• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang bangun sistem informasi spasial kawasan rawan banjir: studi kasus Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang bangun sistem informasi spasial kawasan rawan banjir: studi kasus Tangerang Selatan"

Copied!
289
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Oleh :

MUHAMMAD YAZID KHAERI

107093003654

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

i

(Studi kasus : Tangerang Selatan)

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Studi Akhir

Program Strata Satu Program Studi Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

MUHAMMAD YAZID KHAERI NIM: 107093003654

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

 Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

.

Jakarta, 02 Juni 2014

Muhammad Yazid Khaeri

(8)

v

ABSTRAK

MUHAMMAD YAZID KHAERI (107093003654), Rancang Bangun Sistem

Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir Berbasis Web (Studi Kasus: Kota

Tangerang Selatan). Dibawah bimbingan Bpk. BAKRI LA KATJONG dan

Bpk. ERI RUSTAMAJI

Didasarkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 20 ayat 2 huruf (d) menjelaskan tentang perlindungan terhadap dataran banjir dan BAPPEDA mengalami kesulitan untuk menganalisa dan menyampaikan informasi pemetaan daerah rawan banjir. Karena masih menggunakan peta konvensional disertai meningkatnya kawasan rawan

banjir. Peta konvensional sulit diupdate serta memiliki resiko kerusakan dan

kehilangan data yang besar. Melihat permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu

Sistem Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir yang dinamakan

SISKARABAN untuk mempermudah dalam monitoring suatu daerah secara

terkomputerisasi.. Sistem dibangun melalui tahapan metode pembangunan sistem

prototype SISKARABAN dan metode pengembangan sistem RAD (Rapid

Aplication Development) dengan notasi UML. Menggunakan bahasa

pemrograman PHP, database MySQL dan OpenGeo Suite serta melakukan

pengujian pada Black Box. Dari hasil pengujian Black Box 93% lulus uji, maka

sistem tersebut dapat digunakan untuk memberikan informasi secara terpadu antara pemerintah terkait dan masyarakat, sehingga pengelolaan kawasan rawan banjir dapat ditangani bersama.

Kata Kunci: Sistem Informasi, Rawan Banjir, RAD (Rapid Aplication

Dvelopment), UML, OpenGeo Suite

V Bab + 193 Halaman + xxiii Halaman Romawi + 78 Gambar + 29 Tabel + 5 Daftar Simbol

(9)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kenikmatan kesehatan dan kelancaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan

dan suri tauladan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. Peneliti berharap skripsi ini

dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (S-1) dalam bidang

Sistem Informasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial

Kawasan Rawan Banjir berbasis Web (Studi Kasus: Kota Tangerang

Selatan)” akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Selama penyusunan skripsi

ini tentu banyak kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peneliti, baik dalam segi

data ataupun penelitian. Namun dengan keyakinan hati dan bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini terselesaikan dengan sangat baik.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah mendukung. Sebagai bentuk penghargaan yang tak

terlukiskan, izinkanlah Peneliti menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Bapak Zulfiandri, S.Kom, MMSI. Selaku Ketua Program Studi Sistem

(10)

vii

3. Bapak Ir. Bakrie LaKatjong. MT, M.Kom Selaku Dosen Pembimbing I yang

telah membantu dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti

dalam penyelesaian skripsi.

4. Bapak Eri Rustamaji, MBA. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membantu dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam

penyelesaian skripsi.

5. Bapak Dr. Ditdit Nugeraha Utama, Selaku Dosen Pembimbing Akademik

Program Studi Sistem Informasi yang telah membantu dan memberi masukan

sampai ke jenjang penyusunan skripsi.

6. Ibu Yulia Rahmawati, selaku Kasubdin Fisik dan Prasarana dan Ibu Rara

selaku staff Bidang Statistik dan Pelaporan Data telah membantu penulis

mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

7. Orang Tua, Keluarga, Orang Terdekat, Sahabat, Temen-teman Kosan SI A

2007 dan kawan-kawan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

Selalu memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi.

Penulis sadar bahwa penyususan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail ke

ziginzidza@gmail.com, Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amin

Jakarta, 02 Juni 2014

(11)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SIMBOL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 10

1.3. Batasan Masalah ... 11

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

1.6. Metodelogi Penelitian ... 13

1.6.1. Metode Pengumpulan Data... 13

1.6.2. Metode Pengembangan Sistem... 14

1.7. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

2.1. Pengertian Rancang Bangun ... ... 16

2.2. Sistem Informasi ... 16

(12)

ix

2.3.2. Data Spasial... 21

2.3.3. Format Data Spasial... 22

2.3.4. Sumber Data Spasial... 25

2.4. Konsep Dasar Informasi Geografis ... 27

2.4.1. Sistem Informasi Geografis... 28

2.4.2. Peta... 28

2.4.3. Skala Peta... 29

2.4.4. Sistem Koordinat... 29

2.4.5. Grid... 30

2.5. Metode Pengembangan Sistem ... 30

2.5.1. Perancangan Berorientasi Objek... 31

2.6. Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah ... 31

2.7. Sekilas Tentang Rawan Bencana ... 32

2.8. Pengertian Dasar Tentang Banjir dan DAS ... 32

2.8.1. Pengertian Banjir... 32

2.8.1.1. Definisi Banjir... 32

2.8.1.2. Faktor Penyebab Banjir... 34

2.8.1.3. Akibat Banjir... 39

2.8.2. Daerah Aliran Sungai (DAS)... 40

2.8.2.1. Pemahaman Umum... 40

2.8.2.2. Karakteristik DAS... 42

2.9. Pengertian Web ... 44

2.10. Rapid Application Development (RAD) ... 45

2.10.1. Definisi Rapid Application Development (RAD)... 45

2.10.2. Tahapan Rapid Application Development (RAD)... 45

(13)

x

2.12.1. Sejarah UML... 50

2.12.2. Diagram UML... 50

2.13. ArcView GIS ... 53

2.14. Web GIS ... 54

2.15. Bahasa Pemograman PHP ... 55

2.15.1. Pengertian PHP... 55

2.15.2. Fungsi Dalam PHP ... 57

2.16. OpenGeo Suite ... 58

2.16.1. OpenGeo Arsitektur ... 59

2.16.2. OpenGeo Suite Enterprise Edition dan Community Edition... 60

2.16.3. Komponen OpenGeo Suite... 61

2.16.4. SQL Structure Query Language... 65

2.17. XAMPP ... 66

2.18. Macromedia ... 67

2.18.1. Macromedia Dreamweaver...... 67

2.18.2. Macromedia Flash... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... . 68

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... . 68

3.2. Objek Penelitian ... . 68

3.3. Data dan Perangkat ... . 72

3.3.1. Data... 72

3.3.2. Perangkat... 73

3.4. Prosedur Penelitian ... .... 74

(14)

xi

3.6. Survey ... .... 81

3.7. Metode Pengembangan Sistem ... 84

3.8. Kerangka Berpikir ... 92

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 93

4.1. Requirement Planing ... 93

4.1.1. Tujuan Perancang Sistem... 93

4.1.2. Kebutuhan Sistem... 93

4.1.2.1. Profil BAPPEDA Tangerang Selatan... 94

4.1.2.2. Identifikasi Kebutuhan Sistem... 109

4.1.3. Sistem Berjalan... 110

4.1.4. Identifikasi Masalah... 111

4.1.5. Sistem Usulan... 112

4.2. Kebutuhan Peta ... 114

4.3. Workshop Design ... 115

4.3.1. Perancangan Proses... 115

4.3.1.1. Use Case Diagram dan Narasi... 115

4.3.1.2. Activity Diagram... 135

4.3.1.3. Class Diagram... 154

4.3.1.4. Sequence Diagram... 155

4.3.2. Perancang Database... 169

4.3.3. Perancang User Interface... 173

4.4. Implementation ... 184

4.4.1. Tahap Persiapan Data... 185

4.4.2. Pembangunan Sistem ... 185

(15)

xii

5.2. Saran ... 189

(16)

xiii

GAMBAR HALAMAN

Gambar 1.1 Grafik Rawan Banjir ... 2

Gambar 2.10 Tampilan Dashboard dari OpenGeo Suite ... 58

Gambar 2.11 Arsitektur Standar OpenGeo ... 59

Gambar 2.12 Tampilan PostGIS Admin pada OpenGeo Suite ... 62

Gambar 2.13 Tampilan Aplikasi Web GeoServer ... 62

Gambar 2.14 Tampilan Aplikasi Web GeoEditor ... 63

Gambar 2.15 Tampilan Aplikasi WebStyler... 64

Gambar 2.16 Tampilan Aplikasi Web GeoExplorer ... 65

Gambar 2.17 Tampilan Konfigurasi XAMPP ... 66

Gambar 3.1 Wilayah Kota Tangerang Selatan ... 71

Gambar 3.2 Tampilan Tools GPS ... 81

Gambar 3.3 Pengolahan Data Koordinat-1 ... 82

Gambar 3.4 Pengolahan Data Koordinat-2 ... 83

(17)

xiv

Gambar 4.3 Sistem yang Diusulkan ... 112

Gambar 4.4 Use Case Diagram ... 117

Gambar 4.5 Activity Diagram Registrasi ... 136

Gambar 4.6 Activity DiagramLogin ... 137

Gambar 4.13 Activity Diagram Kelola Kritik dan Saran... 147

Gambar 4.14 Activity Diagram Input Kritik dan Saran ... 148

Gambar 4.15 Activity Diagram Kelola Data ... 150

Gambar 4.16 Activity Diagram Pengajuan Data ... 152

Gambar 4.17 Activity Diagram Laporan Data ... 153

Gambar 4.25 Sequence Diagram Masyarakat dengan Profil ... 161

Gambar 4.26 Sequence Diagram Masyarakat dengan Peta ... 162

Gambar 4.27 Sequence Diagram Masyarakat dengan Berita ... 163

Gambar 4.28 Sequence Diagram Masyarakat dengan Kritik dan Saran ... 164

(18)

xv

Gambar 4.34 Struktur Menu BNPB ... 175

Gambar 4.35 Struktur Menu PU ... 175

Gambar 4.36 Halaman Registrasi ... 176

Gambar 4.37 Halaman login ... 177

Gambar 4.38 Halaman Admin ... 177

Gambar 4.39 Halaman Kelola Peta ... 178

Gambar 4.40 Halaman Kelola Berita ... 178

Gambar 4.41 Halaman Kelola Akun ... 179

Gambar 4.42 Halaman Kritik dan Saran ... 179

Gambar 4.43 Halaman Kelola Profil ... 180

Gambar 4.44 Halaman Kelola Data ... 180

Gambar 4.45 Halaman Utama ... 181

Gambar 4.46 Halaman Lihat Profil ... 181

Gambar 4.47 Halaman Kelola Profil ... 182

Gambar 4.48 Halaman Lihat Peta ... 182

Gambar 4.49 Halaman Isi Kritik dan Saran ... 183

Gambar 4.50 Halaman Pengajuan Data ... 183

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 2.1 Perbandingan Jurnal ... 8

Tabel 2.1 Keterangan Sumber Data Spasial ... 26

Tabel 2.2 Spesifikasi Pengguna OpenGeo Suite ... 60

Tabel 3.1 Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan ... 71

Tabel 3.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan ... 72

Tabel 3.3 Penelitian Terdahulu ... 77

(20)

xvii

Tabel 4.21 Database Kritik dan Saran ... 172

Tabel 4.22 Database Admin ... 173

(21)

xviii

(Whitten et al, 2004)

Simbol Keterangan

Actor

Use case

Association

<<dependson>> Depends on

<<uses>> Uses (includes)

Inheritance

Actor1

(22)

xix

Simbol Keterangan

Class

1. class name

2. attributes

3. behaviors

Association

Generalization

Class 1

(23)

xx

Simbol Keterangan

Object

Lifeline

Messages

(24)

xxi

Simbol Keterangan

Activity

Initiate Activities

Start of the Process

Termination of the

Process

Synchronization Bar

(25)

xxii

Simbol Keterangan

Package

Node

(26)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Wawancara

Lampiran 2 Tampilan Web

Lampiran 3 Source Code Program

(27)
(28)

1

1.1. Latar Belakang

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang berbentuk

pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang No 51 tahun 2008

tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal

26 November 2008. Pembentukan daerah otonom tersebut, yang merupakan

pemekaran dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan

meningkatkan pelayanan dalam bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan

Kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan

potensi daerah. Dengan 36 Kecamatan luas wilayah ± 1.159,05 km2 dan

jumlah penduduk lebih dari tiga juta orang, pelaksanaan pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Tengerang dirasakan belum

sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan

memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah

otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga pelayanan publik

dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat.

Sebagai kota administratif Tangerang melaju begitu tinggi, kota ini

memiliki karakteristik sebagai daerah perindustrian yang tak ada hutan atau

sawah, memiliki curah hujan yang tinggi yaitu, rata-rata curah hujan antara

(29)

air sungai meluap, posisi Tangerang berada pada rata-rata ketinggian 0 - 30

m di atas permukaan laut, kemiringan lahan antara 0 - 3%, bagian utara dan

memiliki rata-rata ketinggian 10 meter di atas permukaan laut, sehingga air

dari hulu mengalir ke daerah yang sangat rendah.

Gambar 1.1 Grafik Rawan Banjir

(Sumber: Hasil Monitoring Drainase Dinas Bina Marga & Pengairan Kota

Tangerang Selatan, 2010)

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwasannya daerah ini

mempunyai suatu masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan

di lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin berupa bencana banjir. Lokasi

rawan banjir terdapat di sepanjang beberapa sungai yang mengalir di Kota

(30)

Pada era globalisasi ini sudah meluas ke seluruh sendi kehidupan.

Semakin tinggi pemikiran manusia, manusia akan selalu berusaha untuk

membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah.

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya daerah

rawan banjir di wilayah tersebut, dikarenakan banyaknya Potensi bencana

limpasan air dari situ seperti yang pernah terjadi dengan Situ Gintung akibat

jebolnya tanggul juga masih ada, karena terdapat beberapa situ yang

permukaannya lebih tinggi dibandingkan wilayah permukiman.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor

38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 20 ayat 2 huruf (d) menjelaskan

tentang perlindungan terhadap dataran banjir dan Pasal 41 ayat 2 huruf (a)

Pengelolaan dataran banjir yang meliputi penetapan batas dataran banjir.

Kemudian untuk menentukkan kawasan dataran banjir berdasarkan

Peraturan Daerah (PERDA) kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan Pasal 44 ayat

2, kawasan rawan bencana banjir yang meliputi : Kecamatan Pondok Aren,

Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Serpong,

(31)

Gambar 1.2 Peta Kontur Tanah dan Rawan Banjir

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2013)

Dapat dilihat bahwasannya wilayah Kota Tangerang Selatan

mempunyai kawasan rawan banjir yang sebenarnya harus ditangani oleh

(32)

(PP) Nomor 38 Tahun 2011 tentang s ungai bagian keempat

Pengendalian Da ya Rusak Air Sungai Pasal 34 ayat 2,

Pengelolaan resiko banjir dilakukan secara terpadu bersama

pemilik kepentingan, dari pasal 34 ayat 2 yang berkenaan dengan

“pemilik kepentingan” berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia (PP) Nomor 38 tahun 2011 tentang sungai pasal 34 ayat

2, yang dimaksud dengan “pemilik kepentingan” adalah semua individu

perorangan, grup, perusahaan, organisasi, asosiasi, dan instansi pemerintah

yang terkait dalam pengelolaan resiko banjir, dengan adanya peraturan

tersebut, suatu kawasan rawan banjir merupakan masalah yang harus di

tangani bersama, supaya dapat melakukan pencegahan ataupun penanganan

lebih awal.

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi

dengan sangat pesat khususnya di bidang internet banyak orang yang

mengubah cara menyebarkan informasi dari cara tradisional menjadi cara

modern dengan menggunakan situs web sebagai media penyebaran

informasi yang lebih praktis, ekonomis dan dapat diakses di manapun secara

luas. Melalui internet selain pemakai dapat melihat perkembangan teknologi

dengan mengunjungi situs-situs yang ada, pemakai juga dapat memperoleh

berbagai informasi baik informasi dalam negeri maupun luar negeri. Setiap

pengguna internet dapat Mangaksesnya tanpa batas waktu dan manfaatnya

(33)

perbankan, geografis, perindustrian, perdagangan, pariwisata, pendidikan

maupun bidang lainnya.

Sistem informasi berupa website diharapkan lebih mudah dalam

memberikan informasi secara luas kepada masyarakat ataupun instansi

pendukung. Dengan adanya informasi berbentuk sistem Web spasial dapat

mempermudah untuk monitoring suatu daerah secara terkomputerisasi.

Sistem ini juga diharapkan dapat membantu Pemerintah Daerah untuk

bekerja maksimal bukan hanya memberikan informasi tetapi juga

memberikan layanan berupa keputusan yang tepat dalam pencegahan banjir

di wilayah rawan banjir tersebut. Untuk menangani suatu daerah rawan

banjir maka perlu diketahui kondisi yang menjadi penyebabnya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) berwenang

dalam perencanaan dan pembangunan daerah di wilayah kota Tangerang

Selatan. Dalam melakukan kegiatan tersebut BAPPEDA mengalami

kesulitan untuk menganalisa serta menyampaikan informasi pemetaan

daerah banjir. Karena selama ini masih menggunakan peta konvensional.

Peta konvensional sulit untuk diupdate serta memiliki resiko kerusakan dan

kehilangan data yang besar.

Perbedaan yang mendasar antara Sistem Informasi Spasial atau SIG

modern dengan SIG konvensional terdapat pada alat. Sistem Informasi

spasial atau SIG modern selalu menggunakan seperangkat alat komputer

dalam analisisnya, sedangkan analisis dalam SIG konvensional dilakukan

(34)

proses buffering, semua proses dalam SIG konvensional dilakukan secara

manual dan semimanual atau perpaduan antara digital dengan analisis

manual. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut.

Gambar 1.3 Proses Pengolahan Data

(Sumber :Anjayani, Eni dan Haryanto, Tri. 2009. Geografi untuk Kelas XII

SMA/MA.)

Melihat permasalahan di atas, peneliti tertarik membagun sebuah

aplikasi yang berbasis web tentang “Rancang Bangun Sistem Informasi

Spasial Kawasan Rawan Banjir Berbasis Web (Studi Kasus: Kota

Tangerang Selatan)”.

Berikut merupakan beberapa jurnal yang menjadi perbandingan

dalam pembuatan sistem informasi spasial berbasis web kawasan rawan

(35)

Tabel 1.1 Perbandingan Jurnal

No

Nama Pengarang

dan Judul

Tujuan Metode Hasil Perbandingan

1 Anik Vega sering terjadi di daerah tertentu banjir, tetapi tidak memberikan

Sistem yang dibuat tidak banyak

Admin sulit untuk

dapat mengupdate

(36)

No

Nama Pengarang

dan Judul

Tujuan Metode Hasil Perbandingan

Geografis

penelitian dibutuhkan

masyarakat dan melibatkan

masalah pengairan aliran sungai DAS

(37)

No

Nama Pengarang

dan Judul

Tujuan Metode Hasil Perbandingan

di Provinsi rawan banjir di Sub DAS rawan banjir pada daerah aliran sungai DAS

.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diuraikan berdasarkan permasalahan

yang ada yaitu, bagaimana merancang dan membangun sistem informasi

spasial berbasis web kawasan rawan banjir (studi kasus : Tangerang

(38)

1.3. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan yang sesuai

dengan judul penelitian ini, maka batasan permasalahan penelitian ini

adalah:

1. Wilayah kota yang diteliti adalah Kota Tangerang Selatan.

2. Data spasial dan tabular yang digunakan dan ditampilkan adalah data

yang berasal dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kota

Tangerang Selatan.

3. Informasi yang ditampilkan bersifat spasial dan nonspasial berbasiskan

WebGIS.

4. Metode pengembangan sistem menggunakan Object Oriented dengan

model pengembangan Rapid Application Development (RAD).

5. Peneliti tidak melakukan analisis spasial.

6. Peneliti hanya membahas tentang kawasan Rawan Banjir.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan sistem informasi spasial berbasis web Rawan Banjir

Kota Tangerang Selatan.

2. Menampilkan informasi spasial dan nonspasial daerah Rawan Banjir

(39)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ialah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1), Sistem

Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

b. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.

c. Peneliti mampu membangun sistem informasi spasial pada Rawan

Banjir berbasis web.

2. Bagi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan:

a. Sebagai salah satu sarana dalam memberikan informasi persebaran

beserta data spasial dan non spasial Rawan Banjir kepada seluruh

masyarakat pada umumnya.

b. Membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam pemberi

ijin pembangunan pemukiman dan monitoring daerah aliran sungai.

3. Bagi Masyarakat Kota Tangerang Selatan:

Masyarakat khususnya kota Tangerang Selatan dapat mendapatkan

(40)

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam tahapan ini yaitu dengan

cara :

1. Observasi

Merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk

merancang dan membangun sistem Informasi Spasial

permasalahan Rawan Banjir di Kota Tangerang Selatan.

2. Wawancara (interview)

Yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan

tatap muka secara langsung dengan orang yang menjadi

sumber data atau objek penelitian. Wawancara yang baik harus

mempunyai pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan

yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

3. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku

literature, peraturan perundang-undangan, majalah, surat

kabar, hasil seminar dan sumber lain yang terkait dengan

(41)

1.6.2. Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang dipakai dalam

penelitian skripsi ini adalah metode berorientasi objek dengan

model pengembangan Rapid Application Development (RAD)

yang memiliki tahapan-tahapan, yaitu perencanaan syarat-syarat,

workshop design, dan implementasi (Kendall & Kendall, 2008).

Dalam metode pengembangan sistem ini menggunakan UML

(Unified Modelling language).

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah,

Tujuan, Manfaat dan Sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang segala macam teori serta konsep yang berkaitan

dengan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang bagaimana dan seperti apa metode yang

digunakan dalam melakukan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan berdasarkan penelitian yang

(42)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan simpulan dan saran berdasarkan penelitian yang

(43)
(44)

16

2.1. Pengertian Rancang Bangun

Perancangan atau rancang merupakan serangkaian prosedur untuk

menerjemahkan hasil analisis dan sebuah sistem ke dalam bahasa

pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana

komponen-komponen sistem diimplementasikan. Sedangkan pengertian pembangunan

atau bangun sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun

mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik secara keseluruhan

maupun sebagian (Pressman, 2002).

2.2. Sistem Informasi

2.2.1. Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk

melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran

tertentu (Jogiyanto, 2005).

Agar lebih mudah memahami apa dan bagaimana sistem

digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan prosedur dan

(45)

1. Prosedur

Pemahaman sistem dengan pendekatan prosedur, yaitu suatu

urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Prosedur adalah rangkaian

operasi, yang melibatkan beberapa benda (seperti ALU, Control

Unit) di dalam suatu atau lebih komponen (seperti memori dan

CPU, jika dalam sistem komputer) yang digunakan untuk

menjamin penanganan yang seragam dari aktivitas-aktivitas

pengolahan yang terjadi serta untuk menyelesaikan suatu

kegiatan pengolahan data tertentu.

Urutan kegiatan digunakan untuk menjelaskan apa (what) yang

harus dikerjakan, serta berapa banyak kuantitas pekerjaan

tersebut, siapa (who) yang mengerjakannya, kapan (when)

dikerjakannya dan bagaimana (how) mengerjakannya

2. Komponen / Elemen

Pemahaman sistem dengan pendekatan komponen/elemen, yaitu

kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu sistem dapat terdiri

dari beberapa susbsistem. Subsistem-subsistem dapat pula terdiri

(46)

2.2.2. Pengertian Informasi

Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah

bentuk yang berguna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam

pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Kadir, 2003).

Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang

menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan nya. Kejadian

(event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu. Informasi

diperoleh setelah data-data mentah diproses atau diolah. Menururt

john Burch dan Gary Grudnitski dalam Al-Bahra (2005), agar

informasi dihasilkan lebih berharga maka informasi harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:

1. Informasi harus akurat, sehingga mendukung pihak manajemen

dalam mengambil keputusan.

2. Informasi harus relevan, benar-benar terasa manfaatnya bagi

yang membutuhkan.

3. Informasi harus tepat waktu, sehingga tidak ada keterlambatan

pada saat dibutuhkan.

Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian

(47)

Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif

dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut.

Sedangkan kualitas informasi tergantung pada tiga hal

sebagai berikut:

1. Relevan (relevancy), artinya informasi yang berkualitas akan

mampu menunjukkan relevansi kejadian masa lalu, hari ini, dan

masa depan sebagai sebuah bentuk aktivitas yang kongkrit dan

mampu dilaksanakan, dan dibuktikan oleh siapa saja.

2. Akurat (accuracy), artinya suatu informasi dikatakan berkualitas

jika seluruh kebutuhan informasi tersebut telah tersampaikan

(completeness), seluruh pesan telah sesuai (correctness), serta

pesan yang disampaikan sudah lengkap atau hanya sistem yang

diinginkan oleh user.

Tepat waktu (timeliness), berbagai proses dapat diselesaikan dengan

tepat waktu, laporan-laporan yang dibutuhkan dapat disampaikan

(48)

2.2.3. Konsep Dasar Sistem Informasi

Menurut Budihar dalam Prahasta (2005:40) sistem informasi

adalah suatu sistem manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan

informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan

pengambilan keputusan dalam organisasi.

Leitch dan Davis dalam Jogiyanto (2005:11) mendefinisikan

Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,

mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari

suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan

yang diperlukan.

Maka jika ditarik kesimpulan dari pendapat beberapa pakar

tersebut, sistem informasi merupakan sistem berbasis komputer yang

berguna untuk menghasilkan informasi dari data yang tersedia, dan

(49)

2.3. Konsep Dasar Data

2.3.1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah segala macam pengolahan terhadap

data atau kombinasi-kombinasi dari berbagai macam pengolahan

terhadap data untuk membuat data berguna sesuai dengan hasil yang

diinginkan.

Menurut Jogiyanto (2005) Pengolahan Data adalah

manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berguna. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pengolahan data merupakan

kegiatan yangdilakukan dengan menggunakan masukan berupa data

dan menghasilkan informasi yangbermanfaat untuk tujuan sesuai

dengan yang direncanakan.

2.3.2. Data Spasial

SIG mempunyai dua unsur pokok yang menjadi dasar konsep

SIG yaitu, informasi spasial, dan data yang mengacu pada kondisi

riil bumi, yang dalam proses pengolahan dan penyajiannya ditunjang

oleh sistem komputerisasi yang berupa perangkat lunak maupun

perangkat keras (hardware). Informasi spasial adalah informasi yang

(50)

antara suatu objek dengan objek lainnya yang saling terhubung.

(Vieatoz, 2005).

Menurut Puntodewo (2003) data spasial mempunyai dua

bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu

informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang

dijelaskan berikut ini :

1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik

koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ,

termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu

lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan

dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode

pos, dan sebagainya.

2.3.3. Format Data Spasial

Menurut GIS Konsorsium Aceh Nias (2007) secara sederhana

format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode

penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya.

Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format,

(51)

1. Data vector

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke

dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis

yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes

(merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Gambar 2.1 Data Vektor

Keuntungan utama dari format data vektor adalah

ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis

lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan

ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster.

Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan

hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor

yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi

(52)

2. Data raster

Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang

dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster,

obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang

disebut dengan pixel (picture element).

Gambar 2.2 Data Raster

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung

pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel

menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang

diwakili oleh setiap pixel ada citra. Semakin kecil ukuran

permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin

tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk

merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,

seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan

(53)

ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula

ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat

keras yang tersedia.

Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat

tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume

data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta

kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis

dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit

untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data

raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang

lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih

mudah digunakan secara matematis.

2.3.4. Sumber Data Spasial

Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber

diantaranya adalah citra satelit, peta analog, foto udara, data tabular

dan data survei. Penjelasan dari masing-masing sumber dapat dilihat

(54)

Tabel 2.1 Keterangan Sumber Data Spasial

No Sumber Data Spasial Keterangan

1. Citra Satelit Data ini menggunakan satelit

sebagai wahananya. Satelit tersebut

menggunakan sensor untuk dapat

merekam kondisi atau gambaran

dari permukaan bumi.

2. Foto Udara Data ini didapat dengan

menggunakan pesawat udara

sebagai wahananya dengan

cakupan wilayah yang tidak luas.

3. Peta Analog Peta analog merupakan bentuk

tradisional dari data spasial, dimana

data ditampilkan dalam bentuk

kertas atau film. Oleh karena itu

dengan perkembangan teknologi

saat ini peta analog tersebut dapat

di scan menjadi format digital

(55)

basis data.

4. Data GPS Data yang dihasilkan dari GPS

(Global Positioning System) yang

memberikan informasi nilai

koordinat dimana kita berada.

5. Data Survei Data ini dihasilkan dari hasil survei

atau pengamatan lapangan.

Contohnya adalah pengukuran

persil lahan dengan menggunakan

metode survei terestris.

2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru

dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang

berasal dari dunia nyata (geografi) dapat disimpan dan diproses sedemikian

rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk yang sederhana sesuai dengan

kebutuhan. Menurut Prahasta (2005) dalam beberapa literatur, SIG

dipandang sebagai hasil dari perkawinan antara sistem komputer untuk

bidang kartografi (CAC) atau sistem komputer untuk bidang perancangan

(56)

2.4.1. Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis adalah system computer yang

digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,

mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan

data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi

(Charter, 2004).

2.4.2. Peta

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peta adalah

“Gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang

menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya;

representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan

sifat-sifat batas daerah, sifat permukaan”.

Menurut Barus (1996) peta merupakan penyajian secara

grafis dari kumpulan data yang mentah maupun yang telah dianalisis

atau informasi sesuai lokasinya. Dengan kata lain peta adalah

bentuk sajian informasi spasial mengenai permukaan bumi untuk

(57)

2.4.3. Skala Peta

Menurut Barus (1996) pengertian skala peta adalah

perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan

satuan atau teknik tertentu. Skala peta terbagi menjadi:

1. Skala angka atau skala pecahan, contohnya seperti 1:1000 yang

berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia

nyata.

2. Skala satuan, misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1

inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.

3. Skala garis, menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan

jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang

ada.

2.4.4. Sistem Koordinat

Menurut Prahasta (2005) sistem koordinat adalah

sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat

yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya

mendefinisikan titik asal beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat

yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut untuk

menghasilkan koordinat-koordinat. Sistem koordinat dapat

(58)

1. Lokasi titik awal ditempatkan.

2. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi.

3. Arah sumbu-sumbunya

2.4.5. Grid

Salah satu komponen kartografis yang umumnya ditampilkan

dalam peta tematik adalah grid dan graticule. Menurut Prahasta

(2007) grid merupakan beberapa garis (arcs) baik horizontal maupun

vertikal yang memiliki keteraturan dalam interval sehingga

membentuk geometri-geometri bujur sangkar atau persegi panjang.

Keberadaan grid dasarnya berfungsi untuk membantu dalam

menempatkan berbagai elemen dalam agar tampak beraturan dan

pengguna peta dapat dengan mudah menginterpolasikan

koordinat-koordinat suatu unsur pada peta.

2.5. Metode Pengembangan Sistem

Pada penelitian ini, penulis menerapkan metode pengembangan

sistem Rapid Application Development (RAD) yang pertama kali

dikembangkan oleh IBM yang dikemukakan oleh James Martin (Aggarwal,

2006). Rapid Application Development (RAD) merupakan model

(59)

pada sedikitnya atau siklus pengembangan yang pendek. Model RAD

merupakan adaptasi yang cepat dari model sekuensial yang didapatkan RAD

dari penggunaan pengembangan berbasiskan komponen (Pressman, 2001).

2.5.1. Perancangan Berorientasi Objek

Object-oriented design (OOD) adalah suatu pendekatan yang

digunakan untukmenentukan solusi terbaik bagi piranti lunak dalam

hal perpaduan objek (objects), atribut (attributes) dan metode

(methods) (Whitten et al. 2004).

2.6. Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah

Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun

2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031 Pasal 1 ayat

19, Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budi daya.

Sedangkan menurut Peraturan yang sama yaitu Pasal 1 ayat 20,

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

(60)

2.7. Sekilas Tentang Rawan Bencana

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “rawan” merupakkan kata

sifat yang mempunyai arti yaitu mudah menimbulkan gangguan keamanan

atau bahaya, sedangkan banjir merupakan salah satu dari kejadian bencana

alam.

Dalam undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana pasal 1 ayat 14 rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik

geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,

politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu

tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai

kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk

bahaya tertentu. Suatu daerah dikatakan rawan banjir apabila, daerah

tersebut sering mengalami banjir.

2.8. Pengertian Dasar Tentang Banjir dan DAS

2.8.1. Pengertian Banjir

2.8.1.1. Definisi Banjir

Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak

tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai)

atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang,

(61)

sekitarnya.(Suripin,”Sistem Drainase Perkotaan yang

Berkelanjutan”). Banjir merupakan peristiwa alam yang

dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta

dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir

apabila terjadi luapan air yang disebabkan kurangnya

kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu

biasanya arus banjirnya deras, daya gerusnya besar, tetapi

durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya tidak

deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang.

Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir,

di antaranya adalah :

1. Banjir dapat datang secara tiba – tiba dengan intensitas

besar namun dapat langsung mengalir

2. Banjir datang secara perlahan namun intensitas

hujannya sedikit.

3. Pola banjirnya musiman.

4. Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi

genangan yang lama di daerah depresi.

5. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan,

erosi, dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya

(62)

evakuasi penduduk. (Robert J.Kodoatie, Sugiyanto,

2001 “Banjir”).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

(PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 7, banjir adalah

peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP)

Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 3, Dataran banjir adalah

dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang

tergenang air pada saat banjir.

2.8.1.2. Faktor Penyebab Banjir

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir.

Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat

diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang

disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang

diakibatkan oleh tindakan manusia. Berikut yang termasuk

sebab-sebab alami di antaranya adalah :

1. Curah Hujan

Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun

dengan intensitas tinggi, durasi lama, dan terjadi pada

(63)

2. Pengaruh Fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk,

fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS),

kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk

penampang seperti lebar, kedalaman, potongan

memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll,

merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya

banjir.

3. Erosi dan Sendimentasi

Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap

pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi dan

sedimentasi menjadi problem klasik sungaisungai di

Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi

kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir

di sungai

4. Menurunnya Kapasitas Sungai

Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat

disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi

DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan

(64)

vegetasi penutup dan penggunaan lahan yang tidak

tepat.

5. Pengaruh Air Pasang

Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut.

Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang

tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar

karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh ini

terjadi di Kota Semarang dan Jakarta. Genangan ini

dapat terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan

maupun di musim kemarau.

6. Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai

Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai

drainase daerah genangan yang tidak memadai,

sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan

banjir di musim hujan.

Sedangkan sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia

adalah :

1. Menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah

resapan.

Kemampuan DAS, khusunya di bagian hulu untuk

(65)

oleh berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha

pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan

perubahan tata guna lahan lainnya. Hal tersebut dapat

memperburuk masalah banjir karena dapat

meningkatkan kuantitas dan kualitas banjir.

2. Kawasan kumuh

Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang tepian

sungai merupakan penghambat aliran. Luas penampang

aliran sungai akan berkurang akibat pemanfaatan

bantaran untuk pemukiman kumuh warga. Masalah

kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting

terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

3. Sampah

Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah

langsung ke sungai bukan pada tempat yang ditentukan

dapat mengakibatkan naiknya muka air banjir.

4. Bendung dan bangunan lain

Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan

dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek

(66)

5. Kerusakan bangunan pengendali banjir

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan

pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan

dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat

meningkatkan kuantitas banjir.

6. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat

Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat

mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai

sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan

selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh

bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada

tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir

rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini

menimbulkan kecepatan aliran air menjadi sangat besar

yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan

banjir yang besar. (Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, 2001

(67)

2.8.1.3. Akibat Banjir

Kerugian akibat banjir pada umumnya sulit

diidentifikasi secara jelas, dimana terdiri dari kerugian

banjir akibat banjir langsung dan tak langsung. Kerugian

akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat

banjir yang terjadi, antara lain robohnya gedung sekolah,

industri, rusaknya sarana transportasi, hilangnya nyawa,

hilangnya harta benda, kerusakan di pemukiman, kerusakan

daerah pertanian dan peternakan, kerusakan sistem irigasi,

sistem air bersih, sistem drainase, sistem kelistrikan, sistem

pengendali banjir termasuk bangunannya, kerusakan sungai,

dsb. Sedangkan kerugian akibat banjir tak langsung berupa

kerugian kesulitan yang timbul secara tak langsung

diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan,

kesehatan, kegiatan bisnis terganggu dsb. (Robert J.

(68)

2.8.2. Daerah Aliran Sungai (DAS)

2.8.2.1. Pemahaman Umum

Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin,

watershed) merupakan daerah di mana semua airnya

mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah

ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti

ditetapkan berdasar aliran air permukaan. Batas ini tidak

ditetapkan berdasar air bawah tanah karena permukaan air

tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat

kegiatan pemakaian.

Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai

yang bersangkutan dan dibatasi oleh titik kontrol, yang

umumnya merupakan stasiun hidrometri. Memperhatikan

hal tersebut berarti sebuah DAS dapat merupakan bagian

dari DAS lain (Sri Harto Br., 1993). Dalam sebuah DAS

kemudian dibagi dalam area yang lebih kecil menjadi

sub-DAS. Penentuan batas-batas sub-DAS berdasarkan kontur,

jalan dan rel KA yang ada di lapangan untuk menentukan

arah aliran air.

Dari peta topografi, ditetapkan titik-titik tertinggi di

(69)

dan masing-masing titik tersebut dihubungkan satu dengan

lainnya sehingga membentuk garis utuh yang bertemu ujung

pangkalnya. Garis tersebut merupakan batas DAS di titik

kontrol tertentu (Sri Harto Br., 1993)

Meurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

(PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 5 menjelaskan

bahwa Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan

yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan

anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,

dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan

yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

(70)

2.8.2.2. Karakteristik DAS

Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran

permukaan meliputi (Suripin, 2004) ;

1. Luas dan bentuk DAS

Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah

besar dengan bertambahnya luas DAS. Tetapi apabila

aliran permukaan tidak dinyatakan sebagai jumlah total

dari DAS, melainkan sebagai laju dan volume per

satuan luas, besarnya akan berkurang dengan

bertambahnya luas DAS. Ini berkaitan dengan waktu

yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh

sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga

penyebaran atau intensitas hujan

2. Topografi

Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti

kemiringan lahan, keadaan dan kerapatan parit dan /

atau saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya

mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran

permukaan. DAS dengan kemiringan curam disertai

parit/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan

(71)

dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit

yang jarang dan adanya cekungan-cekungan. Pengaruh

kerapatan parit, yaitu panjang parit per satuan luas

DAS, pada aliran permukaan adalah memperpendek

waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju aliran

permukaan.

3. Tata guna lahan

Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan

dinyatakan dalam koefisien aliran permukaan (C), yaitu

bilangan yang menunjukkan perbandingan antara

besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan.

Angka koefisien aliran permukan ini merupakan salah

satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu

DAS. Nilai C berkisar antara 0 sampai 1. Nilai C = 0

menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan

terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1

menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai

(72)

2.9. Pengertian Web

Menurut Abdul Kadir (2005:2) World Wide Web (WWW) atau biasa

disebut dengan Web merupakan salah satu sumber daya Internet yang

berkembang pesat. Saat ini, informasi Web didistribusikan melalui

pendekatan hyperlink, yang memungkinkan suatu teks, gambar, ataupun

objek yang lain menjadi acuan untuk membuka halaman-halaman Web yang

lain. Dengan pendekatan hyperlink ini, seseorang dapat memperoleh

informasi dengan meloncat dari suatu halaman ke halaman yang lain.

Halaman-halaman yang diaksespun dapat tersebar di berbagai mesin dan

bahkan di berbagai negara.

Dengan menggunakan pendekatan Web dinamis, dimungkinkan

untuk membentuk aplikasi berbasis Web yang berinteraksi dengan database.

Sebagai contoh, sistem informasi akademis berbasis Web memungkinkan

seorang mahasiswa melihat informasi tentang nilai dari

matakuliah-matakuliah yang sudah diambilnya dari luar kampus (dimana saja). Selain

itu, pada masa semester baru, mahasiswa dapat memasukkan data KRS

(73)

2.10. Rapid Application Development (RAD)

2.10.1. Definisi Rapid Application Development (RAD)

RAD atau pengembangan aplikasi cepat adalah pendekatan

berorientasi objek untuk pengembangan sistem yang meliputi

metode pengembangan serta perangkat lunak (Kendall, 2008).

a. RAD merupakan alat digunakan untuk menghasilkan layar

dan menunjukkan aliran keseluruhan aplikasi.

b. Pengguna menyetujui rancangan dan menandatangani model

visual.

c. Implementasi kurang karena pengguna membantu untuk

merancang aspek bisnis dari sistem.

2.10.2. Tahapan Rapid Application Development

Ada tiga fase Rapid Application Development (RAD) yaitu

(Kendall, 2008):

1. Rencana Kebutuhan (Requirement Planning).

Pada tahap ini, user dan analyst melakukan semacam

pertemuan untuk melakukan identifikasi tujuan dari aplikasi

atau sistem, dan melakukan identifikasi kebutuhan informasi

untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini hal terpenting adalah

adanya keterlibatan dari kedua belah pihak, bukan hanya

(74)

jauh lagi, keterlibatan user bukan hanya dari satu tingkatan

pada suatu organisasi, melainkan beberapa tingkatan organisasi

sehingga informasi yang dibutuhkan untuk masing-masing

user dapat terpenuhi dengan baik.

2. Proses Desain (Workshop Design)

Pada tahap ini adalah melakukan proses desain dan

melakukan perbaikan-perbaikan apabila masih terdapat

ketidaksesuaian desain antara user dan analyst.

3. Implementasi (Implementation)

Setelah desain dari sistem yang akan dibuat sudah

disetujui baik oleh user maupun analyst, maka pada tahap ini

programmer mengembangkan desain menjadi suatu program.

Setelah program selesai baik sebagian maupun secara

keseluruhan, maka dilakukan proses pengujian terhadap

program tersebut apakah terdapat kesalahan atau tidak sebelum

(75)

Gambar 2.4 Tahapan RAD (Sumber: Kendall, 2008)

2.11. Pendekatan Membangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis

Web

2.11.1. Basis Data

Menurut Hariyanto (2004:3) data adalah rekaman mengenai

fenomena/fakta yang ada atau yang terjadi. Data merupakan

sumber daya penting pada manajemen modern. Lebih lanjut

menurutnya, Basis data adalah kumpulan data (elementer) yang

secara logik berkaitan dalam domain tertentu untuk mendukung

aplikasi pada sistem tertentu. Basis data merupakan komponen

utama sistem informasi karena semua informasi untuk pengambilan

keputusan berasal dari data di basis data. Pengelolaan basis data

yang buruk dapat mengakibatkan ketidaktersediaan data penting

yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan

(76)

Penggunaan basis data dalam SIG akan mendapatkan

keuntungan-keuntungan seperti berikut:

1. Reduksi duplikasi data.

2. Kemudahan, kecepatan dan efisiensi akses data.

3. Penjagaan integritas data.

4. Menyebabkan data menjadi documented dan

self-descriptive.

5. Meningkatkan faktor keamanan.

2.11.2. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basisdata atau DBMS (Database

Management System) menurut Hariyanto (2004:4) adalah perangkat

lunak untuk medefinisikan, menciptakan, mengelola, dan

mengendalikan pengaksesan basis data. Fungsi sistem manajemen

basis data saat ini yang paling penting adalah menyediakan basis

untuk sistem informasi manajemen. Tujuan utama sistem basis data

adalah menyediakan lingkungan yang nyaman dan efisien untuk

penyimpanan dan pengambilan data dari basis data. Sistem

manajemen basis data berperan memberi abstraksi data tingkat

tinggi ke pemakai. Tujuan lain sistem manajemen basis data antara

(77)

1. Menghindari redundansi dan inkonsistensi data

2. Menghindari kesulitan pengaksesan data

3. Menghindari isolasi data

4. Menghindari terjadinya anomali pengaksesan konkuren

5. Menghindari masalah-masalah keamanan

6. Menghindari masalah-masalah integritas.

2.11.3. Pengembangan Tipe Basis Data Spasial

Aplikasi SIG berbasis internet menurut Eddy Prahasta

(2007:19) tidak memiliki tipe data spasial khusus yang baru atau

tersendiri, melainkan menggunakan yang sudah ada (yang juga

terbaca oleh desktop-based atau workstation: vektor mulai dari

coverage ArcInfo, Shapefile ArcView, Table dan MIF

MapInfo,DXF/DWG-nya AutoCad,GeoDatabase-nya ArcGis, dan

lain sebagainya.

2.12. UML (Unified Modelling Language)

UML adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak

yang berparadigma berorientasi objek. Pemodelan (modeling) sesungguhnya

(78)

kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami.

(Nugroho, 2010).

2.12.1. Sejarah UML

UML pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990-an

ketika Grady Booch dan Ivar Jacobson dan James Rumbaugh mulai

mengadopsi ide-ide serta kemampuan-kemampuan tambahan dari

masing-masing metodenya dan berusaha membuat metodologi

terpadu yang kemudian dinamakan Unified Modelling Language

(UML). UML merupakan metode pengembangan perangkat lunak

(sistem informasi) dengan metode grafis yang mudah dipahami

(Nugroho, 2010).

2.12.2. Diagram Dalam UML

Ada beberapa jenis diagram resmi yang digunakan dalam

UML untuk menggambarkan sebuah sistem berdasarkan objeknya

(Sholiq, 2006), yaitu :

1. Use case Diagram, menggambarkan sekumpulan use case dan

actor dan hubungan antara mereka. Use case diagram

mempunyai peranan penting dalam pengorganisasian dan

(79)

Gambar 2.5Use case Diagram

(Sumber: Sholiq, 2006)

2. Class Diagram terdiri atas sekumpulan class dan interface

lengkap dengan kolaborasi dan hubungan antara mereka. Pada

classdiagram, terdapat simbol-simbol:

a. Simbol ‘+’ untuk menandakan public

b. Simbol ‘-‘ untuk menandakan private

c. Simbol ‘#’ untuk menandakan protected

Gambar 2.6Class Diagram

(Sumber: Sholiq, 2006)

3. Activity Diagram, menggambarkan berbagai alir aktivitas

(80)

Gambar 2.7ActivityDiagram

(Sumber: Sholiq, 2006)

4. Sequence Diagram, diagram interaksi yang menekankan pada

urutan waktu dari pertukaran message.

Object 2 Object 3

: Object 1

Operation 1 ( )

Operation 2 ( )

Return Object

Operation 3 ( )

Operation 5 ( ) Operation 4 ( )

Gambar 2.8Sequence Diagram

(81)

2.13. ArcView GIS

ArcView GIS merupakan perangkat lunak Sistem Informasi

Geografis yang di kembangkan oleh Environmental Research Institute Inc.

(ESRI). Dengan ArcView, pengguna dapat melakukan visualisasi,

eksplorasi, melakukan query (secara spasial dan non spasial), menganalisis

data secara geografis dan sebaliknya. (Prahasta:2002)

Secara umum kemampuan ArcView dapat di jabarkan sebagai berikut :

a. Melakukan analisis statistika dan operasi matematika.

b. Menampulkan informasi (basis data) spasial maupun atribut.

c. Menjawab query spasial dan atribut.

d. Membuat peta tematik.

e. Melakukan fungsi dasar SIG (seperti : menampilkan peta tematik,

melakukan query sederhana) dan fungsi yang lebih kompleks (seperti :

menampilkan peta kepadatan, melakukan fungsi keterkaitan dan

pengukuran kesimanbungan).

f. Meng-customize aplikasi dengan mengguanakan bahasa pemrograman

Avenue yang telah terintegrasi dengan ArcView.

ArcView memanfaatkan data shapefile. Shapefiles adalah data

spasial yang bersifat non-topologis untuk menyimpan informasi lokasi

(82)

dapat mendukung representasi berbagai macam penampakan baik titik,

garis maupun polygon.

Beberapa istilah yang sering di gunakan pada ArcView antara lain

themes dan layer. Themes adalah serangkain penampakan geografis

dalam sebuah view (tampilan peta). Sebuah themes biasanya berisi satu

macam tema data. Misalnya, sebuah theme berisi data tentang jalan,

sungai, atau lokasi kantor polisi. Layer dapat di definisikan sebagai

tempat suatu data digital di tampilkan dengan mewakili suatu theme

tertentu pada suatu view.

2.14. Web GIS

Web GIS merupakan sistem informasi Geografis yang berbasis web

yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Web GIS

merupakan gabungan antar design grafis pemetaan, peta digital, dengan

analisa geografis, pemrograman komputer, dan sebuah database yang saling

terhubung menjadi satu bagian web desain dan web pemetaan. Berikut

Gambar

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya daerah
Gambar 1.2 Peta Kontur Tanah dan Rawan Banjir
Gambar 1.3 Proses Pengolahan Data
Tabel 1.1 Perbandingan Jurnal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Halaman ini menampilkan data club tenis meja di kota bandung yang dikelola oleh admin untuk tambah, edit dan hapus data. Data ini nantinya akan ditampilkan pada menu jadwal di

Data Jadwal Pelajaran Ditampilkan Setelah siswa, wali siswa, wali kelas, dan guru memilih tombol jadwal pelajaran, sistem akan menampilkan table jadwal pelajaran.

Actor mengirim message memilih menu kuis online pada object soal. kemudian mengirimkan kembali message menampilkan list judul

dokumen catin dan memilih kategori data dan dokumen catin sistem akan menampilkan data dan dokumen catin yang dipilih, lalu actor melakukan proses verifikasi

Pada layar peta FUK berisi informasi dan menampilkan letak Kelurahan, Kecamatan, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, puskesmas kecamatan, dan puskesmas kelurahan

Setiap guru harus memasukkan nilai pada kolom yang sudah disediakan, kemudian inputan tersebut akan diproses dan sistem menampilkan form detail penilaian mata

Dari Gambar Activity Diagram Menambah Setoran Sampah dapat dijelaskan bahwa ketika Sistem menampilkan Halaman utama teller, selanjutnya teller memilih menu setoran,

L4- Data Attribut Peta Jenis Tanah Sub DAS Dengkeng L5- Data Attribut Peta Jaringan Sungai Sub DAS Dengkeng L6- Data Attribut Peta Kemiringan Lereng Sub DAS Dengkeng L7- Data