• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Darmawan 1111013000033

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Darmawan (1111013000033) Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan presentasi siswa dalam kegiatan diskusi serta efektivitas metode diskusi dalam meningkatkan kemampuan presentasi siswa. Presentasi yang juga merupakan keterampilan berbicara di depan umum atau Publick Speaking merupakan suatu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, maka dari itu keterampilan presentasi penting untuk terus dilatih dan dikembangkan pada setiap siswa.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu melalui tes presentasi dan angket mengenai kemampuan presentasi siswa serta melalui dokumentasi. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 30 orang, terdiri dri 14 laki-laki dan 16 perempuan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan presentasi siswa berada dalam katagori baik, hal ini terbukti dari nilai rata-rata kemampuan presentasi siswa sebesar 77 yang berada dalam katagori baik atau 67% siswa mendapatkan nilai baik. Akhirnya penelitian ini dapat memberikan dampak positif bagi Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan tersebut dalam meningkatkan kemampuan presentasi siswa khususnya pada tahun pelajaran 2015/2016, dan dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran yang akan datang.

(7)

ii

Alhamdulillahi Rabbil „Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, dengan ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan seluruh kewajiban dan perjuangan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat

Serpong, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Sebagai mahkluk sosial penulis tentu membutuhkan bantuan dari pihak lain. Begitu pula dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, dorongan dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki M. Hum. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dona Aji Karunia, M. A. Sekertaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membantu penulis dalam menjalani proses pendidikan

(8)

iii

5. Dr. Hindun, M.Pd. dan Nuryati Djihadah, M.Pd., MA., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah dengan teliti memberikan masukan yang sangat psotif dan berharga untuk meningkatkan kemampuan Penulis.

6. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 7. Orang tua penulis, (Ibu Sanut dan Bapak Rohidin) yang selalu memotivasi dan terus berjuang serta berdoa untuk kesuksesan penulis, semoga Allah SWT senantiasa menjaga beliau, amin.

8. Rohim, S.Sos.I. Selaku kepala Madrasah MA Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan yang telah memberikan izin penelitian skripsi di MA Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan.

9. Mardiyah, S.Ag., selaku guru Bahasa Indonesia dan para guru serta staf di MA Nur As Sholihat yang salalu mensuport selama penelitian ini berlangsung di MA Nur As Sholihat tanpa beliau semua penulisan ini tidak akan berlajan dengan lancar.

(9)

iv

pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, mengingat kemampuan dan keterbatasan waktu peneliti. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas atas segala kebaikan mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta melimpahkan keberkahan dan selalu berada dalam lindungan-Nya.

Tangerang Selatan, 22 Juli 2016

Darmawan

(10)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Berbicara... 7

1. Pengertian Berbicara ... 7

2. Tujuan Berbicara ... 9

3. Faktor-Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara ... 10

4. Faktor-Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara ... 11

B. Presentasi ... 12

1. Pengertian Presentasi ... 12

2. Ciri-ciri Presentasi Yang Baik ... 13

C. Pengajaran Diskusi ... 15

1. Pengertian Diskusi ... 15

2. Macam-macam Diskusi ... 17

3. Tugas Pemimpin Diskusi ... 18

4. Tugas Peserta Diskusi ... 19

5. Ukuran-ukuran Menilai Diskusi Kelompok ... 20

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi ... 21

(11)

vi

B. Metode Penelitian... 24

C. Populasi dan Sampel ... 26

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

D. Instrumen Penelitian... 27

1. Instrumen Tes ... 27

2. Instrumen Nontes ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil MA Nur As Sholihat Serpong ... 38

1. Identitas MA Nur As Sholihat ... 39

2. Visi dan Misi MA Nur As Sholihat... 39

a. Visi MA Nur As Sholihat ... 39

b. Misi MA Nur As Sholihat ... 40

3. Struktur Organisasi MA Nur As Sholihat ... 41

4. Keadaan Guru dan Siswa MA Nur As Sholihat ... 42

5. Sarana dan Prasarana MA Nur As Sholihat ... 43

B. Deskripsi Data ... 45

C. Analisis Data ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(12)

vii

Tabel 3.3 Catatan Lapangan ... 31

Tabel 3.4 Lembar Angket Penelitian ... 31

Tabel 4.1 Keadaan Guru MA Nur As Sholihat ... 42

Tabel 4.2 Keadaan Siswa MA Nur As Sholihat ... 42

Tabel 4.3 Sumber Belajar ... 43

Tabel 4.4 Sarana/Ruang Penunjang ... 44

Tabel 4.5 Prasarana ... 45

Tabel 4.6 Kemampuan Presentasi Siswa dalam Kegiatan Diskusi ... 46

Tabel 4.7 Kemampuan Presentasi Siswa Aspek Penguasaan Materi yang dipresentasikan ... 47

Tabel 4.8 Kemampuan Presentasi Siswa Aspek Kelengkapan Pokok-pokok Hasil Penelitian yang dipresentasikan ... 48

Tabel 4.9 Kemampuan Presentasi Siswa Aspek Keruntutan dan Sistematika Penyampaian Poko-Pokok Hasil Penelitian ... 49

Tabel 4.10 Kemampuan Presentasi Siswa Aspek Kemudahan Bahasa Penyampaian untuk dipahami ... 50

Tabel 4.11 Kemampuan Presentasi Siswa Aspek Ketepatan Intonasi dan Kejelasan Artikulasi ... 51

Tabel 4.12 Kemampuan Presentasi Siswa Aspek Kemampuan Menggunakan Media Pendukung Penyampaian ... 52

Tabel 4.13 Respon Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung ... 53

Tabel 4.14 Aktivitas Menyimak dan memperhatikan Penjelasan Guru ... 53

Tabel 4.15 Intensitas dalam Mengajukan Pertanyaan ... 54

Tabel 4.16 Keaktifan dalam menjawab pertanyaan dari guru... 54

Tabel 4.17 Antusias Siswa dalam Proses Diskusi Berlangsung ... 55

Tabel 4.18 Ketertarikan Siswa terhadap Materi Presentasi ... 55

(13)

viii

Tabel 4.23 Manfaat Penggunaan Metode Diskusi dalam Mengembangkan

Kemampuan Presentasi ... 58

Tabel 4.24 Kesulitan Yang dialami selama Diskusi Berlangsung ... 58

Tabel 4.25 Kesulitan Ketika Presentasi ... 59

Tabel 4.26 Dampak Setelah Menggunakan Metode Diskusi terhadap ketertarikan Siswa ... 59

Tabel 4.27 Tanggapan Siswa Mengenai Pentingnya Kemampuan Presentasi ... 59

Tabel 4.28 Frekuensi Siswa Presentasi Tanpa Diminta ... 60

Tabel 4.29 Frekuensi Siswa Presentasi karena Bujukan Guru ... 61

Tabel 4.30 Frekuensi Siswa Presentasi karena Dorongan dari Teman ... 61

Tabel 4.31 Manfaat Setelah Presentasi ... 62

Tabel 4.32 Persepsi Siswa Menganai Dampak Presentasi Terhadap Proses Pembelajaran ... 62

(14)

1

Belajar adalah kewajiban semua orang demi menjalani hidup yang semakin berkembang. Belajar dapat dilakukan kapan dan di mana saja, karena belajar tidak pernah terikat waktu dan ruang. Meskipun demikian, kewajiban belajar yang harus dilakukan seorang siswa adalah belajar di pendidikan formal, karena kelegalitasan dan kebutuhan serta sebuah syarat seorang diakui keilmuannya, maka sekolah merupakan syarat mutlak untuk menempuh pendidikan.

Selama dalam proses pembelajaran komunikasi merupakan aktivitas yang selalu dilakukan dan komunikasi yang digunakan tentu adalah komunikasi lisan yaitu proses bertukar pikiran, yang menggunakan bahasa sebagai sarana untuk penyampaiannya. Keterampilan berbahasa itu meliputi keterampilan mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Semua keterampilan tersebut disajikan secara terpadu.

Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa juga bisa menjadi sebuah indikator dari kecerdasan seseorang. Semakin baik penggunaan bahasa, maka semakin baik pula keilmuannya. Banyak faktor yang menentukan bahasa seseorang itu baik, seseorang yang lancar berbahasa dalam hal ini berbahasa lisan yang berarti pandai berbicara pasti didukung oleh pengetahuan yang luas karena sering membaca atau menyimak pembicaraan dengan baik. Selain itu, kelancaran seseorang dalam berbicara didukung oleh tingkat kepercayaan diri seseorang untuk dapat berbicara di depan umum. Kemampuan berbicara itu tentu membutuhkan latihan dan pembiasaan yang dilakukan secara terus-menerus.

(15)

didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebut kemampuan berbicara atau berujar dipelajari”.1 Hal itu terjadi karena kemampuan berbicara seorang siswa hanya akan didapatkan setelah melalui proses menyimak terlebih dahulu.

Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu

menyampaikan ide dan gagasan kepada orang lain. “Keterampilan berbicara juga

akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan dan ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah

dipahami”.2

Jadi ide dan gagasan yang akan disampaikan menjadi lebih bermakna dan akan mudah dipahami oleh orang lain. Siswa yang memiliki keterampilan berbicara juga akan mampu melakukan presentasi yang baik, dengan menggunakan bahasa yang formal, jelas, runtut dan mudah dipahami.

Presentasi yang merupakan bagian dari keterampilan berbicara memiliki prospek yang sangat baik. Pembiasaan siswa untuk presentasi di depan kelas dapat menjadi sebuah kegiatan yang melatih keterampilan berbicara dan meningkat kepercayaan diri. Jadi, di kemudian hari siswa sudah tidak lagi ragu atau malu untuk menyampaikan pendapat dan gagasannya.

Presentasi yang merupakan keterampilan berbicara di depan umum atau

Publick Speaking merupakan suatu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, maka dari itu keterampilan presentasi penting untuk terus dilatih dan dikembangkan pada setiap siswa. Bekal keterampilan berupa kemampuan berbicara di depan umum dalam hal ini adalah presentasi akan sangat membantu siswa kelak dalam dunia kerja maupun dalam lingkungan bermasyarakat.

Keterampilan berbicara merupakan bakat. Namun keterampilan berbicara yang baik termasuk kemampuan presentasi memerlukan pengetahuan dan latihan. Banyak siswa yang memiliki ide cemerlang dan gagasan yang baik namun tidak

1

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung : Angkasa, 2008) h. 3

2 Muammar,

(16)

dapat ia kemukakan dalam pembelajaran karena kurangnya latihan dalam berbicara.

Kelemahan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini adalah masih monotonnya metode yang digunakan. Mengajar hanya dengan metode satu arah seperti metode ceramah membuat siswa tidak turut aktif dalam pembelajaran. Siswa tidak mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan berbicara karena siswa hanya mendengarkan dan terkadang tidak memahami materi yang disampaikan.

Guru yang peduli dan yang memilki perhatian penuh terhadap siswa akan membuat siswa tidak segan untuk mengajaknya berdiskusi tentang berbagai hal. Sehingga keterampilan berbicara siswa dapat terlatih dengan sendirinya. Efektivitas pembelajaran sedikit banyak bergantung pada efektivitas komunikasi. Karena itu, efektivitas seorang guru dalam pembelajaran bergantung pada seberapa efektif komunikasinya dengan siswa di dalam atau di luar kelas.

“Komunikasi efektif memainkan peran penting dalam keberhasilan pembelajaran

pada semua jenjang pendidikan. Membelajarkan siswa bukan semata proses transfer pengetahuan, melainkan proses komunikasi dua arah antara guru dan

siswa”.3

Berbagai cara dapat dilakukan guru untuk melatih kemampuan presentasi siswa. Misalnya diskusi kelompok yang mengharuskan siswa untuk tampil presentasi di depan kelas, dengan begitu setiap siswa akan memiliki kesempatan untuk melatih kemampuan presentasi yang juga termasuk dalam keterampilan berbicara.

Diskusi yang menarik, teratur, dan terarah akan membuat siswa terbiasa untuk berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik, mudah dipahami dan jelas, sehingga kemampuan presentasi siswa menjadi terasah. Materi yang menarik dan aktual menjadi daya tarik tersendiri agar siswa tidak segan untuk menyampaikan gagasan dan ide baik ketika presentasi maupun ketika memberi tanggapan. Penting bagi seorang guru mempersiapkan materi yang dapat menarik

3 Dr. Yosal Iriantara dan Usep Syaripudin, M. Ed,

(17)

minat siswa untuk lebih ingin mempelajari lebih jauh mengenai materi diskusi sehingga ketika siswa presentasi banyak ide dan gagasan baru yang mereka hasilkan. Dengan demikian, presentasi menjadi lebih menarik dan lebih memudahkan siswa untuk berbicara dengan baik karena mereka menggemari dan menguasai materi.

Diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Melalui kegiatan diskusi diharapkan siswa dapat secara aktif mengeluarkan ide dan pemikiran yang diutarakan lewat bahasa lisan atau berbicara ketika presentasi. Dengan diadakannya kegiatan diskusi, diharapkan siswa sudah mulai terbiasa dan terlatih untuk dapat presentasi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, sehingga kemampuan berbicara menjadi lebih baik.

Berdasarkan urainan di atas yang dapat dijadikan latar belakang masalah, maka penulis terdorong untuk membahasnya dalam sebuah penelitian dengan judul “Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian masalah , maka identifikasi masalah adalah : 1. Kurangnya keberanian siswa ketika presentasi di depan kelas. 2. Rendahnya kemampuan berbicara siswa (presentasi) di depan.

3. Guru kurang berperan dalam menerapkan model pembelajaran yang aktif dalam meningkatkan kemampuan berbicara (presentasi) siswa.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka penulis membatasi permasalahan pada :

(18)

b. Efektivitas metode diskusi dalam upaya meningkatkan kemampuan presentasi siswa.

c. Yang menjadi objek penelitian adalah siswa/i kelas XI MA Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015-2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah kemampuan presentasi dalam kegiatan diskusi siswa kelas

XI MA Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan?

b. Seberapa efektifkah metode diskusi dalam meningkatkan kemampuan presentasi siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan presentasi dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI MA Nur As Sholihat Serpong, Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015-2016.

2. Untuk mengetahui efektivitas metode diskusi dalam meningkatkan kemampuan presentasi siswa.

F. Manfaat Penelitian

Mengingat pentingnya penelitian ini dalam berbagai faktor, maka manfaat penelitian ini ditinjau dari dua segi, yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penggunaan metode diskusi sebagai usaha untuk meningkatkan keterampilan presentasi.

(19)

2. Secara Praktis a) Bagi Guru

1) Menjadi masukan dan metode bagi guru guna mengembangkan keterampilan presentasi siswa melalui metode diskusi.

2) Menjadi alternatif cara meningkatkan kemampuan presentasi yang efektif dan tepat bagi siswa.

b) Bagi Siswa

Dengan menerapkan metode diskusi maka siswa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan berbicara khususnya presentasi dan sudah mulai terbiasa untuk berbicara secara formal, sehingga kemampuan berbicara (presentasi) menjadi lebih baik.

c) Bagi Madrasah dan Orang Tua

(20)

7 1. Pengertian Berbicara

Berbahasa adalah proses mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan, dalam bentuk kata-kata atau kalimat – kalimat. “Kemampuan berbicara dan berkomunikasi mencakup kemampuan sosial termasuk juga keahlian berbahasa dan mendengarkan”.1

Fungsi bahasa sendiri menurut Deddy Mulyana adalah “untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa”.2 Sedangkan menurut Chomsky “bahasa adalah cara kita berbicara dan memahami. Sebuah konsep tradisional tentang bahasa”.3

Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan manusia, karena tanpa bahasa kehidupan sosial antar individu yang membentuk kelompok masyarakat sulit untuk dibina. Karena bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggotanya suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri”.4 Dalam konteks berbicara ini tentu bahasa yang dipakai adalah bahasa lisan.

“Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebut kemampuan berbicara atau berujar dipelajari”.5 “Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat memengaruhi kehidupan – kehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan dan keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Sistem

1

Mussen, Paul Henri, dkk, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakarta: Erlangga, 1984), h.189

2

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 261

3

Noam Chomsky, Cakrawala Baru Kajian: Bahasa dan Pikiran, alih bahasa oleh Freddy Kirana (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), hlm 8

4

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2008), hlm 25

5

(21)

inilah yang memberi kefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya”.6

Berdasarkan penjelasan di atas maka keaktifan siswa di dalam kelas dengan sering mengemukakan pendapat atau sekedar bertanya akan membantu siswa dalam mengembangkan dirinya dengan demikian berbicara mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Dengan berbicara seseorang berusaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Tanpa usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ketika kita tanpa bicara, orang tidak akan dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan seakan terkucilkan dari lingkungannya. Untuk berkomunikasi dengan sesamanya manusia lebih sering menggunakan bahasa lisan daripada bahasa tulis. Bahasa lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang sedang dirasakannya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.

Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-beda. Tarigan menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audioble) yang terlihat (visible). Sedangkan definisi lain berpendapat bahwa “berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi”.7

Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat secara lisan. Pembicaraa melakukan enkode dan memilih kode bahasa untuk menyampaikan pesan dan amanat. Pesan dan amanat ini akan diterima oleh pendengar yang akan melakukan dekode atas kode-kode yang dikirim dan memberikan interprestasi. Proses ini berlaku secara timbal balik antara pembicara dan pendengar yang akan selalu berganti peran dari peran

6

Ibid., hlm 9

7 Ellis dalam Novi Resmini dan Dadan Juanda,

(22)

pembicara menjadi peran pendengar, dan dari peran pendengar menjadi peran pembicara.8

Dalam kegiatan menyimak, aktivitas kita diawali dengan mendengar dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian, kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan tersebut. Penyampaian isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi, gagasan, serta pendapat yang selanjutnya disebut pesan (message) ini diharapkan sampai ke tujuan secara tepat.

Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan bahasa, dalam hal ini ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan bagi penerimanya.

Pemberi pesan sebenarnya dapat juga disebut pembicara dan penerima pesan disebut juga sebagai pendengar atau penyimak atau disebut juga dengan istilah lain kamunikan dan komunikator. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara dan peristiwa atau proses penerima pesan yang disampaikan secara lisan itu disebut menyimak. Dengan demikian, berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, sedangkan menyimak adalah keterampilan menerima pesan yang disampaikan secara lisan.

2. Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia

8Budinuryanta Y, dkk,

(23)

harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.

Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara selain untuk berkomunikasi, berbicara juga memiliki tujuan yang beragam, mulai dari sekedar menghibur, menyampaikan pendapat atau gagasan, hingga mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

3. Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.

(24)

meliputi a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara, c) kesediaan menghargai orang lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f) kelancaran, g) relevansi, penalaran, h) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan

(linguitik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).

4. Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara

Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Rusmiati mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).9

1) Hambatan Internal

- Ketidaksempurnaan alat ucap

Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicaraan.

- Penguasaan komponen kebahasaan

- Penggunanaan komponen isi

- Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental

Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.

2) Hambatan Eksternal

(25)

Berdasarkan faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara tidak selama berjalan lancar, terkadang ada hal yang membuat kegiatan berbicara dapat terhambat, oleh sebab itu untuk melakukan kegiatan berbicara dengan baik, seharusnya faktor penghambat dapat diatasi agar kegiatan berbicara dapat berjalan dengan lancar.

B. Presentasi

1. Pengertian Presentasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata presentasi diartikan memberikan, penyajian, perkenalan, pertunjukan10. Presentasi adalah penyajian karya tulis atau ilmiah seseorang di depan forum undangan/peserta atau suatu kegiatan berbicara di depan publik/audiens/hadirin, dalam rangka mengajukan suatu ide untuk mendapatkan pemahaman/kesepakatan bersama.

Presentasi merupakan jenis keterampilan berbicara di depan umum atau

publick speaking yang memiliki arti kemampuan seseorang berbicara di depan orang banyak. Jika ditinjau dari unsur kata, “presentasi bermakna membicarakan, mengusulkan, membahas, menenrangkan, atau mempraktekan. Orang yang melakukan presentasi disebut dengan istilah presentator”.11

Presentasi adalah sebentuk komunikasi. Komunikasi presentasi dilakukan secara terpadu: lewat suara, gambar, dan bahasa tubuh. Dalam buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat mengutip definisi komunikasi dari Hovland, Janis dan Kelly sebagai berikut:

“the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”

Sebuah proses di mana seorang individu (komunikator) mengirimkan rangsangan (stimulus, yang biasanya berbentuk verbal) untuk mengubah perilaku individu lain (audiens)12.

10

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 700 11

Munaya P. K. Anjali, Pintar Presentasi (Kiat-kiat Menampilkan Presentasi Cerdas, Mimikat dan Mampu Mempengerahui Orang Lain), (Jogjakarta: DIVA PRESS, 2008), hlm. 35

12 Jalalludin Rakhmat,

(26)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka disimpulkan bahwa presentasi merupakan bagian dari keterampilan berbicara di depan umum atau

publick speaking dan merupakan bentuk dari komunikasi lisan yang memiliki arti sebuah proses penyampaian pesan, gagasan atau ide yang bertujuan untuk memberitahu, mempengaruhi atau menghibur di hadapan orang banyak.

Presentasi yang merupakan bagian dari keterampilan berbicara di depan umum atau publick speaking memiliki ciri-ciri sebagai berikut13 :

a) Biasanya dilakukan secara formal b) Biasanya disusun secaa matang

c) Biasanya sudah ditentukan waktu, tempat, dan materinya

d) Biasanya dibantu oleh alat-alat peraga atau alat-alat bantu presentasi e) Biasanya dipandu oleh seorang pemandu atau moderator

f) Biasanya menghendaki adanya pihak lain sebagai sasaran presentasi g) Biasanya diikuti dengan sesi tanya jawab

h) Biasanya memiliki tujuan dan target tertentu

Ciri-ciri tersebut membedakan presentasi dengan jenis-jenis pembicaraan yang lain. Semua ciri itu memberikan gambaran mengenai proses presentasi yang memiliki ke khasan dalam seni berbicara.

Agar presentasi itu dapat berjalan secara efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Antara lain :

a) menarik minat dan perhatian peserta b) mengarahkan perhatian peserta

c) mempertahankan minat dan perhatian peserta d) menjaga kefokusan pada presentasi yang disajikan e) menjaga etika atau kode etik presentasi

2. Ciri-ciri presentasi yang baik

Suksesnya sebuah presentasi tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat verbal (kata-kata), tetapi juga unsur-unsur non-verbal (misal bahasa tubuh dan emosi). Sebuah riset mengungkapkan bahwa hanya 7% dari kekuatan

13

(27)

presentasi dapat diwakili oleh kata-kata, sedangkan sisanya terkandung dalam unsur-unsur non verbal. Sekitar 55% dalam bentuk bahsa tubuh dan 38% dari nada suara. Riset lain menyatakan bahwa prosentase kekuatan presentasi antara unsur verbal dan non verbal berbanding sama.14 Secara garis besar ciri-ciri presentasi yaitu15 :

a) Penyampaian dengan semangat dan siap mental

Kadar semangat harus disesuaikan, tidak terlalu monoton ataupun terlalu semangat, karena mempengaruhi kesan terhadap audiens. Sikap mental juga harus diperkuat agar tidak merusak konsentrasi.

b) Kejelasan berbicara di depan audiens

Alat pembicara harus disesuaikan dengan kondisi ruangan agar suara tidak terdengar samar-samar, tidak jelas atau terlalu keras. Bantuan pengeras suara hendaknya diperhatikan terlebih dahulu sebelum presentasi di mulai. c) Disajikan secara sistematis

Kesistematikan penyajian mempengaruhi konsentrasi sehingga membuat dampak pemahaman audiens.

d) Memberi argumen yang dapat diterima

Argumen hendaknya dapat diterima oleh audiens dan tidak bersifat ambigu. Argumen biasanya disampaikan pada sesi tanya jawab.

e) Kontak mata dengan audiens

Agar penyampaian presentasi tidak berdampak buruk, maka kontak mata harus disesuaikan dengan seluruh audiens.

14

Munaya P. K. Anjali, Pintar Presentasi (Kiat-kiat Menampilkan Presentasi Cerdas, Mimikat dan Mampu Mempengerahui Orang Lain), (Jogjakarta: DIVA PRESS, 2008), bagian penutup.

15 Muhammad Noor,

(28)

C. Pengajaran Diskusi 1. Pengertian Diskusi

Diskusi ialah salah “satu proses memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memberikan jawaban atas pertanyan atau pembicaraan suatu masalah”.16

Nio menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang bertinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu mengalami tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah. Lain halnya dengan Nio, Brilhart menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk diskusi ialah proses pengertian, kesepakatan dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dengan demikian dalam sebuah diskusi harus ada sebuah masalah yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan ada peserta diskusi yang dapat menemukakan pendapat secara teratur.17

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama-sama. Untuk melaksanakan metode diskusi tentunya harus menggunakan sebuah teknik diskusi, teknik diskusi sebagai salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi anatara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi dan memecahkan suatu masalah.18

Pada hakekatnya diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.

Salah satu ciri yang paling menonjol pada kelompok diskusi adalah forum atau masa tanya jawab, juga dapat berlangsung dalam setiap jenis diskusi atau penampilan. Forum terbuka memberi kesempatan kepada para pendengar untuk memperoleh informasi yang lebih rinci, mengemukakan bahan tambahan,

16

Siti Sahara, dkk, keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta : FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2010), Cet 5, h. 17

17

Yeti mulyati, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009) h. 3.14 - 3.15

18 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,

(29)

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi itu.

Dalam uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa diskusi mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang melibatkan orang banyak yang pada akhirnya pendengar diharapkan mempunyai pandangan dan hasil pemikiran bersama tentang sebuah masalah yang menjadi pokok diskusi tersebut.

Hal-hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo, yaitu sikap kooperatif, semangat Berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai alat berkomunikasi, dan kemampuan memahami persoalan. Selain itu, ketika proses diskusi berlangsung hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraian dengan penuh perhatian, menghilangkan sikap emosioanal dan prasangka, menangkap gagasan utama, dan gagasan penjelas, serta mempertimbangkannya.

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapainya. Baik dua orang atau lebih yang masing-masing mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir pertimbangan akal yang semsetinya.19

Metode diskusi bertujuan untuk :20

1) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan

2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional

3) Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif

4) Mengembangkan keberasilan peserta didik dalam menentukan pendapat 5) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial

6) Melatih peserta didik untuk berpendapat tentang sesuatu masalah Manfaat dari Diskusi adalah :

1) Pelaksanaan sikap demokrasi. 2) Pengujian sikap toleransi.

3) Pengembangan kebebasan pribadi.

19

Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosda karya, 2011), hlm. 141

20

(30)

4) Pengembangan latihan berpikir.

5) Penambahan pengetahuan dan pengalaman.

6) Kesempatan pengejawantahan sikap inteligen dan kreatif.

Berdasarkan manfaat tersebut, metode diskusi memiliki [eran penting dalam hal menanamkan sikap yang positif, selain itu metode diskusi dapat memberikan pelajaran dan pengalaman kepada setiap siswa yang terlibat dalam diskusi dalam hal mengemukakan pandangan dan ide serta dapat meningkatkan sikap kritis yang psositif.

2. Macam-macam Diskusi

a. Diskusi Kelompok (Whole Group Discussion)

Diskusi ini melibatkan seluruh anggota kelas yang hadir. Peran utama seorang guru adalah sebagai pemimpin diskusi, namun bisa saja guru menunjuk seorang murid yang dipandang cakap untuk mengemban tugas sebagai pimpinan diskusi tersebut.

b. Diskusi kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)

Jenis diskusi ini berkaitan erat dengan diskusi kelompok besar. Walaupun dalam pelaksanaannya diskusi ini hanya melibatkan 4-5 orang saja dalam setiap kelompoknya, namun setiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusinya tersebut di depan kelas atau di dalam diskusi kelompok besar.

c. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam orang ahli yang ditujuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai segi mengenai suatu masalah.

d. Konferensi

Konferensi sebagai suatu bentuk kelompok diskusi resmi kadang-kadang mengacu kepada action-taking discussion atau diskusi pengambilan tindakan, karena berusaha membuat keputusan tersebut.

(31)

Pada dasarnya simposium adalah suatu variasi dari panel yang telah diuaraikan di atas. Dalam suatu simposium, tiga orang atau lebih yang dianggap ahli dengan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai suatu pokok pembicaraan tampil menyampaikan pendapatnya, dan para pendengar atau partisipan mengambil bagian dalam diskusi.

f. Lecture Discution

Diskusi ini dlaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian didiskusikan. Di sini biasanya hanya satu pandangan atau persoalan saja.21

3. Tugas Pemimpin Diskusi22

a. Memilih dan menentukan topik yang menarik bagi orang banyak

b. Mendorong angota kelompok untuk mempelajari secara mendalam topik yang dipilih sebelum pertemuan diselenggarakan.

c. Menyiapkan ruangan, kursi ditempatkan sekeliling meja, sehingga para anggota saling berhadapan.

d. Menyiapkan jawaban dari berbagai pertanyaan dari para peserta.

e. Mengenalkan, menjelaskan masalah dan topik yang akan dibahas serta prosedur yang ditempuh dalam pertemuan itu.

f. Menyarankan mengajukan tujuan diskusi.

g. Menyodorkan outline tentatif untuk diskusi kelompok.

h. Menyilakan kelompok atau peserta bereaksi kepada outline itu

i. Menyilakan anggota kelompok mengajukan pendapat tentang yang didiskusikan

j. Menjaga agar diskusi itu lancar dan tetap sesuai dengan outline, kecuali kehendak mayoritas peserta.

k. Mengusahakan agar partisipasi atau keterlibatan angota diskusi merata dan seimbang.

21

H. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. Ke-2, hlm. 57-58

22

(32)

l. Menahan diri untuk tidak pidato.

m. Menyampaikan rangkuman bila diperlukan n. Mengusulkan studi lanjut.

Berdasarkan tugas tersebut, pemimpin diskusi memiliki peran penting selama proses diskusi berlangsung, pemimpin diskusi harus pandai dalam menyampaikan materi diskusi dan memimpin diskusi secara baik.

4. Tugas Peserta Diskusi23

a. Membantu menentukan topik untuk disajikan.

b. Mempelajari bahan yg tepat sebelum diskusi dilaksanakan. c. Membantu merumuskan tujuan dan prosedur diskusi.

d. Memikirkan dalam-dalam tentang topik yang akan didiskusikan. e. Mendengarkan dengan baik pendapat peserta lain.

f. Menghubungkan pengertian dengan pengalaman sebelumnya. g. Mengembangkan pendapat atas pendapat orang lain.

h. Menerima dan menolong anggota lain sebagai individu berharga. i. Menolong anggota lain untuk memahami apa yang sedang dibicarakan. j. Memelihara keikutsertaan yang merata dan seimbang bagi setiap

anggota.

k. Menyumbangkan informasi atau pendapat yang selaras dan relevan dengan topik.

l. Mengidentifikasi gagasan baru dan mengintegrasikan ke dalam pikiran. m. Merangkum hal-hal penting

n. Menentukan informasi dimanfaatkan untuk studi

Perserta diskusi yang merupakan bagian dari proses diskusi harus menjadi bagain yang aktif ketika proses diskusi. Jika peserta diskusi bersikap pasif maka kegiatan diskusi akan sangat membosankan. Maka dari itu, peserta diskusi harus antusias dan kristis dalam menanggapi permasalahan yang sedang didiskusikan.

23

(33)

5. Ukuran-ukuran untuk menilai diskusi kelompok24

Khusus mengenai diskusi kelompok ini kita kemukakan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh sang pimpinan yang merupakan tolok ukur keberhasilan dalam menjalankan tugas selama diskusi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yakni : Topik pertama berkenaan dengan teknik.

a. Berkenaan dengan topik, Apakah saya25 :

1) Mengenal serta memahami masalah keseluruhan secara jelas sebelum saya mencoba memecahkannya?

2) Melihat keseluruhan subjek atau memperdebatkan satu segi kecil?

3) Berbicara bertele-tele atau tetap bertahan secara konsekuen dalam menghadapi suatu masalah?

4) Memiliki fakta-fakta yang memadai dan bukti-bukti yang terpercaya? 5) Membuang-buang waktu mengenangkan sesuatu sedikit sekali

kaitannya?

6) Mempergunakan kata-kata yang umum atau khusus?

7) Mempergunakan kata-kata nyata, kata-kata yang tepat atau kata-kata yang bernoda atau tercela?

8) Menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat “terlalu umum” yang lebih membingungkan ketimbang menjelaskan?

9) Menunggu fakta-fakta sebelum saya menolak pernyataan-pernyataan umum dari orang lain?

10) Membuat keputusan pribadi dari diskusi itu? b. Berkenaan dengan teknik, apakah saya :

1) Berbicara hanya apabila saya dapat membuat satu butir yang baik?

2) Berbicara terlalu banyak, mengemukakan suatu penampilan atau performasi tunggal?

3) Mengganggu pembicara lainnya?

4) Berdiskusi dengan seorang pribadi saja, mengabaikan kelompok?

24

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung : Angkasa, 2008), hlm.55 - 56

25

(34)

5) Membantah atau menentang pribadi sebagai pengganti pendapatnya? 6) Mengabaikan perlindungan (lalai melindungi) harga diri lawan saya? 7) Menafsirkan perbedaan pendapat sebagai suatu serangan pribadi?

8) Tidak setuju dalam hal suasana hati yang mengandung pertanyaan atau melulu bagi kontradiksi saya?

9) Memiliki sikap yang “serba tahu”?

10) Memperlihatkan lebih banyak emosi ketimbang penalaran?

11) Mengadakan pembedaan antara pemborosan waktu dan pemanfaatan waktu?

Jawaban-jawaban atas kedua puluh satu butir pertanyaan di atas akan mencerminkan keberhasilan dalam menanggulangi masalah-masalah yang timbul dan juga keberhasilan kita mencapai tujuan diskusi tersebut.

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi a. Kelebihan

1) Memperoleh pendapat melalui musyawarah atau masukan dari berbagai pihak

2) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa ikut aktif sehingga mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.

3) Adanya kebebasan untuk mengemukakan pendapat sendiri dan membantu murid untuk mengambil suatu keputusan yang lebih baik. 4) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka

mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. 5) Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi,

demokrasi, berfikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.

(35)

b. Kekurangan

1) Tidak semua siswa berani mengemukakan pendapat dan kemungkinan ada sisa yang tidak ikut aktif

2) Sukar menentukan topik diskusi dan sulit menduga hasil yang ingin dicapai, karena waktu yang dipergunakan banyak.26

Selain memiliki kelebihan, metode diskusi juga memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut terjadi apabila metode diskusi tidak dipersiapkan dengan baik. Untuk itu, supaya metode diskusi dapat berjalan baik tanpa adanya kekurangan, sebaiknya dipersiapkan secara matang.

D. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan tinjauan yang dilakukan oleh penulis ke berbagai tempat, penulis belum mendapatkan skripsi yang secara khusus membahas mengenai kemampuan presentasi siswa dalam kegiatan diskusi. Namun, ada beberapa skripsi yang menurut penulis memiliki karakteristik yang sama, di antaranya : 1. penerapan Pembelajaran Kontekstual (CTL) dalam meningkatkan

keterampilan berbicara (dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MTs Khazanah Kabajikan Tangerang Selatan ) tahun 2014, yang ditulis oleh Abdul latif, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa meningkat setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual (CTL)

2. Kemampuan Keterampilan Berbicara Melalui Muhadharah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Mu’allimien Muhammadiyah Leuwiliang Bogor, pada tahun 2013 oleh Dinah Sintia Ulvah, mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menyimpulkan bahwa kegiatan muhadharah yang dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Mu‟allimien Muhammadiyah Leuwiliang Bogor, dapat mengasah kemampuan

26 Armai Arief,

(36)

keterampilan berbicara siswa, sehingga prestasi siswa dalam bidang muhadharah meningkat. Hal tersebut dapat dibuktikan dari beberapa siswa yang memperoleh penghargaan baik sebagai pemuhadharah terbaik tingkat madrasah atau juara dalam perlombaan pidato dari tingkat Kabupaten hingga tingkat Provinsi dan nasional. Muhadharah sebagai media untuk menyalurkan bakat komunikasi yang dimiliki siswa meski awalnya dipaksakan namun, dari situlah siswa dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki mengenai kemampuan keterampilan berbicaranya di depan khalayak. Selain itu muhadharah dapat meningkatkan keberanian mereka berada di depan publik. Jadi, kemampuan keterampilan berbicara melalui muhadharah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Mu‟allimien Muhammadiyah Leuwiliang Bogor, meningkat setelah mengikuti muhadharah. 3. Peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan metode diskusi pada siswa

(37)

24 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Nur As Sholihat BSD Serpong, Tangerang Selatan. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan penulis merasa di Madrasah tersebut kemampuan siswa dalam presentasi sangat sedikit dikembangkan. Hal ini penulis rasakan ketika penulis menempuh pendidikan di Madrasah tersebut, hingga saat ini pun masih sangat jarang siswa dituntut memiliki kemampuan presentasi yang baik. Hasil temuan tersebut didapatkan ketika penulis diberikan kesempatan untuk menjadi pengajar di Madrasah tersebut.

Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Januari sampai Mei 2016. Dimulai dengan melakukan observasi pada bulan Januari sampai dengan melakukan penelitian pada Mei 2016.

B. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Moleong, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”1

“Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.”2 “penelitian lebih ditujukkan mencapai pemahaman mendalam mengenai

1

Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 6.

2

(38)

organisasi atau peristiwa khusus, ketimbang mendeskripsikan bagian permukaan dari sempel besar dari sebuah populasi. penelitian ini juga bertujuan untuk menyediakan penjelaan tersurat mengenasi struktur, tatanan dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu kelompok partisipan. Penelitian kualitatif juga disebut

etno-metodelogi atau penelitian lapangan”.3

Walaupun penelitian kualitatif bersifat subjektif, tetapi penelitian ini memiliki objektivitas, tetapi berbeda dengan objektivitas penelitian kuantitatif. Objektivitas dalam penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat, didengar, ditangkap, dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan, tidak di buat-buat atau di reka-reka. Data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman, kerangka pikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka dan kecenderungan-kecenderungan tertentu.4

Jadi penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang dialami oleh subjek penelitian terhadap objek yang diteliti berdasarkan fakta dan data yang didapatkan dilapangan, yang dianalisis secara cermat dan teliti secara objektif dengan tidak mengada-ada.

Sedangkan jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Moh. Nazir berpendapat bahwa, “metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran.”5

Sumadi Suryabrata memaparkan secara harfiah “penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi- situasi atau kejadian-kejadian. Jika data yang ada adalah data kualitatif, maka deskripsi data ini dilakukan dengan cara menyususun

3

Imam Gunawan, Metodelogi Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (Jakarta:Bumi Aksara, 2013) h.84

4

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012)h. 105

5

(39)

dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden. ”6

Alasan peneliti memilih metode kualitatif deskriptif karena peneliti hendak melakukan penelitian secara mendalam mengenai kemampuan presentasi siswa. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan tersebut telah tercapai atau belum, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam perincian datanya dalam bentuk deskriptif analitik atau penelitian yang ditunjang dengan data yang diperoleh dari penelitian lapangan. “Pendekatan ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.”7

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Yang dimaksud dengan populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”8Populasi juga memiliki arti “suatu keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari objek taupun subjek sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.”9

Jadi populasi mencakup seluruh aspek yang terlibat dalam penelitian. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh siswa kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat yang terdiri dari 30 siswa semester

Sumadi Suryzabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.76

7

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983). h. 54.

8

Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 61

9

(40)

Teknik yang digunakan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan). Purposive sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik purposive sampling memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini bukan jumlah informan, melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.10

Dari 30 siswa yang terdapat di kelas XI MA Nur As Sholihat, seluruh siswa dijadikan sampel penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan tes dan non tes.

1. Instrumen Tes

“Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian yang berbentuk tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh tester”.11 Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran terhadap peserta didik juga sebagai pengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. “Sedangkan Adi Suryanto menyimpulkan bahwa tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban benar atau salah”.12

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat atau prosedur untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan ketercapaian proses belajar mengajar yang pada akhirnya memberikan penilaian terhadap keberhasilan atau ketercapaian proses belajar mengajar.

10

Nanang Martono, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.79.

11

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press,2011), Ed.1, Cet. Ke-12, h. 66

12

(41)

Melalui tes tersebut dilakukan penilaian terhadap poses belajar mengajar. Penilaian yang dilakukan hendaknya ditujukan pada usaha perbaikan prestasi siswa sehingga menumbuhkan motivasi pada pelajaran berikutnya. “Penilaian kemampuan berbicara dalam pengajaran berbahasa berdasarkan pada dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi lafal, kosakata, dan struktur sedangkan faktor nonkebahasaan meliputi materi dan kelancaran.”13

Tabel 3.1

d. Tidak runtut dan tidak sistematis Skor 2

e. Sangat tidak runtut & sangat tidak sistematis Skor 1

(42)

5 Ketepatan

Nilai 1 : Sangat tidak baik Nilai 2 : Tidak baik kurang sekali, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti baik, nilai 5 berarti baik sekali.

2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur penilaian yang diperoleh siswa.

3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:

(43)

Tabel 3.2

Penentuan Kriteria dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Lima interval Persentase

Tingkat Penguasaan

Nilai Ubahan Skala Lima

Keterangan 1- 5 D - A

91-100 5 A Amat Baik

80-90 4 B Baik

60-79 3 C Cukup Baik

50-59 2 D Kurang Baik

10-49 1 E Tidak Baik

2. Instrumen Nontes

Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik. Tes dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (ducumentary analysis). Pada prosesnya teknik nontes ini untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain). Instrumen nontes yang digunakan, yaitu:

a. Lembar observasi

Lembar observasi adalah alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur sejauh mana tindakan yang dilakukan peneliti telah mencapai tujuan. Lembar observasi ini dapat dilengkapi dengan blangko atau form yang berisi aspek-aspek tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung.

b. Catatan Lapangan

(44)

aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.3

CATATAN LAPANGAN

Kegitan Pembelajaran Bahasa Indonesia MA Nur As Sholihat

c. Angket

Angket diberikan kepada siswa setelah tes presentasi selesai, tujuannya adalah mengetahui efektivitas dari penggunaan metode diskusi dalam mengembangkan kemampuan presentasi.

Tabel 3.4

LEMBAR ANGKET PENELITIAN

KEMAMPUAN PRESENTASI SISWA DALAM KEGIATAN DISKUSI PADA SISWA KELAS XI MA NUR AS SHOLIHAT

SERPONGTANGERANG SELATAN No Katagori Pengamatan

Skor dan Indikator

Jml

Sangat

Kurang Kurang Cukup Baik

Sangat Baik

1 Saya memberikan respon positif selama proses pembelajaran berlangsung. 2 Saya menyimak dan

memperhatikan penjelasan guru dengan baik.

Hari/tanggal : Waktu :

(45)

3 Saya aktif dalam mengajukan pertanyaan.

4 Saya aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru.

5 Saya antusias selama proses diskusi berlangsung.

6 Saya memberikan respon positif terhadap materi yang disampaikan oleh presentator.

7 Saya mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir.

8 Guru sering menggunakan metode diskusi dalam proses belajar mengajar.

9 Saya lebih senang guru menggunakan metode diskusi dibandingkan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran.

10 Metode diskusi memudahkan saya dalam memahami pelajaran.

11 Metode diskusi dapat mengembangkan

kemampuan presentasi saya. 12 Saya mengalami kesulitan

(46)

13 Saya mengalami kesulitan ketika presentasi.

14 Saya tertarik dengan metode diskusi dalam proses pembelajaran.

15 Kemampuan presentasi

penting dalam

mengembangkan

kemampuan berbicara saya. 16 Saya sering menjadi

presentator ketika diskusi tanpa diminta.

17 Saya sering menjadi presentator ketika diskusi ketika dibujuk oleh guru 18 Saya sering menjadi

presentator ketika diskusi ketika didorong oleh teman. 19 Presentasi memiliki banyak

manfaat bagi saya.

20 Presentasi membantu saya dalam memudahkan memahami pelajaran.

21 Saya tertarik untuk terus mengembangkan

kemampuan presentasi. Jumlah Porsentase

Kriteria

(47)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Adapun dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Observasi

“Observasi atau pengamatan adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, diteliti, dan sistematis.”14

Poerwandari berpendapat bahwa observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Istilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan

memerhatikan”. Istilah obsevasi diarahkan pada kagiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.15

Observasi ini dilakukan untuk mencari data yang valid, yang hendak diteliti di lokasi penelitian yaitu mengamati keadaan di kelas khususnya kegiatan belajar mengajar yang bekaitan dengan kemampuan presentasi siswa kelas XI yang menjadi subjek penelitian dan mengamati keadaan lingkungan MA Nur As Sholihat tahun ajaran 2015-2016.

2. Tes

“Tes adalah suatu bentuk pengukuran hasil belajar peserta didik dengan cara mengajukan pertanyaan, permasalahan tugas untuk mendapatkan penyelesaian dari peserta didik sesuai dengan kasus yang

14

Burhan Nurgiantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, (Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta, 2001), hlm. 57

15 Imam Gunawan,

(48)

diajukan sebagai pencerminan hasil belajar yang telah dicapai.”16

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tes berupa praktik presentasi di depan kelas, yang kemudian setelah tes presentasi berlangsung maka diadakan tes pengukuran pemahaman setelah presentasi selesai, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan presentasi siswa dalam kegiatan diskusi. 3. Kuesioner

“Kuesioner yaitu suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden”.17 Dalam hal ini penulis menyebarkan angket kepada seluruh siswa-siswi kelas XI MA Nur As Sholihat Serpong Tangerang Selatan yang dijadikan sebagai sample dan responden hanya memilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat baginya.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang diperoleh dari arsip sekolah mengenai identitas sekolah, jumlah guru, siswa, struktur sekolah dan sarana dan prasarana sekolah. Selain itu bentuk dokumentasi dari kegiatan belajar mengajar yang menggambarkan situasi saat kegiatan presentasi berlangsung.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah bentuk temuan selama pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Catatan lapangan dapat didiskusikan dengan observer dan bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Analisis isi atau dokumen (contet or document analysis) yaitu ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi berupa buku-buku baik yang bersifat teoritis maupun empiris. Analisis ini bertujuan untuk

16

Kosadi Hidayat, dkk, Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia, (Bandung: Alfabeta, 1994), hlm. 5

17

(49)

mengetahui makna, konsep, untuk selanjutanya mengetahui manfaat atau hasil dari hal-hal tersebut.

Dalam buku Lexy J. Moeloeng yang berjudul Penelitian Kualitatif mendefinisikan analisis data kualitatif adalah:

Upaya yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilihih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan adanya data, hasil penelitian dapat digunakan sebagai suati informasi baru yang mempunyai sifat ilmiah.

Tahapan analisis data yang digunakan didasari oleh pendapat Seidel yaitu 1) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mengsintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeks. 3) Berpikir, dengan jalan membuat agar katagori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum. 18

Proses analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, kemudian data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas diubah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan ilmiah.

Agar mendapatkan hasil penelitian yang valid, peneliti melakukan pengolahan data dengan menganalisis hasil tes keterampilan presentasi, menganalisa hasil angket dan observasi yang kemudian hasil analisa tersebut disusun menjadi kesimpulan atas kemampuan presentasi siswa dalam kegiatan diskusi.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data melalui autentisitas. “Autentisitas berarti memberikan deskripsi, keterangan, informasi yang adil dan jujur. Harus dijamin bahwa hasil yang diperoleh dan interpretasinya adalah tepat.

18

(50)

Interpretasi harus berdasarkan informasi yang disampaikan oleh partisipan dan bukan karangan peneliti.”19

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi dengan cara membandingkan sumber data yang diperoleh dengan kenyataan yang ada pada saat penelitian. Teknik ini sengaja penulis pilih karena penilitian kualitatif sangat mengandalkan interpetasi yang mendalam dan sesuai dengan kenyataan yang ada.

19

(51)

38

A. Profil MA Nur As Sholihat Serpong

Madrasah Aliyah Nur As Sholihat terletak di Kampung Perigi Lengkong wetan serpong, Tangerang selatan. Madrasah yang berada di bawah naungan Yayasan Nur As Sholihat ini berdiri setelah berdirinya MTs Nur As Sholihat, tepatnya pada tahun 1993.

Madrasah yang berdiri di atas tanah wakaf ini mulanya hanya berupa madrasah Tsanawiyah, yang kemudian berkembang dan berdiri pondok pesantren yang selanjutnya atas inisiatif dan terus berkembangnya Yayasan maka berdirilah Madrasah Aliyah Nur As Sholihat.

Selama berdiri Madrasah Aliyah Nur As Sholihat baru sekali melakukan pergantian kepala madrasah. Sejak berdiri sampai tahun 2011 Madrasah Aliyah Nur As Sholihat dipimpin oleh Bpk. Drs. Syarifudin yang kemudian digantikan oleh Bpk. Rohim, S.Sos.I.

Madrasah yang diintegrasikan oleh pondok pesantren ini memiliki nuansa yang sangat kental ke-Islamannya, selain kegiatan formal madrasah pada pagi hari, di Madrasah Aliyah Nur As Sholihat juga diadakan pendidikan non formal Takhasus pada sore hari. Semenjak berdirinya Madrasah Aliyah Nur As Sholihat telah banyak berkontribusi untuk masyarakat sekitar dengan kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan, dengan mayoritas siswa yang juga mukim di Pesantren membuat banyak manfaat yang dirasakan oleh warga sekitar.

Gambar

Tabel 3.2 Penentuan Kriteria dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Lima
Tabel 3.3
Tabel 4.1 Keadaan Guru MA Nur As Sholihat
Tabel 4.3 Sumber belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Perancangan Turbin Propeller Sumbu Horizontal Dengan Head 13 m Dan Debit 0,8 m 3 /s” yang diajukan untuk memperoleh

Dinamika perkembangan suatu ilmu akan sangat ditentukan dari kemampuannya untuk menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan nyata, karena itu, dialog antara

Melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, presentasi, kajian literatur, dan analisis diharapkan siswa kelas XI MIPA mampu menggolongkan tulang penyusun sistem gerak manusia

Berdasarkan data hasil wawancara 60 orang responden pada 4 Kelurahan yaitu : Awiyo, Asano,Vim dan Yobe diperoleh hasil sebagai berikut : 92 % responden masyarakat mengambil

Peserta didik mengatakan bahwa pembelajaran problem solving dengan berbantuan booklet sangat membantu dalam pembelajaran materi redoks, karena selama pembelajaran ia

Dalam mencari suatu informasi atau pengetahuan baru dengan menggunakan data mining ada beberapa hal yang perlu di perhatikan yaitu sumber data yang menjadi bahan

Ketentuan pasal 10 Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 25/PMK.05/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Kegiatan Yang Dibiayai Melelui Penerbitan

Upaya yang dilakukan pemerintah India dalam mengendalikan permasalahan konsumsi tembakau dengan melakukan ratifikasi terhadap perjanjian internasional Framework