ABSTRACT
THE CONVENIENCE OF LINARA URBAN FOREST BASED ON VEGETATION DENSITY, MICROCLIMATE AND PUBLIC
PERCEPTION IN METRO CITY LAMPUNG PROVINCE
By
Maria Immaculata C.Dwi Sulistyana
The urban forest is part of green public open space which is formed by trees
alliance that affect the temperature and humidity and reduce the wind speed so can provide convenience for the surrounding population. The aims of this research were to identify the species of the trees, to know comfort level based on THI and
public perception. Trees vegetation data inside urban forest were collected by census methods, temperature and humidity data were collected by measurement. Perception data were collected through interview using questionnaire. Descriptive
analysis was used to analyze the trees vegetation and also visitors’ perception.
The comfort level wasanalyzed by using Nieuwolt’s comfort index. The results
showed the influence of the density of vegetation to temperature and humidity that affected the level of comfort. The dense canopy area had the air temperature at 29,43oC and humidity at 78,02%. The rare canopy area had the air temperature at
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
was classified uncomfortable with values >26. The perception of visitors to the
Linara Urban Forest was in comfort categories.
ABSTRAK
KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA
METRO PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Maria Immaculata C.Dwi Sulistyana
Hutan kota merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik yang
terbentuk dari persekutuan vegetasi pohon yang mempengaruhi suhu dan kelembaban dan mengurangi kecepatan angin sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi penduduk di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi jenis pohon penyusun hutan kota serta mengetahui tingkat kenyamanan berbasis Temperature Humidity Index (THI) dan persepsi
masyarakat. Data vegetasi pohon dikumpulkan dengan metode sensus terhadap pohon di hutan kota, data suhu dan kelembaban udara dikumpulkan dengan pengukuran. Data persepsi pengunjung dikumpulkan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis vegetasi pohon dan persepsi pengunjung. Analisis tingkat kenyamanan
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
Lokasi tajuk rapat memiliki suhu rata-rata sebesar 29,43oC dan kelembaban udara
rata-rata sebesar 78,02%. Lokasi tajuk jarang mempunyai suhu rata-rata sebesar 30,49oC dan kelembaban udara rata-rata sebesar 75,23%. Berdasarkan indeks
THI Hutan Kota Linara tergolong tidak nyaman dengan nilai >26. Persepsi pengunjung terhadap kenyamanan Hutan Kota Linara termasuk kategori nyaman.
KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA
METRO PROVINSI LAMPUNG (Skripsi)
Oleh
MARIA IMMACULATA C. DWI SULISTYANA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
THE CONVENIENCE OF LINARA URBAN FOREST BASED ON VEGETATION DENSITY, MICROCLIMATE AND PUBLIC
PERCEPTION IN METRO CITY LAMPUNG PROVINCE
By
Maria Immaculata C.Dwi Sulistyana
The urban forest is part of green public open space which is formed by trees
alliance that affect the temperature and humidity and reduce the wind speed so can provide convenience for the surrounding population. The aims of this research were to identify the species of the trees, to know comfort level based on THI and
public perception. Trees vegetation data inside urban forest were collected by census methods, temperature and humidity data were collected by measurement. Perception data were collected through interview using questionnaire. Descriptive
analysis was used to analyze the trees vegetation and also visitors’ perception.
The comfort level wasanalyzed by using Nieuwolt’s comfort index. The results
showed the influence of the density of vegetation to temperature and humidity that affected the level of comfort. The dense canopy area had the air temperature at 29,43oC and humidity at 78,02%. The rare canopy area had the air temperature at
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
was classified uncomfortable with values >26. The perception of visitors to the
Linara Urban Forest was in comfort categories.
ABSTRAK
KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA
METRO PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Maria Immaculata C.Dwi Sulistyana
Hutan kota merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik yang
terbentuk dari persekutuan vegetasi pohon yang mempengaruhi suhu dan kelembaban dan mengurangi kecepatan angin sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi penduduk di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi jenis pohon penyusun hutan kota serta mengetahui tingkat kenyamanan berbasis Temperature Humidity Index (THI) dan persepsi
masyarakat. Data vegetasi pohon dikumpulkan dengan metode sensus terhadap pohon di hutan kota, data suhu dan kelembaban udara dikumpulkan dengan pengukuran. Data persepsi pengunjung dikumpulkan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis vegetasi pohon dan persepsi pengunjung. Analisis tingkat kenyamanan
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
Lokasi tajuk rapat memiliki suhu rata-rata sebesar 29,43oC dan kelembaban udara
rata-rata sebesar 78,02%. Lokasi tajuk jarang mempunyai suhu rata-rata sebesar 30,49oC dan kelembaban udara rata-rata sebesar 75,23%. Berdasarkan indeks
THI Hutan Kota Linara tergolong tidak nyaman dengan nilai >26. Persepsi pengunjung terhadap kenyamanan Hutan Kota Linara termasuk kategori nyaman.
KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA
METRO PROVINSI LAMPUNG
Oleh
MARIA IMMACULATA C. DWI SULISTYANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 1 Januari 1993, sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Andreas Sutrisno dan Ibu Maria Magdalena Endah Trisnowati. Jenjang
pendidikan penulis dimulai di SD Xaverius Metro pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2005. Selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Xaverius Metro dan selesai pada tahun 2008. Setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 2011. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui jalur undangan program Strata 1 (S1) dan mengambil jurusan Kehutanan.
Pada bulan Agustus-September 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum di
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Nglobo, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Kemudian pada bulan Januari-Februari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis Kerapatan Vegetasi, Iklim Mikro dan
Persepsi Masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana kehutanan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S. selaku Pembimbing I, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ibu Rusita, S.Hut., M.P. selaku Pembimbing II, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. selaku Pembahas, atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi, kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi. 4. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
ii
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa berakhirnya masa studi ini adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang
sesungguhnya. Sedikit harapan semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Oktober 2016 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
1.4. Manfaat Penelitian... 3
1.5. Kerangka Pemecahan Masalah ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sebagai Ruang Publik ... 6
2.2. Hutan Kota... 7
2.3. Fungsi Hutan Kota... 7
2.4. Hubungan Vegetasi dan Iklim Mikro ... 8
2.5. Iklim Mikro ... 9
2.5.1 Suhu Udara... 9
2.5.2 Kelembaban Relatif Udara ... 10
2.6. Kenyamanan ... 10
2.7. Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan ... 12
2.8. Persepsi... 13
III. METODE PENELITIAN ... 15
3.1. Waktu Dan Tempat... 15
3.2. Objek Dan Alat ... 15
3.3. Jenis Data... 15
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 16
iv
Halaman
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 22
4.1. Sejarah Hutan Kota Linara ... 22
4.2. Letak dan Luas... 22
4.3. Kondisi Fisik Kawasan ... 23
4.4. Geologi dan Tanah... 23
4.5. Iklim dan Curah Hujan ... 24
4.6. Flora dan Fauna ... 24
4.7. Fungsi dan Manfaat ... 25
4.8. Fasilitas... 25
4.9. Karakteristik Responden... 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
5.1. Jenis Pohon Penyusun Hutan Kota Linara ... 29
5.2. Suhu Udara ... 32
5.3. Kelembapan Relatif Udara (RH) ... 33
5.4. Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara... 35
5.4.1 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis THI... 35
5.4.2 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis Persepsi Masyarakat ... 37
VI. SIMPULAN DAN SARAN... 40
6.1. Simpulan... 40
6.2. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN... 46
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan ... 12 2. Persentase responden berdasarkan zona asal pengunjung ... 26
3. Persentase responden berdasarkan kondisi sosial ekonomi... 26 4. Jenis pohon, bentuk tajuk, jumlah, kerapatan, dan luas tajuk
di area tajuk rapat Hutan Kota Linara... 29 5. Jenis pohon, bentuk tajuk, jumlah, kerapatan, dan luas tajuk
di area tajuk jarang Hutan Kota Linara... 31 6. Indeks kenyamanan THI Hutan Kota Linara... 35 7. Persepsi pengunjung terhadap kenyamanan Hutan Kota Linara ... 37
8. Hasil pengamatan suhu udara pagi hari di area tajuk rapat
Hutan Kota Linara ... 46 9. Hasil pengamatan suhu udara siang hari di area tajuk rapat
Hutan Kota Linara ... 46 10. Hasil pengamatan suhu udara sore hari di area tajuk rapat
Hutan Kota Linara ... 46 11. Hasil pengamatan suhu udara pagi hari di area tajuk jarang
Hutan Kota Linara ... 47 12. Hasil pengamatan suhu udara siang hari di area tajuk jarang
Hutan Kota Linara ... 47 13. Hasil pengamatan suhu udara sore hari di area tajuk jarang
Hutan Kota Linara ... 47 14. Hasil pengamatan kelembaban udara pagi hari di area
vi
Halaman
15. Hasil pengamatan kelembaban udara siang hari di area
tajuk rapat Hutan Kota Linara ... 48 16. Hasil pengamatan kelembaban udara sore hari di area
tajuk rapat Hutan Kota Linara ... 48 17. Hasil pengamatan kelembaban udara pagi hari di area
tajuk jarang Hutan Kota Linara ... 49 18. Hasil pengamatan kelembaban udara siang hari di area
tajuk jarang Hutan Kota Linara ... 49 19. Hasil pengamatan kelembaban udara sore hari di area
tajuk jarang Hutan Kota Linara ... 49 20. Suhu udara rata-rata selama 15 hari pengukuran
di Hutan Kota Linara area tajuk rapat... 50 21. Kelembaban udara rata-rata selama 15 hari pengukuran
di Hutan Kota Linara area tajuk rapat ... 50
22. Suhu udara rata-rata selama 15 hari pengukuran di
Hutan Kota Linara area tajuk jarang ... 50 23. Kelembaban udara rata-rata selama 15 hari pengukuran
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemecahan masalah ... 5
2. Foto udara lokasi Hutan Kota Linara Metro ... 17
3. Suhu udara rata-rata Hutan Kota Linara ... 32
4. Kelembaban udara (RH) rata-rata Hutan Kota Linara ... 34
5. Diagram tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara ... 39
6. Pengukuran suhu dan kelembaban udara di Hutan Kota Linara Metro ... 54
7. Pohon bidara (Ziziphus jujuba) di Hutan Kota Linara Metro ... 54
8. Pohon ketapang (Terminalia cattappa) di Hutan Kota Linara Metro... 55
9. Fasilitas lampu taman di Hutan Kota Linara. ... 55
10. Plang Hutan Kota Linara Metro... 56
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan fisik di perkotaan yang semakin meningkat menyebabkan me-nurunnya ruang terbuka hijau. Pembangunan fisik seperti permukiman penduduk, perkantoran, pusat perbelanjaan di perkotaan sejatinya ditujukan untuk
memberi-kan kemudahan bagi manusia dalam menjalani hidup. Namun dengan semakin meningkatnya pembangunan tersebut, keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) atau
ruang-ruang kosong yang ditumbuhi pepohonan menjadi berkurang dan berpe-ngaruh pada ketidakseimbangan ekosistem, seperti berkurangnya tempat peresap-an air, meningkatnya suhu udara, pemperesap-anasperesap-an global, kekeringperesap-an dperesap-an polusi yperesap-ang
berakibat menurunnya kualitas lingkungan. Selain masalah ketidakseimbangan lingkungan, masalah kebutuhan masyarakat akan tempat rekreasi alam juga men-jadi masalah yang diakibatkan oleh kurangnya RTH di perkotaan.
Penyelenggaraan RTH di perkotaan sangat penting karena memiliki fungsi
ekologis, sosial budaya, ekonomi dan estetika. Ahmad dkk. (2012) berpendapat bahwa RTH berperan sebagai pengatur iklim mikro dapat menurunkan suhu
2
Kota Metro memiliki ruang terbuka hijau (RTH) publik seluas 14% menyebabkan
kurangnya kenyamanan lingkungan karena meningkatnya suhu udara di Kota
Metro (Putra, 2014). Kondisi tersebut menuntut Pemerintah Kota mengadakan
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang salah satunya adalah dengan pengelo-laan hutan kota. Hutan kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang ditumbuhi vegetasi berkayu (pepohonan) di wilayah perkotaan. Unsur
vegetasi yang dominan di dalamnya membantu memperbaiki iklim di sekitarnya dan memperindah lingkungan. Vegetasi pembentuk hutan mempengaruhi kondisi
atmosfer setempat yaitu mampu menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban udara dan juga mengurangi kecepatan angin (Martopo dkk, 1995). Hutan kota juga dapat dijadikan tempat rekreasi atau ruang publik karena fungsi lansekap
sosial yang dimilikinya. Hutan kota menjadi solusi masalah kurangnya kenya-manan lingkungan di perkotaan akibat kurangnya RTH.
Hutan Kota Linara merupakan bagian dari ruang terbuka hijau di Kota Metro yang
dipertahankan keberadaannya untuk mengatasi permasalahan lingkungan kota. Keberadaan hutan kota ini merupakan komponen penting dalam mempertahankan kenyamanan kota bagi penduduknya melalui fungsi pembentuk iklim mikro kota
dan lansekap walaupun kapasitasnya terbatas. Hutan kota ini tidak hanya dapat difungsikan sebagairecharge areatetapi juga digunakan sebagai ruang publik
yang berbasis pelestarian lingkungan. Ruang publik yang baik harus nyaman dengan didukung fasilitas yang ada di dalamnya sehingga meningkatkan produk-tivitas pengunjung. Berdasarkan keterangan tersebut, perlu dilakukan penelitian
3
mempengaruhi kenyamanan pengunjung dan bagaimana persepsi masyarakat
terhadap hutan kota sebagai ruang terbuka hijau publik.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Perlu mengetahui hutan kota sebagai bagian RTH yang mempengaruhi iklim
mikro kota.
2. Perlu mengetahui tingkat kenyamanan hutan kota sebagai ruang publik bagi
masyarakat.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi vegetasi pohon penyusun Hutan Kota Linara yang meliputi jenis, kerapatan, luas tajuk, dan bentuk tajuk.
2. Mengetahui tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara berdasarkan indeks kenyamananTemperature Humidity Index(THI) serta persepsi masyarakat
terhadap kenyamanan hutan kota.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bahan referensi bagi peneliti lain khususnya objek yang sama pada tempat dan
waktu yang berbeda.
4
1.5 Kerangka Pemecahan Masalah
Hutan Kota Linara merupakan bagian dari RTH publik yang ada di Kota Metro. Hutan kota dengan luasan yang terbatas tersebut berfungsi sebagai pengatur iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) di sekitarnya dan sebagai tempat rekreasi.
Iklim mikro yang terbentuk merupakan hasil dari kerimbunan pepohonan yang mempengaruhi suhu dan kelembaban udara di dalamnya. Tajuk pohon yang
membentuk kanopi akan menciptakan keteduhan di bawahnya. Semakin rapat tajuk pohon maka radiasi matahari semakin tereduksi, suhu udara di bawah pohon menjadi rendah dan terasa sejuk, dengan demikian kerapatan tajuk sangat penting
dalam menyatakan lingkungan yang nyaman. Sebagai ruang terbuka hijau publik, RTH hutan kota ini seharusnya memiliki fasilitas pendukung lain yang dapat
memberikan kenyamanan bagi pengunjung hutan kota.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi vegetasi pohon penyusun Hutan Kota
Linara yang meliputi jenis, kerapatan, luas tajuk, dan bentuk tajuk, lalu mengetahui tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara berdasarkan indeks
kenyamananTemperature Humidity Index(THI) serta persepsi masyarakat terhadap kenyamanan hutan kota. Analisis kenyamanan berdasarkan suhu dan kelembaban dengan indeks kenyamanan/THI. Analisis persepsi masyarakat
terhadap kenyamanan dilakukan secara deskriptif agar mudah diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara Metro serta
5
Gambar 1. Kerangka pemecahan masalah. THI
Tingkat kenyamanan lingkungan
Persepsi masyarakat Suhu dan
kelembaban udara.
Analisis data
Kategori kenyamanan : 1. Nyaman;
2. Sedang; 3. Tidak nyaman. Identifikasi pohon
Iklim mikro
Hutan Kota Linara kapasitas terbatas
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai Ruang Publik
Hakim (2004) mendefinisikan ruang terbuka hijau (green open space)yang selanjutnya disebut RTH sebagai bagian dari ruang terbuka dalam kota yang pemanfaatannya lebih bersifat terbuka yang didominasi oleh tanaman yang
tumbuh secara alami maupun budi daya seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan lainnya. RTH mempunyai fungsi utama yaitu fungsi ekologis,
sosial budaya, ekonomi dan estetika(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008). Fungsi ekologis, RTH memiliki peran sebagai pengatur iklim mikro yaitu menurunkan suhu permukaan yang secara langsung berpengaruh
terhadap sebaran suhu udara dan dapat meningkatkan kenyamanan hidup masyarakat (Ahmad dkk, 2012).
Secara sosial budaya keberadaan RTH berfungsi sebagai ruang interaksi sosial dan sarana rekreasi masyarakat khususnya di perkotaan. RTH yang menjalankan
fungsi tersebut disebut RTH publik. RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk
7
2.2 Hutan Kota
Fandeli (2004) menyebutkan hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau dekat kota yang memiliki manfaat berupa manfaat lingkungan yang terdiri atas
konservasi iklim mikro, keindahan, serta konservasi flora dan kehidupan liar.
Zoer’aeni (2005) menyebutkan bahwa hutan kota adalahunsur RTH yang
terbentuk dari komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang
memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis.
2.3 Fungsi Hutan Kota
Zoer’aini (2005) mengemukakan bahwa hutan kota memiliki fungsi lansekap
(fungsi fisik dan sosial), fungsi ekologi dan fungsi estetika. Fungsi fisik yaitu vegetasi di dalamnya sebagai perlindungan kondisi fisik alami seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan bau. Vegetasi berfungsi sebagai
pelengkap, pemersatu, penegas, pengenal, pelembut dan pembingkai. Fungsi sosial adalah penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan memberikan
8
Douglass (1970)dikutip olehZoer’aini (2005) menyebutkan rekreasi adalah
kegiatan untuk mencari kesegaran mental dalam rangka memperbaiki semangat seseorang yang dapat menimbulkan inisiatif dan perspektif kehidupan sehingga
siap kembali untuk bekerja keras.
Fungsi pelestarian lingkungan (ekologi) yaitu menyegarkan udara atau sebagai paru-paru kota, memperbaiki dan menjaga iklim mikro, (menurunkan suhu kota
dan meningkatkan kelembaban), meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati, sebagai ruang hidup satwa, perlindungan permukaan tanah dari erosi,
pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah, peredam kebisingan, pelestarian plasma nutfah dan bioindikator serta menyuburkan tanah
Fungsi estetika karakteristik visual atau estetika erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna, dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan
hubungannya dengan lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang memengaruhi kalitas estetika. Kualitas visual vegetasi sangat penting karena tanggapan
seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. hutan, selain memberikan hasil utama dan sebagai sumber air, juga merupakan sarana untuk berekreasi.
2.4 Hubungan Vegetasi dan Iklim Mikro
Indriyanto (2006) menyebutkan bahwa vegetasi pembentuk hutan merupakan
komponen alam yang mampu mengendalikan iklim melalui pengendalian
9
iklim mikro. Andjelicus (2008) berpendapat bahwa vegetasi pada ruang terbuka
hijau sangat berpengaruh dalam menciptakan iklim mikro sebagai efek dari proses fotosistesis dan respirasi tanaman.
2.5 Iklim Mikro
Iklim mikro adalah keberadaan ekosistem setempat yang mempengaruhi
kelembaban dan tingkat curah hujan setempat sehingga suhu menjadi terkendali, termasuk radiasi matahari dan kecepatan angin (Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 1 tahun 2007). Unsur-unsur iklim seperti suhu dan kelembaban udara
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktivitas manusia.
2.5.1 Suhu Udara
Tauhid (2008)mengutip dariKartasapoetra (2006) menyebutkan suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu udara yang diukur dengan skala tertentu
menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat Celsius (oC). Suhu udara berubah sesuai waktu dan tempat. Suhu udara
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti radiasi matahari, ketinggian tempat, angin, tipe vegetasi, tipe tanah, sudut datang sinar matahari.
Mengenai kaitannya dengan kenyamanan suhu, menurut Batara (2011) tingkat
kenyamanan suhu udara bagi manusia dibagi atas dingin tak nyaman, sejuk nyaman, nyaman atau optimal nyaman, hangat nyaman, dan panas tidak nyaman. Optimal nyaman orang Indonesia ialah pada suhu udara 28oC dengan kelembaban
10
2.5.2 Kelembaban Relatif Udara/Relative Humidity(RH)
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya
juga ikut mengatur suhu udara. Uap air yang ada dalam udara berasal dari hasil penguapan air di permukaan bumi, air tanah, atau air yang berasal dari penguapan
tumbuh-tumbuhan (Bahri,2012).
Kelembaban relatif/nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah uap air maksimum di udara. Kelembaban relatif (RH) dapat diukur
langsung menggunakan higrometer. Untuk memperkirakan RH tanpa alat tersebut
cukup sulit. Berdasarkan waktu, pada keadaan normal, RH pada waktu pagi cukup tinggi, menurun pada siang hari, dan meninggi lagi pada sorenya dan maksimum pada malam hari, yang seringkali disertai keadaan yang jenuh yang
dapat mengakibatkan timbulnya pengembunan (Lakitan, 2002). Menurut Umar (2010) tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat tergantung pada
beberapa faktor yaitu suhu, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, ketersediaan air di suatu tempat (air tanah, perairan).
2.6 Kenyamanan
Rushayati dkk. (2011)mengutippernyataan Nieuwolt (1975) bahwa kenyamanan
11
Menurutnya THI Indonesia berada pada kisaran 20–26 °C. Untuk
mempertahankan kenyamanan di perkotaan maka perlu pengelolaan lingkungan dengan cara menurunkan suhu udara di area-area dengan suhu tinggi. Standar
kenyamanan iklim mikro dapat diketahui dengan menggunakan rumus
Temperature Humidity Index(THI) yang menggunakan faktor suhu dan kelembaban udara.
THI = 0,8T + (RH x T)/500 Keterangan :
T = Suhu udara (°C)
RH = Kelembaban udara (%)
Rhozaq (2014)mengutip dariMangunwijaya (1997) menyatakan bahwa
kenyamanan lingkungan merupakan wujud dari kenyamanan fisik. Kenyamanan fisik tersebut berupa kenyamanan visual dan kenyamanan termal. Kenyamanan visual, kuantitas dan kualitas peranan yang sesuai dengan fungsi masing-masing
ruang. Kenyamanan termal yaitu suatu kondisi dimana manusia tidak merasa terganggu dengan kondisi lingkungan termal di sekitarnya (rentang suhu udara 24°-28°C, kelembaban 40-60 %, aliran udara 0-0,20 m/detik). Contohnya
terhindar dari sinar matahari yang berlebih, maka perlu adanya peneduh berupa pepohonan rindang.
Mustikaweni (2008)mengutip dariBrooks (1988) menuliskan kelembaban, suhu
12
Tanaman juga memperbaiki udara panas dengan evapotranspirasi. Menurut Gates
(1972)dalamSetyawati (2012) kondisi yang nyaman adalah kondisi dimana sebagian besar energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif, yang
berhubungan dengan usaha pengaturan suhu tubuh yang minimum. Kondisi nyaman menunjukan keadaan yang bervariasi untuk setiap individu, sehingga kenyamanan bersifat subyektif dan berhubungan dengan keadaan tingkat aktivitas,
pakaian, suhu udara, kecepatan angin, pancaran radiasi dan kelembaban udara.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan
Hakim (2004) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kenyamanan antara lain sirkulasi, iklim (radiasi matahari, angin, curah hujan, suhu
[image:32.595.116.515.479.747.2]udara), kebisingan, aroma atau bau-bauan, bentuk, keamanan, kebersihan dan keindahan. Faktor tersebut dijelaskan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan
Faktor kenyamanan Uraian
Sirkulasi Kenyamanan dapat berkurang akibat dari sirkulasi yang kurang baik. Hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dengan kendaraan.
Iklim Radiasi matahari dapat mengurangi rasa nyaman terutama pada daerah tropik, khususnya di siang hari, maka diperlukan adanya peneduh.
Angin pada ruang terbuka yang luas jika diperlukan dapat ditempatkan elemen-elemen penghalang angin (wind break) agar kecepatan angin kencang dapat diperlambat sehingga tercipta suasana yang nyaman.
Curah hujan, faktor ini sering menimbulkan gangguan terhadap aktivitas manusia di ruang luar. Oleh karenanya perlu disediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan (shelter, gazebo).
13
Tabel 1 Lanjutan.
Faktor kenyamanan Uraian
Kebisingan Untuk mengurangi kebisingan dapat kita pakai tanaman dengan pola dan ketebalan yang rapat
Aroma atau bau-bauan Pada daerah pembuangan sampah maka bau yang tidak enak akan tercium oleh orang yang melaluinya. Untuk mengurangi hal itu, maka sumber bau dilokalisasikan dan ditempatkan pada area yang tertutup dari pandangan visual serta dihalangi oleh tanaman pepohonan/semak ataupun dengan peninggian muka tanah.
Bentuk Bentuk elemen furniture harus disesuaikan dengan ukuran standar manusia agar skala yang dibentuk mempunyai rasa nyaman, misalnya bentuk bangku taman harus mempunyai fungsi yang jelas dan sesuai ukuran agar bila dimanfaatkan oleh manusia akan terasa nyaman.
Keamanan Keamanan, bukan saja mencangkup segi kejahatan (kriminal) tapi juga termasuk kekuatan konstruksi dari elemen taman, tata letak elemen, bentuk elemen dan kejelasan fungsi.
Kebersihan Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah dan bau bauan yang tidak menyenangkan.
Keindahan Keindahan perlu diperhatikan berkaitan dengan kenyamanan yang mencangkup kepuasan batin, indra, hingga rasa nyaman dapat diperoleh. Aspek keindahan yaitu adanya keteraturan, keterpaduan, keseimbangan, irama, proporsi, aksentuasi, ritme dan skala.
Sumber: Hakim (2004).
2.8 Persepsi
Persepsi diartikan sebagai cara kita menerima informasi atau menangkap sesuatu hal, secara pribadi atau individu. Persepsi tersebut membentuk apa yang kita
pikirkan, mendefinisikan apa yang penting bagi kita, dan selanjutnya yang akan menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. Sarwono (1992)dalam
14
Morgan (1961)dikutip olehAl-Hafizh (2014) mengemukakan bahwa persepsi
seseorang tidak muncul begitu saja, tentunya terdapat faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu faktor
pelaku persepsi (sikap, motif kepentingan, minat, harapan, pengalaman); faktor sasaran persepsi (orang, benda, peristiwa); dan faktor situasi (keadaan seseorang
ketika melihat sesuatu dan mempersepsikannya). Sementara menurut Lambet al. (1999)dalamPurnomo (2011) terdapat faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang yang akan mempengaruhi keputusan pembeliannya akan suatu produk atau jasa yang terdiri dari tanggapan, motivasi, pembelajaran, keyakinan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 pada saat cuaca cerah. Lokasi penelitian berada di Hutan Kota Linara, Kelurahan Tejoagung, Kecamatan
Metro Timur, Kota Metro, Provinsi Lampung.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon penyusun RTH hutan kota dan pengunjung Hutan Kota Linara Metro. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat tulis, termometer digital dan higrometer, pita meter, tali rafia, kamera, dan kuesioner.
3.3 Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian pada saat
berlangsungnya penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).
Data primer dalam penelitian ini berupa jenis pohon, kerapatan pohon, bentuk tajuk, luas tajuk, suhu, kelembaban udara, serta persepsi pengunjung terhadap
16
umum lokasi penelitian yang berasal dari dinas terkait yaitu Dinas Tata Kota dan
Pariwisata Kota Metro, sedangkan data penunjang penelitian berasal dari studi pustaka dan studi literatur terhadap jurnal-jurnal penelitian sebelumnya.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Pengumpulan Data Vegetasi Pohon di Hutan Kota Linara
Data vegetasi pohon yang meliputi jenis pohon, jumlah pohon, luas tajuk dan bentuk tajuk pohon dikumpulkan dengan metode sensus yaitu mencatat semua pohon yang berada di Hutan Kota Linara. Pengukuran tajuk pohon dilakukan
dengan cara membuat satu titik di tengah-tengah proyeksi tajuk di tanah, dengan bantuan pitameter tarik garis ke arah utara selatan barat timur dan catat
panjang-nya. Selanjutnya menentukan diameter terpanjang dan diameter terpendek tajuk kemudian dihitung rata-ratanya. Rata-rata diameter tersebut merupakan diameter tajuk pohon. Tajuk pohon diasumsikan berbentuk lingkaran sehingga untuk
menghitung luasnya digunakan rumus A= πr2dimana A = luas tajuk (m2), π= 3,14 dan r = diameter (m). Data hasil pengamatan bentuk tajuk pohon diklasifikasikan dalam beberapa bentuk seperti tidak beraturan (irreguler), jambang (vase), jorong,
17
3.4.2 Pengumpulan Data Suhu dan Kelembaban Udara
Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan dengan cara memasang alat termometer digital dan higrometer lalu mencatat angka yang tertera pada alat tersebut. Lokasi pengukuran tersebut dibagi menjadi dua kelas tajuk yaitu lokasi
[image:37.595.115.515.249.467.2]tajuk rapat dan lokasi tajuk jarang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Foto udara lokasi Hutan Kota Linara Metro (Sumber: Google Earth diunduh pada tanggal 11 Juni 2016 pukul 13.04 WIB).
Pada setiap lokasi dibuat lima titik pengamatan dengan interval jarak setiap titik pengamatan 20 meter. Pengambilan data dilakukan selama 15 hari, pada pagi hari
pukul 06.00 07.00, siang hari pukul 13.00 14.00 dan sore hari pukul 17.00 -18.00. Pengukuran pada setiap titik pengamatan dilakukan pada ketinggian 1,5
18
lebih rendah (dekat permukaan tanah) maka akan terdapat gangguan-gangguan
keadaan alam yang menyebabkan hasil data tidak stabil.
Suhu udara rata-rata harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : T=((2 x T07.00) + T13.00 + T17.00))/4
Keterangan :
T 07.00 = Suhu udara yang diukur pada pukul 07.00 WIB
T 13.00 = Suhu udara yang diukur pada pukul 13.00 WIB T 17.00 = Suhu udara yang diukur pada pukul 17.00 WIB
Sedangkan kelembaban relatif (RH) rata-rata harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
RH = (RH07.00) + RH13.00 + RH17.00)/3 Keterangan:
RH 07.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 07.00 WIB
RH 13.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 13.00 WIB RH 17.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 17.00 WIB
Data suhu dan kelembaban relatif udara selanjutnya ditabulasi, kemudian dilihat
suhu dan kelembaban relatif rata-rata harian yang diukur setiap lokasi, serta untuk melihat fluktuasi suhu dan kelembaban relatif rata-rata harian selama 15 hari
waktu pengukuran.
3.4.3 Pengumpulan Data Persepsi Masyarakat
19
Materi kuesioner meliputi (1) profil responden (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, domisili), (2) persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan kota (aksesibilitas, fasilitas, kondisi pohon di Hutan Kota Linara,
kenyamanan lingkungan).
Penentuan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan metode sensus dan metodeinsidental sampling. Metode sensus adalah metode pengambilan
responden di mana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Metode ini digunakan pada responden yang terpilih berasal dari warga Desa Kampung Baru, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro yang berjumlah 19 kepala keluarga (KK).
Metodeinsidental samplingadalah metode dengan memilih responden yang secara kebetulan bertemu dan diambil keterangannya berdasarkan pertimbangan
tertentu (berusia≥ 12 tahun, karena pada umur tersebut umumnya sudah dapat berpikir secara logika (Auranet (2015)dalamSari (2015)). Metode ini digunakan untuk pengunjung hutan kota dan orang-orang yang mampir di hutan kota tersebut
secara kebetulan (bukan warga). Penentuan jumlah responden dilakukan dengan cara mengasumsikan bahwa untuk mengetahui persepsi suatu masyarakat terhadap suatu objek, maka yang dapat mewakili masyarakat tersebut diperlukan responden
20
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Pohon Penyusun Hutan Kota Linara
Hasil dari pengamatan mengenai jenis pohon, kerapatan, luas tajuk dan bentuk tajuk pada masing-masing lokasi tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif.
3.5.2 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis Indeks Kenyamanan Suhu dan Kelembaban Udara/(THI)
Hasil pengukuran data suhu dan kelembaban udara selanjutnya dirata-rata dan
dihitung nilaiTemperature Humidity lndex(THI) untuk menunjukkan
kenyamanan suatu lokasi dengan persamaan Nieuwolt (1975)dalamEffendy dan
Aprihatmoko (2014) yaitu:
THI = 0,8T + (RHxT / 500) Keterangan:
T = Suhu udara (°C) RH = Kelembaban udara (%)
Suhu udara dan kelembaban udara akan menentukan kenyamanan. Rentang nilai indeks kenyamanan didapat dari persamaan Nieuwolt yang dihasilkan oleh
pe-nilaian responden dengan rentang nilai sebagai berikut: a. Indeks 21< THI < 24 Nyaman.
21
Nilai THI untuk menentukan kenyamanan manusia diperoleh berdasarkan
fisiologi manusia yang berhubungan dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
3.5.3 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis Persepsi Masyarakat
Data persepsi responden disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan secara sederhana. Hasil wawancara tentang kenyamanan hutan kota disajikan
dalam bentuk tabel dan persentase selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Penentuan jawaban responden berupa persepsi pengunjung terhadap kenyamanan Hutan Kota Linara terbagi dalam beberapa aspek. Untuk mendapatkan rata-rata
persentase tingkat kenyamanan hutan kota, skor sangat baik dan baik dijadikan satu dan dimasukkan dalam kategori nyaman, skor buruk dan sangat buruk
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Hutan Kota Linara
Hutan Kota Linara dibangun pada akhir tahun 1996 dengan luas 0,8 hektar
merupakan ide dari Walikota Metro Mozes Herman yang menjabat waktu itu. Ide membangun hutan kota tersebut terinspirasi dari hasil kunjungan kerja beliau ke
Australia pada tahun 1996. Hutan kota tersebut diberi nama Linara yang merupa-kan singkatan dari Listrik Negara. Hal ini dikarenamerupa-kan hutan tersebut dibangun
pada lahan milik PLTD kota Metro (Dinas Tata Kota dan Pariwisata Metro, 2009).
4.2 Letak dan Luas
Secara administratif Hutan Kota Linara berada di wilayah Kecamatan Metro Timur. Hutan Kota Linara terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Tejoagung
(Bedeng 24), Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Adapun luas Hutan Kota Linara adalah 0,8 hektar. Batas wilayah hutan kota Linara ini adalah:
a. Sebelah utara : anak sungai Way Sekampung dan Lembaga Permasyarakatan Kelas II Kota Metro. b. Sebelah selatan : PLTD Kota Metro.
23
d. Sebelah timur : pemukiman penduduk Desa Kampung Baru, Kelurahan
Tejoagung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.
A. Kondisi Fisik Kawasan
Keadan fisik kawasan ini merupakan dataran aluvial dengan kemiringan lereng 0% sampai 3%. Ketinggian daerah ini berkisar antara 25 meter sampai 75 meter
dari permukaan laut. Tampak memiliki topografi yang bervariasi yaitu dengan area datar dan landai. Pepohonan yang tumbuh antara lain akasia (Acacia
auriculiformis), ketapang (Terminalia cattappa), sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis) dan sebagainya. Areal cekung pada kawasan ini tampak seperti kolam atau empang jika berisi air. Di bagian belakang hutan
kota terdapat tempat pembuangan sampah warga sekitar hutan kota ini.
B. Geologi dan Tanah
Pada dataran di daerah sungai terdapat endapan permukaan alluvium (campuran liat galuh dan pasir) dengan tanah lotosol dan podsolik. Air tanah ditemukan pada
akuifer, kecepatan peresapan air tanah sangat lambat, dipengaruhi porositas, per-meabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali (recharge). Ruang Terbuka Hijau (RTH) termasuk hutan kota merupakanrecharge area yang dapat menahan
laju limpasan air di permukaan tanah, sehingga air akan mudah terinfiltrasi dari tanah. Air tanah di sekitar Hutan Kota Linara saat ini banyak dimanfaatkan
24
C. Iklim dan Curah Hujan
Iklim di sekitar kawasan ini beriklimtropis humiddengan banyaknya curah hujan
rata-rata 118 mm/bulan atau antara 180-260 mm/tahun. Sedangkan suhu udara
rata-rata di kawasan ini minimum 22°C dan maksimum 34°C. Rata-rata
kelembaban udara sekitar 80%-90%. Sistem drainase secara alami, aliran air
banyak menuju ke kolam yang ada di dalam Hutan Kota Linara. Sebagian aliran air yang lain menuju anak sungai Way Perak dan ke arah pemukiman penduduk
(Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2015).
D. Flora dan Fauna
Hutan Kota Linara merupakan hutan kota bentuk gerombol dengan komunitas vegetasinya tumbuh terkonsentrasi pada suatu lokasi dengan jumlah minimal
pohon 100 dengan jarak rapat tidak beraturan. Jenis yang mendominasi lokasi ini adalah akasia dan jati. Jenis yang dikembangkan merupakan koleksi dari berbagai
jenis tumbuhan yang dinilai dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan kenyamanan serta merupakan kawasan resapan air untuk kepentingan tata air tanah (hidrologis).
25
E. Fungsi dan Manfaat
Hutan Kota Linara merupakan salah satu bentuk RTH di Kota Metro yang ber-fungsi sebagai kawasan lindung baik flora maupun fauna, kawasan resapan air (mencegah banjir dan tanah longsor), menyegarkan udara dengan cara
menurun-kan suhu kota dan meningkatmenurun-kan kelembaban udara dan sebagai penyerap polutan di udara terutama karbon dioksida (CO2). Kawasan ini juga dimanfaatkan sebagai
wahana memperkenalkan berbagai jenis pohon kepada masyarakat.
F. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Hutan Kota Linara terbatas karena kurangnya perhatian dari Pemerintah. Fasilitas pada kawasan ini hanya terdapat dua buah bangku
taman dan tiga buah lampu jalan yang memanfaatkan energi cahaya matahari serta jalan setapak paving blok yang menghubungkan jalan Ahmad Yani dengan rumah penduduk. Selain itu terdapat gapura nama/plang Hutan Kota Linara dengan
kon-disi baru. Fasilitas tersebut merupakan proyek pengelolaan langsung dari Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Metro pada akhir tahun 2015 yang memanfaatkan APBD Kota Metro. Fasilitas lahan parkir dan arena bermain anak
tidak terdapat di kawasan ini.
G. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat sekitar Hutan Kota Linara dan pengunjung yang secara kebetulan singgah di Hutan Kota Linara Metro.
26
Tabel 2. Persentase responden berdasarkan zona asal pengunjung
No. Daerah Asal Jumlah Persentase (%)
1. Kota Metro 84 84
2. Luar Kota Metro 16 16
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer (2016).
Berdasarkan Tabel 2 diketahui jumlah pengunjung terbanyak yang datang ke Hutan Kota Linara berasal dari Kota Metro. Hal ini dikarenakan faktor letak
lokasi hutan kota, di mana pengunjung yang berasal dari Kota Metro lebih mudah menjangkau hutan kota tersebut dibandingkan pengunjung yang berasal dari luar Metro.
Karakteristik pengunjung berdasarkan kondisi sosial ekonomi ( usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kendaraan yang digunakan) disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Persentase responden berdasarkan kondisi sosial ekonomi
No. Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)
1 Usia < 20 tahun 29 29
20-29 tahun 50 50
30-39 tahun 11 11
40-49 tahun 4 4
50-59 tahun 4 4
60-69 tahun 2 2
Jumlah 100 100
2 Jenis kelamin Laki-laki 59 59
Perempuan 41 41
Jumlah 100 100
3 Pendidikan tertinggi SD 3 3
SMP 10 10
SMA/SMK 43 43
PT 44 44
[image:46.595.114.513.481.675.2]27
Tabel 3 Lanjutan
No. Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)
4 Pekerjaan PNS 13 13
TNI/Polri 2 2
Pegawai Swasta 27 27
Wiraswasta 14 14
Pelajar/mahasiswa 37 37
Lain-lain 7 7
Jumlah 100 100
5 Pendapatan per bulan < Rp 1.000.000,- 45 45
Rp 1.000.000-Rp 2.000.000,- 19 19
Rp 2.000.000-Rp 3.000.000,- 27 27
>Rp 3000.000,- 9 9
Jumlah 100 100
6 Jenis kendaraan yang digunakan
Motor 96 96
Mobil 4 4
Sepeda 0 0
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer (2016).
Berdasarkan Tabel 3, pada karakteristik usia, responden yang datang ke Hutan Kota Linara rata-rata berusia 14-29 tahun. Mereka singgah di hutan kota untuk
menyegarkan pikiran kembali (refreshing) dari rutinitas sekolah dan pekerjaan sehari-hari. Sementara untuk pengunjung berusia 30-39 tahun berjumlah 11 orang
atau persentase 11% dan yang berusia 40-49 tahun sebesar 4 persen.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak
jumlahnya dibandingkan responden perempuan, yaitu dengan persentase laki-laki
59% dan perempuan 41%. Hal ini diduga karena kuesioner lebih banyak diisi oleh pengunjung laki-laki ditambah dengan kepala keluarga warga RT 33 RW 08 yang tinggal bersebelahan dengan Hutan Kota Linara Metro.
Berdasarkan karakteristik pendidikan, hasil yang diperoleh adalah PT sebanyak
28
Responden dengan pendidikan tertinggi yaitu PT dan SMA/SMK. Hal ini erat
kaitannya dengan budaya dan status keluarganya di mana orang yang an tinggi akan memiliki perekonomian lebih baik dibandingkan yang
berpendidik-an rendah.
Berdasarkan karakteristik pekerjaan, responden dengan pekerjaan pelajar/mahasis-wa adalah yang terbanyak yaitu 37%. Karakteristik pekerjaan pegapelajar/mahasis-wai spelajar/mahasis-wasta
sebanyak 27%, PNS sebanyak 13% , wiraswasta 14% dan pekerjaan lainnya 7%.
Berdasarkan karakteristik pendapatan per bulan, pendapatan kurang dari
Rp 1.000.000,- sebanyak 45%. Asumsi bahwa responden yang memiliki penda-patan sejumlah itu merupakan pelajar/mahasiswa, sebab mereka belum bekerja
atau belum berpenghasilan mandiri. Pendapatan yang diperoleh masih berasal dari pemberian orang tua. Pegawai swasta umumnya juga berpenghasilan kurang dari satu juta rupiah. Responden yang pendapatannya Rp 2.000.000-Rp 3.000.000
sebanyak 27% dan pendapatan lebih dari 3 juta sebanyak 9%.
Berdasarkan karakteristik kendaraan yang digunakan, responden mayoritas datang ke hutan kota dengan kendaraan roda dua. Alasannya demi kepraktisan dan
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini antara lain :
1. kondisi pohon penyusun Hutan Kota Linara:
Area tajuk rapat tersusun dari 24 jenis pohon dan didominasi oleh pohon jati
(Tectona grandis), bentuk tajuk yang mendominasi adalah tajuk bulat, dan luas tajuk tertinggi adalah jenis ketapang (Terminalia catapa). Area tajuk jarang
tersusun dari 7 jenis pohon dan didominasi oleh pohon mangium(Acacia mangium), bentuk tajuk beragam dan luas tajuk tertinggi adalah jenis bungur (Lagerstroemia speciosa).
2. tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara berdasarkanTemperature Humidity
41
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk kebijakan publik pengembangan Hutan Kota Linara yaitu :
1. perlunya pemilihan jenis pohon yang berpotensi menurunkan suhu udara dan
meningkatkan kelembaban udara agar meningkatkan kenyamanan iklim mikro di Hutan Kota Linara.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., Arifin, H., Dahlan, E. N., Effendy, S. dan Kurniawan, R. 2012. Analisis hubungan luas ruang terbuka hijau (rth) dan perubahan suhu di Kota Palu.Jurnal Hutan Tropis. 13(2) : 173-180.
Al-Hafizh, M. 2013.Pengertian Persepsi dalam Psikologi. Diakses pada tanggal 24 April. http://www.referensi-makalah.com/2013/01/pengertian-persepsi-dalam-psikologi.html.
Andjelicus, P. J. 2008.Prinsip-Prinsip Perancangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Kupang. Tesis. ITB. Bandung. 200 p.
Anggraeni, T. P. 2009.Struktur Komunitas Tumbuhan dan Jumlah Karbon Tersimpan di Hutan Kota Linara. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. 52 p.
Arikunto, S. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 342 p.
Badan Pusat Statistik Kota Metro. 2015.Metro dalam Angka 2015. Buku. BPS Kota Metro. Metro. 152 p.
Bahri, A. R. S. 2012.Kelembapan Relatif Udara pada Tempat Berbeda. Diakses tanggal 20 April 2015. http://-andi-rizkiqhiqhi.blogspot.com.
Batara, M. 2011. Pengaruh Tekanan Uap Saat Perebusan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit dan terhadap Kekuatan Dinding Sterilizer di PKS Dolok Sinumbah. Karya Akhir. USU. Medan. 44 p.
Dahlan. 2011.Potensi Hutan Kota sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Ruangan (Air Conditioner) (Studi Kasus di Kampus IPB Dramaga). Skripsi. IPB. Bogor. 65 p.
Dinas Tata Kota dan Pariwisata Kota Metro. 2009.Laporan SLHD 2008.Buku. Metro Lampung. 25 p.
43
Fandeli, C. dan Mukhlison, K. 2004.Perhutanan Kota. Buku. UGM. Yogyakarta. 203 p.
Gates, D.M. 1972.Man and His Environment : Climate, Harper, and Row. Buku. New York. 175 p.
Hadi, R., Lila, K. A. dan Gunadi, I.G.A. 2012. Evaluasi indeks kenyamanan taman kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar, Bali).Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2(1) : 34-45.
Hakim, R. dan Utomo, H. 2004.Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Desain. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 250 p. Handoko, S. A., Tohir, R. K., Sutrisno, Y., Brillianti, D. H., Tryfani, D., Oktorina,
P., Yunita, P. dan Hayati, A. N. 2015.Studi Iklim Mikro (Studi Kasus: Arboretum Lanskap, Kampus IPB Darmaga, Bogor). Makalah. IPB. Bogor. 7 p.
Hayati, J., Santun, R. P. dan Siti, N. 2013. Pengembangan ruang terbuka hijau dengan pendekatan kota hijau di Kota Kandangan.Jurnal Tata Loka. 15(4) : 306-316.
Indriyanto. 2006.Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p.
Khairunissa, S. E. 2012. Evaluasi fungsi ekologis rth di Kota Bandung dalam upaya pengendalian iklim mikro berupa pemanasan lokal dan penyerapan air (studi kasus taman-taman di WP Cibeunying).Jurnal PWK A.2(2) : 1 -10.
Krisdianto, Soemarno, Udiansyah, Januwiadi, B. dan Rhamadani, F. 2012. Potensi vegetasi tusam menjadi payung hijau di rthkp Kota Banjarbaru.Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia.1(1): 19-26.
Lakitan, B. 2002.Dasar-Dasar Klimatologi. Buku. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 173 p.
Laurie, M. 1986.Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Buku. Intermatra. Bandung. 136 p.
Manan, S. 1991. Perkembangan Hidrologi Hutan dan Pengembangan Kehutanan di Indonesia. Prosiding.Prosiding Simposium Perkembangan Hidrologi Indonesia.Departemen Pertanian. Jakarta. 27 p.
44
Masruroh, H. 2012.Hubungan RTH dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang.Makalah. Universitas Negeri Malang.
Malang. 11 p.
Mustikaweni, R. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Ruang Kawasan Lingkar Luar KRB Terhadap Iklim Mikro. Skripsi. IPB. Bogor. 86 p.
Notoatmodjo, S. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 243 p.
Pauwah, Y. 2013. Persepsi dan preferensi pengunjung terhadap kawasan wisata Pantai Malalayang.Jurnal Jurusan Arsitektur Sabua.5(1) : 16-27.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. 8 p.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 84 p.
Permatasari, P. A. 2012.Pengaruh RTH terhadap Iklim Mikro (Studi Kasus Kebun Raya Bogor).Skripsi. IPB. Bogor. 94 p.
Purnomo, H. 2011. Pengaruh faktor individual wisatawan dan kinerja bauran pemasaran terhadap nilai jasa pariwisata alam.Jurnal Manajemen Hutan Tropika.17(1) : 10-16.
Putra, I. P. 2014.Pelaksanaan Pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Metro.Skripsi. Unila. Bandar Lampung. 69 p.
Rozhaq, B. R. 2014.Persepsi Pengunjung Taman terhadap Tingkat Kenyamanan Taman-Taman di Kota Banjarnegara sebagai Ruang Publik.Skripsi. UNS. Surakarta. 156 p.
Rushayati, S. B., Alikodra H. S., Dahlan E. N. dan Purnomo H. 2011.
Pengembangan ruang terbuka hijau berdasarkan distribusi suhu permukaan di Kabupaten Bandung.Jurnal Forum Geografi.25(1) : 17–26.
Sari, Y. 2015.Analisis Potensi Daya Dukung Kawasan Sepanjang Jalur Ekowisata Hutan Mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Lampung.Skripsi. Unila. Bandar Lampung. 67 p.
45
Siregar, H. H. dan Kusuma, H. E. 2015. Tingkat Kenyamanan Taman Kota
sebagai Ruang Interaksi Masyarakat Perkotaan. Prosiding.Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015. ITB. Bandung. 6 p.
Soemarno. 2013.Pohon Pelindung–Shading Tree.Diakses pada 14 Juni 2016. http://marno.lecture.ub.ac.id-/201311/pohon-pelindung-shading-tree/.
Sukawi. 2008. Taman Kota dan Upaya Pengurangan Suhu di Perkotaan (Studi Kasus di Kota Semarang). Prosiding.Prosiding Seminar Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis 6 Agustus 2008. UNDIP. Semarang. 6 p.
Tauhid. 2008.Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon terhadap Suhu Udara Pada Siang Hari di Perkotaan (Studi kasus : Kawasan Simpang Lima Kota Semarang).Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 95 p.
Tjasyono, B. 2004.Klimatologi.Buku. ITB. Bandung. 348 p.
Umar, M. R. 2010.Penuntun Praktikum Ekologi Umum.Buku. Universitas Hasanuddin. Makassar. 57 p.
Vitasari, D. 2004.Evaluasi Tata Hijau Jalan pada Tiga Kawasan Permukiman Besar di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. IPB. Bogor. 94 p.
Wawo, F. C. W. 2010.Kemampuan Tiga Jenis Tanaman dalam Menjerap Debu: Studi Kasus di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.Skripsi. IPB. Bogor. 54 p.
Zahra, A. F., Sitawati dan Suryanto, A. 2014. Evaluasi keindahan dan
kenyamanan rth alun-alun Kota Batu.Jurnal Produksi Tanaman.2(7) : 524-532.
Zoer’aeni, D. I. 2005.Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Buku.