i
PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, KOMITMEN ORGANISASI DAN SISTEM INFORMASI PADA KESIAPAN PENERAPAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DI PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
SKRIPSI
Oleh :
IDA BAGUS GEDE BAYU PERMANA NIM: 0915351143
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
ii
PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, KOMITMEN ORGANISASI DAN SISTEM INFORMASI PADA KESIAPAN PENERAPAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DI PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
SKRIPSI
Oleh :
IDA BAGUS GEDE BAYU PERMANA NIM: 0915351143
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi
Sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal :
Tim Penguji : TandaTangan
Ketua : Prof. Dr.I Wayan Suartana, SE. M.Si.Ak. ...
Sekretaris : I Dewa Nyoman Wiratmaja, SE. MM. ...
Anggota : I Ketut Alit Suardana. SE. M.Si. AK. ...
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelarak ademik di suatu PerguruanTinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
rujukan.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, April 2016
Mahasiswa
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang MahaEsa, sumber dari segala impian, kebaikan dan ilmu pengetahuan, karena atas berkatrahmat-Nya, dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi dan Sistem Informasi Pada Kesiapan Penerapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual di Pemerintah Kabupaten Badung”. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I G.B. Wiksuana, SE., M.S., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. I Gusti Wayan MurjanaYasa, SE.,M.Si., selaku Pembantu Dekan
I Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE.,M.Si., Ak. dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Drs. KetutSuardhikaNatha, M.Si., selaku ketua program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana beserta seluruh
pengelola dan pegawai Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. BapakI Made Karya Utama. SE.,M.Com.,Ak. Selaku Pembimbing Akademik.
vi
7. Bapak Prof. Dr. I Wayan Suartana. SE., M.Si. Ak. Selaku Dosen Pembahas
atas waktu serta masukan dalam skripsi ini.
8. Bapak Ketut Alit Suardana. SE., M.Si. Ak. Selaku Dosen Penguji atas
waktu serta masukan dalam skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu tercinta serta keluarga besar dan saudara-saudaraku atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada henti untuk memotivasi penulis.
10. Teman-teman seperjuangan, Gek Eby, Gus Arta, Yoga, Putu, Agung Ridwan, Surya Pande, Beni, Nia, Kokakek, sertateman-teman yang lain
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semangat maupun motivasi yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dalam penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Denpasar, April 2016
vii
Judul : Pengaruh Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi dan Sistem Informasi Pada Kesiapan Penerapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual di Pemerintah Kabupaten Badung
Nama : Ida BagusGedeBayuPermana Nim : 0915351143
Abstrak
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang dipertegas dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 63 Tahun 2013 Mengamanahkan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Kabupaten dan Kota adalah Bersifat mandatory. Kondisi ini mengharuskan pemerintah provinsi, Kabupaten dan Kota sudah menerapkan laporan keuangan berbasis akrual pada laporan keuangan tahun 2015. Kesiapan penerapan sistem yang baru membutuhkan dukungan dari kesiapan Sumber Daya Manusia, Komitemen Organisasi dan Sistem Informasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Sistem Informasi pada Kesiapan Penerapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual.
Pengujian Pengaruh Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi , dan Sistem Informasi pada Kesiapan Penerapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual dalam penelitian ini menggunakan Uji regresi Linier Berganda. Penelitian dilakukan pada bagian keuangan Sekretariat daerah Kabupaten Badung, dengan menggunakan 74 responden. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Sistem Informasi berpengaruh positif signifikan pada Kesiapan Penerapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Untuk itu dalam upaya meningkatkan kesiapan pemerintah daerah untuk menerapkan laporan keuangan berbasis akrual, para pengambil kebijakan di Pemerintah Kabupaten Badung perlu meningkatkan Kesiapan Sumber Daya Manusia, Membangun Komitmen Organisasi dan membenahi Sistem Informasi
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3Tujuan Penelitian ... 8
1.4Kegunaan Penelitian... 9
1.5Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Tori ... 11
2.1.1. Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual... 11
2.1.2. Perbedaan SAP basis akrual dengan SAP basis kas ... 13
2.1.3 Laporan keuangan pemerintah dengan basis akrual ... 18
2.1.4. Penerapan SAP berbasis akrual ... 21
2.1.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi organisasi dalam menerapkan sistem atau peraturan baru ... 23
2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan SAP Berbasis Akrual. ... 25
2.2Rumusan Hipotesis Penelitian ... 33
2.2.1. Pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap penerapan SAP berbasis akrual ... 33
2.2.2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual ... 34
2.2.3. Pengaruh sistem informasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Desain Penelitian ... 37
3.2. Lokasi Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 38
3.3. Objek Penelitian ... 38
3.4.Identifikasi Variabel ... 38
3.5. Definisi Operasional Variabel ... 39
3.6.Jenis data Sumber Data ... 39
3.6.1.Jenis Data ... 39
3.6.2. Sumber data ... 40
ix
3.7.1 Populasi ... 41
3.7.2. Sampel ... 41
3.8.Responden Penelitian ... 42
3.9. Metodepengumpulan data ... 42
3.10.Teknik Analisis data ... 42
3.10.1 Instrumern Penelitian ... 42
3.10.2. Tranformasi Data ... 43
3.10.3. Analisis Deskriptif ... 44
3.10.4. Uji Instrumen ... 45
3.10.5. Uji Asumsi Klasik ... 46
3.10.6. Analisis regresi Linier Berganda ... 47
3.10.7 Koefisien Determinasi ( R2) ... 48
3.10.8 t – Test ... 48
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Badung ... 50
4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis ... 51
4.1.2 Sejarah Singkat... 52
4.2 Responden Penelitian ... 54
4.2.1 Karakteristik Responden ... 54
4.2.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 56
4.2.3 Uji Reliabilitas Instrumen ... 56
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 57
4.3.1 KualitasSumberDayaManusia ... 57
4.3.2 KomitmenOrganisasi ... 57
4.3.3 PengetahuanSistemInformasi ... 58
4.4.4 KesiapanPenerapan PP No. 71 Tahun 2010 ... 58
4.4Analisis regresi linear berganda ... 58
4.4.1 Uji asumsi klasik ... 59
4.4.2 UjiKelayakan Model ... 62
4.4.3 Uji t ... 62
4.4.4 Analisis Determinasi ... 64
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
4.5.1 Pengaruh Kualitas sumber daya manusia terhadap Kesiapan penerapan PP No. 71 Tahun 2010 ... 65
4.5.2 Pengaruh KomitmenOrganisasiterhadap Kesiapan penerapan PP No. 71 Tahun 2010 ... 65
4.5.3 Pengaruh Sistem informasi terhadap Kesiapan penerapan PP No. 71 Tahun 2010 ... 66
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan... 67
5.2 Saran ... 67
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaaam PP No 24 tahun 2005 dengan PP No. 71 Tahun
2010 ... 15
Tabel 4.1 Data Pengambilan dan Pengembalian Sample ... 54
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat ... 55
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Olahan SPSS ... 59
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas... 60
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 60
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 61
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.KuisionerPenelitian
Lampiran 2.Tabulasi Data Penelitian (Data Ordinal) Lampiran 3.Tabulasi Data Penelitian (Data Interval) Lampiran 4.HasilUjiValiditasdanReliabilitas
Lampiran 5.HasilUjiAsumsiKlasik
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemerintah masih secara terus menerus melakukan reformasi dalam pengelolaan keuangan
negara, reformasi pengelolaan keuangan negara telah melahirkan peket undang-undang yang mengatur bidang keuangan negara yaitu Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 yang membahas
tentang keuangan negara, undang-undang nomor 1 tahun 2004 yang membahas tentang perbendaharaan Negara, dan undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, dari ketiga undang-undang yang mengatur
bidang keuangan negara tersebut kemudian muncul beberapa peraturan pemerintah yang pada dasarnya mendukung penerapan undang-undang tersebut dan membantu untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memperbaiki tata kelola pemerintah
dilakukan dengan cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yaitu dengan melakukan pengembangan kebijakan akuntansi pemerintah berupaStandar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang mempunyai tujuan untuk memberikan suatu pedoman dasar dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah pusat maupun pada tingkat daerah. SAP merupakan suatu yang nantinya akan membantu untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan
Menurut Wijaya dalam Faradillah (2013), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan standar akuntansi pertama di Indonesia yang mengatur mengenai akuntansi
pemerintahan Indonesia. Menurut Faradillah (2013) SAP merupakan pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan sesuai dengan SAP. Penerapan SAP diyakini akan berdampak
pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di
pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi, serta akuntabilitas.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 36 ayat (1) tentang keuangan negara, mengatakan bahwa dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja menerapkan basis
akrual, selama basis akrual belum dilaksanakan maka digunakan basis kas menuju akrual. Dalam upayanya untuk memenuhi maksud dari undang-undang nomor 17 tahun 2003 tersebut Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) telah menyusun Standar akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berbasis akrual yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010
menggantikan peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2005. Denngan ditetapkannya peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 pencatatan keuangan berbasis akrual telah sah untuk segera dilaksanakan oleh seluruh jajaran kepemerintahan.
Menurut Kusnadi, (1999:106) Dasar akuntansi akrual mengakui dan melaporkan efek transaksi dan kejadian lainnya atas aktiva, utang, penghasilan dan beban dari suatu organisasi
bisnis dan jika dalam organisasi pemerintahan pada dana atau transaksi uangnya (kasnya) masih belum diterima atau belum dibayar. Akuntansi pemerintahan berhubungan dengan penghasilan dan pengeluaran terlebih pada penerimaan dan beban pemerintah. Oleh karena itu, hanya dasar
Peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 terdiri dari dua lampiran. Lampiran I merupakan standar akuntansi berbasis akrual yang berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan oleh setiap entitas. Sedangkan lampiran II merupakan standar akuntansi berbasis kas menuju akrual yang berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP berbasis akrual. Pada lampiran II dari peraturan pemerintah nomor 71 tahun
2010 merupakan lampiran yang menuliskan kembali isi dari peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikitpun. Batas masa transisi yang dimaksud dalam lampiran II adalah
empat kali masa anggaran setelah peraturan pemerintah ini terbit yang mempunyai arti bahwa maksimal penggunaan standar akuntansi berbasis kas menuju akrual adalah akhir tahun 2014.
Berlakunya peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 ini memberikan dampak yang
cukup berpengaruh dalam pelaksanaan sistem pelaporan keuangan di Indonesia. Pemerintah pusat maupun daerah di Indonesia mulai meninggalkan pelaksanaan sistem pelaporan keuangan berbasis
kas menuju akrual dan kemudian mulai secara perlahan menjalankan sistem pelaporan keuangan berbasis akrual secara penuh. Berlakunya peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 juga
diharapkan mampu memberikan informasi yang utuh mengenai posisi keuangan negara dan menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban.
Akuntansi berbasis akrual seperti yang dimaksud adalah suatu sistem akuntansi dimana
transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lainnya yang diakui dicatat dan disajikan berdasarkan waktu terjadinya transaksi tanpa memperhatikan waktu kas atau secara kas nya dibayarkan atau
dilunasi. Karena akuntansi berbasis akrual mencatat transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lainnya yang diakui dicatat dan disajikan berdasarkan waktu terjadinya transaksi tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas nya dibayarkan atau dilunasi maka akuntansi berbasis
Perubahan sistem pelaporan dari akuntansi berbasis kas menuju akuntansi berbasis akrual secara penuh pastinya akan menimbulkan dampak terhadap satuan kerja kepemerintahan walau
sekecil apapun. Perubahan menuju ke arah yang baik ini bukan berarti berjalan mulus tanpa hambatan, masalah akan selalu ada dalam sebuah perubahan khusunya dalam lingkungan satuan kerja kepemerintahan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan penerapan SAP berbasis akrual diantaranya dijelaskan sebagai berikut :
1. 1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Sumarsono(2003;4) sumber daya manusia mengandung dua pengertian.
Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan seseorang dalam waktu tertentu untuk
menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu berkerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Oleh karena pentingnya SDM dalam mempengaruhi berbasis akrual tersebut,
pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan dan penempatan sumber daya manusia dibidang akuntansi pemerintahan. Menurut Herlina (2013) kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi yang berhubungan dengan pengetahuan,
terhadap kinerjanya. Selain itu penerapan basis akrual juga ditentukan oleh sistem yang digunakan.
1. 1. 2 Komitmen Organisasi
Kurniawan (2011) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang
individu memihak organisasi serta tujuantujuan dan keinginannya untuk mempertahankan
keangotaannya dalam organisasi. Luthans (2002:235) mengatakan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu sikap mengenai kesetiaan karyawan terhadap organisasi tempat mereka
bekerja. Sikap ini merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus (kontinyu) dimana karyawan juga memperlihatkan kepedulian tinggi pada organisasi, sehingga komitmen organisasi merupakan sikap kerja yang bersifat tahan lama (durable) dan stabil.
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Dalam hal ini, salah satu penyebab kelemahan penyusunan laporan keuangan pada
beberapa kementerian/lembaga adalah lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khusunya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penerima dana dekonsentrasi/Tugas Pembantuan (Simanjuntak, 2010).
1. 1. 3 Sistem Informasi
Menurut Nash, John F., (2000:8) menyatakan bahwa sistem informasi adalah
kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atau transaksi-transaksi tertentu
dan rutin, membantu manajemen dan pemakaian intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.
Dari pengertian tersebut sistem informasi menunjukan bahwa fungsi utamanya adalah
serta fungsi manajemen. Dengan demikian, maka segala bentuk proses pekerjaan rutin maupun transaksi manajemen akan tertata dengan rapi. Dalam hal ini teknologi informasi berupa
hardware dan software yang memadai untuk melaksanakan SAP berbasis akrual diharpakan dapat membantu satuan kerja dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Faradillah (2013) kompleksitas dalam penerapan basis akrual
membutuhkan sistem yang lebih terpadu dan didukung oleh teknologi informasi yang memadai. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk dapat
mewujudkannya. Menurut Cushing, Barry. E (2007:17) Sistem informasi akuntansi didefinisikan sebagai kumpulan manusia dan sumber-sumber modal didalam suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk menyiapkan informasi keuangan dan juga informasi yang
diperoleh dari pengumpulan dan pengolahan data transaksi.
Selain ketiga faktor tersebut juga diperlukan sosialisasi dari pemerintah pusat maupun
daerah. Untuk itu perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik. Pada
penelitian sebelumnya, Faradillah (2013) dengan penelitian yang berjudul “Analisis pemerintah daerah dalam menerapkan standar akuntansi pemerintahan (peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010)” menunjukkan bahwa pemerintah Kota Makasar dalam implementasi
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual merupakan refleksi dari suatu formalitas.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya peneliti ingin membuktikan pengaruh ketiga faktor dalam kesiapan penerapan SAP berbasis akrual pada satuan kerja yang terdaftar di pemerintahan kabupaten Badung. Responden dari penelitian ini
dirasa cukup kuat sebagai acuan pemilihan wilayah untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung dipilih sebagai lokasi penelitian karena memilliki
wilayah kerja paling luas di daerah kabupaten badung. Sehingga menurut peneliti wilayah kerja kantor pemerintahan kabupaten Badung diharapkan mampu memberikan acuan tempat yang bisa mereprestasikan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan.
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Apakah kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap penerapan SAP berbasis akrual
?
2. Apakah Komitmen organisasi berpengaruh terhadap penerapan SAP berbasis akrual ?
3. Apakah sistem informasi berpengaruh terhadap penerapan SAP berbasis akrual ?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai :
1. Pengaruh sumber daya manusia terhadap penerapan SAP berbasis akrual. 2. Pengaruh Komitmen organisasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual. 3. Pengaruh sistem informasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual.
1.4Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak yang
Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh sumber daya manusia, komitmen organisasi, dan sistem informasi terhadap penerapan SAP
berbasis akrual. Selain itu, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat kepada peneliti-peneliti dan orang-orang yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai standar akuntansi pemerintah khususnya standar akuntansi pemerintah berbasis akrual penuh.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah dalam
penerapan peraturan pemerintah nomorr 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah berbasis akrual penuh. Penelitian ini juga diharapkan mampu meminimalkan kesalahan dalam pelaporan keuangan dengan mengidentifiaksi kemungkinan kendala-kendala yang dihadapi
serta secara umum diharapkan kualitas laporan keuangan menjadi semakin meningkat.
1.5Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang saling berhubungan antara bab satu dengan bab lainnya
dan disusun secara terperinci dan sistematis. Agar lebih mudah mengikuti materi yang ada dalam penelitian ini, sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHALUAN
Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sitematika penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
Pada bab ini menguraikan landasan teori yang mendukung penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait dan digunakan sebagai acuan dengan penelitian yang
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi
variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, responden, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, transformasi data, analisis deskriptif, uji instrumen, uji klasik, teknik analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan uraian mengenai pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Tori
2.1.1. Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
Akuntansi Berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Menurut Ritonga, Rahmansyah. (2006) teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan yaitu transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar
di masa depan.
Study #14 IFAC Public Sektor Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan berbasis
akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisien, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi
keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi
kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumber daya tesebut.
Standard akuntansi pemerintahan berbasis akrual dikembangkan berdasarkan amanat undang-undang nomor 1 tahun 2004 yang menetapkan basis akrual diterapkan selambat-lambatnya pada tahun anggaran pada tahun anggaran 2008 dan ditegaskan dalam undang-undang Nomor 17
berikut:“ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”
Berdasarkan pasal 32 UU 17 tahun 2003 dan pasal 57 UU 1 Tahun 2004, penyusunan
standard akuntansi pemerintahan ditugaskan pada suatu komite standard yang independen yang ditetapkan dengan suatu keputusan presiden, komite tersebut adalah komite standar akuntansi
pemerintah (KSAP). Organisasi KSAP terdiri dari Komite konsultatif dan komite kerja yang dibantu oleh kelompok kerja. Komite konsultatif bertugas member konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka perumusan konsep rancangan peraturan pemerintah tentang standard akuntansi
pemerintahan.
Untuk menjaga kualitas standar akuntansi pemerintahan, proses penyusunannya melalui
mekanisme procedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan dalam setiap penyusunan pernyataan standard akuntansi pemerintahan (PSAP) oleh komite. Proses penyiapan standar akuntansi
pemerintahan yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan
melaksanakan standard yang ditetapkan. Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan meteri / referensi yang dikeluarkan oleh :
a) International Federation of accountants:
b) International accounting standards committee:
c) International monetary Find:
e) Financial accounting standard board;
f) Governmental accounting standard board;
g) pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan Negara;
h) organisasi profesi lainnya di berbagai Negara yang membidangi pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintah.
2.1.2. Perbedaan SAP basis akrual dengan SAP basis kas
Dengan terbitnya PP. No. 71 Tahun 2010 tentang standard akuntansi pemerintahan sebagai pengganti PP No. 24 tahun 2005 menandai era penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual, meskipun di dalam peraturan tersebut juga masih diakomodir pilihan menerapkan basis kas
menuju akrual sebagaimana yang diatur di dalam PP No. 24 tahun 2005 selama masa transisi dimana pelaksanaan akrual murni paling tidak harus diterapkan paling lambat empat (4) tahun
setelah peraturan ini diterbitkan. Atau dalam hitungan waktu akan mulai penuh diterapkan pada tahun 2015.
Perubahan basis akuntansi dari kas menuju akrual membawa dampak terhadap perubahan tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan. Seiring dengan penerapan basis akrual untuk pelaporan keuangan, penyusunan anggaran tetap dilakukan dengan menggunakan
basis kas. Hal ini berarti proses pelaporan penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi anggaran yang tetap menggunakan basis kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan
menggunakan basis akrual. Di dalam struktur SAP berbasis akrual berdasar PP No. 71 tahun 2010 terdapat tambahan pernyataan standard akuntansi yaitu pada pernyataan PSAP Nomor 12 tentang laporan Operasional . adapun PSAP dalam lampiran I PP No. 71 tahun 2010 adalah sebagai berikut
a) PSAP nomor 01 tentang penyajian lapran keuangan; b) PSAP nomor 02 tentang laporan realisasi anggaran;
c) PSAP nomor 03 tentang laporan arus kas;
d) PSAP nomor 04 tentang catatan atas laporan keuangan; e) PSAP nomor 05 tentang akuntansi persediaan;
f) PSAP nomor 06 tentang akuntansi investasi; g) PSAP nomor 07 tentang akuntansi Aset tetap;
h) PSAP nomor 08 tentang akuntansi kontruksi dalam pengerjaan; i) PSAP Nomor 09 tentang akuntansi Kewajiban;
j) PSAP nomor 10 tentang koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar
biasa;
k) PSAP nomor 11 tentang laporan keuangan konsolidasia; dan
l) PSAP nomor 12 tentang laporan operasional.
Perbedaan antara PP. No. 71 tahun 2010 dengan PP No. 24 tahun 2005 (table F.1.2.1) Juga
terdapat pada komponen laporan keuangan. Dalam PP No. 24 tahun 2005 disebutkan terdapat empat (4) jenis laporan keuangan yaitu: 1. Neraca: 2: laporan arus kas: 3. Laporan realisasi anggaran: 4 catatan atas laporan keuangan. Dalam PP. No. 71 tahun 2010 laporan keuangan yang
harus disusun oleh pemerintah daerah (pemda) bertambah menjadi enam (6) jenis laporan keuangan yaitu : laporan realisasi anggaran; laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL);
neraca: laporan arus kas: laporan operasional: laporan perubahan ekuitas; catatan atas laporan keuangan.
Tabel 2.1
PP. No. 24 Tahun 2005 Pp. No. 71 Tahun 2010
LAPORAN PERUBAHAN SAL
Tidak Ada laporantersendiri
NERACA
Ekuitas Dana terbagi;
- ekuitas dana lancar; selisih antara
aset lancar dan kewajiban jangka
LAPORAN PERUBAHAN SAL
Laporan perubahan SAL menyajikan
secara komperatif dengan periode sebelumnya po-pos berikut:
a. saldo anggaran lebih awal;
b. Penggunaan Saldo anggaran lebih;
c. sisa lebih / kurang pembiayaan
anggaran tahun berjalan :
d. koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya ; dan
e. lain-lain;
f. Saldo anggaran lebih akhir.
NERACA
Hanya Ekuitas yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
pendek, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo
anggaran lebih
- ekuitas dan ainvestasi; mencerminkan kekayaan
pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dana set lainya, dikurangi dengan
kewajiban jangka panjang
- ekuitas dana cadangan
mencerminkan kekayaan
pemerintah yang dicadangkan untuk
tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
LAPORAN ARUS KAS (LAK)
- disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan (par 15)
Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
Saldo ekuitas di neraca
berasaldarisaldoakhirekuitaspadalaporan perubahanekuitas pendanaan,
dantransitoris
LAPORAN ARUS KAS (LAK)
-disajikanoleh unit yang mempunyai
operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
- bersifat optional
- disusun oleh entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis
akrual
- sekurang-kurangnya menyajikan
pos-pos;
a. pendapatan dari kegiatan operasional;
b. beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi
ekonomi;
c. surplus atau defisit.
Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi,
LAPORAN OPERASIONAL (LO)
- merupakan laporan keuangan pokok
- menyajikan pos-pos sebagai berikut
a. pendapatan LO dari kegiatan
operasional;
b. beban dari kegiatan operasional;
c. surplus/deficit dari kegiatan non operasional bila ada;
d. posluarbiasa, bilaada
e. surplus/defisit- LO
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
-merupakan laporan keuangan pokok
CALK
Pada dasarnya hampir sama dengan PP
baru.
a. ekuitas awal;
b. surplus/deficit-LO pada periode bersangkutan
c. koreksi-koreksi yang langsung menambah / mengurangi ekuitas,
misalnya; koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap
d. ekuitas akhir.
CALK
Perbedaan yang muncul hanya dikarenakan komponen laporan
keuangan yang berbeda dengan PP lama
2.1.3 Laporan keuangan pemerintah dengan basis akrual
Menurut lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 laporan keuangan disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan
operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistemastis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
c) Transparansi
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan
.
d) Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)
membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang
akan dating diasumsuikan akan ikut menganggung beban pengeluaran tersebut. e) Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi
yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, social, maupun politik dengan :
a) menyediakan informasi tentang seumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan; b) menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
c) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
e) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;
f) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
2.1.4. Penerapan SAP berbasis akrual
Perubahan dari standar akuntansi basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang
keuangan Negara seperti yang diamanatkan dalam UU no. 17 tahun 2003 dilakukan secara bertahap. Untuk itu perlu adanya dari organisasi-organisasi pemerintahan untuk menerapkan basis
akuntansi akrual ini sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel.
Organisasi dalam menerapkan system atau peraturan baru menurut Armenakis (1993) ada tujuh aspek mengenai organisasi yang meliputi: mengubah persepsi anggota organisasi terhadap perubahan, visi, saling percaya dan menghormati, inisiatif
perubahan, dukungan manajemen, penerimaan dan bagaimana organisasi mengelola proses perubahan. Pada intinya, untuk melakukan perubahan melibatkan perilaku kognitif individu
Perubahan organisasi menurut Cummings & Worley (2005) didefinisikan sebagai pengadopsian ide-ide atau perilaku baru oleh sebuah organisasi. Perubahan organisasi menyangkut
kegiatan- kegiatan yang disengaja untuk mengubah keadaan yang ada sebelumnya sebagai respon terhadap paksaan perubahan (force of change). Pada perkembangannya banyak organisasiyang mencoba melakukan perubahan dengan struktur horizontal, yang mendorong kerjasama kelompok
dan komunikasi yang lebih cepat. Idenya bahwa dengan struktur yang lebih ramping akan mendorong fleksibilitas, kreatifitas dan inovasi dalam bereaksi terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi.
Kajian yang dilakukan dalam Klien dan Sora (1996),Priyanto(2008) menjelaskan bahwa ketersediaan sumber daya, dukungan manajemen, dan nilai-nilai yang dikembangkan staf
merupakan faktor yang menentukan organisasi untuk berubah. Bila untuk berubah telah melekat kuat dalam anggota organisasi, maka hal ini akan bisa memunculkan budaya kerja yang baru.
Sejalan dengan Lehman, Wayne E.K(2005) dalam menyatakan bahwa organisasi untuk berubah dapat dideteksi dari beberapa variable, seperti variable motivasional, ketersediaan sumber daya,
nilai-nilai positif yang dikembangkan anggota organisasi serta iklim yang mendukung perubahan.
Dari beberapa definisi tentang organisasi dalam menghadapi perubahan diatas, dapat ditarik beberapa hal menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi, faktor-faktor
tersebut antara lain adalah:
a) persepsi dan motivasi anggota organisasi untuk berubah
Robins, Stephen P(2010:169) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang digunakan individu
untuk mengelola dan mentafsirkan kesan indera meraka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Pada hakekatnya persepsi menurut Kotler dan Amstrong(1996)
berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil reaksi dari persepsi terhadap stimulus. Sedangkan motivasi menurut Handoko(2001) adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai
tujuan. Dengan adanya persepsi dan motivasi anggota organisasi untuk berubah, maka akan semakin mudah bagi organisasi untuk menjalankan perubahan itu. Hal ini sejalan dengan
pendapat Displaces(2005), bahwa individu untuk menghadapi perubahan akan menjadi daya pendorong yang membuat perubahan itu akan memberikan hasil yang positif. Beberapa kajian
terbaru tentang konstruk variable untuk berubag menjelaskan bahwa sesungguhnya individu untuk berubah dapat diidentifikasi dari sikap positif individu terhadap perubahan, persepsi dari keseluruhanwarga organisasi untuk menghadapi perubahan, dan rasa percaya individu dalam
menghadapi perubahan. b) ketersediaan sumber daya
prasarana yang menunjang organisasi untuk melaksanakan perubahan, maka organisasi tersebut akan lebih mudah untuk melakukan perubahan, maka organisasi tersebut akan lebih mudah untuk melakukan perubahan. Staf yang sudah terlatih yang dimiliki oleh organisasi akan mampu beradaptasi dengan situasi yang baru, sehingga dapat mempengaruhi anggota yang lain untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kecakapan yang baru. Staf juga harus memiliki pemahaman tentang visi, misi dan tujuan lembaga, sehingga akan dengan mudah menerima perubahan yang akan dilakukan organisasi.
c) Budaya kerja organisasi
Budaya organisasi dalam hal ini adalah bagaimana organisasi dalam mengelola perubahan yang ada, langkah-langkah apa yang akan dilakukan organisasi dalam menghadapi perubahan. Menurut Purwanto (2008) Budaya organisasi dalam deskriptif. Budaya mendeskripsikan bagaimana organisasi mendorong kerja tim, serta apakah organisasi menghargai inovasi. Robbins(2010:721) menyatakan bahwa budaya organisasi mengacu pada sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dan organisasi-organisasi yang lain. Sistem makna bersama ini merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi. Organisasi dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan melalui pembaharuan dan pengembangan internal. Perubahan organisasi dicirikan dengan berbagai usaha penyesuaian disain organisasi di waktu mendatang, menurut Hendricks dan Singhal (2001) pengelolaan organisasi yang berorientasi pada mutu secara luas telah dipercaya akan berpengaruh pada munculnya budaya kerja yang baru, seperti budaya terbuka terhadap nilai-nilai dan kecenderungan yang baru.
Berdasrkan beberapa teori tentang organisasi dalam menerapkan suatu perubahan, organisasi dalam hal ini satuan kerja, perlu menyiapkan beberapa hal untuk menerapkan SAP
berbasis akrual. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan dalam menerapkan SAP berbasis akrual antara lain :
a) Kualitas Sumber Daya Manusia
Menurut Susilo (2002:3), sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi
tersebut. Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sistem elemen organisasi yang sangat penting. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dilakukan sebaik mungkin agar mampu memberikan konstribusi secara optimal dalam upaya pencapaian
tujuan organisasi.
Kemampuan Sumber Daya Manusia diartikan sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya terdiri dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik (Robbins,Stephen P.2001:52). Dalam pekerjaan terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan
intelektual tentu lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
Latar Belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan dalam proporsi tertentu diharapkan dapat memenuhi
syarat-syarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat, sumber daya manusia yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau setidaknya memiliki pengalaman dibidang keuangan sangat dibutuhkan dalam suatu pekerjaan
permasalahan terkait latar belakang pendidikan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintahan. Masalah-masalah tersebut adalah belum dimilikinya atau kurangnya Sumber
Daya Manusia berlatar pendidikan akuntansi, belum ada kebijakan rekruitmen pegawi berlatar belakang akuntansi, dan adanya anggapan bahwa sumber daya manusia bukan berlatar belakang akuntansi mampu melaksanakan tugas dengan modal pendidikan dan pelatihan
(Diklat) serta bimbingan (Rahmayati;2012) b) Komitmen Organisasi
Mowday menggunakan istilah komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen organisasional. Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi.
Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi (Sopiah, 2008:155). Menurut Robins (2006: 310) komitmen
organisasi adalah suatu keadaan dimana karyawan mengaitkan dirinya ke dalam organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya serta berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi itu. Komitmen organisasi sering diartikan sebagai keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota
organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Luthans, 2002:249). Sikap komitmen
Meyer pernah berpendapat bahwa komitmen organisasi bersifat multidimensi (Luthans, 2002:250), maka terdapat perkembangan dukungan untuk tiga model komponen tersebut.
Ketiga dimensi tersebut adalah :
1) Komitmen efektif, adalah keterkaitan emosional karyawan, identifikasi dan keterlibatan dalam organisasi.
2) Komitmen kelanjutan, adalah komitmen yang akan muncul apabila karyawan tetap bertahan kepada suatu organisasi karena membutuhkan penghasilan, mencari keuntungan
atau tidak menemukan pekerjaan lain.
3) Komitmen normatif, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi
merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
Steers mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi
( Sopiah, 2008:15), yaitu:
1) Faktor personal, pengertian karakteristik personal mencakup: usia, masa jabatan, motif
berprestasi, jenis kelamin, ras, dan faktor kepribadian sedang tingkat pendidikan berkorelasi negative dengan komitmen terhadap perusahaan. Karyawan yang lebih tua dan lama bekerja secara konsisten menunjukan nilai komitmen yang tinggi.
2) Karakteristik pekerjaan, meliputi kejelasan serta keselarasan peran, umpan balik, tantangan pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi, dan dimenso inti pekerjaan. Biasanya,
karyawan yang bekerja pada level yang rendah pada konflik peran dan ambigu cenderung lebih berkomitmen.
3) Karakteristik struktur, faktor-faktor yang tercakup dalam karakteristik structural antara lain
dalam pengambilan keputusan, dan fungsi kontrol dalam perusahaan. Atasan yang berada pada organisasi yang mengalami desentralisasi dan pada pemilik pekerja kooperatif
menunjukan tingkat komitmen yang tinggi.
4) Pengalaman kerja, dipandang sebagai kekuatan sosialisasi yang penting, yang mempengaruhi kelekatan psikologis karyawan terhadap perusahaan. Pengalaman kerja
terbukti berkorelasi positif dengan komitmen terhadap perusahaan sejauh menyangkut taraf seberapa besar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan minatnya,
merasakan adanya kepentingan pribadi dengan perusahaan, dan seberapa besar harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu
ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya :
1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan – tujuan dan nilai-nilai dari
organisasi
2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna
kepentingan organisasi
3) Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
Unutk membantu organisasi dalam pencapaian tujuan, dalam hal ini keberhasilan
penerapan SAP berbasis akrual yang masih baru, maka diperlukan komitmen organisasi yang tinggi dari setiap pegawai maupun organisasi itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ivancevich et al (2005:42) bahwa organisasi mampu beroperasi secara efisien
Komunikasi adalah hubungan antara sesame manusia, aik sebagai individu maupun dalam kehidupan berkelompok. Komunikasi adalah suatu tindakan untuk berbagi informasi,gagasan
ataupun pendapat dari setiap partisipasi komunikasi yang ada di dalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindakan ini dapat dilakukan dalam berbagai konteks, yaitu dalam konteks antarpribadi, kelompok, massa maupun dalam lingkungan organisasi. Disadari atau tidak,
tindakan komunikasi sudah dilakukan manusia sejak dahulu. Oleh karena itu komunikasi sangat erat dengan kehidupan manusia.
Warisno (2009) mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat perpindahan pengetahuan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Sedangkan Robbins, Stephen P(2001:392) menyatakan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian dan pemahaman makna. Sehebat apapun gagasan, tidak akan berguna jika tidak diteruskan dan dipahami orang lain. Komunikasi yang baik merupakan hal
yang sangat penting bagi efektifitas kelompok atau organisasi manapun.
Barnard meyakini bahwa komunikasi merupakan kekuatan pembentuk utama organisasi.
Barnard menempatkan komunikasi sebagai tujuan dan keinginan untuk bertindak, sebagai salah satu dari elemen organisasi. Menurut Barnard, komunikasi membuat system kooperatif organisasi menjadi lebih dinamis dan menghubungkan tujuan organisasi dengan semua
manusia yang terlibat didalamnya (Luthans, 2002:370).
Dari beberapa teori komunikasi diatas, disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses
yang dapat merubah perilaku unutk mencapai sebuah pengertian yang sama terhadap satu informasi melalui lambing-lambang baik verbal maupun non verbal tertentu yang disampaikan. Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam kelompok atau
Barnard juga mengaitkan komunikasi dalam konsepnya tentang otoritas. Dia menekankan bahwa pengertian dan pemahaman harus terjadi sebelum otoritas dikomunikasikan oleh
manajer kepada bawahannya, ada tujuh faktor penting untuk menetapkan dan mempertahankan otoritas objektif dari suatu organisasi, yaitu:
1) Saluran komunikasi yang diketahui secara pasti
2) Adanya saluran komunikasi formal yang pasti bagi setiap anggota organisasi 3) Saluran komunikasi sebaikanya langsung dan sesingkat mungkin
4) Menggunakan saluran komunikasi formal dan lengkap
5) Orang yang bertindak sebagai pusat komunikasi sebaiknya kompeten
6) Saluran komunikasi sebaiknya tidak terganggu pada saat organisasi berfungsi
7) Setiap komunikasi sebaiknya diotentifikasi
Menurut Robbins, Stephen P (2001:311) komunikasi mempunyai empat fungsi, yaitu :
1) Fungsi kendali, komunikasi dapat berfungsiuntuk mengendalikan perilaku anggotanya dalam beberapa cara.
2) Fungsi motivasi, komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada karyawan tentang apa yang dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika
sedang berada di bawah standard.
3) Pernyataan Emosi, komunikasi adalah jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan
pemenuhan kebutuhan social.
atau kelompok unutk membuat keputusan dengan menyertakan data unutk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan.
Selain arti pentingnya komunikasi, penerapan SAP berbasis akrual juga harus didukung oleh sosialisasi atau pelatihan-pelatihan mengenai kebijakan SAP berbasis akrual tersebut. Menurut Wiyanto (2012) sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya agar dia dapat berfungsi dengan baik dalam kelompok . jika dikaitkan dengan penelitian ini, tujuan utama sosialisasi
penerapan SAP berbasis akrual adalah memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pegawai staf keuangan yang terjun langsung dalam proses pembuatan laporan keuangan pemerintah tentang pernyataan standard akuntansi pemerintah.
2.2Rumusan Hipotesis Penelitian
2.2.1. Pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap penerapan SAP berbasis akrual Penelitian Indah (2008) memberikan bukti bahwa sumber daya manusia berpengaruh terhadap penerapan PP. No. 24 Tahun 2005. Penelitian Rahmayati (2012) dan Choirunisah (2008)
juga menemukan bukti bahwa kemampuan sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Negara/lembaga, begitujuga dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulida
(2009) yang menyatakan bahwa setiap tindakan suatu organisasi menerapkan informasi atau system baru tidak lepasa dari peran sumber daya manusianya. Hal ini memberikan bukti bahwa
pemahaman terhadap peraturan, penempatan sesuai latar belakang pendidikan, pemahaman uraian pekerjaan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan sangat diperlukan agar penerapan SAP berbasis akrual dapat diwujudkan. Selain itu, meskipun penyusunan laporan keuangan
mungkin terjadi jika proses input data dilakukan tidak benar, sehingga kemampuan sumber daya manusia tetap memiliki peran yang krusial dalam hal ini.
H1 : Kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap penerapan SAP berbasis akrual.
2.2.2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual
Penelitian Aldiani (2010) menunjukan bahwa komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan penerapan PP. No. 24 tahun 2005. Artinya , semakin tinggi suatu komitmen
dari setiap satuan kerja, maka semakin siap satuan kerja dalam penerapan SAP berbasis akrual. Penelitian Fajrianthi, Ayu Bianda Pramadani(2012) menghasilkan hal yang sama yaitu komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap suatu instansi atau organisasi untuk menerima perubahan.
Dalam penelitan Julita (2010) dikatakann bahwa karyawan yang mempunyai komitmen organisai yang tinggi akan mengerahkan segalanya kepada organisasi untuk membantu organisasi dalam
menjalani perubahan, mereka juga berkata bahwa komitmen organisasi merupakan predictor terbaik dalam perubahan dibandingkan dengan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Mohmmaed dan Eleswed (2013) menunjukkan bahwa komitmen organisasi pada bank dipengaruhi
oleh usia yang sudah dewasa dan adanya kepuasan kerja.
Sejalan dengan penelitian Julita (2010) penelitian Aldiani (2010) juga menunjukan bahwa
pegawai pemerintah yang berkomitmen akan bekerja secara maksimal karena mereka menginginkan kesuksesan organisasi tempat dimana mereka bekerja. Pegawai pemerintah yang
berkomitmen tinggi karena beroikir perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya bekerja dan tinggal akan memiliki pemahaman atau penghayatan terhadap penyusunan pelaporan keuangan sesuai dengan SAP. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kinerja mereka karena adanya
konsep dan bukti-bukti empiris yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, hipotesis 2 yang diajukan adalah :
H2 : Komitemen organisasi berpengaruh positif terhadap penerapan SAP berbasis akrual.
2.2.3. Pengaruh sistem informasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual
Komunikasi memegang peranan penting dalam penerapan peraturan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk dalam penerapan SAP berbasis akrual. Hal ini konsisten dengan
pendapat Warsino (2009) yang menyatakan bahwa dengan komunikasi yang baik, seluruh komponen dalam organisasi akan dapat bekerja secara sistematis untuk meningkatkan produktivitas khususnya dalam hal pengelolaan keuangan.
Hasil penelitian Santosa (2009) menemukan bahwa sistem informasi manajemen berupa perangkat lunak, yang bertugas merekam data pembelian, penjualan, persediaan, dan kas,
membantu dalam pembuatan dokumen untuk aktivitas tersebut, juga menghasilkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam manajemen operasional harian seperti status laporan persediaan,
inventory turn over dan perhitungan titik pemesanan ulang.
Terdapat dua tipe komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi, yaitu komunikasi internal dan eksternal. Tipe komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi
internal antara rekan sejawat atau atasan dan komunikasi eksternal antar satuan kerja. Komunikasi yang lancar baik internal maupun eksternal akan mempercepat penyampaian informasi penting