• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Menanamkan Disiplin

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

B. Penegakan Disiplin di Sekolah

2. Cara Menanamkan Disiplin

Menurut Amin Daein Indrakusuma menyatakan bahwa ada langkah-langkah untuk menanamkan disiplin pada anak ialah : dengan pembiasaan, contoh dan tauladan, penyadaran serta pengawasan.38

a. Dengan pembiasaan

Anak dibiasakan melakukan hal-hal dengan tertib, baik dan teratur. Misalnya berpakaian rapi, masuk dan keluar kelas dengan teratur, makan dan tidur pada waktunya, hingga menulis dan membuat catatan-catatan di buku pun harus dibasakan dengan rapi dan teratur. Akhir-akhir ini, menulis dan membuat catatan-catatan dengan rapi dan teratur ini rupa-rupanya kurang mendapat perhatian dari para guru. Nampaknya hal ini remeh dan sepele, tetapi

37

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), h. 82-84.

38

Amir Daien Indrakusuma, Pengatur Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), h. 143-144.

sebenarnya akan berpengaruh besar terhadap kebiasaan-kebiasaan akan ketertiban dan keteraturan dalam hal-hal lain.

1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

2) Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus-menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.

3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan.

4) Pembiasaan yang mula-mula mekanistis harus makin menjadi pembiasaan yang disertai dengan kata hari anak itu sendiri.39 b. Dengan contoh dan tauladan

Dalam hal ini para pendidik, guru dan orang tua harus selalu memberikan contoh dan menjadi tauladan bagi anak. Jika guru maupun orang tua membiasakan sesuatu bagi anak, hendaknya dirinya sendiri melakukan hal tersebut sebagai upaya mencontohkan dan menjadi tauladan bagi anak.

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakuan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan dengan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru.

1) Sikap dasar, postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan dan diri.

2) Bicara dan gaya bicara; penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.

39

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke -18, h. 178.

3) Kebiasaan bekerja; gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.

4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan; pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.

5) Pakaian; merupakan perlengkapan pribadi yang amat sangat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kehidupan. 6) Hubungan kemanusiaan; diwujudkan dalam semua pergaulan

manusia intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.

7) Proses berpikir; cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

8) Perilaku neuritis; suatu pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain. 9) Selera; pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai

yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.

10) Keputusan; keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi.

11) Kesehatan; kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.

12) Gaya hidup secara umum; apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.40

c. Dengan penyadaran

Di samping adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan tauladan, maka kepada anak yang mulai kritis pikirannya, sedikit demi sedikit harus diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Anak lambat laun akan menyadari kegunaan peraturan tersebut. Apabila kesadaran telah timbul, maka pada diri anak telah tumbuh disiplin diri.

40

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-1, h. 127-128.

d. Dengan pengawasan

Anak adalah tetap anak. Di mana terdapat kesempatan yang memungkinkan, ia cenderung berbuat sesuatu yang bertentangan dengan peraturan-peraturan, berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tata tertib. Oleh karena itu pengawasan penting sekali. Pengawasan harus terus-menerus dilakukan, terlebih dalam situasi yang sangat memberi kemungkinan untuk terjadinya pelanggaran terhadap peraturan. Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dan untuk memperkuat kedudukan dari pengawasan, maka dapat diikuti dengan adanya hukuman-hukuman.

Menurut Oteng Sutisna beberapa karakteristik dari proses pengawasan yang efektif, yaitu:

1) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi.

2) Pengawasan hendaknya diarahkan pada penemuan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan.

3) Pengawasan mengacu pada tindakan perbaikan.

4) Pengawasan dilakukan bersifat fleksibel yang preventif. 5) Sistem pengawasan dapat dipakai oleh orang-orang yang

terlibaj dalam pengawasan.

6) Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan-tujuan. Oleh karena itu pengawasan haris bersifat membimbing supaya para pelaksana meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.41 Dengan pembiasaan, peneladanan, pengawasan dan penyadaran yang diterapkan baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitar, maka dapat terbentuk kesadaran susila dan anak-anak pun lebih bermoral dan berbudi luhur.

41

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1989), Cet. Ke-10, h. 243-244.

Menurut Charles Schaefer tipe yang paling efektif untuk mendisiplinkan anak ialah dengan pendekatan positif. Pendekatan positif ialah dimana anda bermaksud dan berusaha untuk mengajarkan seorang anak dengan cara tingkah laku yang baik, seperti: contoh dan teladan, persuasi atau bujukan, pujian dan hadiah. Dimana sebagian hasilnya anak akan merasa bahwa anda ada bersama dia, bukan menentang dia.42

Sementara itu, Reisman dan Payne mengemukakan strategi umum disiplin siswa, yaitu:

1) Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka.

2) Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa.

3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; serta memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

4) Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri/

5) Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah.

6) Terapi realitis; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.

7) Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan memepertahankan peraturan.

42

Charles Schaefer (Alih Bahasa: Drs. R. Turmin Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik

dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influence Children”, (Jakarta: Restu Agung, 1996), Cet. Ke-1, h. xii.

8) Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

9) Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi dan dalam pengandalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.43

E. Mulyasa mengatakan, untuk mendisiplinkan peserta didik dengan berbagai strategi tersebut, guru harus mempertimbangkan beragai situasi dan perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan kumulatif.

2) Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas.

3) Mempertimbangkan lingkungan sekolah dan lingkungan peserta didik.

4) Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele.

5) Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan.

6) Berdiri di dekat pintu pada waktu mulai pergantian pelajaran agar peserta didik tetap berada dalam posisinya sampai pelajaran berikutnya dilaksanakan.

7) Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan teladan oleh peserta didik.

8) Berbuat sesuatu yang bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peseta didik.

43

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remajasa Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-1, h. 124-125.

9) Menyesuaikan ilustrasi dan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.

10)Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.44

Melalui disiplin anak belajar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya. Anak pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak diterima dalam masyarakat. Dalam menanamkan disiplin, hukuman dan penghargaan mempunyai andil. Hukuman akan diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin, anak pun belajar memahami mengapa perilakunya salah dan akan tidak akan mengulangi perilaku tersebut.

Demikian pula dengan penghargaan, adanya penghargaan, anak akan belajar mengulangi perilaku yang diterima di lingkungannya. Pemberian hukuman dan penghargaan atau penanaman disiplin sekolah haruslah secara konsisten.

Dokumen terkait