• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, GROWTH DAN INSIDER OWNERSHIP TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, GROWTH DAN INSIDER OWNERSHIP TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, GROWTH DAN INSIDER OWNERSHIP TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

Oleh Rani Fitria

Kebijakan dividen merupakan panduan yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menentukan jumlah uang yang akan dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada investor

tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA), Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), Growth yang diukur dengan GROWTH, dan Insider Ownership yang diukur dengan INSIDER terhadap Kebijakan Dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR).

Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan manufaktur yang membayar dividen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012. Análisis data yang digunakan adalah análisis jalur dengan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa variabel Return On Asset (ROA), Growth (GROWTH), dan Insider Ownership (INSIDER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen payout ratio (DPR), sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LEVERAGE, GROWTH AND INSIDER OWNERSHIP ON DIVIDEND POLICY

By Rani Fitria

Dividend policy is an established guide for the firm to determine the amount of money it will pay out as dividends to investors. The size of the dividend to be distributed by the company to investors depends on the dividend policy of each company. This study aims to examine and analyze the effects of profitability measured by Return On Asset (ROA), leverage measured by Debt to Equity Ratio (DER), Growth as measured by the GROWTH, and Insider Ownership as

measured by INSIDER on dividend policy as measured by the Dividend Payout Ratio (DPR).

This research used 10 of Manufacturing companies listed that paid dividend in Indonesia Stock Exchange from 2008 until 2012 period. Analysis of the data used is path analysis with SPSS program

The test results showed the variable of Return On Asset (ROA), Growth (GROWTH), and Insider Ownership (INSIDER) not shows influence on the Dividend Payout Ratio (DPR), while the Debt to Equity Ratio (DER) shows negative significant influence on the Dividend Payout Ratio (DPR).

(3)

DIVIDEN

Oleh Rani Fitria

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana Ekonomi

Pada

Program Studi Strata Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Branti pada tanggal 18 Desember 1987 dan merupakan anak ke enam dari delapan bersaudara, putri pasangan yang berbahagia Sofyan Sawi dan Ermiati Adnin (Alm).

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah taman kanak –

kanak di TK Daarul Ma’arif pada tahun 1993, kemudian melanjutkan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Haduyang diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2006.

(8)

Persembahan

Ku persembahkan karya kecilku ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada ALLAH SWT serta rasa hormat dan cinta kasihku yang tulus kepada :

1.Papa dan Alm. Mamaku tercinta yang telah bersusah payah membesarkan, mendidik dan membiayai serta mendoakanku hingga aku berhasil

2. Abang, UnidanAdik-adikku yang menantikan keberhasilanku

3. Catur Pipit Ardianto yang selalutulusmensupportuntukkeberhasilanku

(9)

MOTTO

“Allah tidak akan memberikan kesulitan diluar kemampuan umatnya”

“Jangan menyerah disaat kita gagal, karena dari kegagalan itu kesuksesan akan

(10)

i

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 5

1.3. Batasan Masalah... 5

1.4. Tujuan Penelitian... 6

1.5. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis... 7

2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen... 7

2.1.2. Teori Kebijakan Dividen... 8

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen.. 11

2.1.4. Pola Pembayaran Dividen Tunai... 13

2.1.5. Syarat Pembayaran Dividen... 14

2.1.6. Kendala Pembagian Dividen... 15

2.2. Pengertian Profitabilitas... 16

2.3. Pengertian Leverage... 19

2.4. Pengertian Growth... 20

2.5. Pengertian Insider Ownership………... 21

2.6. Penelitian Terdahulu... 22

2.7. Kerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis... 23

2.7.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen... 24

2.7.2. Pengaruh Leverage Terhadap Kebijakan Dividen... 25

2.7.3. Pengaruh Growth Terhadap Kebijakan Dividen... 26

2.7.4. Pengaruh Insider Ownership Terhadap Kebijakan Dividen 27 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Pengumpulan Data... 29

3.2. Populasi dan Sampel... 29

3.3. Variabel Penelitian... 31

3.3.1. Variabel Dependen (Y)... 31

3.3.2. Variabel Independen (X)... 32

3.4. Metode Analisis Data... 33

3.5. Uji Asumsi Klasik... 34

(11)

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif... 38

4.2. Uji Asumsi Klasik... 40

4.2.1. Uji Normalitas... 40

4.2.2. Uji Multikolonearitas... 43

4.2.3. Uji Autokorelasi... 44

4.2.4. Uji Heterokedastisitas... 45

4.3. Regresi Linier Berganda... 46

4.4. Pengujian Hipotesis... 48

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 54

5.2. Keterbatasan Penelitian... 55

5.3. Saran... 56

5.4. Implikasi... 56

DAFTAR PUSTAKA……….. 57

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu... 21

2. Kriteria Pemilihan Sampel... 29

3. Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen... 30

4. Durbin Watson d Test : Pengambilan Keputusan... 35

5. Statistik Deskriptif... 37

6. Hasil Uji Normalitas... 40

7. Hasil Uji Multikolonearitas... 42

8. Hasil Uji Autokorelasi... 43

9. Hasil Analisis Regresi Linier... 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Hasil Perhitungan ROA... 59

2. HasilPerhitungan DER... 60

3. Hasil Perhitungan GROWTH... 61

4. Hasil Perhitungan INSIDER... 62

5. Hasil Perhitungan DPR... 63

6. Hasil Pengujian Deskriptive Statistics dan Pengujian Normalitas... 64

7. Grafik Pengujian Normalitas (Grafik)... 65

8. Hasil Pengujian Multikolonearitas... 66

9. Hasil Pengujian Autokorelasi... 67

10. Hasil Pengujian Heterokedastisitas... 68

11. Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda... 69

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hasil Uji Normalitas (Grafik)... 41

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatkan nilai

perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai keuntungan yang ditargetkan. Melalui

keuntungan yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Perkembangan ekonomi yang meningkat menuntut manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat mempertahankan stabilitas perusahaan dan menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat terutama bagi perusahaan yang go public di pasar modal. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian akan disalurkan ke sektor-sektor yang produktif Tujuan utama investor menanamkan modalnya ke perusahaan yang go public

adalah untuk mendapatkan pengembalian investasi/keuntungan (return). Return

(16)

2

belinya (capital gain) ataupun dividen (balas jasa atas dana yang dihimpun oleh emiten dalam bentuk kepemilikan saham para pemegangnya). Pemegang saham lebih banyak tertarik dengan dividen yang bisa didapatkan sekarang daripada

capital gain. Dividen yang dibayarkan tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, Kebijakan tersebut merupakan kebijakan dividen yang melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan keduanya saling bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya.

Kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan seberapa besar bagian dari pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) dalam perusahaan (Andriyani, 2008). Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan yang penting bagi perusahaan, karena pembagian dividen merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendistribusikan kemakmuran kepada pemegang saham. Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) yang merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. Peneliti mencoba menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan dividen yang akan dibagikan oleh

perusahaan kepada pemegang saham yaitu Profitabilitas, Leverage,Growth,

(17)

Kebijakaan pembayaran dividen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain peraturan hukum, kebutuhan untuk pelunasan utang, likuiditas perusahaan, posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak, tingkat ekspansi asset, stabilitas laba, akses ke pasar modal, kendali perusahaan dan tingkat inflasi. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kebijakan dividen.

Pembayaran dividen terhadap pemegang saham tergantung atas jumlah laba yang dilaporkan atau jumlah laba yang ditahan, ketersediaan dana untuk melakukan pembayaran dividen, dan deklarasi dividen oleh pemegang saham (Sartono, 2008) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit). Laba Inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. Indikator yang digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu Return On Assets (ROA) yang merupakan suatu ukuran menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas seluruh dana yang diinvestasikan. Dalam dunia bisnis sekarang hampir tidak ada lagi perusahaan yang semata-mata dibiayai dari modal sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang otomatis didukung dari modal utang (Sitanggang, 2012:25).

(18)

4

menggunakan investasi dengan sebaik-baiknya. Indikator yang digunakan growth

yaitu Asset Growth atau Total asset yang menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan (Shitta, 2011).

Pada penelitian Sariwati (2011) yang menguji insider ownership, free cash flow,

dan profitabilitas terhadap dividen payout ratio (DPR), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa insider ownership dalam perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR, sedangkan variabel profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap DPR. Heti (2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh insider ownership, institutional ownership, dispersion of ownership, dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen, penelitian tersebut diperoleh kesimpulan insider ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, institutional ownership, tingkat pertumbuhan dan risiko perusahaan berpegaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, serta dispersion of ownership berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen

(19)

dividen tunai mambantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya ke dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang dividen yaitu : “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Growth dan Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen? 2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen? 3. Bagaimana pengaruh growth terhadap kebijakan dividen?

4. Bagaimanapengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen?

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan memberikan hasil yang baik, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya terbatas dalam kurun waktu lima tahun yaitu 2008-2012

(20)

6

3. Penelitian ini hanya membatasi pada perusahaan industri yang bergerak di bidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas, leverage, growth dan insider ownership terhadap kebijakan dividen,serta diantara faktor-faktor tersebut manakah yang memiliki pengaruh yang dominan terhadap kebijakan dividen.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi akademis, sebagai referensi dan informasi untuk dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai kebijakan dividen, dan diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai kebijakan dividen di masa yang akan datang.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2008 : 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba

yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai

dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Kebijakan

dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) antara penggunaan

pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau

untuk digunakan didalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan

didalam perusahaan (Riyanto, 2001:265).

Kebijakan mengenai dividen mengacu kepada pilihan perusahaan apakah akan

membagikan dividen dalam bentuk kas ataupun dalam bentuk lainnya, berapa

besaran dividen yang akan dibagikan, dan seberapa sering dividen akan dibagikan.

Kebijakan dividen perusahaan dapat berubah-ubah sepanjang waktu sesuai dengan

pertimbangan perusahaan pada waktu itu dan berbeda antar satu perusahaan

(22)

8

perusahaan dapat menggunakan satu dari alternatife kebijakan dividen mengenai

pola pembayaran dividen berikut:

a) Rasio pembayaran dividen konstan

Dalam kebijakan ini, dividend payout ratio yang ditetapkan perusahaan

konstan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, walaupun dividend payout ratio

konstan, umlah nominal dividen per saham akan berfluktuasi sesuai

dengan variasi pendapatan setelah pajak perusahaan.

b) Dividen per saham konstan

Kebijakan ini merupakan kebalikan dari kebijakan rasio pembayaran

dividen konstan. Dalam kebijakan ini, perusahaan menetapkan besaran

dividen per saham yang konstan dari tahun ke tahun. Jadi, walaupun

pendapatan setelah pajak perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke

tahun, akan tetapi besarnya dividen per saham yang dibagikan perusahaan

akan tetap sama.

c) Dividen kecil dan teratur plus ekstra akhir

Dalam kebijakan ini, perusahaan membagikan dividen yang kecil untuk

tiap lembar sahamnya secara teratur. Apabila nantinya pada akhir tahun

laba perusahaan mengalami peningkatan maka terdapat ekstra dividen

yang dibagikan kepada para pemegang saham.

2.1.2. Teori Kebijakan Dividen

Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang dividen

diantranya yaitu (Sartono, 2008) :

(23)

Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak

mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

Peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang

diperoleh perusahaan juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas

kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan

penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh

karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini

dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya dalam bentuk

capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi

oleh kebijakan dividen saat ini maupun dimasa datang.

2. The Bird in Hand Theory

Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner yang berpendapat bahwa

investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa

pembayaran dividen daripada menunggu capital gain.

3. Tax Pteferance Theory

Teori ini menyatakan bahwa Investor menghendaki perusahaan untuk

menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi

dari pada dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya

menentukan dividen payout ratio yang rendah atau bahkan tidak

membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak yang

lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta tingkat

keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield yang

(24)

10

Selain teori diatas terdapat dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami

kebijakan dividen adalah (Brigham, 1999) :

1. Information Content or Signaling Hypothesis

Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang

diatas kenaikan nirmal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para

investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan

yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau

kenaikan dividen yang dibawah kenaikan norma diyakini investor sebagai

suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dimasa mendatang.

Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga

setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan

oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi

terhadap dividen.

2. Clientele Effect

Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki

preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.

Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih

menyukai dividend payout ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok

investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika

(25)

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen : (Sartono,

2008)

(1) Kebutuhan Dana Perusahaan

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan faktor

yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang

akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal

dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan

persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain

yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam

analisis kebijakan dividen.

(2) Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak

kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,

maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara

keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar

dividen.

(3) Kemampuan Meminjam

Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan

fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga

dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal

(26)

12

memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam

yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.

(4) Keadaan Pemegang Saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen

biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan

dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada

dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka

memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan

dividen payout ratio yang rendah. Dengan dividend payou ratiot yang

rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba

untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang

jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang

diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

(5) Stabilitas Dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada

dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap

memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan yang ditujukan oleh

koefisien arah positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil

merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan

demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan

(27)

2.1.4. Pola Pembayaran Dividen Tunai

Menurut Sartono (2008) ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan

antara lain :

1. Kebijakan Dividen yang Stabil

Kebijakan ini merupakan pola pembagian dividen perlembar saham yang

dibayarkan dalam rupiah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu,

meskipun pendapatan/keuntungan perlembar sahamnya berfluktuasi.

Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian

apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan

pendapatan tersebut nampak mantap dan permanen, barulah besaran

dividen perlembar saham dinaikkan. Dividen yang sudah dinaikkan ini

akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra

tertentu.

Kebijkan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham

setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan

membagikan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya

jika kondisi keuangan perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya

sebesar dividen minimal saja. Namun jika dividen ekstra ini dibayarkan

terus-menerus kepada investor, maka tujuan pembagian dengan

menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor cenderung akan

(28)

14

3. Kebijkan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan

Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya,

sehingga besarannya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang

diperoleh perusahaan.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarannya disesuaikan dengan

posisi dan kebijkan finansial perusahaan tiap bulan.

2.1.5. Syarat Pembayaran Dividen

Jika suatu perusahan mempertimbangkan pembagian dividen, ada dua persyaratan

utama yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Legalitas Dividen

Legalitas dividen dapat ditentunkan dengan melihat hukum suatu negara

yang berlaku. Sebagai contoh, hukum disuatu negara yang ada

menekankan pada solven atau tidaknya suatu perusahaan sebelum

perusaah mengadakan pembagian dividen dan ada yang menekankan

bahwa pembagian dividen tidak boleh melebihi nilai wajar dari aset neto,

bahkan ada yang menggunakan kombinasi keduanya.

2. Kondisi Keuangan

Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan perhatian yang lebih

daripada legalitas pembagian dividen. Pertimbangan harus diberikan pada

(29)

diumumkan manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan dana

untuk membayar dividen. Para direktur juga harus mempertimbangkan

pengaruh inflasi dan biaya pengganti sebelum melakukan komitmen

dividen.

2.1.6. Kendala Pembagian Dividen

Kendala-kendala dalam pembagian dividen :

1. Perjanjian Kredit atau Surat Pengakuan Utang

Perjanjian kredit biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang

dihasilkan sebelum pinjaman dilunasi. Disamping itu perjanjian kredit

sering kali mensyaratkan bahwa tidak ada dividen yang tidak dapat

dibagikan kecuali rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga dan

rasio-rasio pengaman lainnya melebihi batas minimum yang ditetapkan.

2. Ketidakcukupan Laba

Pembagian dividen tidak boleh melebihi laba ditahan pada pos neraca.

Pembatasan ini disebut impairment of capital rule, dirancang untuk

melindungi kreditur. Tanpa peraturan tersebut, suatu perusahaan yang

tengah dilanda masalah mungkin mendistribusukan sebagian besar asetnya

kepada pemegang saham dan membiarkan kreditur membatasi sendiri

(30)

16

3. Ketersediaan Dana

Dividen tunai hanya dapat dibagiakan dengan ketersediaan uang tunai.

Jadi, kekurangan uang tunai di bank dapat membatasi pembagian dividen.

Akan tetapi, hal ini biasanya diatasi bila perusahaan dapat memperoleh

pinjaman.

4. Denda Pajak Atas Penimbunan Laba yang Tidak Wajar

Untuk mencegah agar orang kaya tidak menggunakan perusahaan untuk

menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat peraturan khusus

mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar.

2.2. Pengertian Profitabilitas

Menurut Arilaha (2009), berpendapat bahwa profitabilitas perusahaan adalah

salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang

akan didapat dari aktivitas investasinya. Dari pengertian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil

diperoleh dari perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Profitabilitas adalah pengembalian atas investasi modal yang merupakan indikator

penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang dan berguna untuk

analisis likuiditas jangka pendek (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2010).

Bringham and Houston (2006) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat

pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil.

(31)

besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Oleh

karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki sumber dana

dari dalam yang lebih sehingga tidak perlu menggunakan hutang banyak. Selain

itu, dengan bertambahnya laba ditahan, maka rasio hutang dengan sendirinya akan

lebih kecil.

Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu

periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang

terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan

keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan

selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi

perusahaan.

Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuaan perusahaan dalam

memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun

modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolok ukur ataupun

gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang

diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Laporan

keuangan seperti neraca, laporan rugi-laba dan cash flow dianalisis dengan

menggunakan alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan analisis. Alat analisis

keuangan antara lain : analisis sumber dan penggunaan dana, analisis

perbandingan, analisis trend, analisis leverage, analisis break even, analisis rasio

(32)

18

Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan

berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio atas dasar analisis kuantitatif, yang

menunjukkan hubungan antara satu unsure dengan unsure lainnya dalam laporan

rugi-laba dan neraca. Disamping itu juga, dipergunakan rasio-rasio finansial

perusahaan yang memungkinkan untuk membandingkan rasio suatu perusahaan

dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rasio rata-rata industri.

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba. Menurut Sartono (2008) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun

modal sendiri, maka profitabilitas sebagai berikut :

1. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) yang dihitung dari

laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Perhitungannya dapat

dilakukan sebagai berikut :

NPM = Laba Bersih Total Penjualan

Dimana semakin tinggi net profit margin, maka semakin baik operasi

perusahaan.

2. Hasil pengembalian modal (return on assets) dengan perhitungan sebagai

berikut :

ROA = Laba Bersih Total Aset

Pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam

mengahsilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang

tersedia dalam perusahaan perhitungannya adalah semakin tinggi rasio ini

(33)

3. Hasil pengembalian modal sendiri (return on net worth) merupakan rasio

bersih setelah pajak terhadap modal sendiri mengukur tingkat

pengembalian dari pemegang saham.

ROE = Laba Bersih Modal Sendiri

4. ROI (Return On Investment) menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa

diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

2.3. Pengertian Leverage

Bambang Riyanto (2011) menyatakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan

perusahaan membayar semua hutang-hutangnya. Apabila perusahaan menentukan

bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan

harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang

mana ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan

sebagai dividen. Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal

sendiri yang digunakan untuk membayar hutang secara sistematik.

Suharli (2007) terdapat dua macam leverage perusahaan, yaitu leverage operasi

dan leverage keuangan. Leverage operasi menunjukkan seberapa besar biaya tetap

digunakan dalam operasi perusahaan, sedangkan leverage keuangan adalah

penggunaan hutang yang menunjukkan sampai seberapa jauh hutang dan ekuitas

digunakan dalam struktur modal perusahaan. Rasio ini digunakan untuk

(34)

20

tersebut dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana

perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri. Jenis

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER).

Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan

perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban biaya hutang yang

harus dibayarkan perusahaan.

2.4. Pengertian Growth

Pertumbuhan perusahaan (growth) dapat menunjukkan peningkatan kinerja

keuangan perusahaan. Maria Ulfa (2009) menyatakan bahwa growth merupakan

tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan dan

pertumbuhan asset perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu

pertimbangan para investor dalam menanamkan investasinya. Perusahaan yang

memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi diharapkan akan memberikan

profitabillitas yang tinggi di masa depan, diharapkan laba lebih persisten,

sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

Menurut Islamiyah (2012) menyatakan bahwa growth (pertumbuhan perusahaan)

memiliki hubungan negatif dengan dividen. Hal ini bahwa pertumbuhan

perusahaan yang tinggi akan berhubungan secara negatif dengan pembayaran

dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka akan meningkat

(35)

berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam

perkembangan usahanya dari tahun ke tahun.

Alat ukur pertumbuhan perusahaan yang digunakan pada penelitian ini adalah

pertumbuhan asset. Asumsinya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengadakan pengembangan

usaha. Hal ini dapat dilihat dari perubahan asset perusahaan. Growth dapat

dihitung dengan menggunakan persentase kenaikan atau penurunan total asset

perusahaan dari suatu ke periode berikutnya .

2.5. Insider Ownership

Insider Ownership merupakan presentase saham yang dimiliki manajemen.

Dimana pihak manajemen yang dimaksud adalah direktur dan komisaris yang

aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Menurut Bringham (2006) pengertian

insider ownership adalah sebagai berikut :

“ presentase kepemilikan yang berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki

manajer dan direksi perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kompensasi

yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Secara matemati, nilai kepemilikan

manajerial ini diperoleh dari presentase saham perusahaan yang dimiliki dewan

direksi dan komisaris.”

Insider ownership diukur dengan membagi total saham yang dimiliki komisaris

(36)

22

2.6. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.

Ringkasan penelitian terdahulu

No Peneliti Masalah yang diteliti Hasil

1 Hatta (2002) Menguji bagaimana

pengaruh pertumbuhan

2 Heti (2006) Menguji pengaruh

insider ownership,

Menguji pengaruh free cash flow, profitabilitas,

(37)

likuiditas, dan leverage dividend an leverage

berpengaruh negatif.

4 Sariwati (2011) Menguji bagaimana

pengaruh insider ownership, free cash flow, dan profitabilitas terhadap dividend

2.7. Kerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis

Kerangka penelitian ini disusun berdasarkan variabel-variabel penelitian yaitu :

H1(+)

H2(-)

H3(-)

H4(-)

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diketahui kebijakan dividen

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Profitabilitas

Leverage

Growth Kebijakan Dividen

(38)

24

periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan menggunakan

Profitabilitas, Leverage, Growth dan Insider Ownership terhadap Kebijakan

Dividen. Dari hubungan analisis penilaian Profitabilitas, Leverage, Growth dan

Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen tersebut, jika kebijakan dividen

perusahaan itu bagus, semakin tinggi deviden maka semakin besar membayar

dividen. Sehingga pada tahap akhir penelitian akan dilihat kecenderungan

terhadap perubahan yang akan terjadi. Dari hasil perhitungan antara Profitabilitas,

Leverage, Growth dan Insider Ownership dapat dilihat dari segi mana perusahaan

mampu memperoleh penilaian yang baik dan juga penilaian yang masih kurang

baik dan juga dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan

dividen.

2.6.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen

Menurut Islamiyah (2012) menyatakan bahwa pihak manajemen akan

membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai kebehasilan

perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari

keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang

diperoleh maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen. Menurut Partington (1989) dalam Arilaha (2009), rasio

profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan

(39)

apabila terjadi penurunan laba yang memaksa manajemen untuk mendorong

dividen. Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan

tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas

keuntungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka akan

semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada investor. Profitabilitas mutlak

diperlukan perusahaan apabila hendak membayar dividen. Hal tersebut sejalan

dengan penelitian Suharli (2007) dan Arilaha (2009), Hatta (2002) yang terbukti

bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen.

Namun dalam penelitian Raharja (2007) dan Prihantoro (2003) mengemukakan

bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kebijakan dividen.

H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

2.6.2. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen

Asimetri informasi menyebabkan pendanaaan eksternal terlalu mahal bagi

perusahaan, karena itu perusahaan lebih memprioritaskan dana internal daripada

eksternal. Apabila dana internal tidak mencukupi, maka perusahaan dituntut untuk

melakukan pendanaan eksternal yang biasanya lebih mengutamakan pendanaan

utang daripada saham. Sehingga leverage perusahaan digunakan untuk

pembayaran dividen agar dapat menjaga performa dan signal perusahaan bagi

investor.

Menurut Bringham dan Enhardt (dalam Suharli dan Harahap, 2004) semakin besar

(40)

26

dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan secara

eksternal. Sehingga semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur

modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya

yang akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibagikan. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan (Prihantoro, 2003). Namun, bertentangan

dengan Suharli dan harahap (2004) dimana leverage tidak memberi pengaruh

yang signifikan terhadap kebijakan mengenai jumlah pembagian dividen.

H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

2.6.3. Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Dividen

Sulistiyowati.,et al (2010) menyatakan bahwa growth (pertumbuhan perusahaan)

memilki hubungan negatif dengan dividen. Hal ini bahwa pertumbuhan

perusahaan yang tinggi akan berhubungan secara negatif dengan pembayaran

dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka akan meningkat

kebutuhan perusahaan uuntuk membiayai ekspansinya. Perusahaan yang

berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam

perkembangan usahanya dari tahun ke tahun. Semakin cepat tingkat pertumbuhan

suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk

membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu

mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada

membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham. Penelitian Suharli

(41)

(2007) serta Hatta (2002) tidak menemukan adanya pengaruh antara pertumbuhan

dengan kebijakan dividen.

H3 : Pertumbuhan perusahaanberpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

2.6.4. Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen

Di dalam perusahaan terdapat kepemilikan orang dalam perusahaan yang terlibat

secara langsung dengan informasi perusahaan dan disebut dengan Insider

Ownership, yaitu pemilik sekaligus pengelola perusahaan atau semua pihak yang

mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan yang

mempunyai akses langsung terhadap informasi di dalam perusahaan (Sariwati,

2011).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Demsey dan Laber (1992) seperti dikutip

Heti (2006) menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari

monitoring perusahaan yang berarti perusahaan cenderung membayar dividen

tinggi jika manajer memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Penetapan dividen

rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi dimasa depan yang

dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai

dividen tinggi, maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan

peningkatan dividen.

Hasil penelitian Sariwati (2011) menunjukkan variabel insider oenership tidak

(42)

28

sedangkan Heti (2006) hasil penelitiannya menunjukan bahwa insider ownership

berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan sekunder, yaitu laporan yang diperoleh

secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Data tersebut merupakan data kuantitatif dari laporan keuangan (annual report)

perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan situs resmi perusahaan

sampel. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari data

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

diperoleh dari www.idx.co.id

Alasan menggunakan metode purposive sampling karena dalam penelitian ini

meneliti kebijkan dividen, sehingga perusahaan yang tidak membagi dividen tidak

dapat dilakukan penelitian.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang go-publik di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel adalah

(44)

30

diambil dari data sumber penelitian. Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini

menggunakan metode penyampelan besaran (purposive sampling method) yang

informasinya dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

Kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel berdasarkan metode purposive

sampeling yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan BEI yang menjadi sampel dalm penelitian ini melakukan

pembayaran dividen tunai secara berturut-turut selama periode

pengamatan yaitu tahun 2008-2012

2. Perusahaan yang menjadi sampel aktif/ tidak delisting oleh BEI selama

periode tahun 2008-2012

3. Perusahaan tersebut selalu menyajikan laporan keuangan selama periode

tahun 2008-2012 dan memiliki data yang dibutuhkan penulis.

Tabel 2.

Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

No Penjelasan Jumlah

1 Sampel yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2007-2011

188

2 Perusahaan manufaktur yang delisting dari BEI (44) 3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki laporan keuangan

lengkap dari tahun 2007-2011

(56)

4 Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan dividen tunai berturut-turut dari tahun 2007-2011

(78)

5 Sampel perusahaan yang diteliti dan memiliki data yang diperlukan

10

Dari penjelasan diatas hanya diperoleh sampel sebanyak 10 perusahaan

manufaktur yang mebagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 2008-2012

(45)

Berikut daftar perusahaan sampel dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 3.

Perusahaan manufaktur yang mebagikan dividen tunai

No. Nama Perusahaan Kode

1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

2. PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA

3. PT. AKR CorporindoTbk AKRA

4. PT. LautanLuasTbk LTLS

5. PT. Lionmesh Prima Tbk LMSH

6. PT. Lion Metal Works Tbk LION 7 PT. Metrodata Electronics Tbk MTDL

8 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 9 PT. Tempo Scan Pacific Tbk TSPC

10 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID

Sumber : www.idx.co.id

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan

dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para

pemegang saham yaitu pembagian laba dalam jumlah dividen yang dibayarkan

tergantung dari kebijakan setiap perusahaan. Dalam penelitian ini, kebijakan

dividen diukur dengan menggunakan rasio pembayaran dividen (dividend payout

ratio). Dividen Payout Ratio (DPR) diukur dengan menggunakan rumus sebagai

(46)

32

DPR = Dividen Per Lembar Saham Laba Bersih Per Lembar Saham

3.3.2. Variabel Independen (X)

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas,

Leverage, Growth dan Insider Ownership.

1. Profitabilitas

Profitabiltas merupakan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba pada

masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan.

Untuk mengukur tingkat profitabilitas, peneliti menggunakan Return On Asset

(ROA) sebagai proksi profitabilitas dengan skala pengukuran berupa rasio,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

ROA = Laba Bersih Total Aset

2. Leverage

Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana

yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi

pemilik perusahaan. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER)

sebagai proksi untuk mengukur leverage yaitu :

(47)

3. Growth

Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan

pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun, dengan

menggunakan rumus :

Asset Growth = (Total Asset t – Total asset t-1 ) Total Asset t-1

Keterangan :

Growth = pertumbuhan asset perusahaan pada tahun ke- t

Total Asset t = asset pada tahun ke- t

Total Asset t-1 = asset pada tahun ke t-1

4. Insider Ownership

Insider ownership adalah pemilik sekaligus pengelola perusahaan yang terdiri dari

manager, direktur, komisaris, insider ownership dihitung dengan rumus :

INSIDER = Jumlah saham yang dimiliki komisaris dan direktur

Total saham

3.4. Metode Analisis Data

Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis rgresi berganda. Dalam

regresi berganda digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian terbukti

signifikan atau tidak signifikan dan untuk mengetahui arah hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel

(48)

34

Persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y : dividend payout ratio

a : konstanta

b : koefisien regresi

X1 : profitabilitas

X2 : leverage

X3 : growth

X4 : insider ownership

e : error

3.5. Uji Asumsi Klasik

Penelitian dengan menggunakan model analisis regresi membutuhkan pengujian

asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil

estimasi regresi yang dilakukan bebas dari adanya gejala heteroksidasitas,

multikolinearitas, dan autokorelasi. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi

(49)

menguji kenormalan distribusi data dapat dilakukan dengan mengamati

Probability Plot of Regression Standardize residual. Normalitas ini

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari

grafik. Selain itu, uji statistic terhadap normalitas juga dapat dilakukan

dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S).

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi

linier ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan

variabel pengganggu periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi

yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi model regresi tersebut tidak

mengandung korelasi, maka dipergunakan Durbin Watson Statistic.

Pengujian Durbin Watson ini dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin

Watson dari hasil estimasi. Berikut ini yang dapat dipergunakan untuk

(50)

36

Tabel 4. Durbin Watson d test : Pengambilan Keputusan

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤4 - dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 - du

Ket : du : durbin watson upper, dl : durbin watson lower

3. Uji Multikolonearitas

Uji multikolonearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

yang berarti antara masing-masing variabel bebas dalam model regresi.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonearitas di dalam regresi sebagai

berikut :

• Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak

signifikan mempengaruhi variabel terikat.

• Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika antar variabel

bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal

ini merupakan indikasi adanya multikolonearitas.

• Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum dilakukan dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas

(51)

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketiksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain, jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heterokskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokskedastisitas. Hal ini dapat

dideteksi dengan uji Glejser atau dengan melihat scatterplot. Ketentuan

untuk scatterplot atau pola diagram pancar sebagai berikut :

a. Jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang

teratur maka regresi mengalami gangguan heterokskedastisitas.

b. Jika diagram pancar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak

mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.6. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

SPSS. Pengujian terhadap signifikan koefisien regresi adalah dengan

menggunakan nilai probabilitas (p-value) dibandingkan dengan tingkat signifikan

(α) yang berarti bahwa resiko tingkat kesalahan dalam pengujian ini α = 5%

dengan keputusan sebagai berikut:

Jika p-value > 0,05 maka terima Ha

(52)

54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

Berdasarkanhasilanalisa data danpengujianhipotesispadababsebelumnya,

makadiperolehbeberapakesimpulansebagaiberikut :

1. Hasilpengujianhipotesispertamamenunjukkanbahwaprofitabilitasyang

diwakilireturn on asset (ROA) tidakmemilikipengaruh yang signifikan

terhadapkebijakandividendengannilaisignifikansi.Penelitianinitidakmembuktik

anbahwasemakintinggitingkatprofitabilasmakasemakintinggilabadividentunai

yang akandibagikankepadapemegangsaham.

2. Hasilpengujianhipotesiskeduamenunjukkanbahwavariabelleverage

berpengaruhnegatifsignifikanterhadapkebijakandividentunai. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk

struktur modal perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah

kewajibannya.

3. Hasilpengujianhipotesisketigamenunjukanbahwagrowth

(53)

Penelitianinimenunjukkanbahwasemakintinggitingkatpertumbuhanperusahaan

makamemungkinkanperusahaantersebuttidakmembagikandividen.

4. Hasilpengujianhipotesiskeempatmenunjukkanbahwainsider

ownershipmemilikipengaruhterhadapkebijakandividentunai.Hasilanalisisdala

mpenelitianinimenunjukkanbahwatingginyajumlahinsider

ownershipmenyebabkanrendahnyarasiopembayarandevidentunai.

5.2.KeterbatasanPenelitian

Penelitianinimemilikiketerbatasandarihasilpenelitian, yaitusebagaiberikut :

1. Penulismenggunakan4 variabelyaitu : profitabilitas, leverage, growth

daninsider ownership.

2. Adanyaketerbatasan data padasampelpenelitian yang digunakan,

hanyaperusahaanmanufaktur yang terdaftar di BEI

selamalimatahunberturut-turut. Sehinggasampel yang

didapatjumlahnyamasihsedikitdankurangmenggambarkanperusahaansecarake

(54)

56

5.3. Saran

Mendasardariketerbatasandiatas, makapenelitimenyampaikanbeberapa saran yaitu

:

1. Diharapkanuntukpenelitian yang selanjutnyauntukmenambahvariabel yang

digunakan, mengingatmasihbanyakvariabel lain yang

berperandalammempengaruhikebijakandividen.

2. Penelitianselanjutnyadiharapkanmemperluassampelperusahaanyang

tidakhanyapadaperusahaanmanufakturuntukmemperkuathasilpenelitian.

5.4. Implikasi

Penelitian ini memberikan implikasi bagi akademis sebagai bahan acuan atau

referensi dalam memahami kebijakan dividen dan faktor – faktor yang

mempengaruhinya pada suatu investasi. Penelitian ini juga dapat mencerminkan

dan memperkaya informasi ilmiah mengenai kebijakan dividen.

Bagi investor, pertimbangan mengenai kebijakan dividen dan faktor – faktor yang

mempengaruhinya menjadi penting sebelum melakukan atau membuat kebijakan

investasi. Begitu juga bagi perusahaan itu sendiri sebagai pertimbangan dan bahan

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Maria. 2008. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Invesment Opportunity Set (IOS) dan Profitability

Terhadap Kebijakan Dividen. Tesis. Pasca Sarjana. Universitas

Diponegoro

Arilaha, Muhammad A.2009.”Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas,

Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen”.Jurnal Keuangan

danPerbankan.Vol.13, No. 1, hal. 78-87.

Bringham & Houston. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.

Hanafi, Mamduh, dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan

Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI. Vol.6, No.2, hal.1-22.

Heti, Christina. 2006. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership, Dispersion of Ownership, dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi.

Islamiyah, Rizki. 2012. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan

Manufaktur di BEI. Skripsi FE. STIE Perbanas Surabaya.

Jannati, Attina. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Growth Terhadap

Kebijakan Dividen. Skripsi dipublikasikan. Universitas Siliwangi

Marpaung, Elyzabet Indrawati dan Bram Hadianto. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik Pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Akuntansi. Vol.1, No.1, hal. 70-84.

Raharja, Anna Agustin. 2007. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Perusahaan Aneka Industri Berdasarkan Pengelompokkan Dividend Payers, Former Payers, and Never Paid. Skripsi. Surabaya : FE-Universitas Petra Christian.

Riyanto, Bambang.2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.

(56)

58

Sariwati, Ina. 2011. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Dividen Payot Ratio Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas STIE Perbanas.

Surabaya.

Sartono, Agus, 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi ke empat, BPFE. Yogyakarta.

Sitanggang. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.

Sulistiyowati, Indah., Anggraini, Ratna., dan Utaminingtyas, Tri H., 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Oppurtunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.9, No.1, hal.9-17.

Suharli, Michell dan Sofyan F. Harahap. 2004. Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan

Informasi. Vol.4, No.3, hal.223-245.

Wild, J J, Subramanyam, dan Hasley, R F. (2010). Analisis laporan Keuangan.

Buku 2. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
+2

Referensi

Dokumen terkait

diajar dengan strategi pembelajaran simulasi lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori, (2) hasil belajar

Algoritma ini menerapkan sifat masing masing individu dalam satu kelompok besar kemudian menggabungkan sifat sifat tersebut untuk menyelesaikan masalah.[1] Algoritma

Isi surat rujukan Puskesmas Sambas terdiri atas kop surat, nomor surat, perihal, tempat dan tanggal penulisan surat, tempat rujukan yang dituju, identitas pasien (nama,

Karena pembakaran yang tidak sempurna, tungku terbuka juga menghasilkan asap dan gas-gas volatile organic compounds (VOC) yang membahayakan bagi lingkungan dan

Berakitan dengan perilaku kejahatan yang banyak dilakukan oleh manajemen puncak tersebut dan dampaknya yang akan terjadi pada kalangan internal organisasi, peneliti

nilai yang terkandung didalamnya untuk diimplementasikan dengan baik dan diutamakan asas non-diskriminasi dalam setiap konfik atau pelanggaran yang terjadi

Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai apakah penerapan metode everyone is a teacher here dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses

Pokok permasalahan penelitian ini adalah pengaruh keberadaan TPI Lappa Di sinjai utara terhadap ekonomi masyarakat ? Pokok masalah tersebut di- breakdow ke dalam beberapa