SKRIPSI
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
OLEH
M DHANIE RACHMAN P 110503116
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 5 Oktober 2015 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilkan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada Perusahaan Property dan
Real Estate yang terdaftar di bursa Efek Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional baik secara simultan maupun parsial terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013 dan sampel perusahaan diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh 25 perusahan dari 47 perusahaan sebagai sampel penelitian. Data diolah dengan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t untuk hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR tetapi secara parsial Kepemilikan Institusional berpengaruh negative dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris Independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap CSR pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013
Kata Kunci : Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Corporate Social Responsibility (CSR), Property
ABSTARCT
EFFECT OF THE BOARD OF COMMISIONERS, INDEPENDENT COMMISSARY PROPORTION, INSTITUTIONAL OWNERSHIP STRUCTURE ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) OF PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2011-2013
This research examines the impact given by The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure that either simultaneously and partially affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate company in Indonesian Stock Exchange in 2011-2013. Population of this research was taken from registered property and real estate company in Indonesia Stock Exchange form 2011-2013 and research sample was selected using purposive sampling method resulting 25 company chosen over 47 company as the research sampling. Data was processed by coefficient of determination test, F test, and t tes for hypothesis.
The result of this research showed that The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure are not simultaneously influence Corporate Social Responsibility but partially Institutional Ownership Structure has a negative and significant influence of Corporate Social Responsibility. While The Board of Commisioners and Independent Commisary Proportion that negatively affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate Company in Indonesian Stock Exchane in 2011-2013.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya , hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” ini guna melengkapi tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, dukungan, motivasi, serta doa dari berbagai pihak, terutama dari kedua orangtua Ayahanda Oloan Pasaribu, S.H., M.Kn dan Ibunda Sylvia Yuslinda Hasman, S.H., M.Kn yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, nasehat, serta doanya kepada penulis, semoga penulis dapat menjadi anak yang dibanggakan. Kemudian kepada adik penulis, M. Darry Aprilio Pasaribu yang selalu memberikan doa serta dukungannya kepada penulis.
Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja`far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris S-1 Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Fatia Dinasya yang selalu memberikan semangat, perhatian dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabat penulis Akbar dan Zikri yang telah mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi
6. Teman-teman seperjuangan penulis Adrian, Reno, Beto, Erwin, Umar, Beginta, Reggy, Imam, Randi, Bang Ta, Hapis, Fani, Gracetian, Kaelvrin dan seluruh teman-teman S1 Akuntansi khususnya stambuk 2011 yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, 5 Oktober 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DARTAR TABEL ... viii
DARTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori ... 10
2.1.1 Corporate Social Responsibility ... 10
2.1.2 Pengungkapan CSR di Indonesia ... 12
2.1.3 Teori Agensi (Agency Theory) ... 17
2.1.4 Theory Stakeholders (Stakeholders Theory) ... 17
2.1.5 Teori Sinyal (Signaling Theory) ... 18
2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris ... 19
2.1.7 Proporsi Komisaris Independen ... 20
2.1.8 Kepemilikan Institusional ... 21
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
2.3 Kerangka Konseptual ... 24
2.4 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian .... 32
3.5.1 Variabel Bebas (Independen Variable) ... 32
3.5.1.1 Ukuran Dewan Komisaris ... 32
3.5.2.2 Proporsi Komisaris Independen ... 33
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 33
3.6 Metode Analisis Data ... 36
3.6.1 Statistik Deskriptif ... 36
3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 36
3.6.2.1 Uji Normalitas Data ... 36
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas ... 37
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 37
3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 38
3.6.3 Pengujian Statistik ... 39
3.6.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 39
3.6.3.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 40
3.6.3.3 Pengujian Secara Simultan (Uji F) ... 40
3.6.3.4 Uji Statistik t ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif ... 43
4.2 Uji Asumsi Klasik ... 44
4.2.1 Uji Normalitas Data ... 44
4.2.2 Uji Heterokedastisitas ... 47
4.2.3 Uji Multikolinearitas ... 48
4.2.4 Uji Autokorelasi ... 49
4.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 50
4.4 Uji Hipotesis ... 51
4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 51
4.4.2 Uji F ... 52
4.4.3 Uji Statistik t ... 53
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
No. Tabel JudulHalaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
3.1 Kriteria Sampel ... 29
3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 30
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
3.4 Tabel Durbin-Watson ... 38
4.1 Statistik Deskriptif ... 43
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 45
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48
4.4 Uji Durbin-Watson ... 49
4.5 Analisis Linear Berganda ... 50
4.6 Uji Koefisien Determinasi ... 52
4.7 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 52
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar ... JudulHalaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 25
4.1 Grafik Histogram ... 46
4.2 Normal P-Plot ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No JudulHalaman
Lampiran I Data Variabel Penelitian ... 61
Lampiran II Hasil Uji SPSS ... 64
Lampiran III Tabel Durbin-Watson Signifikansi 5% ... 74
ABSTRAK
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilkan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada Perusahaan Property dan
Real Estate yang terdaftar di bursa Efek Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional baik secara simultan maupun parsial terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013 dan sampel perusahaan diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh 25 perusahan dari 47 perusahaan sebagai sampel penelitian. Data diolah dengan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t untuk hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR tetapi secara parsial Kepemilikan Institusional berpengaruh negative dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris Independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap CSR pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013
Kata Kunci : Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Corporate Social Responsibility (CSR), Property
ABSTARCT
EFFECT OF THE BOARD OF COMMISIONERS, INDEPENDENT COMMISSARY PROPORTION, INSTITUTIONAL OWNERSHIP STRUCTURE ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) OF PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2011-2013
This research examines the impact given by The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure that either simultaneously and partially affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate company in Indonesian Stock Exchange in 2011-2013. Population of this research was taken from registered property and real estate company in Indonesia Stock Exchange form 2011-2013 and research sample was selected using purposive sampling method resulting 25 company chosen over 47 company as the research sampling. Data was processed by coefficient of determination test, F test, and t tes for hypothesis.
The result of this research showed that The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure are not simultaneously influence Corporate Social Responsibility but partially Institutional Ownership Structure has a negative and significant influence of Corporate Social Responsibility. While The Board of Commisioners and Independent Commisary Proportion that negatively affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate Company in Indonesian Stock Exchane in 2011-2013.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini, masyarakat yang berada dilingkungan perusahaan mendapatkan
banyak keuntungan. Perusahaan dapat memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk konsumsi, membayar pajak, memberi
sumbangan bagi masyarakat sekitarnya, dan lain-lain. Namun dibalik keuntungan itu semua, keberadaan perusahaan juga banyak menimbulkan berbagai permasalahan, seperti polusi udara, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan
dan bentuk negative lainnya.
Kasus free Port di Papua, Newmond di Sulawesi, Caltex di Riau, Nike di
Amerika, Bhopal di India, Lapindo, serta kasus lain adalah bentuk ketimpangan industrialisasi (Wibisono, 2007). Heard dan Bolce (1972) berpendapat bahwa negative externalities benar-benar telah mengancam timbulnya polusi udara dan air,
kebisingan suara, kemacetan lalu lintas, limbah kimia, hujan asam, radiasi sampah nuklir, dan masih banyak lagi petaka sehingga menyebabkan stress mental dan
Dalam beberapa dekade ini, tanggung jawab sosial perusahaan(Corporate
Social responsibility)merupakan topik yang menarik untuk ditelaah lebih jauh.CSR adalah komitmen perusahaan yang menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan etika bisnis dan praktik bisnis yang berkesinambungan (sustainable)
secara ekonomi, sosial dan lingkungan.Hal ini berhubungan dengan perlakuan terhadap stakeholder baik yang berada di dalam dan diluar perusahaan dengan
bertanggungjawab baik secara sosial maupun etika.CSR memiliki defenisi seperti halnya individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung intergritas, dan tidak korup.Tanggung jawab sosial perusahaan
telah menjadi suatu kebutuhan perusahaan yang dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha berdasarkan prinsip kemitraan dan
kerjasama (Departemen Sosial, 2007) dalam Ardilla (2011).Hal yang terpenting dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholderyang
difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya.
Terdapat dua Undang-Undang yang mengatur tentang CSR di Indonesia. Pertama, Pasal 15b Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menyatakan, bahwa setiap investor berkewajiban melaksanakan tanggung
perusahaan penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, norma, dan budaya masyarakat.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga dicantumkan dalam Undang-Undang
No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang ini menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.Ayat (2) pasal ini menyatakan kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.Selanjutnya ayat (3) menyebutkan perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.Kemudian ayat (4) menyatakan ketentuan
lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka Corporate Social Responsibility merupakan tindakan yang wajib bagi setiap perusahaan yang berada di
Indonesia.
Corporate Social Responsibility (CSR) pada intinya adalah suatu usaha
tanggung jawab perusahaan atau organisasi secara berkelanjutan atas dampak yang ditimbulkan dari keputusan dan aktifitas yang telah diambil dan direspon oleh organisasi tersebut, dimana dampak itu pastinya akan dirasakan atau berpengaruh
untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibility dan transparansi perusahaan
kepada investor danstakeholderslainnya.
Menurut Kotler dan Lee (2005) menyebutkan bahwa perusahaan akan
terdorong untuk melakukan praktek dan pengungkapan CSR, karena memperoleh beberapa manfaat seperti peningkatan penjualan dan marketshare, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, serta
meningkatkan daya tarik perusahaan di mata investor dan analis keuangan.
Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usai untuk dikaji oleh para pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya.Di dalam
Corporate Governance terdapat ukuran dewan komisaris, indepensi dewan komisaris dan kepemilikan institusional yang menjadi variable bebas dari Corporate
Governance tersebut.Pemahaman tentang praktek Corporate Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu.Corporate Governance merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk diteliti sehubungan dengan semakin gencarnya
publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan bisnis yang terjadi sebagai akibat kesalahan yang dilakukan oleh para eksekutif manajemen.Hal tersebut
memicu adanya pertanyaan tentang kecukupan Corporate Governance yang diterapkan perusahaan.
Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan
dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan
apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian internal perusahaan.
Komisaris Independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi atau tidak mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali.Diharapkan keberadaan komisaris independen dapat memberikan
tekanan pada perusahaan untuk mengungkapkan sustainability report dalam rangka memastikan keselarasan antara keputusan dan tindakan perusahaan dengan nilai-nilai sosial dan legitimasi perusahaan (Barnae dan Rubin, 2005). Dalam rangka
penyelenggaraan Good Corporate Governance, perusahaan harus memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris.
Kepemilikan Institusional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh suatu institusi (oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pension, reksadana, dan institusi
lain) dalam sebuah perusahaan., Et al (2010) menemukan adanya hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan CSR. Hal tersebut karena institusi akan memantau perkembangan investasinya pada suatu perusahaan, yang akhirnya akan
Namun merupakan suatu kenyataan bahwa konsep Corporate Governance
masih belum dipahami dengan baik oleh sebagian besar pelaku usaha.Tjager, et al (2003:4) menyatakan bahwa secara teoritis praktek GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang
merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Penelitian Sembiring (2005) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, namun variabel profitabilitas dan leverage
perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sari (2015) menunjukkan bahwa faktor ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia, sementara itu profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan ukuran dewan komisaris dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.
Kemudian penelitian Hartati (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional memberikan pengaruh negative yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
berbagai penelitian tersebut menguji kembali pengaruh karateristik perusahaan
terhadap pengungkapan CSR untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan dengan judul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility tidak terlepas dari penerapan
Corporate Governance.Pelaksanaan GCG sebagai suatu bentuk pengawasan yang dapat mengontrol tindakan para pengelola perusahaan agar tidak menyimpang.Yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan.Karateristik Corporate Governance seperti ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional termasuk pihak yang
berperan dalam Corporate Governance yang dapat mempengarauhi pengungkapan Corporate Social Responsibility.
1. Apakah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan
kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan CSR di Indonesia?
2. Apakah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memberi gambaran mengenai praktek pengungkapan tanggung jawab sosial
yang dilaksanakan oleh perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Mengetahui pengaruh karateristik perusahaan (ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional) terhadap pengungkapan Corporate Social responsibility pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi
mengenai karateristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Bagi pihak stakeholder perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber masukan dan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Bagi calon investor, diharapkan penelitian ini dapatmemberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi.
4. Bagi akademisi, memberikan informasi bahwa karateristik Corporate Governance (ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan
kepemilikan institusional) merupakan faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dikarenakan akan legitimasi perusahaan di dalam masyarakat dan menjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada umumnya, CSR adalah suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan masyarakat yang dapat dilakukan dengan
cara melaksanakan berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat yang berada di sekitar lingkungan perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tidak hanya
beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bsinis yaitu para
pekerja, komunitas lokal, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, konsumen dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008).
Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan (Kotler dan Lee, 2005).
Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategik dan sustainableakan dapat menumbuhkan citra positif serta
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
dalam publikasinya Making Good Business Sensemendefinisikan CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas
lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Menurut Global Compact Initiative (2002), pemahaman CSR mencakup 3P yaitu profit, people, planet. Konsep ini memuat pengertian
bahwa bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin keberlangsungan hidup (planet)
(Dahlia dan Siregar, 2008). Dengan begitu perusahaan yang menggunakan praktik CSR dengan benar, pasti akan peduli dengan lingkungan sekitar. Dengan cara itu pula suatu perusahaan dapat dikenal oleh masyarakat luas
sehingga diakui keberadaannya.
Secara garis besar manfaat Corporate Social Responsibility adalah
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
4. Melebarkan akses sumber dayabagi operasional perusahaan
5. Membuka peluang pasar yang lebih besar
6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dengan pembuangan limbah
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan
2.1.2 Pengungkapan CSR di Indonesia
Menurut Hendriksen (2006) pengungkapan (disclosure) didefinisikan
sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Pengungkapan tanggung jawab sosial atau
Corporate Social Reporting (CSR) menurut Gray et al (1987) adalah pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan proses mengkomunikasikan dampak sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi untuk
kepentingan kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat.
Siagian dan Suriadi (2010 : 29) menyatakan bahwa
perusahaan yang sama sekali belum melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, walaupun mereka sudah mengetahui bahwa kewajiban tersebut telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Di sisi lain, hingga saat ini belum pernah terdengar dimana perusahaan yang sama sekalibelum menjalankan tanggung jawab sosialnya dikenakan sanksi. Bahkan mekanisme memberikan sanksi kepada perusahaan yang lalai akan tanggung jawab sosialnya pun tampak nya belum diatur dan disosialisasikan secara baku dan transparan
Perusahaan dalam operasi usahanya pasti membawa dampak bagi
lingkungan sekitar.Dampak negatif seperti polusi udara, pencemaran limbah, penggundulan hutan, dan sebagainya menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat.Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, maka perusahaan
melaksanakan kegiatan pertanggungjawaban sosial.Dengan adanya kegiatan tanggung jawab sosial ini maka perusahaan ikut peduli terhadap kesejahteraan
masyarakat serta lingkungan hidup di sekitar. Agar masyarakat dapat mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan, maka perlu adanya pengungkapan tanggung jawab sosial, pengungkapan ini tercantum
dalam laporan tahunan perusahaan.
Di Indonesia regulasi mengenai CSR diatur oleh pemerintah sejak
tahun 1994 dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 316/KMK 016/1994 tentang Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi oleh Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian dikukuhkan
Kep-236/MBU/2003 menetapkan bahwa setiap perusahaan diwajibkan
menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1% sampai dengan 3% untuk menjalankan CSR.
Pasal 15b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa setiap investor berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,
nilai, norma dan budaya masyarakat.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga tercantum dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas.Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang ini menyatakan perseoran yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Ayat (2) pasal ini menyatakan kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.Selanjutnya ayat (3) menyebutkan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikenai sanksi
lingkungan dengan Peraturan Pemerintah.Dengan adanya Undang-Undang
tersebut maka CSR merupakan tindakan wajib bagi setiap perusahaan di Indonesia.
Peraturan mengenai CSR, antara lain:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang repunlik Indonesia No. 13 tahun 2003 Tentang
Ketenaga Kerjaan
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1999 Tentang
Praktek Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
5. Dan lain-lain.
Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kewajiban setiap badan usaha yang ada di Indonesia.
Permatasari (2010) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana
Pertanggungjawaban Sosial adalah:
1. Kemasyarakatan
Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh
perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya (8 indikator)
2. Produk dan Konsumen
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan,
kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya (3 indikator).
3. Ketenagakerjaan
Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut.Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi, dan lainnya (13 indikator).
4. Lingkungan Hidup
Tema ini meliputi akses lingkungan dan proses produksi, yang
2.1.3 Teori Agensi (Agency Theory)
Teori ini memposisikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal dan pada umumnya prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi
seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan.Teori ini menjelaskan agen (manajemen) bekerja untuk stakeholder, dan salah satu pekerjaan mereka
adalah memberikan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan.
2.1.4 Teori Stakeholders (Stakeholders Theory)
Definisi dari stakeholdermerupakan pihak-pihak yang berkepentingan
pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan.Di dalam suatu organisasi memiliki banyak
stakeholderseperti karyawan, masyarakat, negara, supplier, pasar modal, pesaing, badan industri, pemerintah asing dan lain-lain. Hal pertama mengenai stakeholderadalah bahwa ia adalah sistem yang secara eksplisit berbasis pada
pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungan yang mengakui sifat saling mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis.
Teori stakeholderberhubungan langsung dengan model akuntabilitas.Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan
stakeholdernya.Sifat dari akuntabilitas ini ditentukan oleh hubungan antara
stakeholder dan organisasi.Robert (1992) menyatakan bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang penting bagi perusahaan untuk menegoisasikan hubungan dengan stakeholdernya.
2.1.5 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Houston (2009 : 444) teori sinyal adalah teori yang
menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen. Signaling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak diluar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi para investor dan pelaku bisnis karena informasi pada dasarnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan,
akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Secara umum, teori sinyal berkaitan dengan pemahaman tentang bagaimana suatu sinyal sangat bernilai atau bermanfaat sementara sinyal yang lain tidak berguna. Teori sinyal mencermati bagaimana sinyal berkaitan
dari sinyal atau komunitas sekitarnya yang membuat sinyal tersebut agar
meyakinkan dan menarik. Teori sinyal menyatakan bahwa manajer (agen) atau perusahaan secara kualitatif memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran-ukuran atau fasilitas
tertentu yang menyiratkan kualitas perusahaannya. Jika pemegang saham atau investor tidak mencoba mencari informasi terkait dengan sinyal, mereka tidak
akan mampu mengambil manfaat maksimal.
2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi
yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisis individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris
merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jensen, 1983, dalam Sitepu, 2008)
Mulyadi (2002) mendefinisikan dewan komisaris sebagai wakil dari
shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum atau perseroan terbatas yang memiliki fungsi untuk mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen sudah memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern
tanggung jawab sosial karena dewan komisaris merupakan wakil dari
prinsipal yang menjadi pelaksana tertinggi di perusahaan (Fahrizqi, 2010).
Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Jika semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka tekanan terhadap manajemen juga
akan semakin besar untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.1.7 Proporsi Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah komisaris yang bukan merupakan
anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham
mayoritas dari suatu perusahaan yang megawasi pengelola perusahaan. Pada intinya komisaris independen merupakan suatu mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (Surya dan Yustiavandana,
2008)
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab
atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007).Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada
diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan.Fama dan
Jensen (1983) dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa non-executivedirector (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi
kebijakan manajemen serta memberikan nasihat dan masukan kepada manajemen.
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)
dari jumlah seluruh anggota komisaris.
2.1.8 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan besarnya jumlah kepemilkan
saham oleh institusi (yang dimaksud institusi yaitu pemerintah, perusahaan asing dan lembagakeuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dan dana
pensiun) yang terdapat pada perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oppoturnistik
5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Arif,
2006). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shleifer dan Vishny (1986) dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institusional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau
pengambilan keputusan perusahaan.
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004 dalam Arif, 2006).Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat
menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Novita dan Djakman, 2008).Kepemilikan institusional
umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sari (2015) menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh
dilakukan oleh Sari (2015) berbeda dengan penelitian Sembiring (2005) yang
menyatakan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap CSR.
Penelitian hartati (2012) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional
[image:36.612.115.517.340.696.2]memberikan pengaruh negatif yang tidak signifkan sedangkan dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu NO Nama Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Sari (2015) Analisis Pengaruh Karateristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Karateristik Perusahaan Variabel Dependen: Corporate Social Responsibilit y (CSR)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia. Sementara
itu, faktor profitabilitas, leverage, struktur kepemilkan, ukuran dewan komisaris dan
likuiditas tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia
2 Sembiring (2005) Karateristik Perusahaan dan Pengungkapan Variabel Independen: Ukuran Perusahaan,
Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Profitabilitas, Profile, Ukuran Dewan Komisaris, dan Leverage Variabel Dependen: Corporate Social Responsibilit y (CSR) dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan, namun variabel profitabilitas
dan leverage
perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan
3 Hartati (2012) Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia (2007-2010) Variabel Independen: GCG, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional
memberikan pengaruh negative yang tidak signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen
memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial dan kepemilikan manajerial memberikan
pengaruh positif yang
tidak signifikan terhadap pengungkapan
2.3 Kerangka Konseptual
Erlina (2008:38) menyatakan “kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.” Kerangka konseptual akan menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini juga akan terjadi apabila ada variabel lain yang menyertai, maka peran dari variabel tersebut
harus dijelaskan.
Untuk membantu memahami pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka diperlukan suatu kerangka pemikiran.Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, penulis mengindikasi
variabel independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR adalah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional.
Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti kemudian digambarkan dalam kerangka
H1
[image:39.612.114.528.109.373.2]H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari kerangka di atas dapat dirumuskan bahwa semua variabel independen
yaitu ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap CSR
Menurut Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2006) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah mengendalikan Chief Executives
Ukuran Dewan Komisaris (X1)
Proporsi Komisaris Independen (X2)
Kepemilikan Institusional (X3)
Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.
Perusahaan dengan ukuran dewan komisaris yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka semakinluas
perusahaan tersebut melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
b. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap CSR
Menurut Webb (2004) dalam Said. Et. Al (2009) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen memainkan peran penting dalam meningkatkan image perusahaan.Oleh karena itu, dewan komisaris independen dapat mendorong
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial dan lingkungannya karena hal tersebut dapat meningkatkan image perusahaan di mata masyarakat.
c. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap CSR
Shleifer dan Vishny (1986) mengungkapkan bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar memiliki insentif untuk memantau
pengambilan keputusan perusahaan.Kepemilikan institusional umunya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.Hal ini berarti kepemilikan
institusi dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008) Hipotesis merupakan preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.Preposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi norma-norma. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1: Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional berpengaruh secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility
H2: Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional berpengaruh secara simultan terhadap Corporate Social Responsibility
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah asosiatif kausal, menurut Sugiyono
(2006:11) asosiatif kausal adalah “ penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variable dengan variable lainnya atau bagaimana suatu variable
mempengaruhi variable lain”. Dalam penelitian ini terdapat variable dependen (dipengaruhi) dan variable independen (mempengaruhi).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 :61). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam perusahaan Property dan Real Estateyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011-2013 yaitu
sebanyak 46 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011 : 62)
ditentukan peneliti pada awal penelitian.Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan
pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI dan tidakdidelisting
selama tahun 2011-2013
2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan secara lengkap untuk tahun
2011-2013
3. Dalam laporan tersebut, tercantum laporan pengungkapan Corporate Social
[image:43.612.142.520.373.542.2]Responsibility
Tabel 3.1 Kriteria Sampel
No. Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013
47
2 Perusahaaan tersebut menyajikan laporan tahunan secara lengkap untuk tahun 2011-2013
36
3 Dalam laporan tersebut, tercantum laporan pengungkapan Corporate Social Responsibilitysecara lengkap untuk tahun 2011-2013
25
Jumlah Sampel 25
Berdasarkan kriteria tersebut, penulis menetapkan sebanyak 25sampel
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel
1 2 3
1. APLN Agung Podomoro Land Tbk
√ √ √ 1
2. ASRI Alam Sutera Reality Tbk √ √ √ 2
3. BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk √ √ -
4. BCIP Bumi Citra Permai Tbk √ √ √ 3
5. BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
√ √ -
6. BIPP Bhuawanatala Indah
Permai Tbk
√ √ -
7. BKDP Bukit Darmo Property Tbk √ - -
8. BKSL Sentul City Tbk √ √ √ 4
9. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk √ - -
10. COWL Cowell Development Tbk √ √ -
11. CTRA Ciputra Development Tbk √ √ -
12. CTRP Ciputra Property Tbk √ √ √ 5
13. CTRS Ciputra Surya Tbk √ √ √ 6
14 DART Duta Anggada Realty Tbk √ √ √ 7
15. DILD Intiland Development Tbk √ √ √ 8
16. DUTI Duta Pertiwi Tbk √ √ √ 9
17. ELTY Bakrieland Development Tbk
√ √ √ 10
18. EMDE Megapolitan Development Tbk
√ √ √ 11
19. FMII Fortune Mate Indonesia Tbk
√ √ √ 12
20. GAMA Gading Development Tbk √ - -
21. GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk
√ √ √ 13
22. GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
√ √ √ 14
23. GWSA Greenwood Sejahtera Tbk √ √ √ 15
24. JRPT Jaya Real Property Tbk √ - -
25. KIJA Kawasan Industri
Jababeka Tbk
√ √ √ 16
26. KPIG Global Land and
Development Tbk
27. LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √ √ -
28. LCGP Laguna Cipta Griya Tbk √ √ -
29. LPCK Lippo Cikarang Tbk √ √ √ 17
30. LPKR Lippo Karawaci Tbk √ √ √ 18
31. MDLN Modernland Realty Tbk √ - -
32. MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
√ - -
33. MTLA Metropolitan Land Tbk √ √ √ 19
34. MTSM Metro Realty Tbk √ √ -
35. NIRO Nirvana Development Tbk √ - -
36. OMRE Indonesia Prima Property Tbk
√ √ √ 20
37. PPRO PP Property Tbk √ - -
38. PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk
√ √ √ 21
39. PUDP Pudjiati Prestige Tbk √ √ √ 22
40. PWON Pakuwon Jati Tbk √ √ √ 23
41. RBMS Rista BIntang Mahota Sejati Tbk
√ √ √ 24
42. RDTX Roda Vivatex Tbk √ √ -
43. RODA Pikko Land Development Tbk
√ √ -
44. SCBD Danayasa Arthatama Tbk √ √ √ 25
45. SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
√ √ -
46. SMRA Summarecon Agung Tbk √ - -
47. TARA Sitara Propertindo Tbk √ - -
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numeric.Sumber data yang digunakan dalam penelitian
yang telah diolah dan disajikan kembali. Data yang diperoleh merupakan kombinasi
dari data time series dan cross section.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap
pertama peneliti akan melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari literartur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua diperoleh dari
media internet melalui situs
dipublikasikan yang kemudian diolah dengan menggunakan software pengelolah data statistik untuk dianalisis serta dapat diambil kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen (bebas), adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat) (Sugiyono, 2006:3).Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan kepemilikan institusional. Variabel independen disimbolkan dengan “X”
3.5.1.1 Ukuran Dewan Komisaris
2002:185).Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah
banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Rumus Ukuran Dewan Komisaris (Fahrizqi, 2010) :
UDK = ∑Dewan Komisaris Perusahaan
3.5.1.2 Proporsi Komisaris Independen
Proporsi komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan
komisaris lainnya dan memegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.Rumus proporsi komisaris independen :
Proporsi Komisaris Independen =
Jumlahanggota komisarisindependen Jumlahanggotaseluruh
dewankomisaris
x 100%
3.5.1.3 Kepemilikan Institusional
Besarnya jumlah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, danapension, dan asset management. Rumus dapat digambarkan
Kepemilikan Institusional =
Jumlahkepemilikansaham olehpihakinstitusional
Jumlahsahamyangberedar x100%
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:3).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan.Variabel dependen disimbolkan
dengan “Y”.
Pengungkapan tanggung jawab sosial diukur dengan 32 indikator yaitu metode konten analisis laporan tahunan perusahaan atau check list. Metode
checklist dilakukan dengan melihat ada tidaknya keberadaan suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan perusahaan. Bila item
informasi yang ditentukan tersebut ada dalam laporan keuangan, maka diberi skor 1, dan apabila item informasi tersebut tidak ada dalam laporan keuangan, maka diberi skor 0. Total checklist dihitung untuk mendapatkan jumlah
seluruh item yang diungkapkan setiap perusahaan. Selanjutnya digunakan rumus untuk mendapatkan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial
(corporate sosial responsibilityindex) dari setiap sampel. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
CSRIj = Corporate Social Responsibility Index Perusahaan j
nj = Jumlah item perusahaan j, nj ≤
X ij = Dummy variabel:1 = jika item ini diungkapkan; 0 jika item
[image:49.612.109.518.334.701.2]ini tidak diungkapkan, dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi
operasional
Pengukuran Skala
Data Sumber Data Variabel Dependen : Corporate social Responsibility Informasi sosial yang diungkapka n oleh perusahaan pada laporan tahunan
Jumlah item yang diungkapkan perusahaan / jumlah item yang diharapkan
Rasio Annual report Variabel Independen: Ukuran Dewan Komisaris (X1)
Wakil pemegang saham pada suatu entitas yang berbadan hukum perseroan terbatas
� komisarisdewan perusahaan
Rasio Annual report
Proporsi Komisaris Independen (X2)
Anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen �����ℎ������� ��������� ���������� �����ℎ������ℎ ������� �������������� x100%
Kepemilikan institusional Besarnya jumlah kepemilika n saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi keuangan �����ℎ����������� ��ℎ�����ℎ ��ℎ��������������� �����ℎ��ℎ�� ����������� x100%
Rasio Annual report
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2013), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum, dan minimum, sehingga secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca.
3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik
Tujuan dari pengujian asumsi klasik adalah untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap
observasi terhadap garis tersebut (Erlina, 2008 :102). Pengujian analisis regresi harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas dalam autokorelasi, heterosdatisitas, dan asumsi klasik lainnya agar pengujian tidak
3.6.2.1 Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regres variabel pengganggu atau residual memiliki retribusi
normal.Uji ini berguna untuk tahap awal metode pemilihan analisis data. Metode yang dipakai dalam mendeteksi apakah data terdistribusi normal atau tidak adalah dengan dua cara yaitu analisis grafik dan uji
statistik. (Ghozali, 2013)
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen.Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance (TOL) dan metode VIF (Variance Inflaction Factor).Nilai TOL berkebalikan dengan nilai VIF.TOL adalah besarnya variasi dari suatu
variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tol yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang
tinggi (karena VIF = 1/TOL). Nilai cut offyang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah TOL<0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2013:105).
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variancedari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
variancedari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2013 :139)
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diunitkan
menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross section).Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresilinear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013: 110). Auto korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model, dapat menggunakan uji Durbin-Watson
Tabel 3.4 Tabel Durbin-Watson
Kondisi Nilai
Ada autokorelasi D-W dibawah -2
Tidak ada autokorelasi D-W diantara -2 s.d +2 Ada autokorelasi negative D-W di atas +2
3.6.3 Pengujian Statistik
3.6.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda yaitu suatu model linier regresi yang
variabel dependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas.Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti
pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji.Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen
maupun dalam telaah ilmiah. Hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu vaiabel dapat dilakukan dengan
analisis regresi linear berganda, dimana Corporate Social Responsibilitysebagai variabel dependen sedangkan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, dan Kepemilikan
Institusional sebagai variabel independen
Keterangan:
Y = Corporate Social Responsibility
a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
X1 = Ukuran Dewan Komisaris
X2 = Proporsi Komisaris Independen
X3 = Kepemilikan Institusional
e = Tingkat kesalahan atau error
3.6.3.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Pada model linier berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel independen terhadap variabel dependennya
dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Nilai R2
mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0≤ R2 ≥ 1).Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan
tersebut menerangkan hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen.
3.6.3.3 Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara
bersama-sama apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
1. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara
signifikan dari variabel independen secara bersama-sama.
2. Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan
dari variabel bebas secara bersama-sama.
3. Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 0,05 ( �=
5%).
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung <F tabel. Artinya
2. H0 ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > F tabel. Artinya
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.3.4 Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan secara parsial. Adapun
hipotesisnya dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Ha = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel
independen terhadapvariabel dependen.
3. Menentukan tingkat signifikan � sebesar 0,05 (5%)
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel, artinya variabel
independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
2. H1 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, artinya variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran dari data yang
dipakai di dalam penelitian. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, nilai standart deviation, dan nilai
[image:57.612.119.529.374.586.2]variance dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Berikut tabel statistic dari variabel-variabel yang digunakan:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Ukuran
Dewan
Komisaris
Proporsi
Komisaris
Independen
Kepemilikan
Institusional
Corporate Social
Responsibility
Valid N
(listwise)
N Statistic 75 75 75 75 75
Minimum Statistic 2,00 ,20 ,15 ,06
Maximum Statistic 10,00 ,75 ,96 ,53
Mean
Statistic 4,4667 ,3993 ,6184 ,2828
Std.
Error ,20298 ,01327 ,02864 ,01191
Std. Deviation Statistic 1,75787 ,11493 ,24801 ,10316
Variance Statistic 3,090 ,013 ,062 ,011
1. Variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki nilai minimum 2.00 dan nilai
maksimum 10.00 dengan nilai rata-rata 4,4667 dan standar deviasi 1,75787 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
2. Variabel Proporsi Komisaris Independen memiliki nilai minimum 0,20 dan
nilai maksimum 0,75 dengan nilai rata-rata 0,3993 dan standar deviasi 0,11493 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
3. Variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai minimum 0,15 dan nilai
maksimum 0,96 dengan nilai rata-rata 0,6184 dan standar deviasi 0,24801 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
4. Variabel Corporate Social Responsibility memiliki nilai minimum 0,06 dan
nilai maksimum 0,53 dengan nilai rata-rata 0,2828 dan standar deviasi
0,10316 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan distribusi data yang digunakan oleh peneliti. Uji dilakukan dengan menggunakan uji
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,09846787
Most Extreme Differences
Absolute ,068
Positive ,068
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z ,586
Asymp. Sig. (2-tailed) ,882
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil dari tes Kolmogrov-Smirnov di atas menunjukkan bahwa setiap
variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki data yang berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian memiliki nilai signifikansi 0,882 atau >0,05, sehingga data secara positif dapat dikategorikan normal.
Selain Tes Kolmogrov-Smirnov, grafik histogram dan grafik normal plot juga digunakan dalam menguji normalitas data. Berikut grafik histogram
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Dari kedua grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang
digunakan peneliti berdistribusi normal. Grafik histogram menunjukkan bahwa residual bergerak dengan skewness seperti lonceng, menandakan bahwa data berdistribusi nornal. Grafik normal plot menunjukkan bahwa data
uang dipakai peneliti berdistribusi di dekat garis diagonal yang ada pada grafik, menandakan bahwa data yang digunakan peneliti berdistribusi dengan
normal.
4.2.2 Uji Heterokedatisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat po;a penyebaran
titik pada grafik scatterplot. Jika titik berkumpul dalam satu pola tertentu maka terjadi indikasi heterokesdatisitas yang ditandai dengan titik yang
menyebar tanpa membentuk suatu pola pada grafik scatterplot. Berikut hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot:
[image:61.612.159.535.437.674.2]Grafik scatterplot di atas menunjukkan bahwa tidak ada indikasi
heterokedastisitas karena titik-titik yang terdapat pada grafik menyebar dan tidak membentuk suatu pola.
4.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel independen satu dengan lainnya. Jika variabel
memiliki hubungan linear, maka model regresi tidak dapat dilakukan. Untuk menguji adanya indikasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan VIF dari variabel yang digunakan. Berikut hasil uji
[image:62.612.172.470.390.542.2]multikolinearitas dari variabel yang digunakan peneliti:
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Ukuran Dewan Komisaris ,934 1,070
Proporsi Komisaris Independen ,876 1,141
Kepemilikan Institusional ,857 1,167
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada indikasi multikolinearitas.
Nilai tolerance >0,1 dan VIF <`0 menandakan bahwa tidak ada indikasi multikolinearitas. Variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki nilai tolerance sebesar 0,934 dan VIF sebesar 1,070; variabel Proporsi Komisaris independen
Kepemilikan Institusional memiliki nilai tolerance sebesar 0,857 dan VIF
sebesar 1,167. Setiap variabel memenuhi syarat nilai tolerance dan VIF, sehingga semua variabel indepenb tidak memiliki hubungan