• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT OLEH ANGGOTA DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG PADA TAHUN 2011 - 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT OLEH ANGGOTA DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG PADA TAHUN 2011 - 2012"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT OLEH ANGGOTA DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 - 2012

Oleh

HENDY PRADICA

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT OLEH ANGGOTA DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG

PADA TAHUN 2011 - 2012

Oleh

HENDY PRADICA

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga yang mewakili seluruh lapisan masyarakat dalam roda pemerintahan. Karena DPRD dipilih melalui pemilihan umum yang artinya DPRD menjadi wakil dari masyarakat di daerah untuk menyalurkan aspirasi yang ada. Sehingga sudah menjadi suatu kewajiban bagi DPRD untuk menyerap aspirasi yang ada sebagai bentuk dari pertanggungjawaban moral dan sudah menjadi salah satu tugas dan fungsi DPRD untuk menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan masyarakat kepada lembaga DPRD. Namun jika kita melihat dengan banyaknya kasus anggota Dewan yang terjerat kasus criminal dan masih banyaknya kebijakan – kebijakan yang dibuat menunjukkan kinerja DPRD dalam menjalankan tugas dan fungsi khususnya dalam hal penyerapan aspirasi masyarakat yang berdampak hilangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga DPRD itusendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran terkait bagaimana penyerapan aspirasi masyarakat oleh anggota DPRD kota Bandar Lampung pada tahun 2011 – 2012 dan apa saja upaya yang telah dilakukan oleh DPRD untuk meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi.

(3)

pola penyerapan aspirasi secara aktif dilakukan dalam bentuk kunjungan kerja formal (Kunker), baik kunker ke dalam daerah, kunker keluar daerah, serta kunker secara informal. Untuk pola – pola penyerapan aspirasi masyarakat secara pasif, DPRD Bandar Lampung pada tahun 2011 – 2012 melakukan dengan cara menunggu surat pengaduan yang masuk kesekertariat DPRD Bandar Lampung dan dalam bentuk kunjungan langsung masyarakat ke gedung DPRD Bandar Lampung. Terkait jangka waktu penyerapan aspirasi sampai menghasilkan surat rekomendasi kepada pemerintah daerah, DPRD Bandar Lampung membutuhkan waktu minimal sekitar satu sampai tiga minggu atau lebih jika berkaitan dengan hukum yang ada. Untuk hasil tindak lanjut dari aspirasi itu sendiri, DPRD Bandar Lampung menindaklanjuti dengan rapat – rapat yang ada di DPRD Bandar Lampung. (2) Upaya – upaya yang dilakukan oleh anggota DPRD Bandar Lampung dalam menyerap aspirasi masyarakat masih sangat rendah, ini dapat dilihat dari produk yang dihasilkan badan legislatif pada tahun 2011 - 2012 yang hanya 7 Peraturan Daerah (Perda).

Penelitian ini merekomendasikan (1) Melakukan pertemuan antara warga dengan DPRD yang harus dilakukan secara berkala. (2) Membuka saluran kritik dan saran untuk DPRD melalui telepon, email dan lain sebagainya. (3) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga informal masyarakat dan lembaga – lembaga pendidikan dalam berbagai hal yang terkait dengan aspirasi masyarakat. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan forum diskusi atau workshop. (4) Perlunya meningkatkan intensitas koordinasi antara DPRD dengan pemerintah kota, sebagai penyelenggara pemerintahan daerah. Peningkatan intensitas dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan rapat koordinasi yang harus dihadiri kedua belah pihak.

(4)

ABSTRACT

ABSORPTION OF PUBLIC ASPIRATIONS

BY MEMBERS OF LOCAL REPRESENTATIVE COUNCIL BANDAR LAMPUNG IN THE YEAR 2011 - 2012

by

HENDY PRADICA

Local Representatives Council (DPRD) is an institution that represents all people of the regional. Because DPRD members/legislator are elected through the general elections, it means they have obligation to channelling the public aspirations. They sholud absorb the public aspirations because it’s their moral responsibility, as well as their constitusional task and function. They muster and merger public aspirations, then channelling it to the local goverment, so that the goverment could fulfil these aspiration. But if we look at the number of cases that ensnared members of the Board of the criminal case and there are many policies - policies that demonstrate the performance of Parliament made in carrying out its duties and functions, especially in terms of impacting people's aspirations absorption loss of trust in the Parliament it self.

The purpose of this study is to understand how the public aspirations channeled by legislators Bandar Lampung in 2011 - 2012 and what the DPRD does to increase the public aspirastions absorption. The method used in this study was a descriptive study with a qualitative approach. Techniques of data collection are interviews, documentation and observation.

(5)

of recommendation to the local government, Local Representatives Council Bandar Lampung takes a minimum of about one to three weeks or more if associated with existing law. For the follow-up results from the aspiration itself, Local Representatives Council Bandar Lampung follows up with a meeting that is in his secertariat. (2) The efforts done by DPRD’s members in absorbing public aspiration is still low, which seen form the product of legislative body in 2011 – 2012 only 7 local regulation (Perda).

This study recommends (1) A meeting between the community with DPRD should be conducted periodically. (2) Opening channel criticism and suggestions for DPRD by phone, emails, etc. (3) Increasing cooperation with informal institutions of public and institutions - educational institutions in various matters related to the aspirations of the people. This can be done by holding a discussion forum or workshop. (4) The need for improved coordination between the intensity of Parliament with the city government, the local government administrators. The increase in intensity can be done by increasing the activity of coordination meetings should be attended by both parties.

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Penulis bernama lengkap Hendy Pradica, lahir di Kota Bandar Lampung pada tanggal 24 Desember 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang dilahirkan oleh pasangan Ayahanda Sudibyo, BE. dan Ibunda Henti Tri Yani, A.Ma. . Penulis dibesarkan dan menetap di Kota kelahirannya Bandar Lampung bersama keluarga besarnya.

Peneliti mulai mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak Amarta Tani pada tahun 1993-1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di SD Xaverius Bandar Lampung pada tahun 1995-2001. Pendidikan Lanjut Tingkat Pertama peneliti tempuh pada tahun 2001-2004 di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Setelah menyelesaikan Pendidikan Lanjut Tingkat Pertama, peneliti mengenyam Pendidikan Lanjut Tingkat Atas di SMA GAJAH MADA pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 peneliti berhasil masuk perguruan tinggi UNILA melalui jalur undangan dan menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

(11)

yang berharga bagi penulis dalam hidup bermasyarakat yang tidak mungkin terlupakan.

(12)

Dengan syukur yang tiada hentinya dipanjatkan kepada ALLAH SWT atas nikmat, rakhmat dan karunia yang tak terhingga,

kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuk:

Ibundaku tercinta, Henti Triyani, A.Ma. Wanita terhebat dihidupku yang mengajarkan padaku bahwa sosok ibu takkan pernah tergantikan dalam

hidup anak-anaknya. Terima kasih bu untuk semangatmu untuk terus menyayangiku dan mendukungku

Ayahanda tersayang, Sudibyo, BE. Terima kasih untuk kasih sayangmu dan semangatmu yang selalu mendukungku dalam menuntut ilmu. Ayah

adalah panutanku yang selalu kubanggakan…

Adikku, Hendri Primas Tri Pradica terima kasih untuk semngat dan dukungannya selama ini.

Intan Fania …thanks for everything. Thanks for accepting me as I am

Saudara-saudaraku tercinta, ASEM MANIS. Bersama kalian kutemukan arti persaudaraan. Semoga ASEM MANIS sukses selalu…Amin

Para pendidik dan Almamater tercinta. Terima kasih telah mewariskan

(13)

Motto

Allways positf thingking, God will show me the way..

I can do anything, except raise the dead,

I can do anything, as long as i keep trying,

I can do anything, as long as God wills,

Always be yourself, kind, not arrogant, deligent saving,

helpful, and families first.

““Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah

tanpa berlebihan dan sikap sombong.” Riwayat Ahmad dan

Abu Dawud

.”

Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini

adalah yang terbaik dari Tuhan dan aku percaya Dia akan

(14)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat yang tak terhitung banyaknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

dengan judul “PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT OLEH ANGGOTA

DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 - 2012” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(15)

2. Bapak Fery Triatmojo, S.A.N., M.P.A. selaku Pembimbing trima kasih atas bimbingannya selama ini, maaf jika selama masa bimbingan penulis banyak berbuat salah baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja.

3. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik sekaligus Penguji utama yang telah memberikan banyak masukan, saran serta pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah bersedia untuk mencerdaskan serta membimbing penulis selama studi.

6. Segenap informan penelitian: Bapak Yusuf Efendi, SE. selaku Anggota Komisi A, Bapak Nandang Hendrawan, SE. Selaku Ketua Komisi D, Bapak Windarto selaku Anggota Komisi B, Hanafi Pulung selaku Anggota Komisi C DPRD Bandar Lampung, Bapak Arifin, Bapak Yuhni Ayip, Bapak Yanto selaku informan dari masyarakat, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini, terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan keramahtamahannya kepada penulis.

(16)

8. Untuk adiku tersayang Hendri Primas Tri Pradica, tetap jadi adik yang lucu. Jangan bandel kalau dibilangin sama bapak dan ibu. Untuk Intan Fania, trima kasih buat pengertiannya selama ini, semoga cepat dapat kerja, dan tetap sabar ya. Buat Pak De, trima kasih atas sarannya selama ini.

9. Keluarga ASEM MANIS yang telah menularkan semangat mahasiswa, dan kebersamaan selama masa perkuliahan. Untuk Zainal Muttaqin dan Bahtiar Sanjaya tetap semangat buat menyelesaikan skripsinya. Anjar Panjiarga, akhirnya ikutan lulus juga ni. Buat Said Abdurrahman Alkaf trimakasih buat wejangannya. Kiki, Thomas, Rio, Angga, Ari (Boncu), Nanda Risa, Neni, Izul dan semua teman – teman angkatan 07 yang udah lulus, akhirnya aku menyusul kalian semua.

10.Buat adik tingkat Ilmu Administrasi Negara, semangat kuliahnya, jangan buang – buang waktu. Jangan males – malesan juga ya, biar cepat lulus. Buat Abdu dan Woro terima kasih bantuannya, tetap semangat menyelesaikan skripsinya.

11.Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila.

(17)

Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan serta kasih yang diberikan kepada penulis dirahmati ALLAH SWT dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis,

(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ... 14

1. Masyarakat ... 14

2. Partisipasi Masyarakat ... 15

B. Penyerapan Aspirasi Masyarakat ... 19

1. Aspirasi Masyarakat ... 19

a. Bentuk – bentuk Aspirasi ... 22

b. Alur Pengelolaan Suatu Aspirasi ... 28

2. Fungsi Komunikasi Politik dalam Menyerap Aspirasi Masyarakat ... 32

C. DPRD Sebagai Lembaga Penyerap dan Penyalur Aspirasi Masyarakat ... 33

1. Pengertian Lembaga Legislatif ... 33

2. Peran dan Fungsi Lembaga Legislatif ... 34

D. Hubungan DPRD dan Pemerntah Daerah di Daerah ... 38

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 41

B. Fokus Penelitian ... 42

(19)

ii

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 44 E. Tekhnik Analisis Data ... 45 F. Keabsahan Data ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum DPRD Kota Bandar Lampung ... 53 B. Penyajian Data dan Pembahasan ... 67

1. Penyerapan Aspirasi Masyarakat yang dilakukan Oleh Anggota

DRPD Kota Bandar Lampung ... 69 a. Metode Penyerapan Aspirasi Masyarakat ... 69 b. Jangka Waktu Menyerap, Menampung, dan Menindaklanjuti

Aspirasi Masyarakat ... 89 c. Tindak Lanjut Penyerapan Aspirasi Masyarakat ... 94 2. Upaya – Upaya yang dilakukan Oleh Anggota DPRD Kota Bandar

Lampung dalam meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat Kota

Bandar Lampung ... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 107

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Proses Triangulasi Data ... 51

Tabel 2. Keanggotaan komisi DPRD Bandar Lampung ... 61

Tabel 3. Susunan Pimpinan dan Anggota Komisi – komisi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bandar Lampung Masa Jabatan 2009 – 2014 ... 61

Tabel 4. Data Kunjungan Kerja di Dalam Daerah Anggota DPRD Bandar Lampung ... 71

Tabel 5. Data Kunjungan Kerja di Luar Daerah Anggota DPRD Bandar

Lampung ... 72

Tabel 6. Data Reses anggota DPRD Kota Bandar Lampung ... 76

Tabel 7. Data Hasil Reses Anggota DPRD Bandar Lampung Tahun 2011 .. 76

Tabel 8. Data Hasil Reses Anggota DPRD Bandar Lampung Tahun 2012 .. 77

Tabel 9. Jumlah Aspirasi / Surat Pengaduan Yang Masuk ke DPRD Bandar Lampung ... 80

Tabel 10. Data Rapat Anggota DPRD Bandar Lampung ... 94

Tabel 11. Perda Yang Disahkan Oleh DPRD Bandar Lampung Tahun 2011 . 102

(21)

iv

DAFTAR BAGAN

Halaman

1. Alur Pengelolaan Aspirasi Secara Langsung ... 29

2. Analisis Data Model Interaktif, Miles dan Huberman ... 49

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel Triangulasi 2. Daftar Pertanyaan 3. Dokumentasi Photo

4. Surat Izin Riset dari UNILA

5. Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL

6. Surat Persetujuan Penelitian di Sekertarian DPRD Kota Bandar Lampung 7. Surat Keterangan dari Sekertaris DPRD Kota Bandar Lampung

8. Susunan Personalia Alat Kelengkapan DPRD Kota Bandar Lampung 9. Perubahan Atas Keputusan DPRD Kota Bandar Lampung No.

02/DPRD-BL/2012 Tentang Personalia Alat Kelengkapan DPRD Kota Bandar Lampung

10. Laporan Hasil Pelaksanaan Reses Anggota DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2011 Tahap I

11. Laporan Hasil Pelaksanaan Reses Anggota DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2011 Tahap II

12. Laporan Hasil Pelaksanaan Reses Anggota DPRD Kota Bandar Lampung Tahun 2011 Tahap III

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dari zaman kemerdekaan hingga zaman reformasi bila dilihat berdasarkan pendekatan kesisteman, dapat di bedakan menjadi dua sistem, yaitu sistem pemerintahan pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahannya dikenal dengan konsep sentralisasi dan desentralisasi. Menurut Siswanto dalam Erna (2009:1), konsep sentralisasi menunjukkan karakteristik bahwa semua kewenangan penyelenggaraan pemerintahan berada di pemerintah pusat, sedangkan sistem desentralisasi menunjukkan karakteristik yakni sebagian kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban pemerintah Pusat, diberikan kepada pemerintah daerah.

Menurut Harlod F. Alderfer dalam Khairul (2006:5) sentralisasi atau

(24)

diri-nya, sementara pejabat lokal atau daerah hanya merupakan bawahan sepenuhnya dan mereka hanya menjalankan perintah dari pusat.

Definisi desentralisasi menurut Harlod F. Alderfer dalam Khairul (2006:5) adalah unit – unit lokal ditetapkan dengan kekuasaan tertentu atas bidang tugas tertentu. Sedangkan menurut Joeniarto dalam Erna (2009:1) adalah memberikan wewenang dari pemerintah negara kepada pemerintah lokal untuk mengatur dan mengurus urusan tertentu sebagai urusan rumah tangganya sendiri. Dapat dikatakan pemerintah lokal dapat menjalankan penilaian, inisiatif dan pemerintahannya sendiri seusai dengan ciri khas daerahnya masing – masing.

Menurut Erna (2009:2) berdasarkan tujuannya, desentralisasi (otonomi daerah) memiliki beberapa tujuan. Yang pertama untuk mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan tentang masalah – masalah kecil bidang pemerintah di tingkat lokal. Yang kedua, meningkatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah lokal. Yang ketiga, desentralisasi dapat melatih masyarakat untuk dapat mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Dan yang keempat, dapat mempercepat bidang pelayanan umum pemerintah kepada masyarakat.

(25)

3

Adanya konsep dari otonomi daerah maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 yang menganut sistem pemerintahan yang dianggap sentralistik dianggap tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman dan sistem demokrasi yang saat ini dianut Indonesia. Sebagai penggantinya dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui lagi dengan Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dengan diberlakukanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka penyelenggaraan otonomi daerah diwujudkan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara proporsional dengan lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman di daerah, selain itu pemerintah daerah (kabupaten/kota) dan aparatur publik yang lainnya dituntut untuk melaksanakan fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut meliputi fungsi pelayanan masyarakat, serta melaksanakan pembangunan dan perlindungan masyarakat. Implementasi dari fungsi-fungsi tersebut akan tercermin pada berbagai kebijakan dan pelayanan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah yang ditujukan kepada masyarakat.

(26)

Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004, sebagai lembaga eksekutif yang menyelenggarakan pemerintahan daerah, Pemerintah daerah memiliki berbagai unsur dalam menjalankannya. Unsur yang ada dalam Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah. Gubernur, Bupati, atau Walikota dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Kepala Daerah tingkat Provinsi disebut Gubernur. Dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah, Gubernur bertangung jawab kepada DPRD Provinsi. Dan dalam kedudukannya sebagai wakil kepala pemerintah pusat yang ada di daerah, Gubernur berada di bawah dan bertangung jawab kepada Presiden. Sedangkan Kepala daerah Kabupaten atau kota disebut Bupati atau walikota. Bupati atau Walikota dalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebagai kepala daerah, keduanya bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten / Kota.

(27)

5

perundangundangan; dan (7) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan juga berkedudukan sebagai salah satu unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ada 2 jenis DPRD yang ada, yang pertama DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten atau Kota. Lembaga legislatif ini memiliki tugas yang sama, namun berbeda dalam tingkat wilayahnya. Jika DPRD Provinsi, bertugas pada tingkat provinsi, sedangkan DPRD Kota atau Kabupaten bertugas pada tingkat kota atau Kabupaten.

DPRD baik provinsi maupun kota, memiliki tugas dan fungsi menurut Surbakti (1992:176) yaitu sebagai policy making, bugeting, dan controlling. Fungsi policy making merupakan fungsi untuk merumuskan kebijakan pembangunan dan perencanaan program pembangunan, dan fungsi bugeting dimana DPRD berfungsi sebagai perencana anggaran daerah (APBD), serta fungsi controlling dimana DPRD berfungsi sebagai pengawas Pemda dalam menjalankan pemerintahan.

(28)

komisi. Untuk DPRD kabupaten/kota, jika jumlah anggota 20 – 35 orang, membentuk tiga komisi. Sedangkan yang beranggotakan lebih dari 35 orang, membentuk empat komisi. Masa jabatan anggota DPRD baik provinsi maupun kabupaten/kota adalah 5 tahun, dan berakhir pada saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Anggota DPRD terdiri atas anggota partai politik yang menjadi peserta dalam pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Ini menyebapkan DPRD saat ini berbeda dengan DPRD yang sebelum – sebelumnya yang menggunakan sistem penunjukkan langsung. DPRD saat ini dipilih langsung oleh raykat dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif. Dalam pemilu legislatif ini, masyarakat yang sudah memiliki hak untuk memilih dapat menentukan pilihannya secara langsung pada nama – nama calon anggota DPRD baik provinsi maupun kabupaten/kota yang diyakini mampu menyampaikan dan memperjuangkan aspirasinya. Agar anggota DPRD dapat terpilih oleh masyarakat banyak dalam pemilu legislatif, sehingga dapat menjabat sebagai wakil rakyat, menurut tata cara yang berlaku mereka melakukan kegiatan kampanye.

(29)

7

Kabupaten/Kota untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program – programnya.

Visi dan misi atau program – program yang para anggota DPRD ucapkan pada saat mereka mencalonkan diri, dapat dikatakan sebagai janji para anggota DPRD kepada masyarakat yang harus mereka penuhi. Karena dengan janji yang mereka ucapkan pada pemilu legislatif, mereka dapat meraih kepercayaan masyarakat bahwa anggota DPRD yang mereka pilih dapat memenuhi janji dan dapat menyampaikan serta memperjuangkan aspirasi mereka. Jadi sudah merupakan tanggung jawab dari setiap anggota DPRD baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk dapat memenuhi segala janji yang mereka ucapkan kepada masyarakat pada waktu masa pemilu legilatif. Namun yang terjadi pada saat sekarang ini, tampaknya banyak sekali anggota DPRD lupa akan janji yang mereka ucapkan pada masa pemilu legislatif mereka. Ini dapat kita lihat dari banyaknya anggota legislatif yang terjerat kasus korupsi.

(30)

bahwa semakin meningkatnya anggota legislatif yang memperkaya diri mereka sendiri dan melupakan janji – janji kampaye mereka.

Anggota DPRD juga mempunyai tangung jawab untuk menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti serta memperjuangkan aspirasi masyarakat yang telah percaya dan memilih mereka agar terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat yang ada di daerah, selain menepati janji yang mereka ucapkan sewaktu pemilu legislatif. Ini sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 43. Namun yang terjadi, jika dilihat dari tingkat kehadiran para anggota DPRD selama rapat paripurna, bisa terbilang cukup rendah. Di Bandar Lampung sendiri tingkat kehadiran para anggota legislatifnya selama tahun 2011 dan awal tahun 2012 masih di bawah 60% (http://www.radarlampung.co.id/ diakses pada tanggal 26 November 2012). Berdasarkan data di tersebut, maka lokasi dari penelitian ini berada di Kota Bandar Lampung.

(31)

9

program yang dihasilkan pemerintah dapat sesuai dengan masalah yang ada di masyarakat sehingga terdapat asas manfaatnya dan juga mendapat dukungan dari masyarakat itu sendiri. Jika telah mendapat dukungan dari masyarakat, maka secara tidak langsung akan timbul keinginan untuk menjalankan dan memelihara serta menjaga dari masyarakat itu sendiri.

Sebagai contoh Syamsudin (2007:05) melakukan penelitian di Jambi dan menemukan bahwa hanya sekitar 15-20% aspirasi masyarakat yang dijadikan program pemerintah. Ini menunjukkan rendahnya persentase aspirasi masyarakat yang diserap dan di jadikan suatu program pemerintah. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan aspirasi yang diakomodir adalah peningkatan sarana jalan berupa pengerasan jalan, sementara usulan kegiatan penting lainnya yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan tidak termasuk dalam kegiatan yang dibiayai APBD. Di Bandar Lampung sendiri, belum diketahui berapa persen aspirasi masyarakat yang diserap anggota DPRD dan dijadikan program oleh pemerintah daerah.

Menurut kelompok peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia dalam Isra (2010:288), rendahnya persentase aspirasi masyarakat yang diserap dan dijadikan suatu program pemerintah disebabkan karena tidak adanya peraturan yang menyatakan bahwa aspirasi masyarakat yang sudah disampaikan (baik yang tertulis maupun lisan) harus dicatat sebagai bagian dari proses penyiapan dan pembahasan program pemerintah. Selain itu, menurut Khatarina dalam Isra (2010:288) pola penerimaan masukan (aspirasi masyarakat) yang selama ini telah dijalankan oleh badan legislatif terbukti secara empirik hanya

(32)

aspirasi publik. Karena pada umumnya, menurut Salman (2009:04) setelah masuk ke Pemerintah Daerah (Dinas/ Satuan Kerja (satker)), aspirasi masyarakat sering kali dipangkas. Bahkan sering diganti dengan program hasil persetujuan sepihak antara anggota DPRD tertentu dengan pihak eksekutif. Ini mengakibatkan program yang dibuatpun lebih banyak kepentingan penguasa daripada kepentingan rakyatnya. Sehingga meskipun program yang dihasilkan baik tetapi sering tidak tepat dengan asas manfaatnya karena tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.

Program yang dikeluarkan pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, maka akan kurang mendapat dukungan dari masyarakat. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka secara tidak langsung tidak akan muncul kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk menjalankan, dan memelihara serta menjaganya.

(33)

11

(2004:276) menyebutkan suatu keharusan agar dapat merespon aspirasi yang berakselarasi sebagai bagian penting dari penguatan masyarakat dapat memperkuat negara. Sehingga penyerapan aspirasi masyarakat dan menjadikannya suatu program bagi suatu daerah dapat menjadi penguatan masyarakat itu sendiri. Namun yang terjadi dalam pelaksanaan penyerapan aspirasi masyarakat menurut Isra (2010:289), aspirasi itu sendiri belum menjadi keharusan untuk dijadikan program pemerintah khususnya pemerintah daerah. Ini mengakibatkan posisi dari aspirasi masyarakat itu sendiri tidak jauh berbeda kedudukannya dengan opini yang ada di surat kabar maupun obrolan di pinggir jalan. Ini jelas menyimpang dari diadakannya otonomi daerah yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan lokal atau daerah.

(34)

digunakan oleh anggota DPRD Bandar Lampung dalam melakukan penyerapan aspirasi masyarakat dan juga dengan melihat upaya – upaya apa saja yang telah dilakukan dalam meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat khususnya masyarakat dari Kota Bandar Lampung. Mengingat Bandar Lampung menjadi ibu kota dari Provinsi Lampung sehingga keinginan antara masyarakat satu dengan yang lainnya menjadi berbeda dan beragam.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dengan melihat latar belakang di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Penyerapan Aspirasi Masyarakat yang Dilakukan Oleh Anggota DPRD Bandar Lampung Tahun 2011 – 2012?

2. Upaya – upaya apa saja yang dilakukan oleh anggota DPRD Bandar Lampung dalam meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis Penyerapan Aspirasi Masyarakat yang Dilakukan Oleh Anggota DPRD Bandar Lampung Tahun 2011 – 2012 . 2. Mengidentifikasi dan menganalisis Upaya – upaya apa saja yang dilakukan

(35)

13

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan secara praktis

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan umum di bidang kebijakan publik khususnya menyangkut proses penyerapan aspirasi oleh decision maker.

2. Secara Praktis

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Untuk memahami konsep dari partisipasi masyarakat, sebaiknya pembahasan terlebih dahulu diarahkan pada siapa yang berpatisipasi dan apa yang terkandung dalam istilah partisipasi. Telaah mengenai siapa yang berpartisipasi akan mengarah pada pembahasan tentang dua hal, yakni apa yang dimaksud dengan masyarakat dan bagaimana posisi masyrakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

1. Masyarakat

Korten dalam Muluk (2006:39) menjelaskan istilah masyarakat yang secara popular merujuk pada sekelompok orang yang memiliki kepentingan bersama. Namun kemudian ia lebih memilih pengertian yang berasal dari dunia ekologi dengan menerjemahkan masyarakat sebagai “an interacting population of organisms (individuals) living in a common location”.

(37)

15

Berdasarkan berbagai pengertian masyarakat yang telah disebutkan di atas, maka masyarakat menurut peneliti adalah sekelompok orang yang hidup dan tinggal di wilayah yang sama serta bekerja bersama – sama untuk mencapai terkabulnya kepentingan bersama.

Berdasarkan peran masyarakat menurut Wray et al dalam Dwiyanto (2005:196) masyarakat berfungsi untuk menentukan visi pemerintah, masa depan yang ingin diwujudkan serta strategi untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Masyarakat merupakan penasehat dari pemerintah ketika meraka akan membuat kebijakan yang menyangkaut kepentingan publik.

Menurut Khairul (2006:45) masyarakat merupakan elemen yang sangat penting dalam pemerintahan daerah sehingga partisipasinya dalam pemerintahan daerah merupakan aspek penentu berlangsung atau tidaknya otonomi daerah. Oleh sebab itu, aspirasi masyarakat menjadi hal yang paling dasar yang harus diserap agar tujuan dari adanya otonomi daerah dapat tercapai.

2. Partisipasi Masyarakat

(38)

bermoral atau tak bermoral. Kandungan pengertian tersebut juga bersifat dipaksa atau bebas, dan bisa pula bersifat manipulative maupun spontan.

Isra (2010:282) menyebutkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat, baik secara individual maupun kelompok, secara aktif dalam penentuan kebijakan publik atau perundang-undangan. Sedangkan Santosa dalam Isra (2010:282) menambahkan bahwa pengambilan keputusan publik yang partisipatif bermanfaat agar keputusan tersebut benar-benar mencerminkan kebutuhan, kepentingan serta keinginan masyarakat.

(39)

17

Jadi dapat kita simpulkan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat baik secara individu maupun kelompok dalam proses pengidentifikasian masalah, pembuatan keputusan, pelaksanaan kegiatan, maupun monitoring kegiatan baik secara sukarela maupun memiliki kepentingan demi kehidupan dan lingkungan mereka.

Tujuan dasar dari peran serta masyarakat atau partisipasi masyarakat menurut Hamidi (2007:41) adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang berkepentingan (public interest) adalm rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, karena dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak akibat kebijakan dan kelompok kepentingan (interest group), para pengambil keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tertentu, untuk kemudian menuangkannya ke dalam suatu konsep. Pandangan dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong pengambil keputusan (stake holder) untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang pasti dari berbagai faktor.

(40)

- Efektivitas Partisipasi

Keith Davis dalam Hamidi (2007:43) ada beberapa persyaratan agar dapat melaksanakan partisipasi secara efektif, persyaratan tersebut antara lain : 1) Waktu. Yang dimaksud disini adalah waktu untuk memahami pesan

yang disampaikan oleh pemrakarsa (dalam hal ini anggota DPRD). Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa perlu peran serta. Pesan – pesan itu disampaikan melalui komunikasi, yaitu usaha dan kegiatan untuk menumbuhkan pengertian yang sama antara pemrakarsa yang disebut sebagai komunikator dan penerima pesan/komunikan.

2) Subyek partisipasi hendaklah relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatu yang menjadi perhatiannya/kepentingannya.

3) Partisipan harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, artinya memiliki pola pikir yang setara dengan komunikator.

(41)

19

B. Penyerapan Aspirasi Masyarakat

1. Aspirasi Masyarakat

Amirudin (2003:3) secara defenitif merumuskan, konsep dari aspirasi mengandung dua pengertian, aspirasi di tingkat ide dan aspirasi di tingkat peran struktural. Di tingkat ide, konsep berarti sejumlah gagasan verbal dari lapisan masyarakat manapun. Ditingkat peran dalam struktur adalah keterlibatan langsung dalam suatu kegiatan yang diadakan pemerintah.

(42)

masyarakat yang terlibat, maka akan semakin baik. 3) Dan juga dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik di masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah baik dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada tahap pengawasan telah diatur dalam undang – undang. Misalnya Undang – Undang No. 10 Tahun 2004 tentang keterbukaan. Dalam Pasal 5 yang disebutkan bahwa masyarakat mempunyai kesempatan dalam proses pembuatan kebijakan, mulai dari tahap perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan. Selain itu Pasal 53 juga disebutkan bahwa masyarakat berhak memberi masukan secara lisan atau tertulis dalam proses pembuatan kebijakan. Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 juga disebutkan tujuan dari otonomi daerah adalah meningkatkan peran serta masyarakat daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Serta kewajiban anggota DPRD dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 untuk menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti serta memperjuangkan aspirasi masyarakat.

(43)

21

Dengan berkembangnya pelaksanaan demokrasi dan dengan adanya otonomi daerah, diharapkan masyarakat dapat berupaya secara optimal untuk memperbaiki kesejahteraannya melalui berbagai program pembangunan sesuai dengan kepentingan dan potensinya, serta pemerintah bertindak sebagai katalisator. Untuk itu para elit politik khusunya anggota DPRD yang berkewajiban untuk menyerap aspirasi masyarakat harus lebih dekat dengan masyarakat dan tidak lagi memandang masyarakat sebagai objek dari pembangunan, agar dapat membuat program yang bisa memecahkan masalah yang ada bukan memperbanyak masalah yang ada di masyarakat.

Menurut Archon Fung yang dikutip Salman (2009:25), secara umum dikenal tiga metode untuk memahami aspirasi rakyat yaitu :

a) Luas lingkup partisipasi akan menentukan siapa saja yang berhak menyalurkan aspirasinya untuk mempengaruhi sebuah kebijakan. Terdapat lima model dasar yang membedakan luasnya ruang pastisipasi bagi penyalur aspirasi rakyat; yang pertama, self selected, yaitu mekanisme yang sepenuhnya membebaskan masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya atau tidak. Kedua, rekurtmen terseleksi, yaitu hanya orang – orang tertentu yang memenuhi persayaratan saja yang memiliki hak untuk menyalurkan aspirasinya dalam proses pembuatan kebijakan. Ketiga,

random selection yang juga sering dikenal dengan teknik polling, yaitu penyerapan aspirasi masyarakat dengan memilih secara acak beberapa individu yang dianggap mewakili masing – masing komunitas. Keempat,

(44)

beberapa warga negara yang secara sukarela mau bekerja tanpa dibayar. Sekelompok warga diberi kepercayaan untuk memikirkan atau menangani suatu kebijakan tertentu. Kita sudah mengenal prinsip penyaluran aspirasi semacam ini, misalnya melalui Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Kelima, Professional Stakeholders, yaitu pembuatan kebijakan publik yang melibatkan tenaga – tenaga professional yang digaji atau diberi honorarium. Asumsinya, tenaga – tenaga professional ini memiliki kapasitas menemukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

b) Melihat jenis komunikasi yang terjadi antara pemerintah dengan warganya, apakah satu arah atau timbal balik. Model komunikasi timbal balik memberikan ruang yang lebih luas bagi proses penyerapan aspirasi yang lebih berkualitas.

c) Melihat relevansi antara perkembangan aspirasi dengan substansi kebijakan. Semakin relevan produk kebijakan yang menghasilkan dengan persoalan rill yang berkembang di masyarakat, maka proses penyerapan aspirasi yang terjadi di masyarakat bisa dikatakan semakin berkualitas.

a. Bentuk – Bentuk Aspirasi

(45)

23

“menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat”.

Namun menurut Marwati (2007:52) dalam aktifitas sehari – hari atau dilihat dari berbagai aspirasi yang masuk di DPRD, dapat kita jumpai beberapa bentuk aspirasi itu sendiri.

1) Aspirasi dalam bentuk tertulis

Yaitu aspirasi yang dituangkan dalam sebuah catatan yang ditujukan kepada ketua DPRD yang isinya tentang beberapa hal :

a) Tentang dukungan kepada seseorang / individu

Yakni aspirasi yang disampaikan kepada ketua DPRD yang kaitannya dengan dukungan kepada orang / individu akibat dari prestasi yang diraihnya atau yang berguna bagi pengambilan suara dalam pemilu.

b) Tentang pernyataan

Yaitu aspirasi tertulis yang disampaikan kepada ketua DPRD berupa pernyataan kesiapan, maupun pernyataan suatu kelompok dalam mendukung seorang pejabat untuk memperoleh kursi di dewan maupun kepala pemerintahan.

2) Aspirasi dalam bentuk lisan

(46)

secara langsung memberikan jawaban yang dikehendaki oleh para demostran. Biasanya aspirasi dalam bentuk lisan ini dibacakan di depan anggota dewan untuk didengar.

3) Aspirasi dalam bentuk perseorangan

Biasanya aspirasi dalam bentuk perseorangan berupa pernyataan yang disampaikan secara tertulis ditujukan kepada ketua DPRD.

4) Aspirasi dalam bentuk unjuk rasa / demostrasi

Aspirasi yang dituangkan ini biasanya dalam jumlah kelompok besar atau massa. Karena ada rasa simpati dan antipati terhadap sesuatu badan pemerintah dan simpati terhadap kelompok masyarakat. Unjuk rasa / demostrasi diatur tersendiri dalam Undang – undang Nomor 9 Tahun 1999 tentan Kemerdekaan mengeluarkan pendapat di muka umum. Penyampaian aspirasi ini wajib melapor pada polisi setempat selambat – lambatnya 3 x 24 jam sebelum kegiatan dimulai.

5) Aspirasi dalam bentuk kunjungan kerja

Aspirasi ini didapatkan pada saat anggota DPRD melakukan kunjungan kerja ke suatu daerah.

(47)

25

1) Aspirasi masyarakat secara langsung.

Berupa aksi Demonstrasi dan pengiriman delegasi ke bagian hubungan masyarakat.

2) Aspirasi masyarakat secara tidak langsung.

Aspirasi yang disampaikan baik kelompok maupun perseorangan secara tertulis melalui surat atau media elektronik (email) yang ditujukan kepada anggota dewan. Selain itu dapat juga dengan memberikan opini melalui surat kabar.

3) Aspirasi masyarakat melalui media elektronik atau secara Online.

Aspirai yang disampaikan kepada anggota dewan melalui media elektronik, yaitu website resmi tanpa harus datang secara langsung atau mengirimkan berkas surat. Dapat juga melaluin SMS center dan juga melalui operator telepon.

Dalam penelitian ini, aspirasi yang ingin dilihat adalah

1) Aspirasi dalam bentuk tertulis

Yaitu aspirasi yang dituangkan dalam sebuah catatan yang ditujukan kepada ketua DPRD yang isinya tentang beberapa hal :

a) Tentang dukungan kepada seseorang / individu

(48)

b) Tentang pernyataan

Yaitu aspirasi tertulis yang disampaikan kepada ketua DPRD berupa pernyataan kesiapan, maupun pernyataan suatu kelompok dalam mendukung seorang pejabat untuk memperoleh kursi di dewan maupun kepala pemerintahan.

2) Aspirasi dalam bentuk lisan

Yaitu aspirasi yang disampaikan secara langsung dan terbuka di depan ketua DPRD atau dewan anggota lainnya apabila si pembawa aspirasi menginginkan jawaban secara langsung, maka hari itu pula anggota dewan secara langsung memberikan jawaban yang dikehendaki oleh para demostran. Biasanya aspirasi dalam bentuk lisan ini dibacakan di depan anggota dewan untuk didengar.

3) Aspirasi dalam bentuk perseorangan

Biasanya aspirasi dalam bentuk perseorangan berupa pernyataan yang disampaikan secara tertulis ditujukan kepada ketua DPRD.

4) Aspirasi dalam bentuk kunjungan kerja

Aspirasi ini didapatkan pada saat anggota DPRD melakukan kunjungan kerja ke suatu daerah.

(49)

27

suatu isu yang dapat memengaruhi orang lain, serta memungkinkan seseorang dapat memengaruhi pendapat – pendapat tersebut. Ini berarti pendapat umum hanya bisa terbentuk kalau menjadi bahan pembicaraan umum, atau jika banyak orang penting (elite) mengemukakan pendapat mereka tentang suatu isu sehingga bisa menimbulkan pro atau kontra di kalangan anggota masyarakat.

(50)

b. Alur Pengelolaan Suatu Aspirasi

Dalam Buku Pedoman Umum Pengelolaan Aspirasi dan Pengaduan Masyarakat DPR RI Tahun 2010, alur dari suatu aspirasi adalah sebagai berikut:

1) Pengelolaan aspirasi masyarakat secara langsung di DPR RI

a) Delegasi yang berkunjung langsung ke Alat Kelengkapan DPR (AKD) memberitahukan terlebih dahulu ke Bagian Hubungan Masyarakat Sekertariat Jenderal DPR RI.

b) Bagian Sekertariat AKD menginformasikan kepada Pimpinan AKD mengenai maksud dan tujuan kedatangan delegasi serta permasalahannya.

c) Bagian Sekertariat AKD memfasilitasi pertemuan delegasi / perorangan dengan Pimpinan AKD setelah waktu pertemuan ditentukan oleh AKD/Anggota.

d) AKD/Anggota menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, baik melalui Rapat – rapat di Alat Kelengkapan maupun melalui Kunjungan Kerja.

(51)

29

2) Pengelolaan Aspirasi Masyarakat secara tidak langsung

a) Melalui surat / email dibagi menjadi tiga tahap

i. Tahap pertama pencatatan surat masuk

Surat yang diterima oleh Sekertariat Pimpinan DPR RI atau Sekertariat AKD/Fraksi dilakukan proses pencatatan terlebih dahulu di bagian Tata Persuratan.

ii. Tahap kedua analisis / telaah surat / email

1. Proses analisis dilakukan di Bagian Pengaduan Masyarakat berdasarkan tupoksi dan dapat pula dilakukan di Sekertariat AKD.

2. Surat / email aspirasi yang ditujukan kepada Pimpinan DPR RI, selanjutnya dianalisis oleh bagian Pengaduan Masyarakat.

Pelapor

Pamdal

Bagian

Bagian

Humas

Alat Kelengkapan Dewan

(AKD)

1

2

4

3

(52)

3. Surat / email yang ditujukan kepada Pimpinan AKD, setelah di adminstrasi dan dianalisis di Bagian Pengaduan Masyarakat selanjutnya diproses lebih lanjut oleh bagian Sekertariat AKD.

4. Analisa surat / email dilakukan dengan mengacu kepada peraturan perundang – undangan yang berlaku.

iii. Tahap ke tiga Pembuatan Surat Tindak Lanjut

1. Proses tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan arahan / disposisi Pimpinan DPR RI atau Pimpinan AKD.

2. Surat tanggapan atau tindaklanjut dibuat berdasarkan hasil analisis yang telah mendapat persetujuan dan arahan Pimpinan DPR RI.

3. Surat tanggapan atau tindak lanjut yang ditujukan kepada AKD untuk proses lebih lanjut ditandatangani oleh Sekertariat Jenderal atas nama Pimpinan DPR RI.

(53)

31

b) Melalui opini pembaca surat kabar

Penyampaian aspirasi berupa keluhan, kritikan terkait dengan kelembagaan yang disampaikan perorangan atau kelompok masyarakat melalui surat kabar, akan ditangani oleh biro hubungan masyarakat sekertariat Jenderal DPR RI melalui penyampaian jawaban atau tanggapan secara tertulis pada surat kabar tersebut setelah melakukan koordinasi atas permasalahn tersebut dengan unit kerja terkait.

3) Melalui Media elektronik atau secara online

Aspirasi secara online yang disampaikan kepada DPR RI melalui website resmi. Secara umum, aspirasi masyarakat secara online, dapat dikelompokan sebagai berikut :

a) Aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada Pimpinan DPR RI. Aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada Pimpinan DPR RI menjadi lingkup tugas dan tanggung jawab bagian pengaduan masyarakat.

b) Aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada Pimpinan AKD Aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada Pimpinan AKD menjadi lingkup tugas dan tanggung jawab kesekertariatan AKD.

(54)

Penyampaian aspirasi berupa keluhan, kritikan terkait dengan kelembagaan yang disampaikan perorangan atau kelompok masyarakat melalui SMS center dan hotline, akan ditangani oleh Bagian Pengaduan Masyarakat melalui penyampaian jawaban atau tanggapan secara langsung tersebut setelah melakukan koordinasi atas permasalahan tersebut dengan unit kerja terkait.

2. Fungsi Komunikasi Politik dalam Menyerap Aspirasi Masyarakat

Fungsi komunikasi politik menurut Cangara (2009:40) adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha – usaha yang dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat.

b. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga politik.

c. Member motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan para pendukung partai. d. Menjadi platform yang bisa menampung ide – ide masyarakat sehingga

menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik.

(55)

33

f. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang mengancam persatuan nasional.

g. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap gerakan reformasi dan demokratisasi.

h. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda setting, maupun komentar – komentar politik.

i. Menjadi pengawas dalam membentuk terciptanya good governance yang transparansi dan akuntabilitas.

C. DPRD Sebagai Lembaga Penyerap dan Penyalur Aspirasi Masyarakat

1. Pengertian Lembaga Legislatif

Menurut Miriam Budardjo (2007:315) badan legislatif adalah lembaga yang

“legislate” atau lembaga pembuat undang-undang. Anggota -anggotanya

dianggap mewakili rakyat, nama lain yang sering dipakai adalah parlemen. Di Indonesia, lembaga legislatif terbagi menjadi dua bagian, yaitu lembaga legislatif pusat (DPR) dan lembaga legislatif daerah (DPRD). Lembaga legislatif mempunyai tugas yang sangat penting dalam penyelnggaraan pemerintahan daerah.

(56)

Daerah. DPRD juga merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan mempunyai fungsi dan tugas dalam pemerintahan di daerah.

2. Peran dan Fungsi Lembaga Legislatif

Menurut Ramlan Surbakti (1992:176) secara umum fungsi Lembaga Legislatif dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Policy Making. Merumuskan kebijakan umum yang sesuai dengan tuntutan masyarakat;

b. Budgeting. Menyusun anggaran penerimaan dan belanja negara.

c. Controlling. Mengawasi pelaksanaan undang – undang dan penerimaan dan penggunaan anggaran.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut di atas, maka para anggota DPRD ini memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Hak-hak tersebut menurut Surbakti (1992;176) antara lain: (a) hak inisiatif, yaitu hak anggota legislatif untuk berinisiatif mengajukan Rancangan Undang-Undang; (b) hak budgeting, yaitu hak untuk membuat dan menetapkan anggaran bersama eksekutif; (c) hak interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijaksanaannya di suatu bidang; (d) hak angket, yaitu hak untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu; dan (e) hak menyatakan pendapat, yaitu hak untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya.

(57)

35

a. membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama;

b. membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah;

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD kabupaten/kota;

e. memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah;

f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah;

h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah;

(58)

j. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Menurut Pasal 43 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hak dan kewajiban anggota DPRD lebih rinci adalah sebagai berikut :

1. Anggota DPRD mempunyai hak a. mengajukan rancangan Perda. b. mengajukan pertanyaan.

c. menyampaikan usul dan pendapat. d. memilih dan dipilih.

e. membela diri. f. Imunitas. g. Protokoler.

h. keuangan dan administratif.

2. Anggota DPRD mempunyai kewajiban:

a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan menaati segala peraturan perundang-undangan;

b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

(59)

37

e. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

f. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

g. memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya.

h. menaati Peraturan Tata Tertib, Kode Etik, dan sumpah/janji anggota DPRD;

i.menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

DPRD berfungsi sebagai lembaga penyerap dan penyalur aspirasi masyarakat. Ini sesuai dengan kewajiban para anggota DPRD menurut Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 43 dimana para anggota DPRD berkewajiban untuk dapat menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat serta memperjuangkannya hingga menjadi suatu kebijakan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. Dikarenakan fungsi dari lembaga legislatif itu sendiri menurut Surbakti (1992:176) adalah sebagai

(60)

sebagai lembaga legislatif yang ada di daerah dapat pula berfungsi sebagai lembaga penyerap dan penyalur aspirasi masyarakat.

D. Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah di Daerah

Salah satu implikasi dari Undang – Undang Otonomi Daerah adalah dengan Pembatasan kekuasaan dan kewenangan pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah, upaya memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap lembaga DPR dan DPRD, sebagai wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan pancasila. Hal ini di tunjukan untuk menghindari adanya pemusatan kekuasaan dan keweanangan yang pada akhirnya menimbulkan dampak terjadinya sistem pemerintahan yang korup, dan penuh dengan KKN. Pemerintah yang bersih, transparan dan akuntabel akan mendapatkan kepercayaan yang lebih dari masyarakat. Menurut Miriam Budiarjo (2007:106) “ kepala daerah mempuyai kedududkan yang sama tinggi dengan

DPRD”. Dengan kedudukan yang sama tinggi itu diharapkan akan lebih

mudah untuk menjalin kerjasama yang serasi dalam suasana kemitraan

(61)

39

kepala pemerintah daerah, mengadakan penyidikan, menentukan SPBD dan sebagainya

Dengan adanya kedua hak diatas diharapkan akan terjadi perubahan yang lebih harmonis sehingga terbentuk kesejahteraan antara lembaga legislatif dan lembaga eksekutif daerah dan dasar kemitraan. Perubahan ini tidak hanya menghasilkan suatu sistem hubungan kerja atas dasar kemitraan saja, namun lebih dari itu yaitu keberhasilan tugas pemerintah yang diemban oleh badan legislatif dan badan daerah dalam menyerap menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

Sistem cheeks and balances antara kekuasaan badan eksekutif daerah dengan kekuasaan legislatif daerah sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan dimana sebuah korupsi hanya bisa dihindari apabila fungsi dan peran DPRD itu sendiri dapat berjalan secara efektif.

Dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat maka kewajiban DPRD adalah memperhatikan dan memajukan tingkat kehidupan rakyat dengan berdasarkan pada program pembangunan pemerintah dalam hal ini perjuangan untuk menampung aspirasi dan partisipasi rakyat sudah di patok untuk kepentingan program pembangunan pemerintah yang dalam prakteknya masih sering melanggar hak-hak asasi warga Negara.

(62)
(63)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan

Metode penelitian menurut Sugiyono (2012:02) merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian menurut Sugiyono (2012:04) digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah yang ada dalam penelitian. Untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi digunakan tipe penelitian. Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan merupakan tipe penelitian deskriptif (menggambarkan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian secara sistematis, dimana peneliti menurut sugiyono (2012:09) adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini menitik beratkan pada upaya untuk memberikan gambaran umum secara sistematis, berdasarkan fakta – fakta yang ditemukan di lapangan.

(64)

atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Penelitian ini memberikan gambaran dan pemahaman menyeluruh serta mendalam mengenai bagaimana penyerapan aspirasi masyarakat oleh anggota DPRD kota Bandar Lampung.

B. Fokus Penelitian

Sebuah problem (masalah) lebih sekedar dari bentuk rumusan dan pertanyaan, dan tentunya berbeda untuk setiap tujuan penelitian. Oleh karena itu menurut Usman (2008:24) fokus penelitian perlu ditetapkan guna membatasi wilayah penelitian dan juga berfungsi untuk mengidentifikasi faktor mana saja atau data apa saja yang termasuk dalam lingkup masalah penelitian dan mana yang bukan. Jadi dengan di tetapkannya fokus penelitian akan membantu peneliti dalam membuat keputusan yang tepat mengenai data yang akan dikumpulkan dan data yang tidak perlu dikumpulkan. Adapun fokus dalam penelitian ini meliputi:

1. Penyerapan Aspirasi Masyarakat Yang Dilakukan Oleh Anggota DPRD Bandar Lampung Tahun 2011-2012 meliputi :

a. Metode atau Pola – Pola Penyerapan Aspirasi Masyarakat. b. Jangka waktu dalam menyerap aspirasi masyarakat. c. Tindak lanjut penyerapan aspirasi masayarakat.

(65)

43

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dengan mempertimbangkan hal di atas dan membatasi penelitian maka penelitian ini dilakukan di Kota Bandar Lampung.

Beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian ini adalah :

1. Rendahnya tingkat kehadiran anggota DPRD dalam rapat, sehingga memunculkan pertanyaan bagaimana dengan penyerapan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD, apakah akan sama rendahnya atau tidak.

2. Secara adminstrasi pemerintahan, Kota Bandar Lampung merupakan sebagai ibu kota dari Provinsi Lampung, sehingga terdapat banyaknya aspirasi yang berkembang di masyarakat.

3. Sebagai kota yang masyarakatnya heterogen, yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya yang tinggal di dalamnya, sehingga aspirasi masyarakat yang ada berbeda antara satu dengan lainnya.

(66)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Menurut Nawawi dan Martini (2006:98), data merupakan bentuk tanggapan, pendapat, kenyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan sehubungan dengan masalah penelitian. Data penelitian terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu :

a. Data primer, yaitu berupa kata-kata dan tindakan informan serta peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian dan merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada dilokasi penelitian. Data-data primer ini merupakan unit analisis utama yang digunakan dalam kegiatan analisis data. Secara aplikatif data primer ini diperoleh peneliti selama proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara secara mendalam dan observasi terhadap kegiatan penyerapan aspirasi masyarakat. Data primer dalam penelitian ini adalah :

1) Observasi langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyerapan aspirasi masyarakat oleh Anggota DPRD di kota Bandar Lampung.

2) Hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penyerapan aspirasi masyarakat di kota Bandar Lampung.

(67)

45

dokumen resmi dari Pemerintahan Kota Bandar Lampung dan Anggota DPRD yang terlibat.

2. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu:

a. Wawancara Semiterstruktur (in depth interview). Tujuan dari wawancara ini menurut Sugiyono (2012:233) adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide – idenya. Teknik ini didunakan untuk menjaring data-data primer yang berkaitan dengan fokus penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara terstruktur (structured interview) dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide). Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai adalah aktor-aktor yang terlibat dalam penyerapan aspirasi masyarakat oleh Anggota DPRD Kota Bandar Lampung.

Dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka dalam menentukan informan peneliti menggunakan

teknik “purposive sampling” pada tahap awal dan dalam

(68)

berdasarkan tujuan penelitian dan kemudian berkembang menjadi luas (snow balling) sampai ditemukan informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini Dalam penelitian ini Informan yang diwawancarai adalah aktor-aktor yang terlibat dalam Proses Penyerapan aspirasi masyarakat kota Bandar Lampung, yang antara lain yakni:

1) Yusuf Efendi, SE. Anggota Komisi A DPRD Bandar Lampung 2) Widarto, SE. Anggota Komisi B DPRD Bandar Lampung 3) Hanafi Pulung, Anggota Komisi C Bandar Lampung

4) Nandang Hendrawan, SE. Ketua Komisi D DPRD Bandar Lampung 5) Pariaman Staff Komisi C DPRD Bandar Lampung

6) Arifin sebagai masyarakat yang menyampaikan aspirasi 7) Yuhni Ayip sebagai masyarakat yang menyampaikan aspirasi 8) Yanto sebagai masyarakat yang menyampaikan aspirasi

b. Pengamatan (observasi). Observasi menurut Usman (2008:52) adalah pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk merekam data-data primer berupa peristiwa atau situasi sosial tertentu pada lokasi penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Adapaun observasi yang peneliti lakukan yaitu mengamati secara langsung kegiatan penyerapan aspirasi masyarakat oleh anggota DPRD kota Bandar Lampung berupa Photo.

(69)

47

menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan kegiatan penyerapan aspirasi masyarakat oleh anggota DPRD kota Bandar Lampung berupa laporan kegiatan Rapat yang ada di DPRD, Laporan kegiatan reses, dan laporan kunjungan kerja.

E. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Menurut Miles dan Huberman, teknis analisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data Reduction), yaitu suatu proses merangkum, pemilihan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, dianalisa melalui tahapan penajaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan dari arti data tersebut.

(70)

Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara terhadap informasi serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data.

3. Penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi (Conclusoin drawing/verification). Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama pengimpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif. Akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat

grounded”, dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan

(71)

49

Bagan 2. Analisis Data Model Interaktif, Miles dan Huberman

Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:247) F. Keabsahan Data

Sugiyono (2012:267) mengemukakan keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:270) harus dilakukan teknik pemeriksaan meliputi :

1. Derajat kepercayaan (kredibilitas).

Penetapan kriteria ini pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai

Data Collection

Data Reduction

Conclusions: drawing/verifying

(72)

dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk memeriksa kredibilitas atau derajat kepercayaan antara lain dengan:

a. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugiyono (2012:273) adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Ada beberapa teknik triangulasi menurut Sugiyono yaitu :

1) Triangulasi dengan sumber data

Dilakukan dengan cara mengecek suatu informasi yang diperoleh melalui beberapa sumber. Sumber tersebut merupakan sumber yang berasal dari pelaku dalam hal ini anggota DPRD Bandar Lampung, dan yang kedua sumber yang berasal dari masyarakat Bandar Lampung, serta sumber yang berada pada pihak netral seperti pengamat politik atau lembaga sosial masyarakat.

2) Triangulasi dengan metode/teknik

(73)

51

melakukan pendalaman dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

2. Keteralihan (transferability).

Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif dan ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,

Tabel 1

Proses Triangulasi Data

Gambar

Proses Triangulasi DataTabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu pekerjaan yang diperlukan untuk dapat mengendalikan banjir adalah catatan kejadian sedimentasi yang menyangkut sifat dan karakteristik dari Kali Surabaya, di

  TERIANA,S.Pd 70

Perhitungan penyusutan sumber daya alam dan lingkungan akibat penam- bangan emas di Pongkor dilakukan dengan menghitung nilai deplesi emas dan perak serta nilai degradasi

Struktur tabel spo_admin merupakan tempat penyimpanan akun admin untuk dapat masuk ke dalam sistem, sehingga admin dapat merubah / menghapus data yang ada di

Kelinci termasuk jenis ternak pseudo-ruminant , yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat dengan baik.. Binatang ini memfermentasi pakan

Usaha basecamp yang merupakan usaha milik masyarakat, selain dengan munculnya pedagang menjadikan kebutuhan warga terpenuhi, dengan adanya usaha basecamp di Kawasan

Knowledge of meaningful body motion is also useful when interpreting the speaker’s kinesics and other extra-linguistic elements, especially if the target language