MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer dalam Meningkatkan Kualitas Semen Beku Kerbau Lumpur (Bubalzts bztbalis). Dibimbing oleh MOZES R. TOELlHERE sebagai Ketua, TUTY L. W S U F dan POLMER Z. SITUMORANG sebagai Anggota.
Tujuan penelitian ini adalah (i) mencari alternatif dalam upaya meningkatkan kualitas spermatozoa semen beku kerbau lumpur sehingga tetap memenuhi syarat untuk digunakan dalam program IB dan (ii) mengetahui kombinasi yang terbaik antara plasma semen (kerbau dan sapi) dengan jenis pengencer dalam upaya meningkatkan kualitas spermatozoa semen beku kerbau lumpur. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Reproduksi Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor dari bulan Juli sampai Desember 1997.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan plasma semen sapi terutama setelah dicampur selama lima menit sebelum pengenceran (PS5) memberikan hasil yang lebih baik dibanding kontrol untuk semua parameter kualitas spermatozoa yang diamati. Pengencer laktosa cenderung lebih baik daripada tris sitrat dan susu skim terutama untuk parameter persentase motilitas. Persentase motilitas dan persentase hidup tertinggi setelah thawing diperoleh pada perlakuan PS5 sebesar 49,52 % dan 61,05 % serta pengencer laktosa dengan nilai masing-masing 49,52 % dan 60,09 %. Hal yang sama juga diperoleh pada persentase MPU dan TAU; PS5 memberikan hasil tertinggi sebesar 60,48 % dan 53,24 % serta pengencer laktosa dengan nilai sebanyak 59,19 % dan 49,28 %. Hasil ini memberikan gambaran bahwa plasma semen sapi dengan kandungan protein dan asam askorbat yang lebih tinggi daripada plasma semen kerbau lebih mampu melindungi spermatozoa dari kejutan dingin selama proses pendinginan, pembekuan dan thawing. Demikian pula halnya dengan pengencer laktosa yang berfkngsi sebagai krioprotektan ekstraseluler dan senyawa pereduksi, lebih mampu memberikan perlindungan kepada spermatozoa kerbau selama periode-periode kritis tersebut. Persentase motilitas dan persentase hidup spermatozoa pada kontrol lebih rendah karena plasma semen kerbau mengandung faktor antimotilitas dan spermiostatik yang lebih banyak dibanding dengan plasma semen sapi. Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan plasma semen dengan pengencer terhadap semua parameter kualitas spermatozoa yang diamati pada ketiga tahap pengolahan semen (pengenceran, ekuilibrasi dan thawing).
Kualitas spermatozoa terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan plasma semen sapi yang diberi kesempatan bercampur dengan spermatozoa kerbau selama lima menit sebelum diencerkan dengan pengencer laktosa (perlakuan PSsLS).
Effectivity of Bovine Seminal Plasma and Various Extenders on Improvement of Frozen Semen Quality of Swamp Buffaloes (Bubalus bubalis)
ABSTRACT
Semen of two healthy swamp buffalo bulls were collected twice a week using artificial vagina. After initial evaluation, semen was devided into two parts, 113 for control (PK) and 213 for treatment (PS) and centrihgated at 3.000 rpm for 20 minutes. Seminal plasma of the second part was removed and changed with bovine seminal plasma for two different length of time, 0 min. (PSo) and 5 min. (PSs). Semen was diluted with three different extenders, lactose (LS), tris-citrate (TS) and skim milk (SS) containing 7 % glycerol. Semen was diluted to 15 million motile spermatozoa per ministraw (0.25 ml). After cooling, semen was equilibrated for 4 hours, frozen in nitrogen vapour and then stored in liquid nitrogen for 7 days.
Results of this experiment indicated that mean percentage of motility, intact acro- somal and intact plasma membrane for PS5 (49.52 f 5.32 %, 53.24 f 2.72 % and 60.48 f 5.57 %) were significantly higher (W0.05) than PSo (46.19 k 5.54 %, 47.48 f 3.61 % and 56.28 f 6.87 %) and PK (38.81 i 4.60 %, 41.43 f 3.33 % and 52.43 1 5.77 %, respectively). PSo was significantly higher than PK. The mean percentage of live spermatozoa (61.05 f 4.67 %) for PSS was significantly higher (P<0.05) than PK (53.38 f 7.50%), but not significantly different with PSo (58.86 i 6.00 %). PSo was significantly higher than PK. The percentage of motility in LS extender (49.52 k 7.70 %) was significantly higher than in TS (43.33 f 4.71 %) and SS (41.67 i 4.96 %) extenders, but no significant difference was found between TS and SS extenders. The mean percentage of live spermatozoa and intact plasma membrane in LS extender (60.09 f 5.21 % and 59.19 f 7.19 %) were significantly higher (P<0.05) than in SS extender (54.33 f 7.65 % and 53.05 f 4.65 %). There was no significant difference between LS and TS extenders. TS extender (58.86 f 6.42 % and 56.95 f 7.16 %, respectively) was significantly higher than SS extender. Statistically, there was no significant difference between extenders for intact acrosomal percentage parameter.