ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN SINKING FUND GUNA MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI
Oleh
LA U R A LI D W I N A E R N I Y U LI A N I
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
By
Laura Lidwina Erni Yuliani Universitas Lampung Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to investigate how the effects of financial ratios and sinking fund to the bond rating . Financial ratios are used in this study is a financial ratio used in this study include liquidity ratio is proxied by Quick Ratio (QR) , which is proxied by profitability ratios Return on Assets (ROA) , the solvency ratio is proxied by the Long Term Debt to Equity (LTDE) and the ratio of the activity is proxied by Total Asset Turnover (TATO) .
The study sample consists of bonds issued by companies listed on the Stock Exchange during the period 2009-2011 and rated by PT Pefindo. Data collection methods using purposive sampling technique . The total sample is used as many as 81 companies . This study used multiple linear regression models to examine the effect of financial ratios and sinking fund to the bond rating .
The results of this study indicate the ratio of activity has significantly positive effect on bond ratings . While the liquidity ratio is positive but not significant effect . Profitability ratios had no significant negative effect on bond ratings . While the solvency ratio is significantly negative effect on bond ratings . Variable sinking fund has no significant negative effect on bond ratings .
Oleh
Laura Lidwina Erni Yuliani Universitas Lampung Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh rasio keuangan dan sinking fund terhadap peringkat obligasi. Rasio keuangan yang digunakan dalampenelitian ini adalah Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR), rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), rasio
solvabilitas yang diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) dan rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO).
Sampel penelitian ini terdiri atas obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2011 dan diperingkat oleh PT Pefindo. Metode Pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Total sample yang digunakan sebanyak 81 perusahaan. Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda untuk menguji pengaruh dari rasio keuangan dan sinking fund terhadap peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini mengindikasikan rasio aktivitas memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio likuiditas berpengaruh positif namun tidak signifikan. rasio profitabilitas berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio solvabilitas berpengaruh negatif secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Variabel sinking fund memiliki pengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 10
2.1.1. Signaling Theory ... 10
2.1.2.1. Jenis-Jenis Obligasi ... 11
2.4.1 Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi ... 26
2.4.2 Kemampuan Sinking Fund Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel ... 29
3.2. Data Penelitian ... 30
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 30
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 31
3.3.1 Variabel Dependen ... 31
3.4.1.2 Uji Multikolinearitas ... 36
3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 36
3.4.1.4 Uji Autokorelasi ... 37
3.4.2. Pengujian Hipotesis... 38
3.4.2.2 Uji F Statistik ... 39
3.4.2.3 Uji T Statistik ... 39
BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Statistik Deskriptif ... 41
4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 44
4.2.1. Uji Normalitas ... 44
4.2.2. Uji Multikolinearitas ... 46
4.2.3.
Uji Heteroskedastisitas ... 474.2.4.
Uji Autokorelasi ... . 484.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 49
4.3.1. Uji Koefisien Determinasi ... 49
4.3.2. Uji F Statistik ... 49
4.3.3. Uji T Statistik ... 50
4.3.4. Analisis Regresi Linear Berganda ... 52
4.4. Pembahasan... 53
4.4.1. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi ... 53
4.4.2. Pengaruh Sinking Fund Terhadap Peringkat Obligasi ... 57
BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 60
5.3. Saran ... 60
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perusahaan memerlukan pendanaan dalam mengembangkan usahanya sehingga
perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor
penunjangnya. Menurut Ginting (2010), sumber pendanaan dapat diperoleh dari
dalam perusahaan (internal financing) maupun dari luar perusahaan (eksternal
financing). Sumber pendanaan internal diperoleh dari pemanfaatan laba yang
ditahan yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai deviden. Sedangkan sumber
pendanaan eksternal diperoleh dari pinjaman yang dilakukan perusahaan kepada
pihak luar dengan menjual saham ataupun menerbitkan obligasi pada pasar modal.
Saat ini banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi sebagai salah satu bentuk
pendanaan perusahaan untuk membiayai investasi. Investor lebih tertarik memilih
berinvestasi menggunakan obligasi dibanding saham karena obligasi memiliki
kelebihan dibandingkan saham. Menurut Feeber (2000) dalam Ikhsan et al (2012),
kelebihan obligasi tersebut berkaitan dengan keamanan yaitu (1) volatilitas saham
lebih tinggi dibanding obligasi sehingga mengurangi daya tarik investasi pada
saham, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return atau pengembalian yang
Obligasi diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan dana baik untuk
ekspansi bisnisnya atau untuk memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Sebelum perusahaan mengeluarkan
obligasi, terlebih dahulu akan dilakukan proses pengujian terhadap obligasi
tersebut. Sejak tahun 1995, surat utang khususnya yang diterbitkan melalui
penawaran umum wajib untuk diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang
terdaftar di Bapepam (Almilia dan Devi, 2007).
Investor yang tertarik untuk membeli obligasi yang dikeluatkan oleh suatu
perusahaan tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi (bond rating)
terlebih dahulu. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi
yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman obligasi bagi
investor. Keamanan yang dimaksud ditunjukkan oleh kemampuan emiten dalam
membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman.
Obligasi diperingkatkan oleh lembaga pemeringkat obligasi yang independen.
Terdapat enam lembaga pemeringkat kredit yang diakui oleh Bank Indonesia
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tanggal 22
Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank
Indonesia. Keenam lembaga pemeringkat tersebut yaitu Fitch Ratings, Moody’s
Investor Service, Standard and Poor’s, PT. Fitch Ratings Indonesia, PT. ICRA
Tetapi peringkat obligasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
dari PT. PEFINDO karena perusahaan yang terdaftar dalam BEI sebagian besar
menggunakan jasa PT. PEFINDO dalam memberikan peringkat obligasi.
Lembaga pemeringkat di Indonesia diwajibkan untuk mempunyai technical
assistant dari lembaga pemeringkat di luar negeri.
Peringkat obligasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat di Indonesia yaitu
PT. PEFINDO dapat dikategorikan menjadi dua yaitu investment grade (idAAA,
idAA, idA, dan idBBB) dan non-investment grade (idBB, idB, idCCC, dan idD).
Pemberian prefix ”id” disetiap rating atau peringkat obligasi yang diberikan oleh
PT. PEFINDO menyatakan bahwa pemeringkatan obligasi tersebut diberikan
untuk konteks di dalam negara Indonesia. Semakin tinggi peringkat suatu obligasi
maka akan semakin kecil risiko gagal bayar obligasi tersebut.
Ketika peringkat obligasi termasuk investment grade berarti lembaga pemeringkat
menganggap bahwa kinerja perusahaan baik. Informasi tersebut akan direspon
oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya ke perusahaan karena investor
menganggap perusahan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya, akibatnya
abnormal return akan meningkat. Sebaliknya, jika peringkat obligasi termasuk non
investment grade maka menunjukkan bahwa kinerja perusahaan mengalami
penurunan. Akibatnya investor menjadi kurang tertarik untuk menginvestasikan
Menurut Hanafi (2004) dalam Ikhsan et al (2012), lembaga pemeringkat biasanya
melakukan tahap berikut dalam proses menentukan peringkat obligasi, yaitu
melakukan review internal terhadap perusahaan yang mengeluarkan instrumen
utang atau obligasi kemudian hasil dari review internal tersebut akan
direkomendasikan kepada komite rating yang akan menentukan rating atau
peringkat obligasi perusahaan tersebut. Salah satu hal yang digunakan lembaga
pemeringkat memberikan peringkat obligasi pada perusahaan adalah dengan
melihat hasil dari laporan keuangan perusahaan tersebut.
Amrullah (2007) menyatakan penilaian yang dilakukan lembaga pemeringkat
obligasi tidak selalu akurat. Ada beberapa kejadian yang menimbulkan suatu
pertanyaan apakah peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat kredit
akurat dan dapat diandalkan. Sebagai contoh ketidakakuratan penilaian yang
dilakukan lembaga pemeringkat di Amerika terjadi pada kasus penurunan
peringkat Enron secara drastis. Enron mengumumkan kepailitannya pada hari
Minggu di bulan Desember 2001, sedangkan pada hari Jumat sebelumnya obligasi
Enron masih memiliki peringkat layak investasi.
Sedangkan salah satu kasus yang terjadi di Indonesia yaitu kasus peringkat
obligasi Bank Global yang diberikan oleh PT Kasnic Credit Rating Indonesia
(Kasnic). Pada Juli 2003, Kasnic memberikan peringkat A- untuk obligasi
subordinasi Bank Global. Namun setelah BI mengumumkan secara resmi tentang
status Bank Global pada 8 Desember 2004, Kasnic langsung menurunkan
pengumuman BI mengenai pembekuan izin Bank Global pada 13 Desember 2004,
Kasnic menurunkan peringkat obligasi subordinasi secara drastis menjadi D
(default).
Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Adrian (2011), peringkat obligasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rasio-rasio keuangan, jaminan aset,
kedudukan obligasi, penjamin dari pihak ketiga, adanya sinking fund, umur
obligasi, stabilitas laba dan penjualan emiten, peraturan yang berkaitan dengan
industri emiten, faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk, kebijakan
akuntansi.
Tetapi tidak terdapat penjelasan lebih lanjut dari agen pemeringkat tentang
bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam menentukan peringkat
obligasi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai pemeringkatan obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan
yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa
laporan keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan.
Almilia dan Devi (2007) menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh dalam
memprediksi peringkat obligasi, sedangkan rasio profitabilitas tidak berpengaruh
dalam memprediksi peringkat obligasi. Manurung et al (2008) menyatakan bahwa
rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas berpengaruh signfikan
terhadap prediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat,
(Beta) dan rasio solvabilitas tidak berpengaruh terhadap prediksi peringkat
obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat, karena tidak signifikan pada
tingkat kepercayaan.
Sejati (2010) menyatakan bahwa rasio likuiditas dan rasio profitabilitas tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi.
Sedangkan Astria (2011) menyatakan bahwa rasio likuiditas, rasio profitabilitas
dan rasio aktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi, sedangkan
DER berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terbukti bahwa terdapat
perbedaan dari hasil penelitian-penelitian tersebut tentang pengaruh rasio
keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio
aktivitas) serta terhadap prediksi peringkat obligasi. Oleh karena itu, penelitian ini
akan kembali membahas tentang peran rasio keuangan dalam memprediksi
peringkat obligasi. Selain menggunakan rasio keuangan, penelitian ini juga akan
Sinking Fund merupakan pembentukan dana cadangan dalam upaya
menanggulangi kesulitan likuiditas perusahaan saat jatuh tempo obligasi.
Cadangan dana tersebut dapat digunakan pada saat pelunasan pokok pinjaman dan
bunga pada saat jatuh tempo obligasi maupun pada saat penarikan kembali
obligasi yang beredar dengan cara membeli kembali obligasi yang beredar di
Bursa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Rasio Keuangan dan Sinking
Fund guna Memprediksi Peringkat Obligasi”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas
dan rasio aktivitas) dapat digunakan untuk memprediksiperingkat obligasi?
2. Apakah sinking fund dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi?
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara
menyeluruh.. Maka dari itu agar masalah tidak terlalu melebar penulis hanya
meneliti perusahaan non keuangan yang menggunakan jasa Pefindo dalam
memeringkatkan obligasinya. Penelitian ini hanya meneliti data laporan keuangan
digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi juga dibatasi hanya dengan
menggunakan faktor sinking fund serta rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tentang kemampuan rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas) dalam memprediksi
peringkat obligasi.
2. Menganalisis tentang kemampuan sinking fund dalam memprediksi peringkat
obligasi.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Bagi para akademisi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
peringkat obligasi serta penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan referensi atau bahan acuan untuk penelitian
1.5.2 Manfaat Praktis
Bagi para investor obligasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber informasi dalam mempertimbangkan
pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dalam obligasi.
Bagi para emiten obligasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai dasar dalam memprediksi peringkat obligasi secara
dini untuk menghindari kesalahan yang dilakukan perusahaan emiten
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signaling Theory
Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan
tentang dorongan perusahaan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada
pihak eksternal dikarenakan adanya asimetri informasi antara manajemen
perusahaan dan pihak eksternal perusahaan (investor). Asimetri informasi
menyebabkan pihak eksternal perusahaan (investor dan kreditur) sangat sulit
untuk membedakan antara perusahaan yang berkualitas tinggi dan rendah. Salah
satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal
kepada pihak eksternal contohnya sinyal yang ditunjukan dengan peringkat
obligasi. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan
diharapkan dapat menjadi sinyal mengenai kondisi keuangan perusahaan serta
kondisi atau kualitas obligasi yang dikeluarkan perusahaan tersebut dan
menggambarkan kemungkinan obligasi berpotensi gagal bayar atau tidak
2.1.2 Obligasi
Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu obligatie atau obligataat yang
berarti kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Definisi obligasi menurut Bursa
Efek Indonesia (BEI) yaitu surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi perjanjian yang telah disepakati keduabelah pihak
dimana pihak yang menerbitkan obligasi (emiten) berjanji untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada
waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (investor).
2.1.2.1 Jenis-jenis Obligasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari website IDX (www.idx.co.id), obligasi
dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu:
A. Berdasarkan Penerbit
1) Government bonds (obligasi pemerintah) yaitu obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah pusat. Obligasi pemerintah yang terdiri
dari Obligasi Rekap, Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel
Indonesia (ORI) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
2) Municipal Bond (obligasi pemerintah daerah) yaitu obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah daerah dalam rangka membiayai
proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public
utility) seperti pembiayaan pembangunan infrastruktur di daerah.
3) Corporate Bonds (obligasi perusahaan) yaitu obligasi yang
milik negara (BUMN) atau badan usaha swasta yang bertujuan
sebagai sumber permodalan untuk mendukung kepentingan
bisnisnya.
B. Berdasarkan Jaminan (Collateral)
1) Secured Bonds yaitu obligasi yang dijamin dengan kekayaan
tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak
ketiga.. Secured bonds dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu
Mortgage Bonds yang dijamin dengan aktiva tetap, Collateral
Trust Bonds yang dijamin dengan efek (surat berharga),
Guaranteed Bonds yang dijamin serta ditanggung oleh pihak ketiga
dan Equipment Bonds yang dijamin dengan peralatan.
2) Unsecured Bonds yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi hanya dijamin dengan janji penerbit untuk
membayar bunga tetap dan pembayaran uang prinsipal saat jatuh
tempo. Obligasi ini juga dapat terjual khususnya obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki reputasi yang baik atau
C. Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga
1) Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang bunganya
dibayarkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
2) Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga
yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana
dan akan dibayarkan secara periodik dengan suku bunga yang tidak
berubah sampai masa jatuh tempo.
3) Floating Coupon Bonds yaitu nilai kupon obligasi ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu dan akan selalu berubah
setiap waktu.
4) Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak mempunyai kupon
sehingga emiten tidak melakukan pembayaran bunga secara
periodik.
D. Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi
1) Callable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang
umur obligasi tersebut.
2) Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk mengkonversikan atau menukar obligasi
tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya (emiten).
3) Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar obligasi tersebut menjadi
4) Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali
obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
E. Berdasarkan Pemegang Obligasi
1) Obligasi atas nama (Register Bond) yaitu obligasi yang diterbitkan
atas nama pemilik.
2) Obligasi atas unjuk (Bearer Bond) yaitu obligasi dimana pemegang
obligasinya harus mengirim kupon untuk menerima pembayaran
bunga dan kepemilikan kupon obligasi ini dapat dipindahkan
langsung ke pihak lain.
F. Berdasarkan Masa Jatuh Tempo
1) Obligasi berjangka (term bond) yaitu obligasi yang jatuh tempo
pada waktu yang bersamaan di masa mendatang dan memiliki satu
tanggal jatuh tempo yang cukup panjang.
2) Obligasi berseri (serial bond) yaitu obligasi yang jatuh tempo pada
waktu yang berbeda (secara berangsur-angsur) atau yang memiliki
2.1.2.2 Risiko Obligasi
Menurut Brigham dan Houston (2006), terdapat beberapa risiko yang dihadapi
oleh investor dalam investasi obligasi yaitu:
1. Reinvestment Rate Risk (Risiko Tingkat Investasi Kembali) merupakan risiko
terjadinya penurunan pendapatan akibat dari turunnya suku bunga.
2. Interest Rate Risk (Risiko Tingkat Suku Bunga) merupakan risiko penurunan
nilai obligasi akibat kenaikan suku bunga.
3. Default Risk ( Risiko Gagal Bayar) merupakan risiko penerbit obligasi
(emiten) yang mengalami kebangkrutan dan biasanya risiko ini diukur dengan
menggunakan peringkat obligasi.
2.1.3 Peringkat Obligasi
Investor yang tertarik untuk membeli obligasi, sebelumnya harus memperhatikan
kelayakan obligasi yang akan dibelinya. Maka dari itu sebelum diterbitkan,
obligasi harus diberikan peringkat obligasinya oleh lembaga pemeringkat.
Peringkat obligasi yang diberikan bukan merupakan rekomendasi untuk menjual,
membeli maupun untuk mempertahankan obligasi. Karena peringkat obligasi
hanya merupakan opini yang berfokus pada kemampuan penerbit obligasi dalam
memenuhi kewajibannya membayar bunga dan pokok utang secara tepat waktu.
Peringkat obligasi dapat dipublikasikan melalui website PT.Pefindo
(http://new.pefindo.com), namun adapula peusahaan yang tidak ingin peringkat
Menurut Brigham dan Houston (2006), peringkat obligasi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor kualitatif maupun faktor kuantitatif sebagai berikut:
1) Berbagai macam rasio-rasio keuangan
2) Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan
3) Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain
4) Penjamin
5) Adanya sinking fund
6) Umur obligasi
7) Stabilitas laba dan penjualan emiten
8) Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten
9) Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk
10)Kebijakan akuntansi
2.1.4 PT. Pefindo (PT. Pemeringkat Efek Indonesia)
PT. Pefindo merupakan lembaga pemeringkat obligasi di Indonesia yang didirikan
pada tanggal 21 Desember 1993 di Jakarta melalui inisiatif dari BAPEPAM
(Badan Pengawas Pasar Modal) dan BI (Bank Indonesia) dan pada tanggal 13
Agustus 1994 telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM (No.
39/PM-PI/1994). Untuk meningkatkan metodologi pemeringkatan dan kriteria dalam
melakukan pemeringkatan, maka Pefindo didukung oleh mitra afiliasi mereka
yaitu Standard & Poor’s yang merupakan lembaga pemeringkat internasional.
Selain itu, Pefindo juga aktif berpartisipasi dalam Asian Credit Rating Agencies
Peringkat obligasi dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu investment grade
(idAAA, idAA, idA, dan idBBB) dan non-investment grade (idBB, idB, idCCC,
dan idD).
Tabel 2.1
Arti Peringkat Obligasi PT PEFINDO
Simbol Arti
idAAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan beresiko paling rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian
idAA Efek utang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi,didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan. idA Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki
kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
idBBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian. Namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.
idBB Efek utang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.
idB Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah,walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya. Namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban financialnya
idD Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha.
Sumber : Pefindo
2.1.5 Sinking Fund
Sinking fund merupakan sejumlah dana yang disisihkan oleh emiten secara teratur
yang akan digunakan untuk melunasi obligasi atau utang jangka panjang lainnya.
Penyisihan dana ini dapat berupa uang tunai yang akan ditanamkan dalam
surat-surat berharga yang dapat mengasilkan pendapatan. Sinking Fund merupakan
peraturan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang untuk melunasi
sebagian obligasi dalam waktu tertentu sehingga perusahaan harus menyisihkan
dana khusus untuk membayar kewajiban tersebut.
Metode sinking fund atau dana pelunasan utang yaitu pembayaran utang yang
dilakukan dengan 1 kali pembayaran pada akhir periode utang. Metode sinking
fund mengasumsikan bahwa peminjam membuat pembayaran secara berkala ke
dalam suatu dana yang di sebut dana pelunasan sinking fund. (Hasibuan, 2011).
2.1.6 Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan ukuran-ukuran yang digunakan untuk menganalisis
laporan keuangan suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan
yang terdapat pada pos laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan
merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk memperoleh
2.1.6.1Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan
A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap kewajiban lancar
perusahaan tersebut. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam rasio
berikut:
1) Current ratio (CR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancar (current asset) yang dimiliki
perusahaan.
2) Quick ratio (QR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid yaitu aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai persediaan (inventory).
3) Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan kas yang tersedia maupun dengan menggunakan setara kas
4) Working capital to total assets ratio (WCTA) merupakan rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar
perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar utang jangka
pendeknya secara tepat waktu.
B. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur tentang tingkat kinerja
keuangan suatu perusahaan khususnya tentang kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri. Rasio profitabilitas dapat dibagi menjadi 5 (lima) macam rasio
berikut:
1) Return on assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba bersih dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan.
2) Return on equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih bagi seluruh
pemegang saham perusahaan.
3) Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
total investasi yang diinvestasikan oleh perusahaan tersebut.
4) Gross Profit Margin (GPM) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor atau
5) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan meghasilkan pendapatan bersih
terhadap total penjualan yang dicapai.
C. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini
berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih
pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri. Rasio solvabilitas dapat
dibagi menjadi 4 (empat) macam rasio berikut:
1) Time Interest Earned (TIE) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar keuntungan yang dapat berkurang tanpa
mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak
mampu membayar bunga utang jangka panjangnya lagi.
2) Debt ratio (DR) atau disebut juga dengan rasio utang merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
yang didanai oleh kreditor (utang).
3) Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan ekuitas (modal sendiri) perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya.
4) Long term debt to equity ratio (LTDE) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan ekuitas (modal sendiri) perusahaan untuk
D. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan
sebuah perusahaan dalam menggunakan dan memanfaatkan aktiva yang
dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Dengan kata lain, rasio
ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas
perusahaan sehari-hari dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Rasio
aktivitas dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam rasio berikut:
1) Working Capital Turnover (WCT) merupakan rasio yang digunakan untuk
menunjukan kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal kerja
perusahaan secara efektif untuk menciptakan penjualan.
2) Total Asset Turnover (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk
menunjukan efektivitas perusahaan dalam mengelola perputaran aktiva
yang diukur dari volume penjualan dalam suatu periode tertentu.
3) Fixed Asset Turnover (FATO) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap
perusahaan untuk menghasilkan volume penjualan.
4) Inventory Turnover (ITO) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi penggunaan persediaan sehingga dapat juga
untuk menilai seberapa baiknya kinerja manajemen dalam mengontrol
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama
Penelitian
Variabel Penelitian Metode Analisis
Regresi logit Growth dan rasio likuiditas (CR) berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi. Sedangkan size, rasio profitabilitas (ROA), jaminan dan umur obligasi tidak berpengaruh dalam
Regresi Logit Beta, rasio profitabilitas (yang diproksikan oleh NPM dan ROE), dan rasio leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi. Sedangkan rasio likuiditas (CR), rasio aktivitas (TAT), dan rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh signfikan terhadap rating obligasi
Grace Putri
Regresi logit Growth memberikan pengaruh yang signifikan
Astria (2011) Rasio leverage, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas
Regresi Rasio likuiditas (CR), rasio profitabilitas (ROA) dan terhadap peringkat obligasi.
Shinta Heru Satoto (2011)
Rasio leverage, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas
2.3 Model Penelitian
Berdasarkan pada teori yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio
aktivitas dan sinking fund merupakan prediktor dalam memprediksi peringkat
obligasi yang akan datang dan variabel manakah yang signifikan dalam
mempengaruhi peringkat obligasi. Oleh karena itu kerangka pemikiran yang
terbentuk adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
H5 (+) H4 (+) H2 (+)
H3 (+) H1 (+) Rasio Likuiditas
Peringkat Obligasi
Sinking Fund Rasio Profitabilitas
Rasio Solvabilitas
2.4 Perumusan Hipotesis
2.4.1 Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi
1. Rasio Likuiditas
Dalam penelitian ini, rasio likuiditas diproksikan dengan Quick Ratio (QR). Rasio
Likuiditas akan menjadi salah satu bahan pertimbangan investor sebelum
memutuskan untuk membeli obligasi. Semakin tinggi rasio likuiditas maka
perusahaan akan dianggap semakin mampu untuk melunasi kewajiban jangka
pendeknya secara tepat waktu karena rasio likuiditas yang tinggi menunjukan
bahwa aset lancar yang dimiliki perusahaan lebih tinggi daripada utang lancarnya.
Menurut Burton (2000) dalam Almilia dan Devi (2007), tingkat likuiditas yang
tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara
finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.
H1 : Rasio likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
2. Rasio Profitabilitas
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diproksikan dengan Return On Assets
(ROA). Rasio ini menunjukan tingkat keefisienan aset yang dikelola terhadap
earnings (laba) yang dihasilkan. Menurut Setyaningrum (2005), semakin efisien
aset yang dikelola menunjukan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan tersebut
tinggi maka pendapatan atau laba bersih yang diperoleh akan semakin besar
sehingga kemungkinan perusahaan untuk gagal bayar akan semakin kecil.
Menurut Brotman (1989) dalam Raharja dan Sari (2008), semakin tinggi tingkat
(default) dan semakin baik peringkat yang akan diberikan terhadap perusahaan
tersebut.
H2 : Rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
3. Rasio Solvabilitas
Dalam penelitian ini, rasio solvabilitas atau leverage diproksikan dengan Long
Term Debt to Equity (LTDE). Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran bunga untuk memenuhi
kewajiban perusahaan. Tingginya rasio solvabilitas menunjukkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga akan semakin baik. Chikolwa
(2008) dalam Satoto (2011) menyatakan bahwa peringkat obligasi cenderung
mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap leverage ratio perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin mampu suatu perusahaan dalam membayar
bunga-bunga atas segala utang-utangnya, termasuk didalamnya obligasi yang
diterbitkannya.
H1: Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
4. Rasio Aktivitas
Dalam penelitian ini, rasio aktivitas diproksikan dengan Total Asset Turnover
(TATO). Rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur keefektifan perusahaan dalam
mempergunakan sumber daya (modal kerja) yang dimiliki perusahaan tersebut
dalam pencapaian penjualan bersih. Menurut Horrigen (1966) dalam Purnomo
ratings. Semakin tinggi rasio aktivitas maka semakin baik peringkat obligasi
perusahaan tersebut.
H4 : Rasio aktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi
2.4.2 Kemampuan Sinking Fund dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Sinking fund yaitu dana perusahaan yang disisihkan untuk membayar utang jangka
panjang. Boardman dan McEnally (1981) dalam Andry (2005) membuat model
penelitian untuk menguji faktor penentu harga dan return obligasi pada tiap
kategori rating secara time series dengan menggunakan sinking fund.
Penelitiannya dilakukan dengan mengamati ada tidaknya sinking fund pada
penerbitan obligasi. Hasilnya menyatakan bahwa obligasi yang berkualitas rendah
yaitu perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan tidak menyediakan sinking
fund, maka harga dan returnnya kurang homogen dibanding yang berkualitas
tinggi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa jika terdapat sinking fund maka
peringkat obligasi akan semakin tinggi. Karena obligasi yang memberikan
penyisihan dana atau memberi ketetapan sinking fund dipandang relatif lebih
aman dibanding obligasi tanpa adanya sinking fund.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan
yang menerbitkan obligasi serta terdaftar dalam peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh Pefindo (2010-2012) dan juga merupakan perusahaan non
keuangan yang tercatat pada BEI (Bursa efek Indonesia). Laporan keuangan yang
akan diteliti adalah dari periode tahun 2009 sampai 2011.
Sampel penelitian diambil secara purposive sampling. Sampel yang digunakan
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan merupakan perusahaan non keuangan yang terdaftar pada BEI
(Bursa Efek Indonesia)
b. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi dan terdaftar pada PT.
Pefindo
c. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan
keuangan periode 2009 hingga 2011.
d. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi dalam periode
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah Sampel
1 Perusahaan yang menerbitkan obligasi periode 2009-2011
254
2 Perusahaan keuangan yang menerbitkan obligasi 122
3 Perusahaan yang tidak menggunakan jasa pefindo 51
Sampel akhir 81
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa
laporan keuangan perusahaan non keuangan yang tercatat di BEI (Bursa Efek
Indonesia) periode tahun 2009-2011 dan peringkat obligasi yang dipublikasikan di
website PT. Pefindo (http://new.pefindo.com) periode 2010-2012. Sumber data
laporan keuangan yang digunakan diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id).
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga
metode pengumpulan data menggunakan cara non participant observation. Data
yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari database laporan keuangan yang
diterbitkan oleh BEI, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Indonesian
3.3 Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah peringkat obligasi.
Peringkat obligasi yang digunakan merupakan peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh lembaga pemeringkatan obligasi di Indonesia yaitu PT.Pefindo.
Peringkat obligasi dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu investment grade
(idAAA, idAA, idA, idBBB) dan non investment grade (idBB, id B, idCCC, idD).
Pemberian nilai peringkat obligasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kategori Peringkat Obligasi
Peringkat Obligasi idAAA idAA+ idAA idAA- idA+ idA
Nilai Peringkat 17 16 15 14 13 12
Peringkat Obligasi idA- idBBB+ idBBB idBBB- idBB+ idBB
Nilai Peringkat 11 10 9 8 7 6
Peringkat Obligasi idBB- idB+ idB idB- idCCC idD
Nilai Peringkat 5 4 3 2 1 0
3.3.2 Variabel Independen 3.3.2.1 Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Quick Ratio (QR).
Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang lancarnya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid
yaitu aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.
2. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets
(ROA). Return On Assets merupakan rasio yang menunjukan kemampuan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba setelah pajak.
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Long Term Debt to
Equity (LTDE). Long Term Debt to Equity merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan ekuitas (modal sendiri) perusahaan untuk
melunasi utang jangka panjangnya
LTDE = Utang Jangka Panjang Total Ekuitas
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Total Asset Turnover
(TATO). Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan dan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan
keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
3.3.2.2 Sinking Fund
Sinking fund merupakan dana perusahaan yang digunakan untuk membayar utang
jangka panjang. Sinking fund dibentuk dengan cara menyisihkan sebagian laba
secara berkala. Obligasi yang memberikan penyisihan dana atau memberi
ketetapan sinking fund dipandang relatif lebih aman dibanding obligasi tanpa
adanya sinking fund. Variabel ini menggunakan variabel dummy yaitu kode 1 jika
obligasi itu punya ketetapan sinking fund dan kode 0 jika obligasi tidak punya
ketetapan sinking fund.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yang bertujuan untuk
mengukur kekuatan hubungan linear antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
menggunakan analisa regresi melalui Ordinary Least Square (OLS). Menurut Carl
Friendrich Gauss, inti dari Ordinary Least Square (OLS) adalah mengestimasi
suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan
Model yang digunakan dari regresi linear berganda yaitu:
BR = β0+ β1QR + β2ROA + β3LTDE + β4TATO + β5SF + e
Keterangan:
BR = Bond Rating (peringkat obligasi)
QR = Quick Ratio
ROA = Return On Asset
LTDE = Long Term Debt to Equity
TATO = Total Asset Turnover
SF = Sinking Fund
β = Koefisien regresi / konstanta
e = Standar error
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
3.4.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model variabel
bebas mempunyai distribusi normal atau mendekati distribusi normal. Uji
normalitas dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu uji normalitas menggunakan analisis
1. Analisis Grafik
Uji normalitas residual melalui analisis grafik yaitu dengan melihat grafik normal
probability plot. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali
(2007) adalah sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Uji normalitas secara statistik dapat menggunakan alat analisis One Sample
Kolmogorov-Smirnov test. Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan
kesimpulan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% (p<0,05); maka data terdistribusi tidak
normal
2) Jika nilai signifikan lebih besar dari 5% (p>0,05); maka data terdistribusi
3.4.1.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghazali (2007), uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi di antara variabel-variabel independen dalam model regresi tersebut.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model
regresi dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF).
Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai
berikut:
1. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa
ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas (Ghazali, 2007).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya
Jain (2003), Uji Park dapat lebih teliti dalam memantau gejala heteroskedastisitas
ini. Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan Uji Park guna
menentukan gejala heteroskedastisitas variabel-variabelnya. Uji Park dilakukan
dengan cara meregresikan variabel independen dengan nilai logaritma residual
yang telah dikuadratkan. Jika hasilnya menunjukkan secara statistik tidak
signifikan (tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05) berarti tidak terdapat
heteroskedastisitas dalam model penelitian tersebut dan sebaliknya (Ghazali,
2007).
3.4.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode
sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat masalah
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Gejala
autokorelasi terjadi karena adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi
yang diurutkan menurut urutan waktu (time series). Model regresi yang
mengalami gejala autokorelasi memiliki standard error yang sangat besar,
sehingga kemungkinan besar model regresi menjadi tidak signifikan (Ghazali,
2007).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
adalah dengan menggunakan Run Test. Run test sebagai bagian dari statistik
non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data
residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
Pengambilan keputusan pada uji Run Test adalah sebagi berikut:
1. Jika hasil uji Run Test menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar
nilai residual.
2. Jika hasil uji Run Test menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 dapat
disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai
residual.
3.5 Pengujian Hipotesis
3.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien Determinasi (R²) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Bila terdapat nilai adjusted R² bernilai negatif, maka nilai adjusted R²
3.5.2 Uji F Statistik
Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang
menunjukkan apakah variabel independen secara keseluruhan mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan berdasarkan
probabilitas sebagai berikut:
a. Dalam skala probabilitas 5% atau 0,05, jika probabilitas atau signifikansi (α )
< 0,05, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen,
sebaliknya jika (α ) > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh
terhadap dependen.
b. Pada skala 10% atau 0,10 jika probabilitas atau signifikansi (α ) > 0,1 maka
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap dependen.
Jika probabilitas atau signifikansi menunjukkan (α ) < 0,1 maka variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap dependen.
3.5.3 Uji T Statistik
Uji T statistik digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan
variabel independen apakah memiliki pengaruh satu dengan lainnya, dengan
Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai
berikut:
a. Jika probabilitas atau signifikansi α > 0,05 maka variabel independen secara
individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
b. Jika α < 0,05 maka variabel independen secara individual berpengaruh
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini mencoba untuk meneliti bagaimana rasio keuangan dan sinking fund
mempengaruhi dan memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh
Pefindo. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio
likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR), rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA), rasio solvabilitas yang diproksikan
dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) dan rasio aktivitas yang diproksikan
dengan Total Asset Turnover (TATO).
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (Multiple
Linear Regression Analysis) dengan program Statistical Package for Social
Sciences (SPSS) Versi 17. Data sampel sebanyak 81 perusahaan yaitu perusahaan
non-keuangan penerbit obligasi yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan
laporan keuangan pada tahun 2009-2011 serta perusahaan yang menggunakan jasa
agen pemeringkat PEFINDO untuk memberikan peringkat pada obligasi
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat satu variabel dari rasio keuangan yang memiliki pengaruh positif
secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Variabel tersebut adalah rasio
aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset Turnover (TATO). Sedangkan
rasio likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR) berpengaruh
positif namun tidak signifikan.
2. Dua variabel rasio keuangan yang lain memiliki pengaruh negatif terhadap
peringkat obligasi. Variabel tersebut adalah rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif secara tidak
signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio solvabilitas yang
diproksikan dengan Long Term Debt to Equity (LTDE) berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
3. Variabel sinking fund memiliki pengaruh negatif secara tidak signifikan
terhadap peringkat obligasi.
4. Hasil dari uji koefisien determinasi menyatakan bahwa hanya 28,9% variasi
variabel dependen (peringkat obligasi) dapat dijelaskan oleh variasi
kelimavariabel independen yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas dan sinking fund sedangkan sisanya sebesar 71,1 %
5.2 Keterbatasan Penelitian
Sebagaimana lazimnya suatu penelitian empiris, hasil penelitian ini juga
mengandung beberapa keterbatasan. Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian
yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan penelitian
selanjutnya:
1. Pemilihan objek penelitian hanya menggunakan perusahaan non keuangan
yang terdaftar di BEI dan yang obligasinya diperingkatkan oleh PEFINDO.
2. Periode penelitian yang digunakan hanya selama tiga tahun saja.
3. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel rasio keuangan
(leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas) serta sinking
fund sebagai variabel untuk memprediksi peringkat obligasi.
5.3 Saran
Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat diberikan dari penelitian
ini antara lain, adalah :
1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk
menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI
termasuk perusahaan keuangan dengan menggunakan metode pengukuran
yang telah disesuaikan dengan sektor industri dari setiap perusahaan.
2. Periode pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode
yang lebih dari tiga tahun untuk lebih memaksimalkan kemungkinan pengaruh
3. Bagi penelitian yang akan datang, melalui koefisien determinasi (R2) dapat
diketahui nilai R sebesar 24,3% dan sisanya 75,7 % dipengaruhi oleh variabel
diluar yang tidak ikut diteliti. Oleh karena itu penelitian yang akan datang
diharapkan dapat menambah variabel-variabel, seperti maturity, tingkat suku
bunga obligasi dan berbagai rasio non keuangan yang dapat meningkatkan