SEKSIO SESAREA DI RS PRIKASIH JAKARTA
SELATAN PADA TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Muhammad Bustomy Chusnul Mubarok
NIM: 1111103000015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala anugerah dan nikmat-Nya yang telah membukakan jalan petunjuk dan kemudahan hingga membuat saya mampu merasakan luasnya ilmu pengetahuan dan mampu menyelesaikan penelitian yang berjudul Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb) dan Tekanan Darah Dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di RS Prikasih Jakarta Selatan Pada Tahun 2013. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. oleh karena itu, saya mengucapkan rasa terima kasih saya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp.And, dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dr. Delina Hasan, M.kes, Apt selaku Dekan dan Wakil Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus penguji I.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen penanggung jawab modul Riset PSPD 2011 yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada kami untuk segera menyelesaikan riset sekaligus penguji II.
vi
5. Prof. Dr. dr sardjana, Sp.OG(K), SH selaku pembimbing II yang telah banyak meneydiakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan laporan penelitian ini.
6. dr.Byar selaku wakil direktur medis RS Prikasih yang telah mengizinkan dan mengayomi penelitian di RS Prikasih.
7. Mbak Desy selaku kepala bagian rekam medik RS Prikasih yang telah mengizinkan peneliti dalam pengambilan data.
8. Seluruh staff sekretariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta yang telah membantu pembuatan surat perizinan penelitian.
9. Kedua orang tua, M. Choirul Muslim dan Siti Zumratin, terima kasih untuk kasih sayang, doa yang terus menerus dipanjatkan, pengorbanan yang penuh keikhlasan, serta ridho yang menjadikan kelancaran dalam menjalani indahnya hidup ini.
10.Kakak dan adik tersayang, M Farid M, Syafa’ah Monica Sari, dan Dava Assiddiqi terima kasih untuk doa, dukungan, dan kasih sayangnya yang selalu diberikan.
11.Teman kelompok riset Silmi Lisani Rahmani, Rona Qurrotu Aina, Nissa Rizkiani Basri, Gulam Gumilar, dan Mariah Ulfah. Terima kasih atas kerja sama, dukungan, dan semangat yang luar biasa.
12.Sahabat dan rekan sejawat seperjuangan Faris Muaz, Ahmad Muslim Hidayat Tamrin, dan Andika Prasdipta khususnya, PSPD 11 umumnya, yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
13.Kak Bayu yang sudah mengajari cara melakukan penelitian dengan baik dan benar.
vii
dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan menjadikannya sebagai amal jariyah di akhirat kelak. Amin Ya rabbal Alamin.
Jakarta, 07 Oktober 2014
viii
ABSTRAK
Muhammad Bustomy Chusnul Mubarok. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb) dan Tekanan Darah Dengan kejadian Persalinan Seksio sesarea di RS Prikasih Jakarta Selatan Pada Tahun 2013. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin (Hb) dan tekanan darah dengan kejadian persalinan seksio sesarea di RS Prikasih Jakarta Selatan Pada Tahun 2013. Pada tahun 2013 di RS Prikasih ditemukan 513 persalinan seksio sesarea dan 115 persalinan pervaginam. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain kasus kontrol. Pengumpulan data diperoleh dari data rekam medis 75 pasien persalinan seksio sesarea dan sebesar 75 pasien persalinan pervaginam. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square pada kadar Hb dan Fisher exact pada tekanan darah karena tidak memenuhi syarat Chi Square. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan kejadian persalinan seksio sesarea dengan (p= 0,705). Tekanan darah juga tidak ada hubungan dengan kejadian persalinan seksio sesarea dengan (p= 1.000).
ix ABSTRACT
M Bustomy Chusnul Mubarok. Medical Education Study Programme. relationship of hemoglobin levels (Hb) and blood pressure with the incidence of cesarean delivery in the hospital Prikasih South Jakarta in 2013, 2014.
This study aims to determine the relationship of hemoglobin levels (Hb) and blood pressure with the incidence of cesarean delivery in the hospital Prikasih South Jakarta in 2013. In the year 2013 in the RS Prikasih found 513 cesarean deliveries and 115 vaginal deliveries. This research is an analytic observational case-control design. The collection of data was obtained from the medical records of 75 patients cesarean delivery and vaginal delivery by 75 patients. Data analysis was performed using univariate and bivariate. The statistical test used is the Chi Square and Fisher exact hemoglobin in blood pressure because it does not qualify Chi Square. Statistical analysis showed that there is correspondence between Hb levels with the incidence of cesarean delivery (p = 0.705). Blood pressure was also not associated with the incidence of cesarean delivery with (p = 1.000).
x
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Persalinan ... 5
2.1.1 Definisi Persalinan ... 5
2.1.2 Pembagian Persalinan ... 5
2.1.3 Fase-Fase Persalinan ... 6
2.1.4 Proses Terjadinya Persalinan ... 8
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ... 9
2.1.6 Mekanisme Persalinan Normal ... 12
2.2 Seksio Sesarea ... 14
2.2.1 Definisi Seksio Sesarea ... 14
2.2.2 Jenis Seksio Sesarea ... 14
2.2.3 Epidemiologi Seksio Sesarea ... 15
2.2.4 Indikasi Seksio Sesarea ... 16
2.2.4.1 Indikasi Medis ... 16
2.2.4.2 Indikasi Sosial ... 19
2.2.5 Komplikasi Seksio Sesarea ... 20
2.3 Kadar Hemoglobin ... 20
2.4 Tekanan Darah ... 22
xi
2.7 Kerangka Konsep ... 23
2.8 Definisi Operasional... 24
BAB III. METODE PENELITIAN 1.1Desain Penelitian ... 25
1.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
1.3Populasi dan Sampel ... 25
3.3.1 Populasi ... 25
3.3.2 Sampel ... 25
1.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 27
1.5Cara Kerja Penelitian ... 28 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 31
4.1.1 Diskripsi Rumah Sakit Prikasih ... 31
4.1.2 Pelayanan Rumah Sakit Prikasih... 31
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Definisi Operasional, Satuan dan Kategori, dan Skala
Variabel ... 24
Tabel 4.1. Indikator Pelayanan Rumah Sakit Prikasih ... 31
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi kadar Hemoglobin (Hb) ... 32
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah ... 33
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ACOG American College of Obstretician and Gynecologist AKI Angka Kematian Ibu
AKBBL Angka Kematian Bayi Baru Lahir ATP Adeno Triphospat
Hb Hemoglobin
MDGs Millenium Development Goals RE Retikulum Endoplasma
RS Rumah Sakit SC Sectio Caesarean
SDKI Survey Demografi Kesehatan Indonesia SPSS Statistical Package for the Social Sciences VBAC Vaginal Birth After prior Cesarean
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Dalam tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yang ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dengan
mengurangi kematian ibu. Dimana target yang akan dicapai dari tahun 1990 sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu.1Menurunkan angka kematian anak juga menjadi bahasan penting bagi MDGs. Target 4A MDGs yaitu menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990 dan 2015.1 khususnya menurunkan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) tentulah sangat penting karena angkanya masih sangat tinggi.
Menurut data WHO (World Health Organization), pada tahun 2013, setiap hari di seluruh dunia 800 ibu meninggal saat hamil atau bersalin dimana 800 ibu (99%) berasal dari negara berkembang, lebih dari setengahnya terjadi di Afrika dan sepertiganya di Asia Selatan. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan angka tertinggi dengan 230 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup. Namun di negara maju hanya 16 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup. Antara tahun 1990-2013 Angka Kematian Ibu (AKI) telah turun hampir 50%.2 Asia Tenggara memiliki rasio kematian ibu sebesar 140 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup.3 Sedangkan pada tahun 2013 sebesar 16.000 ibu meninggal.3
Menurut data WHO (World Health Organization), pada tahun 2012, sebesar 6,6 juta anak berusia di bawah 5 tahun meninggal dalam setahun. Sebesar 44% dari kematian anak di bawah usia 5 tahun adalah neonatus.4 Menurut SDKI pada tahun 2008-2012, angka kematian neonatum di Indonesia adalah 19 kematian neonatus per 1000 kelahiran hidup.5
Di Indonesia angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih terbilang tinggi, hal ini disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya komplikasi-komplikasi dalam persalinan, termasuk seksio sesarea. Ibu yang melahirkan dengan cara seksio sesarea memiliki risiko 3,6 kali mengalami kematian dibandingkan ibu yang melahirkan pervaginam.6 Ibu melahirkan dengan metode seksio sesarea memiliki rasio 2,2 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup sedangkan pervaginam memiliki rasio 0,2 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup.7
Persalinan seksio sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada abdomen dan uterus.8 Saat ini terjadi peningkatan angka seksio secara global. Peningkatan angka seksio sesarea terjadi di negara maju maupun berkembang. Pada tahun 1996 angka kejadian seksio sesarea di Amerika Serikat adalah 19,7%, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 31,3%.9 Di Inggris pada tahun 1996 terdapat 20,7%, sedangkan pada tahun 2006 terdapat 31,1% yang melakukan seksio sesarea.10 Di Asia Tenggara jumlah yang melakukan tindakan seksio sesarea sebanyak 9550 kasus per 100.000 kasus pada tahun 2005. Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survei nasional pada tahun 2007 sudah mencapai 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan. Hal ini menunjukkan angka kejadian seksio sesarea cendrung meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang. Presentasi seseksio sesarea dengan indikasi medis sebesar 65,18%, sedangkan yang bukan dengan indikasi medis sebesar 34,82%. 11
3
anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh karena defisiensi besi sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnnya atau masukan besi yang tidak adekuat. Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin < 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester dua.32 Anemia sendiri jarang menimbulkan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada hakekatnya setiap masalah kegawatan dapat diperberat oleh anemia yang telah ada.25
Hipertensi pada kehamilan dan ditandai adanya proteinuria atau sering dikenal sebagai preeklamsia juga merupakan indikasi persalinan seksio sesarea, karena dikhawatirkan akan terjadi eklamsia (kejang-kejang) pada waktu persalinan, ini merupakan indikasi untuk mempercepat proses persalinan.13
Peningkatan angka kejadian seksio sesarea terjadi setiap tahunnya baik di negara maju atau berkembang. Sedangkan ibu yang melahirkan dengan cara seksio sesarea memiliki risiko 3,6 kali mengalami kematian dibandingkan ibu yang melahirkan pervaginam. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui hubungan kadar hemoglobin (Hb) dan tekanan darah dengan persalinan seksio sesarea di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan pada tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan kadar hemoglobin (Hb) dan tekanan darah terhadap kejadian persalinan seksio sesarea di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan pada tahun 2013?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kadar hemoglobin (Hb) dan tekanan darah dengan kejadian persalinan seksio sesarea di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan pada Tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah (hipertensi) terhadap kejadian persalinan seksio sesarea.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Kadar hemoglobin (Hb) kurang (anemia) berhubungan dengan kejadian persalinan seksio sesarea.
2. Tekanan darah (hipertensi) berhubungan dengan kejadian persalinan seksio sesarea.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai hubungan kadar hemoglobin (Hb) dan tekanan darah terhadap kejadian persalinan seksio sesarea. dan pengalaman dalam menyusun, melaksanakan, dan menulis hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah.
1.5.2 Bagi Pendidikan
Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat mengenai hubungan kadar hemoglobin (Hb) dan tekanan darah terhadap kejadian persalinan seksio sesarea sehingga masyarakat dapat mengetahui dan melakukan upaya pencegahan. 1.5.4 Pelayanan Kesehatan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan2.1.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses fisiologik di mana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah kehamilan 20 minggu atau lebih, atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.12
2.1.1 Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
a. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.12
b. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.12
c. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan, yaitu merangsang otot rahim berkontraksi seperti dengan menggunakan prostaglandin, oksitosin, atau memecahkan ketuban.14
d. Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit. Sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu. Persalinan tindakan dilakukan jika kelahiran spontan diduga berisiko lebih besar pada ibu atau anak daripada tindakannya.13
Apabila persyaratan pervaginam memenuhi. Persalinan tidakan pervaginam meliputi : ekstraksi vakum dan forsep untuk bayi yang masih hidup dan embriotomi untuk bayi yang sudah meninggal.
2) Persalinan tindakan perabdominam
3) Apabila persyaratan persalinan pervaginam tidak memenuhi. Persalinan tindakan ini berupa seksio sesarea.
2.1.3 Fase-Fase Persalinan Normal
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini.12
Menurut persalinan dibagi 4 kala.15
a. Kala I (dimulai dari adanya his sampai pembukaan lengkap). Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
7
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
c. Kala III (dimulai dari bayi lahir sampai lahirnya plasenta). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
d. Kala IV (dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam bersama postpartum). Kala ini dianggap perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan postpartum.
2.1.4 Proses Terjadinya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan teori-teori yang komplek antara lain dari faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. 16 a. Teori peregangan
1. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. 2. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimulai. Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu persalinan.
b. Teori penurunan progesterone sehingga menimbulkan proses
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
3. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
c. Teori oksitosin internal
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
9
3. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai. d. Teori prostaglandin
1. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
2. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan. e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
1. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin induksi (mulainya) persalinan.
2. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan.
2.1.5 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Persalinan Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu. 17 a. Power
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.12 Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement (ketika relaksasi).
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno Triphospat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra selular dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril.
maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi uterus bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif.
Uterus terdiri atas tiga lapisan otot polos, yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan dalam sirkular, dan diantara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang beranyaman. Berbeda dengan otot-otot polos lain, pemendekan otot-otot rahim lebih besar, tenaga dapat disebarkan ke segala arah dan karena susunannya tidak terorganisasi secara memanjang hal ini memudahkan pemendekan, kapasitas untuk meningkatkan tekanan, dan menyebabkan tidak bergantung pada letak atau presentasi janin.
1. Kekuatan his kala I bersifat: 1) Kontraksi bersifat simetris. 2) Fundus dominan.
3) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek mengejan.
5) Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
6) Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per detik.
11
reflek mengejan mengakibatkan ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka, kepala seluruhnya.
3. Kekuatan his kala III Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya.
4. Kekuatan his kala IV Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum.
b. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau seksio sesarea. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam.
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada persalinan.
c. Passanger
Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
d. Psikologis Respon
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi: Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu. His yang sempurna bila terdapat kontraksi yang simetris, kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri, dan sesudah itu terjadi relaksasi.12
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. belakang oleh kolo sigmoid dan rectum.12
13
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut
lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula Asinklitismus posterior menurut Litzman ialah apabila keadaan adalah sebaliknya dari Asinklitismus anterior.12
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul menurun, Hukum Koppel.12
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.12
Apabila bayi telah lahir, tali pusat dijepit di antara 2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm, kemudian, digunting di antara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik nafas dan menangis.12
2.2 Seksio Sesarea
2.2.1 Definisi Seksio Sesarea
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin “caedere” yang artinya “memotong”. Seksio sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada abdomen dan uterus.8
2.2.2 Jenis Seksio Sesarea
Ada beberapa jenis seksio sesarea yang dikenal yaitu: a. Seksio sesarea transperitonealis
1. Seksio sesarea klasik
15
2. Seksio sesarea Profunda
Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi. 18
b. Seksio sesarea ekstraperitonealis
Sesarea ekstraperitonealis yaitu seksio sesarea berulang pada seorang pasien yang pernah melakukan seksio sesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan di atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan fasia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal.18
2.2.3 Epidemiologi Seksio Sesarea
Saat ini terjadi peningkatan angka seksio secara global. Peningkatan angka seksio sesarea terjadi di negara maju maupun berkembang. Pada tahun kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 sudah mencapai 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan. Hal ini menunjukkan angka kejadian seksio sesarea cendrung meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang.
merupakan bukti konkret bahwa saat ini seksio sesarea bukan lagi hanya indikasi medis, tetapi banyak faktor bukan medis yang dapat mempengaruhi.11 2.2.4 Indikasi Seksio Sesarea
2.2.4.1 Indikasi Medis
Melahirkan dengan cara seksio sesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio sesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya.21 a. Faktor Janin
1. Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus), yang biasanya disebut bayi besar objektif.18 Bayi terlalu besar mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi persalinan.19
2. Kelainan Letak Bayi
Letak Sungsang Saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir dengan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang dalam kurun.20 bulan kehamilan. Penyebab letak sungsang sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim atau mioma, letak plasenta lebih rendah.20
17
3. Ancaman Gawat Janin (Fetal distress)
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi. Apalagi ditunjang kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Bila ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada rahim, mengakibatkan gangguan pada ari-ari dan tali pusat sehingga aliran oksigen kepada bayi menjadi berkurang. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.18
4. Bayi Kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih.Kehamilan kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih maka sebaiknya menjalani seksio sesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum.17
5. Faktor Plasenta
Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae= di depan; vias = jalan). Jadi yang dimaksud dengan plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri.14
Solusio Plasenta Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang terlepas dari dinding rahim baik sebagian maupun seluruhnya dari tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir. Solusio plasenta bisa terjadi setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu, kebanyakan terjadi dalam trimester ketiga.21 Pelepasan plasenta biasanya ditandai dengan perdarahan yang bisa keluar dari vagina, tetapi bisa juga tersembunyi dalam rahim, yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Persalinan dengan seksio sesarea biasanya dilakukan untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban dan menghentikan perdarahan yang mengancam nyawa ibu.14 b. Faktor Ibu
1. Disproporsi Sefalo-pelvik
Disproporsi sefalo-pelvik adalah ketidakseimbangan kepala dan panggul ibu. Disproporsi sefalo-pelvik mencakup panggul sempit, fetus yang tumbuh terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relative antara ukuran kepala bayi dan pelvis (panggul).15
2. Disfungsi Uterus
Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasi, hal ini menyebabkan tidak adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Hal ini menyebabkan kemajuannya terhenti sama sekali, sehingga perlu penanganan dengan seksio sesarea.15
3. Partus tak maju
19
4. Pre-eklampsia dan eklampsia
Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Eklampsia adalah pre-eklampsia disertai dengan gejala kejang umum yang terjadi pada waktu hamil, waktu partus atau dalam 7 hari post partum bukan karena epilepsi.24
2.2.4.2 Indikasi Sosial
Selain indikasi medis terdapat indikasi sosial untuk melakukan seksio sesarea. Menurut penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika Serikat, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah persalinan seksio sesarea, yang secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya tidak ada kedaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Indikasi sosial timbul oleh karena permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan dalam persalinan normal. Hal ini didukung oleh adanya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.14
Persalinan yang dilakukan dengan seksio sesarea sering dikaitkan dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih banyak penduduk di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik.15
Di sisi lain, persalinan dengan seksio sesarea dipilih oleh ibu bersalin karena tidak mau mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit pada persalinan normal.14
2.2.5 Komplikasi Seksio Sesarea
Komplikasi yang terjadi setelah tindakan seksio sesarea adalah sebagai berikut: 1. Infeksi Puerperal (nifas)15
Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu: Ringan: dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja. Sedang: dengan kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai dehidrasi dan sedikit kembung. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada placental bed. Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul.15
3. Luka Kandung Kemih
Tindakan seksio sesarea, apabila dilakukan dengan tidak hati-hati dapat mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang dapat menyebabkan infeksi.15
2.3 Kadar Hemoglobin (Hb)
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi.39
21
tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ tubuh.39 Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan produksi eritropoietin sedikit, oleh karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen diperlukan. Akibatnya kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi eritrosit dan rentan untuk terjadinya anemia, terutama sefisiensi besi.
Anemia merupakan suatu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun. Sebagaimana akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh karena defisiensi besi sekunder, terhadap kehilangan darah sebelumnnya atau masukan besi yang tidak adekuat. Seseorang dikatakan anemia bila kadar hemoglobin (Hb) <10 gr%, bila kadar Hb<6% disebut anemia gravis. Batas anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah <11 gr%.39 Anemia sendiri jarang menimbulkan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada hakekatnya setiap masalah kegawatan dapat diperberat oleh anemia yang telah ada.25
Kadar Hb yang rendah pada ibu hamil, sampai pada bulan-bulan terakhir dan saat mendekati proses persalinan mempengaruhi kerja otot-otot alat reproduksi yaitu otot uterus, otot panggul, dan ligament. Hal ini mengakibatkan ibu tidak mempunyai kekuatan his (power) yang adekuat, sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir tidak optimal yang akhirnya proses persalinan mengalami kesulitan.
analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikans antara kadar Hb dengan kejadian persalinan dengan tindakan (p=0,0001).13
2.4 Tekanan darah
Selama kehamilan normal, reistensi vaskuler perifer menurun sebagai akibat vaskulatur yang mengalami dilatasi. Tekanan darah sistolik dan diastolik keduanya cendrung untuk menurun pada trimester kedua dan kemudian kembali normal saat mendekati aterm (waktu persalinan). Jika resistensi meningkat, terjadilah hipertensi yaitu peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan tekanan diastolic sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolic sekurang-kurangnya 90 mmHg. Hipertensi dapat juga ditentunkan dengan tekanan arteri rata-rata 105 mmHg atau lebih dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih. Nilai-nilai tersebut harus dimanifestasikan pada sekurang-kurangnya dua kesempatan dengan perbedaan waktu 6 jam atau lebih dan harus didasarkan pada nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui.27
2.7 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional, Satuan dan Kategori, dan Skala Variabel
No Variabel Definisi Operasional Satuan dan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain PenelitianJenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan (case control study). Kasus adalah ibu yang mengalami persalinan seksio sesarea di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan pada tahun 2013, sedangkan kontrol adalah ibu yang mengalami persalinan normal di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan pada tahun 2013.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Januari hingga Maret 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
Penelitian ini berupa analsis kategorik tidak berpasangan, maka rumus besar sampel yang digunakan :
N1 = N2 =
( √ √ )Z = deviat baku alfa Z = devita baku beta
P2= proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
P1= proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgment peneliti
Q2= 1 - P2
Q1= 1 - P1
P= proporsi total = ( P1 + P2 )/2
Q= 1 – P
P2= a/a+c
P2= 186/186+72 = 0,72
P1– P2 = 0,2
P1= 0,2+P2
P1= 0,2+0,72
P1= 0,92
Q2= 1 – P2
Q2= 1 –0,72 = 0,28
Q1= 1 – P1
Q1= 1 – 0,92 = 0,08
P= P1 + P2/2
P= 0,92 + 0,72/2 = 0,82
Q = 1 – P
Q = 1 – 0,82 = 0,18
Z = 5% = 1,960
27
√ √
√ √
= 75,342
Dengan menggunakan rumus besar sampel tersebut, maka besar sampel yang didapat adalah sejumlah 75 orang. Pada penelitian ini menggunakan metode kasus dan kontrol. Sehingga sampel untuk kasus 75 dan sampel untuk kontrol 75. Total seluruh sampel adalah 150.
2. Pemeilihan Sampel
Dalam penelitian ini peneliti memilih sampel dengan metode systematic sampling pada data rekam medik ibu yang melahirkan dengan
seksio sesarea dan persalinan normal di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan pada tahun 2013. Pada systematic sampling ditentukan bahwa dari seluruh subyek yang dapat dipilih, setiap nomor ke-sekian dipilih sebagai sampel. Bila ingin diambil 1/n dari populasi, maka tiap pasien ke n dipilih sebagai sampel.40
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi
a. Persalinan seksio sesarea dengan kehamilan tunggal. b. Persalinan normal dengan kehamilan tunggal
2. Kriteria Eksklusi
Data rekam medis yang tidak mencantumkan salah satu atau seluruhnya dari kadar hemoglobin dan tekanan darah sebelum persalinan.
3.5 Cara Kerja Penelitian
Bagan 3. Cara KerjaPenelitian 3.6 Managemen Data
3.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan perizinan dari pihak RS Prikasih Pondok Labu Jakarta Selatan, data dikumpulkan dengan melakukan pencatatan data rekam medis pasien yang menjadi sampel.
Menentukan sampel yang akan
29
3.6.2 Pengolahan Data Bagian rangkaian
Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian
kuisioner: apakah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Bila ada jawaban yang kosong, petugas pengumpul data bertanggung jawab untuk melengkapinya.
Coding, Merubah data bentuk huruf menjadi angka atau bilangan,
gunanya untuk mempermudah saat analisis dan entry data.
Processing, Setelah selesai melakukan editing dan pengkodean, data
diproses dengan cara memasukkan data dari kuisioner ke program komputer, program SPSS 17 for Windows.
Cleaning, Pembersihan data untuk mencegah kesalahan entry data yang mungkin terjadi.
3.6.3 Analisis Data
Proses pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan, kemudian
dilanjutkan dengan analisis dengan tahapan sebagai berikut :
Analisis Univariat
Analisis univarat untuk mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti, bentuknya tergantung dari jenis datanya, untuk
data kategorik digunakan distribusi frekuensi.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dua variabel. Untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut menggunakan pengujian statistik. Jenis uji statistik yang digunakan sangat tergantung jenis data atau variabel yang dihubungkan. Pada penelitian ini akan menganalisis varibel kategorik tidak berpasangan, sehingga uji statistik yang digunakan adalah Chi Square.
Adapun keterbatasan uji kai kuadrat adalah :
- Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5, lebih dari 20% dari jumlah sel.
Andai saja keterbatasan tersebut terjadi pada tabel 2 × 2, maka menggunakan uji Fisher Exact.
Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan
uji Ho ditolak atau Ho gagal ditolak. Dengan ketentuan apabila p value< α
(0,05), Maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna, jika p
value> α,maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada hubungan yang bermakna
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian4.1.1 Deskripsi Rumah Sakit Prikasih
Rumah Sakit Prikasih beralamatkan di Jalan RS. Fatmawati No. 74 Pondok Labu, Jakarta Selatan dengan luas tanah 8000 m2. Rumah Sakit ini didirikan pada tahun 1984 oleh Yayasan Putra Aminah Prikasih dengan tujuan untuk membantu program pemerintah dalam bidang pelayanan kesehatan melalui usaha mengelola rumah sakit umum dan rumah sakit bersalin, apotik, poliklinik umum dan poliklinik spesialis serta usaha lain yang sah. Saat ini, Rumah Sakit Prikasih memiliki akreditasi B.
4.1.2 Pelayanan Rumah Sakit Prikasih
BOR merupakan persentasi pemakaian tempat tidur pada satu satuan
tertentu dengan tujuan untuk mengetahui pemanfaatan dari tempat tidur di suatu Rumah Sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. Maka BOR di Rumah Sakit Prikasih dari tahun 2013 sudah mencapai angka pemanfaatan tempat tidur yang ideal.
2. Average Length of Stay (ALOS)
ALOS merupakan angka rata-rata lama perawatan seorang pasien
Sakit Prikasih belum mencapai angka yang ideal karena lama perawatan berkisar 3-4 hari.
3. Turn Over Interval (TOI)
TOI merupakan rata-rata hari, tempat tidur yang tidak ditempati dari
saat terisi ke saat terisi berikutnya dengan tujuan untuk mengukur efisiensi dari penggunaan tempat tidur dalam pelayanan Rumah Sakit. Tempat tidur kosong idealnya hanya dalam waktu 1-3 hari, jika nilai TOI tinggi maka mutu pelayanan Rumah Sakit tersebut kurang baik. Untuk angka TOI di Rumah Sakit Prikasih masih sesuai standar.
4. Bed Turn Over (BTO)
BTO merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur beberapa kali
dalam satu satuan waktu dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan tempat tidur. Selama 1 tahun, idealnya 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Maka untuk pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit Prikasih memiliki angka yang sangat ideal.
4.2 Hasil Penelitian
Persalinan ibu di RS Prikasih Pondok Labu Jakarta selatan pada tahun 2013 didapatkan persalinan seksio sesarea sebesar 513 persalinan, sedangkan yang melakukan persalinan normal sebesar 115 pesalinan. Pada penelitian ini dilakukan pengambil data dari rekam medis kemudian dipindahkan ke kuisioner. Sampel yang diambil sebanyak 75 persalinan seksio sesarea dan 75 persalinan normal dengan total 150 sampel.
4.2.1 Analisis Univariat
1. Kadar Hemoglobin (Hb)
33
Dari 75 sampel kasus (seksio sesarea), didapatkan 20 orang mengalami anemia dengan presentasi 26,7% dan 55 orang tidak mengalami anemia dengan presentasi 73,3%. Pada 75 sampel kontrol (pervaginam), didapatkan 17 orang mengalami anemia 22,7% dan 58 orang tidak mengalami anemia dengan presentasi 77,3%.
2. Tekanan darah
4.3 Tabel distribusi frekuensi tekanan darah
Tekanan Darah Persalinan Total
Seksio Sesarea Pervaginam n %
N % N %
Hipertensi 2 2,7 1 1,3 3 100,0
Tidak Hipertensi 73 97,3 74 98,7 147 100,0
Total 75 50,0 75 50,0 150 100,0
Dari 75 sampel kasus (seksio sesarea), didapatkan 2 orang mengalami hipertensi dengan presentasi 2,7% dan 73 orang tidak mengalami hipertensi dengan presentasi 97,3%. Pada 75 sampel kontrol (pervaginam), didapatkan 1 orang mengalami hipertensi 1,3% dan 74 orang tidak mengalami hipertensi dengan presentasi 98,7%.
4.2.2. Bivariat
Tabel 4.4 Hubungan Kadar Hb dan Tekanan Darah dengan Persalinan Seksio Sesarea di RS Prikasih Jakarta Selatan Pada Tahun 2013
No Variabel SC n (%) Pervaginam
Pada table diatas diketahui hasil analisis statistik masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Kadar Hb dikategorikan menjadi <11 gr% anemia dan ≥ 11 gr% tidak anemia. Hasil statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara anemia dengan kejadian persalinan seksio sesarea (p=0,705).
Tekanan darah dikategorikan menjadi ≥140 (sistol) atau ≥90 (diastol) hipertensi dan <140 (sistol) atau <90 (diastole) tidak hipertensi. Hasil statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian seksio sesarea (p=1.000).
4.3 Pembahasan
a. Kadar hemoglobin (Hb)
35
(power) yang adekuat, sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir tidak optimal yang akhirnya proses persalinan mengalami kesulitan.
Kadar Hb rendah (anemia) lebih sedikit dibandingkan kadar Hb tidak anemia pada persalinan lama dan persalinan seksio sesarea dan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kadar Hb dengan persalinan seksio sesarea.37 Menurut Anisa hasil analisis statistiknya menunjukkan tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan kejadian persalinan seksio sesarea (p= 0,923).38 Kemungkinan tidak adanya hubungan antara anemia dengan persalinan seksio sesarea dalam penelitian ini dikarenakan tidak adanya perbedaan jumlah kasus anemia yang signifikan antara kelompok ibu melahirkan dengan persalinan seksio sesarea dan persalinan normal. Dalam hal ini faktor gizi selama kehamilan sangat mempengaruhi. Hal lain yang diduga mempengaruhi hasil penelitian ini dalah tidak dilakukannya pencatatan kadar Hb selama kehamilan trimester pertama hingga trimester ketiga pada sampel dikarenakan data ini adalah data sekunder dari rekam medis pasien sebelum persalinan.
b. Tekanan Darah
Hipertensi pada kehamilan dan ditandai adanya proteinuria atau sering dikenal sebagai preeklamsia juga merupakan indikasi persalinan seksio sesarea, karena dikhawatirkan akan terjadi eklamsia (kejang-kejang) pada waktu persalinan, ini merupakan indikasi untuk mempercepat proses persalinan.13
Penelitian ini berlawanan dengan penelitian Yuli K yaitu hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah ibu pada saat sebelum persalinan dengan kejadian persalinan dengan tindakan (p=0,0001). Namun pada analisis multivariat menunjukkan bahwa hipertensi tidak berpengaruh terhadap terjadinya persalinan dengan tindakan.13 Pada penelitian Murphy secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara hipertensi dengan terjadinya persalinan dengan tindakan.28 Kemungkinan tidak adanya hubungan tekanan darah dengan kejadian persalinan seksio sesarea pada penelitian ini dikarenakan tidak adanya perbedaan jumlah kasus hipertensi yang signifikan antara kelompok ibu melahirkan dengan persalinan seksio sesarea dan persalinan normal. 4.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah: 1. Data ini merupakan hasil pencatatan peneliti terhadap data rekam medis
persalinan di rumah sakit. Sedangkan terdapat variable seperti kadar Hb yang seharusnya sudah terpantau sejak masa kehamilan. Hal ini dapat menjadi bias penelitian.
2. Kesalahan sistematis disebut bias, yang terdiri dari bias seleksi, bias informasi, dan bias pengacau.
a. Bias Seleksi
Dalam penelitian ini bias seleksi tak dapat dihindari, mengingat data untuk kasus dan kontrol sangat tergantung dari kelengkapan data yang ada di Rumah Sakit Prikasih.
37
38 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak adanya hubungan kadar Hb dengan kejadian persalinan seksio sesarea dengan p= 0,705.
2. Tidak adanya hubungan tekanan darah dengan kejadian persalinan seksio sesarea dengan p= 1.000.
5.2 Saran
1. Variable yang tidak berhubungan dengan kejadian persalinan seksio sesarea yaitu kadar Hb dan tekanan darah. Mungkin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain atau rancangan penelitian berbeda.
2. Pada penelitian berikutnya sebaiknya membedakan persalinan seksio sesarea yang indikasi medis dan non medis.
3. Mempertajam variabel Hemoglobin (Hb) dengan kriteria Hb< 6 (anemia gravis) dan tekanan darah dengan kriteria TD > 160 (sistol) dan > 100 (diastole).
4. Sampel penelitian sebaiknya diperbesar sehingga akan mengurangi nilai bias.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Stalker, peter. Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia. Editor: Dr Ivan Hadar. Jakarta; 2008: 20-22
2. WHO. Wolrd Health Organization. Maternal Mortality. WHO Media Center. May 2014
3. WHO, UNICEF, UNFPA, and The World Bank. Trends to Maternal Mortality: 1990 to 2013. Department of Reproductive Health and Research World Health
Organization. 2014
4. WHO. Wolrd Health Organization 2013. Children Reducing Mortality.WHO Media Center. September 2013
5. SDKI. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Badan Pusat Statistik. Jakarta; 2012.hlm. 17
6. Thareux, Catherine Deneux, Elodie Carmona. Postpartum Maternal Mortality and Caesarean Delivery. ACOG American College of Obstetricians and Genicologists.
Semtember 2006
7. Clark, Steven L, MD, Belfort, Michael A. Maternal Death In The 21st Century: causes, prevention, and relationship to cesarean delivery. ACOG American
College of Obstetricians and Genicologists. July 2008
8. Dorland, W.A Newman. Dorlands Medical Dictionary. Elsevier. Singapore. 2012. 9. Michelle J.K. Osterman, M.H.S. and Joyce A Martin, M.P.H. Changes in Cesarean
Delivery Rates by Gestational Age: United States, 1996-2011. U.S. Departement of
Health and Human services. CDC. Center for Disease Control and Prevention. June 2013
10.Marian, F PhD, Fay Menacker, DrPH, CPNP and Eugene Declercq, PhD. Cesarean Birth in United States:Epidemiologi, Trends, and Outcomes. Elsevier Saundres. U.K. 2008
12.Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Edisi IV. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta; 2010.
13.Kusumawati, Y. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh terhadap persaalinan Dengan Tindakan. Semarang; 2006.
14.Mochtar, R. Sinopsis Obstetri Jilid II. Edisi II. EGC. Jakarta; 1998
15.Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.Yogyakarta; 2005.
16.Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta; 2002.
17.Manuaba I.B.G. Perawatan Maternitas. penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2007.
18.Oxorn H, Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan.Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta; 2003.
19.Sarumpaet S. Komplikasi Persalinan dan Analisis Upaya Penanggulangannya di Propinsi Sumatra Utara. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Ilmu Kesehatan
Masyarakat FKM-USU. 2001.
20.Dewi Y., dkk. Operasi Caesar, Pengantar dari A sampai Z. EDSA Mahkota. Jakarta; 2007.
21.Scott J.R, dkk. Danforth. Buku Saku Obstetri dan Genikologi. Widya Medika. Jakarta; 2002.
22.Christiana I. Perawatan Kebidanan (Sejarah Kebidanan dan Perawatan Kebidanan Sebelum Melahirkan) Jilid I, Penerbit Brata. Jakarta; 1996.
23.Mansjoer, dkk. Kapita selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi Ketiga. FK UI. Jakarta; 1999.
24.Tanjung M.T. Preeklampsia studi Tentang Hubungannya dengan Faktor Fibrinolisis Ibu dan gas Darah Tali Pusat. Edisi Pertama. Cetakan pertama.Pustaka
Bangsa Press. Medan; 2004.
41
26.Djallalludin, hakimi, Suharyanto, Faktor Risiko Ibu untuk Terjadinya Partus Lama di RSUD Ulin Banjarmasin dan RSU Ratu Zaleche Martapura, Jurnal Sains
kesehatan no 17. Januari 2004.
27.Taber, B., Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi (Ahli bahasa Supriyadi T dan Gunawan J. EGC. Jakarta; 2002.
28.Lopez, Liera M Main. Clinical types and sub types of eklamsia. Dalam Winarno TJ dan Dasuki D, Peran Seksio Cesar terhadap Penurunan Morbiditas dan Mortalitas Perinatal pada Ibu dengan preeklamsia dan eklamsia. Berita Kedokteran
Masyarakat XVII, vol 1. 2000.
29.Murphy DJ, Liebling RE, Verity L, Swingler R, Patel R, Early Maternal and Neonatal Morbidity association with Operative Delivery in Second Stage of labor:
a cohort Study. The Lancet Vol 358. Oktober 2001.
30.Kaufmann, E. Vaginal birth after cesarean. Hounter House.USA. 2006. 31.Leveno et al. Williams manual of obstetrics. EGC. Jakarta; 2009.
32.Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Obstetri Williams. Edisi XXI. Vol 2. EGC.Jakarta; 2005.
33.Andree, R.A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan melalui operasi sesar tahun 1997-2003 (SDKI 2002-2003). Tesis master tidak diterbitkan,
Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.
34.Bobak, M, Lowdermilk & Jensen. Maternity nursing. (Marta &Peter ; penerjemah). EGC.Jakarta; 1995.
35.Jovany, Merlin. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu dilakukan seksio sesarea yang kedua. Universitas Indonesia, Depok, Indonesia. 2012.
36.Murphy DJ, Liebling RE, Early maternal and neonatal Morbidity Association with operative Delivery in Second Stage of labor : a cohort Study. The Lancet Vol.358,
Oktober 2001.
37.Setyaningrum, Dian. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Lama Persalinan di RB Annisa Kota Semarang. Semarang; 2005.
39.Salder TW. Masa Janin (Bulan Ketiga Hingga Lahir). Dalam: Susanto L, alih bahasa. Embriologi Kedokteran. Edisi ke-5. Jakarta: EGC, 79-88.
43
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
Identitas:
Nama : Muhammad Bustomy Chusnul Mubarok
Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 16 Agustus 1993
Alamat : Jl. Tanggul II RT/RW: 003/004, Kel/Desa: Sungai Rengas, Kecamatan: Sungai Kakap, Kab: Kubu raya, Kalimantan Barat.
No. HP : 085730528929
Email : m.bustomychusnulm@yahoo.com
Pendidikan :
1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kuala Ambawang Kubu Raya (Kal-bar) (1998-2004) 2. SMPN 3 Peterongan Jombang Jawa Timur (2004-2007)