• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Bigreds Regional Bandung Melalui Kegiatan "Off Season" Dalam Mempererat Solidaritas Antar Pendukung Liverpool Football Club Di Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Bigreds Regional Bandung Melalui Kegiatan "Off Season" Dalam Mempererat Solidaritas Antar Pendukung Liverpool Football Club Di Kota Bandung"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STRATEGI KOMUNIKASI BIGREDS REGIONAL BANDUNG MELALUI

KEGIATAN ”OFF SEASON” DALAM MEMPERERAT SOLIDARITAS

ANTAR PENDUKUNG LIVERPOOL FOOTBALL CLUB DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : ARIEF RANDY

NIM. 41807091

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(3)
(4)

KEGIATAN ”OFF SEASON” DALAM MEMPERERAT SOLIDARITAS ANTAR PENDUKUNG LIVERPOOL FOOTBALL CLUB DI KOTA

BANDUNG

Tujuan peneltian adalah untuk mengetahui bagaimana Strategi Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung. Sehingga peneliti mencoba untuk menganalisis dari tujuan, rencana, kegiatan, pesan maupun media.

Tipe penelitian adalah kualitatif, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sebagian besar data yang didapat melalui wawancara, studi pustaka serta internet searching. Untuk informan nya adalah anggota dari organisasi Bigreds dengan tekhnik sampling diperoleh purposif dengan jumlah informan penelitian 3 dan informan pendukung 2 dengan tekhnik analisa data.

Hasil penelitian menunujukan tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk mempererat solidaritas antar anggota, rencana yang dilakukan terbilang tersusun sesuai tujuandi setiap kegiatan off season nya, adapun kegiatan dalam off season ini mengandung unsur fun yang menjadikan banyaknya peserta seperti rafting dan paintball, pesan yang disampaikan dalam kegiatan biasanya berupa serah terima jabatan baru dengan pengurus lama dan juga sedikit petuah dari komunikator yang sangat bermanfaat bagi para peserta, media yang digunakan melalui bendera yang terdapat pesan-pesan khusus didalamnya.

Kesimpulanpenelitianmenunjukanbahwastrategiberjalandenganberhasildanso lidaritas pun tercipta dalam kegiatan off season ini, disetiap organisasi selalu dibutuhkan rasa kesolidaritasan antar sesame hal itu pula yang mendorong terciptanya suatu kegiatan dalam organisasi.

(5)

THROUGHACTIVITIES"OFF SEASON" IN DEEPENING

This Research Under Guidance :

Desayu Eka Surya, S.Sos.,M.Si

Analyze research goal is to find out how the regional strategy Big reds Off Season Bandung through the strengthening of solidarity between supporters of Liverpool FC in the city ofBandung. So theresearchers triedtoanalyzefrom thegoals, plans, activities, messagesandmedia.

Type of research is a qualitative research method used isdescriptivemethod. Most of the data obtained through interviews, literature and internet searching. For this research in formant was a member of the organization Big reds obtained by purposive sampling technique with a number 3 informant research and 2for support in from ant with data analysis techniques.

Purpose of the research results of this activity is to strengthen the solidarity between members, the plan is carried out fairly successful so far in any of his off season activities, while activities in the off season is an element of fun that makes the many participants, the message delivered in this very worth while activity for participants, media used were quite successful in getting as many people to participate in activities off this season.

Conclusion The study shows that the current strategy with success and solidarity is created in this off-season activity, in every sense of the organization there’s always needed solidarity between the members ofthatis what encouragesthe creation ofan activitywithin the organization.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Illahi Robbi karena atas rahmat, dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, dengan judul “Strategi komunikasi Bigreds regional Bandung Melalui Kegiatan “Off Season” dalam Mempererat Solidaritas Antar Pendukung Liverpool Football

Club di Kota Bandung”.

Penelitian ini merupakan syarat kelulusan Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Melalui proses bimbingan, dukungan, serta bantuan dari semua pihak, peneliti dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada: kedua orang tua Bpk. Ir Sonny Koeswara MSIE dan Ibu Lilis Suharyani, yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi perhatian, kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil.

(7)

1. Yth, Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah mengeluarkan surat izin penelitian.

2. Yth, Bapak Drs. Manap Solihat S.Sos, M,Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan pengesahan pada skripsi ini untuk disidangkan.

3. Yth, Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

4. Yth, Ibu Rismawaty S.Sos, M.Si selaku dosen wali yang selalu memberi dukungan serta saran-saran kepada peneliti selama ini.

5. Yth, Ibu Desayu Eka Surya S.Sos, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran kepada peneliti selama melakukan penelitian ini, terima kasih atas bimbingannya dan juga telah menyetujui usulan penelitian ini untuk diseminarkan.

(8)

7. Yth, Ibu Ratna Widyastuti, A.Md. Mbak Astri Ikawati, A.Md.Kom. dan Mbak Intan S.Ikom selaku Sekretaris Dekan dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia.

8. Yth, Teh Vetri selaku wakil koordiantor Bigreds regional Bandung terima kasih atas izin yang telah diberikan kepada peneliti

9. Yth, Cunda Satria selaku seksi event Bigreds regional Bandung terima kasih atas izin yang diberikan kepada peneliti dan meluangkan waktu untuk wawancara penelitian.

10. Yth, Pancatia Darma selaku anggota United Indonesia atas waktu yang diluangkan untuk melakukan wawancara penelitian

11. Yth, Izal Zulfikar selaku anggota CISC Bandung atas waktu yang diluangkan untuk melakukan wawancara penelitian

12. Yts, kakak dan adik tersayang Dressy Suchi Lira Sari S.I.Kom dan Aldilla Faza Zulfah serta keluarga besar di Bandung dan Jakarta, terima kasih telah mendukung dan memberikan perhatian kepada peneliti selama ini.

13. Rekan-rekan di kelas IK-Humas dan IK-Jurnalistik, dan masih banyak lagi, terima kasih telah berbagi ilmu dan kebersamaan selama ini.

14. Seluruh rekan-rekan di kelas IK-Humas 1 dan rekan-rekan eks IK-3 Angkatan 2007 terima kasih atas telah berbagi kebersamaan.

(9)

16. Untuk calon istri saya yang belum bisa saya sebutkan namanya dan juga mungkin suatu hari nanti akan membaca ini dan juga membaca keseluruhan skripsi ini.

17. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam persiapan, pelaksanaan, sampai dengan peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Atas segala bantuan dari seluruh pihak yang terkait dalam pelaksanaan penelitian ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal. Amien.

Mohon maaf atas kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan mengenai kajian Public Relations.

Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, untuk kesempurnaan penulisan dan penelitian yang akan dilakukan, maka kritik saran yang membantu selalu peneliti nantikan, terima kasih.

Wasssalamuallaikum Wr. Wb.

Bandung, Februari 2012 Peneliti

(10)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Dalam berbagai proses kehidupan, baik dikehidupan formal maupun non formal solidaritas sangat diperlukan, solidaritas adaah sebuah realita yang selalu dinilai penting, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa “solidaritas diambil dari kata Solider yang berarti mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu”. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kelompok sosial dapat disimpulkan bahwa Solidaritas adalah: rasa kebersamaan dalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama.

Tanpa solidaritas apapun bentuk komunitasnya seperti komunikasi organisasi atau komunikasi kelompok tersebut akan lumpuh dan goyah serta bias menyebabkan terpecahnya hubungan antar sesama anggota.

(11)

Penelitian ini mengenai komunitas suporter1 Liverpool FC2 di Bandung. Komunitas suporter tersebut bernama Bigreds. Bigreds merupakan

singkatan dari “Bold Indonesian Group of Reds Supporters”. Bigreds adalah sebuah organisasi pecinta Liverpool Football Club dan sudah mendapatkan status sebagai official fans club di Indonesia sejak Oktober 2004. organisasi ini sendiri pada awalnya berdiri di Bandung namun akhirnya besar dan berkembang di Jakarta menjadi salah satu fans club terbesar di Indonesia sejak tahun 2005 dibawah kepemimpinan Presiden-nya Fajar Nugraha. Bigreds telah memiliki anggota yang tersebar di seluruh Indonesia dan menyelenggarakan kegiatan rutin di 4 kota: Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan.

Sepak bola merupakan salah satu olah raga paling populer di dunia, tidak hanya karena olah raga ini mudah dimainkan (aturan yang relatif mudah dimengerti, peralatan yang sederhana) dalam keadaan yang minim (sarana dan fasilitas sederhana) sekalipun, tetapi karena olah raga ini. mampu mewakili nilai-nilai identitas dan lokalitas (etnis, kelas, kota, agama dan sebagainya) para pendukungnya (pemain, pelatih maupun suporter) (Giulianotti, 2006).

1

Suporter atau fans adalah orang yang memiliki kesukaan dan antusiasme yang berlebih dan intensif terhadap suatu klub, orang, kelompok, produk dan lain-lain. Mereka seringkali menunjukkan antusiasme mereka dengan membentuk fans club, membuat fanzines dan lainnya (http://en.bigreds.org/34/22/81_(person)). Berbeda dengan fanatikisme yang cenderung memiliki kecenderungan untuk melakukan pelanggaran terhadap norma sosial (KBBI 2002).

2

(12)

Heinila (1996:33) menyatakan bahwa rasa terkuat sikap di dalam/diri dan di luar/lawan komunitas diciptakan oleh olah raga tim yang melibatkan dua kontestan, dan itu ada dalam permainan sepak bola di mana dua tim yang bersaing mereprentasikan identitas kultural dan geografi yang spesifik. Dengan demikian olah raga ini mampu melahirkan dramatisasi oposisi biner paling pontensial dalam olah raga. Kemudian lewat industrialisasi permainan ini (meluasnya pangsa pasar, tayangan televisi yang menyiarkan pertandingan sepak bola langsung maupun tunda serta penjualan merchandice klub ke seluruh dunia), menjadikan batas-batas lokalitas semakin memudar. Klub-klub kaya eropa yang memiliki modal

“besar” seperti Manchester United, Liverpool, AC. Milan, mulai

melebarkan “kerajaan” bisnisnya tidak hanya terbatas pada suporter lokal

saja tetapi pasar internasional di seluruh belahan dunia (termasuk Indonesia). Sebagai contoh misalnya klub Liverpool tidak hanya memiliki suporter yang berasal dari kelas buruh Merseyside3, tetapi juga mulai memiliki suporter yang berasal dari Amerika Utara (Amerika Serikat, Kanada) dan Asia (termasuk Indonesia).

Sebagai dampak dari hal tersebut, batas-batas kota Liverpool serta kelas buruh yang diwakili klub semakin memudar, karena nilai-nilai identitas

3

(13)

klub juga ditularkan kepada suporter yang berasal dari luar kota Liverpool dengan kelas sosial dan budaya yang berbeda.

Menurut Alt dalam Giulianotti (2006) mengatakan bahwa gaya

dukungan “publik lokal”, yaitu analog dengan suporter kelas pekerja,

peningkatan dukungan dan loyalitas suporter tersalur melalui klub lokal.

Berlawanan dengan itu adalah suporter “publik nasional” akan mengikuti

prinsip utilitarian dimana tim pemenang akan menghimpun para pengikut dan tim pecundang secara terelakan ditinggalkan. Artinya prestasi klub di kompetisi domestik dan kompetisi internasional akan menentukan seberapa banyak fans atau suporter (baik lokal maupun nasional bahkan lintas negara).

Hal yang unik terjadi pada klub Liverpool dan suporternya yang berasal dari Indonesia (Bigreds), secara prestasi Liverpool telah menjuarai liga domestik Inggris sebanyak 18 kali, tetapi sejak tahun 90an sampai sekarang Liverpool tidak pernah sekalipun juara. Bahkan di tingkat internasional Liverpool terakhir menjuarai piala Champions Eropa tahun 2005 sejak terakhir tahun 1984. Hal ini menunjukkan bahwa di era tahun 90-an hingga

sekarang Liverpool mengalami “kekeringan” prestasi baik lokal maupun

internasional. Berbeda dengan prestasi Manchester united (MU) klub rival Liverpool yang memiliki prestasi yang cenderung stabil tiap tahunnya (hampir setiap musim sejak tahun 90-an MU selalu meraih piala). (soccer 39/IX – 4 April 2009)

Jika merujuk pada pernyataan Giulianotti di atas maka seharusnya

Liverpool sudah sejak lama ditinggalkan oleh suporter “Publik

nasionalnya”, tetapi kenyataannya justru Bigreds sebagai suporter “Publik

(14)

organisasi pada tahun 2004 diakui sebagai organisasi suporter resmi Liverpool di Indonesia dan secara jumlah anggota semakin bertambah di berbagai kota di tanah air).

Klub di liga Inggris yang paling sukses adalah klub Liverpool FC yang telah mengantongi gelar juara liga sebanyak 18 kali, diantara yang lain seperti Manchester United yang hingga kini mengoleksi 19 gelar juara liga. Di kompetisi antar klub di Eropa (Piala/Liga Champions Eropa) pun, Liverpool merupakan tim Inggris yang paling sukses dengan 5 gelar juara dan mendapat badge of honour. Hanya tim-tim yang pernah juara tiga kali berturut-turut atau telah lima kali juara yang berhak memasang badge of honour di kostum mereka. Tidak ada tim Inggris lain yang berhak (soccer 39/IX – 4 April 2009).

Liverpool FC memiliki gaya permainan yang keras, militan, determinasi tinggi, pantang menyerah yang dikenal dengan sebutan “The Liverpool Way”. Liverpool FC juga dikenal akan suporternya yang fanatik dan loyal.

Suporter Liverpool memiliki lagu khas untuk klub kesayangannya yakni

You’ll Never Walk Alone”4

dan menjadi semacam semboyan bagi klub tersebut. Liverpool juga dikenal dengan ke-“angker”-an stadionnya,

4 You’ll Never Walk Alone adalah sebuah lagu yang diciptakan oleh Rogers & Hammerstein III

(15)

Anfield. Stadion tersebut dinilai “angker” oleh tim lawan yang berkunjung

karena kebisingan stadion tersebut oleh suara nyanyian dukungan para suporter Liverpool terutama dari tribun selatan yang dikenal dengan sebutan “The Kop5”

Berikut adalah penelitian mengenai komunitas suporter yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu.

Giulianotti dalam bukunya “Sepak Bola Pesona Sihir Permainan

Global” (2006) membahas tentang kompleksitas sosial, kultural, dan juga

historis dari permainan sepak bola. Giulianotti mengungkapkan bahwa penyebaran sepak bola melintas dunia telah memungkinkan budaya dan negara yang berbeda untuk mengkonstruksi bentuk identitas tertentu melalui praktik dan interpretasi mereka atas permainan. Penyebaran tersebut tidak lepas dari serbuan pengaruh kekuatan kultural dan ekonomi yang mentransformasikan peta permainan ke dalam pasar global. Giulianotti berusaha menjelaskan genealogi budaya sepak bola dengan menjalankan periodesasi yaitu tradisional, modern dan postmodern.

Dalam skripsinya Alek Kurniawan (2009) mengetengahkan topik mengenai suporter sepak bola. Permasalahan yang diangkat adalah hubungan lokalitas dan ke-fanatik-an yang berujung pada tindak kekerasan

5

(16)

komunitas suporter tersebut. Komunitas suporter yang menjadi objek penelitiannya adalah komunitas suporter Persib, Viking Persib Club. Merujuk pada penjelasan Alt diatas, maka komunitas suporter yang diangkat oleh Kurniawan masuk kategori publik lokal. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah mengenai terbentuknya komunitas suporter Liverpool di Indonesia, atau kurang lebih bisa disebut suporter lintas bangsa dan gambaran aktifitasnya.

Atas dasar uraian tersebut di atas maka peneliti mengangkat suporter Liverpool di Indonesia. Secara spesifik komunitas suporter Liverpool yang ada di Bandung, karena di kota inilah awal mula terbentuknya komunitas suporter Liverpool yang bernama Bigreds tersebut.

(17)

yang didalamnya terdapat tujuan khusus untuk menciptakan solidaritas antar pendukung Liverpool di kota Bandung, salah satu kegiatan tersebut

adalah kegiatan “Off Season

(18)

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang strategi yang ada dalam organisasi tersebut. Karena menurut peneliti, solidaritas yang ada di komunitas Bigreds regional Bandung tersebut terjalin dengan erat melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Berdasarakan latar belakang tersebut peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Strategi komunikasi Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool di kota Bandung?”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Tujuan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung ?

2. Bagaimana Rencana Bigreds regional Bandung melalui kegaiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung ?

(19)

4. Bagaimana Pesan yang disampaikan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung?

5. Bagaimana Media yang digunakan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung ?

6. Bagaimana Strategi komunikasi Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan, menguraikan dan menceritakan tentang strategi Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(20)

1. Untuk mengetahui Tujuan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Rencana Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui Kegiatan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung.

4. Untuk mengetahui Pesan apa yang diberikan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung.

5. Untuk mengetahui Media apa yang digunakan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung.

(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian yang dilakukan berguna sebagai bentuk aplikasi komunikasi organisasi secara umum dan komunikasi kelompok serta komunikasi antar personal secara khusus yang berkaitan dengan strategi organisasi dalam mewujudkan interaksional yang positif.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan bagi peneliti

Penelitian ini bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu, tentang ilmu komunikasi secara umum, tentang komunikasi organisasi, komunikasi kelompok dan komunikasi antar personal secara khusus.

2. Bagi Universitas

(22)

3. Bagi Organisasi atau Komunitas

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi Bigreds secara khususnya sebagai informasi dan evaluasi juga referensi bagi Bigreds dalam menjaga dan mempertahankan kegiatan Off Season yang telah dilakukan.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan berusaha membahas permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Pembahasan tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep dan teori yang ada hubungannya untuk membantu menjawab masalah penelitian.

Penelitian masalah yang akan diukur adalah tentang sebuah komunikasi organisasi. Goldhaber (1986) mengemukakan bahwa

”Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah” (Goldhaber dalam Muhammad, 2002:67). Definisi Organisasi menurut

Roger dan Rogers yaitu: “Suatu sistem yang mapan dari mereka yang

bekerja sama unutk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang

(23)

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004). Dari penelitian ini peneliti mengambil definisi Strategi menurut Onong Uchjana Effendy. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Startegi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan komunikasi berupa pesan yang disampaikan melalui berbagai media dapat secara efektif diterima. Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara makro (flamed multi media strategi) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2000 :300)

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

(24)

Strategi. Adapun pengertian dari kelima indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan adalah arah, sasaran, maksud yang akan dicapai oleh sebuah organisasi.

2. Rencana merupakan proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan yang disarankan pada tujuan-tujuan yang akan dicapai.

3. Kegiatan adalah serangkaian aktivitas yang akan dilakukan oleh manajemen atau perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan oleh sebuah organisasi.

4. Pesan adalah keseluruhan apa yang disampaikan oleh komunikator. 5. Media adalah saluran penyampaian pesan, baik itu media cetak atau

elektronik.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu Strategi sebagai variabel X. Sebagai konsep dalam penelitian ini menjelaskan Variabel X yang meliputi lima indikator yaitu tujuan, kegiatan, rencana, pesan, media.

(25)

Uchjana Effendy yang meliputi lima indikator. Yang akan peneliti aplikasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan merupakan sasaran atau maksud yang akan dicapai oleh Bigreds regional Bandung

2. Rencana merupakan proses untuk menentukan tindakan yang dilakukan Bigreds regional Bandung yang berguna bagi masa depan yang tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan yang disarankan pada tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh organisasi tersebut.

3. Kegiatan adalah serangkaian kegiatan berupa “Off Season” yang akan dilakukan oleh Bigreds regional Bandung untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan oleh organisasi tersebut.

4. Pesan adalah keseluruhan apa yang disampaikan oleh Bigreds regional Bandung melalui kegiatan “Off Season” kepada pelanggan bisnisnya.

(26)

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu Strategi Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool di kota Bandung sebagai berikut:

a. Tujuan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung 1. Apa tujuan dilaksanakannya kegiatan ini?

2. Apa alasan memilih nama tersebut?

3. Apa maksud dan makna dari nama tersebut?

4. Apa alasan memilih kegiatan off season sebagai sarana untuk mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool di kota Bandung? b. Apa Rencana Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung

1. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan Bigreds regional Bandung untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan off season ini?

2. Apa saja usaha yang dilakukan oleh Bigreds regional Bandung dalam mempererat solidaritas melalui kegiatan Off Season?

3. Apakah semua langkah dan usaha yang direncanakan berjalan sesuai dengan harapan?

(27)

5. Jika Tidak, apa saja langkah dan usaha yang dinilai kurang tercapai? 6. Apakah ada solusi untuk menutupi kekurangan tersebut?

7. Kapan kegiatan off season ini dilaksanakan?

8. Sejak kapan kegiatan off season beroperasi dan menjadi kegiatan yang ramai di ikuti oleh para pendukung Liverpool di kota Bandung?

9. Apa rencana yang dilakukan dalam menetapkan pesan? 10.Apa rencana yang dilakukan media?

c. Kegiatan Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung 1. Apa saja yang dilakukan pada kegiatan off season?

2. Apakah pada usaha mensukseskan kegiatan tersebut diperlukan menggunakan sponsor pihak eksternal?

3. Apa alasan memilih kegiatan tersebut?

4. Apakah kegiatan tersebut dinilai perlu di modifikasi dengan kegiatan-kegiatan lainnya?

5. Seberapa besar keterlibatan peserta pada kegiatan tersebut

6. Apakah ada kegiatan off season yang dilakukan bigreds yang pesertanya dalam kondisi pasif?

(28)

1. Isi pesan apa yang disampaikan oleh Bigreds pada kegiatan Off Season?

2. Apa gaya pesan yang digunakan oleh Bigreds pada kegiatan Off Season?

3. Apa alasan memilih gaya pesan tersebut?

4. Apa bentuk pesan yang disepakati dalam pelaksanaan kegiatan tersebut?

5. Apa alasan memilih menetapkan bentuk pesan tersebut? 6. Siapa yang menyampaikan pesan tersebut?

7. Apa alasan memilih komunikator tersebut?

e. Media yang digunakan dari Bigreds regional Bandung melalui kegiatan Off Season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool FC di kota Bandung.

1. Apakah pada pelaksanaan off season diperlukan media? 2. Apa media yang dipilih dalam kegiatan off season tersebut? 3. Apa alasan memilih media tersebut?

4. Apakah dinilai perlu menambah media yang lain,alasannya?

1.7 Metode Penelitian

(29)

Metode Penelitian sosial Nazir menjelaskan bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa di masa sekarang (Nazir, 1988:63).

Masih dalam bukunya Nazir mengutip dari Whitney (1960) bahwa metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dengan mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat. Serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubugan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandanagn serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

1.8 Subjek Penelitian dan Informan 1.8.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.

(30)

1.8.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001)

(31)

Tabel 1.1

Daftar Informan

No Nama Jabatan Lokasi

1. Vetri Wakil Koordinator

Wilayah Bandung

Jl. Supratman (belakang hotel mitra) kota Bandung 2. Cunda Satria anggota Bigreds

sekaligus ketua divisi event Bigreds

Bandung

Jl. Bangbayang 38 Dago kota Bandung

3. Dimas Nofianto Anggota Bigreds Bandung

1. Izal Zulfikar Anggota CISC

Bandung

Jl. Cigadung Selatan No.4

Bandung

2. Pancatia Darma Anggota United

Indonesia

(32)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban pertanyaan itu (Moleong, 2007 : 135).

Wawancara juga dimaksudkan untuk memverifikasi khususnya pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang mudah dikualifikasikan, digolongkan, diklasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan data pertanyaan.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada anggota Bigreds di kota Bandung yang mengikuti kegiatan “off season”

2. Observasi

(33)

(

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-observasi-dan-kedudukannya.html)

3. Studi pustaka

Studi pustaka adalah dimana peneliti mencari data dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literatur atau karya tulis yang bersifat ilmiah yang memiliki hubungan dengan penelitian yang dilakukan. Melalui studi pustaka ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pernyataan atau pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memperjelas dan memperkuat pembahasan yang akan diuraikan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, foto, dan sebagainya. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan (Moleong, 2007 : 161).

(34)

5. Internet searching

Internet searching merupakan salah satu dari produk perkembangan teknologi manusia. Melalui browser untuk mencari informasi yang diperlukan. Dalam jejaring dunia maya menampung banyak data dari situs-situs yang ada diseluruh dunia, dengan hanya memasukkan kata kunci dari informasi yang diinginkan maka akan muncul alamat-alamat web yang berkaitan dengan kata kunci yang telah dimasukkan.

1.10 Teknik Analisis Data

Dalam setiap kegiatan penelitian pasti diperlukan adanya suatu analisis

data sebagai media pengumpulan data. “Analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori,

dan satuan urutan dasar” (Patton dalam Moleong, 1980 : 268). Juga berkaitan dengan Triangulasi, Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagi teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawncara terhadap objek penelitian. (Moleong, 2007 : 330)

(35)

penelitian, penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-penonjolan pada tema tertentu (Creswell, 1998 : 65).

Teknik analisis data dialkukan sepanjang proses penelitian sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data. Terkait dengan itu, teknik analisis data yang akan ditempuh peneliti melalui empat tahap yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikkan kesimpulan Seperti digambarkan di bawah ini model komponen-komponen analisis data model interaktif.

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap pertama “pengumpulan data

Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangakaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

2. Tahap kedua “reduksi data

Miles dan Huberman (Suprayogo dan Tobroni, 2001 : 193) menyatakan bahwa :

“Reduksi data diartikan sebagi proses pemilihan, pemusatan perhatian

(36)

Hasil wawancara di lapangan akan dituangkan dalam sebuah narasi yang kemudian disederhanakan dengan memilih hal-hal yang sejenis dan dibutuhkan serta mengelompokkannya sesuai pembahasan agar lebih mudah dalam penyajiannya.

3. Tahap ketiga “penyajian data

Penyajian hasil dari penelitian akan dipaparkan berdasarkan temuan-temuan di lapangan dengan bahasa khas dari informan yang disertai bahasa indonesia agar mudah dipahami. Melakukan interpretasi data yaitu mengintepretasikan apa yang telah diintepretasikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti.

4. Tahap keempat “penarikan kesimpulan

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari khusus ke umum), seperti dikemukakan Faisal (Bungin, 2003 : 68-69) bahwa :

“Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu

logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum, bukan dari umum ke khusus sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti

(37)

Gambar 1.1

Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif

Sumber : Miles and Huberman (1992 : 20)

Penarikan kesimpulan mulai dari permulaan pengumpulan data, mencari arti, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Kemudian peneliti berkompeten untuk membentuk kesimpulan-kesimpulan dan tetap terbuka, namun pada mulanya belum jelas dan kemudian menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk

membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.

(38)

dengan yang lain. Analisis dilakukan secara berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, untuk mengetahui Strategi Bigreds regional Bandung melalui kegiatan off season dalam mempererat solidaritas antar pendukung Liverpool di kota Bandung dan bagaimana komunikasi yang muncul melalui kegiatan off season tersebut.

1.11 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (Sugiyono, 2005:270)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

(39)

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2005:270-274) 4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)

(40)

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.(Sugiyono, 2005:275-276)

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.12.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di markas Bigreds Bandung di Jl. Sumatra No. 5 food festival Bandung.

1.12.2 Waktu Penelitian

(41)
(42)

Bimbingan

6 Pengumpulan

Data

Wawancara

Bimbingan

Pengolahan

Data

7 Penyusunan

BAB IV

Bimbingan

8 Penyusunan

BAB V

Bimbingan

9 Penyusunan

Keseluruhan

10 Sidang

Kelulusan

(43)

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Komunikasi Sebagai Ilmu

Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing).Teori-teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu sosial, sebuah seni liberal dan sebuah profesi.

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksud adalah sama makna. Jadi kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi terjadi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapan, jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya mengerti makna dari bahan yang dipercakapan.

(44)

tampak sudah sejak tahun 1940-an. pada waktu seorang sarjana bernama Carl I. Hovland menampilkan definisinya mengenai ilmu komunikasi, yaitu :

“A systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles

by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed”.

(upaya sistematis untuk merumuskan dengan seksama prinsip-prinsip tersebarnya informasi dan terbentuknya opini dan sikap).

(Effendy, 2009: 4)

(45)

Department of Communication university of Hawaii dalam penerbitan yang dikeluarkan secara khusus menyatakan komunikasi sebagai ilmu sosial. Dan ditegaskan bahwa bidang studi ilmu sosial mencakup tiga kriteria yaitu bidang studi didasarkan atas teori, analisis kuantitatif atau empiris dan mempunyai tradisi yang diakui. Dalam penerbitannya department of communication university of Hawaii juga memberikan contoh-contoh untuk membuktikan komunikasi sebagai ilmu sosial.

2.1.2 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi (communication) dalam bukunya Deddy Mulyana Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar berasal dari kata: common, yang berarti “sama”, dengan maksud sama makna, sehingga secara sederhana, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran, dan rasa antara komunikator dengan komunikan. (Mulyana, 2001:2)

Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam bentuk pikirannya/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing dan terisolir dari lingkungan di sekitarnya.

(46)

Banyak para ahli membuat definisi-definisi tentang komunikasi, salah satunya adalah Bernard Barelson & Garry A. Steiner yang dikutip dari buku Prof.Dr. Deddy Mulyana komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya. Berbeda dengan pendapat Everett M. Rogers masih dalam buku Deddy Mulyana yang menafsirkan komunikasi adalah Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud ksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sementara menurut Harold Lasswell masih dalam buku Deddy Mulyana Menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana

(47)

2.1.3 Proses Komunikasi

Proses komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy terdiri atas dua tahap yang meliputi :

1. Proses Komunikasi Primer 2. Proses Komunikasi Sekunder

(Effendy, 2008:3)

Proses komunikasi secara primer merupakan proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi meliputi bahasa, kial (gesture), gambar, warna, dan sebagainya. Syaratnya secara langsung dapat “menterjemahkan” pikiran atau perasan komunikator kepada komunikan.

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, baik yang berbentuk ide, informasi atau opini bisa dalam bentuk konkret ataupun abstrak. Hal itu bukan hanya suatu hal atau peristiwa yang sedang terjadi sekarang, tetapi juga pada masa lalu atau waktu yang akan datang.

(48)

dengan isyarat yang menggunakan alat, seperti bedug, kentongan, sirine, dan lain–lain, juga warna yang memiliki makna tertentu. Kedua lambang (isyarat dan warna) tersebut sangat terbatas kemampuanya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Sedangkan untuk proses komunikasi sekunder adalah proses penyampain pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam berkomunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah yang banyak. Sarana yang sering dikemukakan untuk komunikasi sekunder sebagai media kedua tersebut, antara lain surat, telepon, faksimili, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain–lain.

Setelah pembahasan di atas mengenai proses komunikasi, kini kita mengenal unsur-unsur dalam proses komunikasi. Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:

a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

(49)

d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

h. Feedback: Umpan Balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

i. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya

2.1.4 Fungsi Komunikasi

(50)

1. Fungsi Komunikasi Sosial

2. Fungsi Komunikasi Ekspresif

3. Fungsi Komunikasi Ritual

4. Fungsi Komunikasi Instrumental (Mulyana, 2001:12)

Fungsi Komunikasi Sosial itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada. (Mulyana, 2001:12)

Fungsi Komunikasi Ekspresif komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal. (Mulyana, 2001:13)

(51)

Fungsi Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi. (Mulyana, 2001:14)

2.1.5 Tujuan Komunikasi

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for effective Communication, menayatakan bahwa tujuan sentral dalam kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:

a. To secure understanding (memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya)

b. To establish acceptance (maka penerimanya itu harus dibina) c. To motivate action (kegiatan dimotivasikan)

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mnegerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (To motivate action)

Gordon I. Zimmerman dalam buku Deddy Mulyana merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar yaitu:

(52)

memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.” (Mulyana, 2007:4)

Rudolph F. Verderber dalam buku Deddy Mulyana mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi yaitu :

“Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu.” (Mulyana, 2007:5)

2.1.6 Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.

Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi verbal

(53)

a. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

b. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

c. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

2. Komunikasi non verbal

Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol. Menurut

Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa: “Komunikasi non

verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”.

Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa: “Komunikasi

(54)

kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).

Menurut Atep Adya Barata bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:

a. Komunikasi visual b. Komunikasi sentuhan c. Komunikasi gerakan tubuh d. Komunikasi lingkungan e. Komunikasi penciuman f. Komunikasi penampilan g. Komunikasi citrasa

2.1.7 Bentuk Komunikasi

Di bawah ini dijelaskan Bentuk-bentuk komunikasi yang meliputi: 1. Komunikasi Persona (Personal Communication)

a) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication)

(55)

b) Komunikasi Antarpersona (antrapersonal communication)

Komunikasi Antarpersonal adalah komunikasi anatar dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pertnyaan menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Bentuk komunikasi antarpersonal ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang saja.

2. Komunikasi Kelompok (group communication)

Kelompok adalah kumpulan manusia dalam lapisan masyarakat yang mempunyai ciri atau atribut yang sama dan merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi. Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. (Wiryanto, 2005:4)

(56)

kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.

Dalam bukunya Jalaludin Rakhmat Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. (Rakhmat, 2008:147-148)

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). (Rakhmat, 2008:150)

(57)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi 2.2.1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian pernyataan manusia dengan lambang-lambang yang mengandung arti. Komunikasi yang efektif hanya dapat tercapai bila pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi memberi arti dan makna yang sama terhadap lambang-lambang yang digunakan dalam kegiatan komunikasi tersebut.

Istilah organisasi bersumber dari kata latin organization yang berasal dari kata kerja yang juga merupakan kata latin organizare, yang berarti ”to form as or into a whole consisting of independent or coordinated parts” (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dan bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi) (Effendy, 2003 :114).

Dengan kata lain, secara harfiah organisasi berarti paduan dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lainnya. Definisi organisasi menurut Roger dan Rogers dalam buku Onong Uchjana Effendy yaitu : ”Suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu

jenjang kepangkatan dan pembagian tugas” (Effendy, 2003:114).

(58)

”Suatu pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus-menerus berubah yang dilakukan antara orang-orang antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut. Sedangkan pandangan objektif menyarankan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan kongkret, dan merupakan struktur dengan batas-batas yang pasti. Istilah ”organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan”. (Mulyana, 2005:11).

Penyataan Pace dan Faules tersebut memperlihatkan bahwa dalam pandangan subjektif organisasi merupakan kegiatan yang dilakukan orang-orang yang satu sama lain saling berinteraksi. Sedangkan pandangan objektif menganggap organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan. Di samping itu, dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah :

(59)

Sedangkan Goldhaber (1986) mengemukakan bahwa ”Komunikasi

organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah” (Muhammad, 2002:67).

”Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan pertukaran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan” (Pace dan Faules dalam Mulyana, 2005:31).

Definisi di atas memperlihatkan bahwa adanya pertunjukan dan pertukaran pesan antara unit-unit komunikasi. Pertunjukan dan pertukaran pesan merupakan peyampaian dan penerimaan informasi yang menurut Pace dan Faules, dalam penyampaian dan penerimaan informasi ke seluruh unit-unit organisasi merupakan salah satu tantangan besar dalam organisasi. Proses penyampaian dan penerimaan informasi berhubungan dengan aliran informasi.

(60)

2.2.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu : fungsi informatif, regular, persuasif dan integratif.

1. Fungsi Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-procesing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.

2. Fungsi Regular

(61)

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada member perintah. Pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan yang lebih baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam sebuah organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi : juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa isitrahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata (Sendjaja, Rahadjo dan Pradekso, 2004:136).

2.3 Tinjauan Tentang Solidaritas

(62)

Solidaritas adalah kombinasi atau persetujuan dari seluruh elemen atau individu sebagai sebuah kelompok.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa solidaritas diambil dari kata Solider yang berarti mempunyai atau memperliatkan perasaan bersatu. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kelompok sosial dapat disimpulkan bahwa Solidaritas adalah: rasa kebersamaan dalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama.

Wacana solidaritas bersifat kemanusiaan dan mengandung nilai adiluhung (mulia/tinggi), tidaklah aneh kalau solidaritas ini merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Memang mudah mengucapkan kata solidaritas tetapi kenyataannya dalam kehidupan manusia sangat jauh sekal.

2.4Tinjauan Tentang Bigreds Bandung

(63)
(64)

3. 1 Sejarah Liverpool Football Club

Liga Inggris pertama kali diselenggarakan pada tahun 1888, dan Anfield adalah salah satu stadion pertama yang digunakan. Pada tanggal 8 September 1888, Anfield menggelar pertandingan antara tuan rumah, bukan Liverpool FC melainkan Everton, melawan Accrington. Sebelum berdirinya LFC, Everton adalah tim Pertama yang mewakili kota Liverpool. Everton, awalnya bernama St Domingo Football Team, merupakan tim sepakbola amatir yang mewakili sebuah gereja bernama St Domingo karena ada anggapan ketika itu bahwa anak muda sebaiknya tetap berada di jalur religius melalui hasrat positif untuk berkompetisi. Setahun kemudian, mereka mengubah nama menjadi Everton Football Club demi menghormati tempat dimana gereja mereka didirikan.

Tim ini tidak berkumpul di gereja, melainkan di Queen’s Head Hotel

yang berdekatan dengan sebuah rumah yang disebut “Ye Anciente Everton

Toffee House”. Dari sinilah Everton kemudian mendapat julukan “The Toffees”.

(65)

berlangsung. Tim ini kemudian maju pesat secara keuangan berkat bimbingan presiden mereka, John Houlding. John Houlding merupakan seorang pembuat bir, anggota dewan lokal Liverpool, dan kemudian menjadi walikota Liverpool pada masanya.

Sebagai orang yang berjasa dalam mengembangkan Everton FC (dan kemudian Liverpool FC), John Houlding tidak terlalu diingat oleh masyarakat kota. Namanya kemudian menjadi sebuah nama jalan yang sangat pendek,

“Houlding Street”, yang terdapat sebuah pub, “Sandon” di sudut. Pub ini dulunya

milik John Houlding yang digunakannya sebagai tempat mengadakan rapat mengenai Everton FC dan juga dijadikan sebagai ruang ganti pemain bertahun-tahun.

(66)

Konflik mengenai bagaimana tim ini seharusnya ditangani memuncak pada tahun 1889-1890. Harga sewa Anfield kembali naik. Pada tahun 1884, Everton membayar sewa 100 poundsterling, dan pada tahun 1889-1890 Houlding menaikkan harga sewa menjadi 250 poundsterling. Houlding memiliki solusi untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah menjadikan Everton sebagai badan usaha. Pada tanggal 15 September 1891 dia mengadakan rapat mengenai isu tersebut

Houlding menyarankan agar Everton FC membeli Anfield dan beberapa tanah miliknya disekitarnya. Harganya terlalu tinggi dan anggota dewan tidak menyetujuinya. Pada oktober di tahun yang sama, konflik ini memuncak dan mengakibatkan Everton FC meninggalkan Anfield untuk mencari markas baru. Houlding ketika itu menjelaskan bahwa sebenarnya Everton diberi kebebasan biaya sewa hingga klub tersebut dapat menghasilkan uang sendiri sehingga mampu membayar biaya sewa lahan Anfield. Hal yang membuat para anggota dewan Everton FC kecewa adalah keputusan Houlding menjual Anfield dan lahan sekitarnya yang hanya akan menguntungkan dirinya. Houlding sendiri

merasa hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar setelah dirinya “mengabdi”

(67)

tersebut dan meminta Houlding agar menurunkan harga sewa dan Houlding menolaknya.

Houlding secara resmi keluar dari Everton FC pada tanggal 12 Maret 1892. Dalam sebuah pertemuan yang dipimpin oleh George Mahon. Mahon memberikan kursi untuk Houlding namun Houlding menolak untuk duduk dan

mengatakan kalimatnya yang terkenal: “Saya berada dalam sebuah persidangan,

dan seorang kriminal tidak pernah menempati kursi” lalu kemudian

meninggalkan rapat tersebut bersama 18-19 orang anggota dewan lainnya.

Liverpool FC dibentuk pada tanggal 15 Maret 1892 di rumah John Houlding. Beliau dan rekan dekatnya di Everton, Barclay, yang ikut meninggalkan Everton, mendirikan sebuah klub baru. William E. Barclay, seorang insan sepak bola menyarankan bahwa mereka harus melanjutkan dengan nama baru: Liverpool. Barclay adalah seorang sekretaris pertama di Everton pada saat klub tersebut resmi menjadi peserta liga pada tahun 1888 dan menjadi sekretaris pertama di Liverpool.

Houlding sebetulnya pada awalnya ingin mendirikan Everton baru

dengan mendaftarkan nama “Everton Football Club and Athletic Grounds

Company plc” pada tanggal 26 Januari 1892 dengan tujuan mengambil alih nama

Everton dengan cara yang sah mengingat Everton “lama” belum didaftarkan

(68)

Pada saat yang bersamaan, beberapa patriot Everton, yang beberapa diantaranya adalah organisatoris gereja St Domingo, membeli lahan baru sebelah utara Stanley Park seharga 8.090 Poundsterling. Houlding yang memiliki lahan kosong kemudian mengambil langkah berani untuk mendirikan sebuah klub baru. Tidak mampu mempertahankan nama Everton FC, Houlding kemudian mengambil usulan sekretarisnya dan menamakan klubnya yang merepresentasikan seluruh kota, bukan hanya sebagian sub-urbannya. Bahkan pada tahun 1894, membuat kostum yang melambangkan warna kota, merah, dengan burung Liverbird sebagai lambang diatasnya.

Semua staff dan pemain meninggalkan Anfield dan bermain untuk Everton FC di Goodison Park, sehingga Houlding harus membangun Liverpool FC dari awal. Untungnya adalah seorang John McKenna, seorang yang loyal bersama Houlding dan Barclay. Kebanyakan pekerjaan membangun tim dilakukan oleh McKenna, seorang berkebangsaan Irlandia. Beliau kemudian menjabat sebagai direktur di Anfield selama 30 tahun. Beliau merupakan anggota dewan FA1 dari tahun 1905, menjadi Presiden Liga pada tahun 1910, kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden FA pada tahun 1928. Beliau juga mengabdi pada beberapa komite sebelum akhirnya tutup usia pada tahun 1936. Beliau adalah seorang yang sangat dihargai dengan pengetahuannya dalam permainan

1Football Association

Gambar

Tabel 1.2
Gambar 1.1
Tabel 1.3
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahan tambahan tipe G adalah suatu bahan tambahan yang digunakan untuk mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih, untuk menghasilkan beton sesuai dengan

No Satuan Kerja Kegiatan Volume Pagu Sumber

The effort of Katy Perry as a woman who tries to build her body to be strong in the army is in accordance with Su san Bordo’s idea in Unbearable Weight where she views bodies as

[r]

2546 อาจารย 3 ระดับ 8 โรงเรียนชุมชนบานแมสูนหลวง กลุมโรงเรียนประจิมวิทยา สํานักงานการประถมศึกษา อําเภอฝาง จังหวัดเชียงใหม

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pola hubungan variabel cuaca (penyinaran matahari, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin) terhadap

Berdasarkan Hasil Evaluasi Prakualifikasi yang telah dilakukan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo untuk pekerjaan KajianTerhadap

[r]

Banyak kursi pada baris pertama sebuah gedung pertunjukan adalah 20 kursi, baris kedua.. 23 kursi dan seterusnya sehingga banyak kursi baris berikutnya selalu