• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto, I. (2008). Intervensi Komunitas (Pengembangan Masyarakat

Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat). Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi,

dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Daniel, Moehar. Darmawati dan Nieldalina, April. 2006. Participatory Rural

Appraisal (PRA). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Faisal, Sanapiah. 2008. Format – Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers

Karianga, Hendra. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Keuangan

Daerah (Perspektif Hukum dan Demokrasi). Bandung: PT. Alumni.

Kusjuliadi, Danang. 2007. Septictank (Pengenalan, Persyaratan, Pembuatan,

Renovasi & Pemeliharaan). Depok: Griya Kreasi

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratama. Satropoetro, R.A., Santoso (1988), Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin

Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: PT. Alumni.

Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pembangunan

(2)

Sumber Lain:

Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 22 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008

Sumber Online:

http://www.bloggersbugis.com/2013/11/pengertian-sehat-dan-arti-kesehatan

menurut-who.html/diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05 WIB

https://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/teori-blum-tentang-kesehatan-masyarakat/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.30 WIB

(http://www.sanitasi.net/sanitasi-total-berbasismasyarakat.html/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 20.15 WIB

http://kliksma.com/2014/10/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 21.07 WIB

https://diskusilingkungan.wordpress.com/2013/07/10/apa-sih-manfaat-sanitasi/ diakses pada 16 September 2015 pada pukul 18.35 WIB

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain–lain secara holistik, dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata–kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006:6).

Penelitian ini agar terjamin validitasnya, maka pemilihan metode penelitian harus didasarkan pada realitas yang menjadi obyek. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka penelitian yang menggunakan deskriptif yaitu penelitian yang sekedar hanya untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel. Menurut (Faisal, 2008:20) tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta–fakta, sifat–sifat serta sebab–sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah–masalah yang terjadi pada saat penelitian sedang dilakukan yaitu mengenai “Partisipasi Masyarakat Terhadap

(4)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena masih banyaknya masyarakat Kota Medan yang tidak memiliki septictank sehingga mengalirkan limbah kotoran tinja dan limbah rumah tangganya langsung ke parit-parit dan kemudian dialirkan ke sungai yang berada disekitar tempat tinggal mereka dan karena telah banyaknya masyarakat di Kota Medan yang telah membangun septictank ramah lingkungan. Sehingga

septictank ramah lingkungan ini menjadi hal yang baru untuk masyarakat Kota

Medan.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Menurut Suyanto (2005: 171), subjek penelitian yang telah tercermin pada fokus ini ditentukan dengan sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yan diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui persoalan dan permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya, baik berupa pernyataan, keterangan atau data yang dapat membantu memenuhi persoalan atau permasalahan. Dalam menentukan informan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan utama.

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

(5)

3. Informan tambahan, yaitu orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka informasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Informan kunci, yaitu Direktur Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Ibu Ester Hutabarat.

2. Informan utama, yaitu 2 orang masyarakat yang sudah membangun

septictank ramah lingkungan.

3. Informan tambahan, yaitu 1 orang pengusaha sanitasi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, jurnal, majalah surat kabar dan berbagai tulisan atau media informasi yang menyangkut masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan peneliti turun ke lokasi penelitian untuk mencarifakta – fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan melakukan:

(6)

mengumpulkan data dengan melihat, mendengarkan dan mencatat kejadian sasaran penelitian.

b) Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka atau berhadapan langsung dengan informan.

Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung turun ke lapangan, untuk mengumpulkan data dengan cara mengadakan percakapan tanya jawab secara lisan kepada responden dan pihak yang mendukung. Instrument yang digunakan adalah pedoman wawancara semi struktur. Peneliti melakukan wawancara dengan menanyakan sederetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu–persatu diperdalam untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan mendalam.

3.5 Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data, selanjutnya dilakukan analisis data untuk memahami dan mendalami permasalahan yang ada serta selanjutnya menjawab pertanyaan penelitian. Menurut Moleong, analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data (Moleong, 2006: 13).

(7)
(8)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Medan

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus merga Sembiring Pelawi, lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

(9)

September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4.4 mm/jam.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca

(10)

adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli: In Woord

en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu

kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

4.2 Demografi Kota Medan

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk

Tahun Jumlah Penduduk

2001 1.926.052

2002 1.963.086

2003 1.993.060

2004 2.006.014

2005 2.036.018

2007 2.083.156

2008 2.102.105

2009 2.121.053

2010 2.109.339

2012 2.122.804

(11)

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter.

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang) penduduk Medan mencapai 4.144.583 jiwa. Dengan demikian Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di Indonesia.

Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

(12)

angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Kota Medan memiliki beragam etnis dengan mayoritas penduduk beretnis Jawa, Batak, dan Tionghoa. Adapun etnis aslinya adalah Minangkabau, India, dan Melayu serta etnis lain-lain. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah Masjid, Gereja dan Vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India. Secara historis, pada tahun 1989 tercatat bahwa Medan dihuni oleh 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang keturunan Eropa, 35.009 orang Indonesia, 8.269 keturunan Tionghoa, dan 139 berasal dari ras Timur lainnya.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis

Perbandingan di Kota Medan pada tahun 1930, 1980, 2000

Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

Jawa 24,89% 29,41% 27,03%

Batak 2,93% 14,11% 19,69%

Tionghoa 35,63% 14,80% 17,65%

Mandailing 6,12% 7,90% 8,36%

Minangkabau 7,29% 7,02% 7,57%

Melayu 7,06% 6,22% 6,18%

Lain-lain 14,31% 9,43% 8,42%

(13)

4.3 Geografi Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265.10 km²) atau 3.6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2.5 – 37.5 meter di atas permukaan laut.

4.4 Lokasi Penelitian

4.4.1 Kelurahan Kota Bangun Kelurahan : Kota Bangun

Alamat : Jl. Medan – Belawan, KIM (Kawasan Industri Medan) Kec. Medan Deli

Luas wilayah : ± 2.50 Km² Populasi : 12.274 Jiwa

Batas Kelurahan

Utara : Berbatasan dengan kelurahan Titipapan kec. Medan Deli Selatan : Berbatasan dengan kelurahan Mabar kec. Medan Deli Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

(14)

Tabel 4.3

Jumlah KK dan Penduduk

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Tabel 4.4

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kela min Lk I Lk. II Lk. III Lk. IV Lk. V Lk. VI Lk. VII Lk. VIII Jumla h Persen 1. Laki-laki 17 24

841 715 224 866 459 685 534 6.048 49,71%

2.

Perem

puan 17

26

862 823 228 876 470 694 547 6.226 50,29%

Jumlah 12.274 100%

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

No. Lingkungan Jumlah KK Jumlah Jiwa

1. I 3450

2. II 1703

3. III 1538

4. IV 120 452

5. V 390 1742

6. VI 929

7. VII 1379

(15)

4.4.2 Kelurahan Karang Berombak Kelurahan : Karang Berombak

Alamat : Jl. Karya Kec. Medan Barat Luas wilayah : ± 105 Km²

Populasi : 18.017 Jiwa Jumlah KK : 4260 KK

Batas Kelurahan

Utara : Berbatasan dengan kelurahan Pulo Brayan Kota Selatan : Berbatasan dengan kelurahan Sei. Agul

Timur : Berbatasan dengan kelurahan Sei. Deli/Kelurahan Glugur Kota

(16)

Tabel 4.5

Jumlah KK dan Penduduk

No. Lingkungan Jumlah KK Jumlah Jiwa Nama Kepala Lingkungan

1. I 200 824 Sri Juliati Astuti

2. II 273 1.097 Timbul

3. III 120 455 Sudianingsih

4. IV 133 548 Sukirno

5. V 200 758

6. VI 123 525

7. VII 147 619 Budi Mulia

8. VIII 202 797 M. Halim

9. IX 78 339

10. X 180 754 Lena Wati Sitepu

11. XI 228 828 H. Nasir

12. XII 348 1.578 M. Azhar Lubis

13. XIII 548 2.487 Maslan Efendi Lubis

14. XIV 283 1.224 M. Puli

15. XV 249 1.091 M. Rizki Hutagalung

16. XVI 261 1.028 Samsul Lubis

17. XVII 181 716 Hj. Supiati

18. XVIII 173 718 Safrizal

19. XIX 333 1.640 Samsul Siregar

(17)

Tabel 4.6

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin l k l k l k l k l k l k l k L k l k l k L k l k l k l k l k l k l k l k l k Jlh Per % 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9

1. Laki-laki

4 1 1 5 4 7 2 3 0 2 8 8 3 9 7 2 6 5 3 2 0 3 9 7 1 7 5 3 6 6 4 1 9 7 9 7 1 2 0 7 6 2 3 5 5 1 5 2 1 3 4 1 3 4 6 8 2 5 9026 50,05 % 2. Perempu an 4 1 3 5 5 0 2 2 5 2 6 0 3 6 1 2 6 0 2 9 9 4 0 0 1 6 4 3 8 8 4 0 9 7 8 1 1 2 8 0 5 9 2 5 4 0 5 0 7 3 7 5 3 7 2 8 1 5 8991 49,95 %

Jumlah 18.017

100

%

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

4.4.3 Kelurahan Polonia Kelurahan : Polonia

Alamat : Jl. Starban Kec. Medan Polonia Luas wilayah : ± 157 Ha

Populasi : 19.453 jiwa Batas Kelurahan

(18)

Barat : Berbatasan dengan kelurahan Medan Baru

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak kelurahan tahun 2013/2014, diketahui bahwa kelurahan ini terdapat sebanyak 724 rumah tangga yang masih belum memiliki jamban dari 4099 rumah tangga.

Tabel 4.7

Jumlah KK dan Penduduk

No. Lingkungan Jumlah KK Jumlah Jiwa Nama Kepala Lingkungan

1. I 375 1.605 Saliman

2. II 132 772 Kelana Putra

3. III 210 1.032 Rama Sandren

4. IV 240 1.228 A. Supril

5. V 372 1.610 Sri Murniani

6. VI 288 1.115 Efendi Surmal

7. VII 223 1.177 Tarsidi

8. VIII 235 1.696 Aswiyanti

9. IX 497 1.936 Ismanto

10. X 374 2.014 Irwan Syahri

11. XI 462 2.022 Defri Zen*

12. XII 386 1.798 Suratman Dj*

13. XIII 305 1.444 Sukimin

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan,

(19)

Tabel 4.8

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin L k I L k 2 L k 3 L k 4 L k 5 L k 6 L k 7 L k 8 L k 9 L k 1 0 L k 1 1 L k 1 2 L k 1 3

Jlh Per %

1. Laki-laki

7 5 8 3 7 4 5 1 9 6 2 0 7 7 9 5 5 0 5 8 0 6 1 8 9 9 4 9 2 3 1 0 9 8 8 9 6 8 5 1

9560 49,2%

2. Perempuan

8 4 7 3 9 8 5 1 3 6 0 8 8 3 1 5 6 5 5 9 7 1 0 7 8 9 4 2 1 0 9 1 9 2 4 9 0 2 5 9 3

9893 50,8%

Jumlah 19.453 100%

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

4.4.4 Kelurahan Kampung Baru Kelurahan : Kampung Baru

Alamat : Jl. Brigjen Katamso Kec. Medan Maimun Luas wilayah : ± 127 Ha

(20)

Batas Kelurahan

(21)

Tabel 4.9

Jumlah KK dan Penduduk

No. Lingkungan Jumlah KK Jumlah Jiwa

Nama Kepala Lingkungan

1. I 256 Heri Susilo

2. II 162 M. Syarif

3. III 290 Farijal

4. IV 101 Erwin

5. V 114 Emi Wati

6. VI 108 Khairul

7. VII 228 Rita Sianipar

8. VIII 124 Fery

9. IX 303 Doni

10. X 110 Muliwan Syah

11. XI 210 Fatur

12. XII 99 Khairul

13. XIII 131 Tata

14. XIV 121 Sofyan

15. XV 101

16. XVI 321 H. Ardi

17. XVII 238 Jasmaniar

18. XVIII 194 Asri Utami

19. XIX 200 Ucok

20. XX 188 Abdul Rahman

21. XXI 273

(22)

Tabel 4.10

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

N o. Jenis Kela min l k 1 l k 2 l k 3 l k 4 l k 5 l k 6 l k 7 l k 8 l k 9 l k 1 0 l k 1 1 l k 1 2 l k 1 3 l k 1 4 k l 1 5 l k l 6 l k 1 7 l k 1 8 l k 1 9 l k 2 0 l k 2 1 Jlh Per % 1. Laki-laki 5 1 9 2 9 2 5 7 6 2 1 3 2 1 5 1 9 6 4 9 3 2 1 5 5 5 5 1 6 5 4 2 1 1 2 5 2 4 4 1 9 0 2 1 1 6 6 9 5 0 9 4 1 1 3 6 0 3 6 7 5 2 3 74 69 49, 3% 2. Pere mpua n 5 2 8 3 0 1 5 7 8 2 2 3 2 2 6 2 1 4 4 9 0 2 5 1 5 7 4 1 9 7 4 2 4 1 4 7 2 1 5 2 0 7 2 0 5 6 5 2 5 0 7 3 9 8 3 9 5 3 8 4 5 5 0 76 66 50, 7% Jumlah 15. 13 5 10 0%

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

4.4.5 Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kelurahan : Tegal Sari Mandala 3

Alamat : Jl. Perjuangan Kec. Medan Denai Populasi : 48.065 jiwa

Batas Kelurahan

Utara :Berbatasan dengan kelurahan Tegal Sari Mandala I kec. Medan Denai

(23)

Timur : Berbatasan dengan kelurahan Binjai kec. Medan Denai

Barat : Berbatasan dengan kelurahan Tegal Sari Mandala II kec. Medan Denai

Tabel 4.11

Jumlah KK dan Penduduk

No. Lingkungan Jumlah KK Jumlah Jiwa

1. I 604 3.066

2. II 553 2.707

3. III 385 1.912

4. IV 515 2.596

5. V 703 3.668

6. VI 810 4.021

7. VII 786 3.404

8. VIII 509 2.519

9. IX 450 2.207

10. X 813 3.171

11. XI 892 5.626

12. XII 559 3.319

13. XIII 1.067 5.212

14. XIV 393 1.968

15. XV 542 2.696

(24)

Tabel 4.12

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin L k 1 L k 2 L k 3 L k 4 L k 5 L k 6 L k 7 L k 8 L k 9 L k 1 0 L k 1 1 L K 1 2 L k 1 3 L k 1 4 L k 1 5 Jlh Per %

1. Laki-laki 1

4 2 7 1 1 9 6 8 8 7 1 2 0 4 1 6 8 9 1 8 5 2 1 5 9 7 1 1 6 9 1 0 4 3 1 4 6 0 2 5 7 4 1 3 1 7 2 4 1 6 9 1 8 1 2 3 9 21.9 64 45,07 %

2. Perempuan 1

6 3 9 1 5 1 1 1 0 2 5 1 3 9 2 1 9 7 9 2 1 6 9 1 8 0 7 1 3 5 0 1 1 6 4 1 7 1 1 3 0 5 2 2 0 0 2 2 7 9 6 1 0 5 0 1 4 5 7 26.1 04 54,03 % Jumlah 48.0 68 100 %

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

4.4.6 Kelurahan Belawan Sicanang Kelurahan : Belawan Sicanang

Alamat : Jl. Kelapa No. 1 Kecamatan Medan Belawan Luas Wilayah : 1510 Ha

Jlh Penduduk : 6885 orang (Laki-Laki) 9867 orang (Perempuan) Populasi : 16752 jiwa

(25)

Batas Kelurahan

Utara : Berbatasan dengan Sungai Pante, Sungai Belawan

Selatan : Berbatasan dengan kelurahan Labuhan Deli, Kelurahan Terjun Timur : Berbatasan dengan kelurahan Bahari, Kelurahan Bahagia

(26)

Tabel 4.13

Jumlah KK dan Penduduk

No. Lingkungan Jumlah KK

1. I 52

2. II 310

3. III 150

4. IV 269

5. V 164

6. VI 279

7. VII 191

8. VIII 144

9. IX 176

10. X 120

11. XI 190

12. XII 159

13. XIII 139

14. XIV 133

15. XV 144

16. XVI 96

17. XVII 185

18. XVIII 70

19. XIX 402

20. XX 113

(27)

4.4.7 Kelurahan Belawan 1

Kelurahan : Belawan I

Alamat : Jl. Deli No. 1 Belawan, Kecamatan Medan Belawan Luas Wilayah : 110 Ha

Jlh Penduduk : 12051 orang (Laki-Laki) 12438 orang (Perempuan) Populasi : 24489 jiwa

Batas Kelurahan

Utara : Berbatasan dengan Laut

Selatan : Berbatasan dengan kelurahan Belawan Bahagia Timur : Berbatasan dengan kelurahan Belawan II Barat : Berbatasan dengan Laut

(28)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Bab ini membahas mengenai analisis data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui wawancara dengan informan dan observasi. Peneliti mengumpulkan data dari 4 informan dengan kategori 1 informan kunci yaitu direktur dari Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Indonesia (YAKMI), 2 informan utama yaitu masyarakat yang sudah membangun septictank berbasis keluarga, 1 informan tambahan yaitu pengusaha sanitasi. Dalam hal ini, data diperoleh langsung dari masyarakat yang telah membangun septictank berbasis keluarga. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Melakukan wawancara mendalam dengan masyarakat yang telah membangun septictank berbasis keluarga dalam proses penelitian informan dan mengetahui latar belakang informan tersebut dan dilanjutkan wawancara dengan informan tambahan agar melengkapi data–data yang dibutuhkan. 2. Melakukan observasi di lingkungan tempat masyarakat itu tinggal.

(29)

5.2 Informan Kunci

5.2.1 Direktur Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia

Nama : Ester Hutabarat Umur : 44 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan Terakhir : S1

Agama : Kristen Suku : Batak Toba

Status : Direktur Lembaga Pelayan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia

Peneliti melakukan wawancara dengan ibu Ester Hutabarat selaku direktur lembaga yang menjalankan program sanitasi berbasis keluarga di Kota Medan untuk mengetahui dampak dari program sanitasi di masyarakat. Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan kepada ibu Ester adalah bagaimana dampak program sanitasi berbasis keluarga di Kota Medan terhadap masyarakat. “dampak yang diberikan dari program sanitasi berbasis keluarga ini sangat baik terhadap masyarakat karena bisa

merubah pola perilaku masyarakat dan menjadi acuan bagi masyarakat agar tetap

menjaga kebersihan lingkungan”.

Peneliti kemudian bertanya kepada ibu Ester cara untuk mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi dalam program sanitasi berbasis keluarga di Kota Medan

“saya menjelaskan manfaat program tersebut dan meyakinkan masyarakat agar

menggunakan septictank karena merupakan kebutuhan bagi masyarakat dan

(30)

Ibu Ester juga menjelaskan kepada peneliti bahwa ketersediaan air bersih pada saat ini sudah terlalu sedikit untuk digunakan masyarakat.

Peneliti kemudian bertanya kepada Ibu Ester apa yang menjadi kendala ketika mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi “yang menjadi kendala itu karena masyarakat harus mengeluarkan uang yang jumlahnya lumayan besar

apalagi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR).” Ibu Ester juga menjelaskan alasan memilih masyarakat berpenghasilan rendah untuk diberikan bantuan pembangunan septictank berbasis lingkungan ini. Karena masyarakat rata-rata berpenghasilan rendah di Kota Medan ini belum memiliki septictank biasa oleh karena itu yang diharuskan untuk membangun septictank adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah dan kondisi ini sebagai contoh bagi pemerintah agar pihak pemerintah bisa mereflika program pembangunan sanitasi agar Kota Medan menjadi lingkungan yang bersih. Peneliti kemudian bertanya kepada Ibu Ester apa kendala yang dihadapi masyarakat berpernghasilan rendah ketika ingin berpartisipasi

“kendalanya karena masyarakat tidak memiliki uang dengan jumlah yang begitu

banyak dan keterbatasan waktu yang diberikan karena ini merupakan program

bantuan untuk masyarakat, bisa dibilang siapa cepat dia dapat”.

Peneliti kemudian bertanya bagaimana strategi yang dilakukan agar masyarakat paham mengenai pentingnya kebersihan lingkungan “strategi yang

dilakukan berupa pendekatan kepada masyarakat dengan cara melakukan

pertemuan, dan melakukan pemicuan mengenai kebersihan lingkungan dan program

sanitasi berbasis keluarga ini.” Peneliti kemudian bertanya kepada Ibu Ester apa

saja langkah yang dilakukan agar program ini bisa diterima di masyarakat “dengan

(31)

merasa dirugikan, karena apabila pekerja atau pengusahanya dari lingkungan

mereka sendiri, mereka akan percaya”.

ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan kunci yaitu Ibu Ester Hutabarat selaku direktur Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) diperoleh analisis data bahwa dampak yang diberikan dari program pembangunan sanitasi berbasis keluarga sangat baik karena bisa merubah pola perilaku masyarakat agar dapat menjaga kualitas kebersihan lingkungan.

Cara yang dilakukan untuk mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi yaitu dengan menjelaskan bahwa sanitasi itu sangat penting karena salah satu cara untuk menjaga kebersihan lingkungan yaitu melalui sanitasi. Sekaligus meyakinkan masyarakat untuk mau menjaga kebersihan lingkungan agar kehidupan di masa yang akan datang terjamin kualitas kebersihannya. Sasaran program ini adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR), sehingga cukup sulit untuk mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi dalam bentuk uang karena jumlah uang yang diperlukan untuk pembangunan septictank ini cukup besar yaitu mencapai Rp.1.500.000,- per rumah tangga dan keterbatasan waktu yang diberikan untuk menyediakan uang.

(32)

kalangan masyarakat sendiri agar masyarakat tetap bisa ikut serta dalam pembangunan program septictank berbasis keluarga di lingkungannya meskipun dengan penghasilan yang rendah.

5.3 Informan Utama

5.3.1 Masyarakat yang Sudah Membangun Septictank 5.3.1.1 Informan Pertama

Nama : Elvina Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Ibu Elvina merupakan salah satu masyarakat yang telah membangun

septictank berbasis keluarga di Kelurahan Medan Polonia. Pertanyaan pertama yang

peneliti tanyakan kepada Ibu Elvina yaitu dampak yang diberikan program pembangunan sanitasi berbasis keluarga “program ini memberikan dampak positif

terhadap saya karena secara tidak langsung saya sudah ikut ambil serta dalam

menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah saya”. Peneliti menanyakan

partisipasi apa yang diberikan oleh masyarakat terhadap pembangunan septictank ramah lingkungan “saya memberikan uang sebesar Rp. 1.500.000 dan menyediakan

makanan dan minuman untuk tukang, karna kan pada saat itu hari panas jadi saya

(33)

dihadapi ketika ingin berpartisipasi, Ibu Elvina menuturkan “kendalanya saya harus

mencari tempat untuk ngutang atau nunggu tanggal gajian, karena jumlah uangnya

itu sangat mahal buat saya yang penghasilannya gak jelas dek”.

Kemudian peneliti bertanya apa yang dilakukan pengusaha atau pihak lembaga agar masyarakat tetap bisa ikut berpartisipasi dalam program pembangunan sanitasi ramah lingkungan, Ibu Elvina menjawab “pengusaha sanitasi memberikan

saya pinjamanan dengan cara saya harus bayar cicilannya Rp.150.000/bulan selama

10 bulan dek”. Kemudian peneliti menanyakan alasan Ibu Elvina sehingga mau ikut

serta berpartisipasi dalam pembangunan septictank ramah lingkungan ini, Ibu Elvina menjawab “karna septictank yang dirumah udah rusak dek, septictanknya juga udah

mau penuh, mumpung ada bantuan dari lembaga ya udah saya pesan aja satu dek”.

Kemudian peneliti menanyakan bagaimana intensitas kehadiran Ibu Elvina pada saat mengikuti pemicuan “saya selalu hadir kalau ada pemicuan karena dari

situ saya dapat mengetahui apa manfaat dan bagaimana septictank yang tidak

mencemari lingkungan”. Ibu Elvina juga menuturkan alasan memilih memberikan

partisipasi dalam bentuk uang dan harta yaitu “saya memberikan uang dan makanan

karena biar gampang waktu pembangunannya, jadi saya tidak repot lagi untuk

bantuin tukangnya”.

Kemudian peneliti menayakan menurut apakah setiap masyarakat memang harus menggunakan septictank ramah lingkungan atau tidak. Ibu Elvina menjawab

“sangat penting karena melalui septictank kita bisa menjaga lingkungan kita agar

tetap bersih dan terhindar dari bibit penyakit”.

(34)

5.3.1.2 Informan Kedua

Nama : Tio Risma Sitanggang Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Agama : Kristen

Suku : Batak Toba Status : Janda

Informan kedua yaitu Ibu Tio Risma Sitanggang merupakan salah satu masyarakat yang telah membangun septictank ramah lingkungan di kelurahan Karang Barombak.

Pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan bagaimana pandangan Ibu Tio mengenai program pembangunan septictank ramah lingkungan. Ibu tio menjawab,

“sangat bagus kalau menurut saya, karena dengan cara ini kebersihan di

lingkungan kita bisa terjaga dan bisa dinikmati anak cucu di masa depan”.

Peneliti bertanya kepada Ibu Tio partisipasi apa yang telah diberikan untuk pembangunan septictank dirumah, Ibu Tio menjawab “saya memberikan uang

sebesar Rp.1.500.000 dan membantu tukang untuk memindahkan bahan material

dari atas mobil toko yang mengantar bahan materialnya”. Kemudian peneliti menanyakan kendala yang dihadapi ketika ingin berpartisipasi. Ibu Tio menjawab,

“jumlah uangnya terlalu mahal jadi terpaksa saya harus meminjam uang sama

sauadara saya dek, cuma kalau gak gitu gak bisa dibangun septictanknya”.

Kemudian peneliti bertanya apa yang dilakukan pengusaha atau pihak

(35)

kami harus mencicil pinjaman itu dek”. Kemudian peneliti menanyakan alasan Ibu Tio sehingga mau ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan septictank ramah lingkungan ini, Ibu Tio Menjawab “karena saya masih memakai septictank yang lama dan saya dengar-dengar daya tahan septictank ramah lingkungan ini pun

cukup lama makannya saya tertarik membangunnya”.

Kemudian peneliti menanyakan bagaimana intensitas kehadiran pada saat mengikuti pemicuan, Ibu Tio menjawab “sesekali dek soalnya kadang gak ada yang

kasih tau sama ibu kapan pemicuan atau sosialisasinya dek makannya ibu jarang

hadir”. Ibu Tio juga menuturkan alasan memilih memberikan partisipasi dalam

bentuk uang dan tenaga yaitu “saya kurang tahu apa saja yang dilakukan makannya

saya kasihkan aja uang dek, terus saya cuma bisa bantu-bantu memindahkan bahan

material yang kecil-kecil aja dek biar gak berserakan”

Kemudian peneliti menayakan menurut apakah setiap masyarakat memang harus menggunakan septictank ramah lingkungan atau tidak. Ibu Tio menjawab,

“sangat penting lah dek soalnya kalau kita gak pakai septictank pasti kotoran kita

itu langsung dibuang kesungai sementara air yang kita pergunakan sehari-hari air

sungai yang diolah dek”.

ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan utama yaitu masyarakat yang telah membangun septictank berbasis keluarga diketahui bahwa mereka sangat mendukung adanya program pembangunan

(36)

Elvina dan Ibu Tio masing-masing memberikan partisipasi uang sebesar Rp.1.500.000 per rumah tangga, sedangkan perbedaanya yaitu Ibu Elvina juga memberikan partisipasi harta dengan cara menyediakan makanan dan minuman untuk tukang dan Ibu Tio memberikan partisipasi tenaga dengan cara membantu tukang memindahkan bahan-bahan bangunan yang berukuran kecil.

Kendala yang dihadapi kedua informan pun tidak jauh berbeda, keduanya memiliki hambatan dalam berpartisipasi yaitu dikarenakan tidak adanya uang yang jumlahnya cukup besar untuk pembangunan septictank ramah lingkungan tersebut mengingat keduanya berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kedua informan harus meminjam uang ke pengusaha sanitasi atau saudara mereka agar bisa membangun septictank berbasis keluarga. Kondisi ini mendorong pengusaha dan pihak lembaga untuk memberikan bantuan berupa pembayaran kredit atau cicilan bulanan kepada masyarakat yang ingin membangun septictank ramah lingkungan tetapi terhenti karena faktor keterbatasan dana.

Alasan Ibu Elvina sehingga mau ikut serta berpartisipasi membangun

septictank ramah lingkungan ini karena septictank yang berada di rumahnya sudah

tidak layak untuk digunakan sedangkan Ibu Tio karena masih menggunakan

septictank yang lama dan tertarik karena mendengar septictank berbasis keluarga

(37)

Alasan kedua informan memberikan partisipasi uang karena ingin mempermudah proses pembangunan septictank ramah lingkungan ini. Ibu Elvina juga memberikan partisipasi harta karena faktor kesadaran diri sendiri untuk memberikan makanan dan minuman ringan kepada tukang yang sedang bekerja membangun septictanck, sedangkan Ibu Tio memberikan partisipasi tenaga juga atas kesadaran sendiri agar bahan material bangunannya tidak berserakan. Kedua informan merasa bahwa penggunaan septictank ramah lingkungan sangat penting di kalangan masyarakat karena dapat menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan kualitas kesehatan agar bisa dinikmati di masa depan oleh anak cucu kelak.

5.4 Informan Tambahan

5.4.1 Pengusaha Sanitasi

Nama : Ana

Umur : 48 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status : Pengusaha Sanitasi

Ibu Ana adalah istri dari kepala lingkungan di Kelurahan Medan Polonia, Ibu Ana memiliki hubungan yang sangat dekat dengan masyarakat karena sering mengurus masalah kesehatan masyarakat di Kelurahan Medan Polonia.

(38)

lingkungan disekitar juga”. Peneliti menanyakan partisipasi apa yang diberikan oleh

masyarakat di Kelurahan Medan Polonia terhadap pembangunan septictank ramah lingkungan, Ibu Ana menjawab “rata-rata masyarakat memberikan uang yang udah ditentukan totalnya namun selain memberikan partisipasi uang ada juga masyarakat

yang memberikan partsipasi tenaga dengan ikut membantu untuk memindahkan

bahan-bahan material dan ada juga masyarakat yang menyediakan makanan dan

minuman untuk tukang”.

Kemudian peneliti menanyakan bagaimana cara yang dilakukan agar masyarakat mau berpartisipasi dalam program pembangunan septictank berbasis keluarga. Ibu ana menjawab, “saya memberikan dorongan kepada masyarakat dan memberikan gamabaran kepada masyarakat apa akibatnya jika kita tidak memiliki

septictank dan melakukan penyuluhan-penyuluhan ke puskesmas dan pihak

kelurahan”.

Kemudian peneliti bertanya bagaimana intensitas kehadiran masyarakat ketika mengikuti pemicuan. Ibu Ana menjawab, “kehadiran masyarakat setiap

diadakan pemicuaan itu selalu ramai tidak pernah dibawah 20 orang”. Kemudian peneliti bertanya apa saja strategi yang dilakukan untuk membantu masyarakat yang ingin membangun septictank ramah lingkungan tetapi terkendala oleh biaya. Ibu Ana menjawab “saya dan kak ester diskusi untuk memberikan bantuan dengan cara memberikan pembayaran kredit kepada masyarakat yang ingin membangun dengan

cicilan Rp.150.000/bulan, cicilannya bisa dibayar masyarakat melalui saya atau Kak

(39)
(40)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah disajikan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Program pembangunan sanitasi berbasis keluarga dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan memberikan dampak positif karena bisa merubah perilaku masyarakat agar meningkatkan kualitas kebersihan yang ada di lingkungan.

2) Sasaran program pembangunan sanitasi berbasis keluarga adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Agar masyarakat tetap bisa ikut serta berpartisipasi, maka pengusaha dan pihak lembaga memberikan bantuan berupa pembayaran kredit atau cicilan bulanan kepada masyarakat yang ingin membangun septictank ramah lingkungan agar pembangunan tidak terhenti hanya karena masalah keterbatasan dana.

(41)

Baru memberikan berbagai bentuk partisipasi yang terdiri dari partisipasi uang, partisipasi harta, dan partisipasi tenaga untuk mendukung program pembangunan sanitasi berbasis keluarga di Kota Medan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba memberikan masukan atau beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak yang mempunyai kepentingan. Adapun saran dari peneliti antara lain:

1) Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat maupun masyarakat harus selalu menjaga kebersihan lingkungan demi meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat di masa depan.

2) Lembaga Swadaya Masyarakat harus selalu mendukung program-program yang memperhatikan lingkungan agar masyarakat mendapatkan jaminan kebersihan lingkungan dan kualitas kesehatan yang baik.

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi

Secara etimologis, Partisipasi berasal dari bahasa latin yang artinya bagian dan cepere, yang artinya mengambil, sehingga diartikan “mengambil bagian”. Dalam bahasa Inggris, participate atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil peranan. Huntingtiton dan Nelson berpendapat sama bahwa partisipasi mengambil bagian atau mengambil peranan dalam aktifitas atau kegiatan politik suatu Negara (Karianga, 2011: 213).

Partisipasi menurut Mikkelsen (Adi, 2008: 107) adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan, dan diri mereka sendiri. Selain itu, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat.

Partisipasi tidak hanya terbatas pada kegiatan politik di suatu Negara saja. Partisipasi juga ada dalam kegiatan lainnya, seperti kegiatan social, hokum, keagamaan, lingkungan dan kegiatan lainnya. Setiap kegiatan memerlukan partisipasi untuk dapat dijalankan, baik itu partisipasi yang sifatnya sukarela atau dipaksa untuk ikut partisipasi. Tidak adanya keterlibatan individu ataupun partisipasi kolektif masyarakat, kegiatan tidak akan berarti apa-apa karena tidak ada yang menggerakkan.

(43)

di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Di dalamnya terdapat tiga buah gagasan yang penting artinya bagi para manager/pimpinan yang hendak menerapkan seni partisipasi dan kebanyakan dari mereka sependapat dengan tiga buah gagasan tersebut. Adapun tiga byah gagasan yang penting yang dimaksud davis adalah:

1. Bahwa partisipasi, keikutsertaan, keterlibatan dan peran serta, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.

2. Unsur kedua adalah kesediaan member sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota kelompok dengan segala nilainya.

3. Unsur ketiga adalah unsure tanggung jawab. Unsure tersebut menjadi segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota artinya ada rasa “sense of

belongingness” (Sastropoetro, 1988:13).

(44)

berkembang bukan hanya mengenai keterlibatan fisik, pikiran dan perasaan saja. Bentuk keterlibatan menjadi bervariasi seperti yang disebutkan oleh Davis dalam jenis-jenis partisipasi sebagai berikut (Sastropoetro, 1988: 16).

1. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

2. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

4. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan demikian pasrtisipasi adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organising), pelaksanaan (Actuatting), sampai kepada Monitoring dan evaluasi (Controlling) selanjutnya disingkat dengan POAC. Hal ini juga dikatakan Robert Chambers, partisipasi adalah dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses (Daniel, Darwati dan Nieldina, 2006: 59).

(45)

dilakukan untuk memecahkan masalahnya sendiri. Setiap tahap proses penyelesaian masalah yang mereka hadapi akan berjalan sesuai yang mereka inginkan apabila mereka sendiri yang terlibat dalam proses penyelesainnya, dimulai dari perencanaan sampai akhir yaitu evaluasi.

2.2 Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. (Shadily, 1993 : 47 ). Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.2.1 Masyarakat dan Macamnya

(46)

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam:

a) Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.

b) Masyarakat merdeka terbagi pula dalam:

1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar.

2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.

2.2.2 Asal Masyarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena: 1. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.

(47)

3. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri. 4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson (lahir 1895) berpendapat, bahwa

manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan (Shadily, 1993 : 52 )

2.3 Kesehatan Lingkungan

Menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan “Keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) adalah “Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu”.

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai berikut:

1. Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan :Those aspects of human health

(48)

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.”

2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) “Suatu

kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.”

Jika disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”

2.3.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah:

a) Menurut World Health Organization (WHO), meliputi: 1. Penyediaan Air Minum

2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan Sampah Padat Pengendalian Vektor

4. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 5. Higiene makanan, termasuk higiene susu

(49)

8. Kesehatan kerja

9. Pengendalian kebisingan 10.Perumahan dan pemukiman

11.Aspek kesling dan transportasi udara 12.Perencanaan daerah dan perkotaan 13.Pencegahan kecelakaan

14.Rekreasi umum dan pariwisata

15.Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

16.Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

b) Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

1. Penyehatan Air dan Udara

2. Pengamanan Limbah padat/sampah 3. Pengamanan Limbah cair

4. Pengamanan limbah gas 5. Pengamanan radiasi 6. Pengamanan kebisingan 7. Pengamanan vektor penyakit

8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, misalnya pasca bencana.

(50)

tingginya. Lingkungan sehat tersebut antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

2.4 Sanitasi

2.4.1 Pengertian Sanitasi

Menurut World Health Organization (WHO), sanitasi adalah pembuangan urin manusia dan tinja menggunakan metode pembuangan yang aman dan penyediaan fasilitas dan layanan yang memadai untuk itu. Sebagian besar organisasi kesehatan dan pemerintah telah menaruh perhatian mereka untuk mengembangkan fasilitas infrastruktur untuk meningkatkan sanitasi di seluruh dunia (http://kliksma.com/2014/10/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 21.0).

Karena terdapat beberapa temuan yang telah membuktikan bahwa kurangnya sanitasi membuat dampak yang besar pada kemajuan global. Praktek-praktek sanitasi harus dimulai dari tingkat rumah tangga. Setelah praktik sanitasi yang baik adalah solusi seumur hidup untuk kontaminasi dan penyakit berbahaya. Pembuangan limbah adalah yang pertama. Manusia melepaskan air seni dan tinja ke sungai dan selokan. Kemudian selokan dan sungai yang tercemar dengan mikroorganisme patogen yang akan mencemari air minum. Mereka para patogen akan masuk kedalam makanan yang tumbuh didalam tanah. Air tercemar adalah tanah basah tempat kuman yang dapat menyebarkan penyakit.

2.4.2 Ruang Lingkup Sanitasi

(51)

tahun 1992 pasal 22 disebutkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk perubahan perilaku.

Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia, melalui pemukiman antara lain rumah tinggal dan asrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antra perkantoran dan kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya yang harus dilakukan dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah obyek sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerja seperti: dapur, restoran, taman, public area, ruang kantor, rumah dsb.

2.4.3 Manfaat Sanitasi

Ternyata manfaat sanitasi yang baik itu sangat besar, tidak hanya bagi kesehatan masyarakat. Tapi juga berdampak positif bagi perekonomian dan pembangunan bangsa. Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut, Nugroho Tri Utomo:

1. Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semua kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertumbuhan ekonomi.

(52)

pertahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak pada kesempatan meningkatkan pendapatan.

3. Menurunkan angka kemiskinan akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit.

4. Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong kontribusi investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan telah berhasil menggerakan investasi sanitasi dari masyarakat sendiri hingga Rp 35.

5. Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan yang sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita harus kehilangan Rp. 58 triliun pertahun karena kita memilih tidak mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11.2 triliun pertahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi.

6. Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut

(53)

2.4.4 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan.

STBM merupakan program nasional yang ditetapkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam hal ini agar tidak buang air sembarangan atau Open

Defecation Free (ODF) guna menutup mata rantai penularan penyakit, Cuci tangan

pakai sabun dengan air yang mengalir dan pengelolaan air minum rumah tangga (PAM RT) di mana air yang digunakan sebagai air minum dan untuk produksi serta keperluan lainnya seperti sikat gigi dan berkumur dikelola, disimpan dan dimanfaatkansecara higienis. Termasuk pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga (Wibowo, 2014:128).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah kondisi ketika suatu komunitas: 1. Tidak buang air besar sembarangan (BAB).

2. Mencuci tangan pakai sabun.

3. Mengelola air minum dan makanan yang aman. 4. Mengelola sampah dengan benar.

5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

2.5 Septictank Ramah Lingkungan

(54)

pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas. Air limbah rumah tangga yang dimaksud di sini adalah semua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari mandi, dapur, cuci dan kakus. Tidak sedikit penampungan tinja (septictank) rumah tangga dan perumahan dibuat asal-asalan, pada umumnya perumahan saat ini membuat septictank dengan diameter 1 meter dan kedalaman 1 meter yang terbuat dari hong (cetakan beton berbentuk bulat) atau pasangan batako tanpa diplester dan diaci (tidak kedap air) serta tanpa adanya resapan. Akibatnya air tinja mudah meresap sehingga air tanah, air sumur dan air kali yang ada disekitarnya terkontaminasi bakteri E.coli dan fecal coli (Kusjuliadi, 2007: 5-7).

Berdasarkan kondisi dan perkembangan teknologi, karena semakin sempit lahan yang tersedia untuk perumahan yang menyebabkan pembuatan septictank menjadi kendala tersendiri sehingga pentingnya keberadaan septictank di lingkungan sekitar rentan untuk diabaikan.berdasarkan permasalahan tersebut maka sekarang telah muncul produk-produk septictank ramah lingkungan hasil pabrikasi yang dapat menjadi alternatif bagi lahan sempit dan perkotaan. Septictank ini memiliki sistem kerja dengan menghasilkan air limbah yang tidak mencemari air tanah dan sungai ketika dibuang ke tanah, sehingga septictank ini menjadi septictank yang ramah lingkungan.

(55)

penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga buangannya tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Septictank ini menampung dan mengolah limbah tinja menjadi cairan yang tidak berbau dan layak di alirkan ke got umum (http://www.jualseptictankbio.com/p/septic-tank-ramah-lingkungan.html/ diakses pada tanggal 16 September 2015 pada pukul 20.30).

Septictank ini juga biasa disebut dengan septictank biologis atau septictank modern karena proses penguraian dan pembusukan limbah menggunakan teknologi biologis dan filterisasi.

Manfaat yang didapat dari pembuatan septictank yang benar dan ramah lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Kebersihan air tanah ikut terjaga.

2. Perawatan lebih mudah karena tidak mudah penuh dan bau.

3. Penghuni rumah dapat merasa nyaman karena saluran pembuangan tidak mampat sehingga memudahkan penyiraman.

4. Untuk septictank biologis, air pembuangannya dapat dimanfaatkan untuk ekosistem lain, misalnya menyiram tanaman (Kusjuliadi, 2007: 11).

2.6 Kerangka Pemikiran

(56)

Banyak komponen yang dapat mempengaruhi kebersihan/kesehatan lingkungan seperti buang sampah pada tempatnya, memberikan kesadaran tentang arti penting lingkungan yang bersih kepada masyarakat, menyediakan tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non organic, menyusun jadwal rutin untuk melakuan aktivitas pembersihan lingkungan secara terjadwal dan peningkatan kualitas sanitasi di lingkungan. Salah satu komponen dari lingkungan yang mesti kita perhatikan dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan adalah sanitasi. Karena sanitasi merupakan salah satu usaha pencegahan/pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.

Pemerintah menyusun sebuah Program Nasional yang dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008. STBM adalah suatu pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan, untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. Pendekatan ini bertujuan untuk merubah perilaku melalui pemberdayaan di masyarakat dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu salah satunya adalah Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). Mengacu pada program tersebut United States Agency for

International Development (USAID), IUWASH bekerja sama dengan Program

(57)

pelaksana program melakukan pemicuan/sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan berupa bahayanya buang air besar sembarangan dan menggunakan septictank yang baik dan benar yang tidak mencemari lingkungan. Maka masyarakat yang telah diberikan pemicuan dan telah membangun septictank tersebutlah yang menjadi masyarakat dampingan dan akan dilihat partisipasinya.

Dengan masih banyaknya masyarakat setempat yang belum memiliki septictank dan mengalirkan kotorannya langsung ke parit-parit sekitar rumah maka penulis tertarik untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap program sanitasi melalui pembangunan program septictank ramah lingkungan serta apa saja bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat selama program pembangunan septictank ramah lingkungan, serta upaya yang dilakukan Lembaga YAKMI untuk mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi.

(58)

BAGAN ALUR PIKIR Partisipasi Keterampilan : Kepeduliaan masyarakat terhadap program dengan cara memberikan bantuan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhukan Partisipasi Harta : Kepedulian masyarakat terhadap program dengan cara memberikan bantuan berupa alat-alat kerja atau perkakas, dan menyediakan makanan atau minuman. Partisipasi Uang : Kepedulian masyarakat terhadap program dengan cara memberikan uang untuk memperlanc

ar

(59)

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.7.1 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian 2011:136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Partisipasi merupakan suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari partisipasi, sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, suka atau tidak suka serta perilaku terhadap objek permasalahan.

2. Sanitasi adalah usaha pencegahan/pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.

3. Septictank ramah lingkungan adalah septictank yang terbuat dari bahan

(60)

pencemaran lingkungan juga menampung dan mengolah limbah tinja menjadi cairan yang tidak berbau dan layak di alirkan ke got umum.

4. Masyarakat Kota Medan Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah yang telah diberikan materi pemicuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan yang kemudian diharapkan dapat merubah pola perilakunya terhadap kesehatan lingkungan.

2.7.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Definisi operasional adalah lanjutan dari perumusan definisi konsep, perumusan definisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:141).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam: Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan”.

Partisipasi masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan, meliputi:

1. Partisipasi apa yang diberikan masyarakat agar pembangunan septictank bisa dilakukan.

(61)

3. Partisipasi apa saja yang diberikan masyarakat dalam proses pembangunan

(62)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri seperti masalah-masalah kesejahteraan, pola pikir, serta perilaku masyarakat. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut.

Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Menurut

World Health Organization yang biasa disingkat (WHO) sehat dan arti kesehatan itu

terdiri dari sehat jasmani, sehat mental, kesejahteraan social, dan sehat spiritual, dan kesehatan menurut WHO sebagai suatu situasi sejahtera dari tubuh, jiwa, serta social yang sangat mungkin setiap orang hidup produktif secara social serta ekonomis

(http://www.bloggersbugis.com/2013/11/pengertian-sehat-dan-arti-kesehatan-menurut-who.html/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

(63)

Faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu: keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat faktor tersebut berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilama

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5 Jumlah KK dan Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Go Sailing merupakan aplikasi berbasis website yang diperuntukan untuk mempermudah masyarakat umum untuk mendapatkan informasi terbaru terkait jasa layanan wisata laut

Pelatihan Ukir Kayu Kepada Anak-Anak Dan Remaja Pada Usaha Ukir Metasedana Di Kabupaten Bandung Krita Seni FSRD Pengabdian 6.000.000,- DIPA.. N0 Nama Peneliti Judul Penelitian

Dengan mengetahui hasil kerja dari bit RH40AP pada sumur DHX-4 dan bit CM34MRS pada sumur DH-10, bila dibandingkan kedua bit tersebut, bit RH40AP terlihat lebih ekonomis serta

1 I GEDE MAWAN, S.Sn , M.Si I Ketut Partha, S.Skar, M.Si IbM Pemberdayaan Seni Karawitan Klasik Bagi Generasi Muda. I Gusti Ngurah Ardana,

Pada hasil pengerjaan analisa alokasi produksi untuk lapisan LPAB, LPCD, dan LPE menggunakan Prosper didapatkan pemodelan sumur dengan kondisi awal dan keadaan tersebut

1 NI KETUT YULIASIH, SST., M.Hum I WAYAN BUDIARSA S.Sn., M.Si IbM Pembinaan Tari pelegongan di Bangli SENI TARI FSP IbM 39,000,000 DIPA DIKTI TAHUN MULTI. USULAN BARU, DARI

Dalam kasus komisi yang wajib dibayarkan oleh Perusahaan kepada Introducing Broker hanya dari hasil trading satu klien di dalam jaringan kemitraan dimana komisi yang bisa

Pencacah dekade ini akan menghasilkan keluaran yang berurut melalui 4 buah pin outputnya yang disalurkan ke kabel UTP, kemudian akan ditampilkan pada 4 buah dioda LED yang