• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK PENGAMALAN NILAI MORAL SISWA SMP NEGERI 7 KOTABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK PENGAMALAN NILAI MORAL SISWA SMP NEGERI 7 KOTABUMI"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN

IPS UNTUK PENGAMALAN NILAI MORAL

SISWA SMP NEGERI 7 KOTABUMI

(TESIS)

Oleh

DADANG PURWATMAJA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

INTEGRATION OF CHARACTERS EDUCATION INTO SOCIAL STUDIES LEARNING THE MORAL VALUE APPLICATION

AMONG STUDENTOF SMPN 7 IN KOTABUMI By

DADANG PURWATMAJA

This study aims to investigate teacher’s attempts to build student’s characters, the integration of character education into social learning, and supporting and hindering factors in the process of building student’s characters.

This study employed the qualitative descriptive method involving a variety of procedures. The research setting were SMPN 7 Kotabumi. This study was conducted from January to March 2014. The research subjects were social. Science teachers, principlas, guidance and counseling teachers, and students of VIII. The research objects comprised anything related to the attempls made by social science teachers to integrate character education into social science learning. The data were analyzed using the interactive analysis consisting of three step, namely data reducation, data display, and conclusion drawing.

The research findings show that the teachers make attempts to build the student’s characters through a variety of programs, such as those initiated by the principals for the teachers and by the teachers for the students. The programs for the student are conducted inside and outside the classrooms. The programs inside the classrooms are conducted, first, by integrating character education into social science learning; second, by relating learning to daily life;and third, by applying methods that can motivate the students. In the teachingand learning processes, the teachers apply some methods, including varied lecturing, questions and answers, discussions, role playing, CTL methods, and others. The methods that have effects on learning are the lecturing and disccutions methods, because the students ore motivated by a variety of medhods. Meanwhile, the programs outside the classrooms are conducted throught a variety of activities, such as intra-curricular and extra-curricular activities, and saying prayers together. The extra-curricular activities include intra-school students organizations and hobby-and-interest related activities.The supporting factors include qualified human resources, complete infrastructure and facilities, principal’s and other teacher’s active roles in the activities, while the hindering factors include the students varied backgrounds which make it diffcult to build their characters, indicated by the lack of their moral knowledge the inculcations of the student’s moral that is not optimum, the lack of the teacher’s examples, the infrastructure and facility maintenance that is not optimum, and tahe lack of attention from the student’s parents.

(3)

ABSTRAK

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK PENGAMALAN NILAI MORAL

SISWA SMP NEGERI 7 KOTABUMI

Oleh

Dadang Purwatmaja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya guru dalam pembentukan karakter siswa, bagaimana mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS, dan melihat faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan karakter siswa .

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, deskriptif dengan berbagai macam prosedur. Tempat penelitian pada SMPN 7 Kotabumi. Waktu penelitian bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014. Subjek penelitian dalam hal ini berkaitan langsung dengan upaya guru IPS untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS. Sedangkan objek penelitiannya adalah guru pelajaran IPS, kepala sekolah, guru bimbingan konseling, dan siswa VIII. Teknik pengumpulan data yang dimanfaatkan antara lain: observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif terdiri dari tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Temuan penelitian ini adalah guru mengupayakan pembentukan karakter siswa, dengan melakukan berbagai macam program antara lain diadakan oleh kepala sekolah kepada guru, oleh guru kepada siswa. Program yang diadakan untuk siswa dilakukan dalam kelas dan luar kelas. Di dalam kelas dengan cara: pertama mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS, kedua mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Ketiga guru menggunakan metode-metode yang dapat memotivasi belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar guru memanfaatkan metode, adapun metode yang digunakan adalah ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi, role playing, CTL dan lain sebagainya. Metode yang berpengaruh dalam pembelajaran tersebut adalah ceramah dan diskusi, karena dengan metode yang bervariasi siswa termotivasi sedangkan diluar kelas dilakukan dengan berbagai macam program antara lain kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler. Program intrakulikuler seperti: upacara bendera, kegiatan iman dan taqwa, sholat berjama’ah. Kegiatan ektrakurikuler antara lain melalui organisasi siswa intra sekolah, penyaluran bakat dan hobi. Adapun faktor pendukung antara lain adalah SDM berkwalitas sarana prasarana lengkap, peran aktif kepala sekolah dan guru, sedangkan faktor penghambat adalah latar belakang siswa berasa dari lingkungan yang berbeda-beda sehingga sulit membentuk karakter siswa seperti: kurangnya pengetahuan moral siswa, penanaman moral siswa kurang optimal, kurang tauladan guru, perawatan sarana dan prasarana kurang maksimal, dan kurangnya perhatian orang tua murid.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

SAN WACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin berkat Rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan tesis ini sebagai tugas akir. Dalam penyusunan dan penulisan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak yang telah membantu baik dalam pemikiran, tenaga dan juga material, sehingga tesis ini dapat diwujudkan walaupun disana sini masih belum sempurna.

Pada kesempatan ini penulis me nyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung serta selaku Ketua Program Pascasarjana PIPS FKIP Universitas Lampung, sekaligus sebagai Pembimbing I.

3. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Magister IPS dan sekaligus sebagai serta pemberi semangat dan motivasi dalam penulisan tesis. 4. Bapak Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M. selaku Sekretaris Program

Pascasarjana PIPS FKIP Universitas Lampung serta pemberi semangat dan motivasi dalam penulisan tesis.

(9)

6. Ibu Dr. Pujiati, S.Pd., M.Pd. selaku Pembaahas II yang telah memberikan masukan, bimbingan penulisan, saran, arahan dan semangat kepada penulis. 7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana PIPS FKIP Universitas

Lampung yang sudah tulus dan ikhlas memberikan ilmu dan pengetahuan dan saran kepada penulis.

8. Istriku tercinta Dra. Sri Hastuti serta anak-anaku tersayang: Dian Aghnaita Hasrini, Egy Rachma Zulvita dan Fida Zahra Hanifa, yang memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan tesis.

9. Teman seperjuangan angkatan 2012 Program Pascasarjana PIPS, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas kerja sama, bantuan, doa dan kebersamaannya.

10. Bapak Suwandi, S.Pd. M.M. selaku Kepala SMPN 7 Kotabumi yang sudah memperkenankan SMPN 7 Kotabumi sebagai tempat penelitian Penulis. 11. Bapak dan Ibu Guru dan Staf SMP Negeri 7 Kotabumi yang telah telah

banyak membantu dalam penulisan hingga terselesaikannya tesis ini.

12. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 1 Bunga Mayang Sebagai teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis.

13. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikanya penulisan tesis ini.

Dan akhir kata penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis agar tesis yang sederhana ini ada manfaat bagi kita semua. Amin.

(10)

MOTO

Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah kecuali ia

yang selalu mengoreksi diri dan membenarkan orang lain atas

kekeliruan diri sendiri.

Perlakukan orang lain seperti anda ingin orang lain

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa puji syukur Alhamdulillah kepada Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas seizin dan ridho-Nya, penulis persembahkan sebuah karya yang sederhana kepada orang-orang tercinta, tersayang, dan yang terdekat dalam perjalanan hidupku.

1. Bapak dan Ibu saya yang tercinta yang semasa hidupnya selalu mendoakanku dan membimbing dari ayunan hingga saat ini.

2. Istriku tercinta Dra. Sri Hastuti yang selalu memberikan motivasi dan membantu sehingga terselesaikanya studi saya ini.

3. Anak-anakku tersayang: Dian Aghnaita Hasrini, Egy Rachma Zulvita dan Fida Zahra Hanifa yang selalu jadi kebahagiaan dan kebanggaan harapanku. 4. Untuk kedua orang tua istriku yang juga telah memotivasi kami.

5. Buat adik-adikku tercinta sekeluarga besar. 6. Saudara-saudaraku yang tercinta.

7. Teman-teman seperjuangan Magister IPS angkatan 2012. 8. Almamater Universitas Lampung yang tercinta.

9. Keluarga besar dewan guru dan staf SMP Negeri 7 Kotabumi. 10. Keluarga besar SMPN 1 Bunga Mayang.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 23 Januari 1964, sebagai anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan orang tua penulis, yaitu Bapak Hi. Slamet Siswoyo dengan Ibu Hj. Suparmi.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada SD Negeri Srebegan pada tahun 1976 dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada SMP Negeri 1 Ceper Klaten pada tahun 1980, sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di SPG Negeri Klaten pada tahun 1983. Pendidikan Sarjana (S1) UMS

(Universitas Muhammadiyah Surakarta), pada tahun 1999.

Pada tahun 1991 penulis diterima dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan ditugaskan mengajar sebagai guru DPK di SMA Bhakti Angkasa Kotabumi Lampung Utara sampai tahun 1997. Pada tahun 1997 mutasi ke SMPN 2 Abung Selatan. Dan pada tahun 2006 diangkat sebagai Kepala Sekolah di SMPN 2 Abung Selatan. Kemudian pada tahun 2010 dimutasi dan ditugaskan sebagai Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Bunga Mayang.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangMasalah... 1

1.2.Fokus Masalah... 12

1.3 Rumusan Masalah... 13

1.4 Tujuan Penelitian... 14

1.5 Manfaat Hasil Penelitian... 14

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... ………. 15

II. KAJIAN TEORI 2.1 Pembelajaran IPS... 19

2.1.1 Pengertian IPS... 19

2.1.2 Pembelajarn IPS... 23

2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPS... 20

2.1.4 Metode Pembelajaran IPS... 26

2.2 Integrasi PendidikKarakter... 35

2.2.1 Pengertian Integrasi... 37

2.2.2 Pengertian Pendidikan Karakter... 37

2.2.3 Pengitegrasian karakter... 44

2.2.4 Karakteristik Siswa SMP... 47

(14)

2.3 Nilai Moral... 54

2.3.1 Pengertian Nilai... 54

2.3.2 Pengertian Moral... 55

2.3.3 Hakekat Nilai Moral... 56

2.4 Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran... .. 58

2.5 Kerangka Pikir... 77

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 80

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 84

3.3 Informan dan Tehnik Penentuan Informan... 85

3.3.1 Informan... 85

3.3.2 Tehnik penentuan Informan... 85

3.4 Sumber Data... 86

3.5 Instrumen Penelitian... 90

3.6 Tehnik Pengecekan Keabsahan Data... 92

3.7 Analisis Data... 95

3.8 Indikator Keterlaksanaan Pendidikan Karakter... 98

3.9 Konsep Kebutuhan Data Penelitian... 110

IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data... 111

4.1.1 Gambaran Umun SMPN 7 Kotabumi... 111

4.1.1.1 Visi SMPN 7 Kotabumi... 117

4.1.1.2 Misi ………... 118

4.1.1.3 Tata Tertib... 120

4.1.2 Proses Integrasi... ……. 122

4.1.3 Metode dan Pendekatan Dalam Pembelajaran IPS... 133

4.1.4 Metode Yang Berpengaruh dalam Pembelajaran Pengamalan Nilai Moral... 137

4.1.5 Upaya Pembentukan Karakter dalam Pembelajaran IPS……. . 137

(15)

4.2 Pembahasan... ……. ….. 153 4.2.1 Upaya yang dilakukan guru dalam membentuk Karakter…… 154

4.2.2 Proses Integrasi Karakter Dalam Pembelajaran IPS Untuk Pengamalan Nilai Moral Siswa……… 159 4.2.3 Faktor Penghambat dan Pendukung Pembentukan Karakter……… 166 4.3 Keterbatasan Penelitian………..… 173

V. Simpulan Dan Saran

5.1 Simpulan... 175 5.2 Implikasi... 176 5.3 Saran ... ... … …….. 178

Daftar Pustaka

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 : Penanaman karakter melelui pelaksanaan pembelajaran……….. 65

2.2 : Penanaman Karakter Siswa………. 78

3.1 : Prosedur dan alur penelitian……….. 83

3.2 : Triangulasi Teknik Pengumpulan data ……….... 90

3.3 : Analisis Data Model Interaktif... 97

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Agenda penelitian

Lampiran 2 : Kisi-kisi instrumen dan Pengumpulan data Lampiran 3 : RPP kelas VIII

Lampiran 4 : Hasil wawancara, Catatan lapangan Lampiran 5 : Struktur Organesasi Sekolah

Lampiran 6 : Struktur Organesasi Komite Sekolah Lampiran 7 : Struktur Organesasi Tata Usaha Lampiran 8 : Struktur Organesasi BP

Lampiran 9 : Struktur Organesasi Perpustakaan Lampiran 10 : Struktur Pengurus OSIS

Lampiran 12 : Struktur Laboratorium Komputer Lampiran 13 : Struktur Laboratorium IPS

Lampiran 14 : Struktur Laboratorium Matematka Lampiran 15 : Struktur Laboratorium Biologi Lampiran 16 : Struktur Laboratorium Fisika Lampiran 17 : Struktur Organesasi UKS Lampiran 18 : Foto Profil SMPN 7 Kotabumi Lampiran 19 : Ijin Penelitian

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 : Data Pelanggaran Tata Tertib Siswa ……… 6

2.1 : Deskripsi Nilai-Nilai Budaya Dan Karakter... 46

3.1 : Nilai-Nilai Karakter dan Deskripsinya... 88

3.2 : Indikator Pengembangan Pendidikan karakter……… 99

4.1 : Estimasi Tahapan Keluarga sejahtera Kab. Lampung Utara….. 112

4.2 : Tabel Pedoman dan Bobot Pelanggaran Tata Tertib... 120

4.3 : Aktifitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran IPS pada observasi I………. 140

4.4 : Aktifitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran IPS pada observasi II……….. 142

4.5 : Aktifitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran IPS pada observasi III………. 144

4.6 : Rekap hasil penilaian pelaksanaan integrasi karakter dalam pembejaran IPS……….. 145

(19)

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas masalah pokok bahasan yang berupa latar belakang masalah dan fokus masalah. Agar pembahasan lebih terarah pada judul maka perlu dipaparkan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian serta ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya maka akan dibahas setiap sub bab yang diawali sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

SMP Negeri 7 Kotabumi didirikan pada tahun 1983 dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 0472/O1983. Sekolah ini merupakan sekolah unggulan sekaligus kebanggaan masyarakat Kotabumi, bahkan termasuk salah satu sekolah yang diunggulkan di Provinsi Lampung. Sejak pemerintah pusat menetapkan SMP Negeri 7 kotabumi sebagai salah satu rintisan Sekolah Standar Nasional (SSN) pada tahun 2006, memberikan motivasi dan semangat baru bagi seluruh warga sekolah untuk terus bekerja keras menempa diri dalam upaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa yang pada akhirnya melahirkan berbagai prestasi siswa baik bidang akademik maupun non akademik.

(20)

2

Internasional (RSBI) oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (PSMP), Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas pada tahun 2009 dengan SK Nomor : 2105/C3KP/2009. Amanah yang diberikan ini merupakan tantangan yang cukup berat, hal ini sangat beralasan karena SMP Negeri 7 Kotabumi harus proaktif untuk mempersiapkan diri, berbenah menata dan mempersiapkan segala aspek yang menjadi tuntutan pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, baik dalam bidang kurikulum, proses pembelajaran, kegiatan kesiswaan, manajemen sekolah, SDM pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, penilaian, serta berbagai dimensi lain pendukung pelaksanaan RSBI.

Prestasi sekolah ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh komponen (stake holders) SMP Negeri 7 Kotabumi yang salah satu misinya menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi secara global tanpa meninggalkan warisan budaya bangsa Indonesia. Secara bertahap tapi pasti (slowly but accuratelly), delapan standar yang diamanahkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) + X (penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman) melalui adaptasi dan adopsi terhadap standar pendidikan.

(21)

3

Keadaan guru pada tahun pelajaran 2013/2014 jumlah guru PNS ada 50 orang dan guru honor sebanyak 8 orang. Sebagai sekolah yang sudah lumayan tua umurnya, sebagian besar guru di SMP Negeri 7 Kotabumi adalah guru yang sudah berpengalaman. Maka tidak mengherankan kalau sekolah ini menjadi pilihan utama para siswa untuk dapat masuk ke SMPN 7 sebelum mereka mendaftar ke sekolah lain.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 7 Kotabumi, karena sekolah tersebut menjadi salah satu sekolah unggulan yang ada di Lampung Utara. Sekolah ini merupakan sekolah unggulan sekaligus kebanggaan masyarakat Kotabumi, bahkan termasuk salah satu sekolah yang diunggulkan di Provinsi Lampung. Sejak pemerintah pusat menetapkan SMP Negeri 7 kotabumi sebagai salah satu rintisan Sekolah Standar Nasional (SSN) pada tahun 2006, kemudian pada tahun 2010 juga ditetapkan menjadi sekolah RSBI. Hal ini memberikan motivasi dan semangat baru bagi seluruh warga sekolah untuk terus bekerja keras menempa diri dalam upaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa yang pada akhirnya melahirkan berbagai prestasi siswa baik bidang akademik maupun non akademik.

Untuk mengetahui gambaran umum mengenai SMP Negeri 7 Kotabumi menurut analisa dapat diuraikan sebagai berikut.

(22)

4

menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dari berbagai pelosok, baik dari dalam maupun luar Kota Kotabumi untuk dapat sekolah di SMP Negeri 7 Kotabumi.

Secara demografis, mata pencaharian orang tua/wali siswa sangat heterogen, ada yang berprofesi sebagai pegawai/pejabat pemerintah (PNS), pegawai swasta, wirausahawan, petani, pedagang, buruh, tukang becak, bahkan tidak sedikit yang berprofesi sebagai pekerja musiman tergantung pada peluang kerja yang tersedia. Kondisi seperti ini tentunya berimplikasi pada tingkat penghasilan yang membawa keberagaman tingkat sosial ekonomi mereka. Orang tua siswa sangat mendukung program sekolah dengan memberikan kontribusi dan kerjasama yang optimal melalui Komite Sekolah.

Lokasi di tengah kota yang sangat strategis memungkinkan anak dengan mudah untuk menjangkau pusat keramaian, mall tempat main, akses internet dan apapun yang anak kehendaki dapat dengan mudah dicapinya. Untuk itu tanpa adanya pengawasan yang ketat dari pihak sekolah dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, maka sangatlah sulit untuk membawa anak dapat belajar dengan baik sesuai dengan amanah pendidikan yaitu untuk mendidik anak menjadi manusia yang cerdas terampil beriman dan beraklak mulia.

(23)

5

diberdayakan. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam kaitan ini, difokuskan terutama pada perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung percepatan pengembangan sekolah ke depan. Secara umum, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi diarahkan kepada peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam hal cara mengelola sekolah, mendapatkan pengetahuan, melaksanakan pembelajaran, berkomunikasi, mendapatkan informasi, dan memudahkan pembelajaran.

Dilain pihak fenomena di kalangan peserta didik, dekadensi moral siswa dipengaruhi juga oleh kemajuan tehnologi informasi yang berkembang sangat pesat di negara ini. Komunikasi sudah bebas menjangkau lintas benua, lintas negara, bahkan mampu menerobos sampai ke pelosok. Komunikasi yang terjalin dapat dimulai dari perkotaan, pedesaan, dan selanjutnaya ke perkampungan. Komunikasi ini terjalin melaluai media handphone (HP), audio (radio), audio visual (televisi, VCD, internet). Fenomena diatas merupakan bukti bahwa dari dekadensi moral siswa. Bahkan fenomena tersebut dapat saja merusak atau mengarah pada budaya yang negatif. Budaya negatif yang dimaksudkan ialah pengaruh arus informasi yang sangat mudah dan cepat dapat diakses oleh setiap orang (pelajar), tanpa mem-filter terlebih dahulu.

(24)

6

Tabel:1.1Data Pelanggaran Tata Tertib Siswa (Bimbingan Konseling SMPN 7 Kotabumi T.P. 2013-2014)

No Jenis Pelanggaran Jumlah kasus

1.

Keterangan dari koordinator Bimbingan Konseling pada tahun ajaran 2013-2014 ada 3 siswa yang dikembalikan ke orang tuanya karena pelanggaran yang sudah mencapai 100 poin pelanggaran. Dua anak karena terkena masalah perkelaian dengan menggunakan senjata tajam, dan satu anak karena narkoba dan perkelahian. menurut keterangan guru BP mereka memang berasal dari orang tua yang sibuk dan kurang mendapat perhatian orang tua.

Permasalahan pendidikan saat ini sering kali hanya sebatas transfer ilmu dan tidak membangun karakter anak didik. Siswa tidak diberi kesempatan merefleksikan dan memposisikan dirinya dalam sitem pendidikan yang semata-mata untuk kepentingan dunia kerja. Kegiatan reflektif di dalam pendidikan itu penting, kini telah kehilangan tempat, karena pendidikan kita seolah-olah hanya hanya berupa trasfer ilmu.

(25)

7

pendidikan IPS di sekolah diharapkan dapat membekali pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial dengan baik, yang pada akirnya dapat terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berekembang saat ini, seperti disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu, dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai-nilai etika berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Kemendiknas, 2011: 1)

(26)

8

Lebih lanjut dijelaskan, pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya. Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

(27)

9

IPS merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah menengah pertama yang memiliki cakupan yang luas. Hal ini dapat dilihat dari beberapa rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Menurut Pargito (2010: 29) yang diambil dari National Cauncil For Social Studies (NCSS), (1993: 9)

Ilmu pengetahuan sosial adalah studi terintegrasi tentang ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk membentuk warga negara yang baik berkompetensi. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa IPS memiliki karakteristik sebagai mata pelajaran yang berintegrasi dengan cabang-cabang ilmu lainya. Dengan karakteristik demikian, IPS merupakan materi yang memiliki cakupan yang cukup luas. Dalam Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dinyatakan bahwa pada jenjang sekolah tingkat pertama mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

(28)

10

Permasalahan yang lain, selain hal tersebut diatas yakni tujuan pendidikan yang mengalami perubahan setiap tahun, alhasil guru menjadi tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya pada pembelajran IPS. Terlebih lagi guru akan mengitegrasikan pembelajaran IPS dengan pendidikan karakter. Integrasi pembelajaran IPS dengan pendidikan karakter dimaksudkan agar pengamalan nilai moral dapat dicapai peseta didik.

Jika didasarkan pada tujuan pendidikan yang terus mengalami perubahan setiap tahunnya, hal ini jelas menjadi tidak memungkinkan. Selain itu guru juga tidak sepenuhnya mampu ketika hal baru itu diterapkan, seperti yang dimaksud dalam penelitian ini pengitegrasian pembelajaran IPS dengan pendidikan karakter. Untuk itulah, dalam hal ini, guru membutuhkan kompetensi dalam segala bidang yang berkaitan dengan IPS. Dengan begitu, pengintegrasian pembelajaran IPS dengan pendidikan karakter, peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman nilai-nilai moral dalam pembelajaran IPS.

(29)

11

Kendala lain yang dihadapai dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS untuk pengamalan nilai moral masih mengalami hambatan. Adapun hambatan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Metode pembelajaran guru masih dominan ceramah. 2. Aktifitas siswa yang dikembangkan masih secara verbal.

3. Pembelajaran dan penilaian IPS terlalu menekankan pada aspek kognitif tanpa melihat aspek –aspek yang lain.

4. Belum tercapinya pendidikan yang menitik beratkan pada pengamalan nilai-nilai moral.

5. Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS untuk pengamalan nilai moral belum terlaksana dengan baik

6. Kurangnya kompetensi guru dalam mengintegrasikan pendidikan karakter pada pembelajaran IPS.

Berdasarkan kondisi tersebut penulis ingin melakukan penelitian “Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS untuk Pengamalan Nilai Moral”, Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Kemendiknas, 2011: 2)

(30)

12

proses yang yang mengiringi dan yang menyertainya (suasana dan pembiasaan berprilaku baik) dalam suatu proses pembelajaran.

Upaya pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran di sekolah adalah sebagai bentuk upaya yang serius dalam mengembalikan karakter bangsa yang sebenarnya. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki budaya dan nilai-nilai luhur yang sangat tinggi, namun nilai-nilai yang sangat tinggi tersebut hampir hilang. Hilangnya budaya dan nilai-nilai ternyata sudah disadari oleh bangsa kita sendiri sehingga muncullah suatu kebijakan untuk memasukkan pendidikan karakter ke lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan. Lagi-lagi sekolah khususnya pendidik yang menjadi ujung tombak untuk mengembalikan karakter yang sudah sedikit bergeser dari tempatnya.

(31)

13

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Pendidikan ini pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan karakter harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik (good feeling/moral feeling), dan prilaku baik (moral action) sehingga akan terwujud sikap hidup peserta didik.

1.2 Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaiman guru mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS untuk pengamalkan nilai moral pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN 7) Kotabumi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk membentuk karakter siswa di SMPN 7 Kotabumi.

2. Bagaimanakah proses integrasi pendidikan karakter dalam pembelajran IPS untuk pengamalkan nilai moral siswa SMPN 7 Kotabumi.

(32)

14

I.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Upaya yang dilakukan guru untuk membentuk karakter siswa di SMPN 7 Kotabumi.

2. Proses integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS untuk pengamalan nilai moral siswa SMPN 7 Kotabumi.

3. Faktor- faktor yang menghambat dan mendukung proses pembentukan karakter siswa di sekolah SMPN 7 Kotabumi.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian.

Manfaat hasil penelitian dibedakan menjadi dua yaitu, manfaat teoritik dan manfaat prakris.

1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik dapat memberikan sumbangan untuk menambah teori, pengembangan ide dan konsep-konsep dasar tentang kebutuhan pendidikan. Selain itu, hasil penelitian ini juga bisa menjadi referensi yang dapat

(33)

15

2. Manfaat Praktis.

Dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Bagi guru

Akan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagiamana cara guru dalam melaksanakan pembelajaran sekaligus mengitegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran, dan juga memberikan pemahaman kepada anak didik dalam menanamkan nilai moral kepada siswa.

2. Bagi lembaga

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan bukti teoritis empirik bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dengan pembelajaran IPS diperlukan oleh sekolah bagi perkembangan peserta didik dalam mengamalkan nilai moral.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berdasarkan kajian ilmu ruang lingkup pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS untuk pengamalan nilai moral siswa Selanjutnya dapat dirumuskan sebagai ruang lingkup penelitian ini dilakukan dalam mengkonstruk pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS,sebagai berikut

1.6.1 Ruang Lingkup Subyek Penelitian

(34)

16

2. Sebuah konstruk Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS dalam upaya menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan Pancasila.

1.6.2 Ruang lingkup Obyek Penelitian

Obyek penelitian dimaksud adalah pelaksanaan pengintegrasian karakter dalam pembelajaran IPS dan pengamalan nilai moral siswa

1.6.3 Ruang Lingkup Tempat

Peneliti memilih tempat penelitian di SMPN 7 Kotabumi, dengan alasan: 1. Merupakan sekolah yang dipavoritkan di Lampung Utara, sehingga

banyak peminat untuk dapat sekolah di SMPN 7 Kotabumi.

2. Tempat tinggal peneliti dekat dengan lokasi SMPN 7 Kotabumi, sehingga memungkinkan penelitian bisa lebih efektif .

1.6.4 Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014, dilaksanakan lebih kurang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014.

1.6.5 Ruang Lingkup Ilmu

(35)

17

dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisa peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang terkait erat dengan hubungan sosial masyarakat yang penuh dengan nilai-nilai yang harus dikembangkan dan diamalkan. Salah satu tujuan pendidikan IPS adalah membentuk warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Ada 5 tradisi sosial dalam IPS, yang menyatakan IPS sebagai: 1. Citizenship transmission/ Pewaris budaya

Kewargaan adalah kemampuan bertindak sebagai warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai dasar yang telah disepakati dan diangap baik. 2. Social science tradition/ Tradisi ilmu sosial

Yang merujuk pengertian IPS sebenarnya dapat ditemukan dari salah satu ilmu sosial. Sifat-sifat kewargaan dapat diperoleh melalui pemahaman tetang metodologis ilmu sosial.

3. Reflektif Inquiry

(36)

18

4. Kritik kehidupan sosial

Pendidikan IPS diharapkan bisa menanamkan anak memiliki kepekaan sosial perlu membekali pengetahuan, ketrampilan dan nilai dan sikap, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam mengambil keputusan. 5. Pengembangan pribadi Individu

Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan dapat membekali pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial dengan baik, yang pada akirnya dapat terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

(37)

II. KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan tentang pengertian Pembelajaran IPS, Integrasi pendidikan karakter, dan Nilai moral. Dalam pembelajaran IPS pokok bahasan yang dikaji adalah pengertian IPS, dan pembelajaran IPS, kemudian Integrasi pendidikan Karakter, pokok bahasan tersebut yang dikaji adalah pengertian integrasi, pendidikan karakter, karakter siswa SMP, pengertian nilai, pengertian moral, dan tahap-tahap perkembangan moral.

2.1 Pembelajaran IPS

Belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk memiliki pengetahuan, dari tidak tahu menjadi tahu, untuk memperoleh kecakapan, ketrampilan dan sikap. Belajar merupakan masalah seseorang, sehingga dengan belajar maka, pengtahuan, ketrampilan, kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku, dan semua perebuatan manusia terbentuk, sesuai dengan apa yang dikembangkan. Belajar itu mulai dari ayunan sampai liang lahat. Sebagaimana sabda Rosululloh SAW yang berbunyi: ” Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi “ Dengan demikian jelas bahwa belajar sangat penting dalam kehidupan kita.

(38)

20

Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Soisal) pertama kali muncul dalam seminar Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo.

Menurut The board of the national council for social studies NCSS (1993: 9) mendefinisikan ilmu pengetahuan sosial sebagai berikut:

Social studies the integrated study of the social science and humanities to improve civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systimatic study drawing upon such diciplines as antropology, archaeology, economic, geography, history, law, philoshopy, political science, pshycology, religion, abnd sosiology, as well as appropriate contentfrom the humanities, mathematics, and natural sciences. Tyhe primarypurpose of social,studies is to help young peolpe develop the abilityto make informed and reasoned desicion foe the public good as citiziensof a culturrally diverse, democratic society an in interdependent word.

NCSS menyatakan bahwa pengertian ilmu pengetahuan sosial adalah integrasi dari pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan hmaniora untuk mengembangkan kemampuan warga negara. Dalam program sekolah, IPS memberikan koordinasi belajar sistimatis dengan menggunakan beberapa disiplin ilmu seperti Antropologi, Sosiologi, Arkeologi, Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat, Ploitik, Psikologi, Agama, maupun isi yang tepat dari Humaniora, Matematika, dan Ilmu alam.

(39)

21

Menurut Sapriya (2012 : 11) Pendidikan IPS sangat erat kaitanya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepeningan pembelajaran di sekolah. IPS bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (Knowledge), ketrampilam (Skill), sikap dan nilai (Attitudes and Value), yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Sedangkan menurut Pargito (2010: 32) bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan membentuk warga negara yang memiliki kompetensi soial baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara atau warga dunia. Melalui pendidikan IPS diharapkan dapat membantu siswa dapat memperoleh pengetahuan sosial, humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran sosial dalam kehidupanya, sehingga akirnya diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

(40)

22

berkaitan dengan “Kita“. Maka kajian ilmu pemgetahuan sosial haruslah bersifat

realistis. Dalam IPS perlu dirumuskan suatu kajian perilaku manusia berkaitan

dengan berbagai latar belakang yang melingkupinya secara obyektif, rasional, dan realistis.

Menurut Somantri (2011: 92) bahwa definisi pendidikan IPS yang lazim di Indonesia sebagai berikut.

1. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganesasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis- psikologis untuk tujuan pendidikan.

2. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganesasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis – psikologis untuk tujuan pendidikan.

Berdasakan beberapa pengertian tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial adan humaniora untuk tujuan pendidikan, membentuk warga negara yang memiliki kompetensi sosial baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara atau warga dunia. Melalui pendidikan IPS diharapkan dapat membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan sosial, humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran sosial dilingkunganya, serta memiliki ketrampilan dalam mengkaji dan memecahkan masalah sosial dalam kehidupannya, sehingga akhirnya diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

(41)

23

kehidupan masyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistimatis, Komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat.

2.1.2 Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS pada dasarnya mengaktifkan siswa belajar untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Semua bentuk aktifitas siswa tetap mengembangkan ketrampilan-ketrampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bentuk aktifitas itu mengarah pada keberhasilan tujuan belajar yaitu perubahan tingkah laku. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari proses pengembangan ketrampilan siswa. Peran guru dalam pembelajaran IPS mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan ketrampilan.

2.1.3 Tujuan pembelajaran IPS

(42)

24

Tujuan Pengajaran IPS diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: 1) Understanding ( pengertian )

Seorang warga negara yang baik harus mempunyai latar belakang pengetahuan yang dibutuhkan dalam menghadapi masalah-masalah sosial. Anak didik membutuhkan pengertian tentang informasi dunia, yang sudah diperolehnya sejak di bangku sekolah.

2) Attitude (sikap)

Termasuk dalam kategori ini adalah moral, citi-cita, apresiasi, dan kepercayan. Aspek ini membantu anak bersikap baik dan bertanggung jawab, baik disekolah maupun di luar sekoalah. Anak didik harus dibantu untuk mengerti sistim nilai, mempelajari sumber nilai yang berlaku disekolah dan masyarakat.

3) Skill (keterampilan)

Pengembangn keterampilan dan kemampuan yang dikehendaki dari program IPS, dapat dibagi dalam empat kelompok.

(1)Social skill

Keterampilan sosial meliputi kehidupan dan bekerjasama, belajar memberi dan menerima tangung jawab, menghormati hak orang lain, dan membina kesadaran sosial. Pengajaran keterampilan sosial tidak hanya terbatas pada IPS tetapi meliputi juga kegiatan-kegiatan dari seluruh program sekolah. Pengembangan ketrampilan sosial ini adalah penting dalam program IPS di tingkat dasar.

(43)

25

Ketrampilan belajar dan kebiasaan kerja, harus dikembangkan pada anak, seperti ketrampilan pengumpulan data membuat laporan, merangkum dan lain sebagainya.

(3)Group work skill

Ini dimaksudkan ketrampilan kerja kelompok, seperti menyusun rencana, memimpin diskusi, dan menilai pekerjaan bersama.

(4)Intelectual Skill

Ketrampilan ini diasosiasikan dengan berbagai aspek pemikiran, meliputi penggunaan aplikasi dari pendekatan yang rational dari pemecahan masalah. Kebutuhan untuk mengembangkan pemikiran yang kritis dari anak didik merupakan tujuan dari IPS.

Sedangkan menurut Ellis (1998: 5) tujuan pembelajaran IPS adalah sebagai berikut.

1) Ilmu sosial harus membantu siswa datang pada ketidak tahuan yang besar tentang diri sendiri, untuk menjelaskan dan menguji nilai mereka dan untuk membangun untuk diri sendiri.

2) Ilmu sosial harus menyiapkan siswa dengan ketidak pahaman pada peristiwa yang lalu dan dari tugas-tugas dalam mempertajam kehidupan masa depan.

3) Ilmu sosial harus memajukan siswa daari ketidak pahaman dan dukungan dari orang lain dengan perbedaan nilai dan gaya hidup.

4) Ilmu sosial harus membekali siswa dengan pengetahuan dari sistim kemanusiaan yang meliputi bidang-bidang geografi, ekonomi, pemerintahan dan budaya.

5) Ilmu sosial harus dapat membantu siswa dengan keahlian yang diperlukan untuk mengadakan penyelidikan secara independen terhadap permasalahan-permasalahan yang ada dan bereaksi secara kritis terhadaap solusi yang diberikan oleh orang lain.

(44)

26

7) Ilmu sosial harus membekali para siswa dengan penghargaan terhadap usaha-usaha manusia dalam meningkatkan kondisi kemanusiaan melalui ekspresi-ekspresi kreatif dan pemecahan masalah.

8) Ilmu sosial harus dapat membantu siswa memahami proses pengambilan keputusan yang terjadi dalam interaksi antar manusia dan membekali mereka dengan keahlian-keahlian yang diperlukan untuk menjadi pengambil keputusan yang efektif.

9) Ilmu sosial harus memberikan kemampuan bagi siswa untuk mengunakn kondisi-kondisi kooperatif dan kooperatif dalam mencapai tujuan.

10) Ilmu sosial harus melengkapi siswa dengan kesadaran akan potensi – potensi pribadi dan potensi-potensi yang terdapat pada sesama manusia 11) Ilmu sosial harus membekali siswa dengan sesuatu penghargaan akan

warisan dan institusi mereka dengan kesadaran akan potensi mereka sendiri.

Maksud dari pembelajaran IPS tersebut adalah diharapkan siswa memiliki kemampuan yang berasal dari berbagai aspek, baik itu kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga dapat menghadapi masalah-masalah sosial yang dihadapi sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Melihat fungsi dan tujuan dari IPS tersbut maka ruang lingkup IPS adalah menyangkut kegiatan dasar manusia, maka materinya tidak hanya mencakup ilmu-ilmu sosial dan humaniora melainkan juga segala gerak kegiatan dasar manusia seperti agama, sains, teknologi, seni, budaya, ekonomi, manusia, tempat, lingkungan, waktu, keberlajutan, dan perubahan sistim sosial dan budaya, perilaku ekonomi, kesejahteraan dan sebagainya yang bisa memperkaya pendidikan IPS.

2.1.4 Metode Pembelajaran IPS

(45)

27

kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal dengan transfer belajar, maka apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain.

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Interaksi ini biasanya berlangsung secara sengaja.

Kesenjangan itu tercermin dari adanya faktor-faktor berikut. 1) Kesiapan (Readines)

Yaitu kepastian baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi (Motivation)

Yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. 3) Tujuan (Goal)

Yaitu sesuatu yang ingin dicapai.

Ketiga faktor diatas mendorong seseorang untuk melakukan proses belajar yang kreatif akan menentukan tingkat kreatifitas seseorang. Semakin tinggi pendidikan individu makin kompleks konsep yang dapat dia bentuk, hal ini membuktikan adanya hubungan yang erat antara pendidikan dan kreatifitas.

(46)

28

telah ditata oleh guru. Selain itu proses pembelajaran akan efektif apabila didukung oleh sarana prasarana yang memadai serta upaya-upaya yang kreatif dan inovatif dalam peningkatkan mutu pembelajaran

Karena itu agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara baik maka kegiatan pembelajaran harus direncanakan dan didesain dangan baik dengan cara menyusun strategi pembelajaran yang baik. Penyusunan strategi pembelajaran yang baik akan membuat porses pembelajaran menjadi terarah dan mempunyai tujuan yang jelas. Strategi pembelajaran adalah suatu pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajran erat kaitanya dengan belajar. Pembelajaran adalah pengetahuan, ketrampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan ligkungan.

(47)

29

Sedangkan metode merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran merupakan cara melakukan, menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk memperoleh tujuan tertentu. Banyak metode yang dipakai untuk menyajikan pelajaran kepada siswa, akan tetapi tidak semua metode itu sesuai untuk mencapai pembelajaran tertentu, karena terkadang masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.

Pelajaran IPS memiliki cakupan materi yang cukup luas untuk itu membutuhkan metode yang tepat agar pembelajaran yang disampaikan mudah dipahami dan menyenangkan. Untuk mencapai tujuan utama dalam pembelajaran IPS, aspek yang perlu ditekankan adalah aspek afektif. Untuk menekankan aspek afektif, guru tidak memberikan tanggung jawab hanya kepada guru mata pelajaran agama dan mata pelajaran kewarganegaraan untuk melihat nilai moral siswa, seluruh guru dan staf-staf yang berkecimpung di dunia pendidikan harus ikut memperhatikan dan membimbing moral siswa, dengan demikian pemilihan metode sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(48)

30

Tujuan pembelajaran khusus yang diajarkan termasuk dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam perspektif psikologi, kognitif adalah sumber sekaligus pengendalian ranah-ranah kejiwaan lainya, yakni ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotorik (karsa). Aspek kognitif adalah pengetahuan, misalnya siswa diharapkan dapat mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensisntesakan, menilai suatu subyek atau sasaran. Aspek yang berkenaan dengan perasaan misalnya siswa diharapkan dapat menunjukan minat, sikap, dan nilai tertentu.

Pembelajaran yang lebih menekankan aspek afektif sering disebut dengan pendidikan nilai atau pembelajaran nilai. Aspek yang berkenaan dengan psikomotor adalah gerak misalnya siswa diharapkan dapat melakukan gerakan menggunakan anggota badan baik sebagian atau seluruhnya, mengubah atau membentuk sesuatu yang baru dengan menggunakan anggota badan, dengan menggunakan alat dan sebagainya.

Salah satu menciptakan suasana belajar kreatif adalah dengan memperhatikan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan partisipasi aktif baik fisik, intelektual maupun emosional, metode guru mengajar dan gaya siswa belajar akan menentukan terhadap belajar aktif. Terdapat berbagai macam metode-metode guru dalam mengajar antara lain: metode diskusi, ceramah, tanya jawab, inkuiri, role palying, dan lain sebagainya.

Metode diskusi merupakan “Interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa

dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau

(49)

31

masalah siswa dapat berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, sehingga guru menciptakan pembelajaran yang efektif.

Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memilki arti dosen atau metode dosen, metode ini lebih banyak digunakan di kalangan dosen, karena dosen memberi kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah, pertimbanganya dosen berhdapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Metode ceramah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta, pada akhirnya perkuliahan ditutup dengan tanya jawab antara dosen dengan mahasiswa. Akan tetapi pada sekolah lanjutan metode ceramah dapat digunakan oleh guru, metode ini dapat divariasi dengan metode lain.

Metode ceramah merupakan metode yang paling tradisional dan sudah lama dipergunakan dalam dunia pendidikan, tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan dalam metode tersebut, untuk mengatasi kekurangan tersebut biasanya diselingi dengan tanya jawab, diskusi dan metode lain agar siswa tidak bosan.

Metode tanya jawab dapat dinilai sebagai metode tepat, apabila pelaksanaanya ditujukan untuk.

1. Meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajaranya.

2. Menyelingi pembelajaran agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau dengan perkataan lain unuk mengikut sertakan mereka.

(50)

32

Tumbuhnya daya kreatifitas memerlukan cara pembelajaran dengan berbagai macam pendekatan yang bisa digunakan dalam pembelajaran IPS yaitu: pendekatan monodisiplin, pendekatan multidisiplin, dan interdisiplin (Integrated Approach), pendekatan lingkungan meluas, dan pendekatan situasi kehidupan. Masing-masing pendekatan mempunyai konsep yang berbeda-beda sesuai apa yang diakaji.

1. Pendekatan monodisipliner atau struktur merupakan pendekatan bahan pelajaran diorganisisir atau bertitik tolak murni berdasarkan ilmu yang bersangkutan tanpa memfungsikan dengan cabang ilmu lainya. Biasa dikemukakan maksudnya bahwa pendekatan monodisipliner dalam IPS pada setiap bagian atau cakupannya berdiri sendiri tanpa ada keterpaduan atau peleburan menjadi satu. Misal sejarah dengan ekonomi masing-masing berdiri sendiri.

(51)

33

3. Pedekatan lingkungan meluas, merupakan pendekatan dalam penyampaian materi IPS yang lebih berorientasi pada tradisi yang materinya disusun urutan dari diri sendiri, keluarga, masyarakat tetangga, kota, religion, negara dan dunia. Artinya dalam pembelajaran IPS sesuai dengan materi yang disampaikan siswa akan diajarkan bagaimana mulai berhubungan dengan lingkungan terdekat (diri sendiri), kemudian bergerak secara bertahap dan sistematis dari lingkungan itu, lalu dituntut untuk mampu mengembangkan kearah lingkungan yang lebih luas.

4. Pendekatan situasi kehidupan , merupakan pendekatan yang berorientasi pada kemasyarakatan (community filed base approach). Pelaksanaanya cenderung melibatkan masyarakat dari pada buku teks atau disiplin ilmu yang ada.

(52)

34

Dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan menanamkan nilai-nilai moral, metode pebelajaran yang menggunakan pendekatan CBSA masih relevan, karena CBSA dalam berbagai kegiatannya memberdayakan siswa secara aktif. Cara belajar siswa aktif mempunyai ciri-ciri pemberdayaan siswa sebagai berikut:

1. Peserta didik tidak hanya menerima informasi tetapi lebih banyak mencari dan memberi informasi.

2. Peserta didik banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada peserta didik sendiri.

3. Peserta didik banyak mengajukan pendapat terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru.

4. Peserta didik memberikan respon terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru.

5. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjanya, sekaligus untuk memperbaiki dan menyempurnakan. 6. Peserta didik membuat sendiri kesimpulan belajar dengan bahasa masing-

masing secara individu atau kelompok.

7. Peserta didik memanfaatkan secara optimal sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya dalam kegiatan merespon stimulus belajar yang diberikan oleh guru.

(53)

35

Jadi dapat dikatakan tujuan CBSA adalah:

1. Berkembangnya segenap ranah (kognitif, afektif, psikomotor) yang pada giliranya akan bekembang pula kretifitasnya.

2. Berkembangnya segenap potensinya sehingga mencapai titik optimal karena CBSA peserta didik dapat menemukan dirinya mengenai kekuatan dan kelemahan pribadinya.

3. Dengan upaya pendidikan yang demikian akan terpenuhi upaya mengembangkan manusia seutuhnya (kompetensi siswa).

Selain guru berperan dalam menciptakan belajar kreatif, keberhasilan aplikasi CBSA ditentukan pula oleh gaya siswa belajar. Gaya belajar siswa adalah cara konsisten yang dilakukan oleh seorang siwa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal. Nasution (2008: 94). Masing-masing siswa mempunyai gaya belajar berbeda, masing-masing terkait dengan pribadi seseorang atau oleh faktor psikologis.

2.2 Integrasi Pendidikan Karakter

2.2.1 Pengertian Integrasi Karakter

Menurut Panduan Kemendiknas (2010: 34) yang dimaksud dengan

(54)

36

Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

Maksud dari integrasi dalam pembahasan kali ini adalah suatu pendekatan yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, dimana guru mengitegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS, yang bertujuan siswa mampu mengamalkan nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan integratif memiliki makna bahwa pendidikan karakter sekolah, seorang guru khususnya guru IPS harus bisa mengintegrasikan pendidikan karakter, sehingga akan tercapai pengamalan nilai moral yang diinginkan, Implikasi dari pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

1) Sangat minimnya guru yang mengajarkan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS yang dijadikan tempat integrasi.

2) Tidak semua guru memahami cara mengitegrasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran IPS.

3) Tidak ada waktu atau jam khusus untuk memberikan materi pendidikan karakter, sebab pengajaran itu berlangsung pada saat belajar mangajar bidang studi yang dijadikan tempat integrasi, demikian juga untuk kegiatan penilaian, sebab penilaian termasuk dalam kegiatan belajar mengajar.

(55)

37

Atas dasar itu maka integrasi pendidikan karakter tidak akan mengurangi porsi bidang studi, baik dari segi bahan maupun waktu. Bahkan sebaliknya, bahan atau materi bidang studi, kaya akan penjelasan makna dan mendalam, sehingga dengan porses integrasi tersebut guru tidak hanya mengajarkan materi yang sesuai dengan kurikulum saja tetapi guru bisa berkreatifitas untuk mengajarkan pendidikan karakter yang berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari sehingga mudah untuk memahami.

2.2.2 Pengertian Pendidikan Karakter

Pada kamus Poerwodarminto, karakter diartikan sebagi tabiat, watak, sifat-sifat kejiawaan, akalak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain. Sedangkan watak dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, adan tabiat dasar.

Sedangkan menurut Musfiroh (2008: 27) karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (Behavioar), motivasi (motivatioan), dan keterampilan (skill), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik.

Menurut Hariyanto (2012: 43) karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakanya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilkunya dalam kehidupan sehari-hari.

(56)

38

Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya.

Menurut Gunawan (2012: 23) pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat nyata dalam tindakan seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.

Pendidikan karakter mempunyai esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu hakekat dari pendidikan karakter dalam kontek pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri.

Menurut Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya.

(57)

39

perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Perpaduan ketiganya secara harmonis menyebabkan seseorang atau komunitas meninggalkan ketergantungan (dependevce) menuju kemandirian (independence) dan saling ketergantungan (interdependence). Saling ketergantungan sangat diperlukan dalam kehidupan modern, karena kehidupan-kehidupan yang semakin kompleks hanya dapat diatasi secara kolaboratif, untuk itu diperlukan keterampilan membangun hubungan yang serasi.

Dasar Antropologis setiap pemikiran tentang pendidikan karakter adalah keberadaan manusia sebagai penghayat nilai. Keberadaan seperti ini menggambarkan struktur dasar manusia sebagai makluk yang memilki kebebasan dan sekaligus sadar akan keterbatasannya. Dinamika struktur manusia seperti inilah yang memungkinkan pendidikan karakter menjadi sebuah pedagogi. Dengan manusia menghayati transendensi dirinya dengan cara membaktikan diri pada nilai-nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang berharga bagi dirinya sendiri serta bagi komunitas dimana individu tersebut berada.

Sedangkan menurut Kusuma (2007: 250)

Pendidikan karakter merupakan nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain, tangung jawab pribadi, perasaan senasib, sependeritaan, pemecah konflik secara damai, merupakan nilai-nilai yang semestiya diutamakan dalam pendidikan karakter.

(58)

40

optimis seolah kodrat alamiah kita tidak menentukan pelaksanaan kebebasan yang kita miliki.

Keberadaan karakter seseorang kita hanya bisa menilai apakah seseorang itu memiliki karakter kuat atau lemah. Apakah di didominasi pada kondisi-kondisi dari pembawaannya atau dia menjadi tuan atas kondisi natural yang telah diterima. Apakah yang given itu lebih kuat dari pada willed tadi, itu menjadi pertanyaan karena orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari pembawaannya. Sementara orang yang memilki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Sebaliknya, ia menguasainya, mengembangkannya demi kesempurnaan kemanusiaannya. Maksud pendidikan karkter disini adalah suatu naungan istilah yang menjelaskan berbagai aspek pengajaran dan pembelajaran bagi perkembangan personal.

(59)

41

mendidik siswa mempunyai tujuan untuk membentuk karakter siswa, agar tidak saja menjadi manusia yang memilki kecerdasan pada aspek kognitif tetapi juga memilki kecerdasan afektif.

Untuk mengaplikasikan kecerdasan kognitifnya, maka disini fungsi sekolah untuk membentuk karakter siswa. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang yang dapat memotivasi dan mendorong seseorang untuk berniat melakukan suatu tidakan (berperilaku). Sikap yang dimiliki seseorang bukan merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan produk dari sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterima.

Pendidikan untuk membentuk karakter yang baik serta kepribadian yang utuh, selain dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melalui pendidikan nilai di sekolah. Pendidikan nilai di sekolah perlu dirancang dan dikelola sedemikian rupa, sehingga dalam proses pembelajaranya terjadi pula proses pembentukan sikap dan perilaku yang baik. Dalam menjalankan prinsip itu nilai-nilai yang diajarakan harus termanifestasikan dalam kurikulum, sehingga semua siswa faham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu menterjemahkanya dalam perilaku nyata.

(60)

42

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholder-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

Pada Panduan Pendidikan Karakter Kemendiknas menyebutkan bahwa, Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).

(61)

43

saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbagsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa”.

Terkait dengan hal tersebut diatas Pemerintah menjadikan Pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan utama mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat

berakhlak mulia, bermoral, berbudaya, dan beradab berdsarkan falsafah Pancasila”. Yang juga sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan

nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan Nasional, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis,serta bertanggung jawab”.

(62)

44

Untuk mencapai tujuan yang pasti, dalam lingkungan tersebut anak-anak ditanamkan karakter dasar yang dipilih untuk dijadikan pijakan. Sehingga dalam lingkungan tersebut siswa dibentuk menjadi anak yang berkarakter sesuai dengan tujuan. Tujuan karakter sendiri adalah mendorong lahirnya anak yang tumbuh dalam karakter yang baik dengan komitmen dan kapasitas untuk melakukan berbagai hal yang terbaik, benar serta cenderung untuk memiliki tujuan hidup. Keefektifan dalam menjalankan pendidikan karakter itu dilihat dari lingkungan sekolah, karena di lingkungan tersebut siswa banyak menghabiskan waktu untuk belajar, berinteraksi, dengan lingkungan dan lain sebagainya.

2.2.2 Pengitegrasian Karakter

Srategi yang dapat dilakukan untuk pengintegrasian karakter ada 2 cara yaitu:

1. Pengitegrasian dalam kegiatan sehari-hari

Pelaksanaan strategi ini dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut.

1) Keteladanan / contoh

Kegiatan pemberian contoh/teladan ini bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik.

2) Kegiatan spontan

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman
Tabel:1.1 Data Pelanggaran Tata Tertib Siswa  (Bimbingan Konseling  SMPN 7 Kotabumi T.P
Tabel 2.1 Deskripsi Nilai-nilai Budaya (Panduan Pendidikan Karakter, 2010)
Gambar : 3.1. Prosedur atau Alur Penelitian (Maleong, 2011:  17)
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehingga pada akhirnya, adanya kebermaknaan dalam hidup membuat bekerja bukan lagi sekedar aktivitas yang bersifat transaksional, tidak bahagia, merasa terbebani

Mengecam sekurang-kurangnya lima daripada tujuh perkataan kata nama am konkrit yang terdapat dalam lirik lagu bertajuk Bangun Pagi dengan

Sewa adalah pemanfaatan aset tetap oleh mitra dalam jangka waktu tertentu. dan menerima imbalan

Sementara untuk nilai koefisien tertinggi pada variabel independen persepsi terdapat pada indikator layanan aplikasi mobile banking BNI memberikan respon yang

Dalam rangka tujuan pengendalian pengeluaran kas, pembentukan kas kecil sebaiknya menggunakan sistem dana tetap (Imprest Fund System), dimana perusahaan melakukan estimasi

Gerakan Infaq Beras Jakarta menjadi jembatan amal sholeh dimana gerakan ini hanya untuk menjembatanin antara OTA (Orang Tua Asuh) yang ingin berdonasi atau berinfaq untuk

Pada masa perkembangan awal sistem informasi dua dekade yang lalu, pada ahli sistem informasi menganggap bahwa sistem informasi adalah disiplin terapan yang didasarkan pada