• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GADINGREJO TP.2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GADINGREJO TP.2012/2013"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GADINGREJO

TP.2012/2013

Oleh HARYONO

Masalah penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gadingrejo. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII materi Kalor dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Penelitian ini menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini dilaksanakan sebenyak tiga siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan,obsevasi dan refleksi. Pada siklus I, II dan III peneliti menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.Aspek yang diamati pada setiap siklus adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.

Realita menunjukan bahwa sebelum tindakan dilakukan hasil belajar siswa kelas VII c masih rendah ditandai dengan banyaknya siswa yang nilai rata-ratanya dibawah KKM yang ditentukan yaitu 65. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian

(3)

Hasil penelitian ini menunjukan ada peningkatan altivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 aktivitas siswa mengalami peningkatan 21,88% ke siklus 1I, yaitu yang sebelumnya 31,25% dan menjadi 53,15% pada siklus II dan meningkat kembali siswa yang aktif menjadi 84,38%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 56,25% menjadi 81,25% pada siklus II dan 85% pada Siklus III. Berdasarkan indikator keberhasilan dan aktivitas siswa kelas VII bahwa ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan Strategi pembelajaran Inkuiri terbimbing terhadap pembelajaran materi kalor.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 9

2.2 Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 13

(7)

2.4 Hasil Belajar ... 21

2.5 Kerangka Berpikir ... 23

2.6 Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Setting Penelitian ... 26

3.2.1 Tempat Penelitian ... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ... 26

3.2.3 Subjek Penelitian ... 27

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.3.1 Tes ... 27

3.3.2 Non Tes ... 28

3.3.3 Dokumentasi ... 28

3.3.4 Observasi ... 28

3.4 Rencana Penelitian Tindakan Kelas ... 29

3.4.1 Perencanaan Tindakan ... 30

3.4.2 Pelaksanaan Tindakan ... 30

3.4.3 Observasi ... 33

3.4.4 Refleksi ... 33

3.5 Teknik Analisis Data ... 34

3.6 Jadwal Penelitian ... 34

3.7 Personalia Penelitian ... 35

3.7.1 Guru Peneliti ... 35

(8)

4.1.1 Sejarah SMP Negeri 1 Gadingrejo ... 37

4.1.2 Visi dan Misi SMP Negeri 1 Gadingrejo ... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 38

4.2.1 Persiapan Pembelajaran ... 39

4.2.2 Deskripsi Pelaksanaaan Pembelajaran ... 40

4.2.3 Hasil Pelaksanaan Siklus I ... 41

4.2.4 Hasil Pelaksanaan Siklus II ... 49

4.2.5 Hasil Pelaksanaan Siklus III ... 57

4.3 Pembahasan... 65

4.3.1 Deskripsi Aktifitas Belajar ... 65

4.3.2 Deskripsi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 68

4.3.3 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Guru ... 68

4.3.4 Deskripsi Hasil Belajar ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1Kesimpulan ... 72

1.2Saran ... 72

1.2.1 Siswa ... 72

1.2.2 Guru ... 73

1.2.3 Sekolah ... 73

DAFTAR PUSTAKAAN ... 74

(9)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan.

Guru sebagai pemegang kendali pelaksanaan pembelajaran mempunyai peran yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru harus menguasai konsep materi yang akan diajarkan, menentukan strategi pembelajaran dan memilih media pembelajaran dengan tepat, serta mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.

(10)

kreatif dan inovatif sehingga peserta didik dapat mengikuti perkembangan zaman.

Prinsip-prinsip pengembangan KTSP antara lain: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; beragam dan terpadu; tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; relevan dengan kebutuhan kehidupan; menyeluruh dan berkesinambungan; belajar sepanjang hayat; seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun implisit. Teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini antara lain tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum dan isi kurikulum. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerja sama secara terpadu, belajar dapat dipahami sebagai usaha atau berlatih supaya mendapat kepandaian.

(11)

partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup; psikomotor yaitu kemampuan yang berhubungan dengan pembentukan pola hidup yang mengutamakan keterampilan jasmani. Selama ini masih banyak dijumpai pelaksanaan pembelajaran secara konvensional, guru mendominasi pelaksanaan pembelajaran, siswa berperan sebagai pendengar dan mencatat penjelasan guru serta ditugaskan untuk menghafal konsep-konsep yang telah disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran yang seperti ini tidak pernah melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Untuk itu perlu strategi belajar yang lebih memperdayakan siswa, sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri melalui pendekatan inkuiri, siswa diharapkan menemukan pengetahuan dan keterampilan bukan hanya mengingat seperangkat fakta tetapi menemukan sendiri dengan cara observasi, bertanya, mengajukan hipotesa, mengumpulkan data dan mengambil kesimpulan.

(12)

strategi pem- belajaran yang tidak tepat, sehingga menimbulkan kesan membosankan dan siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran.

Penggunaan metode pembelajaran cenderung monoton dan kurangnya keter- libatan siswa dalam proses pembelajaran, di mana guru hanya menyampaikan materi pelajaran sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang mereka peroleh.

Akibatnya ketika menghadapi tantangan dunia luar, terjun langsung ke masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan atau konsep. Mereka tidak mengetahui proses dan alur berfikir science atau ber-tindak sebagai ilmuwan. Berdasarkan hal tersebut, seorang pendidik perlu menerapkan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada siswa, sehingga siswa mampu mengem- bangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis.

(13)

mewujudkan hal itu maka diperlukan suatu metode alternatif dalam pembelajaran yang mampu melibatkan peran aktif siswa maupun guru. Proses pembelajaran fisika harus memperhatikan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan (learning to know), konsep dan teori melalui pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen (learning to do), secara langsung (skil objektives) sehingga dirinya berperan sebagai ilmuan. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah strategi inkuiri (inquiry).

Pembelajaran dengan strategi inkuiri menekankan pada peran aktif siswa dalam melakukan belajar. “Tujuan utama inquiry adalah mengembangkan

keterampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah” (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 173). Siswa diharapkan dapat menyelidiki mengapa suatu peristiwa dapat terjadi serta mengumpulkan dan mengolah data secara ilmiah untuk mencari jawabannya.

(14)

pembelajaran inkuiri terdapat proses-proses mental, yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data serta menarik kesimpulan.

Bardasarkan nilai ulangan semester ganjil untuk mata pelajaran IPA kelas VII.C di SMP Negeri 1 Gadingrejo TP. 2012 / 2013 diperoleh data seperti tertera pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan IPA Semester Ganjil Kelas VII.C SMPN 1 Gadingrejo pada TP. 2012 – 2013.

No Rentang Nilai Jumlah siswa Persentasi

1. ≥75 3 9,37%

2. 70 – 75 5 15,63%

3. 60 – 65 6 18,75%

4. 50 – 55 15 46,87%

5. ≤ 50 3 9,38%

Jumlah 32 100,00%

Sebaran data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas VII.C SMP Negeri 1 Gadingrejo TP. 2012 / 2013 masih sangat rendah. Bertitik tolak dari uraian di atas maka peneliti akan mengkaji “Meningkatkan

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar bagi siswa?

2) Apakah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Peningkatan aktivitas belajar IPA kelas VII C SMP Negeri 1 Gadingrejo melalui penerapan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.

2) Peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkanya strategi pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas VII C SMP Negeri 1 Gadingrejo.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1) Bagi siswa

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar bagi siswa 2) Bagi guru

(16)

3) Bagi Sekolah

Memberi sumbangan pemikiran bagi SMPN 1 Gadingrejo dalam rangka

(17)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Strategi Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang artinya pertanyaan atau

pemeriksaan, penyelidikan. Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan “Inquiry is the process of defining and investigating problems, formulating

hypotheses, designing experiments, gathering data, and drawing concutions

about problems”. Menurut mereka inkuiri adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.

Barlow dalam Syah (2005: 191) menyatakan bahwa “inkuiri merupakan proses penggunaan intelektual siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ke dalam sebuah tatanan penting menurut siswa”.

(18)

mencari jawaban sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, kemudian membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemuakan siswa lainnya”.

Gulo (2004: 84–85) menjelaskan bahwa “strategi inkuiri berarti suatu rang- kaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Menurutnya sasaran utama kegiatan mengajar yang menggunakan strategi inkuiri adalah: 1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.

2) kegiatan pembelajaran berjalan secara logis dan sistematis mengarah pada tujuan pembelajaran

3) mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self bilief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dengan strategi pembelajaran inkuiri maka siswa dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari proses memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

(19)

1) Pengamatan

Sains diawali dengan pengamatan materi atau gejala. Pengamatan meru- pakan langkah permulaan dalam strategi pembelajaran inkuiri. Melalui pengamatan kita dapat mempertanyakan dan dapat mencari informasi serta mempelajari suatu gejala yang akan diselidiki. Karena dalam pembelajaran sains harus digunakan pula teknik penyelidikan ilmiah yang efektif yaitu mengidentifikasi objek, menggunakan lebih dari satu indera, menggunakan indera yang sesuai, memberikan sifat benda secara akurat, memberikan pengamatan kualitatif dan kuantitatif dan memberikan perubahan dalam objek.

2) Pengukuran

Deskripsi kunatitatif suatu objek dan gejala merupakan praktik sains yang diterima dan diinginkan. Melalui deskripsi yang presisi dan akurat akan memperoleh penghargaan tinggi dalam sains. Karena hakikat sains bukan hanya sekedar kumpulan fakta dan prinsip tetapi mengandung cara-cara bagaimana memperoleh fakta dan prinsip serta sikap ilmuwan dalam melakukannya.

3) Eksperimentasi

(20)

kesimpulan mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Proses pembelajaran yang demikian menjadikan untuk mengalami sendiri mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya.

Kegiatan eksperimen juga dapat dilakukan dengan cara mengikuti petunjuk sebuah eksperimen, mengembangkan cara alternatif untuk menyelidiki pertanyaan, manipulasi material, menampilkan penyelidikan trial and error, mengidentifikasi pertanyaan yang dapat diuji, merancang

prosedur penyelidikan sendiri dan merumuskan kesimpulan yang sahih.

4) Komunikasi

Pemikiran yang independen dan penuh kejujuran dalam melaporkan hasil pengamatan dan pengukuran merupakan hal utama dalam penyampaian informasi. Pembelajaran sains memiliki paling tidak dua dimensi, yakni belajar materi sains dan bagaimana melakukan kegiatan sains. Siswa dapat belajar tentang hasil-hasil inkuiri sains yang mencakup fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori. Perlakuan siswa pada proses pembelajaran sains diarahkan dapat memiliki pemikiran yang independen dan jujur dalam melaporkan hasil pengamatan dan pengukuran.

5) Proses-proses mental

(21)

khusus atau spesifik dan berakhir pada suatu hal yang umum atau pertim- bangan dari kenyataan fakta-fakta khusus kepada kesimpulan umum.

2.2 Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran dengan strategi inkuiri terbimbing diorganisasikan lebih ter- struktur, di mana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan men- jelaskan prosedur penelitian yang harus ditempuh siswa. Margono (1989: 52) menjelaskan bahwa “dilihat dari besar kecilnya informasi yang diterima siswa

dalam proses pembelajaran dengan strategi inkuiri dapat dibedakan menjadi: (1) inkuiri terbimbing, (2) inkuiri bebas, dan (3) inkuiri bebas termodifikasi.”

Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan dengan harapan agar siswa bebas mengembangkan konsep yang mereka pelajari. Mereka diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok, di dalam kelas mereka diajarkan berinteraksi sosial dengan kawan sebayanya untuk saling bertukar informasi antar kelompok. Peran guru dalam membimbing siswa sangat besar.

(22)

2.2.1 Tahapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Gulo (2004: 96) menentukan langkah-langkah pembelajaran inkuri terbim- bing terdiri dari 5 (lima) dapat ditampilkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri terbimbing Menurut Gulo

Tahapan Keterangan

Tahap Pertama, Menyajikan Masalah

Guru memberikan permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri kepada siswa. Tahap kedua,

Verifikasi Data

Siswa memverifikasi data dengan mengumpulkan data atau informasi tentang masalah yang mereka lihat, guru mengajukan pertanyaan sehingga guru dengan terpaksa menjawab “ya” atau “tidak”.

Tahap ketiga, Melakukan Eksperimen

Siswa mengajukan unsur yang baru ke dalam

permasalahan untuk dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda.

Tahap keempat, Mengorganisasi Data

Guru meminta siswa untuk mengorganisasi data dan menyusun suatu penjelasan.

Tahap kelima, Menganalisis Hasil

Siswa menganalisis proses inkuiri.

Alberta learning centre mengemukakan 6 (enam) tahapan dalam inkuiri

terbimbing sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2

Tabel 2.2: Tahapan Pembelajaran Inkuiri terbimbing Menurut

Guru menyajikan permasalahan mengenai zat dan wujudnya yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Menentukan prosedur untuk menyelesaikan masalah dengan melakukan eksperimen ditentukan oleh siswa.

Fase Kedua, Retrieving (mendapatkan informasi)

Siswa mencari dan mengumpulkan data mengenai masalah yang diajukan guru dari berbagai sumber.

Fase ketiga, Processing (memproses informasi)

(23)

Fase keempat, Creating (menciptakan informasi)

Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya, membuat laporan kegiatan eksperimennya.

Fase kelima. Sharing

(mengkomunikasikan informasi)

Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya. Guru mengomentari jalannya diskusi dan memberikan penguatan serta meluruskan hal-hal yang kurang tepat.

Fase keenam, Evaluating (Mengevaluasi)

Guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok yang telah memberikan

presentasinya kemudian memberikan tugas individu mengenai materi yang telah dipelajari tadi.

Berdasarkan uraian pada Tabel 2.2, dapat diketahui bahwa strategi pem- belajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat diartikan sebagai salah satu strategi pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

Ibrahim (2000: 19) mengatakan dasar pemikiran strategi pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sesuai dengan pandangan konstruktivisme, yang menekankan kebutuhan siswa untuk menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan bermakna secara pribadi.

(24)

(3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, dan (6) mengambil kesimpulan. Enam langkah pada strategi pembelajaran inkuiri terbimbing ini mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa akan berperan aktif melatih keberanian dan kemandirian juga berkomunikasi, berusaha mendapatkan pengetahuan sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Memes menjabarkan tahapan pembelajaran yang menggunakan strategi inkuiri terbimbing seperti tertera pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Tahapan Strategi Inkuiri terbimbing Menurut Memes

Tahapan Keterangan

Aktivitas Guru Aktivitas siswa Merumuskan patan kepada siswa un- tuk curah pendapat da- lam membentuk hipote- sis.

(25)

Tahapan Keterangan

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Siswa menggambarkan

Siswa membaca alat ukur (ketrampilan proses aspek

2.2.2 Kelebihan Inkuiri Terbimbing

Menurut Suryobroto (2002: 201) ada beberapa kelebihan strategi pembel- ajaran inkuiri terbimbing, sebagai berikut :

(26)

2) Membangkitkan gairah pada siswa, merasakan menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.

3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan ke- mampuan.

4) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

5) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. 6) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada

mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.

2.2.3 Kekurangan Inkuiri Terbimbing

Menurut Suryobroto (2002: 201) kelemahan dari strategi pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut.

1) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau mene- mukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.

2) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

(27)

Tabel 2.4: Perbedaan Strategi Pembelajaran Konvensional dan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Pembelajaran Konvensional Inkuiri Terbimbing Teacher centre Lebih cepat lupa konsep Guru memberikan suatu kesempatan belajar yang berguna

Lebih lama diingat karena dilakukan sendiri oleh siswa (pratikum)

Guru memberikan masalah dan menuntun siswa untuk menemukan jawaban Penilaian mencakup semua baik ketrampilan proses maupun pemahaman konsep

2.3 Aktifitas belajar

(28)

Hasil Belajar

Hasil belajar didefinisikan sebagai sesuatu yang telah dicapai seseorang setelah ia mengalami proses belajar, dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang sudah dilakukan atau dilaluinya. Penilaian hasil belajar ,perlu dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tujuan intruksional yang telah diajarkan dalam kegiatan pembelajaran telah dikuasai siswa. Hal ini sesuai pendapat Sudjana (1989: 47) yang menyatakan bahwa : “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil

belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.

Kutipan diatas mengandung pengertian bahwa nilai yang diperoleh masing-masing siswa diberikan oleh guru berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, tertentu seperti sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran dan bagimana cara siswa dalam menyelesaiakan soal–soal. Keberhasilan proses belajar siswa dalam menguasai konsep materi dipengaruhi beberapa faktor yaitu : 1. Kesiapan

2. Motivasi

3. Tujuan yang dicapai

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar di sekolah,dapat memberikan manfaat bagi siswa itu sendiri maupun bagi guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1997: 282 )yang menyatakan bahwa :”Bagi seorang siswa nilai merupakan sesuatu yang sangat penting,

(29)

Manfaat penilaian hasil belajar bagi siswa itu sendiri adalah mendorong mereka yang belum mendapatkan nilai yang baik agar belajar lebih giat lagi dan bagi mereka yang sudah mendapatkan nilai yang baik agar mempertahankan nilai yang lebih baik, sedangkan manfaat penilaian bagi guru adalah untuk mengetahui sejauh mana taraf kemampuan anak didiknya (siswa) dalam menguasai suatu materi pelajaran dan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang mencakup perubahan tingkah laku siswa sudah tercapai atau belum. Dari uraian tersebut,dapat diambil suatu pengertian bahwa penilaian hasil belajar yang diberikan kepada siswa tidak hanya berguna bagi siswa itu sendiri tetapi juga bagi guru dan orang lain yang memerlukannya.

2.5 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kenyataan pembelajaran IPA pada kelas VII.C mengalami kegagalan dan perlu upaya perbaikan. Peneliti merencanakan perbaikan hasil belajar siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing. Dengan menerapkan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan: 1) Setiap siswa berusaha semaksimal mungkin menggali pengetahuan melalui

kegiatan praktikum dan menyampaikan hasilnya sesuai dengan lembar kerja yang telah disiapkan.

2) Setiap kelompok melakukan komunikasi secara efektif guna menjamin setiap

(30)

3) Pemahaman konsep dimiliki oleh setiap siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun skema penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Diagram Skema Penelitian 2.6 Hipotesis Tindakan

Penelitian ini terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan melalui tahapan perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut diamati aktifitas belajar dan peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan tahapan-tahapan penelitian di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan “Penerapan strategi

pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gadingrejo”.

Kondisi Awal:

1. Aktifitas belajar siswa rendah 2. Hasil belajar siswa rendah

Aktifitas belajar dan hasil belajar siswa rendah

Guru menerapkan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing

Hasil yang diharapkan:

Aktifitas belajar dan hasil belajar

(31)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian ini adalah model yang mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan peneliti yaitu satu siklus tindakan identik dengan satu kali pembelajaran (Depdiknas, 2004: 7).

Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat tahap. Hubungan keempat tahap itu dipandang sebagai siklus. Tahap-tahap dalam siklus itu diantaranya adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini bersifat berkelanjutan. Apabila belum ada perubahan pada siswa dalam pemahaman materi kalor dengan menggunakan strategi inkuiri terbimbing, yang siklusnya dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Bagan Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi Tindakan

(acting)

Perencanaan (planning)

Refleksi (reflecting)

(32)

Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang secara terus menerus. Bila pembelajaran dalam pelajaran konsep sains belum meningkat pada siklus pertama, penulis merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.

Siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam peningkatan hasil pembelajaran. Jika ada peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka siklus dapat dihentikan meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan apabila dirasa tidak ada peningkatan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui sehingga mencapai tingkat kejenuhan.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Gadingrejo pada siswa kelas VII.C Semester genap Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

3.2.2 Waktu Penelitian

(33)

3.2.3 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII.C SMP Negeri 1 Gadingrejo semester genap, Tahun Pelajaran 2012/2013 . Jumlah siswa seluruhnya 32 terdiri 13 seswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Tes

Tes yang digunakan berupa tes setiap siklus. Tes tersebut dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar setelah pembelajaran berlangsung. Hasil tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Untuk mendapatkan data yang baik, maka tes yang digunakan haruslah memenuhi beberapa hal. Diantaranya adalah validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah validitas isi. Untuk mendapatkan tes yang valid, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah membuat kisi-kisi berdasarkan kurikulum yang berlaku, membuat soal tes, dan melakukan penilaian terhadap kesesuaian soal dan kisi-kisinya terhadap kurikulum yang berlaku oleh guru mitra yang dipandang sebagai ahli. Hal tersebut dilakukan agar tes benar-benar dapat mengukur tujuan pembelajaran. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup ajek untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

(34)

observasi yakni metode yang digunakan untuk mengamati proses pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. Adapun aspek yang diamati dalam aktivitas belajar siswa meliputi :

1) Keterlibatan saat mengikuti kegiatan pembelajaran. 2) Antusiasme saat mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Keberanian dalam mengemukakan pendapat. 4) Kebersamaan dalam mengerjakan tugas.

3.3.2 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan yang akan diteliti.

3.3.3 Observasi

Saat kegiatan pembelajaran peneliti mengamati perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran. Pedoman observasi atau pengamatan ini diisi selama pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda cek (√) pada

setiap aspek yang diamati sesuai dengan kategori (keadaan kelas), apakah kurang, cukup, baik, atau baik sekali.

3.4 Rencana Penelitian Tindakan Kelas

(35)

menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan perbaikan (perenungan). Dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya

Siklus dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.3 :

dst

Gambar 1.3 Proses Penelitian Tindakan Kelas

Sumber: Metode PTK (Kemmis dalam Muttaqin, 2010) 1.4.1 Perencanaan Tindakan

Kegiatan dilakukan dalam tahap perencanaan adalah.

a. Menyusun RPP sesuai dengan KD yang akan dicapai guru dan siswa. b. Merencanakan materi pembelajaran.

c. Menentukan media pembelajaran. d. Skenario pembelajaran.

e. Evaluasi Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

Refleksi

Perbaikan Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

(36)

1.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran Sains, siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.C dengan menggunakan langkah-langkah berikut.

Pertemuan Pertama

1. Kegiatan awal

a. Guru melakukan kegiatan persiapan belajar dan pemeriksaan terhadap kondisi anak didik.

b. Guru melakukan langkah orientasi guna membina iklim pembelajaran yang responsip dengan menjelaskan topik ,tujuan belajar ataupun menjelaskan pokok kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Kegiatan inti

a. Guru mengajak siswa memecahkan sebuah permasalahan yang kaitannya dengan materi pembelajaran .

b. Guru mempersilakan siswa untuk belajar merumuskan masalah topik yang sudah disampaikan(guru hanya mendampingi dan sedikit membimbing jiaka ada kesulitan)..

c. Guru menanyakan jawaban sementara dari permasalahan yang ada sebelum diberi bahan-bahan ajar.

(37)

e. Bersama siswa guru menarik sebuah kesimpulan permasalahan pada materi.

f. Memberi sebuah soal yang berkaitan dengan materi g. Tanya Jawab.

3. Kegiatan Akhir

a. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum dipahami.

b. Siswa di beri pekerjaan rumah..

Pertemuan Kedua

1. Kegiatan awal

a. Siswa diberi pertanyaan mengenai materi sebelumnya masalah kalor.

b. Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan inti

a. Siswa diberi gambaran tentang perpindahan kalor.

b. Guru memberi gambaran siswa tentang hubungan Besarnya Zat yang diserap dan dilepas kalor .

c. Guru memandu semua siswa untuk mencoba membuat sebuah rumus pokok.

d. Siswa dipersilakan mengembangkan rumus dengan pertanyaan lain

3. Kegiatan akhir

(38)

c. Siswa diberi pekerjaan rumah materi yang sudah diajarkan

Pertemuan Ketiga

1. Kegiatan awal

a. Siswa diberi pertanyaan mengenai materi sebelumnya masalah kalor.

b. Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan inti

a. Siswa diberi gambaran tentang perpindahan kalor.

b. Guru memberi gambaran siswa tentang hubungan listrik dan kalor .

c. Guru memandu semua siswa untuk mencoba membuat sebuah rumus pokok.

d. Siswa dipersilakan mengembangkan rumus dengan pertanyaan lain

e. Diberi sebuah soal dan dikerjakan dengan saling berkopetisi 3. Kegiatan akhir

a. Menarik kesimpulan materi yang dipelajari b. Siswa mengerjakan soal

c. Siswa diinformasikan pokok bahasan berikutnya.

3.4.3.Observasi

(39)

dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran IPA terpadu materi Kalor.

3.4.4 Refleksi

Setelah data diperoleh dari uji coba peningkatan aktivitas belajar siswa dalam materi Kalor, maka peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat tentang data yang didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan. Data-data yang diperoleh, dipilih yang benar-benar dibutuhkan dan dapat dijadikan acuan dalam menyusun laporan hasil penelitian.

Setelah mendapatkan gambaran tentang permasalahan dan hambatan yang dijumpai, maka langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kekurangan, sehingga memperoleh hasil lebih baik.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Siswa mempresentasikan pemecahan masalah yang dilakukan.

2. Menentukan tingkat kemampuan siswa dalam pemahaman materi Kalor . 3. Menghitung tingkat kemampuan memahami materi Kalor dengan

(40)

3.6 Jadwal Penelitian

Penelitian dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan setiap siklus, dan pembuatan laporan. Jadwal penelitian dimulai dari minggu ketiga hingga keempat bulan

Januari 2013.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Persiapan

Pelaksanaan siklus 1 a. Perencanaan tindakan

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi c. Analisis dan refleksi

Pelaksanaan siklus 2 a. Perencanaan tindakan

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi c. Analisis dan refleksi

Pelaksanaan siklus 3 a. Perencanaan tindakan

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi c. Analisis dan refleksi

(41)

Perguruan Tinggi : Universitas Lampung

Tempat Penelitian : SMP Negeri 1 Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Alamat Sekolah : Jalan Raya Gadingrejo Kecamatan Gadingrejo 3.7.2 Teman Sejawat/Guru Mitra

Nama : Puspito ,S.Pd.M.Pd.

NIP : 196312111987011002

Guru Bidang Studi : IPA Terpadu

Tempat Mengajar : SMP N 1 Gadingrejo

(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran materi kalor kelas VII di SMP Negeri 1 Gadingrejo dapat disimpulkan bahwa : 1. Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas

siswa sebesar 53,13% yang sebelumnya siswa aktif 31,25% menjadi 84,38 % sampai pada siklus III.

2. Strategi pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar Siswa sebesar 28,75% yang sebelumnya 56,25% menjadi 85% sampai dengan siklus III

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan sebagai berikut : 1. Siswa

1) Siswa sebaiknya lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

2) Siswa sebaiknya lebih meningkatkan aktivitas dan belajar baik secara kelompok maupun individu.

(43)

2. Guru

1) Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat menghindari rasa kejenuhan pada diri siswa. 2) Guru hendaknya lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan

belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dianjurkan menggunakan strategi-strategi atau metode-metode pembelajaran yang bervariasi.

3) Pelaksanaan setelah siklus sebaiknya jangan terlalu lama, karena dapat mengakibatkan siswa lupa, atau bosan terhadap teknik pembelajaran yang digunakan.

3. Sekolah

1) Sekolah hendaknya memperkaya literature buku sebagai penunjang kegiatan belajar dan mengajar.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiri” Bagian 1. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi

Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc

Arikunto, Suharsimi dan Abdul Jabar, Cepi. 2007. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. (Online) http://smacepiring.wordpress.com. Diakses 15 Desember 2012 .

Carin, Arthur R. and Skrofronik, James G. 1978. Teaching Science Throug discovery. Colombus, Charles E. Merril Publising.

Dahar, R.W. 1990. Peranan Keterampilan Proses dalam Pendidikan IPA.Jakarta: BP3K.

Dimiyati. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gulo,W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Hamalik, O 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamruni,2011.Strategi Pembelajaran.Yokjakarta: Insan Madani

Koes, Supriyono 2003. Strategi Pembelajaran. Malang: Jurusan Fisika FP MIPA UM. Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika. Departemen Pendidikan

Nasional

Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur, M. 2000. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. Surabaya: Unesa-University Press.

(45)

Prawiradilaga,Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: 3

Semiawan, Conny R. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Surya, Muhammad. 1995. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Bhakti Winaya.

Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan IPA Semester Ganjil  Kelas VII.C             SMPN 1 Gadingrejo  pada TP
Tabel  2.3.  Tahapan Strategi Inkuiri terbimbing Menurut Memes
Tabel 2.4: Perbedaan  Strategi Pembelajaran Konvensional dan  Strategi  Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Gambar 1.1 Diagram Skema Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pernyataan Simoes dkk (1996) bahwa setelah nematoda malakukan penetrasi ke dalam tubuh larva, nematoda akan menyebabkan paralisis pada serangga yang

Telah dilakukan penelitian uji aktivitas sitotoksik ekstrak etanol biji srikaya ( Annona squamosa L.) terhadap sel T47D. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Meskipun sector informal dapat menjadi katup penyelamat akibat kelangkaan pekerjaan, keberadaan mereka justru sering mendapat pembatasan-pembatasan baik berupa ruang

Dalam proses penjatuhan tersebut, seorang hakim harus meyakini apakah seorang terdakwa melakukan tindak pidana ataukah tidak, atau dalam perkara perdata, dengan tetap

Pada umumnya lansia mengalami penurunan pendengaran simetris dan bilateral dan diperparah pada suasana ramai. Penurunan pendengaran yang tidak berkaitan

Pola penurunan konsentrasi residu glifosat dalam tanah tersebut terjadi secara cepat pada tiga hari pertama setelah aplikasi, sedangkan dari 3 hari setelah aplikasi hingga

Apabila pembelajaran sebelumnya dilakukan dengan menyajikan pokok berita dan ilustrasi gambar sebagai dasar penulisan teks berita siswa, pembelajaran menulis teks berita

- Direktur perusahaan hadir langsung , apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan ,