ANALISIS PENDAPATAN PETANI SILVOPASTURA DI DESA
AMAN DAMAI, KECAMATAN SIRAPIT, KABUPATEN
LANGKAT
SKRIPSI
SAHRONI LUBIS 111201007
MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
SAHRONI LUBIS : Analisis Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, dibimbing oleh SITI LATIFAH
dan TRI MARTIAL.
Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian di sadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Salah Satu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model agroforestri. Pengelolaan silvopastura di Desa Aman Damai masih kurang berkembang, dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang sistem silvopastura. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen penyusun silvopastura, melihat kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga, dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara
purpossive dan metode yang digunakan berupa analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen penyususn silvopastura di Desa Aman Damai meliputi komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna (MPTs) dengan komponen peternakan (pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu. Kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 397.368.000 sebesar (52,56 %), lebih besar dibandingkan kontribusi usaha tani terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 358.800.000 sebesar (47, 44 %). Variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen adalah variabel jumlah ternak dan kepemilikan luas lahan.
ABSTRACT
SAHRONI LUBIS: Analysis of Farmer Income Silvopastura In Aman Damai village, Sirapit district, Langkat regency. The guidance bySITI LATIFAH, SandTRI MARTIAL.
Transferof forestlandto agricultureinknowingcause many problemssuch asdeclining soil fertility, erosion, extinctionof floraandfauna, floods,
droughtsandevenglobalenvironmental change. Oneland managementsystemtosolve the problem isthe modelof agroforestry.
Silvopasturamanagementin the village ofAmanDamaiis stillunderdeveloped, andthe lack ofresearch related toland managementsystem withsilvopastura. Based on this,the study aims toidentify thecomponents ofsilvopastura, to know silvopasturapracticecontributesto thehousehold income, andanalyzefactorsthat affectthe income of silvopastura farmersin theAmanDamai of village.This researchwas done inMay 2015. Sampling was done bypurposiveandmethods usedin the form ofmultiple linear regression analysis.
The research showedthatComponent of silvopasturaInAmanDamai villageincludecomponent(wood plants) in the form ofmultipurposetree species(MPTs) with the components ofthe farm(pasture). Multipurposetree speciesthat was developedisavocado, star fruit,durian, guava, citrus, cocoa, rubber, kuini, olive,mango, jackfruit, petai, Rambe, rambutan, andsapodilla. While thetype ofpasture being developed arechickens, goats, buffaloes, andcows. Silvopasturapracticescontributeto thehousehold incomeof Rp. 397. 368. 000(52.56%), greaterthan the contributionof farmingtohousehold incomeis Rp.358.800.000(47, 44%). The independent variablesthatsignificantly affectthe dependentvariableis a variablenumber of pastureandlandownership.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Pagaran Manggis, Kecamatan Batang Lubu
Sutam,Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara pada tanggal 05Juni 1993
sebagai anak ketiga dari delapan bersaudara dari ayahandaSyafii Lubis dan ibunda
Samsinar Nasution. Pada tahun 2011 penulis lulus dariMAN 1
Padangsidimpuan,pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk USU melalui
jalur Undangan. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Minat Manajemen
Hutan, Fakultas Pertanian
Selama mengikuti perkuliahanpenulis aktif diberbagai kegiatan organisasi.
Pernah menjabat sebagai Ketua seksi Kaderisasi Badan Kemakmuran Mushalla
(BKM) Baytul Asyjaar periode 2012/2013. Pernah aktif dalam anggota organisasi
kemahasiswaan, seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Nusantara USU dan anggota Gerakan Mahasiswa Bidik Misi (GAMADIKSI).
Selanjutnya penulis juga aktif menjadi asisten dosen untuk menangani mata kuliah
praktikum Pemanenan Hasil Hutan (PHH) T.A 2013.
Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada
tahun 2013 di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan
USU, Tongkoh Kabupaten Karo. Selanjutnya penulis melaksanakanPraktek Kerja
Lapang (PKL) Di KPH Ciamis, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Dan Banten
Pada Tanggal (29 Januari – 28 Februari 2015 ). Sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analis
Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul “Analisis Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai,
Kecamatan Sirapait, Kabupaten Langkat”
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan,
memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. Tri Martial,
M.P.Selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian hasil
penelitian ini. Khusus untuk petani Silvofastura, penulis menyampampaikan
banyak terima kasih atas bantuannya dalam pengumpulan informasi data kawasan
yang dilakukan pada penelitian ini.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa
yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.Semoga usulan penelitian ini
bermanfaat.
Medan, Juni 2015
DAFTAR ISI
Klasifikasi Berdasarkan Komponen Penyusunnya ... 5
Sistem Silvopastura ... 7
Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat ... 8
Umur ... 9
Kontribusi silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga ... 16
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 17
Alatdan Bahan ... 17
Jenis Data Yang Dikumpulkan ... 17
Metode Pengambilan Data ... 18
Tahapan penelitian ... 19
Batasan Penelitian ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan sosial masyarakat ... 24
a. Identitas Responden ... 24
Umur Responden ... 25
Tingkat Pendidikan Responden ... 26
Luas Lahan Responden ... 27
Pendapatan Petani Silvopastura ... 28
2. Komponen Penyusun Silvopastura ... 30
Populasi Ternak... 30
Ketersediaan Pakan Ternak ... 36
Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan ... 39
3. Kontribusi Silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga ... 43
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ... 45
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Thally sheet yang digunakan penelitian ... 19
2. Data jumlah penduduk ... 23
3. Data mata pencaharian Desa Aman Damai ... 24
4. Karakteristik responden berdasarkan umur ... 25
5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 26
6. Data luas pemilikan lahan responden ... 27
7. Pendapatan responden petani silvopastura ... 28
8. Data Jumlah Kepemilikan ternak berdasarkan jenisnya ... 30
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Lembu berteduh dibawah tegakan nangka ... 30
2. Lembu milik salah satu responden ... 31
3. Kambing milik salah satu responden ... 32
4. Ayam berkeliaran disekitar rumah warga ... 34
5. Ternak kerbau yang sedang di ikat di dalam kandang ... 35
6. Lembu lagi digembalakan untuk mencari makan ... 37
7. Lembu sedang mengkonsumsi HMT di dalam kandang ... 38
8. Buah Kakao yang siap panen ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Dokumentasi penelitian ... 53
2. Data Jumlah Penduduk Desa Aman Damai Tahun 2015 ... 55
3. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Aman Damai Tahun 2015 ... 55
4. Karakteristik Responden Desa Aman Damai ... 56
5. Data Kepemilikan Ternak Responden Desa Aman Damai ... 57
6. Data Kepemilikan Tanaman MPTs Responden Desa Aman Damai ... 58
7. Pendapatan bersih petani silvopastura ... 60
8. Kontribusi hasil tani terhadap pendapatan masyarakat Desa Aman Damai... 61
9. Kontribusi hasil silvopastura terhadap pendapatan masyarakat Desa Aman Damai... 62
10. Hasil analisis regresi linier berganda dengan software SPSS.17 ... 63
ABSTRACT
SAHRONI LUBIS : Analisis Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, dibimbing oleh SITI LATIFAH
dan TRI MARTIAL.
Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian di sadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Salah Satu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model agroforestri. Pengelolaan silvopastura di Desa Aman Damai masih kurang berkembang, dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang sistem silvopastura. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen penyusun silvopastura, melihat kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga, dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara
purpossive dan metode yang digunakan berupa analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen penyususn silvopastura di Desa Aman Damai meliputi komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna (MPTs) dengan komponen peternakan (pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu. Kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 397.368.000 sebesar (52,56 %), lebih besar dibandingkan kontribusi usaha tani terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 358.800.000 sebesar (47, 44 %). Variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen adalah variabel jumlah ternak dan kepemilikan luas lahan.
ABSTRACT
SAHRONI LUBIS: Analysis of Farmer Income Silvopastura In Aman Damai village, Sirapit district, Langkat regency. The guidance bySITI LATIFAH, SandTRI MARTIAL.
Transferof forestlandto agricultureinknowingcause many problemssuch asdeclining soil fertility, erosion, extinctionof floraandfauna, floods,
droughtsandevenglobalenvironmental change. Oneland managementsystemtosolve the problem isthe modelof agroforestry.
Silvopasturamanagementin the village ofAmanDamaiis stillunderdeveloped, andthe lack ofresearch related toland managementsystem withsilvopastura. Based on this,the study aims toidentify thecomponents ofsilvopastura, to know silvopasturapracticecontributesto thehousehold income, andanalyzefactorsthat affectthe income of silvopastura farmersin theAmanDamai of village.This researchwas done inMay 2015. Sampling was done bypurposiveandmethods usedin the form ofmultiple linear regression analysis.
The research showedthatComponent of silvopasturaInAmanDamai villageincludecomponent(wood plants) in the form ofmultipurposetree species(MPTs) with the components ofthe farm(pasture). Multipurposetree speciesthat was developedisavocado, star fruit,durian, guava, citrus, cocoa, rubber, kuini, olive,mango, jackfruit, petai, Rambe, rambutan, andsapodilla. While thetype ofpasture being developed arechickens, goats, buffaloes, andcows. Silvopasturapracticescontributeto thehousehold incomeof Rp. 397. 368. 000(52.56%), greaterthan the contributionof farmingtohousehold incomeis Rp.358.800.000(47, 44%). The independent variablesthatsignificantly affectthe dependentvariableis a variablenumber of pastureandlandownership.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alih guna lahan hutan menjadi lahanpertanian disadari menimbulkan
banyak masalahseperti penurunan kesuburan tanah, erosi,kepunahan flora dan
fauna, banjir, kekeringan danbahkan perubahan lingkungan global. Masalah
inibertambah berat dari waktu ke waktu sejalandengan meningkatnya luas areal
hutan yang dialihgunakan menjadi lahan usaha lain.
Menurut badan planologi Dephut (2003) mencatat laju kerusakan hutan
periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan periode
1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan
salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Berdasarkan
hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 hektar hutan dan lahan
rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan.
Sistemagroforestri adalah salah satu sistem pengelolaanlahan yang dapat
ditawarkan untuk mengatasimasalah yang timbul akibat adanya alih guna
lahandan juga untuk mengatasi masalah perekonomian masyarakat.Sedangkan
menurut Indriyanto (2008)silvopastura adalah bentuk agroforestri
yangmenggabungkan kegiatan kehutanan danpeternakan dalam satu sistem
pengelolaan lahan. Wujud dalam sistem silvopastura dalam praktek dilapangan,
yaitu dalam suatu kawasan hutanditanami rumput atau jenis hijauan pakan
ternaktanpa merusak tegakan hutan.
Bentuk silvopasturatersebut dapat diterapkan dalam kawasan hutanyang
rumput yang dimanfaatkanuntuk pakan ternak. Para petani juga dapat
mengandangkan ternaknya, tetapi pakan ternaknyadiambil dari dalam kawasan
hutan yang terdapat dibawah tegakan hutan yang telah ditanami rumputdan
hijauan pakan ternak.
Desa Aman Damai adalah desa yang terdapat di Kabupaten Langkat.
Penduduk di desa ini telah menjalankan sistem silvopastura dalam kehidupannya
sehari-hari. Komponen penyususn silvopastura Di Desa Aman Damaimeliputi
komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna atau
Multipurpose Trees (MPTs) dengan komponen peternakan (atau binatang
ternak/pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah Alpukat,
belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka,
petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan
adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu.
Berdasarkan survei pada bulan April 2015 bahwa kegiatan silvopastura di
Desa Aman Damai masih kurang berkembang, serta minimnya pengetahuan
masyarakat tentang sistem silvopastura. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis pendapatan petani silvopastura di
Desa Aman Damai, Kecamtan Sirapit, Kabupaten Langkat”. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi sumber data dan informasi kepada pihak instansi terkait serta
masyarakat umum dan khususnya masyarakat Desa Aman Damai.Dengan
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian adalah:
1. Apa sajakah komponen penyusun Silvopastura di Desa Aman Damai,
Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat?
2. Bagaimanakah kontribusi silvopastura terhadap pendapatan masyarakat
Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat?
3. Apa sajakah faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten
Langkat?
Tujuan
Tujuan dari penenelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi komponen penyusun Silvopastura.
2. Melihat kontribusi Silvopastura terhadap pendapatan masyarakat.
3. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
Silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten
Langkat.
Manfaat
Diperoleh informasi tentang komponen penyusun Silvopastura dan tingkat
pendapatan petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit,
Kabupaten Langkat sehingga bermanfaat bagi pengguna petani silvopastura dan
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA KONSEP Agroforestry
Menurut Ainurrasjid (2001) agroforestri adalah manajemenpemanfaatan
lahan secara optimal dan lestari,dengan cara mengkombinasikan
kegiatankehutanan dan pertanian pada unit pengelolaanlahan yang sama, dengan
memperhatikan kondisilingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budayamasyarakat
yang berperan serta.
Sedangkanmenurut Soermarwoto (1981) dalam Mahendra(2009)
agroforestri adalah sistem tata guna lahanyang bersifat permanen. Tanaman
semusimmaupun tanaman tahunan ditanam bersamaanatau dalam rotasi sehingga
membentuk tajuk-tajukyang berlapis. Sistem ini memberikan keuntungansecara
biologis maupun ekonomis.
Agroforestri lebih mantap secara ekologi daripada sistem persawahan,
lebih tahan hama dan penyakit daripada sistem monokultur. Dan produktivitasnya
pun lebih besar. Bagi perusahaan yang menerapkan sistem agroforestri dijamin
akan mendapatkan penghasilan tambahan diluar tanaman pokok. Sistem
agroforetri juga menjamin ketahanan pangan karena kontinuitas produktifitasnya
stabil setiap tahun. Bila salah satu tanaman tidak menghasilkan maka tanaman
yang lain panen, begitu seterusnya tergantung seberapa banyak variasi jenis yang
Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya
Pengklasifikasian agroforestri yang paling umum, tetapi juga sekaligus
yangpaling mendasar adalah ditinjau dari komponen yang menyusunnya.
Komponen penyusun utama agroforestri adalah komponen kehutanan, pertanian,
dan/atau peternakan. Ditinjau dari komponennya,agroforestri dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems)
Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan
komponenkehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen
pertanian(atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur
panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim
(annualcrops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna (lihat lebih detil
pada bagian multipurpose trees) atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada
lahan-lahanpertanian (multipurpose trees/shrubs on farmlands, shelterbelt,
windbreaks,atau soil conservation hedges).Seringkali dijumpai kedua komponen
penyusunnya merupakan tanamanberkayu (misal dalam pola pohon peneduh
gamal/Gliricidia sepium padaperkebunan kakao/Theobroma cacao). Sistem ini
dapat juga dikategorikansebagai agrisilvikultur (Shade trees for plantation crops).
Pohongamal (jenis kehutanan) secara sengaja ditanam untuk mendukung
(pelindungdan konservasi tanah) tanaman utama kakao (jenis
perkebunan/pertanian).Pohon peneduh juga dapat memiliki nilai ekonomi
tambahan. Interaksi yang terjadi dapat dilihat dari produksikakao yang menurun
2. Silvopastura (Silvopastural systems)
Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau
tanamanberkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture)
disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura (Nair, 1993),
antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubson
pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated
production of animals and wood products).
Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang
danwaktu yang sama (misal: penanaman rumput hijauan ternak di bawah
tegakanpinus, atau yang lebih ekstrim lagi adalah sistem ‘cut and carry’ pada pola
pagarhidup/living fences of fodder hedges and shrubs; atau pohon
pakanserbaguna/multipurpose fodder trees pada lahan pertanian yang disebut
proteinbank). Meskipun demikian, banyak pegiat agroforestri
tetapmengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek
konservasidan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat
komponenberkayu pada manajemen lahan yang sama.
3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems)
Telah dijelaskan bahwa sistem-sistem agrosilvopastura adalah
pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim)
dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama.
Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupunketiga
komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud.
Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secaraterencana untuk
berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people).Tidak tertutup
kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung olehpermudaan alam
dan satwa liar (lihat Klasifikasi agroforestri berdasarkan
MasaPerkembangannya). Interaksi komponen agroforetri secara alami ini
mudahdiidentifikasi. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah
peranantegakan bagi penyediaan pakan satwa liar (buah-buahan untuk
berbagaijenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan
atauregenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan.
Sistem Silvopastura
Menurut Ainurrasjid (2001) mengatakanbahwa silvopastura adalah bentuk
agroforestri yangmerupakan campuran kegiatan kehutanan danpeternakan, yang
dilaksanakan di bawah tegakanhutan (Agathis sp, Pinus sp, Albizia sp, dan
lainlain).Pada tegakan tersebut ditanami rumput-rumputan secara
bersama-samatanpa merusak tegakannya. Sehingga sistemsilvopastura merupakan upaya
pengelolaan lahanhutan untuk menghasilkan kayu dan untukmemelihara ternak.
Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian
lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan
vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan (FAO, 1976). Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai
untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan
HasilpenelitianMansyur,et al., (2009) diketahuibahwabudidaya HMT
sepertirumputgajahdengansystemsilvopastura di
DesaCijambumerupakansilvopastura yang
dilakukanpenanamantanamanpakanpadasaat tanamankehutanansudahdewasa.
Silvopastura yang adaseluas 38 ha, terdiridari 28 ha pengembangan yang pertama,
10 ha
adalahpengembangantahapdua.Alasanpeternaksapiperahdalammelaksanakansyste
msilvopastura.Pertama,kebutuhanpakanhijauanuntukpakanternaksapiperahnya,
karenakegiatanusahasapiperahdianggapmampumeningkatkanstabilitasekonomi,
sehinggakeberlangsunganusahatemaksapiperahperluterusdipertahankandengansela
lumenggunakan HMT. Kedua,
adanyakeinginanuntukmeningkatkanpenggunaansumberdayaalam yang lain,
berupalahankehutanan, agar memberikanmanfaat yang
lebihtinggi.Petemaksangatmenyadaribahwasumberdayalahan yang
dimilikinyatidakakanmampumendukungusahapeternakansapiperahnysecaraoptima
l.
Aspek Sosial Ekonomi masyarakat
Dilihat dari aspek ekonomi, penerapan sistem Silvopastura memiliki masa
depan yang cerah. Sebagai sebuah sistem yang memadukan berbagai jenis
tanaman dalam satu lahan, maka akan memungkinkan naiknya produktifitas hasil
panen. Logikanya, setiap tanaman memiliki nilai jual masing-masing, ketika
dalam sistem agroforestri di kombinasikan tanaman-tanaman yang komersial
Keadaan sosial masyarakat setempat dapat dikatakan baik, hal ini terlihat
karena jarangnya konflik yang terjadi di wilayah tersebut. Jika dikaitkan dengan
sistem silvopastura, keharmonisan warga terlihat dengan adanya tolong menolong
antara yang satu dengan yang lainnya.
Umur
Berdasarkan hasil wawancara, semakin tua umur responden ( >50 tahun)
biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya
melaksanakan kegiatan - kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga
masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan penelitian Soekartawi (1988) bahwa
semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang
belum mereka ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih
cepat melakukan adopsi inovasi.Dinusia yang muda juga, mereka juga belum
berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.
Petani yang berusia lanjut yaitu berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik
terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat
mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidup. Mereka cenderung bersikap
apatis terhadap adanya teknologi baru sehingga mereka hanya melaksanakan
kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh pendahulu atau masyarakat sekitar
(Kartasapoetra, 1991).
Pendidikan formal
Syafruddin (2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan sarana
belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap
yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern.
pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar
secara spesifik inovasi baru tersebut.
Sekolah dinamakan lembaga pendidikan formal karena mempunyai
bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan
teratur dan ditetapkan dengan resmi, misalnya di sekolah ada rencana pelajaran,
jam pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk dari program
sekolah secara keseluruhan (Hasbullah, 2005).
Luas kepemilikan lahan
Rusdiyanto (2005) menambahkan bahwa, setiap hari lahan pertanian
mengalami penyusutan, akibat dari pembangunan yang sangat pesat di bidang
properti dan industri. Adapun lahan pertanian yang tersisa untuk bercocok tanam
bagi sebagian besar masyarakat perkotaan, hanya berupa lahan pekarangan.
Karenanya, betapapun terbatasnya lahan pekarangan yang dimiki, akan tetapi bila
dimanfaatkan secara optimal, dapat mendatangkanhasil yang cukup
menguntungkan.
Pendapatan Usaha Ternak
Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber
penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha
dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Suharno dan Nazaruddin
(1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat
dilihat dari analisis usahanya. Analisi usaha juga dapat memberikan informasi
lengkap tentang modal, besar biaya untuk bibit, pakan, dan kandang, lamanya
Pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang
dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka
semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).
Komponen penyusun silvopastura
Komponen penyususn silvopastura meliputi komponen kehutanan (atau
tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (pasture) disebutsebagai sistem
silvopastura. Beberapa contoh silvopastura (Nair, 1993), antara lain: Pohon atau
perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi
terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and
wood products). mengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek
konservasi dan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponen
berkayu pada manajemen lahan yang sama.
Mustofa, dkk. (2003) mendefinisikan bahwa silvopastura merupakan salah
satu sistem agroforestri yang mengintergrasikan antara tegakan pohon, tanaman
pakan, dan temak dalam suatu kegiatan yang terstruktur dan menggambar
berbagai interaksi. Tujuan silvopastura sendiri bagaimana dapat mengoptimalkan
ketiga komponen tersebut. Pada sistem tersebut tegakan pohon diatur untuk
menghasilkan kayu gelondongan yang bernilai tinggi, dan mengelola vegetasi
dibawah tegakan yang berupa tanaman pakan untuk dapat disajikan atau
digembalakan oleh ternak.
Populasi Ternak
Sugiyono (2001) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
kesimpulannya.Jadipopulasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam
yang lain.
Kerbau
Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah
belahan utara tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air. Sisa – sisa fosil kerbau
yang sekarang masih tersimpan di India (Lembah Hindus) menunjukkan bahwa
kerbau telah ada sejak zaman Pliocene. Kerbau lumpur domestikasi tampaknya
berasal dari daratan China. Kerbau termasuk familia Bovidae dan sejarah
mencatat telah diternakkan di India, Malaysia dan Mesir. Ternak ini berfungsi
triguna : perah, daging dan ternak kerja. Kemampuannya yang menonjol adalah
dapat memanfaatkan tanaman yang terkasar dan merubahnya menjadi produk
ternak (Reksohadiprodjo, 1984).
Ketersediaan Pakan Ternak
Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam
keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi
maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985).
Budidaya tanaman hijauan pakan ternaksudah mulai dikembangkan di
lahan kering sejalandengan program konservasi tanah. Pembuatanteras gulud atau
teras bangku pada lahan-lahanmiring, selalu dilengkapi dengan penanamanrumput
sela-selatanaman kehutanan atau ditanam di bawahtegakan pohon. Pada umumnya
pengembanganusaha ternak di lahan kering lebih banyakditekankan pada
peningkatan populasi ternak. Kekurangan pakan merupakansalah satu kendala
dalam pengembangan ternak.(Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005).
Jenis pakan ternak yang terpenting adalah hijauan karena merupakan
pakan utama temak ruminansia, 70% dari makanan temak ruminansia adalah
hijauan (Nitis, et al., 1992), sehingga ketersediaan pakan baik dari segi kuantitas,
kualitas dan secara berkesinambungan sepanjang tahun perlu diperhatikan.
Beberapa jenis hijauan pakan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menjamin
ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas
yang tinggi.
Menurut Syamsu (2008) hijauan pakan ternak adalahsemua pakan sumber
serat kasar yang berasal daritanaman, khususnya bagian tanaman yangberwarna
hijau. Sebagaimana diketahui pakanternak bisa dibagi menjadi lima jenis, yaitu
hijauanpakan ternak, sisa hasil pertanian, hasil ikutanpertanian, limbah
agroindustri dan pakan nonkonvensional. Sisa hasil pertanian, hasil
ikutanpertanian dan limbah agroindustri biasanya disebutsebagai limbah tanaman.
Hijauan pakan ternakberupa rumput dan leguminosa merupakan halpenting bagi
produksi dan pengembangan temakruminansia. Hijauan pakan ternak dapat
dibagimenjadi dua kategori.Pertama hijauan liar yaituhijauan yang tidak sengaja
ditanam dan tumbuhdengan sendirinya dan yang kedua yaitu hijauan menjaga
kelestarian hutan.
Budidaya tanaman hijauan pakan ternak sudah mulai dikembangkan di
atau teras bangku pada lahan-lahan miring, selalu dilengkapi dengan penanaman
rumput atau leguminosa pada bagian guludan atau bibir pada tebing teras yang
sesuai untuk pakan dan penguat teras dan juga ditanam disela-sela tanaman
kehutanan atau ditanam di bawah tegakan pohon. Pada umumnya pengembangan
usaha ternak di lahan kering lebih banyak ditekankan pada peningkatan populasi
ternak, tetapi kurang didukung oleh upaya pengembangan hijauan pakannya.
Kekurangan pakan merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak.
Khususnya pada musim kemarau pengembangan hijauan pakan lahan kering, baik
rumput maupun leguminosa, merupakan suatu usaha penting dalam rangka untuk
mendukung pengembangan pakan ternak dalam suatu sistem usaha tani
(Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005).
Perencanaan pengembangan HMT dengan sistem silvopastura untuk
kebutuhan hijauan peternak. Tentunya penggunaan rumput gajah sebagai bahan
baku pakan ternak ruminansia hanya tidak memungkinkan, maka perlu adanya
pemilihan spesies yang persisten dalam sistem silvopastura dan dapat digunakan
untuk bahan baku. Jenis - jenis hijauan pakan yang cocok untuk ditanam dan
tumbuh di bawah naungan telah banyak dilakukan dan telah banyak menghasilkan
jenis hijauan yang cocok untuk dikembangkan pada berbagai kondisi tersebut
contoh rumput gajah (Pennisetum purpureum L.), rumput setaria (Setaria sp.)
(Salomon, 2005).
Produktivitas hijauan makanan ternak merupakan kemampuan
menghasilkan suatu hijauan pakan yang dihasilkan. Pada dasarnya ada dua faktor
yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor
termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. McIlroy (1977) dalam
Riyanto(2008) menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada
faktor-faktor seperti persistensi (ketahanan) agresivitas, kemampuan tumbuh kembali,
sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan
tanah, dan iklim.
Hasil penelitian Prasetyo (2008) diketahuiproduksi rumput gajah dengan
luas lahan 1 Ha mampu menampung sapi perah sebanyak 20 ekor selama setahun
sedangkan kebutuhan ternak sapi akan hijauan segar yaitu 10% dari berat badan
per hari per ekor. Jikaberat seekor sapi perah 600 kg, maka kebutuhan hijauan per
hari adalah 60 kg, jadi kebutuhan akan hijauan per tahun 21,9 ton. Berdasarkan
perhitungan tersebut berarti rumput raja dapat menampung 49 ekor sapi
perah/ha/tahun secara potong angkut.
Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun-
daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa).
Seekor kambing dewasa membutuhkan kira - kira 6 kg hijauan segar sehari yang
diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih
pakannya sendiri di alam terbuka. Untuk kambing jantan yang sedang dalam
periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat (konsentrat) ± 1 kg.
Konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil
kelapa ditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat.
Pakan penguat tersebut diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental
(Sosroamidjojo, 1985).
Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai ternak
beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang
bisa membahayakan kehidupan ternak ruminansia, misalnya daun singkong dan
gliricidae. Karenanya, pakan berupa hijauan tersebut harus dilayukan terlebih
dahulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari. Bisa juga diinapkan selama
semalam sebelum diberikan kepada ternak (Sodiq dan Abidin, 2002).
Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan
Komposisi jenis adalah susunan dan jumlah jenis pada suatu komunitas
tumbuhan. Komposisi jenis bisa bersifat homogen juga heterogen. Lahan yang
memiliki komposisi jenis yang homogen artinya lahan tersebut baik pekarangan
maupun hutan di dominasi kira-kira 90 % jenis yang sama, sehingga terlihat
seragam. Keadaan seperti ini dalam suatu tegakan biasa disebut dengan tegakan
murni, sedangkan apabila tersusun atas jenis-jenis yang beragam disebut tegakan
campuran (Mahendra, 2009).
Komposisi jenis merupakan kumpulan dari beberapa vegetasi. Menurut
Spuur dan Barnes (1980) vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan yang
hidup di suatu wilayah yang tersusun atas berbagai jenis dengan kelimpahan
relatifnya. Vegetasi disuatu wilayah dapat dilukiskan dengan berbagai cara baik
struktur, kelimpahan, kepadatan dan lain-lainnya.
Untuk tanaman penghasil buah dipilih jenis durian, rambutan dan coklat
yang nilai jualnya tinggi dan khusus untuk coklat apabila sudah berbuah maka
hampir setiap hari bisa dipetik hasilnya. Selain jenis yang sengaja ditanam ada
juga jenis yang tumbuh secara liar, misalnya jenis rumput, gulma dan tumbuhan
sehingga di beberapa daerah misalnya Gunung kidul, bebrapa jenis rumput seperti
kolonjono sudah banyak dibudidayakan (Mahendra, 2009).
Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kegiatan-kegiatan kehutanan
yang baik, sumber-sumber daya hutan mampu memberikan kontribusi langsung
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat di
pedesaan, mengandalkan pemanfaatan langsung hasil pertanian dan hutan serta
berbagai sumber pendapatan lainnya yang dihasilkan dari penjualan hasil hutan
atau dari upah pekerja (Prasetyo, 2008).
Sumber pendapatan utama rumah tangga dilokasi penelitian berasal dari
pengelolaan agroforestri karet yaitu Rp. 485. 415.000 (78, 47 %), dan sisanya Rp.
133.333.000 (21,53%) berasal dari luar agroforestri. Dengan persentase
pendapatan sebesar 78, 47% terhadap total pendapatan rumah tangga, maka
pengelolaan agroforestri karet di Desa Lau Demak memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pendapatan rumah tangga (Azmy, 2004).
Analisis nilai ekonomiadalah analisis yang mengacu pada keunggulan
komparatif atau efisiensi dari penggunaan barang dan jasa dalam satu kegiatan
produktif. Efisien di sini diartikan bahwa alokasi sumber-sumber ekonomi
digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan output dengan nilai ekonomi
tertinggi. Sedangkan perbedaannya dengan analisis finansial yaitudalam evaluasi
harga pasar aktual yang benar-benar diterima atau yang dibayar oleh petani
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah
tahap survei lapangan yang akan dilaksanakan pada bulan April 2015. Sedangkan
Tahap kedua adalah tahap penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Mei
2015 sampai dengan selesai. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Aman Damai,
Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis,
kamera digital utuk dokumentasi, perangkat komputer untuk mengolah data.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk wawancara
serta dokumen lain yang berhubungan dengan lokasi dan kegiatan penelitian.
Jenis Data Yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan berupa data primerdan data sekunder. Data primer
adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian. Data primer yang
dikumpulkan yaitu:
1. Keadaan sosial ekonomi masyarakat
2. Keragaman ternak
3. Ketersediaan pakan ternak
4. Komposisi jenis tanaman kehutanan.
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah data yang digunakan
untuk mendukung data primer. Data ini diperoleh buku, literatur, jurnal dan data
Penentuan pengambilan responden dilakukan dengan metode purpossive
sampling yaitu sampel yang diambil adalah secara sengaja terhadap petani yang
memiliki lahan silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten
Langkat yakni sebanyak 30 Kepala Keluarga.
Metode Pengambilan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metodesurvei melalui observasi
ke lapangan danwawancara terhadap responden. Keadaan sosial ekonomi
masyarakat diketahui dengan menganalisis hasil wawancara dari responden.
Responden yang diwawancarai antara lain pengelola silvopastura, dan
lembagainstansi terkait dengan menggunakan daftarpertanyaan terstruktur
(kuisioner). Penentuanresponden dilakukan secara sengaja terhadap penduduk
yang mengelola silvopastura yangdiambil secara purpossive samplingterhadap 30
Kepala Keluarga yang memiliki lahan silvopastura. Penentuan jumlah sampel
sejumlah 30 orang dari pengelola silvopastura didasarkanpada teori yang
dikemukakan oleh Gay (1976), bahwa untuk penelitian sosial, ukuranminimal
yang dapat diterima adalah 30 sampel.
Namun demikian berdasarkan informasi yang diperoleh dari peneliti
sebelumnya bahwa jumlah pengelola silvopastura tidak terlalu banyak. Oleh
karena itu, penentuan responden dilakukan dengan metode purpossive
samplingyaitu penentuan responden dengan cara sengaja sesuai data yang
dibutuhkan. Adapun data populasi ternak, ketersediaan pakan ternak dan
komposisi jenis tanaman kehutanan diperoleh dengan cara melakukan identifikasi
Tabel 1. Lembar Data yang digunakan untuk pengumpulan data diri responden
No Nama Umur Jenis
Kelamin Agama Pendidikan Terakhir
Penelitian dilaksanakan melalui beberapatahapan sebagai berikut:
a. Survei awal, sebelum melakukan penelitianterlebih dahulu dilakukan survei
awal, untukmelihat kondisi lahan dan luas kawasan yangakan diteliti.
b. Observasi yaitu pengamatan secara langsungdi lapangan meliputi jumlah
dan jenis ketersediaan pakan, komposisi jenis, dan pendapatan petani
Silvopastura.
c. Melakukan wawancara secara langsungmenggunakan kuisioner terhadap
respondenyang menggunakan model silvopastura.
d. Pengolahan dan menganalisis data.
e. Pembuatan laporan hasil penelitian.
Pengolahan Data
pengolahan data pada keadaan sosial ekonomi masyarakat adalah
silvopasturadanmenghitung jumlah penduduk yang memanfaatkan lahan dengan
model silvopastura yang ada diDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten
Langkat, untuk membandingkan jumlah laki-laki dan perempuan.
Pengolahan data pada populasi ternak adalah menghitung jenis dan jumlah
ternak yang diternakkan oleh pendudukDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit,
Kabupaten Langkat, yang menggunakan sistem silvopastura. Dihitung juga
jumlah tiap jenis, hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis pakan ternak yang
dibutuhkan oleh tiap ternak.
Pengolahan data pada ketersediaan pakan ternak adalah melihat jenis
hijauan pakan ternak yang ada dan jumlah hijauan pakan ternak. Sehingga bisa
dihitung berapa kebutuhan ternak terhadap pakan ternak.
Pengolahan data pada komposisi jenis tanaman kehutanan adalah
menghitung jumlah tanaman kehutanan yang di kembangkan. Serta melihat jenis
apa saja yang dikembangkan oleh penduduk Desa Aman Damai, Kecamatan
Sirapit, Kabupaten Langkat dalam mengelola silvopastura.
Parameter yang diamati dalam penelitianantara lain :
a. Mengamati jenis hijauan makanan ternakmaupun tanaman kehutanan
b. Menghitung kebutuhan pakan ternak dan mengidentifikasi
tanamankehutanan yang dikembangkan.
c. Menghitung dan mengamati jumlah ternak dan menghitung jumlah
kebutuhan hijauanmakanan ternak.
d. Menghitung luas lahan yang di manfaatkan petani Silvopastura.
e. Melihat kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah
f. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
silvopastura.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, kualitatif, kuantitatif.
Adapun yang dianalisis pada keadaan sosial ekonomi masyarakat adalah
menghitung pendapatan penduduk yang ada diDesa Aman Damai, Kecamatan
Sirapit, Kabupaten Langkat, yang menggunakan model silvopastura dihitung
dengan cara:
Pendapatanpetani dari usahatani silvopastura dihitung dengan menggunakan
rumus :
π = TR – TC
Keterangan :
π = pendapatan petani Silvopastura
TR = total penerimaan
TC = total biaya produksi
(Doll dan Orazen, 1984).
Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung
pendapatan petani silvopastura pada usaha beternak terhadap pendapatan keluarga
di daerah penelitian.
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan
masyarakat dilakukan dengan analisis regresi linear berganda dan dapat di tulis
dengan rumus sesuai berikut :
Keterangan :
Y = pendapatan responden petani silvopastura
b0 = konstanta
X1 = Jumlah ternak (ekor)
X2 = Umur responden (tahun)
X3 = Tingkat pendidikan responden (tahun)
X4 = luas pemilikan lahan responden (hektar)
(Nair PKR, 1993).
Batasan Penelitian
Batasan penelitian diperlukan untuk menghindari kesalah pahaman dalam
hasil penelitian ini. Penelitian ini hanya sebatas melihat kontribusi pendapatan
praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga dan menganalisis faktor –
faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai,
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Data monografi desa Aman Damai Menunjukkan bahwa jumlah penduduk
pada tahun 2015 sebanyak 2.730 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.391 orang dan
perempuan 1.339 orang serta jumlah kepala keluarga 815 KK. Yang berasal dari
Dusun Diponegoro sebanyak 84 KK, Dusun Sisingamangaraja sebanyak 86 KK,
Dusun Gajah Mada sebanyak 120 KK, Dusun Teuku Umar sebanyak 93 KK,
Dusun Hasanuddin sebanyak 91 KK, Dusun Imam Bonjol sebanyak 78 KK,
Dusun P. Hidayatullah sebanyak 76 KK, Dusun Pattimura sebanyak 40 KK,
Dusun Sukarno Hatta sebanyak 67 KK, dan Dusun R. A. Kartini sebanyak 80 KK.
Jumlah penduduk Desa Aman Damai pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2
berikut:
Tabel 2. Data jumlah penduduk
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki – laki 1.391 50,95
2 Perempuan 1.339 49,05
Total 2.730 100
Sumber data : Kantor Desa Aman Damai 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Aman Damai yang
paling banyak adalah jumlah laki – laki sebesar 50,95 % dibandingkan jumlah
perempuan hanya sebesar 49,05 %, angka tersebut menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara jumlah penduduk laki – laki dengan jumlah
penduduk perempuan yang hanya berselisih sebesar 1,9 %.
Mata pencaharian utama bagi masyarakat yang ada di Desa Aman Damai
Desa Aman Damai bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Mata
pencaharian penduduk Desa Aman Damai dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Data mata pencaharian Desa Aman Damai
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Buruh 394 39,2
Sumber data : kantor Desa Aaman Damai 2015
Tabel 3 Menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk
Desa Aman Damai adalah petani dan menempati urutan yang pertama adalah
sebesar 46, 77 %, buruh sebesar 39,2 %, pedagang sebesar 11,14 %, PNS sebesar
2,49 %, dan TNI / POLRI sebesar 0,4 %. Ternak merupakan salah satu usaha
sampingan masyarakat Desa Aman Damai. Hewan yang diternakkan diantaranya
lembu, kerbau, kambing dan ayam, karena harga jualnya yang cukup tinggi di
pasaran dan pemeliharaan yang sederhana sehingga masyarakat Desa Aman
damai memilih kerja sampingnnya sebagai peternak sebagai alternatip untuk
pendapatan tambahan.
Untuk responden Silvopastura sebagaian besar diambil dari penduduk
mata pencaharian petani, buruh, dan pedagang yang merupakan bagian dari
masyarakat Desa Aman Damai, yaitu masyarakat yang memelihara ternak.
a. Identitas Responden Silvopastura
Identitas responden dalam penelitian ini meliputi umur responden, tingkat
pendidikan, luas lahan yang dimiliki, dan pendapatan petani silvopastura.
Responden yang diambil sebanyak 30 KK, yang memeiliki lahan silvopastura.
50 rante (2 Ha) dengan komposisi jenis tanaman berupa pohon serbaguna dan
ternak yang bervariasi di setiap lahannya.
Umur Responden
Umur merupakan salah satu variabel yang di asumsikan mempunyai
pengaruh besar terhadap pendapatan responden. Hal ini dikarenakan semakin
lama seseorang mengelola lahan silvopastura, semakin besar pula pendapatan
yang di peroleh. Dengan demikian usia atau umur seseorang, akan lebih memberi
banyak pengalaman dalam mengolah lahan dengan sistem silvopastura, namun
tidak selamanya umur dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan silvopastura,
karena semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang kemampuan
fisiknya untuk melaksanakan kegiatan silvopastura. Sebaran umur responden
pengelola lahan silvopastura di Desa Suka Damai dapat dilihat pada tabel 4
berikut:
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan umur
No Kelompok umur ( Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 24 – 31 3 10
Sumber: Data terolah 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah
kelompok umur 32 – 39 Tahun sebesar 30 %. Sedangkan umur responden yang
paling sedikit adalah kelompok umur 24 – 31 tahun dan kelompok umur 48 – 55
tahun sebesar 10 % . Umur responden sangat berpengaruh dalam penerapan
maka semakin berkurang kemampuan fisiknya untuk melaksanakan kegiatan
silvopastura namun dari segi pengalaman cukup banyak, sedangkan disisi lain
semakin muda umur pengelola maka fisiknya kuat tetapi dari segi pengalaman
masih kurang. Dimana dalam hal ini responden pengelola kegiatan silvopastura di
Desa Aman Damai berada pada usia produktif. Hal ini di jelaskan Hasan (2004)
bahwa responden pada umur 30 – 59 termasuk umur usia produktif. Responden di
Desa Aman Damai mempunyai peluang untuk lebih meningkatkan
produktivitasnya dalam melakukan pengembangan pengelolaan lahan dengan
sistem silvopastura.
Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan dinilai dapat mempengaruhi besar pendapatan
responden karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir
seseorang. Tingkat pendidikan yang dimaksud merupakan jenjang pendidikan
formal para responden, tingkat pendidikan responden tergolong rendah hal ini
terlihat dari jenjang pendidikan responden yang sebagian besar lulusan SD.
Tingkat pendidikan responden di Desa Aman Damai pada tahun 2015 ditunjukkan
pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 19 63,3
2 SMP 7 23,4
3 SMA 3 10
4 S1 1 3,3
Total 30 100
Sumber: Data terolah 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa pendidikan formal responden sebagian besar
berpengaruh dalam melakukan pengelolaan lahan silvopastura karena pendidikan
adalah sarana belajar untuk mengetahui pemanfaatan lahan yang lebih modren
sehingga menambah pendapatan masyarakat. Hal ini dijelaskan Syafruddin (2003)
bahwa pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan
akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan
praktek pertanian yang lebih modern. Oleh karena itu sangat diperlukan
penyuluhan ke lapangan khususnya terhadap petani silvopastura, secara teratur
agar masyarakat lebih memahami akan pentingnya menjaga kemampuan lahan
melalui usaha – usaha pengelolaan lahan yang ada di bawah tegakan hutan dengan
baik dan benar, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai yang
diharapakan oleh responden.
Luas Lahan Responden
Luas lahan yang dimiliki masyarakat pengelola silvopastura berpengaruh besar
terhadap pendapatan masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang
dikelola, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima. Adapaun luas lahan
yang dimiliki responden di Desa Aman Damai dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Data luas pemilikan lahan responden
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sumber : Data terolah 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa luas lahan masyarakat yang paling banyak
masyarakat Desa Aman Damai tidak memiliki lahan yang luas, akan tetapai dari
penelitian yang dilakukan bahwa masyarakat Desa Aman damai memanfaatkan
lahan pekarangannya secara optimal dan efisien sehingga mendatangkan hasil
yang cukup menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusdiyanto (2005)
menjelaskan bahwa, betapapun terbatasnya lahan pekarangan yang dimiki, akan
tetapi bila dimanfaatkan secara optimal, dapat mendatangkanhasil yang cukup
menguntungkan.
Pendapatan Praktek Silvopastura
Pendapatan masyarakat responden berbeda satu dengan yang lainnya.
Pendapatan ini berbeda sesuai dengan kepemilikan ternak dan luas lahan
responden, pendapatan petani silvopastura Desa Aman Damai dapat dilihat pada
tabel 7 berikut:
Tabel 7. Pendapatan responden petani silvopastura
No Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 530.000 - 870.000 12 40
Sumber : Data terolah 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa pendapatan responden paling banyak
berkisar Rp. 530.000 – Rp. 870.000 per bulan dengan persentase 40 %,.
Pendapatan responden diatas merupakan hasil dari pendapatan yang di hasil
penjualan dari ternak, komoditi kakao, karet di kurangi biaya pengeluaran yang di
keluarkan pengelola untuk memelihara komoditi tersebut. Sehingga di dapat
Pendapatan bersih diatas di peroleh dari penjualan ternak lembu selama
satu tahun yaitu Rp. 485.000.000 sebesar (81,54 %), penjualan ternak Kambing
selama satu tahun yaitu Rp. 21.600.000 sebesar (3,63 %), penjualan ternak kerbau
selama satu tahun yaitu Rp. 32.500.000 sebesar (5,46 %), penjualan komoditi
Kakao selama satu tahun yaitu Rp. 23.040.000 sebesar (3,87 %), dan penjualan
komoditi Karet selama satu tahun yaitu Rp. 32.640.000 sebesar (5,49 %). Total
pendapatan petani silvopastura selama satu tahun adalah sebesar Rp. 594.780.000.
2. Komponen penyusun Silvopastura
Komponen penyususn silvopastura Di Desa Aman Damaimeliputi
komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna atau
Multipurpose Trees (MPTs) dengan komponen peternakan (atau binatang
ternak/pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah Alpukat,
belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka,
petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan
adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu.
Pohon serbaguna atau MPTs yang di kembangkan dimanfaatkan
masyarakat sebagai tempat berteduh ternak sebelum dimasukkan ke kandang,
sehingga ternak yang menghasilkan kotoran ( pupuk kandang) dapat memperbaiki
fisik tanah, menggiatkan mikroorganisme untuk meningkatkan partikel – partikel
tanah, meningkatakan jumlah air yang digunakan tanaman dan memberikan
pertumbuhan akar tanaman lebih baik. Disamaping itu kotoran ternak mempunyai
pengaruh susulan yang lama di dalam tanah. Nair (1993) menjelaskan interaksi
aspek konservasi dan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat
lembu responden yang lagi berteduh di bawah tegakan Nangka dapat dilihat pada
gambar 1 berikut:
Gambar 1. Lembu berteduh dibawah tegakan Nangka
Populasi Ternak
Sebagian besar masyarakat Desa Aman Damai adalah peternak lembu,
kambing, kerbau, dan ayam. Bagi maasyarakat Aman Damai beternak merupakan
Usaha sampingan sehingga pemeliharaan ternak belum begitu intensif. Jumlah
kepemilikan ternak berdasarkan jenisnya di Desa Aman Damai dapat dilihat pada
tabel 8 berikut:
Tabel 8. Data jumlah kepemilikan ternak berdasarkan jenisnya
No Jenis ternk Jumlah ternak (ekor) Persentase (%)
1 Ayam 23 13,69
2 Kambing 36 21,43
3 Kerbau 5 2,98
4 Lembu 104 61,9
Total 168 100
Sumber: Data terolah 2015
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah ternak lembu menempati urutan
damai lebih memilih betrernak lembu, karena menganggap ternak lembu
khususnya lembu potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan
makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan penting di
dalam kehidupan masyarakat. Ternak lembu bisa menghasilkan berbagai macam
kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil
ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos, biogas,kulit, tulang dan lain
sebagainya. Ternak lembu yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat pada
gambar 2 berikut:
Gambar 2. Lembu milik salah satu responden
Gambar 2 diatas menunjukkan lembu sedang berada di kandang salah satu
milik responden, ternak tersebut nantinya akan di bawa oleh peternak untuk di
gembalakan di sekitar lahan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan makanan
ternak. AAK (1991) menjelaskan keberhasilan usaha ternak sapi, baik sapi potong
atau kerja hanya mungkin tercapai apabila faktor –faktor penunjangnya
memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utama ialah makanan,
dari jenis unggul hasil seleksi harus diimbangi dengan pemberian makanan yang
baik pula.
Jumlah ternak urutan ke dua yang dikembangkan oleh masyarakat Desa
Aman Damai adalah jenis ternak kambing yaitu 36 ekor dengan persentase 21,43
%. Masyarakat Desa Aman damai memilih beternak kambing sebagai usaha
sampingan atau sumber tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil
produksinya (baik daging, susu, kotoran, maupun kulitnya) relatif mudah. Harga
daging kambing memang tidak semahal daging sapi, tetapi perawatannya
manajemen budidaya ternak kambing jauh lebih sederhana daripada ternak sapi.
Selain itu, modal ternak kambing juga jauh lebih murah dari segi bibit, pakan
ternak, dan biaya kesehatan.Kambing juga mampu beradaptasi dengan baik pada
berbagai kondisi lingkungan, sehingga mudah dikembangbiakan di dataran tinggi,
dataran rendah, bahkan di daerah kering dengan sumber makanan kasar sekalipun.
Ternak kambing yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat pada gamabr 3
berikut:
Gambar 3 menunjukkan kambing sedang mengkonsumsi pakan ternak di
dalam kandang salah satu responden peternak kambing. Pakan yang dikonsumsi
ternak merupakan pakan yang sudah disediakan oleh peternak, Pakan dapat di
berikan dengan cara di jatah/di suguhkan yang di kenal dengan istilah kereman.
Ternak yang di kembangbiakkan masyarakat adalah tergolong ternak kambing
potong. Kelebihan ternak kambing potong adalah tidak perlu menunggu lama
untuk kambing memasuki usia dewasa, pada usia satu tahun sudah dapat dijual
atau disembelih dan dipasarkan dagingnya.
Jumlah urutan ternak ke tiga yang dikembangkan oleh masyarakat Desa
Aman Damai adalah jenis ternak ayam yaitu 23 ekor dengan persentase 13, 69 %.
Ayam yang diternakkan masyarakat dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri,
sehingga pemeliharaan tidak terlalu di perhatikan, jenis ayam yang
dikembangbiakkan adalah ayam kampung.Ayam kampung adalah sebuah ayam
yang cukup mudah diternakkan dan banyak di jumpai di dalam ternak-ternak yang
di usahakan dalam bentuk kecil. Dimana dalam pengembangan nya tidak terlalu
rumit dan juga pemeliharaan nya tidak terlalu sulit.Cara beternak yang dilakukan
masyarakat adalah sistem tradisional (ekstensif), ketika pagi hari ayam dilepas
dari kandangnya untuk dibiarkan berkeliaran disekitar rumah guna mencari
makan, dan di sore hari ayam diarahkan untuk masuk kembali ke kandangnya.
Ternak ayam yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat pada gambar 4
Gambar 4. Ayam berkeliaran disekitar rumah warga
Gambar 4 menunjukkan bahwa jenis ayam yang diternakkan masyarakat
Desa Aman Damai adalah jenis ayam kampung, pemeliharaannya di lakukan
dengan cara tradisional.Sistem pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian
besar masyarakat pedesaan dengan skala pemeliharaan rata-rata 3 ekor induk per
petani. Ayam kampung dipelihara dengan cara dibiarkan lepas, peternak kurang
memperhatikan aspek teknis dan perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan
bersifat sambilan, dimana pakan ayam kampung tidak disediakan secara khusus
hanya mengandalkan sisa-sisa hasil pertanian dan sisa - sisa hasil makanan warga
sehari - hari. Ada juga petani yang memberikan dedak padi tetapi tidak secara
teratur. Sistem perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangkan
didekat dapur, dan ada yang hanya bertengger di dahan pohon-pohonan pada
malam hari.
Jumlah ternak urutan terakhir yang dikembangkan masyarakat Desa Aman
Damai adalah jenis ternak kerbau yaitu 5 ekor dengan persentase 2,9 %. Kerbau
ini adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara
tropika.Reksohadiprodjo (1984) menjelaskan Kemampuannya yang menonjol
adalah dapat memanfaatkan tanaman yang terkasar dan merubahnya menjadi
produk ternak. Ternak kerbau yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat
pada gamabr 5 berikut:
Gambar 5. Ternak kerbau yang sedang di ikat di dalam kandang
Gambar 5 menunjukkan kerbau yang diternakkan masyarakat adalah jenis
kerbau lumpur atau rawa (Swamp buffalo) , Kerbau ini adalah ternak asli daerah
panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika. Kerbau akan di
gembalakan di sekitar ladang peternak mulai jam 10.00wib – 16.00 wib guna
mencari kebutuhan pakan kerbau. Peternak memberikan hijauan pakan ternak
dengan keadaan segar karna hal ini lebih baik. Sodiq dan Abidin (2002)
menjelaskan bahwa Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih
disukai ternak ruminansia, dibandingkan pemberian dalam keadaan layu atau
kering. Namun ada beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih
misalnya daun singkong dan gliricidae. Karenanya, pakan berupa hijauan tersebut
harus dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari. Bisa juga
diinapkan selama semalam sebelum diberikan kepada ternak.
Ketersediaan Pakan Ternak
Pakan ternak yang tersedia di Desa Aman Damai untuk ternak ruminansia
berasal dari dua sumber, pertama dari sekitar lahan masyarakat yaitu ternak di
gembalakan di bawah tegakan kelapa sawit, tegakan pohon serbaguna untuk
mencari pakan ternak. Sumber kedua berasal dari pakan yang sudah disediakan
oleh peternak, Pakan dapat di berikan dengan cara di jatah/di suguhkan yang di
kenal dengan istilah kereman. Hal ini diperuntukkan untuk persediaan makanan
ternak ketika berada di dalam kandang, yaitu dari jam 16.30 Wib – 09.30 Wib.
Ternak yang di gembalakan mulai pukul 10.00 wib sampai dengan pukul
16.00 wib. Mengkonsumsi pakan ternak dalam keadaan segar karna langsung dari
bawah tegakan vegetasi, umumnya hijauan makanan ternak lebih di sukai ternak
ruminansia. Sodiq dan Abidin(2002) menjelaskan bahwa Pemberian hijauan
dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai ternak ruminansia, dibandingkan
pemberian dalam keadaan layu atau kering. Namun ada beberapa jenis hijauan
yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang bisa membahayakan
kehidupan ternak ruminansia, misalnya daun singkong dan gliricidae. Karenanya,
pakan berupa hijauan tersebut harus dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 jam
dibawah terik matahari. Bisa juga diinapkan selama semalam sebelum diberikan
kepada ternak. Ternak sapi yang di gembalakan salah satu petrnak dapat dilihat
Gambar 6. Lembu lagi digembalakan untuk mencari makan
Gambar 6 menunjukkan bahwa masyarakat kebanyakan melepaskan
ternaknya di sekitar lahan masyarakat yaitu di bawah tegakan kelapa sawit dan
tegakan pohon serbaguna milik masyarakat untuk mencari kebutuhan hijauan
makanan ternak. Hal ini dilakukan masyarakat dengan rutin setiap harinya mulai
pukul 10.00 wib – 14.00 wib. Jenis rumput yang dikonsumsi ternak adalah
hijauan liar yaitu hijauan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh dengan
sendirinya. Nitis, et al.,(1992) menjelaskan bahwaJenis pakan ternak yang
terpenting adalah hijauan karena merupakan pakan utama temak ruminansia, 70%
dari makanan temak ruminansia adalah hijauan, sehingga ketersediaan pakan baik
dari segi kuantitas, kualitas dan secara berkesinambungan sepanjang tahun perlu
diperhatikan. Beberapa jenis hijauan pakan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk
menjamin ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi
kualitas yang tinggi.
Peternak menyediakan hijauan pakannya dengan mengarit (cut & carry)
Pemberian pagi hari berasal dari hijauan yang diarit satu hari sebelumnya.
Frekuensi pemberian pakan pada pola digembalakan yaitu 2 kali/hari. Pemberian
dilakukan sebelum digembalakan (sekitar pukul 08.00 WIB) atau setelah
digembalakan (sekitar pukul 17.00 WIB). Penggembalaan biasanya dilakukan
pada pukul 10.00 – 16.00 WIB. Penggembalaan tidak dimulai pagi hari untuk
menghindari kondisi hijauan pakan yang terlalu basah. Ternak lembu yang sedang
berada di dalam kandang sebelum di lakukan penggembalaan dapat dilihat pada
gambar 7 berikut:
Gambar 7. Lembu sedang mengkonsumsi hijauan makanan ternak didalam kandang salah satu responden
Gambar 7 menunjukkan lembu sedang mengkonsumsi hijauan makanan
ternak yang sudah disediakan oleh peternak, pakan ternak yang disediakan di
dapatkan dengan cara mengarit (cut & carry) di berbagai lahan. Jenis hijauan
makanan ternak yang dikonsumsi ternak adalah jenis rumput sembarang yang
Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan
Komposisi tanaman yang dikembangkan masyarakat Desa aman Damai
bersifat heterogen (tegakan campuran) karna tersusun atas jenis – jenis yang
beragam. Jenis tanaman yang dikembangkan yaitu pohon alpukat, belimbing,
durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe,
rambutan, dan sawo.
Untuk tanaman penghasil buah jenis alpukat, belimbing, durian, jambu,
jeruk, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Terlihat
tumbuh subur di areal lahan masyarakat karna pengaruh ternak yang di teduhkan
di bawah tegakan pohon, dimana ternak yang diteduhkan menghasilkan kotoran
(pupuk kandang) yang dapat memperbaiki fisik tanah, menggiatkan
mikroorganisme untuk meningkatkan partikel – partikel tanah, meningkatakan
jumlah air yang digunakan tanaman dan memberikan pertumbuhan akar tanaman
lebih baik. Tanaman MPTs yang di tanam masyarakat hasilnya untuk di konsumsi
sendiri karna jumlah buah yang dihasilkan relatif sedikit.
Beberapa responden yang diwawancari memilih jenis kakao tanaman
penghasil buah untuk di kembangkan karna masyarakat dapat menjual biji
buahnya, biji buah yang di jual dalam keadaan kering. Harga jual biji kakao di
Desa Aman Damai berkisar Rp 18.000 – Rp 20.000. masyarakat memilih jenis
tanaman kakao karna tidak perlu pemeliharaan yang intensif melainkan hanya
dibiarkan tumbuh begitu saja dan hanya dilakukan pemangkasan agar tanaman
tidak terlalu rimbun, khusus untuk tanaman kakao apabila sudah berbuah maka
hampir setiap hari bisa dipetik hasilnya. Mahendra (2009) menjelaskan bahwa