• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor gaya hidup yang mempengaruhi keputusan remaja dalam menggunakan kartu seluler IM3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor gaya hidup yang mempengaruhi keputusan remaja dalam menggunakan kartu seluler IM3"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan

teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dan dianggap mampu

membantu hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak hidup

manusia menjadi berubah lebih mudah dan terasa dekat.

Semakin lama pola pikir konsumen berubah seiring perkembangan jaman.

Konsumen yang dulunya hanya menggunakan alat komunikasi yang disebut

telepon, kini mulai beralih menggunakan telepon seluler, sehingga perusahaan

penyedia jasa layanan telekomunikasi dapat mengambil peluang baru dari

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan konsumen yang belum terpenuhi.

Pilihan-pilihan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Diantaranya adalah

telepon seluler yang berbasis Global System for Mobile Community (GSM)

yang mendominasi pasaran terkenal dan tarifnya mahal serta kecepatan akses

datanya hanya 64 kbps, akan tetapi memiliki jaringan yang luas hingga ke

pelosok negeri, sebab telah lama beroperasi di Indonesia. Kemudian telepon

seluler yang berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA), yang

beroperasi menggunakan lisensi telepon saluran tetap (fixed wireless) memiliki

(2)

Walaupun CDMA memiliki tarif yang lebih murah dari pada GSM, akan

tetapi bila dilihat dari jaringannya GSM tetap lebih baik, karena jaringannya

yang luas sampai ke pelosok-pelosok. Kelebihan dari telepon seluler yang

berbasis GSM sangatlah cocok dengan kondisi negara kepulauan seperti

Indonesia.

Melihat kondisi seperti itu, perusahaan-perusahaan yang bergerak di

bidang telekomunikasi berlomba-lomba mengeluarkan kartu Subscriber

Identity Modul (SIM) yang merupakan isi dari telepon seluler, dengan jenis

GSM untuk memuaskan konsumen.

PT. Indosat Tbk, merupakan salah satu perusahaan informasi dan

komunikasi (Info Com) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara

lengkap (full service and network provider) terkemuka di Indonesia. Produk

dan layanan telekomunikasi Indosat pun bervariasi. Indosat memiliki produk

pasca bayar Matrix untuk pelanggan korporat dan segmen atas, produk

prabayar Mentari untuk masyarakat luas, produk prabayar IM3 untuk segmen

”young and trendy” dan Star One yang berbasis teknologi CDMA.

Produk-produk ini dapat menarget segmen pasar tertentu dengan tarif yang sesuai.

Sehingga Indosat dapat menawarkan image sebagai penyedia tarif murah tanpa

mengurangi keseluruhan pendapatan. Apabila image ini sudah melekat kuat,

maka pelanggan baru akan mudah diperoleh dan akan memenangkan pangsa

pasar pada masa mendatang.

Salah satu produk Indosat yang sedang berkembang dan paling banyak

(3)

muda atau remaja. IM3 mulai diluncurkan pada tanggal 31 agustus 2001 di

Batam. IM3 memiliki jangkauan luas yang didukung oleh “sinyal kuat

Indosat”, sehingga bisa digunakan di seluruh Indonesia. Pelanggan IM3 dapat

menggunakan handphone dual band (900 & 1800 MHZ). Dengan frekuensi

dual band, diharapkan dapat menampung pelanggan yang lebih banyak dan

mengurangi drop call atau network busy serta dapat meningkatkan kualitas

suara.

Mengingat segmen yang dibidik oleh IM3 adalah kalangan remaja, maka

dalam strategi penetapan harga pun dibuat semurah mungkin sehingga dapat

dijangkau oleh kalangan remaja. Berikut ini adalah tarif voice dan Short

Message Service (SMS) produk IM3 :

Tabel 1.1

Tarif Voice Ke Sesama Indosat Untuk JABODETABEK dan Jawa

(4)

Tabel 1.2

Tarif Voice Ke Sesama Indosat Untuk Daerah Luar Jawa

Luar Jawa*

00.00 – 11.00 11.00 – 17.00 17.00 – 24.00

Rp 15/detik sampai detik ke-20

Rp 0,1/detik untuk detik selanjutnya

Rp 15/detik sampai detik ke-70

Rp 0,1/detik untuk detik selanjutnya

Rp 15/detik sampai detik ke-130

Rp 0,1/detik untuk detik selanjutnya * Kecuali NAD, Sumut, Sumbar, Riau Daratan, Jambi, Bangka Belitung, Sulteng, Sultra, Bali

Sumber : www.indosat.com

Tabel 1.3

Tarif Voice KeSesama Indosat Untuk Daerah

NAD, SUMUT, Riau, Jambi, Bangka Belitung, SULTENG, SULTRA dan Bali

NAD, Sumut, Sumbar, Riau Daratan, Jambi, Bangka Belitung, Sulteng, Sultra, Bali

00.00 – 17.00 17.00 – 24.00

Rp 15/detik sampai detik ke-20

Rp 0,1/detik untuk detik selanjutnya

Rp 15/detik sampai detik ke-130

Rp 0,1/detik untuk detik selanjutnya Sumber : www.indosat.com

Tabel 1.4

Tarif Voice Ke Sesama Indosat Untuk Daerah Nusa Tenggara

Nusa Tenggara

00.00 – 17.00 17.00 – 24.00

Lokal

Tarif Flat Rp 0,1/detik mulai detik pertama &

selanjutnya Rp 15/detik sampai detik ke-130

Rp 0,1/detik untuk detik selanjutnya

SLJJ

Rp 15/detik sampai detik ke-20

Rp 0,1/detik untuk detik selanjutnya

(5)

Tabel 1.5

Tarif Voice Ke Operator Lain

Nasional NAD, Sumut, Sumbar dan Riau Daratan

00.00 – 24.00

Rp 25/detik untuk 2 menit pertama

Rp 0,1/detik untuk 3 menit berikutnya (s.d menit ke 5) Skema berulang tiap 5 menit

Tarif Flat Rp 12,5/detik

Sumber : www.indosat.com

Tabel 1.6

Tarif SMS Untuk Pulau Jawa

Jawa

00.00 – 11.59 12.00 – 23.59

10 get 100*

Rp 0,1 /SMS untuk 100 SMS ke sesama Indosat

setelah 10 SMS berbayar (ke semua operator)

10 get 10*

Rp 0,1 /SMS untuk 10 SMS ke sesama Indosat

setelah 10 SMS berbayar (ke semua operator)

Sumber : www.indosat.com

Tabel 1.7

Tarif SMS Untuk Luar Jawa

Luar Jawa

00.00 – 11.59 12.00 – 23.59

10 get 100*

Rp 0,1 /SMS untuk 100 SMS ke sesama Indosat

setelah 10 SMS berbayar (ke semua operator)

10 get 100*

Rp 0,1 /SMS untuk 100 SMS ke sesama Indosat

setelah 10 SMS berbayar (ke semua operator)

(6)

Selain memberikan tarif yang murah yang sesuai dengan keadaan keuangan remaja, IM3 juga memiliki fitur-fitur yang sangat menarik dan disenangi oleh kalangan remaja. Berikut ini adalah fitur-fitur yang dimiliki oleh IM3 :

Tabel 1.2 Fitur-Fitur IM3

NO Fitur Fungsi

1 Ce Es An

Hanya dengan menelfon minimal Rp.2000, maka dalam sehari pelanggan dapat melakukan SMS sampai puas ke dua nomor telepon tanpa dikenakan biaya.

2 I-ring Pelanggan IM3 dapat mengaktifkan layanan nada tunggu sesuai pilihan yang disukai.

3 I-say Pelanggan dapat mengirim pesan dalam bentuk suara ke sesama Indosat

4 I-SMS warna Memberikan efak warna huruf pada saat berSMS.

5 Transfer pulsa Pelanggan dapat melakukan transfer pulsa ke sesama Indosat.

Poin plus-plus Pelanggan memiliki peluang untuk mendapatkan hadiah bila sering nelfon dan SMS.

8

Indosat 3G Pelanggan dapat melakukan video call dan internetan melalui ponsel.

9

I-menu

Pelanggan dapat menikmati informasi menarik melalui i-menu. Disini pelanggan dapat mengecek info liburan seperti info wisata, belanja, hotel, kuliner, SPBU, ATM dan lain sebagainya.

10 Kamus SMS IM3

Pelanggan dapat mengetahui arti dari kata-kata gaul yang sering digunakan remaja dalam ber-SMS.

(7)

Walaupun IM3 telah melakukan strategi penetapan harga yang murah dan didukung dengan fitur-fitur yang menarik bagi pelanggannya, namun bukan berarti IM3 berada diatas angin serta terbebas dari ancaman pesaing yang berusaha untuk merebut pasar IM3. Tantangan IM3 menjadi semakin besar ketika perusahaan pesaing dengan segmen pasar yang sama, mulai memunculkan teknologi-teknologi baru dengan harga dibawah standar.

Berbagai upaya dilakukan oleh IM3 untuk mempertahankan pasarnya agar tidak beralih kemerek lain. Salah satu strategi yang dilakukan IM3 untuk mempertahankan pasarnya adalah dengan melakukan pendekatan kepada pelanggannya melalui gaya hidup mereka. Artinya, IM3 memberikan produk dan layanan sesuai dengan gaya hidup dan jiwa muda dari pelanggan. Hal ini dilakukan IM3 dengan anggapan bahwa gaya hidup seseorang dapat mempengaruhi perilaku pembeliannya. Hal itu senada dengan pendapat Kotler (2000 : 223) yang menyebutkan bahwa keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, seperti usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.

Strategi IM3 untuk melakukan pendekatan kepada pelanggan melalui gaya hidup mereka diantaranya adalah dengan melakukan terobosan baru melalui program “IM3 Groov3” dengan menghadirkan kartu perdana baru IM3 dan kartu perdana IM3 iklan, dengan tarif paket nelpon, SMS dan Internet dengan harga hemat. Konsep “IM3 Groov3” ini mengadopsi gaya hidup dan jiwa muda masa kini yang selalu up to date, crative, groovy dan fun disegala suasana.

Kehadiaran program-program dalam IM3 Groov3 tidak terlepas dari per-timbangan dalam melihat trend kedepan sekaligus mengakomodir peluang pasar yang dirasakan masih sangat luas dikalangan anak muda sebagai segmen yang

(8)

mereka tidak hanya membutuhkan kartu prabayar yang dapat memberikan layanan

percakapan telepon dan SMS dengan paket yang menarik, juga dapat memberikan

nilai tambah seiring dengan mulai berkembangnya dunia internet dikalangan anak

muda.

Selain itu, untuk memanjakan pelanggannya IM3 juga meluncurkan sebuah program menarik yang bertajuk “IM3 grup”. Program juga bisa dinikmati oleh pelanggan Mentari. Program yang bertajuk “IM3 Grup” ini merupakan program dimana satu grup bisa dibentuk dengan minimal 3 orang dan maksimal 5 pelanggan aktif, termasuk satu orang inisiator. Melalui “IM3 Grup” ini, pelanggan mendapatkan banyak manfaat dan keuntungan seperti nelpon gratis selama 60 menit kesesama anggota mulai pukul 00.00 sampai dengan pukul 17.00 serta promo nelpon dan SMS Rp. 0,1. Tujuan diluncurkannya program “IM3 Grup” ini adalah untuk memenuhi kebutuhan maupun gaya hidup segmen anak muda yang memiliki kebiasaan dan suka sekali nge-Grup dengan teman-temannya.

Usaha IM3 untuk memanjakan pelanggannya tidak berhenti hanya sampai situ. IM3 pun melakukan kegitaan public relation-nya dengan menggelar sebuah program yang bertajuk “IM3 Mobile Academy 2009”. Program ini merupakan salah satu program

brand activation untuk menciptakan brand experience dengan mengajak para

penggunanya dari kalangan remaja berlibur bersama mengikuti berbagai kegiatan

yang menarik dan bermanfaat. IM3 Mobile Academy 2009 adalah program yang

ditujukan untuk pengguna IM3, khususnya para pelajar tingkat SMA. Di IM3

Mobile Academy ini, para peserta berkesempatan untuk mengikuti liburan

“berjalan” dengan mengunjungi berbagai tempat menarik di Jakarta termasuk juga

mengunjungi Stasiun Bumi Indosat di Jatiluhur, Purwakarta untuk mengenal

(9)

Kegiatan IM3 Mobile Academy 2009 dikemas dengan berbagai aktifitas

menarik seperti fun outbound dan workshop, make over class, memperkenalkan

peserta dalam berbagai kegiatan seperti foto sesi ala cover majalah, berkunjung ke

stasiun TV, temu muka dengan para selebriti idola, serta kesempatan untuk

mendapatkan berbagai gimmick dan gadget menarik. Semua biaya ditanggung

oleh Indosat, termasuk biaya transportasi dari daerah asal serta akomodasinya.

Strategi pemasaran yang dilakukan IM3 melalui pendekatan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pelanggan IM3. Hingga akhir tahun 2009, jumlah pelanggan IM3 mencapai 2/3 dari total pelanggan Indosat yang sebesar 36,5 juta

pelanggan. (60% dari total pelanggan IM3 adalah anak sekolah dan mahasiswa).

Padahal, di akhir 2008, kontribusi IM3 baru 1/3 dari total pelanggan Indosat yang

sebanyak 24,5 juta pelanggan. Dengan pertumbuhan seperti itu, tak heran IM3

disebut-sebut sebagai raja di segmen anak muda. Bahkan hasil riset yang

dilakukan oleh Spire Research & Consulting untuk Asia Tenggara, yang

menyebutkan bahwa IM3 merupakan operator seluler yang paling banyak

digunakan oleh remaja di Indonesia ( Majalah Marketing, 2008 ).

Pasar remaja merupakan pasar seluler terbesar kedua setelah pasar pekerja.

Dari total populasi, segmen pasar ini jumlahnya mencapai 35%. Walaupun

mereka belum memiliki penghasilan sendiri, faktanya daya beli segmen pasar ini

tergolong tinggi. Pada umumnya karakter remaja, mereka mau melakukan apa

saja untuk menopang gaya hidupnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan

(10)

dibeli oleh konsumen merupakan cerminan dari gaya hidup mereka. Karena gaya

hidup itu sendiri pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan

waktu dan uangnya (Rhenald Kasali, 2007 : 225).

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

mencoba untuk meneliti hal tersebut dengan mengambil topik “

Faktor-Faktor Gaya Hidup Yang Mempengaruhi Keputusan Remaja Dalam

Menggunakan Kartu Seluler IM3”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : Faktor-faktor gaya hidup apa sajakah yang

mempengaruhi keputusan remaja dalam menggunakan kartu seluler IM3 ?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengidentifikasi faktor-faktor gaya

hidup yang terdiri dari Activities, Interest dan Opini (AIO) yang

mempengaruhi remaja dalam menggunakan kartu seluler IM3.

2. Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti

1) Sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai

segmentasi pasar, terutama tentang segmentasi psikografi atau gaya

(11)

2) Sebagai sarana penerapan ilmu yang telah diperoleh oleh penulis

selama menempuh pendidikan program pemasaran Strata Satu ( S1).

b. Bagi Akademisi

Hasil studi ini diharapkan dapat menambah khazanah literatur untuk

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pemasaran.

c. Bagi perusahaan

Sebagai bahan masukan dan analisis untuk menetapkan strategi dalam

pemasaran perusahaan.

d. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah dalam memperkaya bahan ilmiah

untuk ilmu pengetahuan dan dapat menjadi sumber referensi untuk

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran berasal dari kata pasar yang bukan dalam pengertian konkrit,

akan tetapi lebih ditujukan pada pengertian abstrak. Dengan demikian

pengertian pemasaran dapat didefenisikan sebagai berikut: semua kegiatan

yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke

konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan pemintaan

efektif (Alex S. Nitisemito 2000:13).

American Marketing Association (AMA) mendefinisikan pemasaran

sebagai suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi,

penetapan harga, promosi hingga distribusi barang – barang, ide-ide, dan

jasa-jasa untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individua dan

lembaga-lembaganya (Rhenald Kasali, 2007 : 53).

Menurut Simamora (2003 : 20) pemasaran merupakan suatu proses sosial

dan manajerial yang digunakan individu, rumah tangga ataupun organisasi

untuk memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka dengan cara menciptakan

dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

Sedangkan Philip Kotler (2004 : 9) mendefinisikan pemasaran sebagai

berikut, Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan

(13)

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran adalah hal yang amat mendasar sehingga tidak dapat

dianggap sebagai fungsi sendiri, juga dapat diartikan sebagai cara memandang

seluruh perusahaan dari hasil akhirnya, yaitu dari pandangan pelanggannya,

keberhasilan suatu bisnis bukan ditentukan oleh produsennya melainkan oleh

pelanggannya (Philip Kotler dan A.B Susanto, 2000:19).

Pemasaran merupakan sekelompok aktivitas yang saling berkaitan,

dirancang untuk mengindentifikasi kebutuhan konsumen dan mengembangkan

distribusi, promosi, penetapan harga serta pelayanan untuk memuaskan

kebutuhan konsumen pada tingkat keuntungan tertentu. Artinya pemasaran

merupakan bagian dari strategi perusahaan guna memenuhi kebutuhan,

keinginan, dan permintaan produk (barang, jasa, dan ide) nilai, biaya,

kepuasaan, pertukaran, transaksi, hubungan relasi dan jaringan kerja.

Pemasaran bukan hanya menjual, tetapi juga perencanaan yang matang dan

implementasi yang baik.

Secara singkat dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli pemasaran,

dapat disimpulkan bahwa pemasaran mengajak setiap orang dalam perusahaan

untuk “memikirkan pelanggan” dan melakukan apa pun guna menciptakan dan

memberikan nilai, serta kepuasan tertinggi bagi pelanggan dengan produk atau

jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Sedangkan elemen yang

(14)

kemauan untuk membeli produk baik barang/jasa guna memperoleh sejumlah

nilai, mutu, dan kepuasan tertentu.

1. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran (Marketing Concept) merupakan falsafah

perusahaan yang menyatakan bahwa pemasaran keinginan pembeli adalah

syarat utama bagi kelangsungan hidup perusahaan. Segala kegiatan

perusahaan dibidang produksi, teknik, keuangan, dan pemasaran diarahkan

pada usaha untuk mengetahui keinginan pembeli dan kemudian memuaskan

keinginan tersebut dengan mendapatkan laba.

Konsep pemasaran ini sering disebut sebagai konsep yang berorientasi

kepada keinginan konsumen, setiap produk yang dihasilkan produsen,

selalu lebih dahulu disesuaikan dengan keinginan konsumen pembeli atau

kepada langganan pembeli.

Jadi, pemasaran memiliki peranan yang sangat penting dan aktif sejak

dimulainya proses produksi. Semua kegiatan perusahaan untuk

menghasilkan dan menjual barang didasarkan pada masalah pemasaran.

Konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa

pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup perusahaan (Swastha dan Sukotjo, 2000 : 181)

Didalam konsep ini perusahaan mengadakan pemasaran yang terpadu

(integrated marketing). Disini semua departemen yang ada dalam

perusahaan diupayakan untuk menciptakan pelanggan yang baru, namun

(15)

puas apabila keinginannya dapat terpenuhi dalam setiap pemakaian produk

tertentu. Kepuasan mereka merupakan sebuah keuntungan bagi perusahaan.

Karena jika pelanggan merasa puas, maka bukan tidak mungkin mereka

akan menjadi pelanggan yang loyal dan setia terhadap suatu merek. Untuk

lebih jelasnya, konsep pemasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2-1 Konsep Pemasaran

(Pusat Perhatian) (Sarana Untuk Mencapai Tujuan) (Tujuan Akhir)

Sumber : Sutisna (2002) “Perilaku Konsumen Dan Komunikasi Pemasaran”

Dengan melihat gambar kedua konsep diatas, jelas bagi kita terdapat

perbedaan antara konsep penjualan dengan konsep pemasaran. Konsep

pemasaran lebih dahulu meneliti dan mencari tahu kebutuhan dan keinginan

konsumen dan setelah itu baru memproduksi barang kebutuhan mereka.

FOCUS MEANS ENDS

Kebutuhan Dan Keinginan Pelanggan (Customer

needs and Wants)

Mencapai Tujuan Melalui Kepuasan pelanggan (prof

through customer satisfaction)

(16)

Beberapa dengan konsep penjualan, yang berusaha menggalakan promosi

terus menerus untuk meningkatkan penjualan.

2. Konsep Produksi

Dalam konsep produksi, pengusaha memproduksi produk sebanyak –

banyaknya. Karena program ini pasti akan terjual dipasar, karena jumlah

pembeli yang ada masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan penjual

yang ada. Itu menunjukan bahwa barang yang ada dipasar masih jauh lebih

sedikit dibanding dengan dengan permintaan yang ada, berarti barang

dipasar masih kurang.

3. Konsep Finansial

Disini pengusaha berpendapat bahwa uang dan modal mempunyai

peranan yang besar untuk meningkatkan laba. Pengusaha berusaha

meningkatkan produksi dengan cara penggabungan modal. Sehingga

produk yang mereka hasilkan juga lebih besar bandingkan dengan produk

yang mereka hasilkan sendiri – sendiri.

Para pengusaha beranggapan bahwa memproduksi barang sebanyak –

banyaknya akan mendapatkan keuntungan atau laba dengan didalam modal

untuk mendatangkan keuntungan maksimum.

4. Konsep Penjualan

Konsep ini beranggapan bahwa jumlah pasar yang ada dipasar sudah

berlimpah. Untuk itu pengusaha perlu mencoba mencari berbagai macam

(17)

promosi, showroom, penjualan rumah, dan lain – lain. Itu semua dilakukan

dengan tujuan untuk dapat meningkatkan volume penjualan.

Para pengusaha mencari para pembeli secara agresif, itu berarti dengan

mempengaruhi pembeli sedemikian rupa supaya mereka dapat tertarik

kepada barang yang sedang dipromosikan, bahkan kadang – kadang para

penjual ini memakai tipuan halus, asalkan produk mereka dapat terjual.

Kepuasan pelanggan kurang diperhatikan, dalam konsep penjualan yang

terpenting untuk pengusaha disini adalah volume penjualan yang terus –

menerus meningkat.

Gambar 2.2 Konsep Penjualan

(Pusat Perhatian) (Sarana untuk mencapai tujuan) (Tujuan akhir)

Sumber : Sutisna (2002) “Perilaku Konsumen Dan Komunikasi Pemasaran”

FOCUS MEANS ENDS

HASIL PRODUKSI PERUSAHAAN (INDUSTRY

PRODUCT)

KEUNTUNGAN MELALUI VOLUME PENJUALAN (PROFIT SALES VOLUME)

PENJUALAN DAN PROMOSI (SELLING AND

(18)

5. Lingkungan Pemasaran

Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan

luas, lingkungan tugas meliputi kepada siapa saja yang terlibat melakukan

produksi, menyalurkan dan mempromosikan tawaran. Yang tercakup dalam

kelompok pemasok adalah pemasok bahan baku, dan pemasok jasa seperti

agen riset pemasaran, agen periklanan, perusahaan perbankan dan asuransi,

perusahaan transportasi dan telekomunikasi. Yang temasuk distributor dan

dealer adalah agen, pialang, dan perwakilan manufaktur, serta yang lainnya

yang memudahkan penemuan dan penjualan kepada pelanggan.

Lingkungan luas terdiri kepada enam komponen yaitu, lingkungan

demografis, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi,

lingkungan hukum politik, dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan –

lingkungan itu mengandung kekuatan yang dapat membawa dampak utama

bagi para pelaku di lingkungan tugas (Kotler, 2004 : 17).

B. Bauran Pemasaran

Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah Bauran

pemasaran (Marketing mix), yang merupakan strategi yang dijalankan

perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan

menyajikan penawaran produk pada satu segmen pasar tertentu, yang

merupakan sasaran pasarannya.

Bauran pemasaran merupakan seperangkat variabel pemasaran yang

(19)

yang diinginan dalam pasar sasaran (Kotler & Amstrong, 2001 : 47).

Variabel-variabel tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh

perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan kegiatan pemasarannya.

Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi

kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai

variabel marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program pemasaran

secara efektif.

Mc Carthy (dalam Kotler 2002 : 18) mendefinisikan bauran pemasaran

(marketing mix) menjadi empat kelompok yang disebut dengan 4P yaitu

Product (produk), Price (harga), Place (Distribusi), Promotion (promosi).

1. Product

Produk merupakan cerminan kombinasi barang dan jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran.

2. Price

Mencerminkan sejumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk

mendapatkan suatu produk.

3. Place

Mencerminkan kegiatan-kegiatan perusahaan yang membuat produk

tersedia untuk konsumen sasaran.

4. Promotion

Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk

(20)

Marketing Mix selalu berhubungan dengan strategi pemasaran dan

keputusan pemasaran, karena keempat variabel dalam marketing mix ini

merupakan variabel terpenting dalam pemasaran. Perusahaan dapat mengatur

variabel product, price, place dan promotion untuk menghadapi persaingan

dengan kompetitornya.

Perusahaan menggunakan strategi marketing mix yang berbeda untuk

setiap produk yang berbeda. Untuk produk baru yang baru memasuki pasar

digunakan strategi marketing mix yang berbeda dengan produk yang sudah

memiliki market share. Begitu pula dengan produk yang PLC-nya (Product

Life Cycle) sedang naik (growth) strategi marketing mix-nya berbeda dengan

produk yang sudah memasuki tahap kemunduran (decline).

Dalam marketing mix concept dikatakan bahwa dalam setiap

pengambilan keputusan yang harus dilakukan adalah menganalisa kekuatan

pasar serta menganalisa elemen-elemen pemasaran, jika manajer pada

akhirnya ingin menentukan keberhasilan pemakaian elemen-elemen tersebut.

sehingga pemakaian elemen-elemen tersebut memberikan hasil dan

(21)

Gambar 2-3

Bauran Pemasaran dan Sub-baurannya

Sumber : Kotler & Amstrong (2001 : 50) “dasar-dasar pemasaran”

C. Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (dalam Yohanes dan Peter 2006 : 12) adalah

pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan

opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola

seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.

Menurut Assael (dalam yohanes dan peter 2006 : 12) gaya hidup adalah

"a mode of living that is identified by how people spend their time (activities),

what their consider important in their environment (interest), and what they

(22)

dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana

orang menghabiskan waktunya (aktivitasnya), apa yang penting orang

pertimbangkan dalam lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan

tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar (opimi).

Rhenald Kasali (2007 : 225) berpendapat bahwa gaya hidup pada

prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.

Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan

pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Gaya hidup seseorang juga dapat dilihat

dari apa yang disenangi dan disukainya.

Sedangkan menurut Engel (dalam Ilhamiah dkk, 1994 : 166) gaya hidup

didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu dan

uang. Pengukuran gaya hidup dapat dilakukan dengan aktifitas/sikap,

ketertarikan/minat, dan pendapat konsumen. Jadi sikap/aktivitas tertentu yang

dimiliki oleh konsumen terhadap suatu obyek tertentu (misalnya merek

produk) bisa mencerminkan gaya hidupnya.

Selain itu, gaya hidup menurut Sartono dan Rismiati (dalam Yohanes dan

Peter 2006 : 12) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan

sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat yang

bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang

berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup

adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam AIO, Activities/kegiatan,

(23)

bagaimana mengalokasikan waktunya. Faktor-faktor utama pembentuk gaya

hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis.

Faktor-faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia,

tingkat penghasilan dan jenis kelamin. Sedangkan faktor psikografis lebih

kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

Dalam dunia pemasaran konsep gaya hidup dipakai sebagai cara baru

untuk segmentasi pasar (Ilhamiyan dkk, 2005 : 166). Hal ini dilakukan karena

segmentasi pasar bardasarkan pendekatan demografi tidak cukup untuk

melakukan segmentasi pasar. Pendekatan demografi hanya mempelajari

“siapa mereka”, sedangkan gaya hidup akan mempelajari “apa yang ada di

kepala mereka”. Oleh karena itu gaya hidup sering digunakan oleh

perusahaan-perusahaan sebagai cara terbaru dalam mendefinisikan pasar atau

seleksi terhadap pasar utama. Maka tek heran jika para peneliti pasar yang

menganut pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen

berdasarkan variabel-variabel AIO, yaitu activities/aktifitas, interest/minat,

dan opinion/opini (Kasali, 2007 : 226)

Komponen AIO didefinisikan oleh Reynold dan Darden (dalam

Ilhamiyah dkk, 2005 : 166-167) sebagai berikut, Activities (kegiatan) adalah

tindakan nyata seperti menonton sesuatu medium, berbelanja di toko, atau

menceritakan kepada tetangga mengenai pelayanan yang baru. Walaupun

tindakan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk tindakan tersebut jarang

diukur secara langsung. Interest (minat/ketertatikan) akan semacam obyek,

(24)

khusus atau terus menerus kepadanya. Opinion (opini) adalah jawaban lisan

atau tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus

dimana semacam pertanyaan untuk diajukan. Opini digunakan untuk

mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi, seperti kepercayaan

mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa

datang dan pertimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau

menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

Pernyataan AIO mengacu pada kegiatan umum dan motivasi individu

atau mungkin bersifat spesifik. Spesifik berfokus pada pernyataan spesifik

produk dan yang mengidentifikasikan manfaat yang dihubung dengan produk

atau merek. Baik AIO umum maupun spesifik dapat digunakan untuk

mengambarkan profil hidup mereka dengan perilaku (Sundari & Diah Isnaini,

2002 : 247).

Joseph Plumer (dalam Kasali, 2007 : 226) mengatakan bahwa gaya hidup

mengukur aktifitas-aktifitas manusia dalam hal :

1. Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.

2. Minat mereka, apa yang dianggap paling penting di sekitarnya.

3. Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

4. Karakter-karakter dasar seperti tahap yang telah mereka lalui dalam

kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan, dan dimana mereka

tinggal.

Berikut ini akan disajikan kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup

(25)

Tabel 2-1

Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup

Activities Interest Opinion

Pekerjaan

Dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Plummer,

Susianto (dalam Kasali, 2007 : 227) berhasil memetakan 6 segmen gaya

hidup remaja di jakarta. Ke 6 segmen itu adalah :

1. Hura – hura

Kelompok ini menyukai kegiatan hura – hura, artinya mereka tidak

terlalu serius terlibat dalam sesuatu hal. Sebagian besar dari kelompok ini

adalah mereka yang senang dengan “keramaian kota”

2. Rumahan

Pada segmen ini mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di

rumah dan tidak banyak bergaul dengan teman-teman dan lingkungan

sekitarnya. Kebanyakan orang menyebut mereka sebagai anak rumahan.

Orientasi mereka adalah keluarga dan mereka agak perhitungan dalam

(26)

3. Sportif

Yaitu mereka yang menyukai kegiatan berolahraga, mereka banyak

mendapat prestasi pada bidang olahraga. Pada segmen ini mereka tidak

terlalu memperhatikan penampilan dan biasanya bersifat lebih terbuka

terhadap situasi.

4. Hedonis (pencari kenikmatan indrawi)

Pada dasarnya aktifitas remaja pada segmen ini adalah unuk mencari

kenikmatan hidup. Mereka banyak menghabiskan waktunya di luar rumah,

dan untuk memenuhi kesenangannya biasanya mereka cenderung membeli

barang – barang yang mereknya terkenal dan harganya mahal.

5. Orang untuk orang lain

Mereka adalah kelompok yang peka terhadap kebutuhan orang lain,

dapan diandalkan dan bersifat sosial, produktif (selalu melakukan kegiatan

yang bermanfaat) dan mengutamakan kebersamaan dalam keluarga.

6. Kebanyakan

Mereka adalah tipe yang paling umum ditemui, dalam bertindak dan

mengambil suatu keputusan mereka selalu berhati hati. Cenderung

komformis (tidak ingin bertentangan dengan kelompok yang lebih besar)

dan kurang berani menjadi inisiator.

Selain Susianto, LOWE of Indonesia yang bekerjasama dengan lembaga

riset prompt juga berhasil memetakan konsep gaya hidup bagi konsumen

Indonesia (Yohanes dan Peter, 2006 : 14). Pemetaan gaya hidup konsumen ini

(27)

kelurahan di Indonesia, tersebar di 17 kota, dengan kota Jakarta mendapat

perlakuan khusus dengan alokasi 30 kelurahan. Studi yang dilakukan oleh

LOWE ini, berhasil mengidentifikasi karakter konsumen di Indonesia dengan

melibatkan 2.086 responden laki-laki dan perempuan. Survey ini dilakukan

pada periode bulan November sampai Desember 2004.

Menurut survei tersebut yang disebut oleh LOWE dengan tema "faces of

Indonesian", dapat didefinisikan bahwa tipikal konsumen berdasarkan

variabel psikografis di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sangat peduli orang-orang sekitar

2. Concern terhadap pendapat orang akan dirinya.

3. Merasa tidak nyaman jika diasingkan dari lingkungan.

4. Sangat peduli terhadap norma-norma tradisi.

5. Menjunjung tinggi senioritas disbanding kemampuan seseorang.

6. Mencari kedudukan yang aman dalam strata sosial.

7. Mendambakan keharmonisan dan hubungan yang penuh sopan santun.

8. Mendahulukan kerjasama dibandingkan kerja secara individu.

9. Mengharapkan orang lain melakukan hal-hal yang sama seperti yang

dilakukan.

Berdasarkan hasil survei tersebut maka dikemukakan delapan

karakteristik gaya hidup konsumen di Indonesia sebagai berikut :

1. Established Confident (orang alim)

Adapun karakteristik dari “orang alim” adalah sebagai berikut :

(28)

b. Merasa senang jika menolong orang lain.

c. Segmen ini sangat penting untuk dihargai dan dianggap bertanggung

jawab oleh lingkungannya.

d. Umumnya sangat merasa percaya diri dan merasa berada pada jalur

yang benar sesuai dengan yang diinginkan.

e. Segmen ini tidak menyukai TV dan iklan.

2. The Optimistic Family Person (ibu PKK)

Adapun karakteristik dari “ibu PKK” adalah sebagai berikut :

a.Menjalani hidup dengan bersahaja, realistis, kekeluargaan dan normatif.

b.Wanita seperti ini menyukai memasak sebagai hobi tidak hanya sebagai

satu kewajiban.

c.Hidupnya hanya untuk keluarga dan orang di sekelilingnya.

d.Di waktu senggang, segmen ini melakukan tidur siang, mengunjungi

keluarga, window shoping dan menyukai iklan.

3. The Change-Expected lad (anak nongkrong)

Adapun karakteristik dari “anak nongkrong” adalah sebagai berikut :

a.Hidupnya berorientasi pada teman-temannya (kelompoknya)

b.Menurut segmen ini teman adalah segalanya.

c.Segmen ini tidak terlalu optimis akan masa depan namun mengharapkan

perubahan.

d.Cukup toleran terhadap seks.

(29)

4. Cheerful Humanis (lembut hati)

Adapun karakteristik dari “lembut hati” adalah sebagai berikut :

a.Segmen ini cenderung tidak suka menjadi pusat perhatian walaupun

diterima di lingkungannya.

b.Menyukai lingkungan yang damai dan penuh harmoni.

c.Sangat menaruh perhatian dan bersimpati pada lingkungan dan

orang-orang sekitarnya.

d.Merasa dihargai jika lingkungan menerima apa yang dilakukan.

e.Segmen ini tidak terlalu suka menonton televisi dan memperhatikan

iklan.

5. Introvert Wallflower (pasrah)

Adapun karakteristik dari "pasrah" adalah sebagai berikut :

a. Tidak menginginkan banyak hal dalam hidupnya atau bisa dibilang

bukan tipe pemimpin.

b. Memiliki sedikit teman tapi sangat loyal.

c. Segmen ini adalah tipe orang yang bijaksana, rendah hati dan pekerja

keras.

d. Segmen ini tidak terlalu optimis akan masa depannya

e. Selain gemar menonton TV, mendengarkan musik dan religius, juga

hoby memasak dan berkebun.

6. The Savvy Conqueror/City Slikes (main untuk menang)

Adapun karakteristik "main untuk menang" adalah sebagai berikut :

(30)

b. Menyenangi kompetisi dan senang dikagumi orang lain.

c. Segmen ini cenderung dominan dalam pergaulan.

d. Segmen ini adalah orang-orang yang senang bertindak (the man of

action), menyenangi tindakan yang spontan dan menantang.

e. Suka fashion, menikmati cuisine, menyukai iklan dan politik serta

pandai berfilosofi.

f. Menyukai traveling, penikmat makanan diluar rumah, menyenangi

iklan dan politik.

7. The Networking Pleasure Seeker (gaul-glam)

Adapun karakteristik "gaul glam" adalah sebagai berikut :

a. Sangat memuja materi.

b. Kerap tampil di berbagai acara informal untuk menambah dan membina

jaringan/networking.

c. Bagi segmen ini, berteman adalah investasi.

d. Segmen ini menunggu terjadinya perubahan di Indonesia.

e. Mengikuti setiap perkembangan fashion menyukai iklan dan mengamati

bidang-bidang lain seperti lingkungan, sejarah dan ilmu-ilmu social.

8. The Spontaneous Fun Loving (bintang panggung)

Adapun karakteristik "bintang panggung" adalah sebagai berikut :

a. Golongan individu yang suka diperhatikan seperti halnya seorang

bintang.

b. Suka bergaul, suka pamer dan menyenangi aktivitas diluar rumah

(31)

c. Menyukai hal-hal baru yang sedang menjadi tren seperti fashion,

gadget dan hal-hal baru lain.

d. Segmen ini menikmati hidup.

Salah satu pendekatan gaya hidup yang lain adalah dengan menggunakan

Value and Life Style (VALS) yang dikembangkan oleh Mitchell (dalam

Sundari dan Diah Insaini, 2002 : 247). VALS mengklafikasikan orang

berdasarkan seberapa banyak mereka menghabiskan waktu dan uang mereka.

Pendekatan ini menggunakan beberapa gabungan teori yaitu :

1. Teori kebutuhan hirarki manusia (need hierarchy) yang dikembangkan

oleh Abraham H. Maslow. Menurut teori ini, ada lima tingkat kebutuhan

yang dilalui oleh manusia secara bertingkat yaitu : kebutuhan fisik dasar,

rasa aman, memiliki, esteem, dan aktualisasi diri. VALS mengidentifikasi

nilai-nilai (values) yang dianut masyarakat pada setiap tingkat kebutuhan

tersebut.

2. Teori tentang dorongan kepribadian (the inner and outer directed

personality theory) yang diperkenalkan oleh Riesman, Glazer dan Denney.

Di dalam VALS, terminologi other directed diubah menjadi outer directed

(dorongan dari luar).

Terdapat Sembilan gaya hidup orang Amerika yang didefinisikan dalam

VALS berikut demografi dan pola pembeliannya yang khas. Lewat

pendekatan analisis dan sintetis, Hari Susanto (dalam Sundari dan Diah

(32)

1. Morfologi, dimensi ini melihat sejauh mana individu menggunakan kota

dan fasilitasnya. Dari dimensi ini dapat dilihat misalnya, apakah individu

memiliki aktivitas dalam bagian kota yang terbatas. Misalkan berbelanja di

dalam maupun di luar kota untuk menemukan barang yang dicari.

2. Hubungan Sosial, dimensi ini mengendalikan pola hubungan individu.

Beberapa macam pergaulannya, siapa saja anggotanya, dan apa fungsinya.

3. Domain, dimensi ini menekankan aktivitas dalam jaringan sosial dan peran

apa yang berharga menurut individu.

4. Makna, dimensi ini menekankan bagaimana individu memberi makna

terhadap setiap kegiatannya. Individu dapat menujukan perilaku yang

sama meskipun dasar perilakunya berbeda.

5. Style, dimensi ini menampilkan aspek lahiriah lewat simbol-simbol dan

memberikan nilai simbolik pada obyek-obyek sekitarnya.

Selanjutnya ditekankan fleksibilitas kelima dimensi tersebut, dan suatu

gaya hidup akan ditentukan sejauh mana satu dimensi mendominasi atau

bagaimana kombinasi tertentu dari berbagai kombinasi dimensi gaya hidup.

VALS juga membagi konsumen menjadi delapan kelompok berdasarkan

(33)

Berorien- prinsip

Sumber daya tinggi inovasi

Tinggi tinggi

sumber daya rendah inovasi tinggi

(34)

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Kotler dan Amstrong (2004 : 201) berpendapat bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen diantaranya adalah

sebagai berikut :

Gambar 2.5

Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen

Sumber : Philip Kotler dan AB. Susanto (2000 : 223) “Manajemen Pemasaran di Indonesia

1. Faktor Kebudayan

Faktor-faktor kebudayaan sangat berpengaruh luas dan mendalam

terhadap perilaku konsumen. Peranan dan kebudayaan, sub-kebudayaan,

dan kelas sosial pembeli, yaitu:

a. Budaya

Kebudayaan merupakan faktor penentu keingingan dan perilaku

(35)

rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku

manusia sebagian besar dapat dipelajari.

b. Sub-budaya

Budaya mempunyai kelompok sub-budaya yang lebih kecil, merupakan

identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya.

c. Kelas sosial

Kelas Sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan

jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang memiliki nilai, minat

dan tingkah laku yang sama.

2. Faktor sosial

Faktor sosial dapat sangat berpengaruh terhadap tanggapan konsumen,

sehingga perusahaan harus memperhitungkan saat mendisain strategi

pernasaran.

a. Kelompok

Sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.

b. Keluarga

Anggota keluarga sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga

masih merupakan organisasi pembelian konsumen terpenting dalam

(36)

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh kharakteristik pribadi

seperti usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya

hidup, kepribadian, dan konsep diri.

4. Faktor Psikologis

a. Motivasi

Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika didorong sampai mencapai

tingkat intensitas yang memadai.

b. Persepsi

Setiap tindakan seseorang yang termotivator akan dipengaruhi oleh

persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang

digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan

menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan

gambaran dunia yang memiliki sebuah arti.

c. Belajar

Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman.

d. Kepercayaan dan sikap

Melalui kita belajar dan bertindak, seseorang mendapatkan suatu

keyakinan dan sikap yang sangat mempengaruhi perilaku pembelian

(37)

E. Keputusan Pembelian Konsumen

Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian

suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan

keinginan, dimana oleh Assael disebut dengan need aruosal. Selanjutnya jika

sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan

mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya.

(Sutisna, 2002 : 5)

Dalam proses pencarian informasi ini, yang dilakukan oleh konsumen

adalah mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan produk yang

dibutuhkan dan diinginkan tersebut. terdapat beberapa alternatif pencarian

informasi sebelum melakukan pembelian. Pada tingakat yang paling

fundamental, alternatif pencarian informasi dapat digolongkan sebagai

personal maupun impersonal. Alternatif personal memasukan tidak saja

berdasarkan pengalaman konsumen yang lalu dengan produk tersebut. Namun

tersebut juga didalamnya permintaan informasi dan nasihat dari teman -

teman, kerabat, rekan sekerja dan para wiraniaga. Sedangkan alternatif

impersonal diperoleh melalui surat kabar, majalah, brosur promosi, informasi

dari iklan produk dan situs internet.

Proses pencarian informasi ini akan dilakukan dengan mengumpulkan

semua informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkan. Dari

berbagai informasi yang diperoleh, konsumen melakukan seleksi atas

alternatif-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai

(38)

Setelah adanya proses evaluasi informasi tersebut, selanjutnya konsumen

akan melakukan evaluasi pasca pembelian (post Purchase evaluation). Proses

evaluasi ini menentukan apakah konsumen merasa puas atau tidak puas atas

keputusan pembeliannya. Mereka akan menilai kinerja produk yang dibeli

tersebut menurut berbagai harapan mereka. Ada tiga hasil penilaian yang

mungkin akan timbul :

1. Kinerja Yang sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan

perasaan netral.

2. Kinerja melebihi harapan, yang menimbulkan apa yang dikenal sebagai

pemenuhan harapan secara positif(yang menimbulkan kepuasan).

3. Kinerja dibawah harapan yang menimbulkan pemenuhan harapan secara

negatif dan ketidakpuasan.

Untuk masing-masing hasil ini, harapan dan ketidakpuasan konsumen

mempunyai hubungan erat yaitu, konsumen cenderung menilai pengalaman

mereka terhadap harapan-harapan mereka ketika melakukan penilaan pasca

pembelian. Seandainya konsumen merasa puas, maka kemungkinan untuk

melakukan pembelian ulang di masa depan akan terjadi. Sedangkan jika

konsumen merasa tidak puas akan keputusan pembeliannya, maka

kemungkinan besar dimasa mendatang, dia tidak akan melakukan pembelian

ulang dan konsumen akan kembali mencari berbagai informasi tentang

produk yang dibutuhkannya. Proses itu akan terus berulang sampai mereka

(39)

pada gambar berikut yang menjelaskan tentang proses pengambilan

keputusan konsumen.

Gambar 2-6

Proses Pengambilan Keputusan

Sumber : Philip Kotler dkk, 2001:212 “manajemen Pemasaran”.

1. Pengenalan kebutuhan

Proses membeli dimulai ketika konsumen mengenali adanya masalah atau

kebutuhan.

2. Pencarian informasi

Seberapa jauh konsumen mencari informasi akan tergantung pada

kekuatan dorongan, jumlah informasi awal, kemudahan memperoleh

informasi lebih jauh, nilai dan informasi tambahan, dan kepuasan yang

diperoleh dari pencarian tersebut.

3. Evaluasi alternatif

Bagaimana konsumen memroses informasi mengenai merek yang bersaing

dan membuat pertimbangan nilai terakhir dalam semua situasi pembelian.

4. Keputusan pembelian

Pada umumnya konsumen akan membeli merek yang paling dikehendaki,

(40)

keputusan membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, Faktor yang

kedua adalah situasi yang tidak diharapkan.

5. Perilaku Setelah Pembelian

Pada tahap ini konsumen akan melakukan penilaian terhadap produk yang

telah dibelinya. Tahapan ini juga akan menentukan apakah konsumen

merasa puas atau tidak puas terhadap produk yang dikonsumsi. Jika

konsumen merasa puas, maka mereka akan melakukan pembelian ulang

terhadap produk yang dibelinya. Akan tetapi jika konsumen merasa tidak

puas, maka mereka akan berusaha untuk mencari produk pengganti yang

lebih baik.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam jurnalnya yang berjudul "Pengaruh Gaya Hidup Konsumen

Terhadap Keputusan Pembelian Perhiasan Berlian di Kota Banjarmasin",

Ilhamiyah dkk menyimpulkan bahwa terdapat sembilan faktor gaya hidup

yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian perhiasan berlian di kota

Banjarmasin, yaitu :

1. Faktor Status

Meliputi tiga variabel yaitu prestasi, peristiwa sosial, dan perhatian

terhadap pekerjaan. Ketiga variabel ini memberikan sumbangan varian

sebesar 15,060% dan eigen value sebesar 3,761.

Dari faktor ini dapat diperoleh penjelasan bahwa prestasi adalah

(41)

memandang bahwa prestasi merupakan variabel yang dipertimbangkan

dalam membeli perhiasan berlian karena sekarang telah terjadi pergeseran

status. Dimana zaman dahulu, seseorang yang terlahir dari lingkungan

kerajaan, orang tersebut langsung mempunyai status ningrat. Sekarang hal

demikian telah bergeser, dimana orang mendapatkan simbol status melalui

proses, yaitu setelah belajar keras dan tanpa lelah meniti tangga karir.

Simbol status ini sekarang dijadikan parameter oleh masyarakat untuk

menilai kedudukan seseorang. Darah keturunan terpinggirkan oleh prestasi.

Peristiwa sosial juga dipertimbangkan konsumen dalam membeli

perhiasan berlian. Secara tidak langsung responden dengan adanya

acara-acara kemasyarakatan, akan temotivasi untuk membeli perhiasan berlian.

Di Banjarmasin perhiasan berlian dipakai pada acara-acara

kemasyarakatan.

Berhubungan dengan perhatian terhadap pekerjaan, merupakan

variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli perhiasan

berlian. Konsumen yang memiliki pekerjaan tertentu umumnya

mengkonsumsi barang-barang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan

lainnya.

2. Faktor Harga

Terdiri dari dua variabel yaitu ekonomi dan produk. Faktor kedua ini

memberikan sumbangan varian sebesar 7,752% dengan eigen value sebesar

1,938. Faktor loading mempunyai rentang nilai 64,10% sampai dengan

(42)

Dari hasil ini dapat dijelaskan bahwa ekonomi merupakan variabel

yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli perhiasan berlian baik

dilihat dari harga, kemudahan untuk menjualnya kembali, harga jual

perhiasan berlian cenderung naik serta perhiasan berlian bisa sebagai

investasi.

Sari segi produk dalam hal ini perhiasan berlian, merupakan variabel

yang dipertimbangkan konsumen, terutama desian dan kualitas berlian yang

terkenal dengan 4C (carat, clarity, colour, dan cut).

3. Faktor Komunitas

Terdiri dari dua variabel, yaitu aktivitas komunitas dan perhatian

terhadap komunitas. Faktor ketiga ini mampu membarikan sumbangan

varian sebesar 6,690% dengan eigen value 1,673. Faktor loading

mempunyai rentang nilai dari 72,80% sampai dengan 72,90%. Faktor

ketiga ini mengungkapkan bahwa aktivitas komunitas dan perhatian

terhadap komunitas merupakan variabel yang dipertimbangkan responden

dalam membeli perhiasan berlian. Karena dengan adanya acara-acara

kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja,

responden cenderung memakai perhiasan berlian untuk penampilan dan

simbol status.

4. Faktor Kebiasaan

Terdiri dari dua variabel, yaitu budaya dan bisnis. Dimana kedua

variabel ini memberikan sumbangan varian sebesar 6,101% dengan eigen

(43)

sampai dengan 76,80%. Budaya dan bisnis merupakan variabel yang

dipertimbangkan dalam membeli perhiasan berlian. Memakai perhiasan di

kota Banjarmasin, sudah merupakan kebiasaan atau budaya, dimana apabila

seseorang yang sudah bekerja dan mempunyai penghasilan lumayan,

artinya sudah dewasa secara ekonomi, mereka aka membeli perhiasan

berlian. Ukuran berliannya pun disesuaikan dengan kemampuan finansial

masing-masing.

Bisnis merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam membeli

perhiasan berlian. Karena berawal dari hobi seseorang mengoleksi

perhiasan berlian dan akhirnya berubah menjadi suatu bisnis yang

menjanjikan.

5. Faktor Sosial

Terdiri dari dua variabel, yaitu masa depan dan isu sosial. Faktor

kelima ini memberikan sumbangan varian sebesar 5,688% dengan eigen

value sebesar 1,417. Faktor loadingnya mempunyai rentang nilai 62,30%

sampai dengan 66,20%. Masa depan dan isu sosial merupakan faktor yang

dipertimbangkan dalam membeli perhiasan berlian karena konsumen

perhiasan berlian mengharapkan terjadi perubahan dimasa depan mengenai

desain perhiasan berlian yang saat ini terkesan konservatif dan

membosankan.

6. Faktor Pembelian

Terdiri dari satu variabel yaitu belanja. Faktor ini mampu

(44)

1,379. Faktor loadingnya memiliki nilai sebesar 69,20%. Pernyataan

responden yang berhubungan dengan belanja dapat disimpulkan bahwa

responden cukup suka berbelanja, baik dipasar tradisional maupun ke mall

atau plaza, tergantung tingkat pendapatan responden. Pada umumnya,

responden sebelum pergi belanja, mereka merencanakan apa yang mau

dibelinya.

7. Faktor Situasi

Terdiri dari satu variabel yaitu politik. Faktor ini memberikan

sumbangan varian sebesar 4,904 % dengan eigen value sebesar 1,226.

Faktor loadingnya sebesar 80,30 %. Isu politik yang barkembang akan

mempengaruhi kurs dollar terhadap rupiah. Akibatnya harga perhiasan

berlian juga cenderung menyesuaikan nilai tukar yang berkembang saat itu.

8. Faktor Referensi

Faktor ini terdiri atas tiga variabel, yaitu keluarga, pendidikan dan

media massa. Ketiga variabel ini memberikan sumbangan varian sebesar

4,699 % dengan eigen value sebesar 1,175. Faktor loadingnya mempunyai

rentang 51,20 % sampai dengan 70,30%. Keputusan dalam membeli

perhiasan berlian perlu mendapat pertimbangan keluarga terutama keluarga

terutama keluarga yang berpengalaman dalam membeli perhiasan berlian

sihingga keluarga dapat memberikan saran-saran tentang berliam yang

berkualitas.

Pendidikan juga merupakan variabel yang dipertimbangkan

(45)

diselesaikan konsumen biasanya menentukan pendapatan dan kelas sosial

seseorang. Selain itu pendidikan juga menentukan tingkat intelektualitas

seseorang. Pada gilirannya intelektualitas ini akan menentukan pilihan

barang-barang, merek, jenis hiburan, dan sebagainya.

Media masa baik media cetak ataupun media elektronik merupakan

sumber informasi dan telah menjadi bagian dari hidup manusia. Dalam

kehidupan sehari hari media masa tak terpisahkan dalam gaya hidup kita.

Media masa turut menentukan tren dan perannya sebagai perpanjangan alat

indra publik.

9. Faktor Kesenangan

Faktor ini terdiri dari dua variabel, yaitu hobbi dan keanggotaan klub.

Kedua variabel ini memberikan sumbangan varian sebesar 4,356 % dengan

eigen value sebesar 1,089. Faktor loadingnya mempunyai rentang 58,80 %

sampai dengan 74,50 %. Hobi merupakan salah satu pemanfaatan waktu

luang, yang memberikan warna dalam gaya hidup seseorang. Dalam hasil

penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya responden

mempunyai hobi mengoleksi perhiasan, dan hanya sedikit responden yang

mendapatkan uang dari hobinya. Dari jawaban responden dapat

disimpulkan bahwa responden menekuni hobi hanya sekedar memanfaatkan

waktu luang bukan untuk membentuk network.

Ikut serta dalam kesenangan klub merupakan variabel yang

dipertimbangkan responden dalam membeli perhiasan berlian. Karena

(46)

keanggotaan klub, respondan dapat menembah wawasan dan menjalin tali

silaturahmi. Dan untuk menjaga penampilannya responden senderung untuk

menggunakan perhiasan berlian yang dimilikinya.

Dengan demikin, keputusan pembelian perhiasan berlian di Banjarmasin dapat

dijelaskan dari kesembilan faktor gaya hidup tersebut.

Berkaitan dengan faktor yang memberikan pengaruh terbesar terhadap

keputusan pembelian perhiasan berlian. Faktor kebiasaan memiliki koefisien

regresi terbesar, sehingga faktor ini merupakan faktor yang paling besar

memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian perhiasan berlian di

Kota Banjarmasin. Faktor kebiasaan yang terdiri dari variabel bisnis dan

budaya memberikan pengaruh terbesar terhadap keputusan pembelian

perhiasan berlian disebabkan masyarakat Banjarmasin termotivasi untuk

membeli perhiasan berlian karena budaya setempat menuntut mereka yang

dewasa secara ekonomi untuk memiliki perhiasan berlian. Sedangkan

hubungannya dengan variabel bisnis yang dipertimbangkan konsumen dalam

membeli perhiasan berlian karena berawal dari hobbi dan akhirnya berubah

menjadi suatu bisnis yang menjanjikan secara tidak langsung akan

meningkatkan pembelian perhiasan berlian.

Sedangkan Yohanes Sondang Kunto dan Peter remy Pasla (2006) dalam

jurnalnya yang berjudul : Segmentasi Gaya Hidup Mahasiswa Program Studi

Pemasaran Universitas Kristen Petra, menyebutkan mahasiswa program studi

(47)

dinamis (39.8%), mahasiswa pencari identitas (40.7%), dan mahasiswa

konservatiftrendsetter (19.4%).

Ketiga segmen mahasiswa tersebut ternyata memiliki kesamaan dalam

pola pengalokasian waktu belajar dan mengerjakan tugas setiap minggunya

yaitu kurang dari 5 jam. Mahasiswa dinamis menyukai kegiatan menonton

sepak bola, mengikuti tour, dan olah raga. Kegiatan yang mereka gemari

sesuai dengan nilai dinamis yang dianutnya.

Mahasiswa pencari identitas menyukai kegiatan pergi ke mall. Hal ini

sesuai dengan hasil analisa biplot yang menampakkan bahwa mereka masih

belum menampakkan nilai yang dianut secara tegas, sehingga mahasiswa pada

segmen ini cenderung masih mencari identitas dirinya. Diduga bahwa pergi ke

mall adalah salah satu upaya mereka untuk mencari identitas dirinya.

Mahasiswa konservatif-trendsetter menyukai kegiatan membaca.

Kegiatan yang mereka gemari ini diduga karena mereka menganut nilai

konservatif bahwa membaca adalah budaya orang yang berpendidikan.

Achmad Hamdi dalam skripsinya yang berjudul pengaruh life style

terhadap keputusan pembelian rokok mild pada mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, menemukan bahwa variabel aktivities, interest, dan

opinion secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pembelian

rokok mild pada mahasiswa UIN. Nilai R Square sebesar 0,484. Menunjukan

bahwa perubahan tingkat keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel

independen (activity, interest dan opinion) sebesar 48,4% dan sisanya sebesar

(48)

G. Kerangka Berfikir

Menurut Kotler & Amstrong (dalam Yohanes dan Peter, 2006 : 14). Gaya

hidup merupakan pola hidup seseorang yang tergambarkan pada

psikografisnya. Dimana psikografis membutuhkan pengukuran dimensi AIO

utama konsumen yaitu activities/kegiatan (pekerjaan, hoby, olah raga, kelas

sosial), Interes/minat (makanan, mode, rekreasi), opinion/pendapat (tentang

diri mereka sendiri, isu-isu sosial, bisnis, produk).

Para peneliti pasar yang menganut pendekatan gaya hidup cenderung

mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel AIO yaitu : Activities,

Interest, Opinion (Kasali, 2007 : 226). Demikian pula dikatakan oleh Joseph

Plumer (Kasali, 2007 : 226) bahwa segmentasi gaya hidup mengukur

aktifitas-aktifitas manusia dalam hal :

a. Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.

b. Minat mereka, apa yang dianggap paling penting disekitarnya.

c. Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang

lain.

d. Karakter-karakter dasar seperti tahap yang telah mereka lalui dalam

kehidupan. (life cycle), penghasilan, pendidikan dan dimana mereka

tinggal.

Secara Skematis Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

(49)

Gambar 2.7 Kerangka Berfikir

Sumber : Diambil dari berbagai sumber data sekunder Gaya hidup

Activities Interest Opinion

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor gaya hidup yang mempengaruhi

keputusan untuk menggunakan kartu seluler ini dilakukan pada pelanggan

kartu seluler IM3 di kota Rangkasbitung. Variabel yang diteliti dalam

penelitan ini terdiri dari : activities, interest dan opinion.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2002 : 55). Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja baik laki-laki

ataupun perempuan di kota Rangkasbitung yang menggunakan kartu seluler

IM3.

Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak

dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun

dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

(51)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002 : 56). Metode pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan design sampel non probability melalui

cara snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian sampel ini diminta memilih teman-temannya

untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya sehingga jumlah sampel

semakin banyak. (Sugiyono, 2002 : 61). Dalam analisis faktor, besarnya

sampel harus cukup, sebagai petunjuk kasar, jika k adalah banyaknya jenis

variabel, maka n adalah sebesar 4 atau 5 kali k (Supranto, 2004 : 122).

Berdasarkan pada ketentuan diatas, maka sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 4 dikali 31 variabel, hasilnya adalah sebanyak 124.

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 124 responden.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan (Moh. Nazir, 2002: 174). Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Adapun cara untuk memperoleh data primer dengan meninjau

langsung terhadap obyek penelitian. Untuk itu teknik yang digunakan

(52)

dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada para remaja

pengguna kartu seluler IM3 di kota Rangkasbitung.

2. Data Sekunder

Penelitian kepustakaan (library research) yaitu data yang diperoleh

melalui penelitian kepustakaan dengan cara mengumpulkan informasi

melalui buku, literatur, jurnal, surat kabar, majalah, dan bacaan lainnya

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dengan maksud untuk

memperoleh data yang bersifat ilmiah dan teoritis. Data yang diperoleh

tersebut disajikan sebagai landasan teori. Untuk memperoleh data

sekunder tersubut, peneliti mengunjungi lembaga yang terkait dengan

penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Perpustakaan (UIN, UI, Trisakti) dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat

membantu dalam penelitian ini.

D. Metode Analisis

Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap

keputusan remaja untuk menggunakan kartu seluler IM3, maka metode yang

dapat digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah dengan

menggunakan metode skala Likert atau biasa disebut dengan format tipe

likert. R.S Likert mengembangkan prosedur penskalaan dimana skala

mewakili suatu continuum bipolar. Pada bagian ujung kanan dengan angka

Gambar

Gambar 2-4 Klasifikasi Gaya Hidup VALS
Gambar 2.5 Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
Gambar 2.7 Kerangka Berfikir
Tabel 3-1 Contoh Format Jawaban Tipe Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisa faktor yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampai dengan tahapan rotasi tidak ada satupun variable yang dikeluarkan karena kedelapan variable yang

Kualitas produk secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 0,062 yang lebih kecil dari t tabel 1,960

Dari analisa faktor yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampai dengan tahapan rotasi ada Sembilan variable yang dikeluarkan karena ketiga puluh variable

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa inovasi produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen yang dimediasi dengan persepsi konsumen dalam

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Beralih Konsumen Dalam Menggunakan Kartu Se;uler (Studi Pada Pengguna Kartu Seluler Di Kota Malang) adalah hasil karya saya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan satu variabel independen yaitu faktor prinsip Syariah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan Investor

Selain kegiatan promosi, jangka waktu masa berlaku dari kartu prabayar menjadi pertimbangan dalam keputusan pembelian konsumen, karena semakin lama masa aktif kartu

Pada tahapan kali ini proses rotasi faktor akan dilakukan untuk mempermudah penempatan variabel yang ada kedalam faktor yang telah terbentuk. Tahapan ini merupakan