• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep uang elektronik dan peluang implementasinya pada perbankan syariah :studi kritis terhadap peraturan bank indonesia nomor 11/12/pbi/2009 tentang uang elektronik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep uang elektronik dan peluang implementasinya pada perbankan syariah :studi kritis terhadap peraturan bank indonesia nomor 11/12/pbi/2009 tentang uang elektronik"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

ASEP SAIFUL BAHRI

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

proses pembayaran secara lebih cepat, efisien, dan aman dengan biaya yang relatif

lebih murah dari pada menggunakan instrumen pembayaran elektronis lainnya seperti

debit card dan credit card.

Uang elektronik pada dasarnya sama seperti uang tunai sebagai alat

pembayaran, karena apapun satuan nilai yang terkandung dalam media uang

elektronik tersebut, pada dasarnya merupakan nilai uang tunai yang dapat ditukarkan

kembali kepada penerbit dalam bentuk uang tunai.

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instrumen

pembayaran dengan menggunakan uang elektronik, Bank Indonesia telah

menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang

Elektronik yang berlaku mulai tanggal 13 April 2009.

Implementasi uang elektronik yang telah diatur dalam Peraturan tersebut perlu

mendapatkan kajian lebih jauh, khususnya apabila uang elektronik tersebut

diselenggarakan oleh Perbankan Syariah, baik mengenai konsep, maupun

implementasinya dilihat dari aspek ke-Syariah-annya, sehingga dapat memberikan

masukan grand design untuk mendorong pengimplementasian uang elektronik pada Perbankan Syariah di Indonesia.

Kata Kunci : Konsep Uang Elektronik, Perbankan Syariah, Akad Syariah, Sistim Pembayaran Elektoronik, Produk Perbankan Syariah.

(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, memberikan akal dan pikiran kepada manusia

sehingga mampu berkarya dalam kehidupan sehari-hari. Shalawat serta salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya,

dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Dengan kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan studi di Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Ayahanda Ali Yudin dan Ibunda Mantinah Ali yang senantiasa kami harapkan

do’a dan ridhonya. Kakanda Evi Alviah, S.Ag., Ahmid Husni Ali, S.Pd.I., dan Siti

Masyitoh, Akbid. yang tidak pernah bosan untuk membimbing kami.

2. Para dosen yang telah mendidik kami yang senantiasa kami harapkan do’a dan

ridhonya. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kenakalan kami semasa

(4)

iv

dan bimbingannya.

4. Civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas kerjasama

yang terjalin baik dan kami mohon maaf atas kekhilafan kami semasa menjadi

Ketua Umum BEM FSH UIN Jakarta.

5. Sahabat-sahabat seperjuangan yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Syariah

se-Indonesia (FORMASI), BEM FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, BEM

Prodi Muamalat-Perbankan Syariah, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII) KOMFAKSYAHUM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Keluarga Besar

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Keluarga Mahasiswa Islam

Karawang (KMIK), Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB)

Jakarta dan Silaturahmi Mahasiswa Pati (SIMPATI) Jakarta yang tidak dapat

kami sebutkan namanya satu-persatu, canda dan tawa bersama kalian akan selalu

terkenang.

Jakarta, 19 Juni 2010

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kajian ...

B. Batasan dan Rumusan Kajian ...………...

C. Tujuan dan Manfaat Kajian ...………...

D. Metode Penelitian ……….………....

E. Sistematika Penulisan ……….……...

BAB II KONSEP UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

A. Pengertian dan Manfaat Uang Elektronik ….………...

B. Bentuk-Bentuk Uang Elektronik ………...

C. Jenis-jenis Transaksi pada Uang Elektronik ………

D. Perbedaan Uang Elektronik dengan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) Lainnya ………... ii

iii

v

1

4

4

5

8

10

12

15

(6)

vi

BAB III IMPLEMENTASI UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

A. Penyelenggara Uang Elektronik …………...………

B. Prosedur Penyelenggaraan Uang Elektronik ………

C. Mekanisme dan Alur Transaksi pada Uang Elektronik ………...

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI UANG ELEKTRONIK PADA PERBANKAN SYARIAH

A. Analisis Akad Syariah pada Uang Elektronik ...

B. Implementasi Akad Syariah pada Uang Elektronik ……….

C. Prinsip-prinsip Syariah dalam Transaksi Uang Elektronik ... 19

22

27

31

40

46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………..

B. Saran ...………...

49

51

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kajian

Pertumbuhan alat pembayaran telah meningkat begitu pesat, seiring

dengan pengembangan teknologi dalam sistim pembayaran yang sedang

berkembang saat ini. Penggunaan teknologi moderen sebagai instrumen

pembayaran non-cash, baik secara domestik maupun secara internasional, telah

berkembang pesat disertai dengan berbagai inovasi yang mengarah pada

penggunaannya yang semakin efisien, aman, cepat dan nyaman1.

Dampak perkembangan teknologi dalam sistim pembayaran tersebut

terakhir ini adalah dengan munculnya instrumen pembayaran yang dikenal

dengan uang elektronik (electronic money). Uang elektronik muncul sebagai

jawaban atas kebutuhan terhadap instrumen pembayaran mikro yang diharapkan

mampu melakukan proses pembayaran secara cepat dengan biaya yang relatif

murah, karena nilai uang yang disimpan instrumen ini dapat ditempatkan pada

suatu media tertentu yang mampu diakses dengan cepat secara off-line, aman dan

murah2.

1

Burhanuddin Abdullah, Paper Seminar Internasional Toward a Less Cash Society in Indonesia, (Jakarta: Direktorat Akunting dan Sistim Pembayaran Bank Indonesia, 2006), hal. 9

2

(8)

Penggunaan uang elektronik sebagai alternatif alat pembayaran non-cash

menunjukkan adanya potensi yang cukup besar untuk mengurangi tingkat

pertumbuhan penggunaan uang cash. Uang elektronik menawarkan transaksi

yang lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang cash, khususnya untuk

transaksi yang bernilai kecil (micro payment), sebab dengan uang elektronik

transaksi tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah serta menjamin

keamanan dan kecepatan transaksi, baik bagi konsumen maupun bagi pedagang.3

Keamanan dan kecepatan transaksi tersebut, tentunya menjadi komoditi

yang diperlukan dan menjadi semacam enablers yang cukup efektif untuk

terciptanya cash less society4, yaitu suatu masyarakat yang sedikit menggunakan

pembayaran secara cash, hal ini diindikasikan dengan semakin banyaknya

pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang menerima pembayaran

non-cash5.

Di sisi lain, seiring dengan laju ekonomi yang semakin pesat, setiap bank

menawarkan berbagai produknya untuk menarik sebanyak mungkin nasabah,

diantaranya adalah dengan melalui financial transactions cards6, dan uang

elektronik sebagai alternatif alat pembayaran non-cash yang dapat berfungsi

3

Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, (Jakarta: BI, 2006), hal. 1

4

Arifin Susanto (Analis Senior Sistim Pembayaran Bank Indonesia), Era Uang elektronik di Depan Mata, diakses pada tanggal 5 Oktober 2009 dari http://wwwbisnis.com/servlet/page?_ pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL,

5

Tim Peneliti Bank Indonesia, Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai, (Jakarta : BI, 2006), hal. 101

6

(9)

seperti uang sebagai alat pembayaran akan dapat menjangkau dan mempermudah

masyarakat yang belum mempunyai rekening di bank7.

Untuk memberikan perlindungan kepada pemegang, meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap instrumen pembayaran dengan menggunakan

uang elektronik, dan mendukung kelancaran tugas Bank Indonesia dalam menjaga

stabilitas moneter, dalam pelaksanaannya, uang elektronik diatur melalui

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik yang

berlaku mulai tanggal 13 April 20098.

Implementasi uang elektronik yang telah diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia tentang Uang Elektronik tersebut perlu mendapatkan kajian Syariah,

baik mengenai konsep akad, maupun prinsip-prinsip Syariah yang harus

diutamakan dalam transaksi uang elektronik, sehingga dapat memberikan

gambaran apabila produk uang elektronik diterbitkan oleh Perbankan Syariah.

Oleh karena itu, penulis berusaha untuk melakukan kajian tersebut dengan

membahas tema tentang “KONSEP UANG ELEKTRONIK DAN PELUANG

IMPLEMENTASINYA PADA PERBANKAN SYARIAH (Studi Kritis terhadap Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik)”.

7

Diyah NK. Makhijani, E-Money, Inovasi Alat Pembayaran, diakses pada tanggal 5 Oktober 2009 dari http://www.majalaheindonesia.com/E-Money.htm,

8

(10)

B. Batasan dan Rumusan Kajian

Kajian terbatas pada konsep uang elektronik sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik dan

analisis peluang implementasinya pada Perbankan Syariah. Penulisan kajian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah uang elektronik dapat diimplementasikan pada Perbankan Syariah ?;

2. Akad Syariah apa yang digunakan pada transaksi uang elektronik ?;

3. Bagaimana implementasi akad Syariah dalam transaksi uang elektronik ?; dan

4. Apa saja prinsip-prinsip Syariah yang harus diutamakan dalam transaksi uang

elektronik ?.

C. Tujuan dan Manfaat Kajian

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apakah uang elektronik dapat diimplementasikan pada

Perbankan Syariah;

b. Untuk mengetahui akad Syariah yang digunakan pada uang elektronik;

c. Untuk menganalisis kritis bagaimana implementasi akad Syariah dalam

transaksi uang elektronik; dan

d. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip Syariah yang harus diutamakan

(11)

2. Manfaat Penulisan

a. Bagi Akademisi

Hasil kajian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang pengembangan jasa keuangan Syariah

dan dapat dijadikan sebagai acuan konsep bagi pengembangan

produk-produk jasa keuangan Syariah selanjutnya.

b. Bagi Praktisi

Hasil pembahasan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

pemikiran dalam pengimplementasian produk uang elektronik pada

Perbankan Syariah di Indonesia.

c. Bagi Masyarakat

Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada

masyarakat terkait tentang penggunaan uang elektronik yang

menggunakan prinsip Syariah.

D. Metode Penelitian

Dalam rangka mendukung kajian ini, untuk mempelajari suatu masalah

dan menemukan prinsip-prinsip umum dengan menggunakan metode yang

objektif,9 penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

9

(12)

1. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang

konsep-konsep yang akan dikaji, Penulis menggunakan jenis Penelitian Kepustakaan

(Library Research), dengan mencari data dari berbagai literatur dan referensi

yang berhubugan dengan materi pembahasan10.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif-normatif, yaitu pemecahan masalah dengan cara mengumpulkan informasi

dan data dari Bank Indonesia, baik dalam bentuk Peraturan-peraturan maupun

dokumen-dokumen kajian Bank Indonesia tentang uang elektronik serta

buku-buku lain yang mendukung dan terkait dengan materi kajian ini.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah data yang bersumber dari

Bank Indonesia yang berupa Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik, Jakarta, tertanggal 13 April

2009.

b. Data Sekunder

Untuk menjelaskan dan menganalisa data primer tersebut, data

sekunder yang digunakan adalah :

10

(13)

1) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP Perihal Uang

Elektronik, Jakarta,tertanggal 13 April 2009;

2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad

Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Jakarta, tertangal 14

November 2005;

3) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 28/DSN-MUI/III/2002 tentang

Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf), Jakarta, tertanggal 28 Maret 2002;

4) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 54/DSN-MUI/X/2006 tentang

Syariah Card, Jakarta, tertanggal 11 Oktober 2006;

5) Kitab Fikih al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu karya Wahbah al-Zuhaili;

6) Dokumen kajian Bank Indonesia tentang uang elektronik; dan

7) Buku-buku dan karya ilmiah yang terkait dengan penulisan ini.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan

cara pengumpulan data sebanyak-banyaknya kemudian diolah menjadi

satu-kesatuan data untuk mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan yang

akan dikaji dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan

permasalahan lalu dikomparasikan sehingga dapat mendeskripsikan

(14)

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif-normatif, yaitu

pengumpulan data dari berbagai dokumen yang berkaitan dengan materi

pembahasan. Selain itu, penulis juga menggunakan metode analisis Induktif,

yaitu dengan cara menganalisa data yang bertitik tolak dari data yang bersifat

khusus kemudian ditarik pada kesimpulan umum.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi

Tahun 2007 yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Sistimatika Penulisan

Penulisan disusun secara sistimatis menjadi lima bab yang terdiri dari

sub-sub bab dengan rincian sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas latar belakang kajian, batasan dan rumusan kajian,

tujuan dan manfaat kajian, metode penelitian dan sistimatika penulisan.

2. Bab II Konsep Uang Elektronik (Electronic Money)

Bab ini menguraikan tentang pengertian dan manfaat uang elektronik,

bentuk-bentuk uang elektronik, jenis-jenis transaksi pada uang elektronik,

perbedaan uang elektronik dengan alat pembayaran elektronik berbasis kartu

(15)

3. Bab III Implementasi Uang Elektronik (Electronic Money)

Bab ini menjelaskan tentang penyelenggara uang elektronik, prosedur

penyelenggaran kegiatan uang elektronik, dan mekanisme dan alur transaksi

pada uang elektronik.

4. Bab IV Analisis Implementasi Uang Elektronik pada Perbankan Syariah

Bab ini menguraikan tentang analisis akad Syariah pada uang

elektronik, implementasi akad Syariah pada uang elektronik, dan

prinsip-prinsip Syariah yang harus diutamakan dalam transaksi uang elektronik.

5. Bab V Penutup

Pada bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran dari

(16)

BAB II

KONSEP UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

A. Pengertian dan Manfaat Uang Elektronik

1. Pengertian Uang Elektronik

Bank for International Settlement (BIS) dalam salah satu publikasinya

pada bulan Oktober 1996 mendefinisikan uang elektronik sebagai

stored-value or prepaid products in which a record of the funds or stored-value available to

a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s possession.1

Uang elektronik yang dimaksud adalah alat pembayaran elektronik

yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada

penerbit, baik secara langsung, maupun melalui agen-agen penerbit, atau

dengan pendebitan rekening di bank, dan nilai uang tersebut dimasukan

menjadi nilai uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam

satuan Rupiah, yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran

dengan cara mengurangi secara langsung nilai uang pada media uang

elektronik tersebut.2

1

Bank for International settelments, Implications for Central Bank of The Development of Electronic Money, (Basel: BIS, 1996), hal. 1

2

Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 1367

(17)

2. Manfaat Uang Elektronik

Dalam perekonomian moderen lalu lintas pertukaran barang dan jasa

sudah sedemikian cepatnya sehingga memerlukan dukungan tersedianya

sistim pembayaran yang handal yang memungkinkan dilakukannya

pembayaran secara lebih cepat, efisien, dan aman. Penggunaan uang cash

sebagai alat pembayaran dirasakan mulai menimbulkan masalah, terutama

tingginya biaya cash handling dan rendahnya velocity of money.3

Sistim pembayaran mikro mengalami perkembangan cukup pesat di

berbagai negara dewasa ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan

kebutuhan masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran yang mudah,

aman dan efisien. Instrumen pembayaran mikro adalah instrumen pembayaran

yang didesain untuk menangani kebutuhan transaksi dengan nilai yang kecil

namun dengan volume yang tinggi serta membutuhkan waktu pemrosesan

transaksi yang relatif lebih cepat4.

Kebutuhan instrumen pembayaran mikro timbul karena apabila

pembayaran dilakukan menggunakan instrumen pembayaran lain yang ada

saat ini, misalnya uang tunai, kartu debit, kartu kredit dan sebagainya menjadi

relatif tidak praktis dan efisien.

3

Tim Inisiatif 2006 Bank Indonesia, Working Paper: Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-Money, (Jakarta: BI, 2006), hal. 2

4

(18)

Uang elektronik muncul sebagai jawaban atas kebutuhan terhadap

instrumen pembayaran mikro yang diharapkan mampu melakukan proses

pembayaran secara cepat dengan biaya yang relatif murah karena pada

umumnya nilai uang yang disimpan instrumen ini ditempatkan pada suatu

tempat tertentu yang mampu diakses cepat secara off-line, aman dan murah5.

B. Bentuk-bentuk Uang Elektronik

1. Berdasarkan Medianya

Uang elektronik memiliki media elektronik yang berfungsi sebagai

penyimpan nilai uang (monetary value) yang dibedakan atas dua jenis :

a. Uang elektronik yang nilai uang elektroniknya selain dicatat pada media

elektronik yang dikelola oleh penerbit juga dicatat pada media elektronik

yang dikelola oleh pemegang. Media elektronik yang dikelola oleh

pemegang dapat berupa card-based dalam bentuk chip yang tersimpan

pada kartu atau berupa software-based yang tersimpan pada harddisk yang

terdapat pada personal computer milik pemegang. Dengan sistem

pencatatan seperti ini, maka transaksi pembayaran dengan menggunakan

uang elektronik dapat dilakukan secara off-line dengan mengurangi secara

langsung nilai uang elektronik pada media elektronik yang dikelola oleh

pemegang6; dan

5

Ibid, hal. 8

6

(19)

b. Uang elektronik yang nilai uang elektroniknya hanya dicatat pada media

elektronik yang dikelola oleh penerbit. Dalam hal ini pemegang diberi hak

akses oleh penerbit terhadap penggunaan nilai uang elektronik tersebut.

Dengan sistem pencatatan seperti ini, maka transaksi pembayaran dengan

menggunakan uang elektronik ini hanya dapat dilakukan secara on-line

dimana nilai uang elektronik yang tercatat pada media elektronik yang

dikelola penerbit akan berkurang secara langsung.7

2. Berdasarkan Masa Berlaku Media Uang Elektronik

Berdasarkan masa berlaku medianya, uang elektronik dibedakan

kedalam dua bentuk :

a. Reloadable

Uang elektronik dengan bentuk reloadable adalah uang elektronik

yang dapat di lakukan pengisian ulang, dengan kata lain, apabila masa

berlakunya sudah habis dan atau nilai uang elektroniknya sudah habis

terpakai, maka media uang elektronik tersebut dapat digunakan kembali

untuk di lakukan pengisian ulang;8 dan

b. Disposable

Uang elektronik dengan bentuk disposable adalah uang elektronik

yang tidak dapat diisi ulang, apabila masa berlakunya sudah habis dan

7

Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang elektronik, hal. 2

8

(20)

atau nilai uang elektroniknya sudah habis terpakai, maka media uang

elektronik tersebut tidak dapat digunakan kembali untuk di lakukan

pengisian ulang.9

3. Berdasarkan Jangkauan Penggunaannya

Uang elektronik berdasarkan jangkauan penggunaannya dibedakan ke

dalam dua bentuk :

a. Single-Purpose

Single-purpose adalah uang elektronik yang digunakan untuk

melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari satu jenis

transaksi ekonomi, misalnya uang elektronik yang hanya dapat

digunakan untuk pembayaran tol atau uang elektronik yang hanya dapat

digunakan untuk pembayaran transportasi umum; 10 dan

b. Multi-Purpose

Multi-purpose adalah uang elektronik yang digunakan untuk

melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari berbagai jenis

transaksi ekonomi, misalnya uang elektronik yang dapat digunakan untuk

pembayaran tol, telepon, transportasi umum, dan untuk berbelanja.11

9

Ibid, hal. 27

10

Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal 1367

11

(21)

C. Jenis-jenis Transaksi pada Uang Elektronik

Jenis-jenis transaksi dengan menggunakan uang elektronik secara umum

meliputi :

1. Penerbitan (Issuance) dan Pengisian Ulang (Top-up atau Loading)

Pengisian nilai uang kedalam media uang elektronik dapat dilakukan

terlebih dahulu oleh penerbit sebelum dijual kepada pemegang. Untuk

selanjutnya pemegang dapat melakukan pengisian ulang (top up) yang dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui penyetoran uang tunai,

melalui pendebitan rekening di bank, atau melalui terminal-terminal pengisian

ulang yang telah dilengkapi peralatan khusus oleh penerbit.12

2. Transaksi Pembayaran

Transaksi pembayaran dengan menggunakan uang elektronik pada

prinsipnya dilakukan melalui pertukaran nilai uang dalam bentuk data

elektronik dengan barang antara pemegang dan pedagang dengan

menggunakan protocol yang telah ditetapkan sebelumnya.13

3. Transfer

Transfer dalam transaksi uang elektronik adalah fasilitas pengiriman

nilai uang elektronik antar pemegang uang elektronik melalui

terminal-terminal yang telah dilengkapi dengan peralatan khusus oleh penerbit;14

12

Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, (Jakarta: BI, 2006), hal. 10

13

Ibid, hal. 11

14

(22)

4. Tarik Tunai

Tarik tunai adalah fasilitas penarikan tunai atas nilai uang elektronik

yang tercatat pada media uang elektronik yang dimiliki pemegang yang dapat

dilakukan setiap saat oleh pemegang.15

5. Refund/Redeem

Refund/redeem adalah penukaran kembali nilai uang elektronik kepada

penerbit, baik yang dilakukan oleh pemegang pada saat nilai uang elekronik

tidak terpakai atau masih tersisa pada saat pemegang mengakhiri penggunaan

uang elektronik dan atau masa berlaku media uang elektronik telah berakhir16,

maupun yang dilakukan oleh pedagang pada saat penukaran nilai uang

elektronik yang diperoleh pedagang dari pemegang atas transaksi jual beli

barang kepada penerbit.17

D. Perbedaan Uang Elektronik dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Lainnya

Alat pembayaran menggunakan kartu yang ada di Indonesia adalah

sebagai berikut :

1. Kartu Kredit

Kartu kredit adalah instrumen pembayaran elektronik yang berbentuk

kartu yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian

15

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang elektronik,, Pasal 1 ayat 12

16

Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang elektronik, Pasal 17 ayat 3 huruf b

17

(23)

barang dan jasa, yang pembayaran dan pelunasannya dapat dilakukan oleh

pembeli secara sekaligus atau angsuran pada jangka waktu tertentu setelah

kartu digunakan sebagai alat pembayaran. Kartu kredit juga dapat

digunakan untuk melakukan penarikan tunai baik langsung melalui teller pada

kantor bank yang bersangkutan maupun melalui ATM.18

2. Charge Card

Charge card adalah suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh

suatu lembaga keuangan yang digunakan sebagai alat pembayaran transaksi

pembelian barang dan jasa yang pembayaran pelunasannya harus dilakukan

oleh pembeli secara sekaligus dalam jangka waktu tertentu kartu digunakan.19

3. Kartu Debet

Kartu debet merupakan kartu yang diterbitkan oleh lembaga keuangan

yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang

dan jasa dengan cara mendebit atau mengurangi saldo rekening simpanan

pemilik kartu serta pada saat yang sama, mengkredit saldo rekening penjual

sebesar nilai transaksi jual beli barang dan jasa. Pada kartu debet, pemegang

kartu harus memiliki rekening pada bank. Transaksi hanya dapat dilakukan

apabila pemegang kartu memiliki saldo yang mencukupi pada rekeningnya

untuk menutup biaya transaksinya.20

18

Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 1363

19

Ibid, hal. 1363

20

(24)

4. Kartu ATM

Kartu ATM dapat melayani kebutuhan nasabah secara otomatis setiap

saat melalui mesin ATM. Pelayanan yang diberikan ATM antara lain

penarikan uang tunai, mengecek dan mencetak saldo rekening nasabah, dan

pelayanan pembayaran lainnya, seperti pembayaran listrik, telepon, kartu

kredit, transfer uang, dan lain-lain.21 Pada beberapa bank penerbit kartu ATM

terdapat kombinasi fungsi antara kartu debet dan kartu ATM dalam satu kartu

sekaligus.22

Uang elektronik memiliki karakteristik yang berbeda dengan alat

pembayaran menggunakan kartu lainnya seperti credit card, charge card, dan

debit card/ATM tersebut di atas. Secara umum perbedaan antara uang elektronik

dengan alat pembayaran menggunakan kartu lainnyaadalah sebagai berikut:23

No Uang elektronik Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) Lainnya

1 Nilai uang tercatat dalam instrumen

media uang elektronik

Tidak ada pencatatan nilai uang

pada instrumen kartu

2 Dana sepenuhnya berada dalam

penguasaan pemegang

Dana sepenuhnya berada dalam

penguasaan bank

3 Transaksi pembayaran dilakukan

secara off-line ke penerbit

Transaksi pembayaran dilakukan

secara on-line ke penerbit

(25)

BAB III

IMPLEMENTASI UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

A. Penyelenggara Uang Elektronik

1. Lembaga Penyelenggara Uang Elektronik

Penyelenggaraan uang elektronik dapat dilakukan oleh Bank dan

Lembaga Selain Bank.1

a. Bank

Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

nomor 10 tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia

dan Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah.2

b. Lembaga Selain Bank

Lembaga Selain Bank adalah badan usaha bukan bank yang

melakukan kegiatan sebagai penyelenggara uang elektronik yang

beroperasi di wilayah Republik Indonesia dengan berbadan hukum dalam

1

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 1 ayat 5,6,7,13, dan 14, Pasal 2 ayat 1, Pasal 8 ayat 1, Pasal 5 ayat 1, dan Pasal 6 ayat 1

2

(26)

bentuk Perseroan Terbatas dan didirikan berdasarkan hukum Indonesia3,

seperti perusahaan penyedia jasa telekomunikasi (operator seluler) yang

menerbitkan uang elektronik dalam bentuk pulsa.

2. Bentuk Penyelenggara Uang Elektronik

a. Prinsipal

Prinsipal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan

sistim dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai

penerbit dan/atau acquirerdalam transaksi uang elektronik.4

b. Penerbit

Penerbit adalah pihak yang menerbitkan uang elektronik5. Dari

sudut kebijakan bank sentral, penerbit merupakan institusi yang

memegang peranan penting, karena merupakan pihak yang mengelola

float dana atas uang elektronik yang diterbitkannya6.

c. Acquirer

Acquirer adalah pihak yang melakukan kerja sama dengan

pedagang, yang dapat memproses data uang elektronik yang diterbitkan

oleh pihak lain dan menampung penerimaan dana atas nilai uang

elektronikyang ditukarkan (redeem) oleh pedagangkepada penerbit7.

Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, (Jakarta: BI, 2006), hal. 23

7

(27)

d. Penyelenggara Kliring

Penyelenggara kliring adalah pihak yang melakukan perhitungan

hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer

dalam rangka transaksi uang elektronik.8

e. Penyelenggara Penyelesaian Akhir

Penyelenggara penyelesaian akhir adalah pihak yang melakukan

dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan

kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam

rangka transaksi uang elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari

penyelenggara kliring.9

f. Agen Penerbit

Penerbit dapat bekerjasama dengan pedagang dan/atau pihak lain

sebagai agen penerbit, baik dalam hal penerbitan maupun fasilitas yang

melekat pada uang elektronik, seperti isi ulang, tarik tunai dan transfer

antar uang elektronik. Dalam hal agen penerbit tersebut memberikan jasa

layanan kepada pemegang untuk tarik tunai dalam rangka transfer dana,

maka agen penerbit tersebut wajib memperoleh izin sebagai

penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.10

8

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 1 ayat 13

9

Ibid, Pasal 1 ayat 14

10

(28)

B. Prosedur Penyelenggaraan Uang Elektronik

1. Prosedur Penerbitan Uang Elektronik

Proses penerbitan dan pengisian ulang uang elektronik dilakukan baik

melalui penerbit secara langsung maupun melalui agen penerbit dengan cara

menyetorkan uang baik secara tunai (cash) maupun melalui transfer rekening

dengan menggunakan satuan mata uang Rupiah.11

Jumlah uang elektronik yang diterbitkan harus sesuai dengan jumlah

nilai uang yang disetorkan berdasarkan ketentuan dan batas maksimal

penerbitan uang elektronik dan batas maksimal total nilai transaksi uang

elektronik dalam periode tertentu12.

2. Redeem

Refund adalah penukaran kembali nilai uang elektronik kepada

penerbit baik yang dilakukan oleh pemegang pada saat nilai uang elekronik

tidak terpakai atau masih tersisa pada saat pemegang mengakhiri penggunaan

uang elektronik dan atau masa berlaku media uang elektronik telah berakhir13,

maupun yang dilakukan oleh pedagang pada saat penukaran nilai uang

elektronik yang diterima oleh pedagang dari pemegang kepada penerbit.14

11

Ibid, Pasal 20 ayat 1 dan 2

12

Ibid, Pasal 14 ayat 1

13

Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, (Jakarta: BI, 2006), hal. 11. Lihat juga Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 17 ayat 3 huruf b

14

(29)

Redeemability merupakan kewajiban penerbit yang dimaksudkan

sebagai bentuk jaminan atau kepastian bagi pemilik nilai uang elektronik, baik

pemegang maupun pedagang bahwa mereka setiap saat dapat menukarkan

(redeem) nilai uang elektronik tersebut ke dalam bentuk nilai uang baik

berupa uang tunai (cash) maupun melalui transfer ke rekening yang

bersangkutan. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat atas

instrumen pembayaran uang elektronik. Kepastian ini juga merupakan salah

satu aspek perlindungan kepada konsumen.15

1) Mekanisme Pencairan bagiPemegang

Pemenuhan hak tagih oleh penerbit atas redeem yang dilakukan

oleh pemegang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan

mentransfer sisa nilai uang elektronik tersebut ke rekening pemegang atau

memindahkannya ke dalam media uang elektronik yang baru.

2) Mekanisme Pencairan bagi Pedagang

Hasil transaksi pedagang dengan pemegang hanya dapat ditarik

oleh pedagang melalui rekening pedagang yang tercatat pada bank.

Rekening yang tercatat pada bank milik pedagang digunakan sebagai

sarana untuk menampung pembayaran dari penerbit atau acquirer setelah

dilakukannya transaksi antara pemegang dan pedagang.16

15

Ibid, hal. 33

16

(30)

3. Ketentuan Nilai Uang Elektronik

Nilai uang elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara

elektronik pada suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan

transaksi pembayaran dan/atau transfer dana.17

Nilai uang yang disetorkan terlebih dahulu oleh pemegang kepada

penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang tentang Perbankan dan Undang-Undang-Undang-Undang tentang Perbankan Syariah.

Dengan demikian, karena tidak termasuk simpanan maka uang elektronik

yang dimiliki oleh pemegang tidak termasuk yang dijamin oleh Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

tentang Lembaga Penjamin Simpanan.18

4. Batasan Nilai Uang

Batas paling banyak nilai uang elektronik yang disimpan pada media

elektronik adalah sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta Rupiah) untuk yang

berjenis unregistered dan sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta Rupiah) untuk

yang berjenis registered, serta batas paling banyak total nilai transaksi uang

elektronik dalam periode tertentu adalah sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua

puluh juta Rupiah).

Pembatasan nilai uang elektronik dan total nilai transaksi dimaksudkan

juga karena uang elektronik pada prinsipnya digunakan untuk pembayaran

17

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 1 ayat 4

18

(31)

yang bersifat ritail dan untuk mencegah penyalahgunaan uang elektronik

seperti untuk tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.19

5. Pengelolaan Dana Float

Dana float adalah seluruh nilai uang elektronik yang diterima penerbit

atas hasil penerbitan uang elektronik dan/atau pengisian ulang yang masih

merupakan kewajiban penerbit kepada pemegang dan pedagang20. Kewajiban

kepada pemegang antara lain berupa pengembalian seluruh nilai uang

elektronik yang tersisa pada media uang elektronik pada saat pemegang

mengakhiri penggunaan uang elektronik dan kewajiban kepada pedagang

adalah pemenuhan hak tagih pedagang pada saat pedagang menukarkan nilai

uang elektronik kepada penerbit atas transaksi pembayaran dari pemegang

kepada pedagang (redeem).21

Penerbit harus menempatkan dana float dalam bentuk aset yang aman

dan likuid serta menggunakannya hanya untuk memenuhi kewajiban kepada

pedagang dan pemegang secara tepat waktu22, dan dana float tidak dapat

digunakan untuk membiayai kegiatan operasional penerbit dan kegiatan di

luar kewajiban kepada pemegang dan pedagang23. Apabila penerbit adalah

Lembaga Selain Bank, maka sebesar 100% dari dana float yang diperoleh dari

19

Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 14 ayat 1

20

Ibid, Pasal 1 ayat 6

21

Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, hal. 13

22

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 17 ayat 3 huruf a,b, dan c

23

(32)

hasil penjualan uang elektronik yang masih merupakan kewajiban penerbit

kepada pemegang dan pedagang wajib ditempatkan pada Bank Umum dalam

bentuk rekening simpanan berupa tabungan, giro, dan/atau deposito.24

6. Masa BerlakuMedia Uang Elektronik

Penerbit dapat menetapkan masa berlaku media uang elektronik untuk

jangka waktu tertentu antara lain dengan pertimbangan adanya batas usia

teknis dari media uang elektronik yang digunakan, sehingga harus

diperbaharui dengan penggantian media penyimpan uang elektronik yang

baru.

Mengingat dalam penggantian media penyimpan tersebut terdapat

kemungkinan masih tersimpan nilai uang elektronik dari pemegang, maka

penerbit dilarang untuk menghapus atau menghilangkan nilai uang elektronik

yang masih tersisa dan merupakan kewajiban penerbit atau masih merupakan

milik pemegang.25

Dengan demikian pemegang masih memiliki hak tagih atas sisa nilai

uang elektronik yang terdapat dalam media tersebut sampai dengan jangka

waktu sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

sepanjang masih terdapat sisa nilai uang elektronik pada media tersebut.26

24

Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/11/DASP, Perihal Uang Elektronik, tertanggal 13 April 2009, hal. 32

25

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 15. Lihat juga penjelasannya

26

(33)

C. Mekanisme dan Alur Transaksi pada Uang Elektronik

Pegembangan uang elektronik di berbagai negara sangat bervariasi

tergantung pada kerangka pengaturan dan kebijakan moneter yang diatur di

negara masing-masing27. Dari penyelenggara kegiatan uang elektronik yang

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang

Elektronik, mekanisme dan alur transaksi uang elektronik dapat digambarkan

sebagai berikut:28

[ 1 ] Jaringan Prinsipal

Acquirer Y Acquirer X

Pemegang Pemegang Pedagang X Pedagang Y

7

4

4

4 4 Penerbit A Penerbit B

5 6

5 Penyelenggara Kliring dan Penyelenggara Penyelesaian Akhir

2

Bank Indonesia, Paper Kajian Mengenai E-Money, (Jakarta: Bank Indonesia, 2001), hal. 25

28

(34)

Penjelasan :

1. Prinsipal bertanggungjawab mengelola sistim dan/atau jaringan untuk

penyelenggaraan kegiatan uang elektronik dalam rangka bekerjasama dengan

penerbit dan acquirer;29

2. Pemegang melakukan pembelian dan/atau pengisian ulang uang elektronik

dengan sejumlah nilai tertentu;

3. Penerbit memberikan nilai uang elektronik yang disimpan di media uang

elektronik milik pemegang sebesar nilai uang yang disetorkan oleh pemegang;

4. Pemegang uang elektronik melakukan transaksi pembayaran kepada

pedagang. Atas transaksi tersebut, nilai uang elektronik akan berpindah dari

media uang elektronik milik pemegang ke media/terminal penampungan milik

pedagang melalui peralatan tertentu;

5. Pedagang kemudian dalam periode tertentu melakukan penukaran atas nilai

uang elektronik yang diperoleh dari pemegang kepada penerbit untuk

ditukarkan dengan nilai uang tunai (cash);

6. Penyelenggara kliring melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan

masing-masing penerbit dan pedagang dalam transaksi uang elektronik,

setelah hak dan kewajiban masing-masing penerbit dan pedagang dihitung

oleh penyelenggara kliring kemudian penyelenggara penyelesaian akhir

bertanggungjawab untuk melakukan penyelesaian akhir (sattelment) atas hak

29

(35)

dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan pedagang berdasarkan

hasil perhitungan dari penyelenggara kliring;30

Bank Penerbit Uang Elektronik

(3) Barang

(3) Nilai Uang Elektronik

Pedagang

7. Pemenuhan hak tagih pedagang kemudian diproses oleh acquirer sebagai

pihak yang bekerjasama dengan pedagang untuk menampung penerimaan

dana atas nilai uang elektronik yang ditukarkan (redeem) oleh pedagang

kepada penerbit.

Dalam hal terdapat satu penerbit (single issuer), di mana selain sebagai

penerbit, bank juga bertindak sebagai acquirer, maka tidak diperlukan mekanisme

kliring31, dan alur transaksi uang elektronik secara sederhana dapat digambarkan

sebagai berikut:

4

30

Ibid, Pasal 1 ayat 13 dan 14

31

(36)

Penjelasan :

1. Pemegang melakukan pembelian dan/atau pengisian ulang uang elektronik

dengan sejumlah nilai tertentu dengan menginstruksikan bank untuk mendebit

rekeningnya atas pembelian uang elektronik tersebut. Pemegang dapat juga

melakukan pembelian uang elektronik dengan uang tunai;

2. Atas dasar instruksi tersebut, bank kemudian mendebit rekening pemegang

dan meng-kredit rekening penampungan dana float dan bersamaan dengan itu

bank memasukan nilai uang elektronik ke dalam media uang elektronik untuk

diserahkan kepada pemegang;

3. Pemegang uang elektronik kemudian melakukan transaksi pembayaran atas

barang dengan pedagang dengan menggunakan uang elektronik miliknya.

Atas transaksi tersebut, nilai uang elektronik akan berpindah dari media uang

elektronik milik pemegang ke media/terminal penampungan milik pedagang

melalui peralatan tertentu;

4. Pedagang kemudian dalam periode yang telah ditentukan melakukan

penukaran atas nilai uang elektronik yang diperoleh dari pemegang kepada

penerbit untuk ditukarkan dengan nilai uang tunai (cash);

5. Atas penyetoran tersebut bank kemudian melakukan verifikasi, kemudian

mengkredit rekening pedagang dan mendebit rekening penampungan dana

(37)

BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI UANG ELEKTRONIK

PADA PERBANKAN SYARIAH

A. Analisis Akad Syariah pada Uang Elektronik

Penerbitan uang elektronik pada perbankan syariah akan meningkatkan

minat nasabah/konsumen untuk menggunakan jasa Syariah. Kondisi demikian

mendorong adanya satu bentuk tertentu dalam mekanisme transaksi uang

elektronik yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.

1. Implementasi Uang Elektronik dalam Tinjauan Akad Syariah

Uang elektronik merupakan alat pembayaran yang diterbitkan atas

dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit,

kemudian nilai uang tersebut disimpan secara elektronik dalam suatu media

uang elektronik yang digunakan sebagai alat pembayaran oleh pemegang

kepada pedagang1.

Uang elektronik pada dasarnya sama seperti uang karena memiliki

fungsi sebagai alat pembayaran atas transaksi jual beli barang2. Uang

elektronik tersebut dipersamakan dengan uang karena pada saat pemegang

menggunakannya sebagai alat pembayaran kepada pedagang, bagi pedagang

1

Bank of International Settelments, Implications for Central Banks of theDevelopment of Electronic Money, (Basle: BIS, 1996), hal. 1

2

(38)

tersebut nilai uang elektronik yang berpindah dari media uang elektronik yang

dimiliki oleh pemegang ke terminal penampungan nilai uang elektronik milik

pedagang, apapun satuan nilai dalam media uang elektronik tersebut, pada

dasarnya berupa nilai uang yang pada waktunya akan ditukarkan kepada

penerbit dalam bentuk uang tunai (cash)3.

Dengan dipersamakannya uang elektronik dengan uang, maka

pertukaran antara nilai uang tunai (cash) dengan nilai uang elektronik

merupakan pertukaran atau jual beli mata uang sejenis yang dalam literatur

Fikih Muamalatdikenal dengan Al-Sharf, yaitu tukar-menukar atau jual beli

mata uang.4 Tukar-menukar atau jual beli uang (Sharf) dalam transaksi uang

elektronik dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain :

a. Mekanisme Transaksi

Pada saat penerbitan dan pengisian ulang dilakukan dengan cara

pemegang menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit,

baik secara langsung maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan

pendebitan rekening di bank, nilai uang yang dibayarkan tersebut

dimasukan menjadi nilai uang elektronik dalam media uang elektronik

yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.5

3

Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 1361

4

Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH., Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2005), cet. II, hal. 90

5

(39)

Pada saat uang elektronik digunakan untuk melakukan transaksi

pembayaran kepada pedagang dilakukan secara off-line dengan penerbit6.

Transaksi pembayaran tersebut dilakukan dengan cara mengurangi secara

langsung nilai uang pada media uang elektronik7.

b. Posisi Dana Float

Dana float adalah seluruh nilai uang elektronik yang diterima

penerbit atas hasil penerbitan uang elektronik dan/atau pengisian ulang

yang masih merupakan kewajiban penerbit kepada pemegang dan

pedagang8. Kewajiban penerbit tersebut merupakan redeemability yang

dimaksudkan sebagai bentuk jaminan atau kepastian bagi pemilik nilai

uang elektronik, baik pemegang maupun pedagang bahwa mereka setiap

saat dapat menukarkan (redeem atau refund) nilai uang elektronik tersebut

ke dalam bentuk nilai uang baik berupa uang tunai (cash) maupun melalui

transfer ke rekening yang bersangkutan9.

Dana float yang disetorkan pemegang kepada penerbit bukan

merupakan simpanan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang

mengenai Perbankan10. Dana float dapat dikelola oleh pihak penerbit

untuk ditempatkan atau diinvestasikan dalam bentuk deposito atau lainnya

6

Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, Jakarta: BI, 2006, hal. 4

7

Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 1367

8

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 1 Ayat 11

9

Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, Jakarta: BI, 2006, hal. 33

10

(40)

dengan syarat aman dan likuid11. Pendapatan atas investasi yang diperoleh

dari outstanding dana float yang terhimpun sepenuhnya menjadi hak

penerbit sebagai keuntungan dari penerbitan uang elektronik12.

c. Posisi Nilai Uang Elektronik

Nilai uang elektronik yang disimpan dalam media uang elektronik

sepenuhnya berada dalam penguasaan pemegang. Pada saat transaksi,

perpindahan nilai uang elektronik dari pemegang kepada pedagang dapat

dilakukan secara off-line dan verifikasi cukup dilakukan pada level

pedagang, berbeda dengan alat pembayaran elektronik lainnya yang harus

on-line ke komputer penerbit, sehingga dana sepenuhnya berada dalam

penguasaan bank sepanjang belum ada otorisasi dari nasabah untuk

melakukan pembayaran. 13

d. Redeemability

Redeemability merupakan jaminan yang diberikan pihak penerbit

atas uang elektronik yang diterbitkannya, bahwa uang elektronik tersebut

dapat ditukarkan kembali dengan uang tunai (cash) sewaktu-waktu

pemegang dan pedagang ingin menukarkannya kembali14.

Hal tersebut berbeda dalam penyelenggaraan kartu kredit, dimana

jaminan pihak penerbit diberikan kepada pemegang kartu kredit terhadap

11

Ibid, Pasal 17 Ayat 3 Huruf a

12

Bank Indonesia, Paper Kajian mengenai E-Money, (Jakarta: BI, 2001), hal. 9

13

Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, (Jakarta: BI, 2006), hal. 4

14

(41)

pedagang atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi

antara pemegang kartu kredit dengan pedagang15.

2. Akad Sharf dalam Kajian Fikih Muamalat

a. Pengertian Sharf

Menurut pengertian bahasa, Sharf berarti menjual uang dengan

uang lainnya atau tukar-menukar uang yang dalam bahasa Inggris disebut

dengan money changer16. Menurut istilah Syara’ Sharf adalah jual beli

satu mata uang dengan mata uang yang lain baik mata uang tersebut satu

jenis atau berlainan jenis17.

b. Dasar Hukum Sharf

Dalam kajian Fikih Muamalat, jual beli mata uang (Sharf)

termasuk ke dalam bab jual beli yang didasarkan pada firman Allah SWT :

اﺆ ﺮ امﺮ و اﷲا او

Artinya:Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Q.S. Al-Baqarah/02 : 275)

Hadits yang menjadi dasar hukum jual beli mata uang (Sharf)

salah satunya antara lain :

15

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card, Jakarta, tertanggal 11 Oktober 2006

16

Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, (Beirut: Maktabah al-Syarqiyah, 1986), hal. 423. Lihat juga Muhammad al-Adnani, Mu’jam al-Aghlat al-Lugawiyah al-Mu’ashirah, (Beirut: Maktabah Libanon, 1984), cet. I, hal. 374. Lihat juga Munir Al-Baklabaki, al-Mawrid A Modern English-Arabic Dictionary, (Beirut: Dar al-Ilmi Li al-Malayin, 1984), hlm. 588

17

(42)

ﺮ ﺎ ﺮ او او ﺮ ﺎ ﺮ او ﺔﻀ ﺎ ﺔﻀ او هﺬ ﺎ هﺬ ا

Artinya : (jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, maka harus sama dan setara (jumlahnya) secara tunai. Dan jika berbeda jenis, maka jualah sesuai cara kalian asalkan secara tunai. (H.R. Jama’ah)

c. Syarat-syarat Sharf

Secara umum jual beli mata uang (Sharf) diidentikkan dengan

tukar menukar antara emas dan emas dan perak dengan perak atau emas

dengan perak. Dengan demikian, yang menjadi syarat-syarat dalam

transaksi tukar menukar emas dengan emas dan perak dengan perak atau

emas dengan perak tersebut berlaku juga dalam transaksi jual beli mata

uang. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

1) Tunai (Al-Taqabudh)

Syarat tunai yang dimaksud adalah transaksi dilakukan dan

diselesaikan pada tempat kontrak sebelum berpisah antara kedua belah

pihak. Dalam artian bahwa nilai tukar yang diperjualbelikan harus

telah dikuasai, baik oleh penjual maupun pembeli sebelum keduanya

berpisah18.

18

(43)

2) Jumlahnya Sama (Al-Tamatsul)

Jumlah yang sama dipersyaratkan dalam transaksi Sharf, jika

jenis mata uangnya sama, seperti jual beli emas dengan emas dan

perak dengan perak, maka jumlahnya harus sama, yakni sama dalam

kualitas dan kuantitasnya walaupun bentuknya berbeda.19

3) Tidak Boleh Ada Khiyar Syarat

Dalam transaksi Sharf tidak boleh dilakukan Khiyar Syarat

antara kedua belah pihak dan/atau salah satu pihak, karena Khiyar

Syarat bertentangan dengan syarat tunai (Al-Taqabudh). Dalam

akad Sharf, ketika akad telah selesai, maka kedua belah pihak

memiliki hak sempurna atas nilai uang yang dipertukarkan.20

4) Tidak Boleh Ditangguhkan

Dalam transaksi Sharf kedua belah pihak dan/atau salah satu

pihak yang bertransaksi tidak boleh menangguhkan penyerahan uang

untuk jangka waktu tertentu, karena uang tersebut harus diterima dan

jatuh sebagai hak milik sempurna masing masing pihak sebelum

mereka berpisah, karena penangguhan mengakibatkan memperlambat

kepemilikan sempurna terhadap uang, hal tersebut bertentangan

dengan syarat tunai (Al-Taqabudh).21

19

Ibid, hal. 3661

20

Ibid, hal. 3661

21

(44)

3. Relevansi Akad Sharf dalam Implementasi Uang Elektronik

Relevansi akad Sharf dalam implementasi uang elektronik dapat

dilihat dalam bagan di bawah ini :

No Syarat Akad Sharf Implementasi Uang Elektronik

1 Tunai

(Al-Taqabudh)

1. Nilai uang elektronik yang berada di

tangan pemegang sepenuhnya berada

dalam kekuasaan pemegang.

2. Dana float yang terkumpul di penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana

yang diatur dalam Undang-Undang

tentang Perbankan dan sepenuhnya

berada dalam penguasaan.

2 Jumlahnya sama Nilai satu Rupiah pada nilai uang elektronik

harus sama dengan satu Rupiah pada uang

tunai (cash).

3 Tidak boleh ada

Khiyar Syarat

Dalam transaksi uang elektronik tidak

terdapat Khiyar Syarat, pada saat transaksi dilakukan, ketika masing-masing pihak telah

menunaikan kewajiban dan mendapatkan

haknya, maka transaksi telah selesai.

4 Tidak boleh

ditangguhkan

Pada saat proses penerbitan, ketika pihak

pemegang menyetorkan uang, maka penerbit

saat itu juga menyerahkan nilai uang

elektronik kepada pemegang dan pada saat

terjadi redeem baik oleh pemegang atau oleh pedagang, penerbit harus dapat

(45)

3. Akad-akad Lain yang Terkait

Melihat dari relevansi tersebut di atas, maka jelaslah bahwa akad

utama yang digunakan dalam penyelenggaraan uang elektronik adalah akad

Sharf, yaitu tukar-menukar atau jual beli uang. Namun dalam

implementasinya, penyelenggaraan uang elektronik dapat dilengkapi oleh

akad-akad lain, yaitu :

a. Akad Ijarah

Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau

upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran

sewa atau imbalan jasa22. Akad Ijarah digunakan dalam hal terdapat

transaksi sewa menyewa atas perlengkapan/peralatan dan atau terdapat

pelayanan jasa dalam penyelenggaraan uang elektronik.

b. Akad Wakalah

Wakalah adalah pemberian kuasa kepada orang lain untuk

bertindak sebagai pemberi kuasa dalam transaksi yang diperbolehkan dan

diketahui23. Akad Wakalah digunakan dalam hal penerbit bekerjasama

dengan pihak lain sebagai agen penerbit dan/atau terdapat bentuk

perwakilan lain dalam transaksi uang elektronik.

22

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 1 Ayat 10

23

(46)

B. Implementasi Akad Syariah pada Uang Elektronik

Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang elektronik

melibatkan berbagai pihak yang saling berkepentingan. Masing-masing pihak satu

sama lain terikat dengan akad baik mengenai hak maupun kewajibannya.

Akad dalam transaksi uang elektronik dapat dibedakan ke dalam dua

bentuk, yaitu akad antar penyelenggara uang elektronik dan akad antara penerbit

uang elektronik dengan pengguna uang elektronik.

1. Akad antar Penyelenggara Kegiatan Uang Elektronik

Pihak-pihak yang terlibat sebagai penyelenggara uang elektronik

terdiri dari prinsipal, penerbit, acquirer, penyelenggara kliring dan/atau

penyelenggara penyelesaian akhir.

Penerbit menempati posisi yang paling penting dalam hubungan antar

penyelenggara uang elektronik tersebut, baik dilihat dari sisi kebijakan Bank

Sentral karena penerbit sebagai pihak yang menerbitkan uang elektronik

sebagi alat pembayaran, maupun dilihat dari sisi antar penyelenggara karena

penerbit yang mengelola dana float dan mendapat keuntungan dari

outstanding dana float tersebut24.

Akad yang terbangun dari hubungan antar penyelenggara uang

elektronik dapat dimungkinkan menggunakan akad Ijarah, dimana

24

(47)

pihak yang memberikan jasa dan/atau sewa dimungkinkan untuk

mendapatkan ujroh atas pelayanan jasa dan/atau sewa yang diberikannya.

Hubungan antar penyelenggara kegiatan uang elektronik dapat dilihat

dalam gambar di bawah ini :

Keterangan :

a. Prinsipal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistim

dan/atau jaringan yang digunakan oleh penerbit, acquirer, penyelenggara

kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian akhir dalam transaksi uang

elektronik25. Dalam hal demikian, prinsipal dimungkinkan mendapat

imbalan (ujroh) atas penggunaan sistim dan/atau jaringan yang

dikelolanya.

25

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 1 Ayat 5 6

Prinsipal

Acquirer Y Acquirer

X

Penerbit A

Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir

(48)

b. Penyelenggara kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian akhir adalah

pihak yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan

masing-masing penerbit dan acquirer serta bertanggungjawab untuk melakukan

penyelesaian akhir (sattlement ) atas hak dan kewajiban keuangan

masing-masing tersebut dalam rangka transaksi uang elektronik26. Karena itu,

penyelenggara kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian akhir

dimungkinkan dapat memperoleh imbalan (ujroh) atas pelayanan jasa

yang diberikan tersebut.

c. Hubungan yang terjadi antara penerbit dengan acquirer adalah

semata-mata hubungan bisnis yang tiap pihak bertindak secara sendiri-sendiri

untuk kepentingan tertentu. Hubungan antara penerbit dengan acquirer

sama halnya dengan hubungan antara penerbit dengan pedagang, karena

acquirer adalah pihak yang bekerjasama dengan pedagang yang dapat

memproses data uang elektronik dan menampung dana hasil penukaran

uang elektronik yang dilakukan pedagang kepada penerbit27.

2. Akad antara Penerbit dengan Pengguna Uang Elektronik

Hubungan antara Penerbit Uang Elektronik dengan pengguna uang

elektronik dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

26

Ibid, Pasal 1 Ayat 6 dan 7

27

(49)

Pedagang Pemegang

Penerbit Acquirer

a. Akad antara Penerbit dengan Pemegang

Penetapan akad transaksi antara penerbit dengan pemegang dalam

hal penerbitan, pengisian ulang, redeem atau refund dan tarik tunai uang

elektronik didasarkan pada transaksi tukar-menukar/jual- beli mata uang

sejenis berdasarkan prinsip dan ketentuan akad Sharf.

Dalam hubungan antara penerbit dengan pemegang, tanggung

jawab yang mendasar bagi penerbit adalah memberikan jaminan bahwa

produk uang elektronik yang dikeluarkannya dapat digunakan sebagai alat

pembayaran terhadap pedagang yang bekerja sama dengan penerbit.

Transaksi antara penerbit dengan pemegang dapat dimungkinkan

untuk dilengkapi dengan akad Ijarah, dimana terdapat pelayanan jasa

dan/atau sewa yang dilakukan oleh penerbit, dalam hal tersebut penerbit

dapat dimungkinkan untuk memperoleh imbalan jasa (ujroh) atas

(50)

b. Akad antara Pemegang dengan Pedagang

Transaksi jual beli barang yang dilakukan antara pemegang uang

elektronik dengan pedagang merupakan transaksi jual beli tunai.

Pembayaran dengan uang elektronik sama hukum dan ketentuannya

dengan jual beli barang dengan menggunakan uang tunai (cash), karena

pada dasarnya antara uang elektronik dengan uang tunai (cash) terdapat

kesamaan fungsi sebagai alat pembayaran.28

Dalam hal pedagang menjadi agen penerbit dalam hal pengisian

ulang, tarik tunai dan transfer dana, maka transaksi apapun yang

dilakukan antara pedagang dengan pemegang, pada hakikatnya

merupakan transaksi antara pemegang dengan penerbit.29

c. Akad antara Pedagang dengan Acquirer

Acquirer adalah adalah pihak yang bekerjasama dengan pedagang

yang dapat memproses data uang elektronik dan menampung dana hasil

penukaran uang elektronik yang dilakukan pedagang kepada penerbit30.

Dalam fungsi tersebut, acquirer dapat dimungkinkan untuk memperoleh

imbalan (ujroh) berupa merchant fee yang diambil dari harga objek

transaksi atau pelayanan atas jasa pemasaran (taswiq), jasa pemrosesan

28

Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009, tentang Uang Elektronik, hal. 2

29

Prof. Dr. Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Cards Syariah (Kartu Kredit dan Debit dalam Perspektif Fiqih), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 96

30

(51)

data uang elektronik, dan jasa efisiensi atas berkurangnya biaya

pengelolaan kas pedagang yang kerjasamanya dapat didasarkan pada akad

Ijarah.

d. Akad antara Penerbit dengan Pedagang

Transaksi antara penerbit dengan pedagang yang terjadi pada saat

redeem didasarkan pada akad Sharf, karena pada dasarnya nilai uang

elektronik yang berada di pedagang berada dalam kekuasaan dan

merupakan milik penuh (milk al-tam) pedagang atas transaksi jual beli

barang yang dilakukannya dengan pemegang uang elektronik.

Pemenuhan hak tagih oleh penerbit kepada pedagang dilakukan

melalui acquirer untuk menampung pendapatan pedagang dari hasil

penukaran uang elektronik kepada penerbit. Dalam hal tersebut, antara

penerbit dan pedagang sudah terikat oleh perjanjian sesuai dengan

ketentuan dan syarat-syarat yang disepakati bersama.

Penerbit dapat bekerjasama dengan pedagang sebagai agen

penerbit, dalam hubungan ini pedagang menjadi wakil dari penerbit, maka

transaksi apapun yang dilakukan lewat pedagang tersebut dan atas nama

penerbit, hal tersebut sama halnya penerbit bertindak sendiri.31 Dalam

hubungan tersebut, pedagang dapat dimungkinkan untuk mendapat

imbalan (ujroh) dari penerbit atas jasa perwakilan yang dilakukannya.

31

(52)

C. Prinsip-prinsip Syariah dalam Transaksi Uang Elektronik

1. Tidak Mengandung Maysir

Maysir adalah transaksi yang mengandung unsur perjudian,

untung-untungan atau spekulatif yang tinggi32. Penyelenggaraan uang elektronik

harus didasarkan oleh adanya kebutuhan transaksi pembayaran ritail yang

menuntut transaksi secara lebih cepat dan efisien, tidak untuk kebutuhan

transaksi yang mengandung maysir.

2. Tidak Menimbulkan Riba

Riba adalah transaksi dengan pengambilan tambahan, baik dalam

transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau

bertentangan dengan ajaran Islam33. Transaksi uang elektronik merupakan

transaksi tukar-menukar/jual beli barang ribawi, yaitu antara nilai uang tunai

dengan nilai uang elektronik dalam bentuk Rupiah. Pertukaran antara nilai

uang tunai dengan nilai uang elektronik harus sama jumlahnya (tamatsul) baik

kualitas maupun kuantitasnya, jika jumlahnya tidak sama, maka tergolong ke

dalam bentuk riba al-fadl, yaitu tambahan atas salah satu dua barang yang

dipertukarkan dalam pertukaran barang ribawi yang sejenis34.

32

Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 2 Ayat 3

33

Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 2 Ayat 3

34

(53)

Oleh karena itu, tidak boleh melakukan pertukaran nilai uang tunai

yang lebih kecil atau lebih besar dari nilai uang elektronik. Sebagai contoh

penerbit tidak boleh menjual uang elektronik sebesar Rp 1.000.000,00 dengan

penyetoran uang/dana dari pemegang kepada penerbit sebesar Rp

1.010.000,00 dan penerbit juga tidak boleh memberikan potongan harga atas

penjualan uang elektronik, seperti uang elektronik dengan nilai uang

elektronik sebesar Rp 1.000.000,00 dijual oleh penerbit melalui penyetoran

uang/dana dari pemegang kepada penerbit sebesar Rp 990.000,00, kelebihan

pembayaran oleh pemegang dan potongan harga oleh penerbit tersebut

termasuk riba al-fadl.

Selain itu, pertukaran antara nilai uang tunai dengan nilai uang

elektronik harus dilakukan secara tunai (taqabudh), jika pertukaran tersebut

tidak dilakukan secara tunai (taqabudh), maka tergolong ke dalam bentuk riba

al-nasiah, yaitu penundaan penyerahan salah satu dua barang yang

dipertukarkan dalam jual-beli barang ribawi yang sejenis35. Sebagai contoh

pada saat pemegang atau pedagang menukarkan kembali (refund/redeem)

nilai uang elektronik dengan nilai uang tunai kepada penerbit, maka penerbit

harus memenuhi hak tagih tersebut dengan tepat waktu tanpa melakukan

penangguhan pembayaran.

35

(54)

Dalam hal penerbit membutuhkan waktu untuk proses verifikasi dan

perhitungan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak terhadap redeem

yang dilakukan oleh pedagang, maka hal tersebut diperbolehkan karena

dianggap tunai, sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh penerbit dianggap

sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari (ﺎ ﱠ ﺪﱠ ْ )36.

3. Tidak Mendorong Israf (Pengeluaran yang Berlebihan)

Uang elektronik pada dasarnya digunakan sebagai alat pembayaran

ritail/mikro, agar terhindar dari Israf (pengeluaran yang berlebihan) dalam

konsumsi dilakukan pembatasan jumlah nilai uang elektronik serta batas

paling banyak total nilai transaksi uang elektronik dalam periode tertentu,

sebagaimana firman Allah SWT :

ﺮ ا ااﻮ ﺮ واﻮ ﺮ اواﻮ آو

Artinya : Makan dan minumlah kalian dan jangan berlebih-lebihan, sesung- guhnya (Dia) tidak mencintai orang-orang yang berlebih-lebihan.

(Q.S. Al-A’raf / 07: 31)

4. Tidak Digunakan untuk Transaksi objek Haram dan Maksiat

Uang elektronik sebagai alat pembayaran dengan menggunakan

prinsip Syariah, uang elektronik tidak boleh digunakan untuk pembayaran

transaksi objek haram dan maksiat, yaitu barang atau fasilitas yang dilarang

dimanfaatkan atau digunakan menurut hukum Islam.37

36

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 28/DSN-MUI/III/2002, tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf), Jakarta, tanggal 28 Maret 2002

37

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 dapat digunakan untuk menyusun dan membuat program aplikasi pada sistem operasi windows.. Program aplikasi dapat berupa program

Sudah banyak pengembangan yang dilakukan tentang pengendali pada panel surya, pada tahun 2016 telah dilakukan identifikasi parameter sistem penggerak pada prototype

Pertumbuhan panjang paling tinggi terjadi pada pakan A1 dengan panjang rata-rata 7,8 cm Hal ini karena pakan A1 merupakan usus ayam yang banyak mengandung protein yang

Oleh karena itu pada penelitian ini akan melakukan analisis sentimen pada topik pariwisata Lombok menggunakan metode naive bayes karena metode ini mempunyai

Cendrawasih Raya B7/P Bintaro

pamaknaan terhadap bahasa yang digunakan orang tergantung konteks situasi. Misalnya, kita menggunakan kata ‘bunga’ dalam satu percakapan. Makna kata.. ‘bunga’ tersebut

Paramphistomum merupakan parasit golongan trematoda yang berlokasi di dalam rumen. Siklus hidup cacing ini memerlukan hospes intermedier yaitu siput Lymnea

(4) Pamong Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3), setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah