• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri dari panti asuhan (kasus anak jalanan yang melarikan diri dari panti sosial asuhan anak duren sawit)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri dari panti asuhan (kasus anak jalanan yang melarikan diri dari panti sosial asuhan anak duren sawit)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh: ITA PUSPITA DEWI

NIM: 102070026003

Skripsi diajukan memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Saljana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi Persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Ita Puspita Dewi

Nim :102070026003

Di bawah Bimbingan Pembimbing I

.----Drs. Sulistvono, M,Si NIP.

PembimbingII

Yunita Faela Nisa,M.Psi.Psi. NIP:150 368748

FAKULTAS PSIKOlOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATUlLAH JAKARTA

(3)

sarjana psikologi.

Jakarta, 20 Pebruari 2007 Sidang Munaqosyah

rangkap Anggota

Pembimbing I

Drs. Sulistvono.M.si NIP:

Sekretaris merangkap Anggota

Ora. Zahra n N NIP:150 238 773

Penguji II

Pembimbing II

(4)

eng/?slu tirfak,a/?sln pemafi tak,ut cfengan

'l(ek,urangan

jIrtirrya:

(Barang siapa yang 6erta{wa {epad"a jIffa!i, niscaya jIffa!i

mem6ukg{an 6agilrya jafan f?§{uar tfan mem6erinya

nz/iJ

tfari ara!i yang tida{tfisatlfJkg-sangkg. (])atz 6arang siapa

6ertawa{a{{epatfa jIffa!i niscaya jIffa!i a{an

mencu{upRgn (f?§per{uan)nya. Sesunggu!inyajIffa!i tefa!i

mengatfaRgn k§tentuan 6agi tiap-tiap sesuatu.

(5)

Semangatmu yang l1lef1{jafalii kgtetifwnJnu, mengajarttanttu

tat

pemafi

putus

asa.

)'lyali, I6u

.

'KJpersem6alimu sefa{u untu/(]nu, semoga)'lffali Se1lantiasa mefind"ufl{ji

kgCum, semoga d"apat tu6uatkgn istana terirufali untutmu seperti

kgu sefafu mem6uatkgn istalW-istaJW kg6afwgian di ftat:il(.u.

)'ltu CBanlJ9a :Melljadi)'lnatmu

:Mas...(Jil1SorCBafwry)

Vntutmu yafl{j sefa{u mengingatkgntu akgn arti se6uali pengetaliuan.

'l{au mellytUfarttantu akgn wama-wami kgfiUfupan.

Semoga)'lffali ntempertemukgn tita tfafam se6uali malilllJai

terid"lioan:Nja.

CBang (j)ed"e Sufai1ll£ln, 6ang )'llimadPauzi

"

matasili 6afl{jet tfalijagain

ita sefama ini".CBnat

ad"iftliJt Ismaif)'l6d"urraliman

et

Pazar:Maufana

SIiUfiq, ((<Tetelisaya....

fI{j

6afl{jet ma' kg{ian". <TeIiIim (kgf«t/tIpar),

Ji"tfwatu[Jannali, Windlii £estari, Palijirozi, 'Wufall, WurCefa,Irufali,

Puput, "f«t[ian atfafali inspirasi Guat teteli". Semoga )'lffali mempererat

tau ulijiuwali d"iantara lijta.

Cf3est Prenas Wa6ifali,)'lnis, 'Vffali,(j)e2Ii,Wani,:Mi2n, ((1£0* 'YDV".

)'lnd:Mitfali, J{o[maa, CJ?gifana, Zawjiyali, (j)ed"eli, Vmro!i,)'las,

CJ?gtna, "'1(JJwlIgan itu tataf«tn liifang teman"!

So6at

'l{'l{£

C1'S)'l)'l (j)uren Sawit ((j)ed"eli, CBurufa Wuri,

:JVJa, kg' )'lmi,

(('l{angen nili sama Pufau Seli6u

",

et

CBafl{j Zai,

'l{'

Jamafi, Igun and

(6)

(D) Dinamika Pengambilan Keputusan Anak Jalanan yang Melarikan Diri dari Panti Asuhan

(E) Xiii+93 halaman

(F) Anakjalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah, berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat urnurn lainnya (Depsos, 2004). Mereka rentan terhadap kejahatan, tindak kriminal, asusila, kecelakaan, serta terhambatnya perkembangan. Upaya pemerintah dan masyarakat adalah

meminimalisir keberadaan mereka. Salah satunya dengan memasukan anak jalanan ke panti asuhan guna mendapatkan pelayanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri dari panti asuhan. Meliputi tahapan pengambilan keputusan, strategi pengambilan keputusan serta faktor-faktor pengaruhi pengambilan keputusan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus serta menggunakan metode deskriftif. Adapun sampel penelitian ini adalah anak jalanan berusia 11-16 tahun dan pernah tinggal di PSAA Duren Sawit, dengan jumlah sampel sebanyak 4 anak jalanan. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi dan metode wawancara tidak terstruktur. Sedangkan instrumen penelitiannya menggunakan pedoman wawancara, lembar observasi, tape recorder dan alat tulis.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada tahapan pengambilan keputusan Subyek Indah dan Adit sarna-sarna melewati tahapan pengambilan keputusan secara keseluruhan, bahkan strategi pengambilan keputusan keduanya juga sarna-sarna cenderung menggunakan strategicombination strategi, karena keduanya sama-sarna berniat melarikan diri. Sedangkan kasus Kiki dan Doni pada tahapan pengambilan keputusan, keduanya tidak melalui tahapan

surveying the alternative, karena pada awalnya keduanya tidak bemiat

(7)

melarikan diri adalah karena ancaman temannya. Sedangkan Adit karena teringat orang tuanya yang mana keberadaannya di panti selama sebulan tidak diketahui keluarga sehingga cukup mengganggu

konsentrasinya di panti. Sedangkan kasus Doni karena tidak puas dengan pemberian materi yang sedikit sehingga ia lebih memilih jalanan yang memberinya uang lebih banyak.

(8)

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akademis berupa penulisan skripsi ini.

Begitu pula tidak lupa penulis lantunkan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw, yang kepada beliau diturunkan wahyu lIahi berupa al-Qur'an, kemudian beliau terapkan dalam ucapan, sikap, dan keteladanan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dengan serentetan peristiwa, berbagai cobaan, tantangan serta tidak terlepas pula dari kekurangan serta kelemahan penulis. Karena itu penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah seharusnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati M.Si, Selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si, sebagai pembimbing akademik kelas C yang selalu memberikan support serta waktunya dalam memberikan dukungan kepada penulis, beserta para staf akademik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

senantiasa melayani serta membantu melancarkan penulis dalam masalah administrasi akademik.

2. Bapak Drs. Sulistyono, M.Si, selaku Pembimbing I, dan Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi.Psi. Selaku Pembimbing II, yang telah memberikan ilmu serta meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 3. Teruntuk Ibunda Siti Mae Saroh dan Bapak tercinta Siman. Cinta kalian begitu menguatl<an ketegaran hati ini. karena kalianlah aku bisa menjadi seperti diriku.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih semoga amal baikmu mendapat balasan yang setimpal dari Allah.

Akhirnya semoga Allah membalas amal budi baik semua serta skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi semuanya. Aminya

Robbal'a/amin.

Jakarta, 20 Pebruari 2007 Penulis

(9)

Motto Abstraksi Kata Pengantar Daftar lsi Daftar Tabel iv vi viii ix xii BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Pembatasan dan Perumusan masalah 5

1.3.1. Pembatasan masalah 5

1.3.2. Perumusan masalah 5

lA. Tujuan dan manfaat penelitian 6

1.4.1. Tujuan Penelilian 6

1.4.2. Manfaat penelitian 6

1.5. Sistematika penulisan 7

BAB 2 KAJIAN P U S T A K A 9

2.1. Pengambilan keputusan 9

2.1.1 Pengertian Pengambilan keputuan

2.1.2 Tahapan Pengambilan Keputusan 12 2.1.3 Strategi Pengambilan Keputusan 14 2.1A Faktor-faktoryang mempengaruhi Pengambilan

Keputusan 15

2.2. Anak Jalanan 16

2.2.1. Penger/ian Anak Jalanan 17

2.2.2. Latar belakang munculnya anakjalanan 19

2.2.3. Penanganan anak jalanan 23

2.3. Panti Asuhan 28

2.3.1. Definisi Panli Asuhan 28

2.3.2. Sistem Panti Asuhan 29

2.3.3. Profil Singkat Panli Sosial Asuhan Anak (PSAA)

(10)

3.2.1. Tehnik pengambilan sampel 38

3.2.2. Subyek penefitian 39

3.3. Pengumpulan Data 40

3.3.1. Metode pengumpulan data 40

3.3.2. Instrumen penelitian 41

3.4. Prosedur penelitian 42

3.5. Tehnik anafisa Data 43

BAB4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 46

4.1. Gambaran umum subyek penelitian 46

4.2. Analisis Kasus 48

4.2.1. Kasus Indah 48

4.2.1.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 50 4.2.1.2. Tahapan Pengambilan Keputusan 55 4.2.1.3. Strategi Pengambilan Keputusan 57 4.2.1.4. Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan

Keputusan 58

4.2.2. Kasus Kiki 60

4.2.2.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 62 4.2.2.2. Tahapan Pengambilan !<eputusan 65 4.2.2.3. Strategi Pengambilan Keputusan 67 4.2.2.4. Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan

Keputusan 67

4.2.3. Kasus Doni 69

4.2.3.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 69 4.2.3.2. Tahapan Pengafnbilan Keputusan 74 4.2.3.3. Strategi Pengambilan Keputusan 75 4.2.3.4. Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan

Keputusan 76

4.2.4. KasusAdit 77

4.2.4.1. Dinamika Pengambilan Keputusan 77 4.2.4.2. Tahapan Pengambilan Keputusan 79 4.2.4.3. Strategi Pengambilan Keputusan 81 4.2.4.4. Faktor-faktor Pengaruhi Pengambilan

Keputusan 81

[image:10.529.41.472.67.670.2]
(11)
(12)

1. Faktor pendorong dan fasilitas penarik anak hidup di jalanan 21

2. Tugas pokok PSAA 32

3. Gambaran umum subyek penelitian 47

[image:12.524.46.468.107.543.2]
(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Kita patut berbangga dengan kemajuan yang kita rasakan dewasa ini. Segala sesuatu dengan mudah kita peroleh. Kemajuan teknologi membuat segala sesuatunya menjadi lebih mudah, aman dan efisien. Namun, bagaimana dengan mereka yang hidup di jalanan? Kemajuan yang ada hanya mereka dengar dan Iihat tanpa mereka rasakan. Jangankan untuk menikmati fasilitas yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis satu hari saja mereka harus berjuang keras dengan cara apapun yang menurut mereka dapat memenuhi tuntutan yang paling esensial, yaitu makan. Banyaknya mereka yang turun ke jalan (anak jalanan) disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, orang tua tidak bertanggung jawab, serta Iingkungan yang tidak kondusif. Hal tersebut tidak terlepas sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan menjadi pemicu bertambahnya kuantitas PMKS

(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di jalanan. Berbagai jenis PMKS antara lain anak jalanan, WTS, jompo, waria, gelandangan, pengemis, joki, three in one, asongan, residivis, calo, penjual koran, pengamen dan

(14)

paling serlus adalah masalah anak jalanan, .J<arena mereka adalah aset penerus bangsa.

Perkembangan pesat anak-anak jalanan di berbagai sudut jalan, selain memprihatinkan dari sudut kemanusiaan, juga melahirkan permasalahan baru yang cukup meresahkan, dimana keberadaanmerekadi jalanbegitu rentan dengan tindak kriminal, kejahatan serta rawan kecelakaan.

PermasaJahannya, tingkatkemampuan penanganan tidak sebanding dengan besaran masalah yang cendei1,!l1g

t€!I1}S

m'ilryingkat s6C?ra kuantitatif.

,

Dampak krisis multidimensional yang hinggakinl belum dapat dipulihkan mengakibatkan keberadaan dan kehadiran insan jalanan bertambah menjadi deretan panjang sehingga sulit untuk dihapuskan. Sasaran awal adalah pengendalian untuk mengurangi bertambah dan penyebarannya.Sejauh ini telah banyak upaya yang dilakukaooleh .Pemerintah ,Daerah guna

menanggylangima~alah k~jghteraan ~Q~ial. Me~ki tidak~atupun

(15)

Banyaknyapenertiban yang dilakukan trantib merupakan salah satu upaya meminimalisir l<eberadaan anal< jalanan. Mereka yang terl<ena penertiban, sementara dl tampung di Panti Sosial Kedoya, sebelum disalurkan ke panti-panti sosial sesuai dengan jenis dan tingkat masalahnya. Setelah itu

diadakannya upaya social. Sebagai rangkaian kegiatan penangananPMKS antaralain program rehabilitasi sosiat, penyantunan sosiat dan Bimlat Kemandirian (Dok.Disbintal, 2003).

Salah satu tempat pembinaan anak jalanan adalah Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) yang terletak di Duren Sawit. berfungsi sebag13i I.embaga Pelayanan Sosial Anak Jalanan, Lembaga Pembinaan Pendidikan dan

Pelatihan. Anak jalanan yang ditampung di panti ini mendapatkan pelayanan, pembinaan, pendidikan serta pelatihan dan pengembangan dirt. Namun, meskipun mereka telah difasilitasi, pada kenyataannya jumlah merekayang masuk ke panti sekitar 20 orang yang exist dan tetap tinggal hanya sekitar sepuluh persen dan bahkan hanya seorang saja (wwncr: Mei 2006). Hal ini dikarenakan banyaknya mereka yang melarikan diri kembali ke jalan.

(16)

yang di ambil oleh mereka yang tinggal di panti tentulah mengharapkan suatu kehidupan atau masa depan yang lebii:l baik. Namun pilii:lan seperti apa ya,ng membuat anak jalanan lebih memilih melarikan diri dari panti asuhan?

Padahal fasilitas telah dlsediakan dan PSAA yang berada di Duren Sawit, Jakarta Timur ini merupakan panti cukup megah dan layak.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Penulis tertarik untuk untuk melakukan penelitian tentang anak jalanan yang meninggalkan panti asuhan ini, §Ejhingga penulis membuatjudul penelitian- "Dinamika Pengambilan Keputusan Anak Jalanan yang Melarikan Diri dari Panti Asuhan", (kasus anak jalanan yangmelarikan diri dari Panti Soslal Asuhan Anak (PSAA) Duren

Sawit)"'.

Mengacu pada latar belakang dl atas, ada beberapa masalah yang penulis kemukakan;

1. Bag.aimana gambaran pengambilan keputusan anak jalanan yang,.

.'.. .,

melarikan diri dari panti asuhan?

(17)

3. Bagaimana gambaran kehidupan anak jalanan, sehingga kebanyakan mereka merasa kerasan berada di jalanan?

1.3.

Pembatasan dan Perumusan masalah 1.3.1. Pembatasan masalah

Adapun pokokpermasalahan dalampanelilian ini adalah;

1. Pengambilan keputusan adalah proses pamikiran tentang suatu masalah atau problem untuk menjawab partanyaan apa yang harus di perbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan-pilihan pada suatu alternatif tertentu (Atmodi~o, 1987).

2. Anak jalanan yang diteliti adalah anak-anak yang berusia11-16tahun yang pernah tinggal di dalam Panli 80sial Asuhan Anak Putra Utama 5 Duren 8awit yang kemudian melarikan diri kembali ke jalan.

1.3.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah bagaimana gambaran pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri kembali ke jalan, meliputi;

(18)

2. Bagaimana slralegi pengambilan keputusan anak jalanan yang melarikan diri dari Panti Asuhan?

104. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. TUjuan Penelitian

P"Emelitian ini bertujuan untuk;

1. Memperoleh gambaran mengenai dinamika pengambilan kepulusan anak jalanan yang melarikan diri (kabur) dari Panti Asuhan.

2. Memperoleh gambNan tentang proses pengambilan keputusan anak jalanan yang meninggalkan Panli Asuhan.

1.4.2. Manfaat Peneiitian

Penelilian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praklis. Manfaal teorilis dari penelilian ini diharapkan dapat

,

memberikan sumbangsih dan masukan dalam pengembangan psikologi sosial terutama penanganan terhadap anak jalanan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan rujukan dan pembanding untuk penelilian

(19)

yang menampung anak jalanan dalam menyikapi mereka serta meminimalisir agar mereka tidak kembali ke jalan lagi dan tetap tinggal di panti asuhan guna mendapat kehidupan yang lebih layak.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun garis besar dari sistematika penulisan skripsi ini adalah: Bab I Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, Identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka. Berisi penjelasan tentang kajian pustaka. Menjelaskan mengenai pengambilan keputusan, baik secara definisi, tahapan pengambilan keputusan, strategl pengambllan keputusan, faktor-faktor yang pengaruhi pengambilan keputusan. Kemudian menjelaskan tentang anak jalanan, definisi anak jalanan,

,

latar belakang timbulnya anak jalanan, serta penanganannya.

Terakhir menjelaskan tentang panti asuhan, meliputi tentang definisi panti asuhan, sistem panti asuhan serta profil mengenai panti

asuhan yang menjadi tempat penelitian.

(20)

Kedua, Pengambilan sampet berisi dua sub, yaitu tentang tehnik pengambilan sampel dan subyek penelitian. Ketiga, Pengumpulan data baik metode pengumpulan data maupun instrumen penelitian itu.sendiri. Terakhir berisi mengenai prosedur penelitian dan tehnik analisa data.

Bab IV Presentasi dan Analisa Data. Menjelaskan tentang hasil

penelitian. Berisi gambaran umum subyek penelitian, Analisa kasus persubyek serta analisa antar kasus.

Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran.Bab terakhir ini membahas diskusi dan saran.

(21)

2.1. Pengambilan Keputusan

2.1.1. Pengertian pengambilan keputusan

Siagian (1990, h. 83) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu hakekat masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, suatu penemuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Sedangkan keputusan itu sendiri adalah

pengakhiran atau pemutusan dari pada suatu proses pemikiran tentang suatu masalah atau problem untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif tertentu (Atmodirjo, 1987).

(22)

(Suharnan, 2005). Keputusan- keputusan itu sendiri dapat di pahami melalui dua pendekatan pokok. Pertama, pendekatan normatif. Menitik beratkan pada apa-apa yang harus dilakukan oleh pengambilan keputusan sehingga diperoleh suatu keputusan yang rasional. Kedua, pendekatan deskriptif. Menekankan pada apa yang telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional (Glass dan Holyoak, Hastja~o, dalam suharnan, 2005). Dengan demikian pendekatan normatif akan mengacu pada prinsip keputusan yang seharusnya dibuat menurut pikiran logis (ideal). Sementara itu, pendekatan deskriptif akan mengacu pada kenyataan-kenyataan keputusan yang telah dibuat oleh kebanyakan orang.

Beberapa ahli lainnya memberikan batasan mengenai pengambilan

keputusan(decision making)dalam Jalaluddin Rakhmat (2005) diantaranya: a. pengambilan keputusan adalah sejenis pemecahan masalah yang

menimbulkan beberapa alternatif pilihan, yang mengharuskan kita untuk memilih antara beberapa pilihan.

(23)

c. Pengambilan keputusan adalah proses yang berkembang pada pemecahan masalah. Pengambilan keputusan dapat dilihat

sebagai tindakan untuk memilih diantara alternatif pilihan masalah.

Dari batasan di atas dapat kita Iihat bahwa pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam menentukan suatu pilihan dalam mengambil tindakan serta merupakan bagian dari pemecahan masalah. Hal ini senada dengan pernyataan Gilhooly (dalam Michael W, 2001, h. 331) menjelaskan:

"There are clear similarities between decision making and problem

solving. Decision making requires an elementofproblem solving, in

that individuals are typically trying to make the best possible choice

fromarangeofoptions".

Keputusan yang diambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda umumnya (Marx, 1976); 1). Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; 2). Keputusan selalu melibatkan pilihan dari beberapa alternatif; 3).

(

(24)

2.1.2. Tahapan pengambilan Keputusan

Sebelum seseorang sampai pada pengambilan keputusan biasanya akan melewati beberapa tahapan. Menurut Jannis&Mann (dalam Atwater: 1983) ada 5 tahap yang dilalui de:lam pengambilan keputusan secara umum yaitu:

1. Apraising the challenge(menilai masalah). Melibatkan kesadaran

tentang masalah sebagai tantangan, dan mengetahui resiko yang akan diambil jika tidak melakukan, mengenali masalah juga dimaksud agar tidak terjadi persepsi yang salah(oversimplikas/).

2. Surveying the altematives

Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang alternatif yang mungkin dilakukan. Hal penting dalam tahapan ini adalah

keterbukaan (fleksibilitas) dengan memperhatikan informasi-informasi tentang kemungkinan alternatif.

3. Weighing the alternatives

Pilihan-pilihan yang ada dievaluasi berdasarkan konsekuensi dan

I

kepraktisan, terutama kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif. Evalusi ini berguna untuk memilih alternatif terbaik.

4. Making

a

commitment
(25)

yang ada, serta telah menetapkan komitmen untuk melaksanakan keputusan tersebut.

5. Adhering despite negative feedback.

Setiap keputusan pasti ada resiko, namun terpenting tidak terlalu bereaksi berlebihan dengan kritik atau kekecewaan seperti mengganti sebuah keputusan sebelum mencoba atau tidak menerima kritikan.

Selain tahap di atas, Janis&Mann (dalam Nur Alia, 2004) mengemukakan tujuh kriteria untuk menguji efektivitas dari pengambilan keputusan.

Diantaranya yaitu;

1. Secara menyeluruh melihat altematif tindakan yang mungkin di capai dan nilai-nilai yang mungkin dilakukan.

2. Menghubungkan seluruh tujuan yang akan didapat dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pilihan

3. Secara hati-hati menimbang kerugian yang akan dihadapi,

/

memperkirakan resiko yang belum pasti, baik konsekuensi positif maupun negatif.

4. Secara intensif mencari informasi baru yang relevan untuk evalusi lebih lanjut.

(26)

6. Menilai kembali konsekuensi positif dan negatif setiap pilihan termasuk pilihan yang semula tidak diterima, sebelum ambil keputusan akhir. 7. Membuat langkah-Iangkah tindakan dan rencana yang terperinci

dengan mempertimbangkan kemungkinan tindakan yang antisipatif.

2.1.3. StrategiPengambilan Keputusan

Menurut Gelatt, Varen Horst, dan Carey (dalam Atwater: 1983) mengklasifikasikan strategi pengambilan ke

putusan berdasarkan unsur resiko yang terlibat di dalamnya;

1. Wish Strategi. memilih altematif yang dapat membawa pada hasil yang paling diinginkan tanpa memperhatikan resiko.

2. Escape Strategi, memilih altematifyang paling tinggi

kecenderungannya untuk dapat terhindar dari hasH yang buruk.

3. Safe Strategi. memilih altematif pilihan yang paling tinggi untuk kecenderungannya mencapai keberhasilan.

I

4. Combination Strategi, memilih altematif pilihan yang tepat.

Mengkombinasikan kemungkinan untuk memproleh hasH yang paling diinginkan(high desearebility) dengan probabilitas peluang tertinggi

(high probability).

(27)

kemampuan serta strategi yang berbeda. Meskipun klasifikasi strategi pengambilan keputusan tampak mudah namun dalam realita dan pelaksanaannya sangat unik, artinya bahwa setiap individu akan menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu itu sendiri.

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Marx (1976) diantaranya adalah faktor personal, yang meliputi:

1. Kognisi, berupa kualitas dan kuantitas pengambilan yang dimiliki individu.

2. Motif, yakni bagaimana motivasi individu dalan merespon situasi yang dihadapi.

3. Sikap, sesuatu yang berhubungan dengan perasaan negatif dan positif individu terhadap situasi tertentu.

Faktor lain yang juga pengaruhi pengambilan keputusan individu dalam hadapi konflik (Davidoff, 1991) yaitu;

(28)

2. Jarak, tempat, dan waktu. Individu akan cenderung mendekati atau menghindari salah satu pilihan sesuai dengan jauh atau dekatnya jarak, tempat dan waktu dari pilihan tersebut.

3. Pengharapan. Semakin besar harapan individu terhadap salah satu pilihan maka akan besar pula kemungkinan untuk memilih pilihan tersebut.

2.2. Anak Jalanan

Salah satu permasalahan kesejahteraan sosial yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia adalah hadirnya masalah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang cenderung terus meningkat. Berbagai jenis PMKS antara lain anak jalanan, WTS, Jompo, Waria, gelandangan, pengemis, joki, three in one, asongan, residivis, calo, penjual koran, pengamen, psikotik, dan insan jalanan lainnya yang perlu ditangani (Ook. Oisbintal, 2003).

(29)

Banyaknya anak yang terjun menjadi anak jalanan sebenarnya tidak terlepas dari faktor lingkungan terhadap anak tersebut, serta banyaknya perlakuan yang salah dari orang tua. Informasi yang penulis peroleh dari hasil

wawancara penulis terhadap beberapa anak jalanan yang masuk ke Panti Asuhan Duren Sawit bahwa banyak mereka yang melarikan diri ke jalan adalah karena mereka seringkali mengalami kekerasan fisik dari orang tua mereka sendiri, sehingga mereka mencari solusi dengan turun ke jalan yang sebenarnya malah menambah permasalahan baru baik untuk mereka sendiri dan Iingkungan yang mereka tempati.

2.2.1. Pengertian anakjalanan

Departemen Sosial RI mengartikan anak jalanan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah, berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat umum lainnya (Dok. Disbintal, 2004). Mereka yang biasanya disebut sebagai anak jalanan 'sejati' adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untukbeke~a dan bersosialisasi dengan orang lain (Blanc, et ai, Soedijar, Kusumanegara, Sanusi, dalam Irwanto 1999).

(30)

20 tahun. Sedangkan survei yang dilakukan oleh Sanusi (dalam Irwantoet.a/.

1999) di OKI Jakarta dan Surabaya terhadap 300 responden mengungkapkan bahwa 2.3 % atau sebagian keeil dari mereka berusia di bawah 6 tahun dan sebagian besar (Iebih dari 70%) berusia 6-15 tahun. Mereka yang berusia 16-18 tahun 19 %-24% dari jumlah seluruh anakjalanan. Sedangkan Soedijar (1989) mengatakan bahwa anak jalanan adalah sebagaj anak yang berusia 7-15 tahun yang bekerja di jalan raya.

Ada beberapa konsep yang bisa menjelaskan tentang keadaan anak-anak jalanan atau anak yang rawan. Oiantaranya adalah konsep-konsep

'deprivation'yangdiartikan sebagai anak yang mengalami kehilangan

sesuatu yang didambakan atau dibutuhkan(deprived children). Konsep lain adalahdisadvantage childrenyaitu anak yang dalam kedudukan kurang menguntungkan atau anak yang dirugikan. Ada juga konsepchildren at risk

yaitu anak yang mengalami gangguan atau masalah dalam

I

perkembangannya atau yang rawan mengalami ancaman baik secara psikologis, sosial maupun fisik (Utami Munandar, 1997)

(31)

the strett(Muslihah, 2002). Sedangkan kriteria anak jalanan menurut Departemen Sosial (Setyoko, 1991) yaitu:

1. Anak yang hidup di jalanan, sudah putus sekolah dan tidak ada hubungan dengan keluarga(Childrenoffthe street).

2. Anak yang bekerja di jalanan, sudah putus sekolah dan berhubungan tidak teratur dengan keluarga(children on the street).

3. Anak yang rentan menjadi anakjalanan, masih sekolah ataupun sudah putus sekolah serta masih berhubungan teratur dengan orang tua

(Vulnerable to be street children).

Penulis dalam hal ini menggunakan subyek penelitian dengan kriteriachildren

on the street, yaitu anak yang bekerja di jalanan, sudah putus sekolah namun

masih melakukan kontak dengan keluarga. Karena dengan masuknya kriteria anakjalanan ini ke panti mereka akan mendapatkan pendidikan (sekolah).

2.2.2. Latar belakang munculnya Anak Jalanan

(32)

Mengetahui latar belakang mengapa seorang anak bisa menjadi anak jalanan, ternyata sama sulitnya mengetahui latar belakang mengapa orang bisa menjadi penjahat atau wanita tuna susila. Berbagai alasan diutarakan namun pada dasarnya kesulitan ekonomilah selalu menjadi alasan utama. Justeru yang menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah mengapa mereka yang juga mengalami kesulitan ekonomi tidak melakukan hal yang sama (Sri Sanituti et.al, 1999).

Seeara rinci, Sri Sanituti (1999) memaparkan dari hasil penelitiannya di Surabaya melalui wawaneara di lapangan, banwa faktor-faktor penunjang terjadinya anak jalanan adalah sebagai berikut

1. Fasilitas

Ada empat kondisi yang mendorong atau memfasilitasi kecenderungan anak memilih hidup sebagai anak jalanan.

Lingkungan keluarga. Artinya, bila anak,dibesarkan dalam

community

streetbesar kemungkinan si anak akan mengikuti jejak

orang tua untuk turun ke jalan.

(33)

merasaadayang kurang dalam keluarga, sehingga ia mencari pelampiasan di luar keluarga.

Ketiga dekat dengan keramaian atau fasilitas umum. Seperti terminal bis, kereta api, pusat perbelanjaan serta persimpangan jalan yang adalampu lalu Iintasnya.

Keempat dekat dengan komunitas jalanan.

Table I

Faktor pendorong dan fasllltas penarlk anak hldup dl jalanan

Kesulitan Ekonomi

Keluarga Jalanan menyediakan

Mendorong orangtun

f-- fasilitas: Bisa

I

mempekeIjakan anal< mengbasilkan uang Orangtunbagiandari walau tanpa modaldan

komunitas jalanan keahlian

Konflik keluarga

I

Orang tua bagiandari Anak tidak betahJa1anan memberidirumahfasilitas:

komunitas jalanan kebebasan dan penghasilan yang membuat anal< mampu

! bertahan hidup tanpa

tergantung pada orang rna

2. Pengetahuan

[image:33.521.34.461.211.566.2]
(34)

1. Mereka tidak memiliki kemampuan mengenai pekerjaaan lain yang dapat menghasilkan uang besar selain anak jalanan.

2. Munculnya anggapan dalam diri si anak maupun keluarga bahwa menjadi anak jalanan adalah hal yang wajar.

3. Adanya bUdaya masyarakat agraris dimana anak dalam keluarga mempunyai peranan membantu orang tua. Pada petani miskin, anak-anak dipergunakan sebagai tenagake~a.

3. Kategori anak jalanan

Secara garis besar dapat dibedakan dua kategori anak jalanan. yaitu:

Pertama, anak jalanan yang masih terikat. Mereka berada di jalanan karena

keinginan mendapat rumah sendiri. Sering pulang sehingga ada keterikatan orang tua dan Iingkungan, beroperasi di sekitar atau dekat dengan rumahnya.

Kedua, anak jalanan yang bebas. Biasanya banyak berasal dari keluarga

atau komunitas jalanan. Sudah lama jadi anakj~lanan, sudah lepas dari keluarga, tidak terikat waktu dan tempat. Cenderung mengabaikan norma-norma kemasyarakatan serta mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif. Kedua kategori anak jalanan ini yang diteliti dalam skripsi ini.

4. Proses terjadinya anak jalanan

Ada lima tahapan pokok yang sederhana mengenai proses anak keluar dari

(35)

1. Pengetahuan sampai adanya ketertarikan 2. Ketertarikan sampai keinginan.

3. Pelaksanaan.

4. Mulai memasuki kehidupan anak jalanan.

5. Te~erumus atau kembali pada kehidupan wajar.

2.2.3. Penanganan Anak Jalanan

Masa anak-anak merupakan masa yang terpenting bagi pertumbuhannya, karena pada masa ini anak mengalami sosialisasi dan proses pengembangan diri untuk menjadi dewasa yang akan berpengaruh besar terhadap

pembentukan sikap hidup di masa yang akan datang. Apabila kebutuhan anak secara wajar tidak terpenuhi maka anak akan mengalami penelantaran, namun sebenarnya yang lebih penting adalah anak terhambat perkembangan kepribadiannya (Sumadi Suryabrata, 1982: 2, dalam Ikawati dkk, 2002).

Keterlantaran pada dasarnya dapat menimpa siapa saja, tetapi ketika

keterlantaran itu menimpa kepada anak dan menyebabkan mereka berada di jalanan, maka upaya penyelamatan dan pembinaan harus mendapat

(36)

Menurut Sanusi (1990) permasalahan anakjalanan terbagi dalam 2 hal. Pertama permasalahan yang dihadapi anak jalanan dan kedua permasalahan yang ditimbulkan anak jalanan. Adapun permasalahan yang dihadapi anak jalanan yaitu;

1. Berkelahi dengan anak jalanan lain. 2. Eksploitasi ke~a.

3. Terlibat tindak kriminal

4.

Kekerasan seksual

5. Rawan kecelakaan

6. Rawan obat terlarang

7. RaziaIKamtib

8. Perkembangan kejiawaan kurang baik 9. Rawan penyakit menular (HIVIAIDS)

Adapun permasalahan yang ditimbulkan anakjalanan; 1. Mengganggu ketertiban umum

2. Mengotori keindahan kota 3. Menebar kejahatan kriminalitas

(37)

handal. Hak-hak dasar anak yang terrnaktub di dalam Konvensi Hak AnakUU

No.6: 1974 tentang kesejahteraan sosial danUU No.4: 79 tentang

kesejahteraan anak sertaUU No. 23:2002 tentang perlindungan anak belum terealisir. Tentu saja implementasi Konvensi Hak Anak merupakan tanggung jawab semua pihak bukan hanya pemerintah atau orang tua. Oleh karena itu semua pihak harus memulai mencoba memenuhi hak-hak dasar anak yang meliputi antara lain hak terhadap kelangsunngan hidup anak, hak terhadap perlindungan anak, hak untuk tumbuh berkembang dan hak untuk

berpartisipasi (Abdullah Syarwani, dalam Ikawati dkk :2002).

Hal tersebut senada dengan apa yang tertulis dalam Bab I ketentuan umum Pasal1 ;12 (UU RI, 2004) bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluaga, masyarakat, dan negara. Sedangkan mengenai Konvensi Hak Anak (UU RI, 2004) meliputi;

- Nondiskriminasi

- Kepentingan yang terbaik bagi anak

Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan Penghargaan terhadap pendapat anak.

(38)

program penyantunan rehabilitasi dan bimlat kemandirian PMKS. (Ook. Oisbintal, 2003).

Setelah anak-anak jalanan berada di panti, maka mereka akan mendapatkan berbagai pelatihan, kehidupan layak serta pendidikan. Adapun salah satu program yang dilaksanakan PSAA (Panti Sosial Asuhan Anak) adalah mulai dart penjangkauan, identifikasi, seleksi dan penempatan, perawatan,

pembinaan mental social dan keagamaan, serta pelatihan keterampilan.

(39)

memberikan pelayanan kesejahteraan soslal kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, serta soslal pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagl perkembangan kepribadiannya sesuai yang diharapkan, sebagai bagian dari generasi penerus eita-elta bangsa dan sebagai insan yang akan turut aktif dalam pembanggunaan nasional (Depsos, 1989).

(40)

Adapun lebih jelasnya panti asuhan juga memiliki fungsi sebagai berikut: a. Sebagai suatu lembaga sosial yang memiliki sasaran usaha

pelayanan, program pelayanan dan jenis-jenis kegiatan pelayanan, tenaga pelaksana pelayanan serta sarana dan fasilitas pelayanan. b. Memberikan pelayanan pengganti (subtutive service).

Dalam hal ini menggantikan fungsi keluarga, bilamana memang anak sudah tidak memiliki orang tua ataupun memiliki orang tua tetapi tidak atau belum mampu berfungsi sebagai satuan keluarga asuh yang wajar. Panti asuhan sebagai unsur pengganti di sini hanya bersifat sementara dimana memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan anak asuh dengan persyaratan tertentu. c. Pelayanan kesejahteraan sosia!.

Panti berusaha menumbuh kembangkan keterampilan sosial dan keterampilan persiapan bekerja bagi anak asuh.

2.3.2. Sistem Panti Asuhan

Menurut Departemen Sosial RI (1989), sistem asuhan diklasifikasikan ke dalam;

a. Sistem asuhan bentuk asrama. Dalam sistem ini anak asuh

dikelompokkan dalam jumlah besar (15-20) dan mereka ditempatkan pada satu bangunan berbentuk asrama (wisma). Dalam asrama tersebut

(41)

bapak atau ibu pengasuh. Kelemahan sistem ini adalah kurang intensit dan kurang meratanya pengawasan dan bimbingan kepada anak-anak sehingga dapat mengurangi pencapaian identitas kepribadian anak. Begitipula suasana kewajaran dalam panti asuhan sistem asrama sulit diciptakan. Adapun kelebihan dari sistem ini adalah asrama dapat menampung jumlah besar, stat atau keluarga asuh tidak banyak

diperlukan, oleh karena itu pembiayaan relatit keeil (murah). Panti asuhan sebagai ,Iembaga yang berfungsi memberi pelayanan pengganti,

senantiasa mengusahakan agar pelayanan yang diberi kepada anak asuh menyamai atau paling tidak mendekati suasana dalam keluarga, sehingga anak merasa tinggal dalam keluarganya sendiri. Oleh karena itu

dikembangkanlah sistem asuhan dari bentuk asrama menjadi sistem keluarga asuh (sistem'cottage'), anak diharapkan menerima perhatian dan kasih sayang.

b. Berbentuk 'cottage'. Dalam pelaksanaan sistem ini penempatan anak dalam satu wisma adalah dalam kelompok kecil antara 8-10 anak, dengan keluarga asuh sebagai orang tua pengganti. Penempatan diatur seperti halnya dalam keluarga. Sistem keluarga asuh akan lebih menjamin adanya kemiripan dengan kehidupan keluarga yang wajar, sehingga anak asuh memiliki banyak kesempatan mengembangkan identias

(42)

Dart hal di atas, terlihat jelas tidak hanya kebutuhan fisik saja seperti sandang, pangan, ataupun tempat tinggal, namun panti juga memberikan serta berusaha memenuhi kebutuhan psikologis mereka seperti perhatian dan kasih sayang.

Bahwa anak-anak yang tinggal di panti bukan saja anak yang kehilangan orang tua, tetapi juga anak terlantar karena sebab-sebab lainnya seperti keluarga retak, orang tua cerai, orang tua sakit ataupun hal-hal yang membuat terancam kehidupan mereka. Adapun panti yang diteliti dalam penelitian ini adalah panti sosial asuhan anak PU 5 Duren Sawit.

2.3.3. Profil singkat PSAA (Panti Soslal Asuhan Anak) Duren Sawit. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 5 Duren Sawit Dinas Bina Mental Spiritual dan Kasejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta terletak di JI. Swadaya Raya Kel. Duren Sawit, Kec. Duren Sayvit, Jakarta Timur. PSAA Duren Sawit dibangun tahun 2003 sebagai pengganti PSAA Putra Utama Cawang Jakarta Timur. Sedangkan PSAA Putra Utama Cawang untuk

(43)

Lembaga ini awalnya merupakan bagian dari usaha dan kewajiban pemerintah dalam memajukan pendidikan nasional serta menjamin anak terlantar agar mereka mendapatkan kesejahteraan. Kemudian menjadi alih fungsi tugas dari pembinaan anak terlantar menjadi pembinaan khusus anak jalanan. Panti Asuhan Anak ini, bergerak di bidang sosial yang

mengutamakan pembinaan mental, spiritual dan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan maupun anak terlantar yang disebabkan karena tidak mampu bersekolah atau dari korban keluarga retak(broken home), sampai mereka benar-benar mandiri dan tidak kembali ke jalan lagi. Adapun tugas pokok PSAA yang penulis kutip dari dokumentasi PSAA (2004) terlihat dalam table di bawah ini.

Tabel2

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar khususnya anak jalanan

Penjangkauan

ldentifikasi. seleksi dan penempatan

Perawat3n / penampuinganl pengasramaan

Assesment/ penglUlgkapan

!pemahaman masalah

Pembinaan mental sosial dan keagamaan

Pelatihan keterampilan Penyaluran

Bina lanjut dan terminasi

[image:43.525.34.462.191.607.2]
(44)

panti ini. PSAA ini memiliki gedung utama yang menjadi sentral kegiatan. Serta memiliki dua buah asrama yang saling berhadapan, yaitu putra dan asrama putri yang kurang lebih jaraknya 5 meter dengan sistem kamar yang mampu menampung sekitar 15 orang, dan satu tingkat terdiri dari 4 kamar. Masing-masing asrama terdiri dari 3 tingkat, namun hanya dua tingkat saja yang ditempati sebagai tempat tidur atau istirahat karena tingkat pertama digunakan untuk kegiatan anak-anak.

Tingkat pertama dari asrama putra adalah ruang keterampilan, ruang isolasi untuk anak-anak jalanan yang baru masuk panti ini, serta Mushala tempat dimana kegiatan seperti shalat jamaah, pengajian dan kegiatan lainnya diadakan. Sedangkan tingkat pertama asrama putri adalah ruang kesehatan, dapur umum serta ruang makan bersama penghuni panti.

Selain ruang utama dan asrama, di sini juga terdapat halaman luas dan sarana olahraga serta empat buah rumah dinas.

Anak-anak jalanan yang masuk ke panti ini adalah dalam usia sekolah dengan bekal sampai jenjang SLTA. Namun, tidak semua anak di panti ini

'\

(45)

harus melewati rangkaian tes dan memenuhi persyaratan layak untuk disekalahkan.

Anak-anak di panti mendapatkan makan sehari 3 kali dengan menu yang memenuhi standar empat sehat lima sempurna. Mereka selain itu juga mendapat uang jajan sehari sekitar seribu sampai dua ribu rupiah perhari.

Adapun tugas pakak PSAA ini adalah: 1. Bidang mental spritual

a. Meliputi pembinaan mental spritual. b. Patensi SOM sasial keagamaan c. Lembaga Sasial Keagamaan d. Fasilitas sasial keagamaan 2. Bidang kesejahteraan Sasial

b. Pemberdayaan sasial masyarakat

c. Penyantunan dan Rehabilitasi sasial penyandang cacat d. Resasialisasi tuna sasial

(46)

Adapun tujuan pembinaan anak jalanan diPSAA PU 5 Duren Sawit ini meliputi;

1. Kesempatan pendidikanIsekolah 2. Pembinaan mental sosial-keagamaan

3. Keterampilan kerja untuk dapat hidup secara mandiri

4. Kesempatan dapat tumbuh berkembang secara wajar menuju tahapan kedewasaan sehingga anak tidak kembali ke jalan, menjadi insan mandiri.

Anak-anak jalanan yang masuk ke panti ini adalah merupakan hasH jaringan razia yang dilakukan trantib. Setelah mereka masuk panti, mereka terlebih dahulu masuk ke tempat atau ruangan 'isolasi', dimana ruangan isolasi ini bertempat di lantai bawah depan ruang menonton (santai) anak panti. Tujuan mereka dimasukan ruang 'isolasi' ini adalah meminimalisir mereka untuk segera melarikan diri. Memang dalam tahapan 'isolasi' ini perlu namun kurang efektif. Karena semestinya mereka mendapatkan pengarahan serta

I

(47)

Setelah menggambarkan latar belakang permasalahan serta acuan teori-teori dalam penelitian ini, selanjutnya penulis akan menguraikan tentang

metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian adalah tehnik atau cara dalam mengumpulkan fakta atau bukti (Poerwandari, 1998), dalam hal ini adalah perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan serta langkah-Iangkah apa yang harus ditempuh ul1tuk

mencapai tujuan dan sasaran penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian.

(48)

Pendekatan kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami gejala tingkah laktJ manusia- menurut penghayatansangpelaku ataupun melalui sudut pandang subyek penelitian (Arikunto, 1995). Strauss (dalam Djunaidi, 1997) memberikan pengertian tentang penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan tehnik-tehnik ihformatika atau non statistik. Pada dasarnya ada 3 komponen pokok dalam penelitian kualitatif yaitu:

1. Adanya data sebagaimana yang telah disebutkan yakni bisa datang dari berbagai sumber; interview dan observasi merupakan sumber-sumber yang paling umum (common sources).

2. Komponen kedua adalah terdiri dari analisis atau prosedur-prosedur interpretasi yang berbeda guna memperoleh hasH penemuan atau teori-teori. Proses ihidihamaKancodihg, yang diilariasikan dalam latihan, pengalaman, dan tujuan penelitian.

3. Komponen ketiga adalah penulisan dan laporan-Iaporan verbal (Marshal

&Rosman, dalam Sevilla1993).

(49)

3.1.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. dimana metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran serta informasi tentang penelitian yang akan diteliti. Sevilla (1993) menjelaskan bahwa metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan -keadaan nyata sekarang. Gay mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian (dalam Sevilla, 1993)

3.2 Pengambilan sampel

3:2~1. Tehnik pengambilan Sampel

Penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan pendekatan purposif. sampel tidak diambil secara acak, tetapi justeru dipilih mengikuti kriteria tertentu (Poerwandari, 1998). Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari. 1998) prosedur pengambilan sampel pada penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik:

1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.

(50)

3. Tidak diarahkan dalam keterwakilan (dalam artai jumlahIperistiwa aeak) melainkan pada kecocokan konteks.

3.2.2. Subyek penelitian

Karena tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposif sampling, dimana sample diambil dengan eara meneari sampel yang

representatif meliputi wilayah-wilayah atau kelompok yang diduga sebagai anggota sampel. Maka subyek dalam penelitian ini diambil berdasarl<an tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu anak jalanan yang melarikan diri dari panti asuhan. Adapun karakteristik subyek penelitian ini adalah:

1. Anak Jalanan.

2. Usia antara 11- 16 tahun.

3. Pernah tinggal di Panti Asuhan Duren Sawi!.

(51)

3.3

Pengumpulan

Data

3.3.1. Metode pengumpulan data

Sebagaimana lazimnya penelitian-penelitian kualitatif lainnya, penelitian inipun menggunakan metode wawancara dan observasi serta penelusuran berbagai dokumen sebagai metode pengumpulan data. Senada dengan pernyataan Marshal & Rossman (dalam Sevilla, 1993) bahwa dalam penelitian kualitatif metode yang umum digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi. wawancara dan peninjauan berbagai dokumen yang relevan tentang subyek.

Ada dua tipe utama wawancara dalam disiplin i1mu sosial, pertama wawancara penelitian, dan wawancara evaluasi pribadi yang digunakan dalam penempatan kerja dan diagnosis klinik (Fox, dalam Sevilla, 1993). Adapun wawancara penelitian adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara

pewawancara dan responden. Tehniknya ada dua cara; 1). Wawancara tidak terstruktur dan 2). Wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur

didefinisikan sebagai banyaknya arahan dan pembatasan yang ditentukan oleh situasi wawancara (Borg, dalam Sevilla: 1993). Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara tidak distandarlsasikan, lebih fleksibel dan terbuka. Sehingga pewawancara dapat memodifikasi, mengulangi,

(52)

menguraikan pertanyaan yang ditanyakan dan mengikuti jawaban responden asal tidak tidak menyimpang dan tujuan wawancara (Sevilla, 1993)

Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Karena agar muncul umpan balik, sehil)gga memperoleh informasi yang lebih dan menyesuaikan dengan keadaan subyek penelitian. Sedangkan observasi digunakan sebagai metode penunjang dalam penelitian ini.

3.3.2. Instrumen penelitian

Setelah ditentukan metode pengumpulan data dalam penelitian ini, selanjutnya ditentukan pula instrumen pengumpulan data yang sesuai dengan metode yang telah ditetapkan. Instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah:

Pedoman wawancara

Digunakan untuk memfokuskan data yang akan diambil agar sesuai dengan tUjuan penelitian, juga sebagai alat bantu untuk

(53)

- Catatan wawancara

Berguna sebagai sarana untuk mancatat identitas pribadi subyek dan sebagai ringkasan wawancara.

- Lembar observasi

Pedoman untuk melakukan pengamatan terhadap gambaran fisik subyek, keadaan tempat wawancara, sikap, perilaku subyek selama wawancara.

- Tape recorder

Alat untuk merekam perkataan subyek saat wawancara berlangsung. Hal ini guna mempermudah penulis dalam melakukan wawancara agar tidak ada satu ucapanpun yang tertewatkan.

3.4. ProsedurPenelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-Iangkahya~g harus dilalui dan dikerjakan datam suatu penelitian adalah:

1. Tahap persiapan

(54)

2. Setelah itu mencari informasi keberadaan subyek. Meminta kepada pihak panti tentang identitas subyek serta meminta izin kepada pihak panti untuk mengajak salah seorang anak panti yang sebelumnya juga aktif di jalanan. Hal ini adalah upaya agar penulis mudah mengetahui

keberadaan subyek.

3. Kemudian mulai mendatangi subyek dengan mendatangi tempat- tempat yang biasa mereka kunjungi dalam melakukan aktifitas mereka. Seperti di daerah Sarinah, Monas, Gambir, Bulungan dan Blok M. Setelah

menemukan mereka peneliti mulai melakukan rapport. Kemudian meminta izin atau kesediaan subyek untuk diwawancarai.

Tidak hanya itu saja, peneliti pun melakukan beberapa kali wawancara serta observasi guna mendapatkan data yang cukup akurat sehingga menemukan jawaban yang sesuai dalam penelitian ini.

3.5. Tehnik analisa data

Tehnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan bentuk analisa data Pattem-maething atau pencocokan pola. Yaitumembandingkan sebuah pola yang didapat secara empiris dengan pola altematif yang diramalkan untuk mencari validitas internal (yin, 2000). Langkah-Iangkah analisa selanjutnya; 1. Membaca data berulang-ulang untuk menemukan makna dari jawaban

(55)

2. Melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok permasalahan. 3. Mengelompokkan data dengan memberi kode-kode.

4. Melakukan interpretasi dengan analisa pencocoka pola, lalu hasil analisa dibandingkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Matthew B. Miles&A. Michael Huberman (Syofia, 2003) ada tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dalam proses analisis data, yaitu; 1. Reduksi data, suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu kemudian mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian data, yaitu sekumpulan data yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Penarikan kesimpulan,

Adapun langkah-Iangkah analisa datanya adalah :

1. Data-data yang telah dikumpulkan dipindahkan ke dalam transkip verbatim.

(56)

3. Data yang dikumpulkan, dikelompokkan, dan diberi kode serta penjelasan singkat untuk mempermudah proses interpretasi sesuai dengan out line data.

4. Analisa terhadap masing-masing kasus.

(57)

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam hal ini berjumlah 4 orang anak, 3 orang laki-Iaki dan seorang anak perempuan. Keempat orang anak tersebut adalah anakjalanan yang memiliki aktifitas sama yaitu "mengamen" dan semuanya termasuk anak yang masih kontak dengan orang tuanya (children on the street).

Satu orang subyek perempuan bernama Indah, ia biasa mengamen di sekitar stasiun Kereta Api Gambir. Ketiga subyek laki-Iakinya adalah Kiki, Doni, dan Adit yang ketiganya biasa mengamen di daerah Bulungan-Blok M-Kebayoran, serta ketiganya adalah saling mengenal. Mereka rata-rata

berumur 12-14 tahun. Dari ketiga subyek laki-Iaki, subyek yang bernama Kiki hampir setiap hari mengamen bersama ketiga adiknya di Bulungan dan selalu dipantau dan ditunggui ibunya.

Adapun mengenai nama keempat orang anak tersebut di atas adalah nama samaran. Hal ini sesuai dengan kode etik penelitian guna menjaga

(58)

Adapun mengenai gambaran umum keempat anak jalanan yang melarikan diri dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Duren Sawit dapat di Iihat dengan jelas dalam tabel 4.

Tabel4

Gambaran Umum Subyek Penelitian

Nama Indah KlkI Doni Adit

Umur 12 Tahun 13 Tahun 12 Tahun 14 Tahun

Asal Jawa Boaor Sunda Jakarta

Latar Dart Jawa ke Ekonomi Ekonomi lemah, Ekonomllemah, Belakang kola mengadu rendah, Keluarga Bapak pemulung bapakke~anya

Keluarga nasib, banyak Broken homeseluruh dan ibu pengemis fidak tentu.

anak,peke~aan keluarga semua

fidak menetap menge~akan aklifitas yana sama.

AnakKe 3 dart 8 saudara 3 dart 7 Saudara 3 dart 6 saudara 4 dart 6 saudara AktIfitas dl Mengamen Mengamendi Mengamen Mengamen

jalan kendaraan umum

Latar Dan kampung Karena orang tua Ungkungan Berawal

belakang pindah ke dengan dalih keluarga, dart putus sekolah, turun ke kampung membantu ekonomi dorongan ingin kemudian diajak lalan Rambutan - keluarga. membanlu teman.

kebanjiran- ekonomi

pindah ke keluarga.

Mangga2- kebakaran-pindah ke Gambir ikul bapak jual

nasi goreng-

,

diusir satpam-akhimya ke jalan naamen

Tempat Stasiun Gambir Blok M- Bulungan Bulungan-Blok Bulungan- Blok

M-biasa M-Melawai Melawai

[image:58.526.37.472.201.619.2]
(59)

Meski awalnya Indah malu dan takut, namun setelah peneliti memberi penjelasan tentang kerahasiaan hasil wawancara akhimya Indah mau diwawancarai. Namun ia member; persyaratan kepada peneliti yaitu peneliti harus ikut menemaninya ke KONI Tanah Abang untuk berenang.

"Wah ka' untung ka keburu datang, saya kan lagi rencana mau berenang di KONt ka. Kakak ikut renang yuk, nanti saya mau deh

diwawancara, ya' ka yahf', pintanya sambil membujukku.

Akhirnya wawancara pun berlangsung sekitar puku112.30 di kolam renang KONI Tanah Abang, itupun setelah kami berenang dan melakukan sedikit pengakraban dengan subyek dan keluarga subyek sebelumnya.

Indah adalah seorang anakjalanan berusia 12 tahun dengan rambut pirang sepundak dan memiliki paras yang cukup manis. la adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Adik-adiknya masih kecil-kecil dan terlihat sangat kumal karena sepertinya orang tuanya tidak mementingkan kebersihan dan

I

memang sengaja seperti itu sampai mereka selesai mengamen nanti. Begitupun dengan tempat mereka tinggal sangat memprihatinkan karena semua aktifitas seperti makan, ngobrol, tidur dan berkumpul hanya

beratapkan sebuah pohon setinggi 3 meter dan beralaskan sebuah karpet plastik yang juga terlihat kuma!. Begitu pula dengan tempat menaruh pakaian, mereka sangkutkan dengan gantungan pakaian di pohon yang mereka

(60)

sebuah plastik yang tempatnya mereka gantungkan pula pada ranting pohon. Meski tidak dipungkiri sesekali mereka berdandan rapi, itupun jika ingin pergi ke suatu tempat seperti jalan-jalan dan belanja yang merupakan suatu hiburan buat mereka.

4.2.1.1. Dlnamika Pengambilan Keputusan

Keluarga Indah berasal dari Jawa, merantau ke kota karena ingin

mendapatkan kehidupan lebih baik. Namun kenyataannya justeru berkata lain, malah menjadi pemicu ia mengamen. Padahal sebelumnya ia tidak terbayang harus mengalami hal sekarang ini. Keluarga Indah sudah

beberapa kali pindah-pindah tempat karena mengalami beberapa musibah dan kejadian. Seperti penuturannya;

"Awa/nya pertamanya...ma/u ka, pertamanya.. kan pengen ke itu, apa namanya.... kan du/u rumah saya kan du/unya di Kampung, eh udah itu pertamanya.... Awa/nya... saya ke kampung Rambutan, eh udah kaya gitu kampung Rambutan kebanjiran, udah kebanjiran pindah ke Mangga Dua, eh Mangga Dua:kebakaran, akhirnya saya pindah kesini nungguin bapak saya jua/an nasi goreng terus

diusir-usir ke da/am sama satpam, akhirnya jadi gini deh ka. K'/o ga' gini

mau makan dan mana?". Tutur Indah sambil malu-malu menceritakan

keadaan keluarganya.

Sederetan panjang musibah yang dialami keluarga Indah tentu tidak begitu saja terjadi. Dengan modal nekat, tanpa ada kecukupan finansial,

keterampilan serta pendidikan yang cukup, membuat mereka harus

(61)

buat keluarga mereka sampai akhimya mereka terbuang ke jalan. Ketidakmampuan orang tua mengakibatkan anak pun tergadaikan

kehidupannya. Kewajiban yang seharusnya orang tua jalankan, hak-hak anak yang seharusnya orang tua berikan tidak terealisasikan seutuhnya. Bahkan sebaliknya, anak yang memikirkan bagaimana membantu orang tua,

bagaimana mereka jajan dan hal lain yang belum waktunya mereka kerjakan.

Adapun aktifitas yang biasa dilakukannya adalah mengamen dan meminta-minta di stasiun Gambir, dari hasil mengamen itulah ia bisa memenuhi kebutuhannya selain ia peroleh dari orang tuanya. Penghasilan dari mengamenpun cukup besar, dimana ia bisa mengantongi uang sampai Rp.50.000 sehari bahkan bisa Rp.100.000 kalau sedang ramaL HasH mengamen itu pula secukupnya ia berikan kepada orang tuanya.

Banyak hal yang Indah temui selama berada di jalanan, kebebasan serta

I

pergaulan bebas, obat-obatan, seks bebas, sangat ia mengerti di usianya yang masih senja itu. Terkadang kalau ia suntuk ia suka sekali bersama teman-temanya ke diskotik. Seperti ceritanya:

"Wah ka, kadangsaya sarnatemen di ajak main ke bar, diskotik,

main-main aja ka' di situ, kadang yah bantuin suruh orang beliin minuman,

orangnya ganteng-ganteng tau ka, kaya-kaya lagL TemensayaUna

cantik bangat ka' ditaksirsarna omdisitu, dibeliin pakaian, perhiasan,

ba...ik banget, enak ka'. Sayapernah tuh ka waktu ga sengaja Iiat

jablay lagi berbuat, ih ....toketnya gede banget keliatan. Yah kadang

(62)

Sungguh miris mendengar cerita Indah. Seusia Indah harusnya berada di sekolah, mendapatkan pendidikan yang layak, menerima haknya sebagai anak. Namun, hal yang seharusnya belum waktunya untuk ia ketahui bahkan dilakukan anak seusianya dengan mudah ia temui. Karena memang

Iingkungan yang ia tempati sangat mendukung seorang anak melakukan pergaulan bebas. Apalagi Indah juga sudah beberapa kali berganti-ganti pacar, begitupun dengan yang namanya ciuman, buatnya suatu hal yang tidak asing.

"Pacarsayabanyak.... e...ada doni, acung akil, tino,.... Pokoknya

banyak deh ka', kadangsayaasyik aja minta dijajanin. Enak kan ka'.

Sayajuga pernah ciuman ".

Selama mengamen Indah sudah 3 kali tertangkap oleh Trantib, dua kali dimasukkan ke Panti Kedoya dan sekali dimasukan ke Panti Cipayung. Waktu masuk ke Panti Kedoya Indah langsung dikeluarkan karena masih terikat oleh kedua orang tuanya dengan memberikan uang tebusan ke pihak

I

panti. Sedangkan di Panti Cipayung, Indah sempat tinggal selama beberapa hari dan akhirnya langsung di bawa ke Panti Duren Sawit.

(63)

'Sayajadi ga' betah kak, Karena liap hari diome/in terus ka, cape, diomelin 'nih mah, ada anakja/anan mah kaya gin;' rese, anak sini

mah anak rumahan semua kamu doang yang anakja/anan... ', Tutur

Indah menceritakan kejadian yang membuat ia tidak betah di Panti.

•...yang bikin saya ga' betah satu diomelin, keduan kalinya ga' enak

ka' anak-anaknya suka ngetjain saya, ce/ana saya diumpelin, terus dah gituch pada rese katanye gini ada yang umpelin baju saya si Nur kecil tuh ka, saya pengen /awan saya tuh anak baru, saya ga'

nge/awan tapi anak ituh nge/unjak, tapi biarin saya diemin, saya di situ nangis me/u/u ka, pengen pu/ang, akhimya sampe saya pu/ang, tapi pas saya pu/ang saya kabur".

Hal wajar sebagai pengurus bersikap tegas kepada anak asuhnya, dan marah jika anak membuat kesalahan. Namun, sebagai peran orang tua pengganti setidaknya tetap menjaga perasaan anak dan membuat anak selalu merasa aman sehingga mereka kerasan tinggal di panti. Sebelumnya Indah bercerita bahwa ia cukup kerasan di panti, namun ketika

sensitivitasnya timbul dan adanya diskriminasi buatnya akhimya menjadi

balancesehingga timbul rasa tidak betah.

Terlihat faktor kognisi di sini cukup mempengaruhi untuk mengambil keputusan kabur. Secara kualitas ia lebih merasa aman dengan orang tua, begitupun secara kuantitas ia bisa mendapatkan keuangan lebih banyak meskipun dengan menghilangkan manfaat tinggal di panti jauh lebih besar. Berdasarkan cerita Indah terlihat jelas motif yang membuatnya ingin

(64)

4.2.1.2.Tahapan Pengambilan Keputusan

Keputusan Indah untuk kabur sebenamya sudah cukup ia reneanakan, namun sesekali gagal. Ketidaksukaannya karena sering mendengar perkataan yang membanding-bandingkan antara anak jalanan dengan anak rumahan seperti yang telah penulis ceritakan di atas, membuat ia ingin keluar dari Panti. Selain itu juga ada beberapa faktor lain yang menjadi pemicu Indah tidak betah, yaitu;

"...yang bikinsayaga' betah satu diomelin, keduan kalinya ga' enak ka' anak-anaknya suka ngeJjainsaya, celanasayadiumpetin, terus dah gitueh padaresekatanye gini ada yang umpetin bajusaya siNur keeil tuh ka, sayapengen lawan, sayatuh anak baru, saya ga' ngelawan tapi anak ituh ngelunjak, tapi biarinsayadiemin, sayadi situ nangis melulu ka pengen pulang, akhirnya sampe saya pulang, tapi pas saya pulangsayakabur".

Tertihat di atas bagaimana Indah menilai itu sebagai masalah baginya,

dimulai karena tidak sukanya dibanding-bandingkan, perilaku anak lama yang

!

cUkup diskriminasi terhadap dirinya sehingga di situ ia tidak merasa nyaman jika terus tinggal dalam Iingkungan Panti. Pada tahapan dinamakan

appraising the challenge(menilai masalah).

(65)

kabur, dan memikirkan cara untuk melarikan dirt. Indah telah beberapa kali mencoba untuk melartkan diri dari panti, namun sempat pula mengalami kegagalan. Mengenai bagaimana Indah kabur yaitu dengan mencoba beberapa cara seperti penuturannya:

"Pertama kabur ketahuan sekali sama ka Pendi, trus pengen kabur terus ga' jadi-jadi, saya pernah berusaha manjat tembok ga' bisa ketinggian, ga'sampe'.

Pada tahap Weighing the alternativeyaitu setelah mencoba-coba cara di atas dan ia tidak berhasil,akhimya suatu hari Ibunya menjenguknya ke panti, dan saat inilah ia manfaatkan untuk minta izin pulang. Sehingga ia memilih tahapan ini sebagai alternatif yang paling baik.

Awal Indah tidak dapat izin bahkan ibu kandungnya pun tidak memberinya izin, tapi ada salah seorang pengurus panti yang berbaik hati mengizinkannya pulang dengan syarat ia akan kembali lagi. Pad~ tahap ini di sebutMakinga

commitment Dengan membuat komitmen kembali ke panti yang merupakan

sebagai alasan agar ia keluar dari panti.

(66)

dengan memaksanya ke panti akhimya ibunya membiarkan Indah tetap bersamanya di Gambir.

"Payah de' disuruh balik lagi ga' mau, padahal enak. Abis anaknya susah katanya kalau maksa ke panti dia mau kabur lagi dan ga' balik

ke keluarga. Yaudah daripada nanti dia kabur ga' pulang, sayalebih

khawatir, mendingan di sini aja': Tutur Ibunya kenapa tidak blsa

memaksa Indah untuk ke Panti.

Pada tahapAdhering despite negative feedbackIndah sudah membuat keputusan untuk tidak kembali ke panti meskipun ibunya menyuruhnya kembali. la sudah mempertimbangkannya selama kembali di Gambir melihat kondisi di situ asyik dan enak ia pun akhirnya memilih tidak kembali ke panti meskipun ia berkata kalau saja di panti pengasuhnya ga' galak trus dan tidak membeda-bedakan kemungkinan bertahan di panti yang la pilih. Seperti penuturannya:

"kala ga' begitu bu ifahnya, sayasakit hati di gituan ka'jadisaya

pengen di sini aja ketahuan nyampur ama anakjalanan".

4.2.1.3. Strategl Pengambilan Keputusan

Sejak Indah merasa sebal, sakit hati mendengar ia dibanding-bandlngkan sebagai anak jalanan, maka Indah memutuskan untuk kabur atau melarlkan diri dari panti. Berbagai cara ia coba tetapi tetap saja gagal karena usaha melarikan dirinya selalui gaga!. Hingga akhirnya kedatangan ibunya

(67)

Strategi pengambilan keputusan yang diambil Indah berdasarkan klasitikasi unsur resiko dari Gellat dkk (Atwater, 1983) cenderung menggunakan

Combination strategi, yaitu memilih alternatif yang paling tepat. Indah

mengkombinasikan kemungkinan untuk memperoleh hasil yang paling diinginkan dengan peluang terbesar. Karena sebelumnya Indah sudah mencoba beberapa kali untuk kabur, namun selalu gagal. Hingga akhimya ibunya datang ke panti menjenguk. Kesempatan izin pulang inilah ia gunakan untuk bisa pulang.

4.2.1.4. Faktor-faktoryang mempengaruhi pengambllan keputusan.

Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Indah untuk melarikan diri dari panti tidak terlepas dari beberapa hal. Secara kognisi, Indah menilai bahwa setelah ia mendapat izin dari pihak panti untuk ikut pulang bersama orang tuanya yang saat itu sedang menjenguknya, dan setelah sesampainya dirumah ia terpengaruh kembali dengan asyiknya mendapatkan uang dengan mudah dibandingkan ketika dipanti yang hanya mendapat uang jajan seribu rupiah perhari. Selain itu ia memang sudah mencoba-coba kabur dari panti karena ia merasa disbanding-bandingkan dengan anak lain.

(68)

anak jalanan dengan anak lainnya yang tinggal di panti. Seperti penuturannya;

"Saya jadi ga' betah kak, karena tiap han diomelin terus ka, cape. Diomelin ini mah ada anakjlanan mah kaya gini, rese, anak sini mah

anak rumahan semua, kamu doing yang anakjalanan..."Tutur Indah

kepada peneliti.

Kedua pengaruh kognisinya bahwa di jalan ternyata jauh lebih mudah secara mater!. Hal ini dirasakan kembali oleh Indah ketika mendapat izin pulang ke rumah dan melihat lingkungannya seperti teman-teman Indah yang sedang mengamen. Apalagi saat itu, jikapun ia akan disekolahkan oleh pihak panti, namun menunggu tahun ajaran baru masih empat bulanan. Tentu membuat ia merasa jenuh dengan rutinitas di panti.

(69)

4.2.2. Kasus Kiki identitas Subyek Nama : Kiki

Alamat :Parung panjang Usia : 13 Tahun TTL

Pekerjaan Anak

: Mengamen

: ke 3 dari 7 saudara

Menemui subyek yang satu ini sempat membuat penulis sendiri takut, dimana kedatangan penulis membuatnya tidak nyaman. Peneliti bertemu dengan Kiki yaitu pada hari Sabtu tanggal17 Juni 2006 pada puku115.00 menjelang senja tepatnya di daerah kolam renang Bulungan Jakarta Selatan. informasi mengenai tempat biasa melakukan aktifitasnya ini penulis ketahui dari salah seorang temannya yang kebetulan memilih tetap tinggal di panti yaitu Doni. Melalui Donilah penulis dapat menemukan Kiki. Cukup sulit pendekatan peneliti terhadap Kiki meskipun Kiki sudah kenai dengan peneliti sebelumnya di panti. Awalnya peneliti bersama Doni yang begitu setia menemani peneliti dari pagi berputar-putar di daerah kolam renang Bulungan mencari Kiki namun belum juga bertemu karena tempat aktifitas mengamen mereka yang selalu berganti dari mobil satu ke mobil lainnya. Kemudian peneliti be~alan

(70)

sedang mengamen guna mendapat informasi keadaan Kiki, disitulah ada seorang adik Kiki yang juga sedang mengamen. Tidak lama beberapa menit setelah bertanya kepada adik Kiki Doni melihat kiki;

Ka Ita itu kiki di seberang tuh, ...,Kiki.... Kiki.... "Doni memberitahukan

peneliti sambil menunjuk-nunjukan tangannya ke tempat di mana Kiki berada seraya memanggil Kiki.

Saat itu peneliti cukup bergembira dan senang bisa menemukan Kiki, karena hari itu dari pagi petang tadi peneliti baru menemui subyek penelitian yang kedua. Namun yang hadir justeru kekahawatiran dimana peneliti melihat raut kiki seperti kaget melihat keberadaan peneliti dan kekhawatiran itu terbukti ternyata Kiki tidak menemui kami justeru malah menghilang di lalu lalang mobil. Ketakutan kiki adalah karena ia takut peneliiti membawanya kembalii ke panti, karena yang ia ketahui peneliti pernah tinggal di panti yang saat itu tenggah KKL (Kuliah Kerja Lapangan).

(71)

4.2.2.1.Dinamika Pengambilan Keputusan

Kiki adalah anak ke tiga di keluarganya, dia bersama empat orang adiknya yang masih eukup keeit mengamen di daerah Bulungan di dekat lampu merah perempatan jalan samping Bulungan serta pada Bus Metromini. Namun, seorang adiknya bemama Bule menghilang yang konon cerita orang ada yang mengambitnya untuk di asuh, bahkan ada pula kabar bahwa

adiknya telah dijual. Adapun dengan Ibunya berprofesi sama sebagai pengamen dan juga Joki atau bahkan hanya duduk menunggui serta mengawasi anak-anaknya yang sedang menggamen di Bulungan. Kiki

bersama keluarganya tinggal di daerah Parung Panjang di sebuah kontrakan, dimana sebelumnya ia juga pernah mengontrak di daerah Ciputat. serang dan lainnya. Mereka biasa datang ke tempat mengamen pada siang hari untuk mengamen dan kemudian pulang jika sudah larut malam sekitar pUkul 7 malam karena khawatir ketingalan kereta pula(1g. Terkadang ibunya datang belakangan ke Bulungan sambit membawa pakaian ganti anak-anaknya.

(72)

tidak pemah berubah bahkan semakin menjadi, akhirnya ibunya tidak peduli. Seperti penuturan ibunya;

"Bapaknya kiki sih udah kaga di rumah, orang gila cewe, udah main cewe sih dari anak masih satu ge' dah gila perempuan sampe

sekarang. Dulu sihsayaemang nahan-nahan trus, tapi sekarang sih

anak udah pade gede bodo bangat ah". Cerita Ibunya sambil dengan

nada sudah tidak mau tau kondisi suaminya itu.

Kiki sempat mengenyam bangku sekolah dasar, namun hanya sampai kelas 5 SD karena ibunya tidak kuat membiayai sekolah. Adapun Kiki melakukan aktifitas di jalan adalah karena kemauannya sendiri dan tidak pernah disuruh siapapun karena memang kehidupan keluarganya yang tidak baik membuat ia sering berada di jalan. Seperti penuturan kiki,

" Ke jalan?Ga'di suruh, ga'ikut-ikutan emang kemauan sendiri,"

Tutur Kiki kepada peneliti.

Meskipun Kiki mengamen atas kemauannya sendiri, dari data yang penulis temui selama beberapa kali datang ke tempat Kiki dan keluarganya

mengamen, tetap saja orang tuanya cukup berpengaruh besar agar Kiki mau mengamen.

(73)

"udah sering ka', ada ka'..., masuk Plumpang ajasayaudah 12kali, terus masuk Duren Sawit dua kali.".

Penulis saat mewawancarai pendapat Kiki tentang bagaimana kehidupan kiki selama di panti banyak sekali jawaban ketidaktahuan yang ia lontarkan. Seperti subyek menyembunyikan suatu hal. Namun mengenai teman-teman di panti menurut Kiki cukup asyik. Seperti yang Kiki tuturkan,

"Pandangan panti? ... ".ga' tau, temen-temen asyik-asyik ajah...".

Usia kehidupan Kiki di panti asuhan memang tidak lama hanya sekitar dua mingguan yang mana waktu ini tidaklah cukup untuk mengetahui apa

sebenarnya fungsi panti ini buat diri Kiki. Apalagi Kiki kabur dari panti adalah karena ajakan temannya yang mana ia akan diancam jika tidak ikut bersama temannya itu.

Selama di panti yang membuat Kiki tidak kerasan adalah dimana kiki pemah merasa kesal oleh salah seorang pengurus panti seperti penuturan Kiki

"kesel ka'mabu Ipah pas ketok pake centong, sayakan cuma tanya Bu ini lauk pagi ya,

Gambar

Gambaran umum subyek penelitian
TABElHalaman
FaktorTable I pendorong dan fasllltas penarlk anak hldup dl jalanan
Tabel2Penjangkauan
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tabel 4.5 Data Konsentrasi Ibuprofen pada Interval Waktu Tertentu dalam mcg/ml pada Usus Halus Kelinci Tidak Terbalik yang Dikeringkan

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) tahun 1999, standar praktik keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam

Membawa dokumen asli atau fotocopy yang dilegalisir semua berkas sesuai dengan Dokumen Penawaran dan Isian Kualifikasi Saudara. Desa

[r]