• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi pengaruh celebrity endorser, brand image,dan persepsi konsumen terhadap keputusan produk sabun lux :studi kasus mahasiswa uin syarif hidayatullah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisi pengaruh celebrity endorser, brand image,dan persepsi konsumen terhadap keputusan produk sabun lux :studi kasus mahasiswa uin syarif hidayatullah"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGAR PERSEPSI KONS

(STUDI KASUS

FAKUL U

RUH CELEBRITY ENDORSER, BRAND IMA SUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBE

PRODUK SABUN LUX

S MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULL JAKARTA)

Oleh Putri Apriliana NIM: 106081002479

JURUSAN MANAJEMEN

LTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

AGE, DAN ELIAN

(2)

ANALISIS PENGARUH

CE

LEBRI

TY ENDORSER, B RAND

IMAGE,

DAFI PERSEPSI

KONSUMEN TERIIADAP

KEPUTUS$I

PEMBELIAN

PRODUK

SABUN

LUX

(STUDI KASUS

MAIIASISWI UIN

SYARIF'

ITIDAYATULLAH JAKARTA)

sKRrPqr

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Unhrk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi

I)isusun Oleh :

Putri Apriliana

|{IM:

106081002479

Dibawah bimbingan:

Pembimbing

I

Dr.

Yahva Hamia..

MM.

NIP:

19490602 197803 1001

JURUSAI\{

MANAJEMEN

FAKTTLTAS

EKONOMI

DAI\

ILMU

SOSIAL

T]NIVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

I,

ut

Erika

AX'.

SE..MBA

(3)

Hari

ini Kamis

Tanggal 29 Bulan

April

Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Putri Apriliara

NM

: 106081002479 dengan

judul

slsipsi

"ANALI$S

PENGARUH

CELEBRITY

ENDORSER'

BMND

IMAGE,

DtJ,l

Pf,RSEPSI KONSIJMEN

TEBIIADAP

KEPUTUSAN

PEMBELIAN PRODIJK

SABUN

LLX

(STUDI KASUS MAHASISWI UIN

SYARIF HIDAYATIILLAH JAI(ARTA)".

Memperhatikan

penampilsn

mahasiswi ters€but selama

ujian

be angsuog,

maka skdpsi

ilri

sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mempeloleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan ILnu Sosial Univenitas Islam Negeri

Syarif Hidayadlah.

Jakarta 29

Aprit

2010

Tim

Penguji

Ujian Komprehensif

h^,,

h,4'/4b

's(nenara.

s.lg.. lr{llr

Ketur

@!SLSE*N!

Sekretaris

DR- YNhvr

Hsmir.

MM.

(4)

Hari

ini

Selasa Tanggal 14

Bulan Desember

Tahun

Dua Ribu Sepuluh

telah dilakukan

Ujian

Skripsi atas nama Putri Apriliana

NIM:

106081002479 dengan

judul

Skripsi "ANALISIS PENGARUH CELEBRITY

ENDORSER, BRAND

IMAGE,

DAN

PERSEPSI

KONSUMEN TERHADAP

KEPUTUSAN

PEMBELIAN PRODUK

SABUN

LUX

(STUDI KASUS MAHASISWI UIN

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA)'.

Memperhatikan

Penampilan Mahasiswi tersebut selama

ujian berlangsung,

maka skripsi

ini

sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Ilmu

Sosial Universitas Islam Negeri

Syarif

Hidayatullah Jakarta.

J akarta, 1 4 Desember 20 1 0

Tim

Penguji

Skripsi

Cut Erika

AF, SE..

MBA

Sekretaris

Penguji

Ahli

NM

Suhendra, S.Ag..

MM

Penguji

Ahli

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Apriliana

Tempat/Tanggal lahir : Tangerang, 20 April 1988

Alamat : Jl. Ciledug Raya, Gg. H. Botet Rt. 004/005 No. 12

Kreo Selatan, Tangerang 15156

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Nama Orang Tua

Ayah : H. Donny Hasni Asykar

Ibu : Hj. Suryati

Prinsip Hidup : harus sukses dalam kehidupan Dunia dan Akhirat

No. Telp : 085715220933/96141543

Alamat E-mail : pu3_muthe@yahoo.com

Pendidikan:

TK Islam Alfiah Tahun 1992-1994

MI. Darunnajah Tahun 1994-2000

SMP NEGERI 245 Jakarta Tahun 2000-2003

SMA NEGERI 63 Jakarta Tahun 2003-2006

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan

(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect simultaneously and partially from the celebrity endorser, brand image and consumer perception of product purchase decisions lux soap brand. In this study used primary data obtained from field research with users of the research object lux soap brand in the campus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta as well as secondary data to support research to find out the influence of independent variables on the dependent variable used multiple linear regression analysis in SPSS 16 for windows. Based on multiple linear regression analysis found that the variable celebrity endorser, brand image and consumer perception simultaneously and partially to have a significant influence

on purchasing decisions by the R square (R2) 92.5%, this indicates that the

celebrity endorser, brand image, and perception consumers can influence purchasing decisions, while the remaining 7.5% is determined by other variables that are unknown and not included in this regression analysis.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan maupun

parsial dari celebrity endorser, brand image, dan persepsi konsumen terhadap

keputusan pembelian produk sabun mandi merek lux. Pada penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari riset lapangan dengan objek penelitian pengguna produk sabun mandi merek lux di wilayah kampus UIN Syarif Hidayatullah jakarta serta data sekunder yang mendukung penelitian untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis regresi linier berganda pada SPSS 16 for windows. Berdasarkan analisis regresi

linier berganda diketahui bahwa variabel celebrity endorser, brand image, dan

persepsi konsumen secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian dengan R square (R2) 92,5%, ini

menunjukan bahwa celebrity endorser, brand image, dan persepsi konsumen

dapat mempengaruhi keputusan pembelian, sedangkan sisanya sebesar 7,5% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.

kata-kata kunci : keputusan pembelian, celebrity endorser, brand image, persepsi

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdullilahi Rabbil’ Alamin, Puji dan Syukur atas kekuatan yang

diberikan Allah padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala

kewajibanku sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Image, Dan Persepsi

Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian”. Tak lupa shalawat serta salam penulis hanturkan kepada junjungan kita Rasullullah SAW yang membawa kita

dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan, namun

dengan support dan bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meski masih jauh dari kesempurnaan.

Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan moril, kasih

(9)

Parents, I ever Had,, I‘ll do it just for u,, till u know what I’ve done. I LOVE U

MOM AND DAD

2. Seluruh kakak-kakakku yang turut memberikan semangatnya. Semoga Allah

Subhanahu Wata’ala senantiasa melindungi dan memberikan kebahagiaan

kepada mereka, Amin

3. Terima kasih untuk Prof Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis.

4. Bapak Indoyama Nasaruddin, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen, yang

telah membantu proses dalam persetujuan skripsi ini.

5. Bapak Yahya Hamja. Dr. MM. Phd. selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih

atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya. Serta untuk Ibu Cut Erika AF, SE.,

MBA. Selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas waktunya, bimbingan,

arahan, motivasi dan supportnya. I Love U pak, bu.

6. Buat sahabat sekaligus saudaraku “my bey yang bagol” yang selalu menemani

dan selalu ada di kala penulis membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan

skripsi ini juga atas pinjaman laptopnya hehe. Kita berjuang bersama untuk

mencapai cita-cita yang mulia. Semoga kita menjadi orang yang sukses, amin,

dan buat teman-temanku yang lainnya, maaf tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih buat dukungan, motivasi, waktu, dan jasa kalian juga doa kalian

yang selalu menemani penulis sampai saat ini..terima kasih kawan-kawanku

semua..

(10)

Hanya do’a tulus yang dapat penulis berikan untuk setiap kebaikan yang telah

kalian berikan “satu kebaikan yang kalian lakukan semoga Allah membalasnya

dengan seribu kebaikan”. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi seluruh mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca skripsi ini

pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 9 November 2010

(11)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ... 9

B. Celebrity Endorser... 10

C. Brand Image ... 14

D. Persepsi Konsumen ... 20

E. Keputusan Pembelian ... 23

F. Penelitian Terdahulu ... 28

G. Kerangka Pemikiran ... 30

H. Hipotesis ... 32

(12)

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

D. Metode Analisis Data ... 37

E. Operasional Variabel Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

1. Sejarah Singkat Perusahaan... 46

2. Visi dan Misi Perusahaan ... 48

3. Karakteristik Responden ... 49

B. Hasil dan Pembahasan ... 52

1. Validitas dan Reliabilitas ... 52

2. Analisis Tiap Item Pertanyaan ... 54

C. Uji Asumsi Klasik ... 78

1. Uji Normalitas ... 78

2. Uji Multikolinieritas ... 79

3. Uji Heterokedastisitas ... 80

D. Regresi Berganda ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 87

B. Implikasi ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Market share Sabun Cair ... 4

Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Selebriti ... 12

Tabel 3.1 Tingkat Penilaian Jawaban ... 36

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 44

Tabel 4.1 Fakultas Responden ... 49

Tabel 4.2 Produk lux yang digunakan ... 50

Tabel 4.3 Kecenderungan memilih wangi lux yang sama ... 50

Tabel 4.4 Berapa kali melakukan embelian lux dalam setiap bulan ... 51

Tabel 4.5 Hasil uji coba validitas dan reliabilitas ... 52

Tabel 4.6 Model iklan lux berpengetahuan dalam mempercantik diri ... 54

Tabel 4.7 Model iklan lux berpengalaman dalam menyajikan iklan ... 54

Tabel 4.8 Model iklan lux terampil dalam membintangi lux ... 55

Tabel 4.9 Model iklan lux mempunyai kepribadian yang jujur ... 56

Tabel 4.10 Model iklan lux dapat dipercaya dalam membintangi iklan lux . 56 Tabel 4.11 Model iklan lux sesuai dengan karakter lux ... 57

Tabel 4.12 Model iklan lux mempunyai kepribadian baik ... 57

Tabel 4.13 Model iklan lux mempunyai gaya hidup glamor ... 58

Tabel 4.14 Model iklan lux merupakan artis terkenal ... 59

Tabel 4.15 Model iklan lux termasuk artis ternama Indonesia ... 59

Tabel 4.16 Penampilan produk lux sangat menarik... 60

(14)

Tabel 4.20 Lux merupakan merek yang mudah diucapkan ... 62

Tabel 4.21 Lux merupakan merek yang mudah diingat ... 63

Tabel 4.22 Kemasan yang disajikan lux sangat menarik ... 63

Tabel 4.23 Lux mempunyai ciri khas saat dipakai ... 64

Tabel 4.24 Bentuk fisik lux sesuai dengan selera ... 65

Tabel 4.25 Slogan lux cukup menarik ”Cantikmu Beda” ... 65

Tabel 4.26 Harga yang ditawarkan lux dapat dijangkau ... 66

Tabel 4.27 Kualitas lux yang disajikan memuaskan ... 66

Tabel 4.28 Warna lux yang ditampilkan sesuai selera ... 67

Tabel 4.29 Lux mempunyai ciri dan aroma yang khas ... 68

Tabel 4.30 Promosi/iklan yang disajikan mudah diingat dan dikenal ... 68

Tabel 4.31 Melakukan pembelian lux karena kebutuhan ... 69

Tabel 4.32 Melakukan pembelian lux karena dapat referensi dari orang lain 69 Tabel 4.33 Melakukan pembelian lux dari media massa ... 70

Tabel 4.34 Melakukan pembelian lux dari media elektronik ... 71

Tabel 4.35 Mempertimbangkan lokasi sebelum melakukan pembelian ... 71

Tabel 4.36 Mempertimbangkan harga sebelum melakukan pembelian ... 72

Tabel 4.37 Mempertimbangkan kualitas produk sebelum melakukan pembelian 73 Tabel 4.38 Membandingkan kualitas produk dengan produk pesaing ... 73

Tabel 4.39 Cermat dalam melakukan pembelian produk ... 74

Tabel 4.40 Meminta rekomendasi dari orang lain sebelum membeli ... 75

Tabel 4.41 Melakukan pembelian produk karena rasa percaya pada produk 75 Tabel 4.42 Produk lux sesuai dengan kebutuhan ... 76

(15)

Tabel 4.46 Hasil uji Multikolinieritas ... 79

Tabel 4.48 Koefisien Determinasi ... 81

Tabel 4.49 Pengujian t hitung ... 82

Tabel 4.50 Pengujian f hitung ... 83

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Persepsi ... 20

Gambar 2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen. 24 Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan ... 26

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 32

Gambar 4.45 Uji Normalitas Data ... 78

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong

timbulnya laju persaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat

dengan semakin banyaknya perusahaan yang menghasilkan barang maupun

jasa, yang menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Di

dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini, perusahaan dituntut

untuk lebih kreatif dalam menetapkan strategi yang tepat bagi perusahaan

sehingga dapat menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi konsumen

untuk mengkonsumsi produk mereka. (Ajeng Penihapsari, 2005:1).

Dewasa ini, konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk

digunakan atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus

informasi yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi membuat

konsumen dapat menyerap informasi serta pengetahuan tentang keberadaan

suatu produk dengan cepat. Dengan keadaan seperti ini, perusahaan harus

tanggap dengan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat

mengkomunikasikan produknya secara tepat, perusahaan perlu memberikan

informasi tentang produknya dengan baik kepada konsumen sehingga

konsumen akan memberikan tanggapan yang positif terhadap produk. Strategi

(18)

bauran promosi yang mampu memberikan informasi kepada konsumen yaitu

iklan.

Iklan merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan sebagai

alat pengantar pesan untuk membentuk sikap konsumen. Agar penyampaian

pesan dapat diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media

yang tepat. Berkembangnya media informasi di Indonesia menyebabkan

banyaknya iklan yang membanjiri media. Media yang digunakan adalah

televisi, radio, majalah atau surat kabar, dan lain lain. Pengiklanan di media

televisi hingga kini masih dianggap cara paling efektif dalam

mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih

brand minded dimana merek yang pernah muncul di iklan ditelevisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi. Perusahaan harus

memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik perhatian konsumen

dan menciptakan preferensi terhadap merek. Salah satu cara kreatif dalam

beriklan adalah dengan menggunakan endorser.

Sosok endorser dapat berasal dari kalangan selebriti dan orang

biasa/non-selebriti. Endorser sebagai opinion leader yang menyampaikan pesan hingga

sampai ke konsumen mengenai merek produk. Opinion Leader berperan

dalam memberikan informasi pada orang lain, pelaku persuasi, dan pemberi

informasi. Perusahaan harus memilih endorser yang cocok dan untuk

menyampaikan pesan iklan yang diinginkan kepada target audience, sehingga

pesan tersebut sampai kepada konsumen yang dapat membentuk opini, dan

(19)

dengan demikian diharapkan akan bertambahnya kesadaran dalam melakukan

keputusan pembelian terhadap produk.

Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif

antara produk dengan endorser. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat

muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu

merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada

banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang

diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek

di dalam benak konsumen. Citra yang baik merupakan salah satu cara yang

efektif di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar atau

tidak sadar akan memilih suatu produk yang memiliki brand image yang

positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan

mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian yang pada

akhirnya dapat menciptakan loyalitas terhadap suatu merek produk tertentu.

Di Indonesia, persaingan pasar produk perawatan kulit cukup marak.

Seiring dengan semakin pedulinya perempuan Indonesia akan kesehatan dan

kecantikan kulit mereka, pasar produk perawatan kulit setiap tahunnya

mengalami growth yang cukup bagus. Lux merupakan produk sabun mandi

kecantikan kulit. Lux merupakan salah satu merek yang bersaing di dalam

pasar sabun mandi perawatan kulit yang terpercaya, dan eksistensinya sudah

(20)

Tabel Market Share Sabun Cair (%)

Brand Total Jakarta Bandung Semarang Surabaya Medan

Lux 39,66 40,25 35,08 51,17 33,96 54,45

Lifebouy 31,57 33,61 26,43 17,03 35,88 25,36

Biore 10,23 6,72 20,35 20,63 11,13 5,02

Dove 2,88 3,14 5,59 0 0 2,6

Gatsby 2,86 2,82 5 4,45 1,38 0

Nuvo 2,44 1,3 3,61 0 5,45 3,56

Cussons 1,83 1,68 2,84 0 2,42 0

Sumber : Indonesian Consumer Profile 2008, (MARS Indonesia, 2008:13)

Berbagai iklan ditayangkan oleh sabun Lux untuk meyakinkan

masyarakat bahwa produk tersebut bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan

konsumen. Sebagai market leader sabun Lux harus bisa menjaga kualitas

produknya agar masyarakat selalu menggunakan produknya, selain itu agar

posisinya tidak tergeser oleh para pesaingnya. Dengan itu Lux menggunakan

ide kreatifnya dalam mempromosikan produknya dengan menggunakan

Celebrity Endorser yang di kenal oleh para konsumennya seperti Tamara Blezinsky, Dian Sastro dan Luna Maya.

Iklan ini adalah iklan yang menarik dan disukai audience. Daya tarik

utama iklan ini adalah pada bintang-bintangnya (70%) dan sabun Lux (30%).

Kekuatan kecantikan sang artis dan karakteristik 'indonesia' nya yang kental

(21)

selain itu nama besar Lux yang merupakan 'stempel pandangan orang' untuk

sabun kelas atas seolah menguatkan iklan.

Dengan promosi yang dilakukan Lux, masyarakat akan lebih mengenal

produk Lux dan Lux akan lebih memiliki image yang baik dan bagus dari

masyarakat. Image didapatkan dari kualitas produk itu sendiri, citra

perusahaan dan kinerja produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pertumbuhan pasar dan bertambahnya pemain di sabun cair rupanya

menguntungkan Lux. Sebab, masyarakat tidak melihat lagi perbedaan sabun

padat atau sabun cair secara signifikan. Konsumen cenderung menentukan

pilihan berdasarkan positioning sabun itu sendiri. Dengan demikian, Lux

diuntungkan. Luxmenggaet kepercayaan dan berjaya, karena positioning-nya

yang memang paling kuat dan mantap. Hal inilah yang terlihat dari hasil

ICSA 2010 (www.google.com) yang pertama kali menempatkan Lux sebagai

merek paling memuaskan di kategori sabun cair maupun padat. Data ICSA

2010 menunjukkan total satisfaction score (TSS) Lux sebesar 3,870,

mengalahkan Biore (3,827) dan Lifebuoy (3,815). Adapun brandshare Lux

pada waktu itu sebesar 39,6%.

Menurut pendapat Kent Wortime, seorang praktisi kawakan didalam

industri periklanan dan komunikasi internasional, bahwa citra merupakan

sebuah kekuatan nyata yang menggerakan aktivitas ekonomi dan minat

konsumen. Yang disebut oleh Kent adalah sebagai ekonomi citra. (MARS

(22)

Merek dan celebrity adalah termasuk elemen yang sangat familiar dan menjadi bahan pembicaraan masyarakat di seluruh dunia. Keberhasilan upaya

membangun brand image salah satunya ditentukan oleh persepsi konsumen

terhadap selebriti yang menjadi ikon produk tersebut. Dengan promosi yang

dilakukan Lux, masyarakat akan lebih mengenal produk Lux dan Lux akan

lebih memiliki image yang baik dan bagus dari masyarakat. Image didapatkan

dari kualitas produk itu sendiri, citra perusahaan dan kinerja produk yang

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dengan dipersepsikannya seorang selebriti endorser secara positif oleh

masyarakat, diharapkan positif pula brand image yang terbentuk dibenak

konsumen sehingga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk lux

Untuk itu penulis mencoba mengangkat masalah ini dalam bentuk penulisan

skripsi yang berjudul: ”ANALISIS PENGARUH CELEBRITY

ENDORSER, BRAND IMAGE, DAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SABUN LUX (Studi Kasus Kalangan Mahasiswi UIN).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh celebrity endorser, brand Image, dan persepsi

konsumen secara simultan terhadap keputusan pembelian produk sabun

(23)

2. Bagaimana pengaruh celebriti endorser, brand Image, dan persepsi konsumen secara parsial terhadap keputusan pembelian produk sabun lux?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis apakah ada pengaruh celebrity endorser, brand Image, dan

persepsi konsumen secara simultan maupun parsial terhadap keputusan

pembelian produk sabun lux.

2. Menganalisis apakah ada pengaruh celebrity endorser, brand Image, dan

persepsi konsumen secara simultan terhadap keputusan pembelian produk

sabun lux?

3. Menganalisis apakah ada pengaruh celebriti endorser, brand Image, dan

persepsi konsumen secara parsial terhadap keputusan pembelian produk

sabun lux?

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

Dengan adanya penelitian ini penulis dapat melihat dan mengetahui sejauh

mana penerapan teori yang diperoleh selama kuliah sampai praktek yang

sebenarnya terjadi.

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan

(24)

bahan untuk mengevaluasi kebijakan yang berkaitan promosi, kualitas dan

citra merek produk.

3. Bagi pihak lain atau akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan daftar bacaan,

referensi, khususnya bagi civitas akademika di lingkungan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan

umumnya bagi civitas akademika Fakultas Ekonomi universitas lainnya.

4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi perbaikan terhadap

penelitian-penelitian terdahulu.

5. Diharapkan penelitian ini sebagai refrensi yang berkaitan dengan promosi

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemasaran, dan Manajemen pemasaran 1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial individual dan

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. (Kotler &

Amstrong, 2004:7)

Pemasaran menurut lembaga pemasaran yang terkemuka di Inggris,

yakni BCIM, mendefinisikan istilah pemasaran sebagai : Proses

manajemen yang bertanggung jawab terhadap identifikasi, antisipasi, serta

pemenuhan kebutuhan konsumen dan dalam waktu yang bersamaan,

menciptakan keuntungan bagi perusahaan. (Kotler : 2002).

Proses pemasaran terdiri atas analisis peluang pemasaran,

pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran dan

pengelolaan usaha pemasaran. Pemasaran berasal dari kenyataan bahwa

manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, karena banyak produk yang

dapat memenuhi suatu kebutuhan, pemilihan produk ditentukan oleh

konsep nilai, biaya dan kepuasan.

2. Pengertian Manajemen Pemasaran

(26)

menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang

menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.

(Kotler & Amstrong, 2004:16)

Menurut Kotler (2002:18), Bauran pemasaran (marketing mix)

didefinisikan sebagai :

Marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan perusahaannya di pasar

sasaran. Terbagi menjadi 4 kelompok yang dikenal dengan “4 P” :

Product, Place (tempat), Price (harga), Promotion (promosi).

B. Celebrity Endorser

1. Pengertian Celebrity Endorser

Menurut Terence A. Shimp (2008:335) mendefinisikan selebriti

sebagai berikut:

Celebrity is a personality (actors, entertainer, or athlete) who is known to the public for his or her accomplishments in areas other than the product class endorsed.

Artinya, selebriti adalah seseorang pria atau wanita (artis, penghibur,

atau atlit) yang dikenal atau diketahui oleh masyarakat atas apa yang telah

mereka capai di bidangnya dari tingkatan produk pendukung.

Belch dan Belch (2007:229) mengatakan bahwa selebriti merupakan

sebagai sumber yang dapat digunakan sebagai juru bicara dalam

(27)

diartikan sebagai setiap orang atau organisasi yang mempunyai informasi

untuk diberikan kepada orang lain atau grup tertentu.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa

bintang iklan selebriti adalah seseorang yang terkenal atau dikenal dan

menggunakan kelebihannya itu untuk membantu suatu perusahaan untuk

menjual atau mengubah image suatu perusahaan, produk, atau merek.

2. Faktor-faktor yang harus dimiliki selebrity sebagai sumber : Penggunaan selebriti dalam suatu iklan melibatkan daya tarik dan

kredibilitas yang merupakan keunikan tersendiri (Muly dan Simon,

2008:118).

a. Daya tarik

Yang dimaksud daya tarik adalah sejumlah elemen yang terdapat dalam

diri selebriti yang meliputi sejumlah karakteristik dapat dilihat khalayak

dalam diri pendukung seperti: daya tarik fisik, terkenal, sifat

kepribadian,gaya hidup dan kelas sosial.

b. Kredibilitas

Yang dimaksud kredibilitas yaitu merupakan suatu keterampilan dan

nilai kepercayaan dalam meyakinkan orang lain mengenai produk yang

dipromosikan. Terdiri dari : pengetahuan, keterampilan yang

dimiliki,pengalaman, kejujuran, dan dapat dipercaya.

3. Fungsi Pemanfaatan Selebriti

(28)

a. Memberikan kesaksian

b. Memberikan dorongan dan penguatan

c. Bertindak sebagai aktor dalam iklan

d. Bertindak sebagai juru bicara perusahaan

Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam

pemanfaatan selebriti sebagai endorser :

1) Kecocokan selebriti dengan khalayak

Bagi konsumen, selebriti ini bahkan bisa menjadi panutan bagi mereka

dalam membangun self image. Ketika membeli atau mengkonsumsi

sebuah produk, konsumen tentunya memiliki sesuatu atau harapan atas

produk tersebut.

2) Kecocokan selebriti dengan merek

Dari sisi branding, endorser berperan sebagai pencerminan personality

sebuah merek. Jika sebuah merek diasosiasikan sebagai merek fun,

energik, muda dan penuh stamina, maka si selebriti pun harus memiliki

semua atribut tersebut. Para eksekutif periklanan menuntut agar citra

selebriti, nilai dan perilakunya sesuai dengan kesan yang diinginkan

untuk merek yang diiklankan.

3) Visibility atau popularitas

Semakin tinggi rating kepopuleran yang dihasilkan seorang selebriti

maka makin populer dan terkenal seorang seleb dibenak masyarakat.

Menurut ukuran orang AS seleb yang memiliki rating tertinggi inilah

(29)

4. Selebriti Sebagai Pendukung Sumber Pesan Iklan

Pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik memperoleh

perhatian yang lebih besar dan mudah diingat. Pengiklan sering

menggunakan orang terkenal sebagai juru bicara produknya, seperti Dian

Sastrowardoyo untuk sabun lux dan Indra Bekti untuk kartu simPATI.

Orang terkenal lebih efektif bila mereka melambangkan atribut produk

utama.

John S. Coulson dalam Rhenald Kasali (2008:173) mengemukakan

berdasarkan hasil riset bahwa:

Model iklan yang menarik dan popular bisa menambah kepercayaan

produk, yang pada akhirnya mampu ”memaksa” khalayak sasaran untuk

membeli dan model iklan yang dipakai harus sesuai dengan produk yang

diiklankannya.

Ada beberapa jenis penggunaan selebriti dalam dunia periklanan,

yaitu seperti pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1

Jenis Penggunaan Selebriti

TIPE DEFINISI BINTANG IKLAN

Pendukung (Endorser) Selebriti menggunakan

nama dan

penampilannya untuk

mendukung suatu

produk/jasa.

Farhan dalam iklan

(30)

Testimonial Selebriti memberikan

kesaksian terhadap

kualitas produk, sesuai

dengan pengalaman

pribadi

Top One Oil dengan

pengakuan dari para

selebriti

Aktor Selebriti menampilkan

sebuah karakter dalam

iklan produk/jasa

Indra Bekti dalam

iklan simPATI dan

Telkomsel

Juru

bicara(spokeperson)

Selebriti menjelaskan

merek/perusahaan

selama jangka waktu

tertentu.

Dian Sastrowardoyo

dengan iklan

Panasonic

Sumber : Schiffman dan Kanuk, Consumer Behavior, 7th Edition Prentice

Hall,2008

Pengiklan menggunakan selebriti sebagai juru bicara (spokeperson)

dari produk dan jasa yang diiklankan karena atribut-atribut ketenarannya,

seperti kecantikan, bakat, kekuasaan, daya tarik seksual,

keberanian/ketangguhan hati, keanggunan/keluwesan dan atletis yang

biasanya membuat produk yang mereka dukung menjadi menarik.

(Terence A. Shimp, 2008:456).

C. Brand Image (Citra Merek)

Citra merek adalah merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan

(31)

konsumen, yakni dimana konsumen menangkap dan menerjemahkan

sinyal-sinyal yang dikirim oleh suatu merek melalui produknya, yaitu berdasarkan

atribut karakteristik atau identitas fisik merek itu sendiri, seperti nama,

simbol, dan slogan sinyal itu kemudian dikirim dan disosialisasikan kepada

konsumen melalui program komunikasi merek. Brand image dimensi kedua

dari pengetahuan tentang merek yang berdasarkan konsumen adalah citra dari

sebuah merek. Citra merek dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul

dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemukiran atau citra

tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir

tentang orang lain. Asosiasi ini dapat terkonseptualisasi berdasarkan jenis,

dukungan, kekuatan, keunikan. Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat

dan sikap. Atribut terdiri dari atribut produk, misalnya warna dan ukuran serta

atribut yang tidak berhubungan dengan produk, misalnya harga, pemakai dan

citra perusahaan. Sedangkan manfaat mencakup manfaat secara fungsional

dan manfaat secara simbolis serta manfaat berdasarkan pengalaman.

Menurut David Aaker “merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat

membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud

mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang penjual atau sebuah sebuah

kelompok penjual tertentu. (Rangkuti Freddy, 2002:36).

Merek adalah nama, sebutan, tanda, lambang atau kombinasinya yang

(32)

diartikan sebagai metode untuk mengidentifikasikan dan membedakan

berbagai produk dari pesaing. (Jeff Madura, 2001:101)

Menurut William J. Stanton “merek adalah sebuah nama, istilah, simbol,

atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang

untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual”.

(Rangkuti Freddy, 2002:36).

Sedangkan menurut UU Merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek

adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna,

atau kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. (Fandi Tjiptono,

2005:2).

Menurut Ujang Sumarwan dkk (2009), brand image adalah citra yang

dibangun dalam alam bawah sadar konsumen melalui informasi dan

ekspektasi yang diharapkan melalui produk atau jasa. Merek yang baik

seharusnya:

• Terlindungi dengan baik

• Mudah diucapkan

• Mudah diingat

• Mudah dikenali

• Menarik

• Menampilkan manfaat produk

• Menonjolkan citra perusahaan

(33)

1. Mendefinisikan dan mendorong tujuan yang kuat

2. Cerminan kebutuhan konsumen, membangun citra dan reputasi yang baik

dalam benak konsumen.

3. Mengajak konsumen mencapai ide yang besar secara bersama-sama,

sehingga konsumen dapat mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan.

4. Menarik konsumen target, mengarahkan perilaku pembeli dan program

harga premium.

5. Memelihara pelanggan, membangun loyalitas, mengenalkan program

layanan baru.

Merek mengidentifikasi dan merepresentasikan produk, merek bukan

hanya sekedar nama. Merek merupakan persepsi yang direfleksikan di dalam

benak konsumen ketika mereka berpikir mengenai suatu produk. Persepsi

yang positif dari kepercayaan konsumen terhadap merek akan menciptakan

citra merek yang baik pula.

Menurut Aaker ( 1996 : 69), yaitu“Brand image is how customers and

others perceive the brand”.

Martinez (2002:2) menyatakan bahwa : “Brand image refers to the set of

association linked to the brand that customers retain in their memories”. Bahwa citra merek berkaitan dengan perangkat perusahaan yang dihubungkan

pada merek agar terpelihara dalam ingatan atau benak konsumen.

(34)

a. brand image merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap merek dan

bagaimana pandangan konsumen tentang merek.

b. Brand image tidak semata ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk, tetapi juga dibutuhkan

bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat

menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk suatu

persepsi akan sebuah produk.

c. Brand image sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek.

d. Brand image dapat dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran

atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek.

e. Brand image yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari,

sedangkan bagi produsen brand image yang baik akan

menghambat kegiatan pemasaran pesaing.

f. Brand image merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan

sampai kepada tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu merek

produk tertentu, karena brand image mempengaruhi hubungan

(35)

yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk

dikonsumsi.

Brand image (citra merek) adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat kuat dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa

menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand

image. (Rangkuti Freddy, 2002:244-245). 1. Pengukuran Citra Merek

Menurut pendapat Keller (1993), sebagaimana dikutip oleh Martinez

(2002:3) pengukuran citra merek adalah subjektif, artinya tidak ada ketentuan

baku untuk pengukuran citra merek (brand image).

Selanjutnya menurut Keller (2003:78) bahwa pengukuran citra merek

dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu:

1. Kekuatan (Strengthness)

Kekuatan (strengthness) dalam hal ini adalah keunggulan yang dimiliki

oleh merek yang bersifat fisik dan tidak ditemukan pada merek lainnya.

Yang termasuk pada kelompok ini adalah : penampilan fisik produk,

keberfungsian semua fasilitas produk, harga produk, maupun penampilan

fasilitas pendukung dari produk tersebut.

2. Keunikan (Uniqueness)

Keunikan (uniqueness) adalah kemampuan untuk membedakan sebuah

merek diantara merek-merek lainnya. Termasuk dalam kelompok ini

(36)

3. Favorable

Favorable mengarah pada kemampuan merek tersebut agar mudah diingat oleh konsumen. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : kemudahan

merek untuk diucapkan, kemampuan merek untuk tetap diingat pelanggan.

D. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses bagaimana stimuli-stimuli

itu diselesaikan, diorganisasi, dan diinterprestasikan (Sutisna, 2003:62).

Persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan

berdasarkan masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima

melalui lima indera. (William J Stanton, 1996:125)

2. Faktor Pembentuk Persepsi

Persepsi individu terhadap suatu objek tidak terjadi begitu saja, tapi

ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor fungsional yang

berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk

dalam faktor personal. Jadi persepsi tidak hanya ditentukan oleh jenis atau

bentuk stimulasi, tetapi juga karakteristik orang yang memberikan respon

pada stimulasi tersebut dan bermula dari kondisi biologisnya (Rachmat,

2001: 55).

3. Stimuli Pemasaran

Stimuli pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang

didesain untuk mempengaruhi konsumen. Produk dan

(37)

(primary stimulus). Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi

konsumen adalah stimuli tambahan (secondary stimulus) yang

mempresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan simbol atau

melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga,

tempat produk dijual, kualitas produk dan pengaruh iklan.

Gambar 2. 2 Proses Persepsi

Sumber: Sutisna (2003: 62)

Menurut Rhenald Kasali (2008:23), faktor-faktor pembentuk persepsi

diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu :

a. Latar Belakang Budaya

Persepsi terikat oleh budaya (culture-bound). Tidak ada dua orang

yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, maka tidak ada

dua orang pula yang mempunyai persepsi yang persepsinya persis sama.

Salah satu unsur budaya adalah kepercayaan. Dimana kepercayaan

adalah anggapan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa punya cirri Stimuli

- Penglihatan

- Suara

- Bau

- Rasa

- Tekstur

Sensasi

Indra Penerima

Pemberi arti

Perhatian

(38)

Nilai biasanya bersumber dari filosofis yang lebih besar yang

merupakan bagian dari lingkungan budaya, karena itu nilai bersifat

stabil dan sulit berubah. Persepsi tentang diri dan orang lain (perception

of self andothers) pada masyarakat timur, pada umumnya adalah masyarakat kolektivis.

b. Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman seseorang tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan yang telah diterima sebelumnya.

c. Nilai-nilai yang dianut

Nilai yang dianut terbentuk karena adanya pengharapan

(expectations), antara lain : hal yang tidak asing, pengalaman masa lalu,

dan harapan-harapan serta motif (motives) orang cenderung menerima

sesuatu yang dibutuhkan atau yang diinginkan, kekuatan kebutuhan dan

besarnya kecendrungan untuk mengabaikan stimuli yang tidak

berhubungan di lingkungannya.

d. Berita-berita yang berkembang

Berita-berita yang berkembang merupakan salah satu bentuk

rangsangan yang menarik perhatian khalayak. Melalui berita yang

berkembang di masyarakat dapat mendukung dan atau mempengaruhi

terbentuknya persepsi pada benak khalayak. Persepsi yang baik atau

buruk dapat terbentuk pada benak khalayak dari banyak atau seringnya

(39)

melalui informasi yang diperoleh khalayak. Berdasarkan uraian di atas

maka dapat dijelaskan bahwa proses pengolahan pesan yang diterima

tidak dapat terbentuk begitu saja oleh penerima pesan, melaikan

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari individu tersebut.

4. Fungsi Persepsi

Berdasarkan keterangan dan teori-teori diatas dapat diambil

kesimpulan fungsi dari persepsi antara lain, yaitu :

a. Menanggapi objek yang diinformasikan

b. Memilih objek yang diterima

c. Mengorganisasikan masukan informasi

d. Menginterprestasikan masukan informasi

E. Keputusan Pembelian

Pengertian keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong dalam

Setiawati (2006:25) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan

pembeli dimana konsumen benar-benar membeli.

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan memepergunakan barang yang

(40)
[image:40.612.114.528.109.694.2]

Gambar 2.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen

Sumber : Kotler dan Amstrong dalam Huriyati (2008:94)

1. Budaya

a. Budaya, adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah

laku pembelian. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

b. Sub budaya, membentuk pasar penting, dan pemasar sering kali

merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, subbudaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografi.

c. Kelas sosial, adalah difisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur

dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa.

2. Sosial

a. Kelompok, terdiri dari dua macam : pertama, kelompok keanggotaan

yaitu kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Yang mempunyai interaksi regular tapi informal seperti keluarga, teman, tetangga, dan Budaya Kebudayaan Subbudaya Kelas sosial Sosial Kelompok acuan Keluarga Peran dan status Pribadi Umur dan tahap daur hidup Pekerjaan Situasi ekonomi Gaya hidup Kepribadian dan konsep diri

(41)

rekan sekerja. Kedua, kelompok acuan yang berfungsi sebagi titik perbandingan atau acuan langsung atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang.

b. Keluarga, adalah oraganisasi pembelian konsumen yang paling penting

dalam masyarakat, seperti suami, isteri, dan anak-anak.

c. Peran dan status, peran terdiri dari aktifitas yang diharapakan dilakukan

seseorang yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

3. Pribadi

a. Umur dan tahap daur hidup, membeli juga dibentuk oleh tahap daur

hidup keluarga tahap-tahap yang mungkin dilalui keluarga sesuai kedewasaannya. Dari muda, umur pertengahan, dan tua.

b. Pekerjaan, pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang

dibelinya.

c. Situasi ekonomi, situasi ekonomi mempengaruhi pilihan produk.

Pemasaran produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat.

d. Gaya hidup, adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam

psikografinya, gaya hidup termasuk aktifitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi), opini (isu sosial, bisnis, produk).

e. Kepribadian, kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis unik

yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama.

4. Psikologis

a. Motivasi, kebutuhan psikologis yang muncul dari kebutuhan akan

pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebanyakan dari kebutuhan ini tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang supaya bertindak pada suatu saat.

(42)

c. Pengetahuan, pentingnya praktek dan teori pengetahuan bagi pemasar adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan motivasi.

d. Keyakinan dan sikap, keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang

dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Pemasar tertarik pada seseorang bahwa orang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyuakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku pembeli.

Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap yaitu

[image:42.612.117.530.105.535.2]

sebagai berikut (kotler, 2005:204):

Gambar 2.4

Proses Pengambilan Keputusan

1. Pengenalan kebutuhan (Need Recognition)

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau

kebutuhan.

2. Pencarian informasi (Information Research)

Konsumen yang terangsang akan kebutuhannya akan terdorong untuk

mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen

digolongkan ke dalam empat kelompok :

a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.

b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan

ditoko. Pengenalan

masalah

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

(43)

d. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

3. Mengevaluasian alternative (Evaluation Of Alternatives)

Beberapa konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen :

Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen

mencari manfaat tertentu dari solusi produk atau jasa. Ketiga, konsumen

memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan

kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang

digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

4. Keputusan Pembelian (Purchase Decition)

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas

merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga

membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai.

5. Perilaku Setelah Pembelian (Post Purchase Behavior)

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan

atau ketidakpuasan tertentu.

Tahapan-tahapan keputusan pembelian menurut kotler hampir mirip

seperti yang di ungkapkan oleh Zheitamal dan Bitner dalam Hurriyati

(2008:74) yaitu search of information sources, evaluation of service

alternatives, purchase and consumption, and post purchase evaluation.

Lima orang yang berperan dalam keputusan pembelian:

1. Pencetus : orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli

(44)

2. Pemberi pengaruh : orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi

keputusan

3. Pengambil keputusan : orang yang mengambil keputusan mengenai setiap

komponen keputusan pembelian, apakah membeli, tidak membeli,

bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.

4. Pembeli : orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya

5. Pemakai : seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau

produk.

F. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian terdahulu dilakukan oleh M. Yani Syafe’I dalam jurnalnya

tahun 2008 yang berjudul “Pengaruh Citra Merek dan Penyampaian Jasa

Bengkel Resmi Terhadap Nilai Pelanggan Serta Dampaknya Pada

Keputusan Pembelian Pelanggan”.

Hasil penelitiannya, menunjukan bahwa R2= 0,78 dikatakan pengaruh

citra merek dan penyampaian jasa bengkel berpengaruh secara simultan

terhadap keputusan pembelian sebesar 78% dan sisanya 22% dipengaruhi

oleh variabel lain. Sedangkan secara parsial variabel yang paling

berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah variabel citra merek=

23,04%.

2. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Muly Kata Sebayang dalam jurnalnya

tahun 2008 yang berjudul “Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap

(45)

Hasil penelitiannya, mengemukakan bahwa hasil uji regresi linier

berganda menunjukan nilai R2=0,464, menunjukan hubungan yang kuat

antara credibility dan attractiveness terhadap keputusan pembelian sepeda

motor Yamaha Mio, sebesar 46,4%. Dan 53,6% dipengaruhi oleh variabel

lain. Uji f menunjukan (f hit>f tabel = 16,176>2,29) dan uji t menunjukan

bahwa variabel celebrity endorser yang paling mempengaruhi keputusan

pembelian sepeda motor Yamaha Mio adalah credibility.

3. Penelitian dilakukan oleh Ridwan (2008) yang membahas tentang

“Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image Terhadap

Keputusan Pembelian Ban Radial Bridgeston, dengan probabilitas 0,000 <

0,05, maka kesimpulannya adalah kualitas produk berpengaruh terhadap

keputusan pembelian ban. Sedangkan nilai t hitung untuk brand image

adalah 0,551 dengan probabilitas (signifikansi) 0,583 < 0,05, maka

kesimpulannya brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian

ban.

Nilai f hitung adalah 13,494, sedangkan f tabel adalah ( 0,05,

numerator = 2, denumerator = 97) adalah 3,07. Jadi, 13,494 > 3,07

kesimpulannya kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan

pembelian ban. R square = 0,28 ini menunjukan pengaruh kualitas produk

dan brand image terhadap keputusan pembelian.

4. Penelitian dilakukan oleh Dewi Urip Wahyuni(2008) yang membahas

(46)

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa R2= 0,947.

Hal ini berarti bahwa variabel motivasi, persepsi dan sikap konsumen

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 94,7%, dan

sisanya 5,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang

digunakan. Uji f menunjukan bahwa F hitung= 730,302 lebih besar dari F

tabel= 2,427. Uji t menunjukan bahwa variabel yang paling berpengaruh

terhadap keputusan pembelian adalah motivasi konsumen sebesar 16,70%,

setelah itu persepsi konsumen sebesar 16,63%.

G. Kerangka Pemikiran

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu

program pemasaran. Betapapun bagusnya suatu produk, bila konsumen belum

pernah mendengarnya dan tidak yakin produk itu akan berguna bagi mereka,

maka mereka tidak akan membelinya. Dalam melakukan promosi perusahaan

pada umumnya menggunakan alat-alat promosi dalam melakukan semua

kegiatan promosinya untuk menyampaikan atu mengkomunikasikan suatu

produk kepada pasar sasaran, untuk memberi informasi tentang

keistimewaaan, kegunaan, dan yang paling penting adalah tentang

keberadaannya, untuk merubah sikap ataupun untuk mendorong untuk

bertindak dalam hal ini adalah memiliki.

Salah satu cara promosi yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah

dengan menggunakan iklan. Penggunaan selebriti di dalam mendukung iklan

[image:46.612.114.526.245.589.2]
(47)

yang banyak disukai oleh masyarakat. Selebriti digunakan untuk menarik

perhatian khalayak dan meningkatkan awareness produk. Pemasar

mengharapkan kepercayaan konsumen pada merek dan menimbulkan brand

image yang positif bagi masyarakat. Penggunaan selebriti menimbulkan kesan atau persepsi bahwa konsumen selektif dalam memilih dan

meningkatkan status dengan memiliki apa yang digunakan oleh selebriti).

Berdasarkan beberapa alasan yang telah penulis paparkan pada bahasan

sebelumnya, maka dalam penelitan ini penulis memberikan gambaran

(48)
[image:48.612.114.534.122.572.2]

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

Ho1 : Tidak terdapat pengaruh dari celebrity endorser terhadap keputusan

pembelian.

PT. Lux Unilever Indonesia

Brand Image (X2) Persepsi Konsumen(X3)

Celebriti Endorser (X1)

Keputusan Pembelian (Y)

Analisa Regresi

Uji Asumsi Klasik

Uji Statistik

Kesimpulan dan Implikasi

Uji Validitas

Uji Normalitas

Multikolinieritas

Heteroskedastisitas

Uji t

(49)

Ha1 : Terdapat pengaruh dari celebrity endorser terhadap keputusan pembelian.

Ho2 : Tidak terdapat pengaruh dari brand image terhadap keputusan

pembelian.

Ha2 : Terdapat pengaruh dari brand image terhadap keputusan pembelian.

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh dari persepsi terhadap keputusan

pembelian.

Ha3 : Terdapat pengaruh dari persepsi terhadap keputusan pembelian.

Ho4 : Tidak terdapat pengaruh dari celebrity endorser, brand image, dan

persepsi terhadap keputusan pembelian.

Ha4 : Terdapat pengaruh dari celebrity endorser, brand image, dan

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Celebrity

Endorser, Brand Image, dan Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan

Pembelian Produk Sabun Lux. Pemilihan lokasi penelitian (sampling)

dilakukan secara sengaja dengan responden adalah masyarakat yang layak

dijadikan obyek penelitian dan pernah menggunakan produk tersebut, yaitu

mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dari penelitian ini mencakup seluruh konsumen produk sabun

mandi Lux. Alasan peneliti memilih populasi ini karena peneliti ingin

mengetahui bagaimana pengaruh celebrity endoser, brand image, dan

persepsi konsumen berpengaruh secara parsial atau simultan terhadap

keputusan pembelian pada produk sabun mandi Lux.

Sampel yang dipilih dengan menggunakan non probability melalui cara

convenience sampling yaitu unit sampel yang ditarik mudah dihubungi dimana saja dan kapan saja, tidak menyusahkan untuk mengukur dan bersifat

kooperatif. (Abdul Hamid, 2007 : 30).

Menurut Umar (2000:50) jumlah sampel yang diambil 20% dari populasi

(51)

diambil pada 20% x N (20/100 x 336 = 67,2 dibulatkan menjadi 70

responden).

C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Menurut (Istijanto, 2009:44) data primer adalah data asli yang

dikumpulkan oleh periset untuk menjawab risetnya secara khusus.

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara secara

langsung dari responden yang menjadi objek penelitian untuk

mendapatkan data, informasi dan keterangan lain dari responden maka

dilakukan dengan cara metode kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan

data dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang jawabannya sudah

ditemtukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk

member jawaban lain. Adapun data Primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Kuisioner (Primary Data)

Teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan pembagian daftar

pertanyaan langsung kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Ciputat. Sehingga data yang penulis kumpulkan benar-benar sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian berlangsung.

b. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan pakar bidang pemasaran dan

(52)

Bobot penilaian angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai

dengan yang digambarkan dalam skala Likert yaitu metode yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial (Nur Indriantoro,

2002:104). Skala likert yang dipergunakan untuk menjawab bagian

[image:52.612.112.529.255.524.2]

pernyataan penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam

tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

No Jenis Jawaban Bobot

1 SS = Sangat Setuju 5

2 S = Setuju 4

3 R = Ragu-Ragu 3

4 TS = Tidak Setuju 2

5 STS = Sangat Tidak Setuju 1

Tingkat Penilaian Jawaban

2. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung

tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara studi pustaka dari

berbagai buku, jurnal, majalah, literatur atau tulisan lain yang dianggap

memiliki hubungan hal yang diteliti dengan menggunakan laporan tertulis

ataupun penelitian sebelumnya.

Menurut (Istijanto, 2009:38) data sekunder adalah data yang telah

(53)

lain. Ini mengandung arti bahwa periset sekedar mencatat, mengakses, atau

meminta data tersebut (kadang sudah berbentuk informasi) ke pihak lain

yang telah mengumpulkannya di lapangan. Periset hanya memanfaatkan

data yang sudah ada untuk penelitiannya. Untuk dapat memperoleh

landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan

yang ada, maka peneliti mengadakan penelitian kepustakaan denagn

membaca literatur berupa buku dan jurnal-jurnal yang berhubungan

dengan tema skripsi.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas adalah

ukuran yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur mampu

mengukur apa yang diukur. Menurut Imam Ghozali (2005:45) uji

validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut. Jumlah skor total pada uji validitas dikatakan

valid apabila jumlah skor >0.30 (Sugiyono, 2007:178).

Biasanya syarat minimum untuk dapat di anggap memenuhi

(54)

dinyatakan tidak valid (Nur indriyanto dan Bambang Supomo,

2002:124).

b. Uji Reliabilitas

Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap

berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari alat. Sebagai ukuran

yang menunjukkan konsistensi darialat ukur dalam mengukur gejala

yang sama di lain kesempatan. Untuk melihat reliabilitas, maka

dihitung cronbach alpha masing-masing instrumen. Variabel-variabel

tersebut dikatakan cronbach alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,60

(Nunnally dalam Imam Ghozali, 2005:42). Uji reliabilitas bertujuan

untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan digunakan yakni apakah

alat ukur tersebut akurat, stabil, dan konsisten. Teknik yang digunakan

adalah koefisien alpha cronbach.

Reliabilitas suatu instrumen dapat diterima jika memiliki

koefisien alpha cronbach minimal 0,60 yang berarti bahwa instrumen

tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal

yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukura ulan

2. Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi

data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk

analisis statistic parametric. Penggunaan uji normalitas karena pada

analisis statistic parametric, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah

(55)

secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi

normal. Bahwa data memusat pada nilai rata-rata dan median. Untuk

mengetahui bentuk distribusi data kita bisa menggunakan grafik

distribusi.

3. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik

jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik. Proses

pengujian asumsi klasik dapat dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 16.0 FOR Windows.

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas digunaan untuk menunjukan adanya hubungan

linier antara variabel-variabel bebas (independent) dalam model

regresi. Jika variabel bebas berkorelasi sempurna maka dapat disebut

dengan multikolinearitas sempurna.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas didalam model

regresi adalah sebagai berikut :

1) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antara

variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas

90%) maka hal ini diindikasikan adanya multikolinearitas.

2) Menurut Imam Ghozali (2005:91), nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah jika nilai

(56)

kemampuan variabel independent sebagai prediktor variabel

dependent. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan cara

melihat nilai VIF regresi jika nilai VIF variabel independent lebih

besar dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut

mempunyai hubungan linier yang sangat kuat dengan variabel

bebas lain. Adapun untuk menghilangkan multikolinearitas adalah

dengan menghilangkan variabel bebas tersebut dari persamaan

regresi.

b. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi variabel tidak

sama untuk semua pengamatan. Pada Heteroskedastisitas kesalahan

yang terjadi tidak random, tetapi menunjukan hubungan yang

sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.

Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan

kepengamatan lainnya, jika varian residual dan satu pengamatan

kepengamatan lainnya tetap maka disebut homokedastisitas dan jika

berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang

homokedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya Heteroskedastisitas ada

beberapa cara yaitu :

1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)

(57)

Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED

dimana sumbu Y adalah Y yag telah diprediksi dan sumbu X

adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).

2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu sperti titik-titik yang

membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit). Maka, mengidindikasikan telah terjadi

Heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas secara titik-titik

menyebar diatas nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

4. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti

bermaksud meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen (Y), bila

dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi.

Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel

independen minimal dua (Sugiyono, 2007:277).

Model persamaan regresi secara umum berbentuk sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2+b3X3+ e

Dimana:

Y = keputusan pembelian

(58)

b2X2 = koefisien regresi X2 (brand image) b3X3 = koefisien regresi X3 (persepsi konsumen)

e = standar error

5. Uji Statistik t (Parsial)

Uji t untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat, maka digunakan kriteria sebagai berikut :

Ho = Penggunaan celebrity endorser, brand image, dan persepsi

konsumen tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Ha = Penggunaan celebrity endorser, brand image, dan persepsi

konsumen berpengaruh terhadapkeputusan pembelian.

Kriteria pengambilan keputusan t hitung dengan t tabel :

a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Artinya penggunaan

celebrity endorser, brand image, dan persepsi konsumen tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Artinya penggunaan celebrity

endorser,brand image, dan persepsi konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Kriteria pengambilan keputusan probabilitas (signifikansi) dengan

= 0.05:

a) Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterima. Artinya penggunaan

(59)

b) Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak. Artinya penggunaan

celebrity en

Gambar

Gambar 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen
Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan
tabel= 2,427. Uji t menunjukan bahwa variabel yang paling berpengaruh
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cobalah sampel secara berurutan dari sampel sebelah kiri ke kanan dengan cara mengunyah dengan menggunakan gigi geraham.. Anda diperbolehkan mengulang sesering yang anda

Kesulitan ini menjadikan citra fraksi pada endmember permukaan kedap air dan citra fraksi tanah terbuka yang dihasilkan dari proses LSMA menjadi kurang akurat,

Sebagai seorang murid dari Socrates, ia dikenal sebagai murid yang taat dan mempunyai pengaruh tinggi dibandingkan murid yang lainnya. Selain dikenal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis Standar Belanja Inspektorat Kota Bitung Tahun 2015-2017 terdiri dari persentase/alokasi masing – masing belanja terhadap total

Untuk sekelas Pesantren Darussalam dengan fasilitas membuang sampah seperti itu jelas kurang, perlu adanya penambahan fasilitas kebersihan sehingga membuat para

[r]

Nilai R/C Ratio yang diperoleh pada usaha kue Semprong (kasippi) di Usaha Mega Rezky sebesar 1,48 berarti usaha tersebut dinyatakan layak, karena setiap penambahan

Viola atau biola alto memiliki ukuran yang lebih besar dari pada biola, dan memiliki karakter suara yang lebih rendah dan gelap. Nada-nada tinggi