ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, GROWTH DAN INSIDER OWNERSHIP TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
Oleh Rani Fitria
Kebijakan dividen merupakan panduan yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menentukan jumlah uang yang akan dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada investor
tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA), Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), Growth yang diukur dengan GROWTH, dan Insider Ownership yang diukur dengan INSIDER terhadap Kebijakan Dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR).
Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan manufaktur yang membayar dividen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012. Análisis data yang digunakan adalah análisis jalur dengan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa variabel Return On Asset (ROA), Growth (GROWTH), dan Insider Ownership (INSIDER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen payout ratio (DPR), sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LEVERAGE, GROWTH AND INSIDER OWNERSHIP ON DIVIDEND POLICY
By Rani Fitria
Dividend policy is an established guide for the firm to determine the amount of money it will pay out as dividends to investors. The size of the dividend to be distributed by the company to investors depends on the dividend policy of each company. This study aims to examine and analyze the effects of profitability measured by Return On Asset (ROA), leverage measured by Debt to Equity Ratio (DER), Growth as measured by the GROWTH, and Insider Ownership as
measured by INSIDER on dividend policy as measured by the Dividend Payout Ratio (DPR).
This research used 10 of Manufacturing companies listed that paid dividend in Indonesia Stock Exchange from 2008 until 2012 period. Analysis of the data used is path analysis with SPSS program
The test results showed the variable of Return On Asset (ROA), Growth (GROWTH), and Insider Ownership (INSIDER) not shows influence on the Dividend Payout Ratio (DPR), while the Debt to Equity Ratio (DER) shows negative significant influence on the Dividend Payout Ratio (DPR).
DIVIDEN
Oleh Rani Fitria
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana Ekonomi
Pada
Program Studi Strata Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Branti pada tanggal 18 Desember 1987 dan merupakan anak ke enam dari delapan bersaudara, putri pasangan yang berbahagia Sofyan Sawi dan Ermiati Adnin (Alm).
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah taman kanak –
kanak di TK Daarul Ma’arif pada tahun 1993, kemudian melanjutkan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Haduyang diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2006.
Persembahan
Ku persembahkan karya kecilku ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada ALLAH SWT serta rasa hormat dan cinta kasihku yang tulus kepada :
1.Papa dan Alm. Mamaku tercinta yang telah bersusah payah membesarkan, mendidik dan membiayai serta mendoakanku hingga aku berhasil
2. Abang, UnidanAdik-adikku yang menantikan keberhasilanku
3. Catur Pipit Ardianto yang selalutulusmensupportuntukkeberhasilanku
MOTTO
“Allah tidak akan memberikan kesulitan diluar kemampuan umatnya”
“Jangan menyerah disaat kita gagal, karena dari kegagalan itu kesuksesan akan
i
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 5
1.3. Batasan Masalah... 5
1.4. Tujuan Penelitian... 6
1.5. Manfaat Penelitian... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis... 7
2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen... 7
2.1.2. Teori Kebijakan Dividen... 8
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen.. 11
2.1.4. Pola Pembayaran Dividen Tunai... 13
2.1.5. Syarat Pembayaran Dividen... 14
2.1.6. Kendala Pembagian Dividen... 15
2.2. Pengertian Profitabilitas... 16
2.3. Pengertian Leverage... 19
2.4. Pengertian Growth... 20
2.5. Pengertian Insider Ownership………... 21
2.6. Penelitian Terdahulu... 22
2.7. Kerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis... 23
2.7.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen... 24
2.7.2. Pengaruh Leverage Terhadap Kebijakan Dividen... 25
2.7.3. Pengaruh Growth Terhadap Kebijakan Dividen... 26
2.7.4. Pengaruh Insider Ownership Terhadap Kebijakan Dividen 27 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Pengumpulan Data... 29
3.2. Populasi dan Sampel... 29
3.3. Variabel Penelitian... 31
3.3.1. Variabel Dependen (Y)... 31
3.3.2. Variabel Independen (X)... 32
3.4. Metode Analisis Data... 33
3.5. Uji Asumsi Klasik... 34
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif... 38
4.2. Uji Asumsi Klasik... 40
4.2.1. Uji Normalitas... 40
4.2.2. Uji Multikolonearitas... 43
4.2.3. Uji Autokorelasi... 44
4.2.4. Uji Heterokedastisitas... 45
4.3. Regresi Linier Berganda... 46
4.4. Pengujian Hipotesis... 48
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 54
5.2. Keterbatasan Penelitian... 55
5.3. Saran... 56
5.4. Implikasi... 56
DAFTAR PUSTAKA……….. 57
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu... 21
2. Kriteria Pemilihan Sampel... 29
3. Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen... 30
4. Durbin Watson d Test : Pengambilan Keputusan... 35
5. Statistik Deskriptif... 37
6. Hasil Uji Normalitas... 40
7. Hasil Uji Multikolonearitas... 42
8. Hasil Uji Autokorelasi... 43
9. Hasil Analisis Regresi Linier... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Hasil Perhitungan ROA... 59
2. HasilPerhitungan DER... 60
3. Hasil Perhitungan GROWTH... 61
4. Hasil Perhitungan INSIDER... 62
5. Hasil Perhitungan DPR... 63
6. Hasil Pengujian Deskriptive Statistics dan Pengujian Normalitas... 64
7. Grafik Pengujian Normalitas (Grafik)... 65
8. Hasil Pengujian Multikolonearitas... 66
9. Hasil Pengujian Autokorelasi... 67
10. Hasil Pengujian Heterokedastisitas... 68
11. Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hasil Uji Normalitas (Grafik)... 41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatkan nilai
perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai keuntungan yang ditargetkan. Melalui
keuntungan yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Perkembangan ekonomi yang meningkat menuntut manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat mempertahankan stabilitas perusahaan dan menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat terutama bagi perusahaan yang go public di pasar modal. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian akan disalurkan ke sektor-sektor yang produktif Tujuan utama investor menanamkan modalnya ke perusahaan yang go public
adalah untuk mendapatkan pengembalian investasi/keuntungan (return). Return
2
belinya (capital gain) ataupun dividen (balas jasa atas dana yang dihimpun oleh emiten dalam bentuk kepemilikan saham para pemegangnya). Pemegang saham lebih banyak tertarik dengan dividen yang bisa didapatkan sekarang daripada
capital gain. Dividen yang dibayarkan tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, Kebijakan tersebut merupakan kebijakan dividen yang melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan keduanya saling bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya.
Kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan seberapa besar bagian dari pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) dalam perusahaan (Andriyani, 2008). Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan yang penting bagi perusahaan, karena pembagian dividen merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendistribusikan kemakmuran kepada pemegang saham. Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) yang merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. Peneliti mencoba menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan dividen yang akan dibagikan oleh
perusahaan kepada pemegang saham yaitu Profitabilitas, Leverage,Growth,
Kebijakaan pembayaran dividen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain peraturan hukum, kebutuhan untuk pelunasan utang, likuiditas perusahaan, posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak, tingkat ekspansi asset, stabilitas laba, akses ke pasar modal, kendali perusahaan dan tingkat inflasi. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kebijakan dividen.
Pembayaran dividen terhadap pemegang saham tergantung atas jumlah laba yang dilaporkan atau jumlah laba yang ditahan, ketersediaan dana untuk melakukan pembayaran dividen, dan deklarasi dividen oleh pemegang saham (Sartono, 2008) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit). Laba Inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. Indikator yang digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu Return On Assets (ROA) yang merupakan suatu ukuran menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas seluruh dana yang diinvestasikan. Dalam dunia bisnis sekarang hampir tidak ada lagi perusahaan yang semata-mata dibiayai dari modal sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang otomatis didukung dari modal utang (Sitanggang, 2012:25).
4
menggunakan investasi dengan sebaik-baiknya. Indikator yang digunakan growth
yaitu Asset Growth atau Total asset yang menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan (Shitta, 2011).
Pada penelitian Sariwati (2011) yang menguji insider ownership, free cash flow,
dan profitabilitas terhadap dividen payout ratio (DPR), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa insider ownership dalam perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR, sedangkan variabel profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap DPR. Heti (2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh insider ownership, institutional ownership, dispersion of ownership, dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen, penelitian tersebut diperoleh kesimpulan insider ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, institutional ownership, tingkat pertumbuhan dan risiko perusahaan berpegaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, serta dispersion of ownership berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen
dividen tunai mambantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya ke dalam perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang dividen yaitu : “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Growth dan Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen”.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen? 2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen? 3. Bagaimana pengaruh growth terhadap kebijakan dividen?
4. Bagaimanapengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen?
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan memberikan hasil yang baik, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya terbatas dalam kurun waktu lima tahun yaitu 2008-2012
6
3. Penelitian ini hanya membatasi pada perusahaan industri yang bergerak di bidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas, leverage, growth dan insider ownership terhadap kebijakan dividen,serta diantara faktor-faktor tersebut manakah yang memiliki pengaruh yang dominan terhadap kebijakan dividen.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi akademis, sebagai referensi dan informasi untuk dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai kebijakan dividen, dan diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai kebijakan dividen di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2008 : 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Kebijakan
dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) antara penggunaan
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau
untuk digunakan didalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan
didalam perusahaan (Riyanto, 2001:265).
Kebijakan mengenai dividen mengacu kepada pilihan perusahaan apakah akan
membagikan dividen dalam bentuk kas ataupun dalam bentuk lainnya, berapa
besaran dividen yang akan dibagikan, dan seberapa sering dividen akan dibagikan.
Kebijakan dividen perusahaan dapat berubah-ubah sepanjang waktu sesuai dengan
pertimbangan perusahaan pada waktu itu dan berbeda antar satu perusahaan
8
perusahaan dapat menggunakan satu dari alternatife kebijakan dividen mengenai
pola pembayaran dividen berikut:
a) Rasio pembayaran dividen konstan
Dalam kebijakan ini, dividend payout ratio yang ditetapkan perusahaan
konstan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, walaupun dividend payout ratio
konstan, umlah nominal dividen per saham akan berfluktuasi sesuai
dengan variasi pendapatan setelah pajak perusahaan.
b) Dividen per saham konstan
Kebijakan ini merupakan kebalikan dari kebijakan rasio pembayaran
dividen konstan. Dalam kebijakan ini, perusahaan menetapkan besaran
dividen per saham yang konstan dari tahun ke tahun. Jadi, walaupun
pendapatan setelah pajak perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun, akan tetapi besarnya dividen per saham yang dibagikan perusahaan
akan tetap sama.
c) Dividen kecil dan teratur plus ekstra akhir
Dalam kebijakan ini, perusahaan membagikan dividen yang kecil untuk
tiap lembar sahamnya secara teratur. Apabila nantinya pada akhir tahun
laba perusahaan mengalami peningkatan maka terdapat ekstra dividen
yang dibagikan kepada para pemegang saham.
2.1.2. Teori Kebijakan Dividen
Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang dividen
diantranya yaitu (Sartono, 2008) :
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang
diperoleh perusahaan juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas
kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan
penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh
karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini
dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya dalam bentuk
capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi
oleh kebijakan dividen saat ini maupun dimasa datang.
2. The Bird in Hand Theory
Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner yang berpendapat bahwa
investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa
pembayaran dividen daripada menunggu capital gain.
3. Tax Pteferance Theory
Teori ini menyatakan bahwa Investor menghendaki perusahaan untuk
menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi
dari pada dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya
menentukan dividen payout ratio yang rendah atau bahkan tidak
membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak yang
lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta tingkat
keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield yang
10
Selain teori diatas terdapat dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami
kebijakan dividen adalah (Brigham, 1999) :
1. Information Content or Signaling Hypothesis
Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang
diatas kenaikan nirmal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan
yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau
kenaikan dividen yang dibawah kenaikan norma diyakini investor sebagai
suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dimasa mendatang.
Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga
setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan
oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi
terhadap dividen.
2. Clientele Effect
Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih
menyukai dividend payout ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok
investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen : (Sartono,
2008)
(1) Kebutuhan Dana Perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang
akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal
dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan
persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam
analisis kebijakan dividen.
(2) Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
(3) Kemampuan Meminjam
Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan
fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal
12
memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam
yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.
(4) Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan
dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada
dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka
memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan
dividen payout ratio yang rendah. Dengan dividend payou ratiot yang
rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba
untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang
jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
(5) Stabilitas Dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap
memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan yang ditujukan oleh
koefisien arah positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil
merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan
demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan
2.1.4. Pola Pembayaran Dividen Tunai
Menurut Sartono (2008) ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan
antara lain :
1. Kebijakan Dividen yang Stabil
Kebijakan ini merupakan pola pembagian dividen perlembar saham yang
dibayarkan dalam rupiah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu,
meskipun pendapatan/keuntungan perlembar sahamnya berfluktuasi.
Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian
apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan
pendapatan tersebut nampak mantap dan permanen, barulah besaran
dividen perlembar saham dinaikkan. Dividen yang sudah dinaikkan ini
akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra
tertentu.
Kebijkan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham
setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan
membagikan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya
jika kondisi keuangan perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya
sebesar dividen minimal saja. Namun jika dividen ekstra ini dibayarkan
terus-menerus kepada investor, maka tujuan pembagian dengan
menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor cenderung akan
14
3. Kebijkan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan
Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya,
sehingga besarannya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang
diperoleh perusahaan.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarannya disesuaikan dengan
posisi dan kebijkan finansial perusahaan tiap bulan.
2.1.5. Syarat Pembayaran Dividen
Jika suatu perusahan mempertimbangkan pembagian dividen, ada dua persyaratan
utama yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Legalitas Dividen
Legalitas dividen dapat ditentunkan dengan melihat hukum suatu negara
yang berlaku. Sebagai contoh, hukum disuatu negara yang ada
menekankan pada solven atau tidaknya suatu perusahaan sebelum
perusaah mengadakan pembagian dividen dan ada yang menekankan
bahwa pembagian dividen tidak boleh melebihi nilai wajar dari aset neto,
bahkan ada yang menggunakan kombinasi keduanya.
2. Kondisi Keuangan
Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan perhatian yang lebih
daripada legalitas pembagian dividen. Pertimbangan harus diberikan pada
diumumkan manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan dana
untuk membayar dividen. Para direktur juga harus mempertimbangkan
pengaruh inflasi dan biaya pengganti sebelum melakukan komitmen
dividen.
2.1.6. Kendala Pembagian Dividen
Kendala-kendala dalam pembagian dividen :
1. Perjanjian Kredit atau Surat Pengakuan Utang
Perjanjian kredit biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang
dihasilkan sebelum pinjaman dilunasi. Disamping itu perjanjian kredit
sering kali mensyaratkan bahwa tidak ada dividen yang tidak dapat
dibagikan kecuali rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga dan
rasio-rasio pengaman lainnya melebihi batas minimum yang ditetapkan.
2. Ketidakcukupan Laba
Pembagian dividen tidak boleh melebihi laba ditahan pada pos neraca.
Pembatasan ini disebut impairment of capital rule, dirancang untuk
melindungi kreditur. Tanpa peraturan tersebut, suatu perusahaan yang
tengah dilanda masalah mungkin mendistribusukan sebagian besar asetnya
kepada pemegang saham dan membiarkan kreditur membatasi sendiri
16
3. Ketersediaan Dana
Dividen tunai hanya dapat dibagiakan dengan ketersediaan uang tunai.
Jadi, kekurangan uang tunai di bank dapat membatasi pembagian dividen.
Akan tetapi, hal ini biasanya diatasi bila perusahaan dapat memperoleh
pinjaman.
4. Denda Pajak Atas Penimbunan Laba yang Tidak Wajar
Untuk mencegah agar orang kaya tidak menggunakan perusahaan untuk
menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat peraturan khusus
mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar.
2.2. Pengertian Profitabilitas
Menurut Arilaha (2009), berpendapat bahwa profitabilitas perusahaan adalah
salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang
akan didapat dari aktivitas investasinya. Dari pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil
diperoleh dari perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Profitabilitas adalah pengembalian atas investasi modal yang merupakan indikator
penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang dan berguna untuk
analisis likuiditas jangka pendek (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2010).
Bringham and Houston (2006) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil.
besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Oleh
karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki sumber dana
dari dalam yang lebih sehingga tidak perlu menggunakan hutang banyak. Selain
itu, dengan bertambahnya laba ditahan, maka rasio hutang dengan sendirinya akan
lebih kecil.
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu
periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang
terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan
keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan
selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi
perusahaan.
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuaan perusahaan dalam
memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun
modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolok ukur ataupun
gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang
diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Laporan
keuangan seperti neraca, laporan rugi-laba dan cash flow dianalisis dengan
menggunakan alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan analisis. Alat analisis
keuangan antara lain : analisis sumber dan penggunaan dana, analisis
perbandingan, analisis trend, analisis leverage, analisis break even, analisis rasio
18
Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan
berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio atas dasar analisis kuantitatif, yang
menunjukkan hubungan antara satu unsure dengan unsure lainnya dalam laporan
rugi-laba dan neraca. Disamping itu juga, dipergunakan rasio-rasio finansial
perusahaan yang memungkinkan untuk membandingkan rasio suatu perusahaan
dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rasio rata-rata industri.
Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Menurut Sartono (2008) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri, maka profitabilitas sebagai berikut :
1. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) yang dihitung dari
laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Perhitungannya dapat
dilakukan sebagai berikut :
NPM = Laba Bersih Total Penjualan
Dimana semakin tinggi net profit margin, maka semakin baik operasi
perusahaan.
2. Hasil pengembalian modal (return on assets) dengan perhitungan sebagai
berikut :
ROA = Laba Bersih Total Aset
Pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
mengahsilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang
tersedia dalam perusahaan perhitungannya adalah semakin tinggi rasio ini
3. Hasil pengembalian modal sendiri (return on net worth) merupakan rasio
bersih setelah pajak terhadap modal sendiri mengukur tingkat
pengembalian dari pemegang saham.
ROE = Laba Bersih Modal Sendiri
4. ROI (Return On Investment) menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa
diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.
2.3. Pengertian Leverage
Bambang Riyanto (2011) menyatakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan
perusahaan membayar semua hutang-hutangnya. Apabila perusahaan menentukan
bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan
harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang
mana ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan
sebagai dividen. Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang secara sistematik.
Suharli (2007) terdapat dua macam leverage perusahaan, yaitu leverage operasi
dan leverage keuangan. Leverage operasi menunjukkan seberapa besar biaya tetap
digunakan dalam operasi perusahaan, sedangkan leverage keuangan adalah
penggunaan hutang yang menunjukkan sampai seberapa jauh hutang dan ekuitas
digunakan dalam struktur modal perusahaan. Rasio ini digunakan untuk
20
tersebut dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana
perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri. Jenis
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan
perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban biaya hutang yang
harus dibayarkan perusahaan.
2.4. Pengertian Growth
Pertumbuhan perusahaan (growth) dapat menunjukkan peningkatan kinerja
keuangan perusahaan. Maria Ulfa (2009) menyatakan bahwa growth merupakan
tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan dan
pertumbuhan asset perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu
pertimbangan para investor dalam menanamkan investasinya. Perusahaan yang
memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi diharapkan akan memberikan
profitabillitas yang tinggi di masa depan, diharapkan laba lebih persisten,
sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Menurut Islamiyah (2012) menyatakan bahwa growth (pertumbuhan perusahaan)
memiliki hubungan negatif dengan dividen. Hal ini bahwa pertumbuhan
perusahaan yang tinggi akan berhubungan secara negatif dengan pembayaran
dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka akan meningkat
berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam
perkembangan usahanya dari tahun ke tahun.
Alat ukur pertumbuhan perusahaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pertumbuhan asset. Asumsinya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengadakan pengembangan
usaha. Hal ini dapat dilihat dari perubahan asset perusahaan. Growth dapat
dihitung dengan menggunakan persentase kenaikan atau penurunan total asset
perusahaan dari suatu ke periode berikutnya .
2.5. Insider Ownership
Insider Ownership merupakan presentase saham yang dimiliki manajemen.
Dimana pihak manajemen yang dimaksud adalah direktur dan komisaris yang
aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Menurut Bringham (2006) pengertian
insider ownership adalah sebagai berikut :
“ presentase kepemilikan yang berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki
manajer dan direksi perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kompensasi
yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Secara matemati, nilai kepemilikan
manajerial ini diperoleh dari presentase saham perusahaan yang dimiliki dewan
direksi dan komisaris.”
Insider ownership diukur dengan membagi total saham yang dimiliki komisaris
22
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 1.
Ringkasan penelitian terdahulu
No Peneliti Masalah yang diteliti Hasil
1 Hatta (2002) Menguji bagaimana
pengaruh pertumbuhan
2 Heti (2006) Menguji pengaruh
insider ownership,
Menguji pengaruh free cash flow, profitabilitas,
likuiditas, dan leverage dividend an leverage
berpengaruh negatif.
4 Sariwati (2011) Menguji bagaimana
pengaruh insider ownership, free cash flow, dan profitabilitas terhadap dividend
2.7. Kerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
Kerangka penelitian ini disusun berdasarkan variabel-variabel penelitian yaitu :
H1(+)
H2(-)
H3(-)
H4(-)
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diketahui kebijakan dividen
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Profitabilitas
Leverage
Growth Kebijakan Dividen
24
periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan menggunakan
Profitabilitas, Leverage, Growth dan Insider Ownership terhadap Kebijakan
Dividen. Dari hubungan analisis penilaian Profitabilitas, Leverage, Growth dan
Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen tersebut, jika kebijakan dividen
perusahaan itu bagus, semakin tinggi deviden maka semakin besar membayar
dividen. Sehingga pada tahap akhir penelitian akan dilihat kecenderungan
terhadap perubahan yang akan terjadi. Dari hasil perhitungan antara Profitabilitas,
Leverage, Growth dan Insider Ownership dapat dilihat dari segi mana perusahaan
mampu memperoleh penilaian yang baik dan juga penilaian yang masih kurang
baik dan juga dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan
dividen.
2.6.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Menurut Islamiyah (2012) menyatakan bahwa pihak manajemen akan
membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai kebehasilan
perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari
keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Menurut Partington (1989) dalam Arilaha (2009), rasio
profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
apabila terjadi penurunan laba yang memaksa manajemen untuk mendorong
dividen. Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan
tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas
keuntungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka akan
semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada investor. Profitabilitas mutlak
diperlukan perusahaan apabila hendak membayar dividen. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian Suharli (2007) dan Arilaha (2009), Hatta (2002) yang terbukti
bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen.
Namun dalam penelitian Raharja (2007) dan Prihantoro (2003) mengemukakan
bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan dividen.
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
2.6.2. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen
Asimetri informasi menyebabkan pendanaaan eksternal terlalu mahal bagi
perusahaan, karena itu perusahaan lebih memprioritaskan dana internal daripada
eksternal. Apabila dana internal tidak mencukupi, maka perusahaan dituntut untuk
melakukan pendanaan eksternal yang biasanya lebih mengutamakan pendanaan
utang daripada saham. Sehingga leverage perusahaan digunakan untuk
pembayaran dividen agar dapat menjaga performa dan signal perusahaan bagi
investor.
Menurut Bringham dan Enhardt (dalam Suharli dan Harahap, 2004) semakin besar
26
dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan secara
eksternal. Sehingga semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur
modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya
yang akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibagikan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan (Prihantoro, 2003). Namun, bertentangan
dengan Suharli dan harahap (2004) dimana leverage tidak memberi pengaruh
yang signifikan terhadap kebijakan mengenai jumlah pembagian dividen.
H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen
2.6.3. Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Dividen
Sulistiyowati.,et al (2010) menyatakan bahwa growth (pertumbuhan perusahaan)
memilki hubungan negatif dengan dividen. Hal ini bahwa pertumbuhan
perusahaan yang tinggi akan berhubungan secara negatif dengan pembayaran
dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka akan meningkat
kebutuhan perusahaan uuntuk membiayai ekspansinya. Perusahaan yang
berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam
perkembangan usahanya dari tahun ke tahun. Semakin cepat tingkat pertumbuhan
suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk
membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu
mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada
membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham. Penelitian Suharli
(2007) serta Hatta (2002) tidak menemukan adanya pengaruh antara pertumbuhan
dengan kebijakan dividen.
H3 : Pertumbuhan perusahaanberpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen
2.6.4. Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen
Di dalam perusahaan terdapat kepemilikan orang dalam perusahaan yang terlibat
secara langsung dengan informasi perusahaan dan disebut dengan Insider
Ownership, yaitu pemilik sekaligus pengelola perusahaan atau semua pihak yang
mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan yang
mempunyai akses langsung terhadap informasi di dalam perusahaan (Sariwati,
2011).
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Demsey dan Laber (1992) seperti dikutip
Heti (2006) menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari
monitoring perusahaan yang berarti perusahaan cenderung membayar dividen
tinggi jika manajer memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Penetapan dividen
rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi dimasa depan yang
dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai
dividen tinggi, maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan
peningkatan dividen.
Hasil penelitian Sariwati (2011) menunjukkan variabel insider oenership tidak
28
sedangkan Heti (2006) hasil penelitiannya menunjukan bahwa insider ownership
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan sekunder, yaitu laporan yang diperoleh
secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data tersebut merupakan data kuantitatif dari laporan keuangan (annual report)
perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan situs resmi perusahaan
sampel. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari data
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
diperoleh dari www.idx.co.id
Alasan menggunakan metode purposive sampling karena dalam penelitian ini
meneliti kebijkan dividen, sehingga perusahaan yang tidak membagi dividen tidak
dapat dilakukan penelitian.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang go-publik di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel adalah
30
diambil dari data sumber penelitian. Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode penyampelan besaran (purposive sampling method) yang
informasinya dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel berdasarkan metode purposive
sampeling yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan BEI yang menjadi sampel dalm penelitian ini melakukan
pembayaran dividen tunai secara berturut-turut selama periode
pengamatan yaitu tahun 2008-2012
2. Perusahaan yang menjadi sampel aktif/ tidak delisting oleh BEI selama
periode tahun 2008-2012
3. Perusahaan tersebut selalu menyajikan laporan keuangan selama periode
tahun 2008-2012 dan memiliki data yang dibutuhkan penulis.
Tabel 2.
Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
No Penjelasan Jumlah
1 Sampel yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2007-2011
188
2 Perusahaan manufaktur yang delisting dari BEI (44) 3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki laporan keuangan
lengkap dari tahun 2007-2011
(56)
4 Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan dividen tunai berturut-turut dari tahun 2007-2011
(78)
5 Sampel perusahaan yang diteliti dan memiliki data yang diperlukan
10
Dari penjelasan diatas hanya diperoleh sampel sebanyak 10 perusahaan
manufaktur yang mebagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 2008-2012
Berikut daftar perusahaan sampel dalam penelitian ini yaitu :
Tabel 3.
Perusahaan manufaktur yang mebagikan dividen tunai
No. Nama Perusahaan Kode
1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
2. PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA
3. PT. AKR CorporindoTbk AKRA
4. PT. LautanLuasTbk LTLS
5. PT. Lionmesh Prima Tbk LMSH
6. PT. Lion Metal Works Tbk LION 7 PT. Metrodata Electronics Tbk MTDL
8 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 9 PT. Tempo Scan Pacific Tbk TSPC
10 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
Sumber : www.idx.co.id
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan
dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para
pemegang saham yaitu pembagian laba dalam jumlah dividen yang dibayarkan
tergantung dari kebijakan setiap perusahaan. Dalam penelitian ini, kebijakan
dividen diukur dengan menggunakan rasio pembayaran dividen (dividend payout
ratio). Dividen Payout Ratio (DPR) diukur dengan menggunakan rumus sebagai
32
DPR = Dividen Per Lembar Saham Laba Bersih Per Lembar Saham
3.3.2. Variabel Independen (X)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas,
Leverage, Growth dan Insider Ownership.
1. Profitabilitas
Profitabiltas merupakan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba pada
masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan.
Untuk mengukur tingkat profitabilitas, peneliti menggunakan Return On Asset
(ROA) sebagai proksi profitabilitas dengan skala pengukuran berupa rasio,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ROA = Laba Bersih Total Aset
2. Leverage
Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana
yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi
pemilik perusahaan. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER)
sebagai proksi untuk mengukur leverage yaitu :
3. Growth
Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan
pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun, dengan
menggunakan rumus :
Asset Growth = (Total Asset t – Total asset t-1 ) Total Asset t-1
Keterangan :
Growth = pertumbuhan asset perusahaan pada tahun ke- t
Total Asset t = asset pada tahun ke- t
Total Asset t-1 = asset pada tahun ke t-1
4. Insider Ownership
Insider ownership adalah pemilik sekaligus pengelola perusahaan yang terdiri dari
manager, direktur, komisaris, insider ownership dihitung dengan rumus :
INSIDER = Jumlah saham yang dimiliki komisaris dan direktur
Total saham
3.4. Metode Analisis Data
Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis rgresi berganda. Dalam
regresi berganda digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian terbukti
signifikan atau tidak signifikan dan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel
34
Persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y : dividend payout ratio
a : konstanta
b : koefisien regresi
X1 : profitabilitas
X2 : leverage
X3 : growth
X4 : insider ownership
e : error
3.5. Uji Asumsi Klasik
Penelitian dengan menggunakan model analisis regresi membutuhkan pengujian
asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil
estimasi regresi yang dilakukan bebas dari adanya gejala heteroksidasitas,
multikolinearitas, dan autokorelasi. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Uji Asumsi Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi
menguji kenormalan distribusi data dapat dilakukan dengan mengamati
Probability Plot of Regression Standardize residual. Normalitas ini
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik. Selain itu, uji statistic terhadap normalitas juga dapat dilakukan
dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S).
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi
linier ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi model regresi tersebut tidak
mengandung korelasi, maka dipergunakan Durbin Watson Statistic.
Pengujian Durbin Watson ini dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin
Watson dari hasil estimasi. Berikut ini yang dapat dipergunakan untuk
36
Tabel 4. Durbin Watson d test : Pengambilan Keputusan
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤4 - dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 - du
Ket : du : durbin watson upper, dl : durbin watson lower
3. Uji Multikolonearitas
Uji multikolonearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
yang berarti antara masing-masing variabel bebas dalam model regresi.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonearitas di dalam regresi sebagai
berikut :
• Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat.
• Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika antar variabel
bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolonearitas.
• Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum dilakukan dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketiksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain, jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokskedastisitas. Hal ini dapat
dideteksi dengan uji Glejser atau dengan melihat scatterplot. Ketentuan
untuk scatterplot atau pola diagram pancar sebagai berikut :
a. Jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang
teratur maka regresi mengalami gangguan heterokskedastisitas.
b. Jika diagram pancar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak
mengalami gangguan heteroskedastisitas.
3.6. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS. Pengujian terhadap signifikan koefisien regresi adalah dengan
menggunakan nilai probabilitas (p-value) dibandingkan dengan tingkat signifikan
(α) yang berarti bahwa resiko tingkat kesalahan dalam pengujian ini α = 5%
dengan keputusan sebagai berikut:
Jika p-value > 0,05 maka terima Ha
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Berdasarkanhasilanalisa data danpengujianhipotesispadababsebelumnya,
makadiperolehbeberapakesimpulansebagaiberikut :
1. Hasilpengujianhipotesispertamamenunjukkanbahwaprofitabilitasyang
diwakilireturn on asset (ROA) tidakmemilikipengaruh yang signifikan
terhadapkebijakandividendengannilaisignifikansi.Penelitianinitidakmembuktik
anbahwasemakintinggitingkatprofitabilasmakasemakintinggilabadividentunai
yang akandibagikankepadapemegangsaham.
2. Hasilpengujianhipotesiskeduamenunjukkanbahwavariabelleverage
berpengaruhnegatifsignifikanterhadapkebijakandividentunai. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk
struktur modal perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah
kewajibannya.
3. Hasilpengujianhipotesisketigamenunjukanbahwagrowth
Penelitianinimenunjukkanbahwasemakintinggitingkatpertumbuhanperusahaan
makamemungkinkanperusahaantersebuttidakmembagikandividen.
4. Hasilpengujianhipotesiskeempatmenunjukkanbahwainsider
ownershipmemilikipengaruhterhadapkebijakandividentunai.Hasilanalisisdala
mpenelitianinimenunjukkanbahwatingginyajumlahinsider
ownershipmenyebabkanrendahnyarasiopembayarandevidentunai.
5.2.KeterbatasanPenelitian
Penelitianinimemilikiketerbatasandarihasilpenelitian, yaitusebagaiberikut :
1. Penulismenggunakan4 variabelyaitu : profitabilitas, leverage, growth
daninsider ownership.
2. Adanyaketerbatasan data padasampelpenelitian yang digunakan,
hanyaperusahaanmanufaktur yang terdaftar di BEI
selamalimatahunberturut-turut. Sehinggasampel yang
didapatjumlahnyamasihsedikitdankurangmenggambarkanperusahaansecarake
56
5.3. Saran
Mendasardariketerbatasandiatas, makapenelitimenyampaikanbeberapa saran yaitu
:
1. Diharapkanuntukpenelitian yang selanjutnyauntukmenambahvariabel yang
digunakan, mengingatmasihbanyakvariabel lain yang
berperandalammempengaruhikebijakandividen.
2. Penelitianselanjutnyadiharapkanmemperluassampelperusahaanyang
tidakhanyapadaperusahaanmanufakturuntukmemperkuathasilpenelitian.
5.4. Implikasi
Penelitian ini memberikan implikasi bagi akademis sebagai bahan acuan atau
referensi dalam memahami kebijakan dividen dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya pada suatu investasi. Penelitian ini juga dapat mencerminkan
dan memperkaya informasi ilmiah mengenai kebijakan dividen.
Bagi investor, pertimbangan mengenai kebijakan dividen dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya menjadi penting sebelum melakukan atau membuat kebijakan
investasi. Begitu juga bagi perusahaan itu sendiri sebagai pertimbangan dan bahan
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Maria. 2008. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Invesment Opportunity Set (IOS) dan Profitability
Terhadap Kebijakan Dividen. Tesis. Pasca Sarjana. Universitas
Diponegoro
Arilaha, Muhammad A.2009.”Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas,
Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen”.Jurnal Keuangan
danPerbankan.Vol.13, No. 1, hal. 78-87.
Bringham & Houston. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.
Hanafi, Mamduh, dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI. Vol.6, No.2, hal.1-22.
Heti, Christina. 2006. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership, Dispersion of Ownership, dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi.
Islamiyah, Rizki. 2012. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Manufaktur di BEI. Skripsi FE. STIE Perbanas Surabaya.
Jannati, Attina. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Growth Terhadap
Kebijakan Dividen. Skripsi dipublikasikan. Universitas Siliwangi
Marpaung, Elyzabet Indrawati dan Bram Hadianto. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik Pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi. Vol.1, No.1, hal. 70-84.
Raharja, Anna Agustin. 2007. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Perusahaan Aneka Industri Berdasarkan Pengelompokkan Dividend Payers, Former Payers, and Never Paid. Skripsi. Surabaya : FE-Universitas Petra Christian.
Riyanto, Bambang.2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.
58
Sariwati, Ina. 2011. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Dividen Payot Ratio Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas STIE Perbanas.
Surabaya.
Sartono, Agus, 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi ke empat, BPFE. Yogyakarta.
Sitanggang. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.
Sulistiyowati, Indah., Anggraini, Ratna., dan Utaminingtyas, Tri H., 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Oppurtunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.9, No.1, hal.9-17.
Suharli, Michell dan Sofyan F. Harahap. 2004. Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan
Informasi. Vol.4, No.3, hal.223-245.
Wild, J J, Subramanyam, dan Hasley, R F. (2010). Analisis laporan Keuangan.
Buku 2. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.