PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI SMK
AL-HIDAYAH CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk mencapai Gelar Sarjana K-I Manajemen Pendidikan
Oleh :
PAPA HUZAIFAH
NIM : 106018200772
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK
Papa Huzaifah, Nim 106018200772, Judul : Penegakan Disiplin Siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat, di bawah bimbingan Eri Rossatria
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penegakan disiplin siswa di SMK Al- Hidayah Ciputat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, untuk mengumpulkan data digunakan teknik observasi, wawancara dan angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penegakan disiplin siswa di sekolah SMK Al-Hidayah Ciputat berkategori cukup baik dengan nilai rata-rata 69,00%. Penegakan disiplin siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat bisa dilihat dari berbagai aspek. Mulai dari disiplin waktu, belajar, pakaian, tata krama, pengawasan, penyadaran, pembiasaan, contoh dan tauladan. Pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah kesadaran siswa akan pentingannya kedisiplinan.
Mengacu dari hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi sekolah agar lebih meningkatkan lagi penggunaan strategi dalam disiplin agar penegakan disiplin siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmainrrahim
Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan izin dan ridho-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, shahabatnya, dan kepada seluruh umatnya yang mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian skripsi ini banyak sekali kepada pihak-pihak yang sangat berjasa membantu penulis baik itu dengan berupa kebijakan, bimbingan, moril maupun materil. Oleh karena itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua program Studi Manajemen Pendidikan yang telah mendidik dan memberikan berbagai ilmu pengetahuan.
4. Dra. Eri Rossatria, M.Ag, Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing penulis guna terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan
6. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan andil besar dalam menyediakan bahan pustaka guna terselesaikannya penulisan skripsi ini.
7. Dewan guru serta staf karyawan SMK Al-Hidayah Ciputat, yang telah
memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.
8. Kedua orang tua (H. Muzani dan Hj. Soproh), serta kakak-kakak yang telah
memberikan do’a dan terus memotivasi penulis baik secara moril maupun
secara materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Rekan-rekan mahasiswa, khususnya Program Studi Manajemen Pendidikan
angkatan 2006 (Retiya, Nani, Siti Nurseha, Safrina Dariza, Siti Zahriah, dkk), yang selalu berbagi dalam suka dan duka.
10. Semua pihak yang ikut membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga semua dorongan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dicatat sebagai amal baik dan diterima oleh Allah SWT, amien.
Jakarta, 19 Mei 2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Kedisiplinan Siswa ... 9
1. Pengertian Disiplin ... 9
2. Ciri-ciri Disiplin ... 12
3. Macam-macam Disiplin ... 15
4. Unsur-unsur Disiplin ... 18
B. Penegakan Disiplin di Sekolah ... 19
1. Strategi Penerapan Disiplin ... 19
2. Cara Menanamkan Disiplin ... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
C. Metode Penelitian ... 35
D. Sumber Data ... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Instrumen Penelitian ... 37
G. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 39
H. Interprestasi Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42
B. Deskripsi Data ... 54
C. Interprestasi Data ... 71
D. Temuan Penelitian ... 73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR TABEL
1. Kisi-kisi angket penegakan disiplin siswa di SMK
Al-Hidayah ciputat ... 38
2. Kriteria penskoran alternatif jawaban dari likert ... 39
3. Analisa data ... 40
4. Data keadaan guru SMK Al-Hidayah ciputat ... 49
5. Data keadaan karyawan SMK Al-Hidayah ciputat ... 50
6. Jumlah siswa tahun ajaran 2010-2011 ... 51
7. Datang ke sekolah sebelum bel tanda masuk berbunyi... 54
8. Masuk kelas sebelum jam pelajaran dimulai ... 54
9. Pulang sekolah sesuai dengan waktu yang ditentukan dari sekolah ... 55
10. Mengerjakan tugas dari sekolah di rumah ... 55
11. Mengerjakan tugas sekolah dengan baik ... 56
12. Mengikuti pelajaran di sekolah dengan teratur ... 56
13. Menyusun schedule pelajaran agar bisa belajar dengan teratur ... 57
14. Membawa alat tulis ke sekolah ... 57
15. Membawa buku pelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang ditentukan di sekolah ... 58
16. Memperhatikan penjelasan guru ... 58
17. Mengucapkan salam dan mencium tangan apabila bertemu dengan guru ... 59
18. Mengucapkan salam pada saat masuk ke dalam kelas ... 59
19. Memakai pakaian dengan rapih ke sekolah ... 60
20. Menggunakan seragam beratribut sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh sekolah ... 60
22. Guru memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok
dan minuman keras ... 61
23. Guru memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba ... 62
24. Guru menasehati siswa yang malas belajar ... 62
25. Guru menasehati jika berkelahi di sekolah ... 63
26. Guru menyampaikan dan memberikan pengarahan tata tertib atau disiplin sekolah kepada siswa ... 63
27. Guru mengadakan razia, seperti benda-benda tajam, bacaan-bacaan porno serta obat-obatan terlarang ... 64
28. Guru mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut gondrong ... 64
29. Guru menegur siswa yang membuat keributan/kegaduhan dalam kelas saat pelajaran berlangsung ... 65
30. Guru melakukan pemanggilan kepada orang tua atau wali siswa, ketika siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah ... 65
31. Guru Berperilaku ramah dalam menghadapi siswa ... 66
32. Guru tidak merokok di depan siswa ketika berada di lingkungan sekolah ... 66
33. Guru menghukum siswa yang datang terlambat ke sekolah ... 67
34. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi ... 67
35. Guru berbicara penuh dengan kelembutan kepada sesama guru dan siswa ... 68
36. Guru menggunakan pakaian yang rapih pada saat mengajar ... 68
37. Deskripsi data implementasi disiplin siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Angket Penegakan Disiplin siswa
3. Tabel Penskoran Data Angket
4. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
5. Hasil Wawancara dengan Guru BK
6. Surat Panggilan Siswa yang Bermasalah
7. Surat Skorsing Siswa
8. Surat Permohonan Dosen Pembimbing
9. Surat Bimbingan Skripsi
10. Surat Permohonan Izin Penelitian
11. Surat Keterangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kunci bagi kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saja tetapi pendidikan juga ikut membina watak dan sikap manusia.
Pendidikan mempunyai posisi yanng strategis dalam program
pembangunan nasional dan sebagai sarana penting dalam mempelancar dan mensukseskan program pembangunan, karena pendidikan bukan hanya berfungsi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga ikut membentuk watak dan sikap manusia Indonesia.
Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1(1) dikemukakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.1 Selanjutnya dalam pasal 3 undang-undang sistem pendidikan
nasional disebutkan, ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demoktratis serta bertanggung jawab”.
1
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek kehidupan. Hal ini disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Menurut Singgih Gunarsa, mengatakan dahulu pendididikan sering di lakukan dengan disiplin dan kekerasan, sekarang disiplin tetap harus ditanamkan, tetapi tidak lagi dengan kekerasan terhadap pelanggaran, melainkan dengan
wejangan-wejangan.2
Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas melanjutkan, melengkapi dan mengembangkan pendidikan yang sudah dan belum diberikan dalam keluarga. Peranan sekolah sangat besar bagi usaha pemerintah memajukan pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan manusia yang berkualitas yang sanggup menghadapi tuntutan kemajuan jaman. Sekolah diharapkan dapat mengubah input menjadi output sesuai harapan pendidikan melalui suatu proses yang berkesinambungan.
Disiplin tidak hanya diberikan setelah anak masuk sekolah atau setelah masa remaja, tetapi harus sudah dilatih sejak anak baru lahir ke dunia ini. Sejak dilahirkan anak membutuhkan kedekatan dengan orang dewasa, membutuhkan kasih sayang orang dewasa. Orang tua dapat memulai mendidik disiplin dengan menunjukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang buruk.
Selain itu pendidikan disiplin tidak hanya ditekankan pada waktu anak membuat perilaku yang tidak diinginkan atau pada waktu anak gagal mencapai harapan orang tua. Perilaku-perilaku yang diinginkan pun perlu, meski tidak harus terus-menerus, mendapatkan pengakuan, persetujuan atau penghargaan. Jika anak sejak bayi telah dilatih untuk berdisiplin maka pada
2
masa remaja ia akan memiliki disiplin diri yang cukup akan mampu menahan segala godaan yang datang dari teman maupun lingkungan sekitarnya.
Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Disiplin sekolah adalah serangkaian peraturan, tata nilai moral yang berlaku di lembaga sekolah guna menciptakan suasana belajar yang efektif. Jadi disiplin sekolah sangat bermanfaat dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan efektif. Tapi dalam kenyataanya yang kita lihat banyak siswa-siswi yang tidak lagi menghiraukan tata tertib atau disiplin yang ada di lingkungan sekolah. Salah satu contohnya antara lain: seperti siswa datang ke sekolah terlambat, tidak mengerjakan tugas yang diberikan sekolah di rumah, tidak memakai seragam sekolah sesuai peraturan yg ditetapkan, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, pihak sekolah harus lebih memperhatikan lagi disiplin yang berlaku di sekolah. Sehingga siswa-siswi tidak lagi meremehkan peraturan yang di buat. Karena disiplin adalah salah satu kunci kesuksesan seseorang. Dengan kita menjunjung tinggi disiplin maka akan terbentuk pribadi yang kuat dan dihargai oleh orang lain.
Penerapan kedisiplinan di sekolah bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Harus ada perencanaan dan penyusunan peraturan atau tata tertib, sosialisasi, pengawasan serta pengendalian dari sekolah. Kedisiplinan adalah suatu hal penting yang perlu diterapkan baik di rumah maupun di lingkungan sekolah, sehingga ada kesinambungan antara pendidikan orang tua dan guru. Dahulu pendidikan sering dilakukan dengan disiplin dan kekerasan, sekarang disiplin tetap harus ditanamkan tapi tidak lagi dengan kekerasan, melaikan dengan wejangan-wejangan.sesuai dengan firman Allah :
نسحلا عوملاو مكحلاب كبر لي س ىلإ دأ
(
لحنلا روس
:
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik. (An-Nahl 125).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa anak yang dibesarkan tanpa adanya kedisiplinan akan memperoleh kebebasan, tetapi tanpa bimbingan dengan mudah ia akan menjadi orang yang selalu bimbang dan tidak dapat terkendali emosinya serta tidak dapat mengambil keputusan secara tepat.
Menurut Charles Schefer “kedisiplinan mencakup setiap pengajaran,
bimbingan atau dorongan yang dilakukan oleh orang dewasa, dimaksudkan untuk menolong anak-anak belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial dan untuk mencapai pertumbuhan serta perkembangan mereka semaksimal mungkin”.3
Sebagaimana juga pendapat Emile Durkheim: “disiplin berguna bukan
hanya demi kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak, melainkan juga demi kesejahteraan individu sendiri. Melalui disiplin kita belajar mengendalikan keinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mencapai kebahagiaan”.4
Dalam proses pembelajaran, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kandas dan tidak dapat terwujud. Perlunya penegakan disiplin yang akan memusatkan perhatiannya terhadap pembentukan tingkah laku anak sebagai penuntun mereka sebelum terjun ke lingkungan masyarakat
3
Carles Shefer (Alih Bahasa : Drs .R. Tuman Sirait ), Bagaimana Membimbing, Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influece Children“, (Jakarta Restu Agung, 1996), Cet. Ke 1,h.xi
4
sehingga mereka dapat berhasil dalam proses pembelajaran yang mereka tempuh.
Disiplin diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat. Menurut Elizabeth anak membutuhkan disiplin, bila mereka ingin bahagia dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka dapat berprilaku dengan cara diterima masyarakat dan
sebagai hasilnya oleh anggota kelompok sosial mereka.5
Sylvia Rimm Mengatakan, tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung pada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil dan penuh
kasih sayang.6
Jadi sudah seharusnya kedisiplinan anak di sekolah diterapkan sejak dini, dengan adanya jalinan kerjasama antara orang tua dan guru akan terlihat keberhasilan anak dalam mengendalikan emosinya, sehingga dapat menghasilkan manusia yang bermutu dan berpengetahuan untuk dapat meningkatkan derajat dan martabat manusia seutuhnya.
Terkait penjelasan di atas pada kenyataan yang terjadi di lapangan, anak kurang disiplin dan kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, tidak berpakaian rapi, tidak memperhatikan guru pada saat mengajar, membuat gaduh pada saat belajar dan tidak bisa tertib di dalam kelas sehingga siswa tidak mempunyai rasa tanggung jawab di sekolah.
5
Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa : dr. Med. Meitasari Tjandrasa ), Perkembangan Anak
(Jakarta : Erlangga), Jilid 2, h. 83.
6
Dari fenomena tersebut, nampak bahwa sekolah dengan segala perangkatnya berusaha mendidik siswa untuk tidak hanya disiplin terhadap peraturan sekolah saja, melainkan juga berusaha mendidik siswa di lingkungan keluarga dan masyarakat untuk taat serta memiliki sifat terpuji.
Penegakan kedisiplinan merupakan upaya pembentukan perilaku siswa secara baik dengan mendayagunakan semua sumber daya yang ada di sekolah melalui koordinasi kepala sekolah dan kerjasama Guru BK, dengan semua personil sekolah. Kedisiplinan siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh dengan tujuan agar proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, efektif dan efisien.
Pada kenyataanya, berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SMK Al-Hidayah Ciputat, terlihat bahwa tingkat kedisiplinan siswa masih kurang, terbukti dari masih seringnya siswa-siswi tersebut terlambat masuk kelas, berpakaian tidak rapi, membolos, mencontek, tidak memperhatikan guru pada saat belajar di dalam kelas, tidak menyelesaikan tugas tepat waktu dan juga para siswa yang terlibat perkelahian antar pelajar.
Kebenaran dari uraian di atas tentunya perlu dibuktikan melalui penelitian. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Al-Hidayah Ciputat mengenai “PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Tingkat penegakan disiplin siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat yang
masih rendah.
2. Peran para guru dalam menegakan kedisiplinan siswa di SMK
3. Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penegakan kedisiplinan siswa.
4. Kurang adanya keteladanan dan sikap seorang guru memungkinkan
anak berprilaku disiplin.
5. Adanya pengaruh lingkungan terhadap kedisiplinan dalam proses
belajar mengajar.
6. Minimnya peran guru BK dalam mengatasi siswa yang kurang disiplin.
7. Belum ada langkah-langkah yang ditempuh dalam menanamkan dan
mengembangkan disiplin siswa.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dibatasi oleh :
Penegakan disiplin di sekolah (guru, murid dan guru BK) dalam menanamkan dan mengembangkan disiplin siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian sebagai berikut: “Bagaimana strategi penegakan disiplin siswa di SMK Al-Hidayah
Ciputat?”
E. Manfaat penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khazanah keilmuan kepada
penulis tentang kedisiplinan siswa.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca terutama yang menggeluti bidang pendidikan tentang hubunganya dengan kedisiplinan siswa.
4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bahan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kedisplinan Siswa 1. Pengertian disiplin
Menurut Elizabeth B. Hurlock, kata “disiplin” berasal dari kata yang
sama “disciple” yakni seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seseorang pemimpin. Orang tua atau guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang
menuju ke hidup yang berguna dan berbahagia.7
Menuurut M.Dahlan Al Barry, dalam kamus populer, disiplin adalah tata
tertib ,ketaatan patuh terhadap peraturan .8
Menurut S. Wojowasito secara etimologi disiplin berarti suatu peraturan
yang ada pada suatu lembaga atau keluarga.9 Sedangkan pengertian
disiplin menurut Ahmad Rohani, mengartikan displin sebagai setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin
ditunjukan peserta didik terhadap lingkungannya.10
Dalam bahasa Indonesia, istilah disiplin kerapkali terkait dan menyatu
dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya.
7
Elizabeth B. Hurlock , perkembangan anak, (Jakarta:Erlangga, 1987), h. 37
8
M Dahlan Al Barry., Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Penerbit Alfa), h. 86
9
S. Wojowasito ,Kamus Populer ,(Semarang CV Aneka, 1997), h 68
10
Sebaliknya, istilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Istilah tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
Sedangkan menurut Tim penyusun kamus bahasa Indonesia, disiplin adalah “tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan
atau kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib”.11 Tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
Soedijarto mengatakan bahwa disilpin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi
sesuatu yang telah ditetapkan.12
Menurut Soegeng displin adalah “suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”.13 Sedangkan
dalam Ensiklopedi, Pendidikan disiplin adalah “proses mengarahkan atau
mengabdikan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan,
keinganan atau kepentingan-kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balaik Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, h. 268
12
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. Ke-1 h. 163.
13
tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar”.14
Demikian pula pernyataan Charles Schaefer bahwa :
Inti dari disiplin ialah untuk mengajarkan atau seseorang yang mengikuti ajaran dari seorang pemimpin. Dimana tujuan dekat dari disiplin ialah untuk membuat anak-anak anda terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka berbagai bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau masih asing bagi mereka. Karena itu orang tua haruslah secara terus-menerus berusaha untuk main memainkan
peranan yang semaik kecil dari pekerjaan pendisiplinan tersebut.15
Sedangkan menurut Oteng Sutisna “displin sekolah didefinisikan
sebagai kadar karakteristik dan jenis keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara dengan mana keadaan teratur itu diperoleh, pemeliharaan kondisi yang membantu kepada pencapaian dengan efisiensi
fungsi-fungsi sekolah”.16
Elizabeth B. Hurlock Mengatakan, disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.17
Elizabeth B. Hurlock juga mengatakan, disiplin penting bagi perkembangan anak karena memenuhi beberapa kebutuhan-kebutuhan tertentu antara lain:
a. Memberi rasa aman dengan memberi tahu apa yang boleh dan apa
yang tidak boleh dilakukan.
b. Sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai
apa yang diharapkan darinya.
14
Soegarda Poerbakawati, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), Cet. Ke-2, h. 81.
15
Charles Schaefer (Alih Bahasa: Drs. R. Turman Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik, dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influence Children”, (Jakarta: Restu Agung, 1996), Cet. Ke-1, h. xi.
16
Oteng Sutisna, Administrasi; Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung; Angkasa, 1989), Cet. Ke-10, h. 110.
17
c. Anak belajar menafsir, bahwa pujian sebagai tanda rasa kasih sayang dan penerimaan.
d. Memungkinkan hidup menurut standar yang disetujui kelompok
sosial.
e. Membantu anak mengembangkan hati nurani, suara hati,
membimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian
perilaku.18
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap moral individu yang terbentuk melalui serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
2. Ciri-ciri Disiplin
Salah satu ciri dalam mengajarkan kedisiplinan pada anak seperti mengormati aturan. Ia akan belajar melaksanakannya karena ia merasa wajib berbuat yang demikian sekalipun tugasnya tidak mudah. Pembiasaan diri semacam itu tidak dapat dipenuhi secara lengkap dalam keluarga, maka untuk melanjutkannya harus dibebankan pada lembaga pendidikan. Dengan demikan, ada sejumlah kewajiban yang harus dibebankan pada lembaga pendidikan. Kewajiban-kewajiban tersebut membentuk disiplin anak, melalui praktek disiplin inilah kita akan dapat menanamkan semangat disiplin.
Hasan Nanggulung mengatakan, sepintas bila kita mendengar kata “disiplin” makna yang selalu terbayang ialah usaha untuk menyekat,
mengawal dan menahan. Padahal sebenarnya tidak demikian, sebab dalam kamus yang kita jumpai makna disiplin selain dari pada yang tersebut adalah melatih, mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Dengan kata
18
lain disiplin tidak hanya terkandung makna sekatan, tetapi juga pendidikan
dan latihan.19
Samarmomo mengatakan, disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan dan yang tak sepatutnya dilakukan. Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap
atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban.20
Sesuai dengan peringkat manusia (individu, kelompok masyarakat, bangsa), Samarmomo juga mengatakan, ciri disiplin dapat dipilah dalam tiga kategori, yaitu :
a. Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari
kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.
b. Disiplin kelompok sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari sikap
taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.
c. Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh
yang ditunjukkan oleh warga Neagara terhadap aturan-aturan, nilai
yang berlaku secara nasional.21
Maurice J. Elias, mengatakan, Pada dasarnya ciri disiplin muncul dari hubungan keseluruhan antara orang tua dan anak, cara rumah tangga dikelola dan nilai-nilai yang ditekankan oleh orang tua. Jika menginginkan anak tumbuh dengan rasa disiplin, bertanggung jawab dan bertenggang rasa, orang tua harus memberi mereka kesempatan untuk membuat pilihan
dan mematuhi batasan.22
19
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995), Cet. Ke-3, h. 400.
20
Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, (CV. Mini Jaya Abadi, 1997), Cet. Ke-1, h. 20.
21
Somarmo, Pedoman Pelaksanaan….., h. 22 22
Maka untuk selanjutnya penegakan disiplin anak harus dibebankan pada sekolah. Dengan demikian, ada sejumlah kewajiban yang harus dipikul oleh siswa. Kewajiban-kewajiban tersebut membentuk disiplin sekolah. Melalui praktek disiplin sekolah inilah kita akan dapat menanamkan semangat disiplin dalam diri siswa. Adapun ciri-ciri kedisplinan menurut Emil Durkim, yang ada di sekolah, yaitu sebagai
berikut:23
a. Patuh pada peraturan sekolah
Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat menjalankan kedisiplinan dengan baik. Indikator dari peraturan tersebut meliputi: mengenakan pakaian seragam sekolah sesuai dengan ketentuan, tidak memakai perhiasan yang berlebihan, tidak merokok, mengikuti upacara bendera, membayar SPP.
b. Melaksanakan tugasnya, yaitu: belajar
Tugas siswa yang paling utama adalah belajar. Baik belajar dirumah maupun disekolah Indikator dari pelaksanaan belajar dapat dilakukan dengan membaca buku baik buku paket, buku tambahan
maupun buku-buku di perpustakaan, mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan dari guru, keluar kelas ketika guru sedang memberikan penjelasan dari guru, keluar kelas ketika guru sedang memberikan penjelasan dan mengerjakan tugas yang diberikan.
c. Teratur masuk kelas
Indikator dari perilaku teratur masuk kelas yaitu siswa berada di kelas ketika jam pelajaran akan di mulai agar kegiatan belajar mengajar dapat diraulai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, melapor kepada guru piket jika datang terlambat dan tidak membolos.
d. Disiplin waktu
Waktu yang baik siswa tiba di sekolah sebelum bel masuk berbunyi agar siswa dapat mempersiapkan kelengkapan belajar sebelum proses belajar mengajar di mulai selain itu siswa masuk dan pulang sekolah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Tidak membuat masalah di kelas
23
Indikatornya yaitu tidak bercanda dengan teman kegiatan belajar mengajar berlangsung, berkelahi dengan teman, membaca buku yang porno, membawa VCD porno, dan tidak menggunakan/memakai handphone ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
f. Mengerjakan pekerjaan rumah.
Ketika di sekolah diberikan pekerjaan rumah (PR) sebaiknya
siswa langsung mengerjakannya di rumah atau tidak
mengerjakannya di sekolah, agar dapat dikumpulkan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Dengan demikian, diharapkan kedisplinan yang ada di sekolah akan membentuk kedisiplinan diri anak walaupun tanpa aturan tertulis. Sehingga dimanapun dan kapanpun disiplin diri akan selalu tertanam pada pribadi anak, karena dengan kesadaran yang timbul dari diri sendirilah disiplin yang sebenarnya.
3. Macam-macam Disiplin
Pendidikan memegang peranan kunci dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama masalah kedisiplinan. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan kedisiplinan dari semua personil sekolah. Di dalam kehidupan sekolah peraturan dan tata tertib sangat dibutuhkan agar dapat terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Piet A. Sahertian disiplin dapat terbagi dalam tiga macam, diantaranya yaitu:
a. Disiplin Tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan,
menghukum, mengawasi, memaksan dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.
b. Disiplin Modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang
c. Disiplin Liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang
diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.24
Macam-macam disiplin selama usia sekolah Conny R. Semiawan meliputi disiplin dalam waktu dan disiplin dalam belajar sementara Nur Uhbiyati menambahkan disiplin dalam bertata krama.
a. Disiplin dalam waktu. Kedisiplinan dalam hal ini berarti siswa harus
belajar untuk terbiasa dalam mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari. Pengaturan waktu ini menurut Conny R. Semiawan bisa bermula dari perbuatan kecil seperti, tepat waktu berangkat ke
sekolah dan tepat waktu dalam belajar.25
b. Disiplin dalam belajar. Siswa yang mempunyai kedisiplinan dalam
belajar adalah siswa yang mempunyai jadwal serta motivasi belajar di sekolah dan di rumah, seperti dalam mengerjakan tugas dari guru dan membaca pelajaran. Dalam hal motivasi belajar ketika siswa berada di rumah seyogyanya orang tua dapat mengadakan lingkungan yang karya simulasi mental dan intelektual dengan mengusahakan suasana dan sarana belajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara spontan dapat memperhatikan dan menyatakan diri terhadap berbagai kejadian di
dalam lingkungannya.26
c. Disiplin dalam bertata krama. Adapun maksud dari disiplin dalam
bertata krama adalah kedisiplinan yang berkaitan dengan sopan santun, akhlak atau etika siswa, baik kepada guru, teman dan lingkungan. Ibnu Sina berpendapat bahwa untuk mendidik disiplin dalam bertata krama hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan membiasakan bertingkah laku yang terpuji sebelum tertanam sifat
yang buruk.27
Menurut Karl S. Bernhardt “Discipline is control, but more important is
the principle that discipline is training for self-control. A scheme of
24
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. Ke-1, h. 127
25
Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak(Jakarta: PT. Prenhalindo, 2008), Cet. Ke-10, h. 95.
26
Conny R. Semiawan, Penerapan pembelajaran ….., h. 85. 27
discipline with children is only partially succesful is all it does is to keep
children in order.”28
Disiplin adalah kendali, tapi yang lebih penting adalah prinsip bahwa disiplin adalah sebuah pelatihan untuk pengendalian diri. Skema disiplin pada anak-anak hanya sebagian yang sukses jika semua itu dilakukan untuk membuat anak-anak tetap patuh pada peraturan. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dari dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah sebagai tempat penting bagi pengembangan disiplin seseorang.
Jenis atau macam disiplin yang harus diperoleh ialah disiplin diri. Dengan disiplin diri, anak akan mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang berlaku baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitar.
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal tersebut disebabkan dimanapun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan. Dari sudut pandang sosiologis dan psikologis disiplin ialah suatu proses belajar dimana individu mengakui tanggung jawab pribadinya terhadap masyarakat.
4. Unsur-unsur disiplin
Menurut Elizabeth B. Hurlock, disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Disiplin mempunyai empat unsur pokok, yaitu: Peraturan, hukuman,
penghargaan dan konsistensi.29
a. Peraturan
28
Karl S. Bernhardt, Discipline and Child Guidance, (New York: Mc. Graw-Hill, 1964), h. 308.
29
Peraturan biasanya ditetapkan oleh orang tua di rumah, guru di sekolah, masyarakat di lingkungan sekitar bahkan teman bermain baik di rumah maupun di sekolah.
b. Hukuman
Hukuman mempunyai tiga fungsi, yaitu: menghalangi agar seseorang tidak melakukan hal-hal atau perbuatan yang tidak diinginkan, mendidik seseorang agar dapat membedakan antara tindakan yang benar dan yang salah serta memberikan motivasi.
c. Penghargaan
Bentuk penghargaan tidak perlu berupa materi selain itu juga dapat berupa pujian, senyuman bahkan dapat berupa tepukan di punggung. Fungsi penghargaan ada tiga yakni: medidik, memberi motivasi dan membedakan perilaku yang benar dan yang salah.
d. Konsistensi
Konsistensi merupakan bentuk keseragaman dalam pemberian peraturan, hukuman dan penghargaan. Fungsi dari konsistensi ini adalah mendidik, memberikan motivasi dan mempertinggi penghargaan.
B. Penegakan Disiplin di Sekolah
1. Strategi penerapan disiplin terhadap siswa
Strategi menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus”.30 Sedangkan menurut Anas Sudijono
penerapan adalah “kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus dan teori-tori”.31
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi penerapan disiplin adalah suatu rencana tentang tata cara yang akan digunakan untuk melaksanakan peraturan atau tata tertib sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Nafilah mengatakan, Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai situasi, termasuk situasi pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam kondisi belajar mengajar, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian berikut:
a. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan
menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
b. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
c. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana
yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
30
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 859.
31
d. Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.32
Dalam rangka penegakan disiplin, baik siswa maupun guru sama-sama terlibat di dalamnya. Bahkan orang tua wali juga harus diberi informasi mengenai penegakan disiplin yang diterapkan sekolah. Hal tersebut dilakukan agar pihak sekolah dan orang tua dapat diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, Penegakan disiplin siswa dapat terjadi secara optimal apabila pihak sekolah, terutama para guru melakukan perbaikan pembelajaran di sekolah. Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan, figur manusia sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Di sekolah, guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia dalam
hal ini anak didik.33
Syaiful Bahri Djamarah juga mengatakan, Negara menuntut generasinya yang memerlukan pembinaan dan bimbingan dari guru.. Guru dengan sejumlah buku yang terselip di pinggang datang ke sekolah di waktu pagi hingga petang, sampai waktu mengajar dia hadir di kelas untuk bersama-sama belajar dengan sejumlah anak didik yang sudah menantinya untuk diberikan pelajaran. Anak didik ketika itu haus akan ilmu pengetahuan dan siap untuk menerimanya dari guru. Ketika itu guru sangat berarti sekali bagi anak didik. Kehadiran guru di kelas merupakan
32
Nafilah, Strategi dan Inovasi Pembelajaran SD,
http://nafilah.multiply.com/journal/item/26/Strategi dan Inovasi Pembelajaran Siswa SD.
33
kebahagiaan bagi mereka. Apalagi bila figur itu sangat disenangi oleh
mereka.34
Seperti telah diketahui bersama dalam dunia pendidikan, guru memiliki peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada. Dalam proses pendidikan efektif di sekolah diperlukan kinerja guru yang tinggi, proses pembelajaran yang menyenangkan, serta semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
Pada hakikatnya penerapan kedisiplinan merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas serta fungsi sekolah. Di samping itu, mendorong upaya meningkatkan efektifitas sistem dan tata laksana peraturan atau tata tertib sekolah sehingga peserta didik dapat lebih disiplin dalam segala aktifitasnya baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan, Untuk menciptakan anak didik (manusia) dewasa susila, guru harus memiliki ke pribadian dewasa susila. Guru jangan hanya mengajar, tetapi dia harus mendidik. Mengajar lebih cenderung mendidik anak didik menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi jiwa dan watak anak didik tidak dibangun dan dibina. Untuk membentuk jiwa dan watak anak didik, mendidiklah jawabannya, karena mendidik adalah kegiatan transfer of values, memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik.35
Dalam hal ini Gunarsa menjelaskan: “Penerapan disiplin pada anak
dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup si anak. Tata tertib disertai pengawasan akan terlaksananya tata tertib dan
34
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak ……, h. I. 35
pemberian pengertian pada setiap pelanggaran, tentunya akan menimbulkan rasa keteraturan dan disiplin diri.”36
Sangat banyak strategi yang bisa dilaksanakan dalam menerapkan disiplin di sekolah. Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan di hati para siswa, sehingga akhirnya disiplin itu akan tumbuh dari hati sanubari anak itu sendiri. Menurut Singgih D. Gunarsa, ada beberapa cara untuk mendisiplinkan siswa, yaitu :
a. Cara otoriter
Pada cara ini biasanya tokoh otoriter baik orang tua atau guru misalnya, selalu menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak. Dalam hal ini anak harus patuh dan tunduk serta tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau pendapatnya sendiri. Kalau anak tidak memenuhi tuntutan tersebut, ia akan diancam atau dihukum. Dalam kondisi ini, anak umumnya lebih merasa takut kalu tidak melakukan, kalau pun anak tersebut melakukannya itu bukan karena kesadaran dari dalam dirinya. Tokoh otoriter dalam kaitan ini hanya menentukan tanpa memperhitungkan keadaan anak. Dan tanpa menyelami keinginan dan sifat-sifat khusus anak yang berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya.
Dengan cara otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam akan menjadikan anakn patuh di hadapan tokoh otoriter saja, tetapi di belakangnya, kebanyakan anak memperlihatkan reaksi-reaksi lain. Misalnya menentang atau melawan. Reaksi menentang atau melawan ini bisa ditampilkan dalam tingkah laku yang melanggar norma-norma dan yang menimbulkan persoalan dan
36
kesulitan, baik pada dirinya, lingkungan rumah, sekolah dan pergaulannya.
Di sekolah dimana guru menanamkan disiplin dengan cara otoriter, pada umumnya tidak banyak mengalami kemajuan-kemajuan dalam upaya mengembangkan kepribadian peserta didik. Melalui cara ini guru menganggap dirinya paling tahu atau benar, apa yang dikatakan dan diajarkannya adalah mutlak benar. Di sisi lain, peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengambangkan ide atau buah pikirannya.
Para guru yang menanamkan disiplin melalui cara otoriter pada dasarnya telah melakukan suatu upaya penjinakan peserta didik. Artinya peserta didik dijinakan melalui usaha guru agar peserta didik menerima saja tentang apa yang dikatakan atau diajarkan oleh guru, tanpa diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Dampak penggunaan cara otoriter dalam menanamkan disiplin dapat menimbulkan hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan kreatifitasnya menjadi tumpul. Secara umum kepribadiannya lemah, demikan pula dengan kepercayaan dirinya.
b. Cara bebas
Kemungkinan pada anak tersebut akan tumbuh rasa keakuan yang terlalu kuat dan kaku serta mudah timbulnya kesulitan-kesulitan kalau harus menghadapi larangan-larangan yang ada dalam lingkungan sosialnya.
Implikasi cara ini di sekolah adalah munculnya pandangan bahwa guru sebagai sesuatu yang memaksimalkan kebebasan peserta didik untuk melakukan apa saja yang mereka sukai dan kapan mereka inginkan.
Para guru yang menganut cara bebas ini dalam menanamkan disiplin pada umumya beralasan bahwa kebebasan adalah hak yang paling asasi yang harus diberikan kepada anak didik di dalam suatu proses agar peserta didik dapat dengan sepenuhnya mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka.
c. Cara demokratis
Cara menanamkan disiplin dengan model ini adalah dengan memberikan perhatian kepada kebebasan anak dalam arti positif bukan kebebasan mutlak. Kebebasan positif mengandung pengertian kebebasan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri anak.
Cara demokratis ini juga memperhatikan keinginan dari pendapat anak dengan pertimbangan kalau sesuai dengan norma-norma yang berlaku maka disetujui untuk dilakukan. Sebaliknya kalau keinginan dan pendapat anak tersebut tidak sesuai, maka kepada anak diberikan bimbingan melalui penjelasan yang rasional dan objektif.
memupuk kepercayaan dirinya. Ia mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri dan kalau tingkah lakunya tidak berkenan bagi orang lain, ia mampu menunda dan menghargai tuntutan pada lingkungannya sebagai sesuatu yang bisa berbeda dengan norma pribadinya.
Dalam upaya guru di sekolah menanamkan disiplin kepada peserta didiknya, cara demokratis haruslah menjadi pilihan utama. Namun demikian, mengingat keadaan pribadi dan tahapan perkembangan peserta didik, maka kedua cara sebagai tersebut kadang-kadang masih perlu digunakan dalam kondisi dan situasi tertentu.37
2. Cara Menanamkan Disiplin
Menurut Amin Daein Indrakusuma menyatakan bahwa ada langkah-langkah untuk menanamkan disiplin pada anak ialah : dengan pembiasaan,
contoh dan tauladan, penyadaran serta pengawasan.38
a. Dengan pembiasaan
Anak dibiasakan melakukan hal-hal dengan tertib, baik dan teratur. Misalnya berpakaian rapi, masuk dan keluar kelas dengan teratur, makan dan tidur pada waktunya, hingga menulis dan membuat catatan-catatan di buku pun harus dibasakan dengan rapi dan teratur. Akhir-akhir ini, menulis dan membuat catatan-catatan dengan rapi dan teratur ini rupa-rupanya kurang mendapat perhatian dari para guru. Nampaknya hal ini remeh dan sepele, tetapi
37
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), h. 82-84.
38
sebenarnya akan berpengaruh besar terhadap kebiasaan-kebiasaan akan ketertiban dan keteraturan dalam hal-hal lain.
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum
anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
2) Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus-menerus
(berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.
3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap
teguh terhadap pendiriannya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan.
4) Pembiasaan yang mula-mula mekanistis harus makin menjadi
pembiasaan yang disertai dengan kata hari anak itu sendiri.39
b. Dengan contoh dan tauladan
Dalam hal ini para pendidik, guru dan orang tua harus selalu memberikan contoh dan menjadi tauladan bagi anak. Jika guru maupun orang tua membiasakan sesuatu bagi anak, hendaknya dirinya sendiri melakukan hal tersebut sebagai upaya mencontohkan dan menjadi tauladan bagi anak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakuan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan dengan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru.
1) Sikap dasar, postur psikologis yang akan nampak dalam
masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan dan diri.
2) Bicara dan gaya bicara; penggunaan bahasa sebagai alat
berpikir.
39
3) Kebiasaan bekerja; gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan; pengertian
hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.
5) Pakaian; merupakan perlengkapan pribadi yang amat sangat
penting dan menampakkan ekspresi seluruh kehidupan.
6) Hubungan kemanusiaan; diwujudkan dalam semua pergaulan
manusia intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
7) Proses berpikir; cara yang digunakan oleh pikiran dalam
menghadapi dan memecahkan masalah.
8) Perilaku neuritis; suatu pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
9) Selera; pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai
yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10) Keputusan; keterampilan rasional dan intuitif yang
dipergunakan untuk menilai setiap situasi.
11) Kesehatan; kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang
merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.
12) Gaya hidup secara umum; apa yang dipercaya oleh seseorang
tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk
mewujudkan kepercayaan itu.40
c. Dengan penyadaran
Di samping adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan tauladan, maka kepada anak yang mulai kritis pikirannya, sedikit demi sedikit harus diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Anak lambat laun akan menyadari kegunaan peraturan tersebut. Apabila kesadaran telah timbul, maka pada diri anak telah tumbuh disiplin diri.
40
d. Dengan pengawasan
Anak adalah tetap anak. Di mana terdapat kesempatan yang memungkinkan, ia cenderung berbuat sesuatu yang bertentangan dengan peraturan-peraturan, berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tata tertib. Oleh karena itu pengawasan penting sekali. Pengawasan harus terus-menerus dilakukan, terlebih dalam situasi yang sangat memberi kemungkinan untuk terjadinya pelanggaran terhadap peraturan. Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dan untuk memperkuat kedudukan dari pengawasan, maka dapat diikuti dengan adanya hukuman-hukuman.
Menurut Oteng Sutisna beberapa karakteristik dari proses pengawasan yang efektif, yaitu:
1) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan
kebutuhan organisasi.
2) Pengawasan hendaknya diarahkan pada penemuan fakta-fakta
tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan.
3) Pengawasan mengacu pada tindakan perbaikan.
4) Pengawasan dilakukan bersifat fleksibel yang preventif.
5) Sistem pengawasan dapat dipakai oleh orang-orang yang
terlibaj dalam pengawasan.
6) Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya
tujuan-tujuan. Oleh karena itu pengawasan haris bersifat
membimbing supaya para pelaksana meningkatkan
kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.41
Dengan pembiasaan, peneladanan, pengawasan dan penyadaran yang diterapkan baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitar, maka dapat terbentuk kesadaran susila dan anak-anak pun lebih bermoral dan berbudi luhur.
41
Menurut Charles Schaefer tipe yang paling efektif untuk mendisiplinkan anak ialah dengan pendekatan positif. Pendekatan positif ialah dimana anda bermaksud dan berusaha untuk mengajarkan seorang anak dengan cara tingkah laku yang baik, seperti: contoh dan teladan, persuasi atau bujukan, pujian dan hadiah. Dimana sebagian hasilnya anak akan merasa bahwa anda ada
bersama dia, bukan menentang dia.42
Sementara itu, Reisman dan Payne mengemukakan strategi umum disiplin siswa, yaitu:
1) Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga
siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka.
2) Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi
yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa.
3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan
dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; serta memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
4) Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab
pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri/
5) Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang
dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah.
6) Terapi realitis; sekolah harus berupaya mengurangi
kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.
7) Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan
pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan memepertahankan peraturan.
42
Charles Schaefer (Alih Bahasa: Drs. R. Turmin Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik
8) Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.
9) Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat
terorganisasi dan dalam pengandalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai
pemimpin.43
E. Mulyasa mengatakan, untuk mendisiplinkan peserta didik dengan berbagai strategi tersebut, guru harus mempertimbangkan
beragai situasi dan perlu memahami faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui
kartu catatan kumulatif.
2) Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung,
misalnya melalui daftar hadir di kelas.
3) Mempertimbangkan lingkungan sekolah dan lingkungan
peserta didik.
4) Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana
dan tidak bertele-tele.
5) Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan
dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan.
6) Berdiri di dekat pintu pada waktu mulai pergantian
pelajaran agar peserta didik tetap berada dalam posisinya sampai pelajaran berikutnya dilaksanakan.
7) Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran,
agar dijadikan teladan oleh peserta didik.
8) Berbuat sesuatu yang bervariasi, jangan monoton, sehingga
membantu disiplin dan gairah belajar peseta didik.
43
9) Menyesuaikan ilustrasi dan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.
10)Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.44
Melalui disiplin anak belajar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya. Anak pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak diterima dalam masyarakat. Dalam menanamkan disiplin, hukuman dan penghargaan mempunyai andil. Hukuman akan diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin, anak pun belajar memahami mengapa perilakunya salah dan akan tidak akan mengulangi perilaku tersebut.
Demikian pula dengan penghargaan, adanya penghargaan, anak akan belajar mengulangi perilaku yang diterima di lingkungannya. Pemberian hukuman dan penghargaan atau penanaman disiplin sekolah haruslah secara konsisten.
3. Peranan Sekolah dalam Penegakan Disiplin Siswa
Dalam kamus besar bahasa Indonesia peranan adalah “bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”.45
Sedangkan menurut Hasan Shadily,
sekolah adalah “tempat anak didik mendapat pelajaran yang diberikan oleh
guru”. Pelajaran hendaknya diberikan secara pedagogik dan didaktik.
Tujuannya untuk mempersiapkan anak didik menurut bakat dan kecakapan
masing-masing, agar mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.46
Jadi peranan sekolah adalah suatu pola tindakan yang dilakukan oleh seluruh personil sekolah baik secara individual maupun secara
44
E. Mulyasa, Standar Kompetensi….., h. 125 45
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1988),h. 3060
46
sama yang dapat menimbulkan suatu peristiwa untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.
Soebagio Atmodiwirio mengungkapkan, sebagai unit pelaksanaaan teknis (UPT) pendidikan formal, tugas dan tanggung jawab sekolah adalah:
a. Melaksanakan pendidikan formal selama jangka waktu tertentu,
sesuai dengan jenis, jenjang dan sifat sekolah.
b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa di sekolah.
d. Membina organisasi intra sekolah.
e. Melaksanakan urusan tata usaha dan urusan rumah tangga sekolah.
f. Membina kerja sama dengan orang tua, masyarakat dan dunia usaha.
g. Bertanggung jawab kepada kantor wilayah propinsi.47
Di lingkungan pendidikan, budaya disiplin masih memprihatinkan, antara lain tingginya ketidaktepatan penggunaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa, rendahnya siswa dalam mematuhi tata tertib dan peraturah sekolah, rendahnya kehadiran siswa dan guru penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan sekolah, buruknya penggunaan bahasa yang santun, rendahnya kesadaran memelihara lingkungan, rendahnya minta membaca, tingginya kebiasaan mencontek hasil pekerjaan orang lain, rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya serta malasnya siswa mengikuti ulangan dan remedial. Kondisi ini sungguh sangat tidak sesuai dengan misi sekolah sebagai lembaga yang menanamkan kedisiplinan dan pembentukan karakter.
Kedisiplinan harus terus dibina dan ditegakkan meski tidak mudah melaksanakannya. Kefrustrasian menegakkan kedisiplinan di lingkungan pemerintah, di tengan bertaburnya lembaga-lembaga seperti BPK, KPK,
47
POLRI, Bawasda dan lainnya tidak boleh mematikan semangat kita. Lembaga sekolah sejatinya tetap menjadi alternatif pelopor dan tempat yang strategis dalam pembinaan disiplin.
E. Mulyasa mengatakan, Sekolah membuat aturan-aturan yang harus ditaati, khususnya oleh warga sekolah, guru, peserta didik, karyawan dan kepala sekolah. Aturan tersebut meliputi tata tertib waktu masuk dan pulang sekolah, kehadiran di sekolah dan di kelas serta proses
pembelajaran yang sedang berlangsung dan tata tertib sekolah lainnya.48
Sedijarto mengatakan, Peran penting sekali sebagai lembaga sosialisasi nilai, sikap dan kemampuan disiplin, baik disiplin diri maupun disiplin terhadap lingkungan dalam bentuk peningkatan kualitas proses belajar dan peningkatan sistem evaluasi sebagai sarana pendidikan dan proses sosialisasi tentu tidak mudah diembannya. Dukungan penuh dari orang tua, masyarakat, siswa dan para guru di sekolah mutlak diperlukan. Semua peraturan yang bermula pada pembinaan kedisiplinan hendaknya dirumuskan dengan melibatkan perwakilan komponen sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar. Mensosialisasikan tata tertib, melaksanakannya dan menindaklanjuti pelanggaran merupakan sesuatu yang harus dilakukan secara konsisten, tanggung jawab dan penuh
kewibaan.49
Penguatan peran sekolah dalam pembinaan disiplin di lingkungannya merupakan sesuatu yang mendesak. Penegakan kedisiplinan di lembaga pendidikan akan memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan pribadi yang baik di masa depan. Kedisiplinan dalam arti kemampuan mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan sesuatu yang telah ditetapkan, melakukan sesuatu yang mendukung peraturan dan melindungi sesuatu yang ditetapkan.
48
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profrsional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-6, h. 80-81.
49
Setiap lembaga pendidikan dituntut untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin agar penggunan pelayanan pendidikan khususnya peserta didik dan umumnya masyarakat luas merasakan kenyamanan menikmati apa yang sudah diberikan. Diharapkan segala program yang direncanakan berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Soedijarto juga mengungkapkan, untuk dapat melaksanakan peranan sekolah, diperlukan guru dengan kemampuan, rasa tanggung jawab, kepekaan profesional serta rasa pengabdian kepada profesi, bangsa dan Negara yang tinggi. Guru yang demikian bukanlah guru yang hanya dapat menyajikan informasi dan pengetahuan bidang studi tanpa mengetahui
pengaruhnya terhadap anak didik.50
Jika seluruh stakeholder sekolah dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya secara sistematis, maka peranan sekolah dalam penegakan disiplin siswa pun akan menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia seutuhnya, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan pribadi secara utuh baik fisik, psikis, sosial dan spiritual.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa penegakan disiplin siswa adalah proses, tata cara yang digunakan dalam menegakan peraturan atau tata tertib di sekolah. Dimulai dengan cara yang paling mendasar yaitu dengan mengenalkan peraturan yang akan dilaksanakan, dengan pembiasaan, contoh dan tauladan, pengawasan serta penyadaran secara perlahan-lahan tanpa bersifat terlalu memaksa dan menekan.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas strategi penegakan disiplin siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Al-Hidayah Ciputat, yang berlokasi di Jl. RE. Martadinata No, 7 Cipayung-Ciputat 15411. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2010 sampai dengan bulan Febuari 2011.
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam metode deskriptif analisis melalui penelitian lapangan, yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan situasi hal seperti apa adanya sehingga memberi gambaran yang jelas tentang objek penelitian.
D. Sumber Data
Sumber data dari penelitian tentang penegakan disiplin siswa di SMK Al- Hidayah Ciputat adalah Kepala Sekolah, Koordinator BK, dan siswa yang berjumlah 30 orang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis memerlukan beberapa teknik. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah :
1. Observasi
Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan untuk memperkuat data tentang penegakan disiplin siswa di SMK Al- Hidayah Ciputat.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada Kepala Sekolah dan Koordinator BK yang mempertanyai data yang diperoleh dari angket untuk memperoleh informasi tentang penegakan disiplin siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat.
3. Angket
subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua singga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.51
Dengan ini peneliti memberikan 5 pilihan jawaban, yaitu : selalu, sering, jarang, sangat jarang dan tidak pernah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipergunakan untuk mengukur penegakan disiplin siswa adalah kuesioner yang didasarkan atas sistem penilaian skala Likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat dan persepsi
sosial seseorang atau sekelompok orang. 52 Metode ini merupakan penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Jumlah alternatif respon yang ada dalam skala Likert ada 5 jenis (selalu, sering, jarang, sangat jarang dan tidak pernah).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam penyusunan skala persepsi adalah sebagai berikut :
1. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu penegakan disiplin
siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat.
2. Menentukan dimensi dan indikator dari variabel.
3. Menyusun kisi-kisi.
4. Menyusun pernyataan-pernyataan disertai alternatif jawabannya.
5. Menentukan kriteria penskoran alternatif jawaban yaitu dengan
menggunakan skala Likert dengan lima pilihan.
51
Souharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 134.
52
Tabel 1
Kisi-kisi Angket Penegakan Disiplin Siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat
Dimensi Indikator Nomor
Item
Jumlah
Displin Waktu a. Datang ke sekolah
tepat waktu
b. Masuk dan pulang
sekolah sesuai dengan waktu yang ditentukan
1
2,3
3
Belajar a. Mengerjakan tugas dari
sekolah
b. Belajar teratur
c. Membawa
perlengkapan sekolah
d. Menyimak pelajaran
4,5 6,7 8,9 10
7
Bertata krama a. Mengucapkan salam
dan mencium tangan
11,12 2
Pakaian a. Rapi berrpakaian ke
sekolah
b. Memakai seragam
lengkap beratribut
c. Memakai seragam olah
raga pada saat jam pelajaran olahraga
13
14
15
3
Pembiasaan a. Pemberian penyuluhan
b. Menasehati siswa
c. Pengarahan siswa
16,17 18,19 20
5
Pengawasan a. Pengadaan razia dan
pemeriksaan
b. Teguran kepada siswa
c. Pemanggilan siswa
yang melakukan pelanggaraan
21,22 23
24 4
Penyadaran a. Pemberian hukuman
b. Pemberian
penghargaan
25
26 2
Contoh dan tauladan a. Sikap guru
b. Kerapihan berpakaian
27,28,29
30 4
Tabel 2
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert
No. Alternatif Jawaban Skor
1. Selalu (SL) 5
2. Sering (SR) 4
3. Jarang (J) 3
4. Sangat Jarang (SJ) 2
5. Tidak Pernah (TP) 1
G. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
1. Teknik Pen