HIDAYATUL UMAM
Oleh
Muniroh
108011000089
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
tiap detik kehidupan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan dalam segala hal, pada tiap detik kehidupan sebagai umat menuju cahaya Iman dan Islam.
Sebuah karya tulis yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui
Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam” telah penulis selesaikan dengan baik.
Banyak bantuan dan dukungan telah diperoleh dalam penyuunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada beberapa pihak :
1. Nurlena Rifa’i, Ph. D, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag , dan Marhamah Shaleh Lc, M.A, Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Fauzan, M.A., dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu
dan perhatiannya dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis.
4. Siti Khadijah, M.A., dosen Penasehat Akademik yang juga telah memberikan
nasehat, bimbingan dan arahannya.
5. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta staf yang telah memberikan penulis fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.
6. Seluruh dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada
penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah membesarkan, mendo’akan dengan ikhlas dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Azis Saputra Suami tercinta yang tak henti-hentinya selalu memberikan
ii
S.Ag , selaku pengajar Aqidah Akhlak yang telah memberikan bimbingan dan arahan pada saat penelitian di lapangan.
10.Seluruh Siswa/I MTs Hidayatul Umam yang telah bersedia menjadi objek
dalam penelitian ini.
11.Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya, yang telah
memberikan informasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
12.Teman-teman Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Jurusan
Pendidikan Agama Islam kelas C.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skipsi ini masih ada beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan senang hati saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya, khasanah pengembangan pendidikan serta dunia penelitian pada umumnya, amin.
Depok, April 2014
iii
Tabel 4.3 : Daftar Nilai Siswa Sebelum Diterapkannya Metode ... 41
Tabel 4.4 : Kegiatan Pembelajaran (Pertemuan 1) ... 48
Tabel 4.5 : Kegiatan Pembelajaran (Pertemuan 2)... .. .. 49
Tabel 4.6 : Kegiatan Siswa Siklus 1 ... 51
Tabel 4.7 : Kegiatan Guru Siklus 1 ... 52
Tabel 4.8 : Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Kognitif Melalui Multiple Choice ... 54
Tabel 4.9 : Presentase Hasil Belajar Siswa ... 56
Tabel 4.10 : Kegiatan Pembelajaran (Pertemuan 1) ... 60
Tabel 4.11 : Kegiatan Pembelajaran (Pertemuan 2) ... 62
Tabel 4.12 : Kegiatan Siswa Siklus 2 ... 63
Tabel 4.13 : Kegiatan Guru Siklus 2 ... 65
iv
Bagan 4.1 : Hasil Belajar Siklus I ... 56
Bagan 4.2 : Peningkatan Hasil Belajar Siklus I ... 57
Bagan 4.3 : Hasil Belajar Siklus II ... 67
v Lampiran III : Test Siklus I
Lampiran IV : Test Siklus 2 Lampiran V : RPP Siklus 1 Lampiran VI : RPP Siklus II
Lampiran VII : Nilai Hasil Belajar Siswa
Lampiran VIII : Lembar Observasi Kegiatan Siswa Lampiran IX : Lembar Observasi Kegiatan Guru Lampiran X : Data Siswa
Lampiran XI : Lembar Wawancara
vi
HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
MOTTO………...………. iv
SURAT PERNYATAAN ………..……….. v
KATA PENGANTAR………..………..…. vi
DAFTAR TABEL……….…….……… viii DAFTAR BAGAN….……… ..ix
DAFTAR LAMPIRAN…..………...x
DAFTAR ISI………... xi
ABSTRAK... ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... .. 5
D. Perumusan Masalah ... . 6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Tinjauan tentang Hasil Belajar ... 7
B. Tinjauan tentang Metode Permainan Simulasi ... 12
C. Tinjauan tentang Aqidah Akhlak ... 23
D. Kerangka Berfikir ... 28
E. Hipotesis ... 29
vii
D. Instrumen engumpulan Data ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 33
G. Intervensi Tindakan ... 34
H. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………. ... 35
I. Analisis Data ... ……...……….. 35
J. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... . 37
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian ... 38
B. Pembahasan Penelitian ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA
viii
Kata kunci: Hasil Belajar, Aqidah Akhlak, Simulasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi taat dan taubat pada kelas VII di MTs Hidayatul Umam melalui metode simulasi.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hidayatul Umam jl. Masjid I Rt 05 Rw 02 No. 30 Cinere, kec. Cinere kota Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul didalam kelas.
Penelitian ini menerapkan metode simulasi. Metode simulasi digunakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aqidah akhlak.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak manusia menuntut kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu pula timbul pemikiran dan gagasan serta ide untuk melakukan perubahan, pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman. Pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan dapat menghantarkan perkembangan kehidupan manusia sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial, kepada titik optimal
untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.1
Hal yang sama juga di sebutkan dalam Undang-Undang No.20, tahun 2003 tersebut, pada pasal 3 disebutkan bahwa “Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
1
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 28. 2
Tujuan pendidikan nasional memiliki kesamaan orientasi dengan Pendidikan Agama Islam (PAI), tujuan pembelajaran PAI adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berangkat dari paparan di atas, pembelajaran agama Islam di lembaga pendidikan formal tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu agama kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama memerlukan pendekatan pengajaran agama yang berbeda dari pendekatan subjek pelajaran yang lain. Sebab disamping mencapai penguasaan terhadap seperangkat ilmu agama, pendidikan agama juga menanamkan komitmen kepada anak didik untuk mau mengamalkannya.
Tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah adalah beberapa indikasi dari adanya peningkatan yang signifikan terhadap proses kegiatan belajar, kondisi inilah yang dikenal dengan istilah hasil belajar.
Menjadi pribadi dengan akhlak mulia adalah salah satu hasil belajar yang diharapkan dalam PAI. Di sisi lain, ketika peneliti melakukan observasi kelas dan wawancara dengan beberapa guru, ternyata masih terdapat beberapa siswa yang bermasalah mengenai sikap dan tingkah laku, khususnya kelas VII. Siswa seringkali tidak mematuhi peraturan yang ada disekolah, baik yang berupa
perintah dari sekolah maupun dari agama—mereka bolos sekolah dan tidak
Sikap dan perilaku yang dilakukan siswa-siswa di sekolah khususnya kelas VII, merupakan indikasi bahwa ada kesenjangan antara cita-cita dan realita. Cita-cita dalam hal ini menjadikan peserta didik yang berakhlak mulia sedangkan realitanya adalah masih banyaknya siswa yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai akhlak mulia.
Berkaitan dengan masalah tersebut, penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena rendahnya peran serta dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, hal ini merujuk pada observasi yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Edgar Dale
mengklasifikasi pengalaman belajar atau yang biasa disebut Cone of Experience,
mulai dari hal-hal yang paling kongkrit sampai kepada hal-hal yang dianggap paling abstrak. Hal ini dapat dilihat pada bagan berikut:
Dalam teori klasifikasi Edgar Dale memberikan informasi bahwa sesungguhnya belajar dilakukan dari hal yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang pasif sampai yang aktif, dari yang abstrak hingga yang kongkret dan dari yang menerima sampai yang berperan serta. Teori piramid ini menunjukkan bahwa semakin belajar berada pada level puncak maka akan semakin kurang efektif, begitu juga sebaliknya. Semakin siswa berperan aktif terhadap PBM,
maka akan samakin efektif materi yang disampaikan.3
Rendahnya kemampuan atau hasil belajar siswa dalam memahami pelajaran Aqidah Akhlak dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari berhubungan erat dengan kemampuan dasardi sekolah. Ilmu Aqidah Akhlak merupakan ilmu yang wajib diketahui oleh siswa tidak sekedar asal-asalan akan tetapi pelaksanaannya dalam kehidupan nyata. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadi penyebab masalah rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan antara lain karena pembawaan materi yang kurang menarik dan terjadi ketidaksesuaian metode yang dipakai guru dalam pembelajaran.
Permasalahan seperti ini ditemui oleh peneliti ketika mengadakan observasi ke sekolah Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam di Cinere. Dari hasil observasi tersebut diperoleh bahwa terdapat respon yang negatif dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak, yang metode mengajarnya hanya ceramah dan dikte membuat siswa kurang termotivasi dan tertarik. Selain itu standar KKM pembelajaran fiqih yang lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
Menyikapi masalah di atas, perlu diterapkan dan dikembangkan sebuah metode pembelajaran yang efektif yang mengikutsertakan peran siswa sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman-pengalaman belajar yang lebih kongkret. Sebuah pembelajaran kongkret yang melibatkan peran aktif siswa mampu mendorong dan merangsang diri siswa untuk menerima pesan dan nilai-nilai yang disampaikan. Sedangkan, menurut Rusman metode simulasi merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih
konkret melalui peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.4
Untuk mencapai hasil belajar maksimal dan juga untuk dapat mengatasi kesulitan belajar, siswa dan guru harus memahami proses belajar dan seluruh faktor yang mempengaruhikeberhasilan belajar. Umumnya siswa sangat membutuhkan metode yang sederhana, dan mudah diterapkan untuk dapat belajar secara efektif. Berkenaan dengan itu telah diisyaratkan dalam surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
Dalam ayat ini bahwa cara pembelajaran yang baik antara lain dengan cara hikmah. Hikmah ini dapat diartikan bahwa seorang guru harus mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang dilalui dalam proses belajar, guru memiliki peranan penting dalam menerapkan metode pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Penyelesaian masalah terhadap rendahnya peran aktif siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, dapat diatasi melalui penggunaan metode simulasi. Hal ini disebabkan karena metode simulasi berorientasi pada pembelajaran kongkret yang menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Dalam metode simulasi, guru maupun siswa dapat aktif dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), siswa lebih mudah dalam memahami materi dan akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan. Metode simulasi memberikan gambaran kenyataan kepada siswa mengenai sebuah nilai.
Kesesuaian antara metode simulasi dengan materi akhlak—ta’at—menuntut
4
sebuah inovasi baru dalam menerapkan sebuah metode di dalam kelas. Maka penerapan metode simulasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada materi akhlak akan memberikan harapan yang besar terhadap peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Berpijak dari latar belakang diatas maka peneliti bermaksud mengadakan
penelitian tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi
Pada Mata Pelajaran Kelas VII di MTS Hidayatul Umam”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diasumsikan identifikasi masalahnya sebagai berikut:
a. Tidak mematuhi peraturan yang ada disekolah, baik yang berupa
perintah dari sekolah maupun dari agama.
b. Bolos sekolah dan tidak mengikuti kegiatan ibadah disekolah seperti
shalat dan mengaji.
c. Rendahnya nilah hasil belajar siswa.
d. Kesenjangan antara cita-cita dan realita. Cita-cita menjadikan peserta
didik yang berakhlak mulia sedangkan realitanya adalah masih banyaknya siswa yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai akhlak mulia.
e. Metode yang digunakan oleh beberapa guru dalam pembelajaran
akhlak hanya berorientasi pada belajar abstrak tanpa melibatkan peran aktif siswa.
f. Kurangnya aspek pembelajaran yang dicapai.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah akan dibatasi hanya pada masalah-masalah mengenai:
a. Hasil belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif.
b. Pelaksanaan metode simulasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang terdapat pada penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah:
a. Bagaimana proses pembelajaran Aqidah Akhlak?
b. Metode pembelajaran seperti apa yang mampu meningkatkan hasil
belajar pada materi akhlak?
c. Apakah metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Melalui latar belakang, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses pembelajaran aqidah
akhlak.
b. Untuk mendeskripsikan Bagaimana penerapan metode simulasi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak.
c. Untuk mendeskripsikan apakah hasil belajar siswa kelas dalam
pembelajaran aqidah akhlak dapat ditingkatkan dengan penerapan metode simulasi.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
a. Bagi lembaga (sekolah), hasil dari penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan yang berharga dalam meningkatkan hasil belajar siswa, terutama pada mata pelajaran pendidikan agama islam.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah pengetahuan dan dapat mengembangkan wawasan peneliti.
c. Hasil penelitian dapat dipakai sebagai sumbangan pengetahuan atau
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Indicator pada perubahan ini biasanya akan tampak pada proses belajarnya. “Pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”.1
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut:
a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
pengalaman atau latihan.
b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh
perilaku yang baru atau memperbaiki atau meningkatkan perilaku yang sudah ada.
c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa
perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).2
Tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasan,
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 10.
2
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah.
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, “ Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam suatu situasi”.3
Jadi belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita hidup dan belajar menurut yang kita pelajari, belajar itu bukan sekedar pengalaman. Semakin siswa berperan aktif terhadap PBM, maka akan samakin efektif materi yang disampaikan.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.4
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 1996), h. 84.
4
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda.5
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau criteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memehami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
5
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Fator lingkungan social baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti: keadaan suhu, kelembapan udara, waktu (pagi, siang,
malam), tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.6
Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu pernapasan. Suhu udara yang terllu panas menyebabkan anak didik kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar anak didik di sekolah.7
Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Di samping itu, diantara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini efektifitas pengelolahan faktor bahan,
lingkungan, dan instrument sebagai faktor-faktor utama yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru.
6
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., h. 59.
b. Faktor Internal
Faktor internal mencakup jasmaniah dan psikologi. Faktor Jasmaniah (fisiologi) siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan
kelelahan.8
Faktor Psikologi yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimilki siswa. Serta Faktor Kematangan Fisik Maupun Psikis, Faktor Yang Berasal Dari Diri Sendiri (Internal), Seperti Intelegensi, Minat, Sikap dan Motivasi.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan tergantung pada tingkat Intelegensi. Dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin tinggi tingkat Intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah. Maka kecenderungan hasil yang dicapainya rendah. Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf hasil belajar disekolah kurang, pastilah intelegensinya kurang, karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka
faktor luar itu akan kurang signifikan.9
Selain faktor diatas yang mempengaruhi, hasil belajar juga dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki hasil yang tinggi dari pada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.
B. Tinjauan Tentang Metode Simulasi 1. Pengertian Simulasi
“Menurut arti katanya, simulasi berarti tiruan atau suatu perbuatan yang
bersifat pura-pura saja. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengggambarkan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa (dengan bimbingan guru) melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan kejadian sebenarnya”.10
Permainan simulasi seperti juga permainan yang lain mempunyai batas waktu dan aturan-aturan tertentu yang agak membatasi kebebasan pemain. Permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Tetapi situasi ini hampir selalu dimodifikasi apakah dibuat lebih sederhana atau diambil sebagian atau dikeluarkan dari konteksnya.
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa situasi yang disimulasikan hendaknya tidak selalu kompleks dan tidak terlalu sederhana. Apabila terlalu kompleks para pemain menjadi kurang berani memainkannya, permainan simulasi tetap dapat menyediakan suatu gambaran kehidupan dan kenyatan yang berarti.
Penekanan dalam metode simulasi adalah pada kemampuan siswa untuk berimitasi sesuai dengan objek yang diperankan. Pada titik finalnya diharapkan siswa mampu untuk mendapatkan kecakapan bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi sebenarnya. Pengertian operasional dari metode simulasi adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau
10
prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.11
“Model simulasi pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana sebenarnya dan berlangsung dalam suasana yang tanpa resiko”.12
Pemakaian metode simulasi akan mencapai tujuan yang maksimal apabila menerapkan beberapa prinsip di bawah ini, yaitu:
a. Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapatkan
kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau juga berbeda.
b. Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing.
c. Penentuan topic disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas,
dibicarakan oleh siswa dan guru.
d. Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu.
e. Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap.
f. Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu.13
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, metode ini bisa
digunakan untuk bidang-bidang seperti sejarah dan pendidikan akhlak. Peserta
didik diharapkan mampu menirukan peristiwa sejarah atau perilaku keagamaan
yang diharapkan dapat dicontoh atau diteladani oleh peserta didik dalam
11
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 183.
12
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawaali Pers, 2011), h. 309.
13
kehidupan, atau bisa juga perilaku atau peran-peran yang harus dihindari oleh
peserta didik dalam kehidupan agar peserta didik memiliki kemampuan
mengamalkan perintah agama dan menjauhi larangan.
2. Tujuan Permainan Simulasi
Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa
dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.
b. Untuk melatih siswa menguasai keterampilan tertentu, baik yang
bersifat professional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.
c. Untuk pelatihan memecahkan masalah.
d. Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa.
e. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan
situasi-situasi masyarakat di sekitarnya.
f. Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan
memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat
orang lain, dan memupuk daya kreatifitas siswa.14
Metode permainan simulasi dapat digunakan dalam pembelajaran PAI terutama mata pelajaran Aqidah Akhlak dan sejarah Islam, karena dengan metode ini anak-anak akan lebih dapat menghayati tentang pelajaran yang diberikan. Misalnya dalam menerangkan bagaimana sikap seorang muslim terhadap fakir miskin, atau dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah Islam tentang peristiwa awal mula Umar bin Khattab memeluk agama Islam.
“Penggunaan simulasi dalam proses belajar mengajar sesuai dengan kecenderungan pengajaran modern sekarang, yaitu meninggalkan pengajaran yang
14
bersifat pasif, menuju kepada pembelajaran siswa yang bersifat individual dan
kelompok kecil, heuristic (mencari sendiri perolehan), dan aktif (CBSA)”.15
Dalam konteks ini, anak belajar dari pengalaman yang dimiliki dengan lingkungan belajarnya, dan mengintregasikan apa yang dipelajarinya dengan apa yang sudah ada pada dirinya. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dengan cara demikian akan lebih dapat meresap dan terus mengalir seperti sungai, yaitu menemukan hal-hal baru yang mengkombinasikan dengan yang lama. Belajar aktif itu sendiri mengacu pada belajar yang terjadi pada saat materi yang dipelajari diperagakan anak sebelum diasimilasikan dengan yang lama.
Meskipun kegiatan belajar seperti itu memakan banyak waktu, tetapi siswa mendapatkan perasaan pas karena berpartisipasi dengan aktif dalam proses. Belajar dengan cara simulasi sama seperti belajar dalam kehidupan yang sebenarnya.
3. Kelebihan Dan Kelemahan Metode simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya:
a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak.
b. Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
c. Simulasi dapat memupuk keberanian siswa.
d. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses
pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya :
a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan di lapangan.
b. Pengelolaan yang kurang baik.
c. Faktor psikologis.16
15
4. Langkah-langkah Dalam Permainan Simulasi Simulasi dapat dilakukan dengan tiga langkah:
a. Persiapan Simulasi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan simulasi, yaitu:
1) Menentukan topik dan tujuan.
2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan.
3) Guru menjelaskan peranan dan waktu masing-masing.
4) Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, dan
memberikan kesempatan bagi pemain untuk menyiapkan diri masing-masing.
b. Pelaksanaan Simulasi
1) Simulasi dilakukan oleh sekelompok siswa yang memerankannya.
2) Siswa yang lain mengikuti dengan penuh perhatian seolah-olah
dalam situasi yang sebenarnya dan sekaligus penilai.
3) Guru hendaknya memberikan bantuan barangkali ada di antara
pemain mendapat kesulitan.
4) Guru memberikan sugesti dan dorongan kepada siswa agar
percaya diri dan mampu memainkan peranan.
5) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam
menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.17
c. Penutup
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi
cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 160.
17
dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
2) Merumuskan kesimpulan.18
Dengan demikian dalam penggunaan metode simulasi ini perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Pada tahap permulaan proses belajar siswa diharapkan dapat
mengidentifikasikan tujuan-tujuan pembelajaran, sifat-sifat
benda,tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya.
2) Pada tahap proses belajar siswa diharapkan dapat mempelajari
sesuatudalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengkoordinasikan ketrampilan-ketrampilan.
3) Pada tahap akhir siswa diharapkan memperoleh sesuatu yang baru
sesuai pengalamannya dan dapat melakukan pekerjaan tersebut seperti seharusnya.
Prosedur pembelajaran proses simulasi tergantung pada peran guru atau fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang fasilitator atau guru yaitu:
1) Penjelasan. Untuk melakukan simulasi, pemain harus benar-benar
memahami aturan mainnya. Karena itu, guru atau fasilitator hendaknya memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang aktifitas yang harus dilakukan siswa berikut konsekueni-konsekueninya.
2) Pengawasan. Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan
aturan dan prosedur main tertentu. Karena itu, guru atau fasilitator harus mengawas jalannya simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.
3) Pelatihan. Dalam simulasi, pemain atau peserta akan mengalami
kesalahan. Karena itu, guru atau fasilitator harus memberikan
18
saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan siswa tidak melakukan kesalahan yang sama.
4) Diskusi. Dalam diskusi, segala hasil yang didapat dibicarakan
bersama agar mendapatkan masukan dan penilaian yang berharga
sehingga hasil yang dicapai jauh lebih sempurna.19
5. Karakteristik Metode Pembelajaran Simulasi
Karakteristik metode pembelajaran simulasi antara lain seperti yang tercantum dibawah ini.
a. Perpaduan antara student centered approach dan teacher centered
approach.
Menurut Sudrajat (2007:2), Dilihat dari pendekatannya pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan yaitu (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pembelajaran konvensional identik dengan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pusat pengetahuan bagi siswa, peran siswa lebih banyak sebagai receiver dari berbagai konsep yang guru sampaikan. Pendekatan ini cocok untuk menyampaikan materi-materi konseptual yang perlu dipahami siswa.
Metode pembelajaran simulasi adalah suatu metode pembelajaran
yang merupakan perpaduan antara student centries dan teacher centries.
Guru dan siswa secara proporsional sama-sama mengoptimalkan perannya dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Rusyan dalam Syaiful Basri Djamarah (2006:8), bahwa kegiatan belajar adalah suatu sistem. Suatu sistem dimana dalam prosesnya kita tidak bisa memisahkan antara peran guru dan peran siswa.
19
Dalam metode pembelajaran simulasi, terlebih dahulu guru harus menerangkan konsep dan substansi dari materi yang dipelajari, hal ini bisa dilakukan melalui ceramah atau metode lainya, kemudian guru membimbing siswa agar siswa paham secara prosedural dari materi yang dipelajari dengan cara menyimulasikannya. Dalam tahapan ini, peran siswa lebih besar karena siswa terlibat langsung dalam memerankan
tahapan-tahapan dari prosedur yang diterangkan guru.20
b. Metode pembelajaran yang komprehensif
Sardiman (2006:20) menjelaskan bahwa: belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya..21
Aspek-aspek dalam ranah kognitif antara lain; pengetahuan (introducing), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek-aspek tersebut seperti mata rantai yang saling menyambung. Pengetahuan merupakan aspek dasar terendah sedangkan aspek paling kompleks adalah kemampuan evaluasi. Untuk mencapai kemampuan evaluasi, seorang siswa harus melewati tahapan-tahapan sebelumnya secara menyeluruh.
Dari definisi belajar di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang komprehensif, tidak parsial, dan harus bisa menyentuh semua aspek. Salah satu unsur belajar yang mempunyai peran signifikan dalam proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran seharusnya memiliki sifat komprehensif pula.
Karakteristik berikutnya dari metode pembelajaran simulasi adalah memiliki sifat komprehensif. Dalam metode pembelajaran simulasi, siswa tidak hanya cukup paham materi, tapi sampai memiliki keterampilan dalam menghayati sebuah peristiwa, sebagaimana penjelasan pada bahasan sebelumnya.
c. Melatih Siswa Bekerjasama Dalam Kelompok Secara Efektif
Dalam metode pembelajaran simulasi, siswa dituntut untuk bisa bekerjasama dengan siswa lainnya. Seperti halnya metode simulasi
berkelompok, siswa yang satu akan sharing data dan informasi dengan
siswa lainnya agar mampu menyelesaikan tugasnya dalam simulasi tersebut.
Bisa disimpulkan bahwa metode pembelajaran simulasi ini melatih siswa untuk bisa bekerja sama dalam tim secara efektif.
Sekilas dari penjelasan di atas, metode simulasi ini mirip dengan
metode role playing atau bermain peran. Sebenarnya terdapat perbedaan
yang prinsipil antara metode bermain peran dengan metode pembelajran simulasi. Misalnya bila menggunakan metode bermain peran, tujuan utama dari pelajaran bukan untuk melatih siswa terampil menjalankan suatu sistem di perusahaan, tetapi bertujuan agar siswa mampu menghayati dari ranah afektif bagaimana rasanya bila dia bertugas sebagai bagian gudang. Contoh lain yang lebih jelas misalnya dalam pelajaran sejarah pada bahasan perang Diponegoro, bila menggunakan metode bermain peran tujuannya adalah agar siswa benar-benar bisa menghayati bagaimana perjuangan seorang pangeran Diponegoro, sedangkan bila dilihat dari sudut pandang metode pembelajaran simulasi maka tujuannya adalah untuk melatih agar siswa terampil berperang, sehingga terdapat perbedaan yang mendasar antara metode pembelajaran simulasi dengan metode
pembelajaran role playing.
d. Menuntun siswa pada proses peralihan isi pengetahuan ke arah
proses pengaplikasian teori dalam realita kehidupan
Bahwa belajar secara kontekstual bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari dalam konteks pribadi, sosial dan kultural (environment) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Karakteristik tersebut bisa ditemukan dalam metode pembelajaran
simulasi, siswa dituntun untuk learning by doing. Setelah siswa memiliki
gambaran atas materi yang dipelajari mereka langsung dihadapkan pada kondisi “realita buatan” sehingga akan memperkuat pemahamannya tersebut untuk teraplikasikan dalam keterampilan. Mereka mempelajari materi yang diajarkan guru secara kontekstual dalam “realita buatan” tersebut.
Demikian beberapa hal yang menjadi karakteristik metode pembelajaran simulasi. Karakteristik inilah yang menjadikan metode pembelajaran simulasi memiliki ciri khas dan berbeda dengan metode
pembelajaran yang lain.22
a. Manfaat Metode Simulasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Seorang pendidik yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar, kalau ia benar-benar menginginkan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai tehnik atau metode penyampaian materi dan dapat menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima. Pemilihan tehnik atau metode yang tepat kiranya memang memerlukan keahlian tersendiri.
[image:36.595.130.513.279.538.2]
Para pendidik harus pandai memilih dan mempergunakan tehnik atau metode yang akan dipergunakannya.
Metode permainan simulasi merupakan gabungan antara tehnik bermain peran dengan tehnik diskusi, sehingga siswa seperti dapat terjun langsung dalam pengaplikasian materi yang dijelaskan, dan juga dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Metode ini tepat jika digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terutama pelajaran Aqidah Akhlak, karena materinya memang membutuhkan aplikasi, agar siswa lebih mudah memahaminya.
Dengan permainan simulasi siswa diharapkan memahami sekaligus dalam aplikasinya. Siswa akan berperan seperti apa yang dimaksud dalam materi. Selain itu juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa dapat secara langsung mempraktekkannya dan metode ini dapat menarik perhatian siswa, dengan adanya tehnik bermain didalamnya membuat siswa dapat termotivasi untuk lebih mendalaminya. Metode ini juga akan lebih memudahkan guru dalam meningkatkan prestasi siswa, lebih mudah menyampaikan materi yang hendak diberikan. Siswa akan lebih dapat menghayati materi pelajaran yang diberikan. Selain itu, metode ini bisa juga dijadikan sebagai sarana hiburan bagi pihak-pihak lain dalam pembelajaran disekolah, karena metode ini dapat memberikan pesan-pesan moral dalam aplikasinya.
e. Tinjauan Tentang Aqidah Akhlak a. Pengertian Aqidah Akhlak
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya`qidu `aqdan-aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan sangkutan, perjanjian, dan kokoh. Ibnu taimiyah dalam bukunya “aqidah al-wasithiyah” menerangkan makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan
juga tidak juga dipengaruhi syakwasangka.23
23
Menurut Hasan al-Banna”Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”.24
Aqidah itu harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aqidah adalah dasar keyakinan atau pokok kepercayaan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabi`at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Ibnu Miskawih mengatakan bahwa akhlak adalah sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.
Al-Ghazali mendefinisikan bahwa akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara`, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.
Aqidah Akhlak merupakan pembelajaran penting bagi setiap manusia dalam proses pendidikan, dengan tujuan Aqidah Akhlak yang pernah dipelajari dapat menjadi pedoman hidup dalam rangka menyempurnakan Iman.
Dapat dikatakan akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk disebut akhlak yang tercela seseuai dengan pembinaannya.
24
Dalam kurikulum Madrasah tsanawiyah mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidkan agama islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk memahami, meyakini dasar aqidah islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya.
Pendidikan agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah yang terdiri atas
empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an
-Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada
pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Fikih dan aspek Tarikh & kebudayaan
Islam.25
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, sampai iman kepada Qadla dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-Asma’ al-Husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta
25
didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam
rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi.26
Sebagai bagian dari pendidikan Islam di Madrasah, pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah memilki tujuan sebagai berikut:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai akidah Islam.27
Adapun Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Akidah-Akhlak:
a. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan terhadap rukun iman
melalui pembuktian dengan dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan
penghayatan terhadap al-Asma’ al-Husna dengan menunjukkan
ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam fenomena kehidupan dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Membiasakan akhlak terpuji seperti ikhlas, taat, khauf, taubat,
tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur, qana’ah, tawadlu’, husnudzon, tasamuh, ta’awun, berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja, serta menghindari akhlak tercela seperti riya, nifaq, ananiah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah.
26
http://hdhenok.blogspot.com/2009/10/perangkat-pembelajaran.html diakses tgl 27 juli 2012 hari jumat.
27
Dari uraian diatas, maka dapat disintesiskan bahwa Aqidah Akhlak merupakan salah satu bagian dari cabang ilmu Pendidikan Agama Islam di Madrasah yang didalamnya membahas tentang akhlak.
f. Kerangka Berfikir
Materi ta’at merupakan bagian dari pendidikan akhlak atau pendidikan
moral. Melalui pendidikan agama Islam, yakni pendidikan akhlak pada materi ta’at, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan nilai-nilai ta’at dalam
kehidupan sehari-hari. Prioritas dalam pembelajaran akhlak pada materi ta’at
adalah melibatkan siswa dalam kegiatan PBM sehingga siswa akan lebih mudah memahami nilai-nilai yang ingin disampaikan.
Bagan 2.3 Kerangka Berfikir
Melalui metode permainan simulasi, siswa akan berperan aktif dalam
PBM, nilai-nilai seperti ta’at akan mudah untuk ditranformasi kepada siswa,
karena simulasi akan melibatkan siswa langsung dalam belajar.
g. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan Kerangkan berfikir di atas, maka hipotesisnya adalah diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan dalam
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK, sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
PTK ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam pada bulan November. Penelitian ini difokuskan pada kelas VII. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan PBM di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Pada bulan November 2012 PTK ini dilaksanakan. Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada kalender akademik sekolah.
3. Siklus PTK
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tugas siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata
pelajaran agama pada materi akhlak, yaitu ta’at melalui metode permainan
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VII yang terdiri dari 36 siswa dengan komposisi perempuan 13 orang dan laki-laki 23 orang.
C. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari beberapa sumber, yaitu:
1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar.
2. Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran
metode permainan simulasi dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar..
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Tes
Tes merupakansejumlah pertanyaan yang disampaikan pada sseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah
satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya.1 Tes ini meliputi tes
kognitif. Instrumen tes kognitif meliputi lembar soal multiple choice pada siklus I dan lembar soal esay pada siklus II yang hanya mengukur aspek kognitif.
2. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan
data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran.2
Observasi meliputi lembar instrumen observasi yang di dalamnya terdapat poin-poin yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan metode simulasi. Disamping itu, lembar observasi juga dilakukan untuk kegiatan guru terhadap RPP yang telah dibuat
1
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010), h. 186 2
3. Panduan Wawancara
Panduan wawancara meliputi lembar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara dengan pihak terkait penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari; observasi, interview, tes hasil belajar, dan dokumentasi.
1. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain ntuk keperluan tersebut”.3
Prosedur ini peneliti gunakan untuk melihat secara langsung bagaimana reaksi atau sikap siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam ketika diterapkan metode permainan simulasi.
2. Interview
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara”.4
Interview dapat digunakan sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan, pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab itu, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar. Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data melalui percakapan langsung di akhir pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa-siswi untuk mencari data mengenai bagaimana menurut siswa tentang penerapan metode permainan simulasi.
3
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2009), h. 175. 4
3. Test Hasil Belajar
Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.5
Test ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mulai dari kondisi awal ke siklus 1 hingga ke siklus 2. Test ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian pemahaman siswa terhadap materi.
4. Dokumentasi
Suharsini Arikunto menjelaskan bahwa “metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan lain sebagainya”.6
Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya MTs Hidayatul Umam, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa serta keadaan sarana prasarana.
F. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan
data itu.
Penulis menggunakan triangulasi sebagai sumber, menurut Patton yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
5
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian..., h. 150. 6
4. Membandingkan keadaan dari perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dana pandangan orang lain.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berlaku.7
Pada penelitian ini hanya digunakan dua modus saja yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kedua modus tersebut cukup simpel dan mudah dilaksanakan. Selain triangulasi dengan sumber, peneliti juga menggunakan triangulsi dengan metode. Menurut Patton terdapat dua strategi, yaitu :
1. Pengecekan beberapa derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data.
Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.Dalam penelitian ini hanya menggunakan strategi yang kedua. Peneliti
membandingkan data hasil wawancara dengan guru dan peserta didik.
G. Intervensi Tindakan
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Hasil belajar kognitif.
Efektivitas peningkatan pembelajaran diukur dengan ketentuan KKM mata pelajaran Aqidah Akhlak, yaitu 70. Hingga tingkat efektifitas yang tinggi yaitu diatas KKM atau hingga mencapai target 10
2. Implementasi metode permainan simulasi
Dengan menganalisis tingkat keberhasilannya, kemudian dikategorikan dalam tuntas dan tidak tuntas, terjadi peningkatan dan tidak.
7
H. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti dilapangan menjadi syarat utama, peneliti mengumpulkan data dalam latar alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai
instrumen kunci. “Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir
data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya”.8
Instrument pendukung lainnya adalah pedoman observasi, dokumentasi dan test.
I. Analisis Data
Tindakan yang dilakukan pertama kali dalam prosedur penelitian adalah menganalisis penyebab masalah setelah mengetahui kelas yang bermasalah dalam hal akhlak, kemudian dilanjutkan dengan observasi lapangan serta wawancara dengan guru dan siswa. Tahapan siklus kemudian dilakukan sebagai bentuk tindakan upaya mengatasi masalah akhlak tersebut.
Siklus I
1. Perencanaan tindakan sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran.
b. Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang
diterapkan dalam penelitian tindakan kelas.
c. Membuat instrumen yang digunakan pada siklus penelitian tindakan
kelas.
d. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang direncanakan sebagai berikut:
a. Membagi siswa menjadi 5 kelompok.
b. Menentukan peran siswa dalam cerita.
c. Menjelaskan bagaimana prosedur permainan simulasi.
8
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e. Menyampaikan materi secara garis besar.
f. Kegiatan pembelajaran dengan metode permainan simulasi.
3. Pengamatan Tindakan
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa kegiatan, seperti:
a. Situasi kegiatan belajar mengajar.
b. Keaktifan siswa.
c. Kemampuan siswa dalam melakukan permainan simulasi.
4. Refleksi Tindakan
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya.
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila pada Ranah Kognitif, sebagian besar (90% dari siswa) mengalami ketuntasan belajar.
Siklus II
1. Perancanaan Tindakan
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
2. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan simulasi berdasarkan rencana pembelajaran dan hasil refleksi pada siklus pertama.
3. Pengamatan Tindakan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelejaran.
4. Refleksi Tindakan
berdasarkan tindakan dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Menyusun rencana untuk siklus ketiga jika diperlukan.
J. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam penerapan metode simulasi, hasil penelitian yang diharapkan oleh penulis adalah hasil belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa semakin meningkat, diatas KKM dan mencapai hingga 100% sehingga dapat memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
a. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hidayatul Umam yang beralamat di Jl Masjid 1 No 30 Kecamatan Cinere Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Mts Hidayatul Umam berdiri sejak tahun 1978 dengan status terakreditasi B.
b. Visi
Terwujudnya sumber daya insani yang unggul dalam prestasi dan berkepribadian Islam.
c. Misi
Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas,unggul,dalam bidang IMTAQ dan IPTEK, bermanfaat bagi masyarakat.
d. Tujuan
1) Mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan yang
cerdas, dan berakhlak mulia
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang berkualitas
3) Menumbuhkan budaya lingkungan madrasah yang bersih,aman,dan
4) Meningkatkan budaya unggul baik dalam prestasi akademik maupun non akademik
5) Menumbuhkan minat baca dan tulis yang tinggi
6) Meningkatkan kesadaran beribadah dan berinteraksi dengan
masyarakat.
e. Moto
Memenuhi kebutuhan esensial manusia di bidang pendidikan merupakan kewajiban seluruh komponen bangsa.
[image:52.595.107.517.243.657.2]f. Profil Siswa
Tabel 4.1 Profil Siswa
Kelas L P Jumlah
VII 142 106 248
VIII 104 103 207
IX 72 76 148
Jumlah 318 285 603
g. Profil Tenaga Kependidikan
Tabel 4.2
Profil Tenaga Kependidikan
L P Jumlah
1. PNS 3 1 4
2. GTT 24 7 26
2. Kondisi Awal
Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti mengadakan pertemuan pada hari senin tanggal 1 Oktober 2012 dengan kepala sekolah dan guru Aqidah Akhlak kelas VII MTs. Dalam pertemuan ini peneliti menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Kepala sekolah dan wakil kurikulum memberikan izin pelaksanaan penelitian dan guru Aqidah Akhlak kelas VII untuk membicarakan rencana selanjutnya.
Peneliti dan guru Aqidah Akhlak kelas VII berdiskusi mengenai rencana penelitian yang akan dilaksanakan dengan disepakati bahwa kelas VII yang dijadikan sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas VII yang mempunyai kemampuan yang heterogen. Inilah merupakan kelas yang unik dan kelas VII merupakan kelas yang mempunyai disiplin dan rasa tanggung jawab cukup besar terhadap apa yang diamanatkan oleh setiap guru. Dengan pertimbangan ini akhirnya peneliti memilih kelas VII sebagai objek penelitian. Dalam pertemuan ini, peneliti tindakan dan guru Aqidah Akhlak kelas VII sebagai pengamat bersama peneliti sendiri selama pelaksanaan tindakan.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta data sebagai tolak ukur keberhasilan ketika menerapkan metode permainan simulasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Nilai standar keberhasilan yang dimiliki oleh MTs Hidayatul Umam adalah 5,00 ini berlaku untuk materi agama saja sedangkan yang umum mempunyai standar keberhasilan tersendiri.
Tabel. 4.3
Daftar Nilai Siswa Sebelum Diterapkannya Metode
No Nama Nilai
1 Abdul Halim
50
2 Adinda Devi
50
3 Aditia M. Saputra
50
4 Agung Setiawan Munadih
45
5 Ahmad Syahrul Izzati
45
6 Ali Fajar
50
7 Anisa Tri Wahyuni
55
8 Arianto Wijaya
45
9 Arif Wiranto
53
10 Aris Pujiono
55
11 Badarsyah Yusuf
58
12 Daman Huri
48
13 Daman Habibi
50
14 Elis Melinda
58
15 Fahra Bahria Cahya Eko
55
16 Geafiska Dianofan
50
17 Ica Damayati
18 Ida Farida
50
19 Irfan Ramdhani
45
20 Kene Mahendra
40
21 Kurdiawan
50
22 Mazhab Hambali
55
23 M. Hanif
50
24 Moh. Farhan
60
25 Muchalim Hansya
55
26 Muhamad choiri
65
27 Muhamad Idris
55
28 Murni Cahnia
50
29 Nur Rahmah
60
30 Oktofia Wulandari
45
31 Riko Selitonga
65
32 Riska Amelia
60
33 Robi Nurianto
65
34 Syifa Azizah
60
35 Titin Agustin
75
36 Wilda AN
Dari hasil observasi tersebut guru masih menggunakan pembelajaran tradisional. Adapun metode yang dipakai adalah ceramah, dikte dan tanya jawab, sehingga pembelajaran masih kurang efektif. Siswa tampak kurang antusias dan kurang berniat dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Dapat diamati bahwa siswa kurang aktif pada pelajaran Aqidah Akhlak sehingga metode ceramah dan tanya jawab kurang cocok untuk diterapkan. Indikator lain yang menyatakan re