LAMPIRAN I : DATA VARIABEL PENELITIAN DATA VARIABEL PENELITIAN TAHUN 2011
KODE UDK PKI KI CSR
APLN 3 0,33 0,67 0,38
ASRI 5 0,40 0,53 0,28
BCIP 3 0,33 0,52 0,34
BKSL 6 0,33 0,30 0,38
CTRP 5 0,40 0,58 0,16
CTRS 4 0,50 0,63 0,06
DART 3 0,33 0,88 0,16
DILD 6 0,33 0,50 0,28
DUTI 6 0,33 0,85 0,16
ELTY 5 0,40 0,23 0,38
EMDE 3 0,33 0,67 0,16
FMII 3 0,33 0,88 0,16
GMTD 10 0,40 0,65 0,16
GPRA 3 0,33 0,89 0,16
GWSA 3 0,33 0,79 0,34
KIJA 2 0,50 0,23 0,28
LPCK 5 0,60 0,42 0,34
LPKR 7 0,57 0,18 0,31
MTLA 6 0,33 0,96 0,28
OMRE 6 0,50 0,90 0,38
PLIN 4 0,50 0,77 0,19
PUDP 3 0,33 0,60 0,31
PWON 3 0,67 0,83 0,25
RBMS 3 0,33 0,24 0,13
DATA VARIABEL PENELITIAN TAHUN 2012
KODE UDK PKI KI CSR
APLN 3 0,33 0,91 0,53
ASRI 5 0,40 0,55 0,22
BCIP 3 0,33 0,60 0,22
BKSL 7 0,43 0,48 0,47
CTRP 5 0,40 0,58 0,44
CTRS 4 0,75 0,63 0,22
DART 3 0,33 0,90 0,13
DILD 6 0,33 0,42 0,31
DUTI 5 0,20 0,85 0,28
ELTY 6 0,33 0,17 0,41
EMDE 3 0,33 0,72 0,28
FMII 3 0,33 0,88 0,16
GMTD 8 0,25 0,65 0,28
GPRA 3 0,33 0,89 0,09
GWSA 3 0,33 0,79 0,44
KIJA 2 0,50 0,18 0,44
LPCK 6 0,50 0,42 0,34
LPKR 7 0,71 0,18 0,28
MTLA 6 0,33 0,89 0,38
OMRE 6 0,50 0,90 0,28
PLIN 3 0,33 0,89 0,34
PUDP 3 0,33 0,60 0,22
PWON 3 0,33 0,70 0,31
RBMS 3 0,33 0,20 0,38
DATA VARIABEL PENELITIAN TAHUN 2013
KODE UDK PKI KI CSR
APLN 3 0,33 0,67 0,28
ASRI 5 0,40 0,52 0,28
BCIP 3 0,33 0,52 0,13
BKSL 7 0,43 0,41 0,19
CTRP 5 0,40 0,58 0,41
CTRS 4 0,50 0,63 0,22
DART 3 0,33 0,90 0,38
DILD 6 0,33 0,22 0,31
DUTI 6 0,33 0,89 0,19
ELTY 5 0,40 0,15 0,47
EMDE 3 0,33 0,72 0,19
FMII 4 0,25 0,88 0,19
GMTD 9 0,33 0,65 0,34
GPRA 3 0,33 0,90 0,16
GWSA 2 0,50 0,79 0,28
KIJA 4 0,50 0,20 0,25
LPCK 7 0,57 0,42 0,44
LPKR 8 0,75 0,18 0,31
MTLA 6 0,33 0,74 0,41
OMRE 5 0,40 0,90 0,31
PLIN 3 0,33 0,89 0,38
PUDP 3 0,33 0,75 0,22
PWON 3 0,67 0,52 0,34
RBMS 3 0,33 0,21 0,34
LAMPIRAN II: HASIL UJI SPSS
Descriptive Statistics
Ukuran Dewan Komisaris
Proporsi Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
Corporate Social Responsibility
N Statistic 75 75 75 75
Minimum Statistic 2,00 ,20 ,15 ,06
Maximum Statistic 10,00 ,75 ,96 ,53
Mean
Statistic 4,4667 ,3993 ,6184 ,2828
Std. Error ,20298 ,01327 ,02864 ,01191 Std. Deviation Statistic 1,75787 ,11493 ,24801 ,10316
Variance Statistic 3,090 ,013 ,062 ,011
Descriptive Statistics
Valid N (listwise)
N Statistic 75
Minimum Statistic
Maximum Statistic
Mean
Statistic Std. Error Std. Deviation Statistic
Model Summaryb
Model
1
R ,298a
R Square ,089
Adjusted R Square ,050
Std. Error of the Estimate ,10053
Change Statistics
R Square Change ,089
F Change 2,309
df1 3
df2 71
Sig. F Change ,084
Durbin-Watson 2,023
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression ,070 3 ,023 2,309 ,084b
Residual ,717 71 ,010
Total ,788 74
a. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
b. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,325 ,070 4,666
Ukuran Dewan Komisaris ,007 ,007 ,112 ,952
Proporsi Komisaris
Independen -,013 ,109 -,015 -,123
Coefficientsa
Model Sig. Correlations Collinearity
Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance
1
(Constant) ,000
Ukuran Dewan Komisaris ,344 ,169 ,112 ,108 ,934
Proporsi Komisaris
Independen ,903 ,092 -,015 -,014 ,876
Kepemilikan Institusional ,039 -,278 -,242 -,238 ,857
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
VIF
1
(Constant)
Ukuran Dewan Komisaris 1,070
Proporsi Komisaris Independen 1,141
a. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
Coefficient Correlationsa
Model Kepemilikan
Institusional
Ukuran Dewan Komisaris
Proporsi Komisaris Independen
1
Correlations
Kepemilikan Institusional 1,000 ,185 ,307 Ukuran Dewan Komisaris ,185 1,000 -,112
Proporsi Komisaris
Independen ,307 -,112 1,000
Covariances
Kepemilikan Institusional ,003 6,479E-005 ,002 Ukuran Dewan Komisaris 6,479E-005 4,730E-005 -8,337E-005
Proporsi Komisaris
Independen ,002 -8,337E-005 ,012
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) Ukuran Dewan Komisaris
Proporsi Komisaris Independen
1
1 3,716 1,000 ,00 ,01 ,00
2 ,178 4,568 ,00 ,19 ,03
3 ,086 6,560 ,01 ,65 ,37
4 ,020 13,662 ,99 ,15 ,59
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Variance Proportions
Kepemilikan Institusional
1
1 ,01
2 ,42
3 ,05
4 ,52
a. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value ,2429 ,3481 ,2828 ,03076 75
Std. Predicted Value -1,296 2,124 ,000 1,000 75 Standard Error of Predicted
Value ,012 ,042 ,022 ,007 75
Adjusted Predicted Value ,2320 ,3561 ,2830 ,03185 75
Residual -,21716 ,28706 ,00000 ,09847 75
Std. Residual -2,160 2,856 ,000 ,980 75
Stud. Residual -2,190 2,910 -,001 1,004 75
Deleted Residual -,22326 ,29804 -,00021 ,10342 75 Stud. Deleted Residual -2,252 3,078 ,000 1,017 75
Mahal. Distance ,106 11,787 2,960 2,717 75
Cook's Distance ,000 ,135 ,013 ,021 75
Centered Leverage Value ,001 ,159 ,040 ,037 75
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,09846787
Most Extreme Differences
Absolute ,068
Positive ,068
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z ,586
Asymp. Sig. (2-tailed) ,882
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini , 2011. Pengaruh kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan dalam Annual Report (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang tercatat di BEI Tahun 2008-2009)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Barnae Amir dan Amir Rubin, 2005. Corporate Social Responsibility as a Conflict Between Shareholders. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 16 No. 2.
Bringham, E, F., dan J. F. Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management.
6th Edition. Cengage Learning, South Western.
Chapra, Umer. 1992. Islam and The Economics Challenge. The Islamic Foundation, London.
Coller, P., dan A, Gregory. 1999. Audit Committee Activity and Agency Costs.
Journal of Accounting and Public Policy, Vol 18 (4-5), pp. 311-332.
Dahlia, D., & Siregar, S.V. 2008. Pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua. USU Press. Medan.
Fama, E, F. dan M, C. Jensen. 1983. The Separation of Ownership and Control.
Journal of Law and Economics, 26, pp. 301-328.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program, Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Global Reporting Initiatives (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines. Amsterdam.
Gray, R., Owen, D. dan Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability. Prentice-Hall. London.
Hendriksen, Eldon S dan Widjajanto, Nugroho. 2006. Teori Akuntansi, Edisi ke-4 jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana. 2008. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa dan Kelangsungan Usaha. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Kotler, Philip., and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good for Your Company and Your Case. New Jersey: John Willey & Sonso Inc.
Laksmitaningrum. 2013. Analisis Pengaruh Karateristik Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan CSR. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Maulida. 2013. Pengaruh Kepemilikan Asing, Afiliasi Asing, dan Proyek Pemerintah Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang
Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi ke Enam. Salemba Empat. Jakarta.
Permanasari. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Nasution, Marihot dan Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi Volume 10 Juli: 26-28.
Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Roberts, R.W. 1992. Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure: an Application of Stakeholder Theory. Accounting, Organizations and Society, Vol 17 No. 6, pp. 595-612.
Sembiring. 2005. Karateristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Sheilfer, A., dan Vishny. 1986. Large Shareholders and Corporate Control. Journal of Political Economics 95. June. 461-488
Siagian, Matias, dan Suriadi, Agus. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR Perspektif Pekerja Sosial. USU Press. Medan
Sugiyono. 2006. Statistika untuk penelitian. Cetakan ketujuh. CV Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta.
Bandung
Tjager et al. 2003. Corporate Governance. Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. PT. Prenallindo, Jakarta.
Ujiyantho, Arif Muh. Dan B. A. Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR, Fascho Publishing, Gresik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah asosiatif kausal, menurut Sugiyono
(2006:11) asosiatif kausal adalah “ penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara satu variable dengan variable lainnya atau bagaimana suatu variable
mempengaruhi variable lain”. Dalam penelitian ini terdapat variable dependen
(dipengaruhi) dan variable independen (mempengaruhi).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 :61). Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam perusahaan Property dan Real
Estateyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011-2013 yaitu
sebanyak 46 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011 : 62)
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling.Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
ditentukan peneliti pada awal penelitian.Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan
pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Adapun kriteria yang
ditetapkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI dan tidakdidelisting
selama tahun 2011-2013
2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan secara lengkap untuk tahun
2011-2013
3. Dalam laporan tersebut, tercantum laporan pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Tabel 3.1 Kriteria Sampel
No. Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013
47
2 Perusahaaan tersebut menyajikan laporan tahunan secara lengkap untuk tahun 2011-2013
36
3 Dalam laporan tersebut, tercantum laporan
pengungkapan Corporate Social Responsibilitysecara lengkap untuk tahun 2011-2013
25
Jumlah Sampel 25
Berdasarkan kriteria tersebut, penulis menetapkan sebanyak 25sampel
perusahaan yang masuk ke dalam data sampel penelitian. Daftar nama
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel
1 2 3
1. APLN Agung Podomoro Land
Tbk
√ √ √ 1
2. ASRI Alam Sutera Reality Tbk √ √ √ 2
3. BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk √ √ -
4. BCIP Bumi Citra Permai Tbk √ √ √ 3
5. BEST Bekasi Fajar Industrial
Estate Tbk
√ √ -
6. BIPP Bhuawanatala Indah
Permai Tbk
√ √ -
7. BKDP Bukit Darmo Property Tbk √ - -
8. BKSL Sentul City Tbk √ √ √ 4
9. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk √ - -
10. COWL Cowell Development Tbk √ √ -
11. CTRA Ciputra Development Tbk √ √ -
12. CTRP Ciputra Property Tbk √ √ √ 5
13. CTRS Ciputra Surya Tbk √ √ √ 6
14 DART Duta Anggada Realty Tbk √ √ √ 7
15. DILD Intiland Development Tbk √ √ √ 8
16. DUTI Duta Pertiwi Tbk √ √ √ 9
17. ELTY Bakrieland Development
Tbk
√ √ √ 10
18. EMDE Megapolitan Development Tbk
√ √ √ 11
19. FMII Fortune Mate Indonesia
Tbk
√ √ √ 12
20. GAMA Gading Development Tbk √ - -
21. GMTD Goa Makassar Tourism
Development Tbk
√ √ √ 13
22. GPRA Perdana Gapura Prima
Tbk
√ √ √ 14
23. GWSA Greenwood Sejahtera Tbk √ √ √ 15
24. JRPT Jaya Real Property Tbk √ - -
25. KIJA Kawasan Industri
Jababeka Tbk
√ √ √ 16
26. KPIG Global Land and
Development Tbk
27. LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √ √ -
28. LCGP Laguna Cipta Griya Tbk √ √ -
29. LPCK Lippo Cikarang Tbk √ √ √ 17
30. LPKR Lippo Karawaci Tbk √ √ √ 18
31. MDLN Modernland Realty Tbk √ - -
32. MKPI Metropolitan Kentjana
Tbk
√ - -
33. MTLA Metropolitan Land Tbk √ √ √ 19
34. MTSM Metro Realty Tbk √ √ -
35. NIRO Nirvana Development Tbk √ - -
36. OMRE Indonesia Prima Property Tbk
√ √ √ 20
37. PPRO PP Property Tbk √ - -
38. PLIN Plaza Indonesia Realty
Tbk
√ √ √ 21
39. PUDP Pudjiati Prestige Tbk √ √ √ 22
40. PWON Pakuwon Jati Tbk √ √ √ 23
41. RBMS Rista BIntang Mahota
Sejati Tbk
√ √ √ 24
42. RDTX Roda Vivatex Tbk √ √ -
43. RODA Pikko Land Development Tbk
√ √ -
44. SCBD Danayasa Arthatama Tbk √ √ √ 25
45. SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
√ √ -
46. SMRA Summarecon Agung Tbk √ - -
47. TARA Sitara Propertindo Tbk √ - -
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu
data yang diukur dalam skala numeric.Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari
perusahaan yang berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan
yang telah diolah dan disajikan kembali. Data yang diperoleh merupakan kombinasi
dari data time series dan cross section.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap
pertama peneliti akan melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari literartur yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua diperoleh dari
media internet melalui situs
dipublikasikan yang kemudian diolah dengan menggunakan software pengelolah data
statistik untuk dianalisis serta dapat diambil kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen (bebas), adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat) (Sugiyono,
2006:3).Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan kepemilikan
institusional. Variabel independen disimbolkan dengan “X”
3.5.1.1 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan wakil pemegang saham pada
2002:185).Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah
banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan.
Rumus Ukuran Dewan Komisaris (Fahrizqi, 2010) :
UDK = ∑Dewan Komisaris Perusahaan
3.5.1.2 Proporsi Komisaris Independen
Proporsi komisaris independen merupakan anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan
komisaris lainnya dan memegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan.Rumus proporsi komisaris
independen :
Proporsi Komisaris Independen =
Jumlahanggota komisarisindependen Jumlahanggotaseluruh
dewankomisaris
x 100%
3.5.1.3 Kepemilikan Institusional
Besarnya jumlah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki
oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank,
danapension, dan asset management. Rumus dapat digambarkan
Kepemilikan Institusional =
Jumlahkepemilikansaham olehpihakinstitusional
Jumlahsahamyangberedar x100%
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:3).Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah indeks pengungkapan tanggung jawab
sosial dalam laporan tahunan perusahaan.Variabel dependen disimbolkan
dengan “Y”.
Pengungkapan tanggung jawab sosial diukur dengan 32 indikator yaitu
metode konten analisis laporan tahunan perusahaan atau check list. Metode
checklist dilakukan dengan melihat ada tidaknya keberadaan suatu item
informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan perusahaan. Bila item
informasi yang ditentukan tersebut ada dalam laporan keuangan, maka diberi
skor 1, dan apabila item informasi tersebut tidak ada dalam laporan keuangan,
maka diberi skor 0. Total checklist dihitung untuk mendapatkan jumlah
seluruh item yang diungkapkan setiap perusahaan. Selanjutnya digunakan
rumus untuk mendapatkan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial
(corporate sosial responsibilityindex) dari setiap sampel. Rumusnya adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
CSRIj = Corporate Social Responsibility Index Perusahaan j
nj = Jumlah item perusahaan j, nj ≤
X ij = Dummy variabel:1 = jika item ini diungkapkan; 0 jika item
ini tidak diungkapkan, dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi operasional
Pengukuran Skala
Data Sumber Data Variabel Dependen : Corporate social Responsibility Informasi sosial yang diungkapka n oleh perusahaan pada laporan tahunan
Jumlah item yang diungkapkan perusahaan / jumlah item yang diharapkan
Rasio Annual report Variabel Independen: Ukuran Dewan Komisaris (X1)
Wakil pemegang saham pada suatu entitas yang berbadan hukum perseroan terbatas
� komisarisdewan perusahaan
Rasio Annual report
Proporsi Komisaris Independen (X2)
Anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen �����ℎ������� ��������� ���������� �����ℎ������ℎ ������� �������������� x100%
Kepemilikan institusional Besarnya jumlah kepemilika n saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi keuangan �����ℎ����������� ��ℎ�����ℎ ��ℎ��������������� �����ℎ��ℎ�� ����������� x100%
Rasio Annual report
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2013), statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum, dan minimum, sehingga secara kontekstual dapat lebih
mudah dimengerti oleh pembaca.
3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik
Tujuan dari pengujian asumsi klasik adalah untuk mengestimasi suatu
garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap
observasi terhadap garis tersebut (Erlina, 2008 :102). Pengujian analisis
regresi harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas dalam
autokorelasi, heterosdatisitas, dan asumsi klasik lainnya agar pengujian tidak
3.6.2.1 Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam
model regres variabel pengganggu atau residual memiliki retribusi
normal.Uji ini berguna untuk tahap awal metode pemilihan analisis
data. Metode yang dipakai dalam mendeteksi apakah data terdistribusi
normal atau tidak adalah dengan dua cara yaitu analisis grafik dan uji
statistik. (Ghozali, 2013)
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen.Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance
(TOL) dan metode VIF (Variance Inflaction Factor).Nilai TOL
berkebalikan dengan nilai VIF.TOL adalah besarnya variasi dari suatu
variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Nilai tol yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang
tinggi (karena VIF = 1/TOL). Nilai cut offyang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah TOL<0,10 atau sama
dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2013:105).
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variancedari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
variancedari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda,
maka disebut heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot,
dengan dasar analisis (Ghozali, 2013 :139)
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah
terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diunitkan
menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross
section).Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresilinear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013: 110).
Auto korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang bebas dari autokorelasi.Untuk mendeteksi adanya
autokorelasi dalam model, dapat menggunakan uji Durbin-Watson
Tabel 3.4 Tabel Durbin-Watson
Kondisi Nilai
Ada autokorelasi D-W dibawah -2
Tidak ada autokorelasi D-W diantara -2 s.d +2
Ada autokorelasi negative D-W di atas +2
3.6.3 Pengujian Statistik
3.6.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda yaitu suatu model linier regresi yang
variabel dependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel
bebas.Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti
pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang
diuji.Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai
pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen
maupun dalam telaah ilmiah. Hubungan fungsi antara satu variabel
dependen dengan lebih dari satu vaiabel dapat dilakukan dengan
analisis regresi linear berganda, dimana Corporate Social
Responsibilitysebagai variabel dependen sedangkan Ukuran Dewan
Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, dan Kepemilikan
Institusional sebagai variabel independen
Keterangan:
Y = Corporate Social Responsibility
a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
X1 = Ukuran Dewan Komisaris
X2 = Proporsi Komisaris Independen
X3 = Kepemilikan Institusional
e = Tingkat kesalahan atau error
3.6.3.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Pada model linier berganda ini, akan dilihat besarnya
kontribusi untuk variabel independen terhadap variabel dependennya
dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Nilai R2
mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0≤ R2 ≥ 1).Semakin besar R2
(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan
semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan
tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2013).Jika R2
tersebut menerangkan hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen.
3.6.3.3 Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara
bersama-sama apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan atau
tidak terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai
berikut:
1. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara
signifikan dari variabel independen secara bersama-sama.
2. Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan
dari variabel bebas secara bersama-sama.
3. Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 0,05 ( �=
5%).
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung <F tabel. Artinya
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara
2. H0 ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > F tabel. Artinya
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
3.6.3.4 Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh
masing-masing variabel independen yang digunakan secara parsial. Adapun
hipotesisnya dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Ha = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel
independen terhadapvariabel dependen.
3. Menentukan tingkat signifikan � sebesar 0,05 (5%)
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel, artinya variabel
independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
2. H1 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, artinya variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran dari data yang
dipakai di dalam penelitian. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai
nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, nilai standart deviation, dan nilai
variance dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Berikut tabel statistic
[image:35.612.119.529.374.586.2]dari variabel-variabel yang digunakan:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Ukuran
Dewan Komisaris
Proporsi Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
Corporate Social Responsibility
Valid N (listwise)
N Statistic 75 75 75 75 75
Minimum Statistic 2,00 ,20 ,15 ,06
Maximum Statistic 10,00 ,75 ,96 ,53
Mean
Statistic 4,4667 ,3993 ,6184 ,2828 Std.
Error ,20298 ,01327 ,02864 ,01191 Std. Deviation Statistic 1,75787 ,11493 ,24801 ,10316
Variance Statistic 3,090 ,013 ,062 ,011
1. Variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki nilai minimum 2.00 dan nilai
maksimum 10.00 dengan nilai rata-rata 4,4667 dan standar deviasi 1,75787
dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
2. Variabel Proporsi Komisaris Independen memiliki nilai minimum 0,20 dan
nilai maksimum 0,75 dengan nilai rata-rata 0,3993 dan standar deviasi
0,11493 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
3. Variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai minimum 0,15 dan nilai
maksimum 0,96 dengan nilai rata-rata 0,6184 dan standar deviasi 0,24801
dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
4. Variabel Corporate Social Responsibility memiliki nilai minimum 0,06 dan
nilai maksimum 0,53 dengan nilai rata-rata 0,2828 dan standar deviasi
0,10316 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan distribusi
data yang digunakan oleh peneliti. Uji dilakukan dengan menggunakan uji
statistik non parametc Kolmogrov-Smirnov (K-S), grafik histogram, dan
grafik normal plot. Berikut hasil uji normalitas data peneliti dengan statistik
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation ,09846787
Most Extreme Differences
Absolute ,068
Positive ,068
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z ,586
Asymp. Sig. (2-tailed) ,882
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil dari tes Kolmogrov-Smirnov di atas menunjukkan bahwa setiap
variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki data yang berdistribusi
normal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian memiliki nilai signifikansi
0,882 atau >0,05, sehingga data secara positif dapat dikategorikan normal.
Selain Tes Kolmogrov-Smirnov, grafik histogram dan grafik normal
plot juga digunakan dalam menguji normalitas data. Berikut grafik histogram
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Dari kedua grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang
digunakan peneliti berdistribusi normal. Grafik histogram menunjukkan
bahwa residual bergerak dengan skewness seperti lonceng, menandakan
bahwa data berdistribusi nornal. Grafik normal plot menunjukkan bahwa data
uang dipakai peneliti berdistribusi di dekat garis diagonal yang ada pada
grafik, menandakan bahwa data yang digunakan peneliti berdistribusi dengan
normal.
4.2.2 Uji Heterokedatisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat po;a penyebaran
titik pada grafik scatterplot. Jika titik berkumpul dalam satu pola tertentu
maka terjadi indikasi heterokesdatisitas yang ditandai dengan titik yang
menyebar tanpa membentuk suatu pola pada grafik scatterplot. Berikut hasil
uji heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot:
[image:39.612.159.535.437.674.2]Grafik scatterplot di atas menunjukkan bahwa tidak ada indikasi
heterokedastisitas karena titik-titik yang terdapat pada grafik menyebar dan
tidak membentuk suatu pola.
4.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel independen satu dengan lainnya. Jika variabel
memiliki hubungan linear, maka model regresi tidak dapat dilakukan. Untuk
menguji adanya indikasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara
melihat nilai tolerance dan VIF dari variabel yang digunakan. Berikut hasil uji
[image:40.612.172.470.390.542.2]multikolinearitas dari variabel yang digunakan peneliti:
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Ukuran Dewan Komisaris ,934 1,070 Proporsi Komisaris Independen ,876 1,141 Kepemilikan Institusional ,857 1,167
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada indikasi multikolinearitas.
Nilai tolerance >0,1 dan VIF <`0 menandakan bahwa tidak ada indikasi
multikolinearitas. Variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki nilai tolerance
sebesar 0,934 dan VIF sebesar 1,070; variabel Proporsi Komisaris independen
Kepemilikan Institusional memiliki nilai tolerance sebesar 0,857 dan VIF
sebesar 1,167. Setiap variabel memenuhi syarat nilai tolerance dan VIF,
sehingga semua variabel indepenb tidak memiliki hubungan linear satu sama
lain.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat adanya korelasi pada data dari suatu periode dengan periode lainnya. Indikasi autokorelasi terjadi pada
data yang memiliki time series. Data yang digunakan peneliti memiliki time
series karena menggunakan data sekunder dari BEI pada periode 2011-2013.
Untuk menguji terjadinya indikasi autokorelasi, peneliti menggunakan
pengujian Durbin Watson. Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi bila
nilai Durbin Watson du < dw < 4 –du. Berikut tabel hasil pengujian Durbin
[image:41.612.186.448.469.698.2]Watson:
Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model 1
R ,298a
R Square ,089
Adjusted R Square ,050
Std. Error of the Estimate ,10053
Change Statistics
R Square Change ,089
F Change 2,309
df1 3
Sig. F Change ,084
Durbin-Watson 2,023
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen
b. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
Hasil uji autokorelasi pada model regresi yang digunakan peneliti
menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 2,023. Nilai ini dibandingkan
dengan nilai du pada tabel nilai signifikansi Durbin-Watson 5%. Dari tabel
kita peroleh batas bawah sebesar 1,732 sedangkan batas atas sebesar 2,268
(4-1,732). Dari uji ini dapat dilihat bahwa model regresi yang digunakan peneliti
tidak terindikasi autokorelasi karena nilai Durbin-Watson memenuhi
persyaratan (1,732 > 2,111 > 2,268).
4.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Data yang telah lolos uji asumsi klasik dapat digunakan dalam model regresi
[image:42.612.113.520.528.656.2]dan dianalisi. Berikut adalah hasil analisis regresi yang dilakukan peneliti:
Tabel 4.5
Analisis Linear Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,325 ,070
Ukuran Dewan Komisaris ,007 ,007 ,112
Dari analisis regresi yang dilakukan, diperoleh koefisien setiap variabel untuk
membentuk suatu persamaan regresi. Persamaan regresi yang dibentuk adalah sebagai
berikut:
CSR = 0,325 + 0,007 Ukuran Dewan Komisaris + -0,013 Proporsi
Komisaris Independen + -0,107 Kepemilikan Institusional + e
1. A = 0,325
Nilai a sebesar 0,325 menunjukkan apabila setiap variabel (UDK, PKI,
KI) tidak memiliki nilai atau 0, maka nilai CSR akan berubah sebesar
0,325.
2. b1 = 0,007
Nilai b1 sebesar 0,007 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan
variabel UDK bila variabel yang lain tetap adalah sebesar 0,7%. Bila
variabel UDK naik sebesar 1 maka Variabel CSR naik sebesar 0,007
3. b2 = -0,013
Nilai b2 sebesar -0,013 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan
variabel PKI bila variabel yang lain tetap adalah sebesar -1,3%. Bila
variabel PKI turun sebesar 1 maka variabel CSR turun sebesar -0,013
4. b3 = -0,107
nilai b3 sebesar -0,107 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan
variabel KI bila variabel yang lain tetap adalah sebesar -10,7%. Bila
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi
[image:44.612.162.480.281.344.2]Hasil pengujian Koefisien Determinasi ditampilan pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Uji Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,298a ,089 ,050 ,10053
Tabel 4. Memperlihatkan bahwa nilai Adjusted R2 adalah sebesar
0,089 atau sebesar 8,9%. Hal ini berarti variabel independen dapat
menjelaskan variabel harga saham sebesar 8,9%, sedangkan sisanya yaitu 91,1
dijelaskan oleh variabel lain di luar oleh penelitian ini.
4.4.2 Uji F
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen secara
bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Hasil uji F
[image:44.612.146.518.599.698.2]ditunjukkan lewat tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1
Regression ,070 3 ,023 2,309 ,084b
Total ,788 74 a. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
b. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen
Dari hasil Uji F diperoleh nilai F hitung = 2,309 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,084. Berdasarkan nilai F hitung diperoleh kesimpulan
bahwa nilai F hitung = 2,309 < F tabel = 2,68 dan nilai signifikansi = 0,084 >α
= 5%, artinya Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan
Kepemilikan Institusional secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Corporate Social Responsibility.
4.4.3 Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui secara parsial apakah setiap variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
[image:45.612.108.529.519.663.2]Hasil pengujian Uji t ditampilkan dalam tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,325 ,070 4,666 ,000
Ukuran Dewan Komisaris ,007 ,007 ,112 ,952 ,344 Proporsi Komisaris
Independen -,013 ,109 -,015 -,123 ,903
Dari tabel 4. Di atas, maka kesimpulan dari Uji t adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Ukuran Dewan Komisaris mempunyai t hitung = 0,952 < t
tabel = 1,667 dan memiliki signifikansi 0,344>α = 5%, maka dapat
disimpulkan Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap
Corporate Social Responsibility.
2. Variabel Proporsi Komisaris Independen mempunyai t hitung = -0,123
<α = 5% dan memiliki signifikansi 0,903 > α = 5%, maka dapat
disimpulkan Proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh
terhadap Corporate Social Responsibility.
3. Variabel Kepemilikan Institusional mempunyai t hitung = -2,101 < t tabel = 1,667 dan memiliki signifikansi 0,039 < α 5%, maka dapat
disimpulkan Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Corporate Social Responsibility.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Nilai Adjusted R2 sebesar 0,089 yang menunjukkan bahwa korelasi atau
hubungan antara Corporate Social ResponsibilityPerusahaan Property dan Real Estate
(variabel dependen) dengan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris
Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa ketiga variabel penelitan yakti,
Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh
secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel
Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap
variabel dependen (Corporate Social Responsibility).
Dalam pengaruhnya secara simultan dinyatakan bahwa ketiga variabel
independen yakni, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan
Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen (Corporate Social Responsibility).
Hal ini berbeda dalam beberapa penelitian terdahulu diantaranya adalah
penelitian Sembiring (2005) yang menyebutkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Penelitian Hartati (2012) menyebutkan bahwa Kepemilikan Institusional
memberikan pengaruh negative yang tidak signifikan terhadap Pengungkapan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh Ukuran Dewan
Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Property dan Real
Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di bab sebelumnya, diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. Secara simultan atau bersama-sama, variabel independen Ukuran Dewan
Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional
tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.
2. Secara Parsial, Variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris
Independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan, namun variabel
Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Property
dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian yang
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah variabel
independennya. Dalam bab sebelumnya sudah terlihat jelas dimana nilai
koefisien determinasi dalam penelitian sebesar 8,9%, berarti ada 91,1 faktor
lain yang dapat berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social
Resoinsibility.
2. Peneliti selanjutnya disarankan menambah waktu penelitian dan luas
penelitian serta sampel yang digunakan tidak hanya perusahaan Property
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada umumnya, CSR adalah suatu bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungan masyarakat yang dapat dilakukan dengan
cara melaksanakan berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat
yang berada di sekitar lingkungan perusahaan. Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tidak hanya
beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi
juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bsinis yaitu para
pekerja, komunitas lokal, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat,
konsumen dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008).
Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan (Kotler dan Lee, 2005).
Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada
prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang
strategik dan sustainableakan dapat menumbuhkan citra positif serta
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
dalam publikasinya Making Good Business Sensemendefinisikan CSR atau
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk
terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup
dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas
lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Menurut Global Compact Initiative (2002), pemahaman CSR
mencakup 3P yaitu profit, people, planet. Konsep ini memuat pengertian
bahwa bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan juga
kesejahteraan orang (people) dan menjamin keberlangsungan hidup (planet)
(Dahlia dan Siregar, 2008). Dengan begitu perusahaan yang menggunakan
praktik CSR dengan benar, pasti akan peduli dengan lingkungan sekitar.
Dengan cara itu pula suatu perusahaan dapat dikenal oleh masyarakat luas
sehingga diakui keberadaannya.
Secara garis besar manfaat Corporate Social Responsibility adalah
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek
perusahaan
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
4. Melebarkan akses sumber dayabagi operasional perusahaan
5. Membuka peluang pasar yang lebih besar
6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dengan pembuangan limbah
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan
2.1.2 Pengungkapan CSR di Indonesia
Menurut Hendriksen (2006) pengungkapan (disclosure) didefinisikan
sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara optimal pasar modal efisien. Pengungkapan tanggung jawab sosial atau
Corporate Social Reporting (CSR) menurut Gray et al (1987) adalah
pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan proses mengkomunikasikan
dampak sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi untuk
kepentingan kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat.
Siagian dan Suriadi (2010 : 29) menyatakan bahwa
perusahaan yang sama sekali belum melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, walaupun mereka sudah mengetahui bahwa kewajiban tersebut telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Di sisi lain, hingga saat ini belum pernah terdengar dimana perusahaan yang sama sekalibelum menjalankan tanggung jawab sosialnya dikenakan sanksi. Bahkan mekanisme memberikan sanksi kepada perusahaan yang lalai akan tanggung jawab sosialnya pun tampak nya belum diatur dan disosialisasikan secara baku dan transparan
Perusahaan dalam operasi usahanya pasti membawa dampak bagi
lingkungan sekitar.Dampak negatif seperti polusi udara, pencemaran limbah,
penggundulan hutan, dan sebagainya menyebabkan hilangnya kepercayaan
masyarakat.Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, maka perusahaan
melaksanakan kegiatan pertanggungjawaban sosial.Dengan adanya kegiatan
tanggung jawab sosial ini maka perusahaan ikut peduli terhadap kesejahteraan
masyarakat serta lingkungan hidup di sekitar. Agar masyarakat dapat
mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan, maka perlu
adanya pengungkapan tanggung jawab sosial, pengungkapan ini tercantum
dalam laporan tahunan perusahaan.
Di Indonesia regulasi mengenai CSR diatur oleh pemerintah sejak
tahun 1994 dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 316/KMK 016/1994 tentang Program Pembinaan Usaha Kecil
dan Koperasi oleh Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian dikukuhkan
Kep-236/MBU/2003 menetapkan bahwa setiap perusahaan diwajibkan
menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1% sampai dengan 3% untuk
menjalankan CSR.
Pasal 15b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal menyatakan bahwa setiap investor berkewajiban melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan. Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung
jawab yang melekat pada perusahaan penanaman modal untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,
nilai, norma dan budaya masyarakat.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga tercantum dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas.Pasal 74 ayat (1)
Undang-Undang ini menyatakan perseoran yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Ayat (2) pasal ini
menyatakan kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.Selanjutnya ayat (3) menyebutkan perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikenai sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.Kemudian ayat (4)
lingkungan dengan Peraturan Pemerintah.Dengan adanya Undang-Undang
tersebut maka CSR merupakan tindakan wajib bagi setiap perusahaan di
Indonesia.
Peraturan mengenai CSR, antara lain:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 Tentang
Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang repunlik Indonesia No. 13 tahun 2003 Tentang
Ketenaga Kerjaan
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1999 Tentang
Praktek Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
5. Dan lain-lain.
Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kewajiban
setiap badan usaha yang ada di Indonesia.
Metode yang sering dipergunakan dalam menilai Corporate Social
Responsibility adalah metode konten analisis laporan tahunan perusahaan atau
Permatasari (2010) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana
Pertanggungjawaban Sosial adalah:
1. Kemasyarakatan
Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh
perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan
seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya (8 indikator)
2. Produk dan Konsumen
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara
lain pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan,
kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya (3 indikator).
3. Ketenagakerjaan
Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang
dalam perusahaan tersebut.Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program
pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi, dan lainnya (13 indikator).
4. Lingkungan Hidup
Tema ini meliputi akses lingkungan dan proses produksi, yang
meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan
dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam
2.1.3 Teori Agensi (Agency Theory)
Teori ini memposisikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal
dan pada umumnya prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau
traditional users lain. Namun pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi
seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan.Teori ini menjelaskan
agen (manajemen) bekerja untuk stakeholder, dan salah satu pekerjaan mereka
adalah memberikan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan.
2.1.4 Teori Stakeholders (Stakeholders Theory)
Definisi dari stakeholdermerupakan pihak-pihak yang berkepentingan
pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh
aktivitas perusahaan.Di dalam suatu organisasi memiliki banyak
stakeholderseperti karyawan, masyarakat, negara, supplier, pasar modal,
pesaing, badan industri, pemerintah asing dan lain-lain. Hal pertama mengenai
stakeholderadalah bahwa ia adalah sistem yang secara eksplisit berbasis pada
pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungan yang mengakui sifat
saling mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis.
Teori stakeholderberhubungan langsung dengan model
akuntabilitas.Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat
dilihat dari hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan
stakeholdernya.Sifat dari akuntabilitas ini ditentukan oleh hubungan antara
stakeholder dan organisasi.Robert (1992) menyatakan bahwa pengungkapan
sosial perusahaan merupakan sarana yang penting bagi perusahaan untuk
menegoisasikan hubungan dengan stakeholdernya.
2.1.5 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Houston (2009 : 444) teori sinyal adalah teori yang
menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal
dari perkiraan pendapatan manajemen. Signaling theory menekankan kepada
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak diluar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi
para investor dan pelaku bisnis karena informasi pada dasarnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini
maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu
perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan,
akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai
alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Secara umum, teori sinyal berkaitan dengan pemahaman tentang
bagaimana suatu sinyal sangat bernilai atau bermanfaat sementara sinyal yang
lain tidak berguna. Teori sinyal mencermati bagaimana sinyal berkaitan
dari sinyal atau komunitas sekitarnya yang membuat sinyal tersebut agar
meyakinkan dan menarik. Teori sinyal menyatakan bahwa manajer (agen)
atau perusahaan secara kualitatif memiliki kelebihan informasi dibandingkan
dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran-ukuran atau fasilitas
tertentu yang menyiratkan kualitas perusahaannya. Jika pemegang saham atau
investor tidak mencoba mencari informasi terkait dengan sinyal, mereka tidak
akan mampu mengambil manfaat maksimal.
2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi
yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak.
Komposisis individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris
merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif
(Fama dan Jensen, 1983, dalam Sitepu, 2008)
Mulyadi (2002) mendefinisikan dewan komisaris sebagai wakil dari
shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum atau perseroan terbatas
yang memiliki fungsi untuk mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk
menentukan apakah manajemen sudah memenuhi tanggung jawab mereka
dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern
tanggung jawab sosial karena dewan komisaris merupakan wakil dari
prinsipal yang menjadi pelaksana tertinggi di perusahaan (Fahrizqi, 2010).
Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan
CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Jika semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris, maka tekanan terhadap manajemen juga
akan semakin besar untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.1.7 Proporsi Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah komisaris yang bukan merupakan
anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara
lain berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham
mayoritas dari suatu perusahaan yang megawasi pengelola perusahaan. Pada
intinya komisaris independen merupakan suatu mekanisme untuk memberikan
petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (Surya dan Yustiavandana,
2008)
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab
atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan
(Nasution dan Setiawan, 2007).Hal ini penting mengingat adanya kepentingan
dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada
diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan.Fama dan
Jensen (1983) dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa
non-executivedirector (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah
dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi
kebijakan manajemen serta memberikan nasihat dan masukan kepada
manajemen.
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaaan perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris
independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan
jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)
dari jumlah seluruh anggota komisaris.
2.1.8 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan besarnya jumlah kepemilkan
saham oleh institusi (yang dimaksud institusi yaitu pemerintah, perusahaan
asing dan lembagakeuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dan dana
pensiun) yang terdapat pada perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional
yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oppoturnistik
5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Arif,
2006). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shleifer dan Vishny (1986)
dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institusional shareholders, dengan
kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau
pengambilan keputusan perusahaan.
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai
pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal,
2004 dalam Arif, 2006).Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat
menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial (Novita dan Djakman, 2008).Kepemilikan institusional
umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.Hal ini
berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sari (2015) menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh
signifikan terhadap CSR dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Karateristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
dilakukan oleh Sari (2015) berbeda dengan penelitian Sembiring (2005) yang
menyatakan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap CSR.
Penelitian hartati (2012) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional
memberikan pengaruh negatif yang tidak signifkan sedangkan dewan komisaris
independen memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap
[image:63.612.115.517.340.696.2]pengungkapan CSR.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Sari (2015) Analisis Pengaruh Karateristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Karateristik Perusahaan Variabel Dependen: Corporate Social Responsibilit y (CSR)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia. Sementara
itu, faktor profitabilitas, leverage, struktur kepemilkan, ukuran dewan komisaris dan
likuiditas tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia
2 Sembiring (2005) Karateristik Perusahaan dan Pengungkapan Variabel Independen: Ukuran Perusahaan,
Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Profitabilitas, Profile, Ukuran Dewan Komisaris, dan Leverage Variabel Dependen: Corporate Social Responsibilit y (CSR) dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan, namun variabel profitabilitas
dan leverage
perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan
3 Hartati (2012) Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia (2007-2010) Variabel Independen: GCG, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional
memberikan pengaruh negative yang tidak signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen
memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial dan kepemilikan manajerial memberikan
pengaruh positif yang
tidak signifikan terhadap pengungkapan
2.3 Kerangka Konseptual
Erlina (2008:38) menyatakan “kerangka teoritis adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.” Kerangka konseptual akan
menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini juga akan
terjadi apabila ada variabel lain yang menyertai, maka peran dari variabel tersebut
harus dijelaskan.
Untuk membantu memahami pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen maka diperlukan suatu kerangka pemikiran.Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR).Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, penulis mengindikasi
variabel independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR
adalah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan
institusional.
Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, disusun hipotesis yang
merupakan alur pemikiran dari peneliti kemudian digambarkan dalam kerangka
H1
[image:66.612.114.528.109.373.2]H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari kerangka di atas dapat dirumuskan bahwa semua variabel independen
yaitu ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR).
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian
ini diuraikan sebagai berikut:
a. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap CSR
Menurut Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2006) semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah mengendalikan Chief Executives
Ukuran Dewan Komisaris (X1)
Proporsi Komisaris Independen (X2)
Kepemilikan Institusional (X3)
Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.
Perusahaan dengan ukuran dewan komisaris yang besar (lebih dari 5%)
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.Semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka semakinluas
perusahaan tersebut melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
b. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap CSR
Menurut Webb (2004) dalam Said. Et. Al (2009) menunjukkan bahwa dewan
komisaris independen memainkan peran penting dalam meningkatkan image
perusahaan.Oleh karena itu, dewan komisaris independen dapat mendorong
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial dan lingkungannya karena hal
tersebut dapat meningkatkan image perusahaan di mata masyarakat.
c. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap CSR
Shleifer dan Vishny (1986) mengungkapkan bahwa institutional shareholders,
dengan kepemilikan saham yang besar memiliki insentif untuk memantau
pengambilan keputusan perusahaan.Kepemilikan institusional umunya dapat
bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.Hal ini berarti kepemilikan
institusi dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008) Hipotesis merupakan preposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris.Preposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai
konsep yang menjelaskan atau memprediksi norma-norma. Berdasarkan uraian
teoritis dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1: Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan
Institusional berpengaruh secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility
H2: Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan
Institusional berpengaruh secara simultan terhadap Corporate Social Res