• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA SMA LUAR BIASA (STUDI KASUS PADA SMA LUAR BIASA B DHARMA BHAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA SMA LUAR BIASA (STUDI KASUS PADA SMA LUAR BIASA B DHARMA BHAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IPS INTEGRATED LEARNING IN OUTSTANDING STUDENT SMA (SMA CASE STUDY ON OUTSTANDING B

BHAKTI DHARMA DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2013/2014)

by

Anggi Tyas Prabawati

This study aims to determine the curriculum, tools, and methods used in integrated social studies learning in SLB B (deaf) Dharma Dharma Bhakti Pertiwi Bandar Lampung Academic year 2013/2014. The method used in this research is the case study method. Research the type of case study aims to find out about something in depth. The data was collected using observation and interview. Analysis of the data used is the collection, data reduction, datapresentation and conclusion

The results showed that the curriculum used in the learning process is the Integrated Social Science curriculum is designed specifically for students who have physical limitations in this case deaf. This curriculum has a percentage of 60% skill and 40% common material. The approach used in teaching deaf children in SMALB Dharma Dharma Bhakti Pertiwi the classical approach and individualized. Special learning tool in performing activities of teaching and learning that is comprised of a specially equipped room specialized tools to enhance the potential that can still be improved and developed especially good communication problems with using spoken or written language. In the Integrated Social learning methods used in class XB (deaf) are two special methods that include group method, demonstration method, drill method, and study tours, while the individual methods include a question and answer method, face to face andoral.

(2)

i

ABSTRAK

PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA SMA LUAR BIASA (STUDI KASUS PADA SMA LUAR BIASA B

DHARMA BHAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014)

Oleh

Anggi Tyas Prabawati

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui kurikulum, sarana, dan metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah pengumpulan, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS Terpadu adalah kurikulum khusus yang dirancang untuk peserta didik yang memiliki keterbatasan fisik dalam hal ini tunarungu. Kurikulum ini memiliki persentase 60% keterampilan dan 40% materi umum. Pendekatan yang digunakan pada pembelajaran anak tunarungu di SMALB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi yaitu pendekatan klasikal dan individual. Sarana pembelajaran khusus dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar yaitu terdiri dari ruang khusus yang dilengkapi alat-alat khusus untuk meningkatkan potensinya yang masih dapat diperbaiki dan dikembangkan terutama masalah komunikasi baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran IPS Terpadu metode yang digunakan dikelas X B (tunarungu) adalah dua metode khusus yaitu metode kelompok meliputi, metode demonstrasi, metode drill, dan karya wisata, sedangkan metode individu meliputi metode tanya jawab, face to face dan oral.

(3)
(4)

PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA SMA LUAR BIASA B (STUDI KASUS PADA SMA LUAR BIASA B DHARMA BHAKTI

DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh :

ANGGI TYAS PRABAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Kerangka konsep penelitian... 31

2. Komponen-komponen analisis data model interaktif (miles dan Huberman)... 43

3. Peta administrasi Kecamatan Kemiling Bandar Lampung 48 4. Denah lokasi SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi... 49

5. Kurikulum pembelajaran IPS terpadu... 67

6. Sarana belajar IPS terpadu... 71

7. Metode pembelajaran IPS terpadu... 76

8. Ruang Audiometri... 78

9. Ruang Bina Wicara... 79

(6)
(7)

,

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Fokus Penelitian ... 5

D. Pertanyaan Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

H. Defenisi Istilah ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian sekolah Luar Biasa B ... 11

2. Pembelajaran IPS terpadu ... 12

B. Kerangka Pikir ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Latar Penelitian ... 32

B. Pendekatan dan Rancangan Penelitian... 32

(8)

D. Sumber Data... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Analisis Data ... 41

H. Pengecekan Keabsahan Data... 43

I. Tahapan Penelitian ... 44

BAB IV. TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Penelitian... 46

1. Sejarah Singkat Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung... 46

2. Profil Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung... 47

3. Keadaan Guru, Karyawan, siswa dan Struktur Organisasi SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung... 51

(9)
(10)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1. Foto Keadaan Sekolah... 86 2. Lembar Pedoman Wawancara dan Observasi Proses

(11)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-kisi wawancara... 39 2. Kisi-kisi observasi... 40 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Terpadu kelas

(12)
(13)
(14)
(15)

MOTTO

Bukanlah ilmu apa yang terdapat dalam lemari buku

Bukanlah ilmu kecuali apa yang tersimpan di dalam dada

(syair Arab)

Jangan pernah berhenti mengepakkan sayapmu. Biarkan

ujian-ujian membuatmu kuat, biarkan jiwa-jiwa sabar menjadi

penyejuk bagimu. Karena Allah bersama orang-orang yang

sabar (Uchan)

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kau

dustakan?

(16)
(17)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Alhamdulillahirrabil allamin dengan segenap rasa syukur dan mengharap

ridho Allah SWT, ku persembahkan karya kecilku ini

Kepada:

Kedua orang tuaku tercinta, Bapakku Agus Wijiadi dan Ibuku Trimargiani

Yang dengan tulus, iklas dan penuh kesabaran telah mendidikku, dan membesarkanku, serta

senantiasa menyebut namaku dalam setiap do anya.

Terima kasih atas segala bentuk kasih sayang dan do a yang tulus ikhlas terucap demi

tercapainya keberhasilanku.

Yang tersayang Kakakku Angga Nur Febrian yang selalu memberikan motivasi dan selalu berdoa

untuk keberhasilanku.

Para Pendidikku

Keluarga besar Pendidikan Geografi 2010

Semua orang yang peduli terhadap Pendidikan Luar Biasa

(18)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Anggi Tyas Prabawati, lahir di Grobogan pada 4 Juli 1992, anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan bapak Agus Wijiadi dan ibu Trimargiani.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo pada tahun 2004 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 10 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Al-azhar 3 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2010.

(19)

SANWACANA

Bismillahhirohmannirohim,

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Pembelajaran IPS Terpadu Pada Siswa SMA Luar Biasa (Studi Kasus Pada SMA Luar Biasa B Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014) sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan IPS FKIP Universitas Lampung.

(20)

Dalam kesempatan ini, tanpa mengurangi rasa hormat penulis menghanturkan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Wakil Dekan bidang Akademik dan Kerjasama Dr. Abdurrahman, M.si., Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Drs. Hi.Buchori Asyik, M.si., dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Muhammad Fuad, M.Hum.FKIP Universitas Lampung.

3. Drs. Zulkarnain, Msi. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial dan juga selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Sumadi, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah benyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, selama penulis menempuh studi.

5. Seluruh Dosen Pendidikan Geografi, semoga bekal ilmu yang diberikan selama ini kepada penulis dapat bermanfaat den menjadi modal dimasa depan.

6. Ibu Hartatiningsih S.Pd selaku guru IPS Terpadu di SMALB B (tunarungu) atas bantuan yang diberikan dan yang telah mengajarkanku arti kesabaran dan ketulusan.

(21)

motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah bisa terbayarkan olehku.

8. Sahabat-sahabatku pentol korek, Arum, Tiara, mbok, teteh, asem, uni beserta seluruh teman seperjuanganku Geografi 2010 tanpa terkecuali. Terima kasih atas bantuan, doa, serta senyuman kalian sehingga kita bisa menjalani semua ini dengan penuh kebersamaan dan persaudaraan.

9. Teman-teman PPL seperjuannganku di SMP Negeri 1 Kebun Tebu Lampung Barat.

10. Keluarga besar UKM KSR PMI Unit Unila.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua. Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2015 Penulis

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya dan memberikan layanan pendidikan sebaik-baiknya kepada setiap warganegaranya tanpa kecuali (termasuk anak berkebutuhan khusus). Hal ini diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sisdiknas Bab III Ayat 5 yang menyatakan bahwa setiap warganegara memiliki kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Setiap warganegara yang dimaksud adalah semua warganegara termasuk anak berkebutuhan khusus.

(23)

2

Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK) ini menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan khusus (2010), dapat dikelompokkan menjadi:

(1) Tunanetra atau anak yang mengalami gangguan penglihatan (2) Tunarungu atau anak yang mengalami gangguan pendengaran (3) Tunadaksa atau anak yang mengalami kelainan tubuh atau gerak

(4) Anak berbakat atau anak yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa

(5) Tuna grahita

(6) Anak lamban belajar

(7) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia) (8) Anak mengalami gangguan komunikasi

(9) Tunalaras anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku (10) Anak yang termarginalkan.

Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Torrance dalam Mudjito (2012: 165) membuat beberapa program yang akan diberikan kepada para anak yang berbakat tapi tidak beruntung untuk menemui kebutuhanya yaitu:

1. Kurikulum harus didisain untuk memasukan kekuatan tertentu dari para siswa (perlu modifikasi kurikulum)

2. Lemahnya ekonomi keluarga bukan menjadi alasan untuk dihindari 3. Memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk berkembang

4. Memberikan kemudahan mengakses informasi dan sumber sumber belajar

(24)

3

Sekolah bagi anak berkebutuhan khusus merupakan tempat anak berkembang, lingkungan yang memelihara kebiasaan-kebiasaan dan kegiatan belajarnya untuk dapat menjalankan seluruh kehidupannya serta menghambat pertumbuhan dan kebiasaan yang tidak diinginkan. Sekolah merupakan tempat membentuk pribadi dan mempersiapkan kehidupan dewasa anak sehingga dapat berintegrasi dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran yaitu untuk mengantarkan peserta didik bisa mencapai derajat hidup bermakna.

Tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan seseorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengar sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui pendengaran. Anak tunarungu sebagai mahluk sosial seperti juga manusia yang lain memiliki kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial. Dengan belajar IPS Terpadu bukan menjadikan anak tunarungu menarik diri dari lingkungan sosial yang lebih luas karena kesalahan persepsi dari beberapa komunikasi yang dilakukan, tetapi menjadi matang secara emosional untuk berinteraksi dengan lingkungan yang bermacam-macam.

(25)

4

yang akan diterapkan muncul karena ada perbedaan antara pembelajaran anak normal dengan anak yang berkelainan atau memiliki cacat tubuh dan mental.

Problem yang terjadi di lapangan dalam pembelajaran IPS Terpadu pada anak berkebutuhan khusus seorang pendidik memerlukan kurikulum pembelajaran khusus untuk mengimplementasikan IPS Terpadu. Dalam hal ini kurikulum Nasional yang diterapkan adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Penggunaan pedoman kurikulum Nasional mutlak dalam penyelenggaraan pendidikan formal, karena standar kurikulum dibuat untuk memberikan jaminan kepada masyarakat agar apa yang diperoleh di sekolah benar-benar konsisten dengan prinsip dan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam kurikulum Nasional, meskipun sekolah-sekolah diperkenankan untuk mengembangkan atau melaksanakan kurikulum yang menjadi ciri khas yang bersangkutan namun kurikulum tetap dilaksanakan sepenuhnya.

(26)

5

ini maka perlu dikembangkan sarana belajar IPS Terpadu yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka sarana belajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, dan skema. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat berpikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami, terlebih lagi bagi mereka penyandang tunarungu.

SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung merupakan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Disana terdapat anak-anak tunagrahita, tunarungu, dan anak autis. Metode pembelajaran yang diterapkan pada sekolah tersebut bervariasi tergantung kebutuhan. Menurut Soelaiman Joesoef (2004: 3) dalam metode tidak boleh melupakan:

1. Sasaran Pendidikannya

2. Kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakat 3. Taraf perkembangan sosial budaya bangsa.

Berdasarkan pendeskripsian masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pembelajaran IPS Terpadu yang diterapkan di SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

(27)

6

( 1 ) Kurikulum pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 belum diketahui.

( 2 ) Metode pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 belum diketahui.

( 3 ) Sarana belajar IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 belum diketahui.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah proses pembelajaran IPS terpadu pada siswa Sekolah Luar Biasa kelas X B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, maka pertanyaan penelitian yang akan dibahas:

( 1 ) Bagaimanakah kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014?

(28)

7

( 3 ) Apa saja sarana belajar IPS terpadu yang digunakan di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan agar penelitian memiliki arah yang jelas, yaitu hasil akhir yang hendak dicapai dari suatu penelitian. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

( 1 ) Untuk mengetahui kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

( 2 ) Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

( 3 ) Untuk mengetahui sarana belajar IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan dari penelitian ini adalah :

(29)

8

2. Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi yang berhubungan dengan ilmu kependidikan.

3. Bagi SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi sebagaifeedbackdan bahan informasi bagi guru secara umum dan khususnya bagi guru yang membelajarkan IPS Terpadu pada anak berkebutuhan khusus.

4. Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan khususnya dalam bidang kependidikan yang berkaitan dengan anak anak Sekolah Luar Biasa.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subyek penelitian adalah dibatasi pada guru IPS terpadu kelas XB dan Kepala Sekolah SMA Luar Biasa B Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung.

2. Ruang lingkup obyek penelitian adalah Pembelajaran IPS Terpadu pada siswa kelas XB SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung. 3. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2013/2014.

4. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung.

(30)

9

H. Definisi Istilah

a. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.

b. Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru agar mampu membuat peserta didik untuk belajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik dan melalui perubahan tersebut peserta didik mendapatkan kemampuan yang baru untuk menghadapi kehidupan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang (Rudy Gunawan, 2014: 43).

c. Pendidikan IPS terpadu adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan (Numan Soemantri, 2001: 92).

d. Sekolah Luar Biasa B (SLB-B) adalah sekolah khusus bagi peserta didik Tunarungu usia sekolah.

e. Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.

(31)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Sekolah Luar biasa B (Tunarungu)

Sekolah Luar Biasa B (SLB-B) adalah sekolah khusus bagi peserta didik Tunarungu usia sekolah. Guru SLB dituntut untuk memiliki kesabaran yang tinggi, kesehatan fisik, dan mental yang baik dalam bekerja karena mereka melakukan tugas fungsional yaitu mengajar satu per satu siswanya dengan penuh kesabaran, melakukan tugas administrasi seperti membuat rapor, dan tugas struktural dalam organisasi sekolah.

(32)

11

Ciri-Ciri Tunarungu a) Dalam segi fisik:

1) Cara berjalannya kaku dan anak membungkuk.

Hal ini disebabkan terutama terhadap alat pendengaran. 2) Gerakan matanya cepat agak beringas.

Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin menangkap keadaan yang ada disekelilingnya.

3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal.

Hal tersebut tampak dalam mengadakan komunikasi dengan gerak isyarat. 4) Pernafasannya pendek dan agak terganggu.

b) Ciri khas dari segi intelegensi

Intelegensi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar, meskipun disamping itu ada faktor-faktor lain yang dapat diabaikan begitu saja seperti kondisi kesulitan, faktor lingkungan intelegensi merupakan motor dari perkembangan siswa.

c) Ciri-ciri dari segi sosial

1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga atau masyarakat. 2) Perasaan cemburu dan salah sangka diperlakukan tidak adil

3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.

d) Ciri-Ciri khas dari segi emosi

(33)

12

pengertiannya. Hal ini disebabkan karena tekanan pada emosinya. (Emon Harizal dan Elifindri, 1975: 13).

2. Pembelajaran IPS Terpadu

Pendidikan IPS (social studies) adalah suatu kajian terpadu terhadap masalah-masalah sosial yang dikemas secara sosial-psikologis untuk tujuan pendidikan (Pargito, 2010: 7). Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan (Depdikbud, 1996) sebagai berikut:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembanganya.

b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

c. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama. d. Keterampilan berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. e. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak. f. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

Keterampilan sosial ini antara lain adalah: kerjasama, komunikasi dan mau mendengarkan pendapat orang lain.

(34)

13

menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karenanya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk membangun dan membina peserta didik dalam memasuki kehidupan bermasyarakat pada masa yang akan datang yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus. Model pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus seyogyanya didasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Model ini dirancang berdasarkan kebutuhan nyata setiap peserta didik di lapangan.

Menurut Mudjito, Harizal dan Elifindri (2012: 66), 4 ranah pendidikan yang mesti diberikan dalam proses belajar mengajar. Melalui pendidikan dalam kelas atau luar kelas, kepada siapa saja pendidikan itu diberikan, dan pada anak yang memiliki problematika seperti apa. Ranah tersebut menjadikan anak-anak akan semakin bermakna setelah mereka memperoleh pendidikan.

Ranah tersebut adalah:

1. Ranah kognitif, yang menjadi tujuan pendidikan adalah bagaimana anak-anak semakin berkembang kemampuan ilmu, melalui proses pedagogi, serta metode yang pas digunakan oleh pendidik. Tujuanya adalah untuk meningkatkan daya nalar anak. Sehingga suatu saat anak-anak akan sanggup mengambil keputusan yang sistematis dalam menghadapi persoalan yang dia hadapi.

2. Ranah psikomotorik, anak-anak sebenarnya perlu digali bakat keterampilan yang ada dalam dirinya. Baik keterampilan dalam menguasai motorik, keterampilan kerja, bakat seni bakat olahraga, maupun seluruh dimensi potensi motorik yang dimiliki. Kemampuan keterampilan dapat menjadikan anak-anak mudah dalam memahami aplikasi ilmu dalam prakteknya, dan kemudian berguna untuk hidup ketika, dan kemudian berguna untuk hidup ketika mereka sudah harus hidup secara mandiri.

(35)

unsur-14

unsur yang menyebabkan anak akan semakin eksis dalam komunitasnya. Dimensi ini kemampuan seperti bagaimana meningkatkan kemampuan cara berkomunikasi yang baik, terbiasa menjadi pekerja keras, jujur, sanggup hidup dalam komunitas yang luas, gigih, bekerja perkelompok, bekerrja pada kualitas yang terbaik, memiliki integritas tinggi dan sebagainya.

4. Ranah karakter, lebih kepada kombinasi dari hard skills (kognitif-psikomotorik) dengan unsur soft skill (ranah afektif) sedemikian, sehingga terbangun kepribadian yang dapat meberikan arti besar dalam tumbuh dan berkembang anak-anak di tengah masyarakat. Anak-anak pada dimensi ini dituntut untuk tanggap, terbiasa pekerja keras, dan terbiasa bangga dengan negaranya, termasuk memiliki cara yng solutif terhadap persoalan lingkungan.

Dalam proses pembelajaran IPS terpadu model pembelajaran merupakan elemen yang penting guna menunjukkan gambaran utuh dari sesuatu yang akan dikerjakan dan hasil yang akan dicapai. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain (Trianto, 2007: 5).

Berkenaan dengan model pembelajaran IPS Terpadu, Pargito (2010: 26) mengetengahkan 10 (sepuluh) kelompok model pembelajaran terpadu, yaitu:

1. Model fragmented

Model pembelajaran fragmented, merupakan model pembelajaran tradisional yang memisahkan disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Model ini dapat dikatakan sebagai suatu rancangan di mana setiap mata pelajaran disusun secara terpisah dari mata pelajaran yang berbeda-beda. Setiap mata pelajaran diajarkan sebagai disipin ilmu secara terpisah dengan tidak ada usaha untuk menghubungkan atau mengintegrasikan diantara disiplin ilmu tersebut.

2. Model conected

(36)

15

dipelajari pada satu semester dengan ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu bidang studi.

3. Model nested

Model nested (berangkai) merupakan desain rancangan kompleks yang banyak dipergunakan oleh guru-guru yang telah berpengalaman. Mereka umumnya telah mampu mendapatkan intisari-intisari tertentu dari mata pelajaran yang mereka telah tangani. Keutamaan model integrasi ini terletak pada kombinasinya yang sangat ilmiah sehingga faktor-faktor yang terkait dengan model jenis ini dapat dengan mudah dipenuhi.

4. Model squenced

Model squensed menerapkan konsep bahwa suatu bahan ajar dari mata pelajaran dapat dipelajari dari mata pelajaran yang lain atau sebaliknya. Dengan artikulasi yang terbatas lintas mata pelajaran, guru dapat menata kembali urutan topik-topiknya sehingga pokok bahasan yang mirip akan saling bersesuaian. Dua mata pelajaran yang tekait dapat diurutkan sehingga muatan dari kedua mata pelajaran tersebut dapat diajarkan secara paralel.

5. Model shared

Tugas guru adalah membelajarkan anak yang tidak harus terpaku pada format atau layout yang ada pada buku paket. Dengan memparelkan muatan mata pelajaran lintas disiplin, memungkinkan adanya kaitan baru yang lebih logis. Bila hal ini menguntungkan siswa, maka gurupun akan mendapat manfaatnya. Belajar lebih tergeneralisasi dan lebih mudah ditransfer.

6. Model webbed

Model ini dikatakan sebagai model pembelajaran terpadu yang paling populer. Dalam penerapannya pandangan guru dianalogikan dengan memandang melaui teleskop, sehingga yang tampak merupakan suatu gambar yang lengkap dimana seluruh hubungan antar subjek dan kegiatanya dapat dilihat.

7. Model threaded

Model threaded (bergalur) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan berfikir, keterampilan sosial, keterampilan studi, pengorganisasian pembelajaran yang jelas, teknologi din multi intelegensi dari berbagai mata pelajaran.

8. Model Integrated

Model pembelajaran terpadu ini memadukan empat macam disiplin ilmu yang utama. Dimana masing-masing pengajar menyusun prioritas dari disiplin ilmunya. Selanjutnya team pengajar itu mencari keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan sikap-sikap yang saling overlap didalam empat disilplin ilmu tadi.

9. Model Immersed

(37)

16

terbenam adalah suatu model dimana siswa dibenamkan secara menyeluruh dalam sebuah bidang studi

10. Model Networked

Pengajaran dan perencanaan jaringan (networked) mempunyai tujuan supaya para siswa dapat menyaring semua pelajaran melaui kaca mata ahli dan membuat hubungan-hubungan internal yang mengarah kepada jaringan eksternal para ahli dalam bidang-bidang yang berhubungan. Prisma diibaratkan sebagai satu pandangan yang mencipta berbagai macam dimensi dan arah tujuan fokus.

a. Kurikulum Pembelajaran IPS

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

(http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-kurikulum.html diakses Minggu, 17 November 2013 pukul 7.53 WIB).

(38)

17

Menurut Trianto (2011: 34) kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial adalah peleburan dari mata pelajaran ekonomi, koperasi, sejarah, geografi akuntasi dan sejenisnya . Kurikulum ini berbentuk broad field, yaitu batas mata pelajaran itu disatukan dan difungsikan.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pembelajaran IPS terpadu adalah perangkat mata pelajaran yang terdiri dari ekonomi, koperasi, sejarah, geografi, akuntasi dan program pendidikan yang disatukan dan difungsikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam satu periode jenjang pendidikan.

Pengembangan kurikulum hendaknya memerhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat karena tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum. Calhoun, Light dan Keller dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran memaparkan tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu:

1). Mengajar keterampilan. 2). Mentransmisikan budaya.

3). Mendorong adaptasi lingkungan. 4). Mmbentuk kedisiplinan.

5). Mendorong bekerja berkelompok. 6). Meningkatkan perilaku etik.

7). Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.

(39)

18

kurikulum 2013 adalah berakar dari budaya lokal dan bangsa, pandangan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandangan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandangan filsafat esensialisme dan perenialisme, pandangan filsafat eksistensialisme, dan romantik naturalism (Imas dan Berlin, 2014: 33). Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua Ilmu Pengetahuan yang ada dalam kurikulum harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa lebih bermakna dalam hidupnya.

Penyusunan kurikulum 2013 menitik beratkan pada tematik-integratif. Pada mata pelajaran IPS Terpadu dalam Kurikulum 2013 mengembangkan mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu (Imas dan Berlin, 2014: 39). Kurikulum IPS Terpadu yang lengkap memberikan pengalaman belajar yang konsisten dan bersifat komulatif sejak Taman Kanak-Kanak (TK) sampai sekolah menengah. Pada setiap jenjang pendidikan siswa harus menjadikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari sebagai andalan dan harus pula mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang selanjutnya (Komisi Tenaga Pelaksana Kurikulum dalam Sapriya, 2009: 72).

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1). Sistem sosial dan budaya.

(40)

19

4). Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

Tujuan adanya kurikulum IPS di Sekolah Luar Biasa B adalah mengarahkan, membina, dan menbentuk anak-anak tunarungu menjadi warga negara Indonesia yang ber-Pancasila, sehat jasmani dan rohaninya, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan budi pekerti luhur, mencintai bangsanya dan sesama manusia.

Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan program Pendidikan Layanan Khusus adalah mengacu pada ketentuan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan panduan Penyusunan KTSP yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, serta program kekhususan sesuai dengan situasi, kondisi, serta kebutuhan peserta didik kelompok layanan.

Kurikulum tersebut sekurang-kurangnya memuat:

1. Mata pelajaran yang berorientasi pada pembinaan akhlak mulia dan akademik sesuai dengan kompetensi minimal pendidikan dasar dan menengah.

(41)

20

1). Sektor keilmuan atau akademik. Misalnya: agama, kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengatahuan Alam (IPA), Matematika, Bahasa Indonesia, dll.

2). Peternakan, Perikanan, Pertanian dan Perkebuanan.

3). Sektor jasa dan perdagangan. Misalnya menjahit, anyaman, dan lain-lain.

b. Sarana Belajar

Sarana belajar menurut Hasbullah Tabrani (1994: 48):

“Sarana belajar adalah segala kebutuhan logistik tertentu yang dibutuhkan dalam

belajar, seperti ruang belajar yang bebas dari gangguan, situasi dan suhu udara yang baik, dan penerangan serta perlengkapan yang baik dan cukup”. Seperti dikemukakan di atas bahwa ketersediaan sarana belajar mungkin berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dalam segala bentuk kegiatan proses belajar, sarana belajar yang memadai mutlak diperlukan. Sarana belajar yang memadai akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga dimungkinkan untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.

Depdiknas dalam Barnawi dan M. Arifin (2012: 47) menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah semua peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

(42)

21

1). Alat Belajar

Alat belajar yang dimaksud adalah alat tulis, seperti yang dikemukakan oleh The Liang Gie (1984: 45) sebagai berikut:

“Belajar tidak dapat dilakukan tanpa sarana yang cukup. Semakin lengkap sarana

belajar itu, semakin dapat seseorang siswa belajar dengan tidak terganggu, di samping buku-buku pelajaran yang lain yang harus dimiliki oleh siswa itu sendiri, yaitu pulpen, tinta, pensil, mistar, karet penghapus, kertas tulis dan buku notes”. Menurut Sudarwan Danim (1995: 18) alat belajar yang biasanya dibutuhkan dalam proses belajar mengajar antara lain:

a. Papan Tulis

Papan tulis mempunyai nilai tertentu, seperti penyajian bahan dapat dilakukan secara jelas, kesalahan penulisan mudah diperbaiki, dan dapat merangsang anak didik untuk aktif.

b. Bulletin board dan display

Alat ini biasanya dibuat secara khusus dan digunakan untuk mempertontonkan pekerjaan siswa, gambar-gambar, poster atau objek berdimensi lainya.

c. Gambar dan ilustrasi fotografi

Gambar ini tidak diproyeksikan, terdapat disekitar kita dan relatif mudah diperoleh untuk ditunjukkan kepada anak.

d. Slide

Penggunaan slide dan filmstrip memerlukan keterampilan tertentuk, termasuk kemampuan memberi penjelasan, baik pokok maupun penjelasan tambahan.

e. Film

Film pendidikan dianggap efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pelajaran dapat memperlihatkan perlakuan objek yang sebenarnya. f. Rekaman Pendidikan

Melalui alat ini kita dapat mendengarkan cerita, pidato, musik, sajak dan pengajian.

g. Radio Pendidikan

Radio adalah alat elektronik yang muncul dari hasil teknologi komunikasi. Melaui alat ini orang bisa mendengarkan siaran dari berbagai penjuru dan peristiea.

h. Televisi Pendidikan

(43)

22

Peta adalah penyajian visual dari muka bumi, globe adalah bola bumi atau model

j. Buku Pelajaran

Buku pelajaran merupakan alat pelajaran yang paling populer dan banyak digunakan ditengah penggunaan alat-alat belajar lainya.

Pemilikan alat belajar yang lengkap dapat membantu mempelancar proses belajar. Dengan tersedianya alat belajar yang memadai, anak akan lebih berkonsentrasi pada pelajaran dan dapat berpengaruh terhadap hasil prestasi belajarnya.

2) Sumber Belajar

Menurut Rohani dalam HM. Musfiqon (2012: 129), sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada diluar diri siswa yang keberadaannya memudahkan terjadinya proses belajar. Dalam mempelajari ilmu tidak dapat terlepas dari sumber belajar baik buku wajib maupun buku penunjang, karena dari sanalah seseorang akan mendapatkan pengetahuan dan ilmu tidak mungkin dapat dikuasai tanpa adanya sumber belajar. Berbagai sumber belajar tersebut juga memungkinkan perubahan pada diri seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak terampil menjadi terampil.

(44)

23

Ciri-ciri sumber belajar menurut HM. Musfiqon (2012: 131) sebagai berikut: (1) Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses

belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

(2) Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif, yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.

(3) Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan ketersedianya media.

(4) Sumber belajar dapat dipergunakan sendiri-sendiri tetai dapat juga dipergunakan secara kombinasi.

(5) Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang tinggal pakai atau jadi.

3). Media Belajar IPS Terpadu

Menurut Berlach dan Ely dalam Arsyad (2011: 3) yang dimaksud dengan media belajar adalah: “Manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang berfungsi untuk menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit (HM. musfiqon, 2012: 28). Menurut Hamalik dalam Azhar Arsyad guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi:

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; c. Seluk beluk proses belajar;

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan; e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran; f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan;

(45)

24

Jenis-jenis Media Pembelajaran menurut Tim Pengembang MKDP kurikulum dan Pembelajaran (2011: 162) adalah:

a. Media visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (projected visual). Media yang dapat diproyeksikan ini bisa berupa gambar diam (still pictures) atau bergerak (motion pictures).

b. Media audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.

c. Media audio visual

(46)

25

d. Kelompok media penyaji

Selain cara pengelompokan diatas, Donald T. Tosti dan John R.ball menyusun pengelompokan media menjadi tujuh kelompok media penyaji, yaitu:

(a) Kelompok kesatu: grafis, bahan cetak, dan gambar diam (b) Kelompok kedua: media proyeksi diam

(c) Kelompok ketiga: media audio

(d) Kelompok keempat: media audio visual (e) Kelompok kelima: media hidup atau film (f) Kelompok keenam: media televisi

(g) Kelompok ketujuh: multimedia. e. Media objek dan media interaktif

(a) Media objek merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukuran, bentuk, berat susunan, warna fungsi dan sebagainya. Media ini dinagi menjadi dua kelompok, yaitu: media objek sebenarnya dan media objek pengganti.

(b) Media Interaktif

Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya memerhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran.

(47)

26

Sarana dan prasarana yang harus tersedia dalam pembelajaran IPS terpadu pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPS Terpadu, guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS Terpadu (Pargito, 2010: 95). Menurut Barnawi dan M. Arifin (2012: 104) untuk tingkat SMA sekurabg-kurangnya memiliki 18 jenis prasarana sekolah, yaitu:

1. Ruang kelas

(48)

27

tujuan pembelajaran khusus tersebut. Pengalaman belajar mungkin memerlukan kelompok belajar kooperatif untuk meningkatkan kemampuan mereka. (Mulyono Abdurahman, 2003: 59). Menurut Winarmo dalam Syaiful (2010: 222) untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan misalnya sebagai berikut:

a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.

b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya. c. Situasi dengan berbagai keadaanya.

d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.

e. Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

Karena banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk setiap mata pelajaran pun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan seorang guru untuk memilih metode untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Rudy Gunawan (2014: 61) terdapat beberapa metode yang digunakan untuk pembelajaran IPS terpadu, yaitu:

1. Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.

2. Demonstrasi

Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

3. Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.

4. Simulasi

(49)

28

5. Pengalaman Lapangan

Metode Pengalaman Lapangan (karyawisata) adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

6. Debat

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.

7. Metode Simposium

Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin dengan menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama.

Menurut Emon, Harizal dan Elifindri (1974: 31) metode pendidikan anak tunarungu yaitu:

1. Metode Isyarat

Metode ini didasari oleh pandangan yang menyatakan bahwa sesuai dengan kodratnya bahasa yang paling cocok untuk anak tunarungu ialah bahasa isyarat. Keuntungan dari metode isyarat adalah sesuai dengan dunia tunarungu, yaitu dunia tanpa suara, sesuai dengan kemampuan anak tunarungu untuk menerima dan mengeluarkan pikiran-pikiran melaui lambang visual sesuai dengan bahasa ibunya. Kelemahan-kelemahan dari metode ini adalah tidak efisien karena banyaknya isyarat yang harus dipelajari, tidak semua pengertian terutama pengertian yang abstrak dapat diisyratkan. Keragaman isyarat sesuai dengan daerah dan kehendak si pembuat isyarat, dan membatasi anak tunarungu pada lingkungan yang dapat mengerti isyarat-isyaratnya.

2. Metode Oral

(50)

29

dan dapat memungkinkan kegiatan belajar mengajar yang lebih sistematis. Kelemahan utama terletak pada keterbatasan kemampuan anak tunarungu dalam menagkap dan mengeluarkan bahasa lisan.

Untuk memahami Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial guru hendaknya memiliki pemahaman yang baik tentang disiplin Ilmu-Ilmu Sosial yang meliputi struktur, ide Fundamental, pertanyaan pokok (mode of inqury), metode yang digunakan dan konsep-konsep setiap disiplin ilmu, disamping pemahanannya tentang prinsip-prinsip kependidikan dan psikologi serta permasalahan sosial (Sapriya, 2009: 12).

g. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi Menurut Bloom dalam H. Daryanto (2010: 1) adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi perubahan dalam pribadi siswa. Sejalan dengan pendapat diatas Gronlund dalam Tim Pengembang Kurikulum Dan Pembelajaran (2011: 165) mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi data untuk menentukan sejauhmana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.

(51)

30

Reece dan walker dalam Aunurrahman (2010: 5) menyatakan bahwa tujuan evaluasi belajar adalah:

1. Memperkuat kegiatan belajar

2. Menguji pemahaman dan kemampuan siswa 3. Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai 4. Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran 5. Memotivasi siswa

6. Memberi umpan balik bagi siswa 7. Memberi umpan balik bagi guru 8. Memelihara standar mutu

9. Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar 10. Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya 11. Menilai kualitas belajar

h. Teknik Pembelajaran

Menurut Gerach dan Ely dalam Hamzah (2007: 2) teknik pembelajaran adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Untuk anak tunarungu karena mengalami kesulitan dalam mendengar dan melafalkan sesuatu maka teknik penanganan secara individu sangat dibutuhkan. Jenis dari teknik pembelajaran dikemukakan oleh Shintiaminandar yaitu :

1) Teknik Pembelajaran Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar), yaitu cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi;

2) Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu), yaitu cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan- bahan pelajaran bidang studi tertentu.

(http://lompoulu.blogspot.com/2012/11/pengertian-jenis-teknik

(52)

31

B. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk membangun dan membina peserta didik dalam memasuki kehidupan bermasyarakat pada masa yang akan datang yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata anak luar biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus. Dalam proses pembelajaran IPS terpadu pada anak berkebutuhan khusus berbeda dari anak umum lainnya mengingat keterbatasan dan keistimewaan yang mereka miliki. SMALB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi memiliki kurikulum, sarana dan metode belajar khusus yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata setiap peserta didik dilapangan. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan

Pembelajaran IPS Terpadu di

SMALB X B (tunarungu)

Kurikulum

(53)

32

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Latar Penelitian

Peneliti menentukan Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah swasta yang banyak diminati bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya di wilayah Bandarlampung saja, tetapi dari luar Bandarlampung pun juga ada yang bersekolah disini. Terbukti dengan adanya asrama yang ditujukan bagi siswa dari luar daerah Bandarlampung. Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi terletak di Jalan Teuku CikDitiro, Beringin Raya, kemiling, Bandarlampung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS terpadu pada siswa kelas X B (tunarungu) Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. Subjek penelitian adalah Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandarlampung sedangkan objek penelitian adalah pembelajaran IPS terpadu di kelas X B (tunarungu).

B. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

(55)

34

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku presepsi, motivasi, tindakan, dll (Moleong, 2008: 6).

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Burhan Bungin (2012: 19) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian. Lebih lanjut Burhan Bungin (2012: 19) mengemukakan pendapat dari Sevilla yang menyatakan bahwa:

studi kasus dapat diartikan sebagai penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan menyeluruh terhadap perilaku seorang individu. Penelitian studi kasus atau penelitian lapangan dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian studi lapangan merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu.

(56)

35

kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial. Secara umum studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Adapun karakteristik studi kasus menurut Burhan Bungin (2012: 23) sebagai berikut:

1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.

2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan atau diduga sebelumnya.

3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode studi kasus dimana peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS terpadu di SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Pertiwi Bandarlampung. Peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan proses pembelajaran IPS terpadu kelas X B (tunarungu). Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandarlampung Pada Siswa Kelas X B (tunarungu) Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014.

C. Kehadiran Peneliti

(57)

36

langsung ke lapangan maka peneliti dapat melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan seperti kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Kedudukan peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian ini sangat tepat, karena ia berperan segalanya dalam proses penelitian, selain itu kehadiran peneliti dalam penelitian ini diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan, dengan terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian ke lembaga yang dijadikan objek penelitian. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti disini pada waktu penelitian mengadakan pengamatan langsung, sehingga diketahui fenomena-fenomena yang nampak. Secara umum kehadiran peneliti di lapangan dilakukan dalam 3 tahap yaitu:

1. Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal lapangan penelitian.

2. Pengumpulan data, dalam bagian ini peneliti secara khusus menyimpulkan data. 3. Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan penelitian

dengan kenyataan yang ada.

D. Sumber Data

(58)

37

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.Selain data primer, sumber data yang dipakai peneliti adalah sumber data sekunder, data sekunder didapat melalui berbagai sumber yaitu literatur artikel, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Informan pada penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan Guru IPS Terpadu. Oleh karena peneliti kesulitan dalam berkomunikasi dengan anak-anak tunarungu maka wawancara dengan siswa tidak dilakukan.

E.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

(59)

38

2. Wawancara

Wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lexy J. Moleong (2008: 186) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dillakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewise yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam bentuknya yang paling sederhana wawancara terdiri atas sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti dan diajukan kepadai topik penelitian secara tatap muka. Teknik wawancara menjadi pengumpulan data yang berguna dalam penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih mendalam sebab peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan dan melalui teknik wawancara peneliti mempunyai peluang untuk dapat memahami bagaimana proses pembelajaran IPS Terpadu meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan hambatan. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan guru untuk mendukung pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada informan. Wawancara dilakukan terhadap guru IPS Terpadu Hartatiningsih, S.Pd.

3. Dokumentasi

(60)

39

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Agar penelitian ini terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara dan observasi. Adapun kisi-kisi untuk pedoman wawancara adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi Kisi Wawancara

NO. Indikator Pertanyaan

1. Kurikulum pembelajaran IPS Terpadu di kelas X B (Tunarungu) -Proses Pembelajaran dalam mengajar pada SMA Luar Biasa XB (tunarungu) pada saat ini

Bagaimana perencanaan kurikulum yang dilakukaan guru IPS terpadu?

Bagaimana pelaksanaan kurikulum yang dilakukan guru IPS terpadu?

Bagaimana evaluasi kurikulum yang dilakukan guru IPS terpadu?

Apa yang menjadi kendala dalam melaksanakan kurikulum tersebut?

Apakah tujuan adanya kurikulum?

2. Sarana dan Prasarana

pembelajaran IPS Terpdu di kelas X B (Tunarungu)

-Kondisi sarana prasarana - Sarana belajar khusus

Bagaimana kondisi sarana dan prasarana SMA Luar Biasa X B (tunarungu) pada saat ini?

(61)

40

Sedangkan untuk observasi, peneliti membagi pengamatan dalam kegiatan awal, inti, dan penutup. Adapun kisi-kisi untuk pedoman observasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi

No Indikator Nomor butir

1. Kurikulum pembelajaran IPS Terpdu di kelas X B (Tunarungu)

- Proses Pembelajaran -media belajar IPS Terpadu

- Sumber belajar IPS Terpadu -peran sarana dalam pembelajaran IPS terpadu

Adakah media belajar khusus IPS terpadu bagi siswa tunarungu di SMA Luar Biasa X B?

Apa sajakah sumber belajar IPS Terpadu?

-Bagaimanakah peran sarana dalam pembelajaran IPS terpadu?

5. Metode yang digunakan

pembelajaran IPS Terpadu di kelas X B (tunarungu)

Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu?

Apakah kekurangan dan kelebihan dari setiap metode?

Apa yang menjadi kendala dalam melaksanakan metode tersebut?

(62)

41

2. Sarana dan Prasarana pembelajaran IPS Terpdu di kelas X B

(Tunarungu)

-Kondisi sarana prasarana - Sarana belajar khusus -media belajar IPS terpadu - Sumber belajar IPS terpadu

-peran sarana dalam pembelajaran IPS terpadu

7,8,9,10,11,12

3. Metode yang digunakan

pembelajaran IPS Terpadu di kelas X B (tunarungu)

-jenis metode kendala

-metode yang cocok

- kekurangan dan kelebihan metode tersebut

13,14, 15

G. Analisis Data

(63)

42

uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkunganya juga sistematik dan menyeluruh juga sistematik penggunaannya sehingga urutan pemaparanya logis dan mudah diikuti maknanya. Jadi analisis ini meneliti tentang pembelajaran IPS Terpadu pada siswa SMA Luar Biasa (studi kasus pada SMA Luar Biasa B Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandarlampung).

1.Pengumpulan

Proses ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

2.Reduksi data

Meruduksi data merangkum, memilih hal hal yang pokok memfokuskan pada hal hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak diperlukan dalam penelitian. Reduksi data berarti melakukan abstraksi yang merupakan upaya membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga berada di dalamnya (Moleong, 2008: 247).

3.Penyajian Data

(64)

43

4. Klasifikasi

Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang sudah dilakukan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Gambar 2. Komponen-komponen analisis data model interaktif (miles dan Huberman).

H. Pengecekan Keabsahan Data

1. Presistent Observation (Ketekunan Pengamatan)

Mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam hal ini yang berkaitan dengan proses pembelajaran IPS terpadu kelas X di SLB (tunarungu).

Pengumpulan data

klasifikasi Reduksi data

Penyajian data

(65)

44

2. Triangulasi

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

3. Peerderieting (Pemeriksaan sejawat melalui diskusi)

Pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

I. Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka disusun tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2008: 127-148), ada empat tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

(66)

45

2. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama bulan Desember 2013.

4. Tahapan yang ketiga

Dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan.

5. Tahap evaluasi dan pelaporan

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang Pembelajaran IPS Terpadu Pada Siswa SMA Luar Biasa (Studi Kasus Pada SMA Luar Biasa B Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014) dapat disimpulkan bahwa:

1. Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS Terpadu adalah kurikulum khusus yang dirancang untuk peserta didik yang memiliki keterbatasan fisik dalam hal ini tunarungu. Kurikulum ini memiliki presentase 60% keterampilan dan 40% materi umum.

2. Dalam pembelajaran IPS Terpadu metode yang digunakan dikelas X B (tunarungu) adalah dua metode khusus yaitu metode kelompok meliputi, metode demonstrasi, metode drill, dan karya wisata. Sedangkan metode individu meliputi metode tanya jawab, face to face, dan oral.

(68)

82

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Anak tunarungu yang diterjunkan dalam lingkungan pembelajaran sebaiknya mereka mendapatkan penimbangan pelayanan yang lain, seperti diimbangi dengan layanan terapi, baik di sekolah maupun di rumah.

2. Untuk pihak sekolah dan pengurus yayasan, supaya memperbaiki sarana dan prasarana seperti melengkapi alat-alat peraga, menambahi koleksi buku-buku perpustakaan tentang materi IPS Terpadu dan media pendidikan yang lain. 3. Seorang guru pada siswa tunarungu hendaklah mampu memberikan empati yang

tinggi karena dengan empati yang tinggi akan mampu memproyeksikan perasaan siswanya ketika proses belajar, sehingga dapat menentukan metode belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi siswanya.

(69)

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Mulyono. 2003.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2010.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.

Azhar Arsyad.2000.Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azhar Arsyad. 2011.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Bafadal Ibrahim. 2008. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.

Bahri Syaiful. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Barnawi dan Arifin. 2012. Manajemen dan Sarana Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Ruzz Media.

Basrowi dan Suwandi. 2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta Bungin Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitattif. Jakarta: Rajawali Pers.

Danim Sudarwan. 1995.Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Etin dan Raharjo. 2009.Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Emon, Mufti Salim dan Sugiarto. 1975.Pendidikan anak-anak tunarungu.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Fauzi Nahwah http://nahwah-speduuns.blogspot.com/2012/10/anak-berkebutuhan-khusus-tunarungu.html. diakses 18 Januari 2013

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 1. Kisi Kisi Wawancara
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi
Gambar 2. Komponen-komponen analisis data model interaktif (miles dan

Referensi

Dokumen terkait

metode dempster shafer menghasilkan nilai persentase peluang terkena cerebral palsy dengan tingkat akurasi terhadap fakta sebesar 41%, sedangkan metode bayes menentukan level

Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternative yang harus dipilih .Dalam penggambilan

Koperasi dipertimbangkan pemerintah sebagai alat swadaya para anggotanya, dan mencoba mempengaruhi secara tidak langsung agar menunjang kepentingan para anggotanya

Temuan di atas didukung oleh penelitian Irmawati (2013) yang menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan penggunaan strategi inkuiri sosial dengan hasil

Diasporic Movement of Willie: Negotiating Identity Seen in the Postcolonial Perspectives in Naipaul’s Magic Seeds.. Yogyakarta: Department of English Letters,

Karakteristik authentic assesment adalah dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, mengukur keterampilan

Hasil : Penelitian menunjukan bahwa untuk antropometri tidak ada perkembangan satus gizi dari ke 2 responden sehingga status gizinya masih sama yaitu lebih, untuk

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau