumen akan terus menggunakan merek

produk itu.

b. Kepercayaan turun menurun

Kebiasaan keluarga menggunakan produk tersebut, setia terhadap produk

yang digunakannya, karena merasakan manfaat akan produk yang dibeli.

2.1.8.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen

Preferensi konsumen dipengaruhi oleh banyak produk yang sama

dikeluarkan oleh perusahaan pesaing sehingga konsumen melakukan penyeleksian

untuk menentukan pilihan, faktor yang diseleksi tersebut antara lain

(Rahayuningsih, 2008) :

(47)

45 b. Masing – masing produk memberikan ciri khas yang berbeda dari

produk pesaing, sehingga memberikan pilihan tersendiri bagi

konsumen.

c. Kemasan yang unik dapat mempengaruhi konsumen untuk menentukan

pilihan, produk, yang pada akhirnya menyukai dan membelinya.

2.1.8.2 Langkah – langkah dalam membentuk preferensi konsumen

Menurut Lilien, dkk (2003 : 88), ada beberapa langkah yang harus dilalui

sampai konsumen membentuk preferensi, diantaranya :

a. Konsumen melihat produk sebagai sekumpulan aribut

Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang

atribut apa yang relevan.

Contoh : sekaleng susu instan memiliki sekumpulan atribut yang terdiri

dari rasa, kandungan gizi, harga, ukuran, dan reputasi.

b. Tingkat kepentingan atribut berbeda – beda sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan

Konsumen memiliki penekanan yang berbeda – beda dalam menilai

atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya belinya terbatas,

kemungkinan besar akan memperhitungkan atribut harga sebagai yang

utama.

c. Sejumlah kepercayaan terhap merek. Konsumen mengembangkan

(48)

46 Misalnya sejumlah kepercayaan terhadap susu Dancow Instant yang

antara lain : rasa enak, harga terjangkau, mutu terjamin.

d. Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai

dengan perbedaan atribut

Misalnya seseorang menginginkan besarnya gambar dari televisi. Maka

kepuasan tinggi akan diperoleh dari televise paling besar, dan kepuasan

terendah dari televise paling kecil.

e. Konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda

melalui prosedur evaluasi. Proses evaluasi yang dimaksud adalah

aturan compensatory dan non compensatory.

2.1.9 Minat Beli

Minat beli merupakan sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan

sikap, individu yang berminat terhadap suatu objek akan memiliki kekuatan dan

dorongan melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan

objek tersebut. Minat beli merupakan kelanjutan perhatian yang merupakan titik

tolak kelanjutan timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan.

Minat muncul akibat adanya stimulus positif yang menimbulkan motivasi

(Simamora, 2002:131).

Menurut Durianto, dkk (2003:104) minat beli adalah sesuatu yang

berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta

berapa banyak unit yang dibutuhkan pada periode tertentu. Minat beli adalah

(49)

47 produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan minat sangat diperlukan para

pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk

memprediksikan penolakan konsumen di masa mendatang. Minat terbentuk dari

sikap konsumen terhadap produk dan keyakinan konsumen terhadap kualitas

produk. Semakin rendah keyakinan konsumen akan produk dapat menyebabkan

turunnya minat beli konsumen. Menurut Evans (2008 : 39) secara klasik

pembelian konsumen terbentuk dari beberapa unsur yaitu :

1. Kesadaran, konsumen sadar akan kebutuhan suatu produk sehingga

berniat untuk mencari informasi

2. Pertimbangan, konsumen mempertimbangkan dari sekian banyak

alternatif untuk dijadikan pilihan

3. Pembelian, proses yang mengarah dari kesadaran melalui

pertimbangan untuk membeli produk berdasarkan alternative pilihan.

Minat beli juga dipengaruhi oleh integrated marketing communication

(komunikasi pemasaran terpadu) yaitu strategi bisnis yang digunakan untuk

merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program –

program komunikasi merek yang terkoordinasi, terukur, dan persuasif untuk

jangka waktu tertentu, dengan konsumen, pelanggan, calon konsumen, dan

sasaran lainnya (Wenats, dkk, 2012 : 9). Integrated Marketing Communication

memberikan dampak kepada konsumen yaitu pembelian melalui model 6 sisi

permukaan berlian. Dalam model ini, efek integrated marketing communication

(50)

48 membuat model ini digambarkan sebagai enam sisi permukaan berlian, di mana

sisi itu secara bersama – sama memberi dampak kepada khalayak (Wenats, dkk,

2012 : 67). Keenam aspek itu adalah sebagai berikut :

1. Perception: aspek perceptual dari khalayak, dimana mereka menerima

terpaan (melihat mendengar) pesan yang disampaikan dan memberikan

pemaknaan terhadap pesan tersebut.

2. Emotion: aspek emosional dari khalayak, saat khalayak merasakan

emosi tertentu, seperti perasaan suka, semangat sebagai akibat pesan

yang disampaikan.

3. Cognition: aspek rasional dari khalayak, saat mempelajari, memahami,

dan mengevaluasi informasi yang diterimanya dari pesan yang

disampaikan.

4. Association: aspek citra yang dimiliki khalayak terhadap merek, yaitu

pengaitan yang dibuat khalayak atas merek dengan karakteristik, atau

kualitas – kualitas tertentu dari suatu produk.

5. Persuation: aspek sikap dan keyakinan dari khalayak, yaitu

pembentukan atau perubahan sikap/keyakinan tertentu dari khalayak

sebagai efek dari pesan yang disampaikan.

6. Behaviour: aspek tindakan atau perilaku, yang meliputi segala bentuk

tindakan yang dilakukan atas suatu produk sebagai efek dari pesan

(51)

49 penyimpanan ingatan akan merek dalam memori untuk digunakan saat

momen pembelian berlangsung.

Menurut Ferdinand (2002, 129), minat beli dapat diidentifikasi melalui

indikator-indikator sebagai berikut:

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli

produk.

b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan

produk kepada orang lain.

c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang

yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya

dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.

d. Minta eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang

selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari

informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut

2.1.10 Preferensi Konsumen dan Minat beli di Era Media Sosial

Berkembangnya Zero Moment of Truth membuat peran media sosial

sebagai salah satu sumber informasi dalam pencarian preferensi konsumen

meningkat. Seiring dengan perkembangan zaman, minat beli konsumen banyak

dipengaruhi oleh teknologi. Dimulai dengan munculnya teknologi Web 2.0 yaitu

(52)

50 berbagi ide, memilih yang disukai, dan merekomendasikan sesuatu kepada orang

lain (Evans dan McKee, 2010 : 4). Untuk memenuhi pola baru konsumsi

konsumen, maka pemasar mengembangkan suatu model marketing

communication untuk mempengaruhi konsumsi dari khalayak. Model yang

dibentuk untuk menjawab pola konsumsi serta marketing communication

memberikan dampak terhadap minat beli khalayak di era media baru yaitu sebagai

berikut (Wenats, dkk, 2012:69) :

1. Attention: perhatian khalayak terhadap iklan/pesan marketing

communication.

2. Interest: ketertatikan khalayak untuk mengetahui lebih jauh merek/

produk yang ditawarkan.

3. Search: aktivitas pencarian informasi, yang dilakukan konsumen atas

inisiatifnya sendiri dalam rangka mempelajari merek/produk lebh jauh.

Elemen ini khususnya menguat akibat munculnya media baru yang

memfasilitasi konsumen untuk menjelajahi informasi tentang produk di

internet, serta pergeseran pola konsumsi media oleh khalayak sendiri

yang kini lebih menyukai memiliki pilihan atas pesan dibandingkan

menerima secara pasif terpaan pesan yang dikirimkan kepadanya.

4. Action: tahap tindakan yang khususnya meliputi tindakan mengarah

pembelian produk oleh konsumen.

5. Share: tindakan dari khalayak untuk membagikan informasi dan

(53)

51 adalah elemen lain yang ditambahkan untuk mengakomodasi

pergeseran pola konsumsi khalayak atas media. Fitur media baru yang

memfasilitasi penggunanya untuk berbagi pikiran, ide, dan bahkan

gambar, turut memperkuat dilakukannya bentuk tindakan oleh

khalayak.

3.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan dilakukannya penelitian ini, penelitian – penelitian tersebut tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(54)

52 toko variasi 53 di bandingkan datang langsung ke toko nya Jihan

(55)

53 Berdasarkan penelitian terdahulu dari jurnal (Bennet, 2012) iklan online

melalui media sosial memberikan pilihan bagi kegiatan promosi dan pemasaran

meliputi banner, pengunggahan video, dan bulletin board. Penggunaan media

sosial berkontribusi secara signifikan pada promosi dan pemasaran barang dan

jasa yang lebih baik lagi. Dengan meningkatnya pengguna sosial media

perusahaan menyadari hal tersebut dapat dijadikan sebagai alat promosi dan

pemasaran yang lebih berguna secara efisien. Penelitian Hutter, dkk (2013)

menyatakan adanya interaksi pada media sosial memiliki efek positif bagi brand

awareness, aktivitas word of mouth, dan minat beli. Hal tersebut diukur melalui

model AIDA. Selain itu, variabel personal relevance, interactivity, message,

brand familiarity berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen dalam memilih produk online shop ROVCA. Variabel

interactivity merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap

keputusan pembelian konsumen (Ronomenggolo, 2013). Pada penelitian (Lutfiya,

2014) secara simultan variabel trust, easy of use, information quality, dan harga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian online pada

siswa siswi SMA Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka berpikir mengenai bagaimana suatu

teori berhubungan diantara berbagai faktor yang telah diidentifikasikan penting

terhadap masalah penelitian (Noor, 2011 : 76). Faktor yang diteliti dalam

(56)

54 lingkup dan pola hubungan serta sasaran yang akan dicapai dari penelitian ini,

yaitu promosi melalui media sosial, preferensi konsumen, dan minat beli.

Variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah promosi melalui media sosial

yaitu bentuk lain dari bauran promosi yang mencakup segala bentuk komunikasi

tentang sebuah organisasi, produk, jasa, atau ide yang menggunakan media sosial

sebagai medianya. Variabel ini memiliki sub variabel yang terdiri terdiri dari

personal relevance (X1), interactivity (X2), message (X3), dan brand familiarity

(X4)(Ronomenggolo, 2013). Variabel terikat yang pertama (Y1) dari penelitian ini

adalah preferensi konsumen yang meliputi sekumpulan atribut produk termasuk

spesifikasi dan harga, tingkat kepentingan atribut sesuai kebutuhan dan keinginan,

kepercayaan terhadap merek, dan kepuasan terhadap produk sesuai dengan atribut

(Lilien, dkk, 2003 : 88). Variabel terikat kedua (Y2) adalah minat beli yang

meliputi perhatian (attention), ketertarikan (interest), pencarian informasi

(search), tindakan (action), dan membagikan informasi (share) (Wenats, dkk,

2012 :69). Berikut merupakan kerangka konseptual yang saling menghubungkan

Referensi

Dokumen terkait

Arduino didefinisikan sebagai sebuah platform elektronik yang open source, berbasis pada software dan hardware yang fleksibel dan mudah digunakan, yang ditujukan untuk

No Peserta Nama Program Studi Kelas 1 1 A.17-B0007 MUHAMMAD YOLGA FARIDILLAH FATZA 41..

e) Tinggal satu balon yang tersisa, kemudian gunting balon karet tersebut dibagian mulutnya. f) Masukan pipa cabang yang sudah disumbat oleh balon ke dalam botol bekas yang telah

Dari latar belakang keluarga dan latar belakang pengetahuan yang ia pelajari, penulis berpendapat bahwa pola pemikiran Ibnu Khaldun sangat dipengaruhi oleh

Oleh sebab itu, sekatan bilateral Amerika Syarikat terhadap Myanmar perlu mempunyai penanda aras yang kukuh dalam perlonggaran sekatan seperti meratifikasi dan

Pada metode berbasis clustering dengan algoritma self-constructing clustering , langkah pertamanya yaitu pemberian label user , digunakan algoritma

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai dimensi, appearance, navigation, content, shopping process dalam persepsi user terhadap desain website eCommerce

Untuk kelompok siswa yang diajar menggunakan pendekatan pembelajaran Konvensional, hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang diberi bentuk tes uraian lebih kecil