Oleh :
MUHAMMAD YAZID KHAERI
107093003654
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
(Studi kasus : Tangerang Selatan)
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Studi Akhir
Program Strata Satu Program Studi Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
MUHAMMAD YAZID KHAERI NIM: 107093003654
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
.
Jakarta, 02 Juni 2014
Muhammad Yazid Khaeri
v
ABSTRAK
MUHAMMAD YAZID KHAERI (107093003654), Rancang Bangun Sistem
Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir Berbasis Web (Studi Kasus: Kota
Tangerang Selatan). Dibawah bimbingan Bpk. BAKRI LA KATJONG dan
Bpk. ERI RUSTAMAJI
Didasarkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 20 ayat 2 huruf (d) menjelaskan tentang perlindungan terhadap dataran banjir dan BAPPEDA mengalami kesulitan untuk menganalisa dan menyampaikan informasi pemetaan daerah rawan banjir. Karena masih menggunakan peta konvensional disertai meningkatnya kawasan rawan
banjir. Peta konvensional sulit diupdate serta memiliki resiko kerusakan dan
kehilangan data yang besar. Melihat permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu
Sistem Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir yang dinamakan
SISKARABAN untuk mempermudah dalam monitoring suatu daerah secara
terkomputerisasi.. Sistem dibangun melalui tahapan metode pembangunan sistem
prototype SISKARABAN dan metode pengembangan sistem RAD (Rapid
Aplication Development) dengan notasi UML. Menggunakan bahasa
pemrograman PHP, database MySQL dan OpenGeo Suite serta melakukan
pengujian pada Black Box. Dari hasil pengujian Black Box 93% lulus uji, maka
sistem tersebut dapat digunakan untuk memberikan informasi secara terpadu antara pemerintah terkait dan masyarakat, sehingga pengelolaan kawasan rawan banjir dapat ditangani bersama.
Kata Kunci: Sistem Informasi, Rawan Banjir, RAD (Rapid Aplication
Dvelopment), UML, OpenGeo Suite
V Bab + 193 Halaman + xxiii Halaman Romawi + 78 Gambar + 29 Tabel + 5 Daftar Simbol
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan kesehatan dan kelancaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan
dan suri tauladan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. Peneliti berharap skripsi ini
dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (S-1) dalam bidang
Sistem Informasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial
Kawasan Rawan Banjir berbasis Web (Studi Kasus: Kota Tangerang
Selatan)” akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Selama penyusunan skripsi
ini tentu banyak kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peneliti, baik dalam segi
data ataupun penelitian. Namun dengan keyakinan hati dan bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini terselesaikan dengan sangat baik.
Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung. Sebagai bentuk penghargaan yang tak
terlukiskan, izinkanlah Peneliti menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
2. Bapak Zulfiandri, S.Kom, MMSI. Selaku Ketua Program Studi Sistem
vii
3. Bapak Ir. Bakrie LaKatjong. MT, M.Kom Selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membantu dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti
dalam penyelesaian skripsi.
4. Bapak Eri Rustamaji, MBA. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membantu dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam
penyelesaian skripsi.
5. Bapak Dr. Ditdit Nugeraha Utama, Selaku Dosen Pembimbing Akademik
Program Studi Sistem Informasi yang telah membantu dan memberi masukan
sampai ke jenjang penyusunan skripsi.
6. Ibu Yulia Rahmawati, selaku Kasubdin Fisik dan Prasarana dan Ibu Rara
selaku staff Bidang Statistik dan Pelaporan Data telah membantu penulis
mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
7. Orang Tua, Keluarga, Orang Terdekat, Sahabat, Temen-teman Kosan SI A
2007 dan kawan-kawan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
Selalu memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi.
Penulis sadar bahwa penyususan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail ke
ziginzidza@gmail.com, Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amin
Jakarta, 02 Juni 2014
viii
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SIMBOL... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 10
1.3. Batasan Masalah ... 11
1.4. Tujuan Penelitian ... 11
1.5. Manfaat Penelitian ... 12
1.6. Metodelogi Penelitian ... 13
1.6.1. Metode Pengumpulan Data... 13
1.6.2. Metode Pengembangan Sistem... 14
1.7. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 16
2.1. Pengertian Rancang Bangun ... ... 16
2.2. Sistem Informasi ... 16
ix
2.3.2. Data Spasial... 21
2.3.3. Format Data Spasial... 22
2.3.4. Sumber Data Spasial... 25
2.4. Konsep Dasar Informasi Geografis ... 27
2.4.1. Sistem Informasi Geografis... 28
2.4.2. Peta... 28
2.4.3. Skala Peta... 29
2.4.4. Sistem Koordinat... 29
2.4.5. Grid... 30
2.5. Metode Pengembangan Sistem ... 30
2.5.1. Perancangan Berorientasi Objek... 31
2.6. Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah ... 31
2.7. Sekilas Tentang Rawan Bencana ... 32
2.8. Pengertian Dasar Tentang Banjir dan DAS ... 32
2.8.1. Pengertian Banjir... 32
2.8.1.1. Definisi Banjir... 32
2.8.1.2. Faktor Penyebab Banjir... 34
2.8.1.3. Akibat Banjir... 39
2.8.2. Daerah Aliran Sungai (DAS)... 40
2.8.2.1. Pemahaman Umum... 40
2.8.2.2. Karakteristik DAS... 42
2.9. Pengertian Web ... 44
2.10. Rapid Application Development (RAD) ... 45
2.10.1. Definisi Rapid Application Development (RAD)... 45
2.10.2. Tahapan Rapid Application Development (RAD)... 45
x
2.12.1. Sejarah UML... 50
2.12.2. Diagram UML... 50
2.13. ArcView GIS ... 53
2.14. Web GIS ... 54
2.15. Bahasa Pemograman PHP ... 55
2.15.1. Pengertian PHP... 55
2.15.2. Fungsi Dalam PHP ... 57
2.16. OpenGeo Suite ... 58
2.16.1. OpenGeo Arsitektur ... 59
2.16.2. OpenGeo Suite Enterprise Edition dan Community Edition... 60
2.16.3. Komponen OpenGeo Suite... 61
2.16.4. SQL Structure Query Language... 65
2.17. XAMPP ... 66
2.18. Macromedia ... 67
2.18.1. Macromedia Dreamweaver...... 67
2.18.2. Macromedia Flash... 67
BAB III METODE PENELITIAN ... . 68
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... . 68
3.2. Objek Penelitian ... . 68
3.3. Data dan Perangkat ... . 72
3.3.1. Data... 72
3.3.2. Perangkat... 73
3.4. Prosedur Penelitian ... .... 74
xi
3.6. Survey ... .... 81
3.7. Metode Pengembangan Sistem ... 84
3.8. Kerangka Berpikir ... 92
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 93
4.1. Requirement Planing ... 93
4.1.1. Tujuan Perancang Sistem... 93
4.1.2. Kebutuhan Sistem... 93
4.1.2.1. Profil BAPPEDA Tangerang Selatan... 94
4.1.2.2. Identifikasi Kebutuhan Sistem... 109
4.1.3. Sistem Berjalan... 110
4.1.4. Identifikasi Masalah... 111
4.1.5. Sistem Usulan... 112
4.2. Kebutuhan Peta ... 114
4.3. Workshop Design ... 115
4.3.1. Perancangan Proses... 115
4.3.1.1. Use Case Diagram dan Narasi... 115
4.3.1.2. Activity Diagram... 135
4.3.1.3. Class Diagram... 154
4.3.1.4. Sequence Diagram... 155
4.3.2. Perancang Database... 169
4.3.3. Perancang User Interface... 173
4.4. Implementation ... 184
4.4.1. Tahap Persiapan Data... 185
4.4.2. Pembangunan Sistem ... 185
xii
5.2. Saran ... 189
xiii
GAMBAR HALAMAN
Gambar 1.1 Grafik Rawan Banjir ... 2
Gambar 2.10 Tampilan Dashboard dari OpenGeo Suite ... 58
Gambar 2.11 Arsitektur Standar OpenGeo ... 59
Gambar 2.12 Tampilan PostGIS Admin pada OpenGeo Suite ... 62
Gambar 2.13 Tampilan Aplikasi Web GeoServer ... 62
Gambar 2.14 Tampilan Aplikasi Web GeoEditor ... 63
Gambar 2.15 Tampilan Aplikasi WebStyler... 64
Gambar 2.16 Tampilan Aplikasi Web GeoExplorer ... 65
Gambar 2.17 Tampilan Konfigurasi XAMPP ... 66
Gambar 3.1 Wilayah Kota Tangerang Selatan ... 71
Gambar 3.2 Tampilan Tools GPS ... 81
Gambar 3.3 Pengolahan Data Koordinat-1 ... 82
Gambar 3.4 Pengolahan Data Koordinat-2 ... 83
xiv
Gambar 4.3 Sistem yang Diusulkan ... 112
Gambar 4.4 Use Case Diagram ... 117
Gambar 4.5 Activity Diagram Registrasi ... 136
Gambar 4.6 Activity DiagramLogin ... 137
Gambar 4.13 Activity Diagram Kelola Kritik dan Saran... 147
Gambar 4.14 Activity Diagram Input Kritik dan Saran ... 148
Gambar 4.15 Activity Diagram Kelola Data ... 150
Gambar 4.16 Activity Diagram Pengajuan Data ... 152
Gambar 4.17 Activity Diagram Laporan Data ... 153
Gambar 4.25 Sequence Diagram Masyarakat dengan Profil ... 161
Gambar 4.26 Sequence Diagram Masyarakat dengan Peta ... 162
Gambar 4.27 Sequence Diagram Masyarakat dengan Berita ... 163
Gambar 4.28 Sequence Diagram Masyarakat dengan Kritik dan Saran ... 164
xv
Gambar 4.34 Struktur Menu BNPB ... 175
Gambar 4.35 Struktur Menu PU ... 175
Gambar 4.36 Halaman Registrasi ... 176
Gambar 4.37 Halaman login ... 177
Gambar 4.38 Halaman Admin ... 177
Gambar 4.39 Halaman Kelola Peta ... 178
Gambar 4.40 Halaman Kelola Berita ... 178
Gambar 4.41 Halaman Kelola Akun ... 179
Gambar 4.42 Halaman Kritik dan Saran ... 179
Gambar 4.43 Halaman Kelola Profil ... 180
Gambar 4.44 Halaman Kelola Data ... 180
Gambar 4.45 Halaman Utama ... 181
Gambar 4.46 Halaman Lihat Profil ... 181
Gambar 4.47 Halaman Kelola Profil ... 182
Gambar 4.48 Halaman Lihat Peta ... 182
Gambar 4.49 Halaman Isi Kritik dan Saran ... 183
Gambar 4.50 Halaman Pengajuan Data ... 183
xvi
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 2.1 Perbandingan Jurnal ... 8
Tabel 2.1 Keterangan Sumber Data Spasial ... 26
Tabel 2.2 Spesifikasi Pengguna OpenGeo Suite ... 60
Tabel 3.1 Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan ... 71
Tabel 3.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan ... 72
Tabel 3.3 Penelitian Terdahulu ... 77
xvii
Tabel 4.21 Database Kritik dan Saran ... 172
Tabel 4.22 Database Admin ... 173
xviii
(Whitten et al, 2004)
Simbol Keterangan
Actor
Use case
Association
<<dependson>> Depends on
<<uses>> Uses (includes)
Inheritance
Actor1
xix
Simbol Keterangan
Class
1. class name
2. attributes
3. behaviors
Association
Generalization
Class 1
xx
Simbol Keterangan
Object
Lifeline
Messages
xxi
Simbol Keterangan
Activity
Initiate Activities
Start of the Process
Termination of the
Process
Synchronization Bar
xxii
Simbol Keterangan
Package
Node
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara
Lampiran 2 Tampilan Web
Lampiran 3 Source Code Program
1
1.1. Latar Belakang
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang berbentuk
pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang No 51 tahun 2008
tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal
26 November 2008. Pembentukan daerah otonom tersebut, yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan
meningkatkan pelayanan dalam bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan
Kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan
potensi daerah. Dengan 36 Kecamatan luas wilayah ± 1.159,05 km2 dan
jumlah penduduk lebih dari tiga juta orang, pelaksanaan pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Tengerang dirasakan belum
sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan
memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah
otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga pelayanan publik
dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat.
Sebagai kota administratif Tangerang melaju begitu tinggi, kota ini
memiliki karakteristik sebagai daerah perindustrian yang tak ada hutan atau
sawah, memiliki curah hujan yang tinggi yaitu, rata-rata curah hujan antara
air sungai meluap, posisi Tangerang berada pada rata-rata ketinggian 0 - 30
m di atas permukaan laut, kemiringan lahan antara 0 - 3%, bagian utara dan
memiliki rata-rata ketinggian 10 meter di atas permukaan laut, sehingga air
dari hulu mengalir ke daerah yang sangat rendah.
Gambar 1.1 Grafik Rawan Banjir
(Sumber: Hasil Monitoring Drainase Dinas Bina Marga & Pengairan Kota
Tangerang Selatan, 2010)
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwasannya daerah ini
mempunyai suatu masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan
di lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin berupa bencana banjir. Lokasi
rawan banjir terdapat di sepanjang beberapa sungai yang mengalir di Kota
Pada era globalisasi ini sudah meluas ke seluruh sendi kehidupan.
Semakin tinggi pemikiran manusia, manusia akan selalu berusaha untuk
membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah.
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya daerah
rawan banjir di wilayah tersebut, dikarenakan banyaknya Potensi bencana
limpasan air dari situ seperti yang pernah terjadi dengan Situ Gintung akibat
jebolnya tanggul juga masih ada, karena terdapat beberapa situ yang
permukaannya lebih tinggi dibandingkan wilayah permukiman.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor
38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 20 ayat 2 huruf (d) menjelaskan
tentang perlindungan terhadap dataran banjir dan Pasal 41 ayat 2 huruf (a)
Pengelolaan dataran banjir yang meliputi penetapan batas dataran banjir.
Kemudian untuk menentukkan kawasan dataran banjir berdasarkan
Peraturan Daerah (PERDA) kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan Pasal 44 ayat
2, kawasan rawan bencana banjir yang meliputi : Kecamatan Pondok Aren,
Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Serpong,
Gambar 1.2 Peta Kontur Tanah dan Rawan Banjir
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2013)
Dapat dilihat bahwasannya wilayah Kota Tangerang Selatan
mempunyai kawasan rawan banjir yang sebenarnya harus ditangani oleh
(PP) Nomor 38 Tahun 2011 tentang s ungai bagian keempat
Pengendalian Da ya Rusak Air Sungai Pasal 34 ayat 2,
Pengelolaan resiko banjir dilakukan secara terpadu bersama
pemilik kepentingan, dari pasal 34 ayat 2 yang berkenaan dengan
“pemilik kepentingan” berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PP) Nomor 38 tahun 2011 tentang sungai pasal 34 ayat
2, yang dimaksud dengan “pemilik kepentingan” adalah semua individu
perorangan, grup, perusahaan, organisasi, asosiasi, dan instansi pemerintah
yang terkait dalam pengelolaan resiko banjir, dengan adanya peraturan
tersebut, suatu kawasan rawan banjir merupakan masalah yang harus di
tangani bersama, supaya dapat melakukan pencegahan ataupun penanganan
lebih awal.
Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi
dengan sangat pesat khususnya di bidang internet banyak orang yang
mengubah cara menyebarkan informasi dari cara tradisional menjadi cara
modern dengan menggunakan situs web sebagai media penyebaran
informasi yang lebih praktis, ekonomis dan dapat diakses di manapun secara
luas. Melalui internet selain pemakai dapat melihat perkembangan teknologi
dengan mengunjungi situs-situs yang ada, pemakai juga dapat memperoleh
berbagai informasi baik informasi dalam negeri maupun luar negeri. Setiap
pengguna internet dapat Mangaksesnya tanpa batas waktu dan manfaatnya
perbankan, geografis, perindustrian, perdagangan, pariwisata, pendidikan
maupun bidang lainnya.
Sistem informasi berupa website diharapkan lebih mudah dalam
memberikan informasi secara luas kepada masyarakat ataupun instansi
pendukung. Dengan adanya informasi berbentuk sistem Web spasial dapat
mempermudah untuk monitoring suatu daerah secara terkomputerisasi.
Sistem ini juga diharapkan dapat membantu Pemerintah Daerah untuk
bekerja maksimal bukan hanya memberikan informasi tetapi juga
memberikan layanan berupa keputusan yang tepat dalam pencegahan banjir
di wilayah rawan banjir tersebut. Untuk menangani suatu daerah rawan
banjir maka perlu diketahui kondisi yang menjadi penyebabnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) berwenang
dalam perencanaan dan pembangunan daerah di wilayah kota Tangerang
Selatan. Dalam melakukan kegiatan tersebut BAPPEDA mengalami
kesulitan untuk menganalisa serta menyampaikan informasi pemetaan
daerah banjir. Karena selama ini masih menggunakan peta konvensional.
Peta konvensional sulit untuk diupdate serta memiliki resiko kerusakan dan
kehilangan data yang besar.
Perbedaan yang mendasar antara Sistem Informasi Spasial atau SIG
modern dengan SIG konvensional terdapat pada alat. Sistem Informasi
spasial atau SIG modern selalu menggunakan seperangkat alat komputer
dalam analisisnya, sedangkan analisis dalam SIG konvensional dilakukan
proses buffering, semua proses dalam SIG konvensional dilakukan secara
manual dan semimanual atau perpaduan antara digital dengan analisis
manual. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut.
Gambar 1.3 Proses Pengolahan Data
(Sumber :Anjayani, Eni dan Haryanto, Tri. 2009. Geografi untuk Kelas XII
SMA/MA.)
Melihat permasalahan di atas, peneliti tertarik membagun sebuah
aplikasi yang berbasis web tentang “Rancang Bangun Sistem Informasi
Spasial Kawasan Rawan Banjir Berbasis Web (Studi Kasus: Kota
Tangerang Selatan)”.
Berikut merupakan beberapa jurnal yang menjadi perbandingan
dalam pembuatan sistem informasi spasial berbasis web kawasan rawan
Tabel 1.1 Perbandingan Jurnal
No
Nama Pengarang
dan Judul
Tujuan Metode Hasil Perbandingan
1 Anik Vega sering terjadi di daerah tertentu banjir, tetapi tidak memberikan
Sistem yang dibuat tidak banyak
Admin sulit untuk
dapat mengupdate
No
Nama Pengarang
dan Judul
Tujuan Metode Hasil Perbandingan
Geografis
penelitian dibutuhkan
masyarakat dan melibatkan
masalah pengairan aliran sungai DAS
No
Nama Pengarang
dan Judul
Tujuan Metode Hasil Perbandingan
di Provinsi rawan banjir di Sub DAS rawan banjir pada daerah aliran sungai DAS
.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diuraikan berdasarkan permasalahan
yang ada yaitu, bagaimana merancang dan membangun sistem informasi
spasial berbasis web kawasan rawan banjir (studi kasus : Tangerang
1.3. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan yang sesuai
dengan judul penelitian ini, maka batasan permasalahan penelitian ini
adalah:
1. Wilayah kota yang diteliti adalah Kota Tangerang Selatan.
2. Data spasial dan tabular yang digunakan dan ditampilkan adalah data
yang berasal dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kota
Tangerang Selatan.
3. Informasi yang ditampilkan bersifat spasial dan nonspasial berbasiskan
WebGIS.
4. Metode pengembangan sistem menggunakan Object Oriented dengan
model pengembangan Rapid Application Development (RAD).
5. Peneliti tidak melakukan analisis spasial.
6. Peneliti hanya membahas tentang kawasan Rawan Banjir.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan sistem informasi spasial berbasis web Rawan Banjir
Kota Tangerang Selatan.
2. Menampilkan informasi spasial dan nonspasial daerah Rawan Banjir
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1), Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.
c. Peneliti mampu membangun sistem informasi spasial pada Rawan
Banjir berbasis web.
2. Bagi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan:
a. Sebagai salah satu sarana dalam memberikan informasi persebaran
beserta data spasial dan non spasial Rawan Banjir kepada seluruh
masyarakat pada umumnya.
b. Membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam pemberi
ijin pembangunan pemukiman dan monitoring daerah aliran sungai.
3. Bagi Masyarakat Kota Tangerang Selatan:
Masyarakat khususnya kota Tangerang Selatan dapat mendapatkan
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis dalam tahapan ini yaitu dengan
cara :
1. Observasi
Merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk
merancang dan membangun sistem Informasi Spasial
permasalahan Rawan Banjir di Kota Tangerang Selatan.
2. Wawancara (interview)
Yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan
tatap muka secara langsung dengan orang yang menjadi
sumber data atau objek penelitian. Wawancara yang baik harus
mempunyai pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan
yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
3. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku
literature, peraturan perundang-undangan, majalah, surat
kabar, hasil seminar dan sumber lain yang terkait dengan
1.6.2. Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang dipakai dalam
penelitian skripsi ini adalah metode berorientasi objek dengan
model pengembangan Rapid Application Development (RAD)
yang memiliki tahapan-tahapan, yaitu perencanaan syarat-syarat,
workshop design, dan implementasi (Kendall & Kendall, 2008).
Dalam metode pengembangan sistem ini menggunakan UML
(Unified Modelling language).
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah,
Tujuan, Manfaat dan Sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang segala macam teori serta konsep yang berkaitan
dengan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang bagaimana dan seperti apa metode yang
digunakan dalam melakukan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan berdasarkan penelitian yang
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan simpulan dan saran berdasarkan penelitian yang
16
2.1. Pengertian Rancang Bangun
Perancangan atau rancang merupakan serangkaian prosedur untuk
menerjemahkan hasil analisis dan sebuah sistem ke dalam bahasa
pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana
komponen-komponen sistem diimplementasikan. Sedangkan pengertian pembangunan
atau bangun sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun
mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik secara keseluruhan
maupun sebagian (Pressman, 2002).
2.2. Sistem Informasi
2.2.1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur
yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran
tertentu (Jogiyanto, 2005).
Agar lebih mudah memahami apa dan bagaimana sistem
digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan prosedur dan
1. Prosedur
Pemahaman sistem dengan pendekatan prosedur, yaitu suatu
urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Prosedur adalah rangkaian
operasi, yang melibatkan beberapa benda (seperti ALU, Control
Unit) di dalam suatu atau lebih komponen (seperti memori dan
CPU, jika dalam sistem komputer) yang digunakan untuk
menjamin penanganan yang seragam dari aktivitas-aktivitas
pengolahan yang terjadi serta untuk menyelesaikan suatu
kegiatan pengolahan data tertentu.
Urutan kegiatan digunakan untuk menjelaskan apa (what) yang
harus dikerjakan, serta berapa banyak kuantitas pekerjaan
tersebut, siapa (who) yang mengerjakannya, kapan (when)
dikerjakannya dan bagaimana (how) mengerjakannya
2. Komponen / Elemen
Pemahaman sistem dengan pendekatan komponen/elemen, yaitu
kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu sistem dapat terdiri
dari beberapa susbsistem. Subsistem-subsistem dapat pula terdiri
2.2.2. Pengertian Informasi
Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berguna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Kadir, 2003).
Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang
menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan nya. Kejadian
(event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu. Informasi
diperoleh setelah data-data mentah diproses atau diolah. Menururt
john Burch dan Gary Grudnitski dalam Al-Bahra (2005), agar
informasi dihasilkan lebih berharga maka informasi harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Informasi harus akurat, sehingga mendukung pihak manajemen
dalam mengambil keputusan.
2. Informasi harus relevan, benar-benar terasa manfaatnya bagi
yang membutuhkan.
3. Informasi harus tepat waktu, sehingga tidak ada keterlambatan
pada saat dibutuhkan.
Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian
Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif
dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut.
Sedangkan kualitas informasi tergantung pada tiga hal
sebagai berikut:
1. Relevan (relevancy), artinya informasi yang berkualitas akan
mampu menunjukkan relevansi kejadian masa lalu, hari ini, dan
masa depan sebagai sebuah bentuk aktivitas yang kongkrit dan
mampu dilaksanakan, dan dibuktikan oleh siapa saja.
2. Akurat (accuracy), artinya suatu informasi dikatakan berkualitas
jika seluruh kebutuhan informasi tersebut telah tersampaikan
(completeness), seluruh pesan telah sesuai (correctness), serta
pesan yang disampaikan sudah lengkap atau hanya sistem yang
diinginkan oleh user.
Tepat waktu (timeliness), berbagai proses dapat diselesaikan dengan
tepat waktu, laporan-laporan yang dibutuhkan dapat disampaikan
2.2.3. Konsep Dasar Sistem Informasi
Menurut Budihar dalam Prahasta (2005:40) sistem informasi
adalah suatu sistem manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan
informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan
pengambilan keputusan dalam organisasi.
Leitch dan Davis dalam Jogiyanto (2005:11) mendefinisikan
Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari
suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan
yang diperlukan.
Maka jika ditarik kesimpulan dari pendapat beberapa pakar
tersebut, sistem informasi merupakan sistem berbasis komputer yang
berguna untuk menghasilkan informasi dari data yang tersedia, dan
2.3. Konsep Dasar Data
2.3.1. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah segala macam pengolahan terhadap
data atau kombinasi-kombinasi dari berbagai macam pengolahan
terhadap data untuk membuat data berguna sesuai dengan hasil yang
diinginkan.
Menurut Jogiyanto (2005) Pengolahan Data adalah
manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berguna. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengolahan data merupakan
kegiatan yangdilakukan dengan menggunakan masukan berupa data
dan menghasilkan informasi yangbermanfaat untuk tujuan sesuai
dengan yang direncanakan.
2.3.2. Data Spasial
SIG mempunyai dua unsur pokok yang menjadi dasar konsep
SIG yaitu, informasi spasial, dan data yang mengacu pada kondisi
riil bumi, yang dalam proses pengolahan dan penyajiannya ditunjang
oleh sistem komputerisasi yang berupa perangkat lunak maupun
perangkat keras (hardware). Informasi spasial adalah informasi yang
antara suatu objek dengan objek lainnya yang saling terhubung.
(Vieatoz, 2005).
Menurut Puntodewo (2003) data spasial mempunyai dua
bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu
informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang
dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik
koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ,
termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu
lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan
dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode
pos, dan sebagainya.
2.3.3. Format Data Spasial
Menurut GIS Konsorsium Aceh Nias (2007) secara sederhana
format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya.
Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format,
1. Data vector
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke
dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis
yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes
(merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).
Gambar 2.1 Data Vektor
Keuntungan utama dari format data vektor adalah
ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis
lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan
ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster.
Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan
hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor
yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi
2. Data raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster,
obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang
disebut dengan pixel (picture element).
Gambar 2.2 Data Raster
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung
pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel
menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang
diwakili oleh setiap pixel ada citra. Semakin kecil ukuran
permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin
tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk
merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,
seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan
ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula
ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat
keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat
tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume
data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta
kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis
dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit
untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data
raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang
lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih
mudah digunakan secara matematis.
2.3.4. Sumber Data Spasial
Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber
diantaranya adalah citra satelit, peta analog, foto udara, data tabular
dan data survei. Penjelasan dari masing-masing sumber dapat dilihat
Tabel 2.1 Keterangan Sumber Data Spasial
No Sumber Data Spasial Keterangan
1. Citra Satelit Data ini menggunakan satelit
sebagai wahananya. Satelit tersebut
menggunakan sensor untuk dapat
merekam kondisi atau gambaran
dari permukaan bumi.
2. Foto Udara Data ini didapat dengan
menggunakan pesawat udara
sebagai wahananya dengan
cakupan wilayah yang tidak luas.
3. Peta Analog Peta analog merupakan bentuk
tradisional dari data spasial, dimana
data ditampilkan dalam bentuk
kertas atau film. Oleh karena itu
dengan perkembangan teknologi
saat ini peta analog tersebut dapat
di scan menjadi format digital
basis data.
4. Data GPS Data yang dihasilkan dari GPS
(Global Positioning System) yang
memberikan informasi nilai
koordinat dimana kita berada.
5. Data Survei Data ini dihasilkan dari hasil survei
atau pengamatan lapangan.
Contohnya adalah pengukuran
persil lahan dengan menggunakan
metode survei terestris.
2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis
Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru
dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang
berasal dari dunia nyata (geografi) dapat disimpan dan diproses sedemikian
rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk yang sederhana sesuai dengan
kebutuhan. Menurut Prahasta (2005) dalam beberapa literatur, SIG
dipandang sebagai hasil dari perkawinan antara sistem komputer untuk
bidang kartografi (CAC) atau sistem komputer untuk bidang perancangan
2.4.1. Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis adalah system computer yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan
data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi
(Charter, 2004).
2.4.2. Peta
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peta adalah
“Gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang
menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya;
representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan
sifat-sifat batas daerah, sifat permukaan”.
Menurut Barus (1996) peta merupakan penyajian secara
grafis dari kumpulan data yang mentah maupun yang telah dianalisis
atau informasi sesuai lokasinya. Dengan kata lain peta adalah
bentuk sajian informasi spasial mengenai permukaan bumi untuk
2.4.3. Skala Peta
Menurut Barus (1996) pengertian skala peta adalah
perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan
satuan atau teknik tertentu. Skala peta terbagi menjadi:
1. Skala angka atau skala pecahan, contohnya seperti 1:1000 yang
berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia
nyata.
2. Skala satuan, misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1
inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.
3. Skala garis, menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan
jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang
ada.
2.4.4. Sistem Koordinat
Menurut Prahasta (2005) sistem koordinat adalah
sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat
yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya
mendefinisikan titik asal beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat
yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut untuk
menghasilkan koordinat-koordinat. Sistem koordinat dapat
1. Lokasi titik awal ditempatkan.
2. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi.
3. Arah sumbu-sumbunya
2.4.5. Grid
Salah satu komponen kartografis yang umumnya ditampilkan
dalam peta tematik adalah grid dan graticule. Menurut Prahasta
(2007) grid merupakan beberapa garis (arcs) baik horizontal maupun
vertikal yang memiliki keteraturan dalam interval sehingga
membentuk geometri-geometri bujur sangkar atau persegi panjang.
Keberadaan grid dasarnya berfungsi untuk membantu dalam
menempatkan berbagai elemen dalam agar tampak beraturan dan
pengguna peta dapat dengan mudah menginterpolasikan
koordinat-koordinat suatu unsur pada peta.
2.5. Metode Pengembangan Sistem
Pada penelitian ini, penulis menerapkan metode pengembangan
sistem Rapid Application Development (RAD) yang pertama kali
dikembangkan oleh IBM yang dikemukakan oleh James Martin (Aggarwal,
2006). Rapid Application Development (RAD) merupakan model
pada sedikitnya atau siklus pengembangan yang pendek. Model RAD
merupakan adaptasi yang cepat dari model sekuensial yang didapatkan RAD
dari penggunaan pengembangan berbasiskan komponen (Pressman, 2001).
2.5.1. Perancangan Berorientasi Objek
Object-oriented design (OOD) adalah suatu pendekatan yang
digunakan untukmenentukan solusi terbaik bagi piranti lunak dalam
hal perpaduan objek (objects), atribut (attributes) dan metode
(methods) (Whitten et al. 2004).
2.6. Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah
Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun
2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031 Pasal 1 ayat
19, Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budi daya.
Sedangkan menurut Peraturan yang sama yaitu Pasal 1 ayat 20,
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
2.7. Sekilas Tentang Rawan Bencana
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “rawan” merupakkan kata
sifat yang mempunyai arti yaitu mudah menimbulkan gangguan keamanan
atau bahaya, sedangkan banjir merupakan salah satu dari kejadian bencana
alam.
Dalam undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana pasal 1 ayat 14 rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu. Suatu daerah dikatakan rawan banjir apabila, daerah
tersebut sering mengalami banjir.
2.8. Pengertian Dasar Tentang Banjir dan DAS
2.8.1. Pengertian Banjir
2.8.1.1. Definisi Banjir
Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak
tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai)
atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang,
sekitarnya.(Suripin,”Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan”). Banjir merupakan peristiwa alam yang
dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta
dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir
apabila terjadi luapan air yang disebabkan kurangnya
kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu
biasanya arus banjirnya deras, daya gerusnya besar, tetapi
durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya tidak
deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang.
Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir,
di antaranya adalah :
1. Banjir dapat datang secara tiba – tiba dengan intensitas
besar namun dapat langsung mengalir
2. Banjir datang secara perlahan namun intensitas
hujannya sedikit.
3. Pola banjirnya musiman.
4. Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi
genangan yang lama di daerah depresi.
5. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan,
erosi, dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya
evakuasi penduduk. (Robert J.Kodoatie, Sugiyanto,
2001 “Banjir”).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
(PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 7, banjir adalah
peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP)
Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 3, Dataran banjir adalah
dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang
tergenang air pada saat banjir.
2.8.1.2. Faktor Penyebab Banjir
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir.
Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat
diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang
disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang
diakibatkan oleh tindakan manusia. Berikut yang termasuk
sebab-sebab alami di antaranya adalah :
1. Curah Hujan
Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun
dengan intensitas tinggi, durasi lama, dan terjadi pada
2. Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk,
fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS),
kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk
penampang seperti lebar, kedalaman, potongan
memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll,
merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
banjir.
3. Erosi dan Sendimentasi
Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap
pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi dan
sedimentasi menjadi problem klasik sungaisungai di
Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi
kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir
di sungai
4. Menurunnya Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat
disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi
DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan
vegetasi penutup dan penggunaan lahan yang tidak
tepat.
5. Pengaruh Air Pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut.
Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang
tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar
karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh ini
terjadi di Kota Semarang dan Jakarta. Genangan ini
dapat terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan
maupun di musim kemarau.
6. Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai
drainase daerah genangan yang tidak memadai,
sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan
banjir di musim hujan.
Sedangkan sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia
adalah :
1. Menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah
resapan.
Kemampuan DAS, khusunya di bagian hulu untuk
oleh berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha
pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan
perubahan tata guna lahan lainnya. Hal tersebut dapat
memperburuk masalah banjir karena dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas banjir.
2. Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang tepian
sungai merupakan penghambat aliran. Luas penampang
aliran sungai akan berkurang akibat pemanfaatan
bantaran untuk pemukiman kumuh warga. Masalah
kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting
terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
3. Sampah
Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah
langsung ke sungai bukan pada tempat yang ditentukan
dapat mengakibatkan naiknya muka air banjir.
4. Bendung dan bangunan lain
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan
dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek
5. Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan
pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan
dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat
meningkatkan kuantitas banjir.
6. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat
mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai
sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan
selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh
bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada
tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir
rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini
menimbulkan kecepatan aliran air menjadi sangat besar
yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan
banjir yang besar. (Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, 2001
2.8.1.3. Akibat Banjir
Kerugian akibat banjir pada umumnya sulit
diidentifikasi secara jelas, dimana terdiri dari kerugian
banjir akibat banjir langsung dan tak langsung. Kerugian
akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat
banjir yang terjadi, antara lain robohnya gedung sekolah,
industri, rusaknya sarana transportasi, hilangnya nyawa,
hilangnya harta benda, kerusakan di pemukiman, kerusakan
daerah pertanian dan peternakan, kerusakan sistem irigasi,
sistem air bersih, sistem drainase, sistem kelistrikan, sistem
pengendali banjir termasuk bangunannya, kerusakan sungai,
dsb. Sedangkan kerugian akibat banjir tak langsung berupa
kerugian kesulitan yang timbul secara tak langsung
diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan,
kesehatan, kegiatan bisnis terganggu dsb. (Robert J.
2.8.2. Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.8.2.1. Pemahaman Umum
Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin,
watershed) merupakan daerah di mana semua airnya
mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah
ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti
ditetapkan berdasar aliran air permukaan. Batas ini tidak
ditetapkan berdasar air bawah tanah karena permukaan air
tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat
kegiatan pemakaian.
Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai
yang bersangkutan dan dibatasi oleh titik kontrol, yang
umumnya merupakan stasiun hidrometri. Memperhatikan
hal tersebut berarti sebuah DAS dapat merupakan bagian
dari DAS lain (Sri Harto Br., 1993). Dalam sebuah DAS
kemudian dibagi dalam area yang lebih kecil menjadi
sub-DAS. Penentuan batas-batas sub-DAS berdasarkan kontur,
jalan dan rel KA yang ada di lapangan untuk menentukan
arah aliran air.
Dari peta topografi, ditetapkan titik-titik tertinggi di
dan masing-masing titik tersebut dihubungkan satu dengan
lainnya sehingga membentuk garis utuh yang bertemu ujung
pangkalnya. Garis tersebut merupakan batas DAS di titik
kontrol tertentu (Sri Harto Br., 1993)
Meurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
(PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 5 menjelaskan
bahwa Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
2.8.2.2. Karakteristik DAS
Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran
permukaan meliputi (Suripin, 2004) ;
1. Luas dan bentuk DAS
Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah
besar dengan bertambahnya luas DAS. Tetapi apabila
aliran permukaan tidak dinyatakan sebagai jumlah total
dari DAS, melainkan sebagai laju dan volume per
satuan luas, besarnya akan berkurang dengan
bertambahnya luas DAS. Ini berkaitan dengan waktu
yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh
sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga
penyebaran atau intensitas hujan
2. Topografi
Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti
kemiringan lahan, keadaan dan kerapatan parit dan /
atau saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya
mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran
permukaan. DAS dengan kemiringan curam disertai
parit/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan
dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit
yang jarang dan adanya cekungan-cekungan. Pengaruh
kerapatan parit, yaitu panjang parit per satuan luas
DAS, pada aliran permukaan adalah memperpendek
waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju aliran
permukaan.
3. Tata guna lahan
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan
dinyatakan dalam koefisien aliran permukaan (C), yaitu
bilangan yang menunjukkan perbandingan antara
besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan.
Angka koefisien aliran permukan ini merupakan salah
satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu
DAS. Nilai C berkisar antara 0 sampai 1. Nilai C = 0
menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan
terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1
menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai
2.9. Pengertian Web
Menurut Abdul Kadir (2005:2) World Wide Web (WWW) atau biasa
disebut dengan Web merupakan salah satu sumber daya Internet yang
berkembang pesat. Saat ini, informasi Web didistribusikan melalui
pendekatan hyperlink, yang memungkinkan suatu teks, gambar, ataupun
objek yang lain menjadi acuan untuk membuka halaman-halaman Web yang
lain. Dengan pendekatan hyperlink ini, seseorang dapat memperoleh
informasi dengan meloncat dari suatu halaman ke halaman yang lain.
Halaman-halaman yang diaksespun dapat tersebar di berbagai mesin dan
bahkan di berbagai negara.
Dengan menggunakan pendekatan Web dinamis, dimungkinkan
untuk membentuk aplikasi berbasis Web yang berinteraksi dengan database.
Sebagai contoh, sistem informasi akademis berbasis Web memungkinkan
seorang mahasiswa melihat informasi tentang nilai dari
matakuliah-matakuliah yang sudah diambilnya dari luar kampus (dimana saja). Selain
itu, pada masa semester baru, mahasiswa dapat memasukkan data KRS
2.10. Rapid Application Development (RAD)
2.10.1. Definisi Rapid Application Development (RAD)
RAD atau pengembangan aplikasi cepat adalah pendekatan
berorientasi objek untuk pengembangan sistem yang meliputi
metode pengembangan serta perangkat lunak (Kendall, 2008).
a. RAD merupakan alat digunakan untuk menghasilkan layar
dan menunjukkan aliran keseluruhan aplikasi.
b. Pengguna menyetujui rancangan dan menandatangani model
visual.
c. Implementasi kurang karena pengguna membantu untuk
merancang aspek bisnis dari sistem.
2.10.2. Tahapan Rapid Application Development
Ada tiga fase Rapid Application Development (RAD) yaitu
(Kendall, 2008):
1. Rencana Kebutuhan (Requirement Planning).
Pada tahap ini, user dan analyst melakukan semacam
pertemuan untuk melakukan identifikasi tujuan dari aplikasi
atau sistem, dan melakukan identifikasi kebutuhan informasi
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini hal terpenting adalah
adanya keterlibatan dari kedua belah pihak, bukan hanya
jauh lagi, keterlibatan user bukan hanya dari satu tingkatan
pada suatu organisasi, melainkan beberapa tingkatan organisasi
sehingga informasi yang dibutuhkan untuk masing-masing
user dapat terpenuhi dengan baik.
2. Proses Desain (Workshop Design)
Pada tahap ini adalah melakukan proses desain dan
melakukan perbaikan-perbaikan apabila masih terdapat
ketidaksesuaian desain antara user dan analyst.
3. Implementasi (Implementation)
Setelah desain dari sistem yang akan dibuat sudah
disetujui baik oleh user maupun analyst, maka pada tahap ini
programmer mengembangkan desain menjadi suatu program.
Setelah program selesai baik sebagian maupun secara
keseluruhan, maka dilakukan proses pengujian terhadap
program tersebut apakah terdapat kesalahan atau tidak sebelum
Gambar 2.4 Tahapan RAD (Sumber: Kendall, 2008)
2.11. Pendekatan Membangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis
Web
2.11.1. Basis Data
Menurut Hariyanto (2004:3) data adalah rekaman mengenai
fenomena/fakta yang ada atau yang terjadi. Data merupakan
sumber daya penting pada manajemen modern. Lebih lanjut
menurutnya, Basis data adalah kumpulan data (elementer) yang
secara logik berkaitan dalam domain tertentu untuk mendukung
aplikasi pada sistem tertentu. Basis data merupakan komponen
utama sistem informasi karena semua informasi untuk pengambilan
keputusan berasal dari data di basis data. Pengelolaan basis data
yang buruk dapat mengakibatkan ketidaktersediaan data penting
yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan
Penggunaan basis data dalam SIG akan mendapatkan
keuntungan-keuntungan seperti berikut:
1. Reduksi duplikasi data.
2. Kemudahan, kecepatan dan efisiensi akses data.
3. Penjagaan integritas data.
4. Menyebabkan data menjadi documented dan
self-descriptive.
5. Meningkatkan faktor keamanan.
2.11.2. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem Manajemen Basisdata atau DBMS (Database
Management System) menurut Hariyanto (2004:4) adalah perangkat
lunak untuk medefinisikan, menciptakan, mengelola, dan
mengendalikan pengaksesan basis data. Fungsi sistem manajemen
basis data saat ini yang paling penting adalah menyediakan basis
untuk sistem informasi manajemen. Tujuan utama sistem basis data
adalah menyediakan lingkungan yang nyaman dan efisien untuk
penyimpanan dan pengambilan data dari basis data. Sistem
manajemen basis data berperan memberi abstraksi data tingkat
tinggi ke pemakai. Tujuan lain sistem manajemen basis data antara
1. Menghindari redundansi dan inkonsistensi data
2. Menghindari kesulitan pengaksesan data
3. Menghindari isolasi data
4. Menghindari terjadinya anomali pengaksesan konkuren
5. Menghindari masalah-masalah keamanan
6. Menghindari masalah-masalah integritas.
2.11.3. Pengembangan Tipe Basis Data Spasial
Aplikasi SIG berbasis internet menurut Eddy Prahasta
(2007:19) tidak memiliki tipe data spasial khusus yang baru atau
tersendiri, melainkan menggunakan yang sudah ada (yang juga
terbaca oleh desktop-based atau workstation: vektor mulai dari
coverage ArcInfo, Shapefile ArcView, Table dan MIF
MapInfo,DXF/DWG-nya AutoCad,GeoDatabase-nya ArcGis, dan
lain sebagainya.
2.12. UML (Unified Modelling Language)
UML adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak
yang berparadigma berorientasi objek. Pemodelan (modeling) sesungguhnya
kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami.
(Nugroho, 2010).
2.12.1. Sejarah UML
UML pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990-an
ketika Grady Booch dan Ivar Jacobson dan James Rumbaugh mulai
mengadopsi ide-ide serta kemampuan-kemampuan tambahan dari
masing-masing metodenya dan berusaha membuat metodologi
terpadu yang kemudian dinamakan Unified Modelling Language
(UML). UML merupakan metode pengembangan perangkat lunak
(sistem informasi) dengan metode grafis yang mudah dipahami
(Nugroho, 2010).
2.12.2. Diagram Dalam UML
Ada beberapa jenis diagram resmi yang digunakan dalam
UML untuk menggambarkan sebuah sistem berdasarkan objeknya
(Sholiq, 2006), yaitu :
1. Use case Diagram, menggambarkan sekumpulan use case dan
actor dan hubungan antara mereka. Use case diagram
mempunyai peranan penting dalam pengorganisasian dan
Gambar 2.5Use case Diagram
(Sumber: Sholiq, 2006)
2. Class Diagram terdiri atas sekumpulan class dan interface
lengkap dengan kolaborasi dan hubungan antara mereka. Pada
classdiagram, terdapat simbol-simbol:
a. Simbol ‘+’ untuk menandakan public
b. Simbol ‘-‘ untuk menandakan private
c. Simbol ‘#’ untuk menandakan protected
Gambar 2.6Class Diagram
(Sumber: Sholiq, 2006)
3. Activity Diagram, menggambarkan berbagai alir aktivitas
Gambar 2.7ActivityDiagram
(Sumber: Sholiq, 2006)
4. Sequence Diagram, diagram interaksi yang menekankan pada
urutan waktu dari pertukaran message.
Object 2 Object 3
: Object 1
Operation 1 ( )
Operation 2 ( )
Return Object
Operation 3 ( )
Operation 5 ( ) Operation 4 ( )
Gambar 2.8Sequence Diagram
2.13. ArcView GIS
ArcView GIS merupakan perangkat lunak Sistem Informasi
Geografis yang di kembangkan oleh Environmental Research Institute Inc.
(ESRI). Dengan ArcView, pengguna dapat melakukan visualisasi,
eksplorasi, melakukan query (secara spasial dan non spasial), menganalisis
data secara geografis dan sebaliknya. (Prahasta:2002)
Secara umum kemampuan ArcView dapat di jabarkan sebagai berikut :
a. Melakukan analisis statistika dan operasi matematika.
b. Menampulkan informasi (basis data) spasial maupun atribut.
c. Menjawab query spasial dan atribut.
d. Membuat peta tematik.
e. Melakukan fungsi dasar SIG (seperti : menampilkan peta tematik,
melakukan query sederhana) dan fungsi yang lebih kompleks (seperti :
menampilkan peta kepadatan, melakukan fungsi keterkaitan dan
pengukuran kesimanbungan).
f. Meng-customize aplikasi dengan mengguanakan bahasa pemrograman
Avenue yang telah terintegrasi dengan ArcView.
ArcView memanfaatkan data shapefile. Shapefiles adalah data
spasial yang bersifat non-topologis untuk menyimpan informasi lokasi
dapat mendukung representasi berbagai macam penampakan baik titik,
garis maupun polygon.
Beberapa istilah yang sering di gunakan pada ArcView antara lain
themes dan layer. Themes adalah serangkain penampakan geografis
dalam sebuah view (tampilan peta). Sebuah themes biasanya berisi satu
macam tema data. Misalnya, sebuah theme berisi data tentang jalan,
sungai, atau lokasi kantor polisi. Layer dapat di definisikan sebagai
tempat suatu data digital di tampilkan dengan mewakili suatu theme
tertentu pada suatu view.
2.14. Web GIS
Web GIS merupakan sistem informasi Geografis yang berbasis web
yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Web GIS
merupakan gabungan antar design grafis pemetaan, peta digital, dengan
analisa geografis, pemrograman komputer, dan sebuah database yang saling
terhubung menjadi satu bagian web desain dan web pemetaan. Berikut