LAMPIRAN
Lampiran 1 DAFTAR POPULASI DAN SAMPEL
No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel Sampel X1 X2 X3
1 Kabupaten Asahan, √ √ √ 1
2 Kabupaten Batubara, √ X X
3 Kabupaten Dairi, √ √ √ 2
4 Kabupaten Deli Serdang, √ √ √ 3
5 Kabupaten Humbang Hasundutan, √ X X
6 Kabupaten Karo, √ X X
7 Kabupaten Labuhanbatu, √ X √ 8 Kabupaten Labuhanbatu Selatan , √ X X 9 Kabupaten Labuhanbatu Utara √ √ X
10 Kabupaten Langkat, √ √ √ 4
11 Kabupaten Mandailing Natal, √ √ √ 5
12 Kabupaten Nias , √ X X
13 Kabupaten Nias Barat √ X √
14 Kabupaten Nias Selatan, √ X X
15 Kabupaten Nias Utara, √ √ X
16 Kabupaten Padang Lawas , √ X √ 17 Kabupaten Padang Lawas Utara, √ X X 18 Kabupaten Pakpak Bharat , √ √ X
19 Kabupaten Samosir, √ √ √ 6
20 Kabupaten Serdang Bedagai, √ X X
21 Kabupaten Simalungun, √ √ √ 7
22 Kabupaten Tapanuli Selatan, √ √ √ 8 23 Kabupaten Tapanuli Tengah, √ X X
24 Kabupaten Tapanuli Utara, √ X X 25 Kabupaten Toba Samosir, X X X
26 Kota Tebing tinggi √ X √
27 Kota Binjai √ X X
28 KotaGunungsitoli X X X
29 Kota Medan √ X X
30 Kota Padangsidempuan √ √ √ 9
31 Kota Pematangsiantar √ √ √ 10
32 Kota Sibolga √ √ √ 11
Lampiran 2 DATA VARIABEL PENELITIAN
Tahun
2010 Kabupaten/Kota
X1 X2 X3 Y
Pajak Daerah Retribusi Daerah Dana Alokasi Umum Pertumbuhan Ekonomi
1 Kab. Asahan 9.041 5713,077337 479299,307 4,97 2 Kab. Dairi 2961,801937 4757,725346 336864,702 5,02 3 Kab. Deli Serdang 79512,68812 26165,51887 793141,685 5,98 4 Kab. Langkat 16249,676 6099,050211 655701,4328 5,74 5 Kab. Mandailing Natal 3178,017632 3644,177884 398482,296 6,41 6 Kab. Samosir 3413,513003 4151,955347 280449,853 5,59 7 Kab. Simalungun 16096,6727 5097,423038 644610,865 5,12 8 Kab. Tapanuli Selatan 6444,908351 5345,86933 334737,772 5,56 9 Kota Padang Sidempuan 4872,734478 5296,025863 270129,118 5,81 10 Kota Pematang Siantar 11820,50772 7756,671719 313941,731 5,85 11 Kota Sibolga 2661,595151 7146,382487 227216,2416 6,04 12 Kota Tanjung Balai 5034,403083 10043,13242 241921,536 4,75
Tahun
2011 Kabupaten/Kota
X1 X2 X3 Y
Pajak Daerah Retribusi Daerah Dana Alokasi Umum Pertumbuhan Ekonomi
2012
Kabupaten/Kota
X1 X2 X3 Y
Pajak Daerah Retribusi Daerah
Dana Alokasi Umum
Pertumbuhan Ekonomi 1 Kab. Asahan 14875,31712 7123,431974 628974,98 5,57 2 Kab. Dairi 4797,797865 7554,580949 451176,116 5,44 3 Kab. Deli Serdang 208448,818 63739,18465 1100013,616 6,06 4 Kab. Langkat 34629,63689 7100,208435 847503,037 5,66 5 Kab. Mandailing Natal 4155,812612 6202,572014 541106,638 6,41 6 Kab. Samosir 3663,739163 7576,136047 331412,601 6,07 7 Kab. Simalungun 22685,50032 14351,30494 865405,855 6,06 8 Kab. Tapanuli Selatan 11209,18608 6557,772275 454322,254 5,74 9 Kota Padang Sidempuan 7606,69429 7217,324749 364923,284 6,23 10 Kota Pematang Siantar 19169,51426 20595,62979 429632,177 5,71 11 Kota Sibolga 3955,819293 13643,68759 292873,107 5,35 12 Kota Tanjung Balai 7371,873614 10926,95459 313729,707 4,98
2013
Kabupaten/Kota
X1 X2 X3 Y
Pajak Daerah Retribusi Daerah
Dana AlokasiUmum
Lampiran 3 OUTPUT SPSS
Descriptive
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance Pajak_Daerah 48 250590 2662 253252 25032.77 49859.526 2485972289.531 Retribusi_Daerah 48 60095 3644 63739 12158.66 11904.379 141714244.110 Dana_Alokasi_Umum 48 1033539 227216 1260755 516622.01 247517.130 61264729865.934 Pertumbuhan_Ekonomi 48 831 448 1279 579.15 114.831 13186.085 Valid N (listwise) 48
Uji Normalitas (2) : Grafik Normalitas PP Plot Sebelumnya Transformasi
Uji Kolmogrov-Smirnov Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 79.89751660
Most Extreme Differences
Absolute .091
Positive .069
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .629
Asymp. Sig. (2-tailed) .823
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 604.16
7
38.044 15.881 .000
Pajak_Daera h
.013 .021 1.339 4.715 .008 .136 7.331
Retribusi_Da erah
.016 .022 .660 2.598 .013 .171 5.858
Dana_Alokasi _Umum
4.814 .031 .704 2.669 .007 .457 2.186
a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Change Statistics Durbin-Watson
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .516 15.629 3 44 .000 1.471
a. Predictors: (Constant), Dana_Alokasi_Umum, Retribusi_Daerah, Pajak_Daerah b. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 604.167 38.044 15.881 .000
Pajak_Daerah .013 .021 1.339 4.715 .008
Retribusi_Daerah .016 .022 .660 2.598 .013
Dana_Alokasi_Umum 4.814 .031 .704 2.669 .007
a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 319716.161 3 106572.054 15.629 .003b
Residual 300029.818 44 6818.860
Total 619745.979 47
a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .718a .516 .483 82.576
a. Predictors: (Constant), Dana_Alokasi_Umum, Retribusi_Daerah, Pajak_Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen,
Cetakan Pertama USU Press, Medan.
_____, 2008. Metodologi Peneltian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen,Edisi kedua, Cetakan Pertama, USU Press, Medan.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Isa, Filzah Mar’i, 2010, Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
dan Belanja Modal terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara, Medan: Skripsi, Jurusan Akuntansi,
Universitas Sumatera Utara.
Mamesah, D.J., Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Marsyahrul, Tony, Pengantar Perpajakan, Edisi Pertama, Jakarta; Penerbit, Grasindo, 2005.
Mardiasmo.(2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Moh, Nazir. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Panggabean, Mutiara Sibarani, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Saragih, Reza Maulana, 2015, Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah
Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, Medan: Skripsi, Jurusan
Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
Sihite, Friska, 2009, Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara, Medan: Skripsi, Jurusan Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. CV Alfabeta: Bandung.
____________. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
____________. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.
Yani, 2008, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitan
Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. “Desain kausal berguna
untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk
menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.“Umar (2003
: 30).
Dalam pengaruh ini terdapat variabel independen variabel yang
mempengaruhi variabel bebas dan variabel dependen/ dipengaruhi variabel
terikat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh
Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Alokasi Umum sebagai variabel
independen terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Utara.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2007:72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah 33 Kabupaten dan
Kota di Sumatera Utara.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
terdapat 19 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang menjadi sample dalam
penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan
pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2007:78).
Adapun kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan
laporan realisasi APBDnya selama periode 2010-2013.
2. Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang menerbitkan laporan keuangan
daerah berturut-turut antara tahun 2010-2013 pada situs Departemen
Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id
3.3. Jenis Data dan Sumber Data
Peneliti hanya menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. “Data
sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau data oleh pihak lain”, (Umar, 2002 : 69).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pooled data yaitu kombinasi antara
data time series dengan data cross section. Data time series merupakan
sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang didapat dalam
beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam mingguan, bulanan atau
tahunan. Sedangkan “data cross section adalah sekumpulan data untuk meneliti
Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan realisasi APBD pada
Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara yang diambil dari
situs
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data
yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet yang
diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuang
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah variabel
independen dan variabel dependen.
3.5.1 Variabel Independen (bebas)
Yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain
(Umar, 2003 : 50). Yang termasuk variabel independen dalam penelitian ini
yaitu, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan belanja modal yang
diberi simbol X.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau PDRD adalah pungutan oleh
daerah yang merupakan salah satu hak daerah dalam menyelenggarakan
otonomi daerah. Hak-hak daerah tersebut sebagaimana dimaksud dalam
pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Retribusi Daerah atau Retribusi adalah pungutan daerah (otonom) sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
3.5.2 Variabel dependen (tidak bebas)
“Yaitu variabel yang tergantung atas variabel lain atau variabel
independen”, (Nazir, 2005 :124). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Utara.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel penelitian Variabel Variabel
Penelitian
Definisi Operasional
Pengukuran Skala
Dependen Tingkat Pertumbuha n Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya.
Realisasi Pengeluaran Belanja Modal
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Peneliti melakukan terlebih dahulu
uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
3.6.1. Uji Asumsi Klasik 3.6.1.1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 110), ”uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil”. Uji ini ditujukan untuk mendapatkan kepastian
terpenuhinya syarat normalitas yang akan menjamin dapat
dipertanggung jawabkannya langkah langkah analisis statistik sehingga
kesimpulan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
1. Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya
akan mengikuti garis diagonalnya.
Dasar pengambilan keputusan normal probability plot tersebut
adalah sebagai berikut:
a. jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b. jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan dengan uji statistik nonparametrik
Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan tentang
data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan
uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari :
a. nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi
b. nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi
data adalah normal.
Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan
menjadi bentuk yang normal dengan beberapa cara :
1. Transformasi data
Transformasi data dapat dilakukan dengan logaritma natural (ln),
log10, maupun akar kuadrat. Jika ada data yang bernilai negatif,
transformasi data dengan logaritma akan menghilangkannya sehingga
jumlah sampel (n) akan berkurang.
2. Trimming
Trimming adalah memangkas (membuang) observasi yang bersifat
outlier, yaitu yang nilainya lebih kecil dari µ-2σ atau lebih besar dari
µ+2σ. Metode ini juga mengecilkan jumlah sampelnya.
3. Winzorising
Winzorising mengubah nilai-nilai outliers menjadi nilai-nilai
minimum atau maksimum yang dizinkan supaya distribusinya menjadi
normal. Nilai-nilai observasi yang lebih kecil dari µ-2σ akan diubah
nilainya menjadi µ-2σ dan nilai-nilai yang lebih besar dari µ+2σ akan diubah nilainya menjadi µ+2σ.
3.6.1.2. Uji Heterokedasitas
Heterokedesitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatn yang lain tetap, maka disebut homokedesitas
dan jika berbeda disebut heterokedsitas. Model regresi yang baik dalah
yang tidak terjadi heterokedesitas. Suatu model dikatakan terdapat
gejala heterokedesitas jika koefisien parameter beta dari persamaan
regresi tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika parameter
beta tidak signifikan secara statisik, hal ini menunjukkan bahwa data
model empiris yang diestimasi tidak terdapat heterokedesitas
(Erlina,2007:108).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. “Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas”,
(Ghozali, 2005:105). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara
melihat grafik scatterplot antara variabel dependen yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya:
1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas,
2. jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 172), “untuk mengetahui
adanya masalah heteroskesdatisitas ini kita bisa menggunakan
korelasi jenjang Spearman, Park test, Goldfeld-Quandt test, BPG
tast, White test atau Glejser test.” Bila menggunakan korelasi
jenjang Spearman, maka kita harus menghitung nilai korelasi untuk
setiap variabel independen terhadap nilai residu, baru kemudian
dicari tingkat signifikansinya. Park dan Glejser test memiliki dasar
test yang sama yaitu meregresikan kembali nilai residu ke variabel
independen. Menurut Hadi (2006:174), salah satu cara untuk
mengurangi masalah heteroskesdatisitas adalah “menurunkan
besarnya rentang (range) data. Salah satu cara yang bisa dilakukan
untuk menurunkan rentang data adalah melakukan transformasi
(manipulasi) logaritma. Tindakan ini bisa dilakukan bila semua
data bertanda positif”.
3.6.1.3. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan tingkat kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2005:95). Uji ini
dilakukan pada penelitian yang menggunakan data time series. Oleh
karena data dalam penelitian ini merupakan gabungan antara data cross
section dan time series, maka harus dilakukan uji autokorelasi terlebih
Durbin-Watson (DW). Pedoman untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi menurut Ghozali (2005:96) adalah sebagai berikut:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Jika terjadi autokorelasi, maka dapat diatasi dengan cara:
a. melakukan transformasi data.
b. menambah data observasi.
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi
sebagai berikut :
�=�+�1�1 +�2�2 +�3�3 +�
Keterangan:
�= ��������ℎ���������
�= ���������
�= ����������������
�1 =����������ℎ
�2 =��������������ℎ
�3 =���������������
� =�����(�������������ℎ��)
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2005 : 84). Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen yaitu dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan
belanja modal terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi secara
parsial.
Bentuk pengujiannya adalah:
Ho : b1, = 0, artinya variable X secara parsial tidak berpengaruh terhadap
variable Y,
Ha : b1 ≠ 0, artinya variable X secara parsial berpengaruh terhadap
variable Y.
Kriteria pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005 : 85) adalah sebagai
berikut:
a. apabila nilai probabilitas t hitung < 5% dan t hitung > t tabel, maka
hipotesis Ha diterima (Ho ditolak),
b. apabila nilai probabilitas t hitung > 5% dan t hitung < t tabel, maka
hipotesis Ho diterima (Ha ditolak).
c. Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variable independen yang diteliti terhadap variasi naik
turunnya dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan
satu ( 0 ≤ ≤ 1). Hal ini berarti bila = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh
semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
dan bila semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Uji statistik “F” atau uji signifikansi simultan ; untuk melihat apakah
semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau dependen. Pengujian
hipotesis ketiga dianalisis dengan regresi berganda untuk melihat pengaruh
varibel pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengolahan kekayaan daerah
yang dipisahkan secara simultan terhadap belanja modal yang digambarkan
dengan persamaan :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +e
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Ekonomi
a = Konstanta
b1b2b3 = koefisien regresi variable X1, X2, X3
X1 = Pajak Daerah
X2 = Retribusi Daerah
X3 = Dana Alokasi Umum
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Penelitain ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
realisasi APBD pada Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera
Utara yang diambil dari situs
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang
menggunakan persamaan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi
berganda dilakukan dengan menggunakan Software SPSS versi 21.
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata, median, variance, serta standar deviasi data yang
digunakan dalam penelitian. Menurut sugiyono (2007:49) Dimana
komponen-komponen statistik deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai
rata-rata dari kelompok tersebut.
2. Median adalah suatu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas
nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang
terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai
yang terkecil.
3. Range dapat diketahui dengan jalan mengurangi data yang terbesar dengan
4. Standard deviation adalah simpangan baku. Semakin kecil nilainya, maka
data yang digunakan mengelompokkan di sekitar nilai rata-rata,
5. Variance adalah jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual
terhadap rata-rata kelompok
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pajak_Daerah 48 250590 2662 253252 25032.77 49859.526 2485972289.531
Retribusi_Daerah 48 60095 3644 63739 12158.66 11904.379 141714244.110
Dana_Alokasi_Um um
48 1033539 227216 1260755 516622.01 247517.130 61264729865.934
Pertumbuhan_Eko nomi
48 831 448 1279 579.15 114.831 13186.085
Valid N (listwise) 48
Sumber : Diolah dengan SPSS 2015
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan penggambaran tentang data yang
digunakan dalam penelitian ini :
1. N merupakan data yang valid yakni sebanyak 48 (12 dikali 4)
2. Pajak Daerah, memiliki nilai minimum 2662 dan nilai maksimum yaitu
253252, dengan nilai rata-rata yaitu 25032.77. Standard Deviation variabel
ini adalah 49859.526 dan variance 2485972289.531. Range yaitu senilai
250590 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum
dan nilai minimum.
3. Retribusi Daerah, memiliki nilai minimum 3644 dan nilai maksimum yaitu
63739, dengan nilai rata-rata yaitu 12158.66. Standard Deviation variabel
60095 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum
dan nilai minimum.
4. Dana Alokasi Umum, memiliki nilai minimum 227216 dan nilai
maksimum yaitu 1260755, dengan nilai rata-rata yaitu 516622.01.
Standard Deviation variabel ini adalah 247517.130 dan variance
61264729865.934. Range yaitu senilai 1033539 menunjukkan bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya
perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.
5. Pertumbuhan Ekonomi, memiliki nilai minimum 448 dan nilai maksimum
yaitu 1279, dengan nilai rata-rata yaitu 579.15. Standard Deviation
variabel ini adalah 114.831 dan variance 13186.085. Range yaitu senilai
831 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai
minimum.
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dapat dilakukan secara kasat mata yaitu dapat dilihat pada grafis histogram dan grafik PP Plots. Suatu data akan
berdistribusi normal jika grafik histogram menyerupai bel yang
Gambar 4.1
Uji Normalitas (1) : Histogram Sebelum Transformasi Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa residual data berdistribusi normal, hal ini
ditunjukan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak melenceng ke
Gambar 4.2
Uji Normalitas (2) : Grafik Normalitas PP Plot Sebelumnya Transformasi Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Pada Gambar 4.2 Normal P-P Plot terlihat titik-titik yang mengikuti data
disepanjang garis normal, hal ini berarti residual data berdistribusi normal.
Tabel 4.2
Uji Kolmogrov-Smirnov Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 79.89751660
Most Extreme Differences
Absolute .091
Positive .069
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .629
Asymp. Sig. (2-tailed) .823
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Asymp.sig (2-tailed) adalah 0,823 dan
nilai signifikan (0,05), karena nilai Asymp.sig (2-tailed) diatas 0,05 yaitu 0,823
hal ini berarti menunjukan bahwa residual data berdisribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Untuk melihat ada tidaknya gejala multikolinearitas, peneliti melihat
besaran korelasi antara variabel independen dan besarnya tingkat kolinearitas
yang masih dapat ditolerir yaitu : tolerance > 0,1 dan VIF (Variance Inflation
Factor) < 5. Uji multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF
menunjukkan hasil seperti pada tabel 4.3 berikut :
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 604.16
7
38.044 15.881 .000
Pajak_Daera h
.013 .021 1.339 4.715 .008 .136 7.331
Retribusi_Da erah
.016 .022 .660 2.598 .013 .171 5.858
Dana_Alokasi _Umum
4.814 .031 .704 2.669 .007 .457 2.186
a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya gejala
multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai tolerance dan
VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
nilai tolerance 0,136; retribusi daerah memiliki nilai tolerance 0,171; dana alokasi
umum memiliki nilai tolerance 0,457. Jika dilihat dari VIF, masing-masing
variabel independen lebih kecil dari 5 yaitu pajak daerah 7,331; retribusi daerah
memiliki VIF 5,858; dana alokasi umum memiliki VIF 2,186. Kesimpulan yang
diperoleh adalah tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel
independennya.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan
dasar dari analisis sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada akan membentuk pola tertentu
yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut ini :
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber : Diolah denegan SPSS 2015
Dari grafik scatterplot pada gambar 4.3 diatas terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y tidak
membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Titik-titik yang menyebar menjauh
dari titik-titik yang lain mengindikasikan bahwa adanya data observasi yang
sangat berbeda dengan data penelitian lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini sehingga model ini layak
untuk digunakan untuk melihat pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan
Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pemerintahan
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
[image:31.595.145.484.163.425.2]penganggu periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Adanya autokorelasi
dapat diuji dengan menggunakan Uji Durbin-Watson, dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada ditemukan autokorelasi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada ditemukan autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada ditemukan autokorelasi negative
[image:32.595.107.520.372.435.2]Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Change Statistics Durbin-Watson
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .516 15.629 3 44 .000 1.471
a. Predictors: (Constant), Dana_Alokasi_Umum, Retribusi_Daerah, Pajak_Daerah b. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
Sumber : Diolah dengan SPSS 2015
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, hasil uji autokorelasi maka dapat dibuat keputusan
dengan persamaan :
du < d < 4-du
1,471 < 1,720 < 2,529
Dari angka persamaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat adanya autokorelasi positif atau negatif.
4.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
dilakukan dengan menggunakan analisis uji parsial (t-test) dan uji simultan
(Ftest).
4.4.1 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
[image:33.595.112.492.306.449.2]mempengaruhi variabel dependen secara parsial.
Tabel 4.5 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 604.167 38.044 15.881 .000
Pajak_Daerah .013 .021 1.339 4.715 .008
Retribusi_Daerah .016 .022 .660 2.598 .013
Dana_Alokasi_Umum 4.814 .031 .704 2.669 .007
a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara
parsial,
Pajak Daerah (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
H1 : Pajak Daerah (X1) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
Nilai t hitung pajak daerah (X1) diperoleh sebesar 4,715 dan nilai signifikansi
sebesar 0,008. Data t tabel df = jumlah sampel – jumlah variabel yaitu 48-4 maka
df = 44 pada tingkat signifikansi 5%, maka nilai t tabel adalah 1,680. Nilai t
untuk uji t yang diperoleh 0,008 < dari tingkat signifikan alpha yang telah
ditetapkan 5% (0,05). Sehingga H1 diterima dengan pengertian bahwa Pajak
Daerah (X1) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Artinya jika Pajak
Daerah (X1) meningkat maka Pertumbuhan Ekonomi (Y) juga meningkat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihite, Friska (2009),
H2 : Retribusi Daerah (X2) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
Nilai t hitung Retribusi daerah (X2) diperoleh sebesar 2,598 dan nilai signifikansi
sebesar 0,013. Data t tabel df = jumlah sampel – jumlah variabel yaitu 48-4 maka
df = 44 pada tingkat signifikansi 5%, maka nilai t tabel adalah 1,680. Nilai t
hitung > nilai t tabel yang telah ditetapkan atau 2,598 > 1,680 dan nilai signifikan
untuk uji t yang diperoleh 0,013 < dari tingkat signifikan alpha yang telah
ditetapkan 5% (0,05). Sehingga H1 diterima dengan pengertian bahwa Retribusi
Daerah (X2) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Artinya jika
Retribusi Daerah (X2) meningkat maka Pertumbuhan Ekonomi (Y) juga
meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sihite, Friska (2009),
H3 : Dana Alokasi Umum (X3) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
Nilai t hitung Dana Alokasi Daerah (X3) diperoleh sebesar 2,669 dan nilai
signifikansi sebesar 0,007. Data t tabel df = jumlah sampel – jumlah variabel yaitu
Nilai t hitung > nilai t tabel yang telah ditetapkan atau 2,669 > 1,680 dan nilai
signifikan untuk uji t yang diperoleh 0,007 < dari tingkat signifikan alpha yang
telah ditetapkan 5% (0,05). Sehingga H1 diterima dengan pengertian bahwa Dana
Alokasi Daerah (X3) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Artinya
jika Dana Alokasi Daerah (X3) meningkat maka Pertumbuhan Ekonomi (Y) juga
meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sihite, Friska (2009).
Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Y = 604.167 + 0,013X1 + 0,016X2 + 4,814X3 + e Dimana :
X1 : Pajak Daerah
X2 : Retribusi Daerah
X3 : Dana Alokasi Daerah
α : Konstanta
e : Error (tingkat kesalahan)
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing
variabel menjelaskan bahwa :
1. Konstanta sebesar 604.167 menyatakan bahwa apabila tidak ada variabel bebas
maka nilai Pertumbuhan Ekonomi (Y) adalah sebesar 604.167,
2. Pajak Daerah (X1) memiliki arah hubungan yang positif sejauh 0,013 terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y). Dengan asumsi setiap kenaikan pada Pajak Daerah
(X1) sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada Pertumbuhan Ekonomi (Y)
akan menyebabkan pula penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebesar
0,013%.
3. Retribusi Daerah (X2) memiliki arah hubungan yang positif sejauh 0,016
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Dengan asumsi setiap kenaikan pada
Retribusi Daerah (X2) sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada
Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebesar 0,016%, dan sebaliknya penurunan pada
Retribusi Daerah (X2) sebesar 1% akan menyebabkan pula penurunan pada
Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebesar 0,016%.
4. Dana Alokasi Daerah (X3) memiliki arah hubungan yang positif sejauh 4,814
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Dengan asumsi setiap kenaikan pada Dana
Alokasi Daeraj (X3) sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pada
Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebesar 4,814%, dan sebaliknya penurunan pada
Retribusi Daerah (X3) sebesar 1% akan menyebabkan pula penurunan pada
Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebesar 4,814%.
4.4.2 Uji F
Uji F atau uji secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
bebas memiliki pengaruh secara bersama-sama atau pun simultan terhadap
[image:36.595.113.513.626.743.2]variabel terikat, apabila nilai signifikan yang diperoleh kurang dari 0,05.
Tabel 4.6 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 319716.161 3 106572.054 15.629 .003b
Residual 300029.818 44 6818.860
a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Ekonomi
b. Predictors: (Constant), Dana_Alokasi_Umum, Retribusi_Daerah, Pajak_Daerah
Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2) dan Dana Alokasi Umum (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
H4 : Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2) dan Dana Alokasi Umum (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
Uji F pada tabel anova diperoleh nilai Fhitung lebih besar dari pada Ftabel
15,629 > 2,80 dan nilai signifikan sebesar 0,003 yaitu lebih kecil dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2) dan
Dana Alokasi Umum (X3) berpengaruh secara bersama - sama terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Utara.
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk menunjukkan seberapa
besar presentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan variasi variabel depeden. Nilai koefisien determinasi ini
[image:37.595.154.475.588.688.2]terletak diantara nol dan satu.
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .718a .516 .483 82.576
a. Predictors: (Constant), Dana_Alokasi_Umum, Retribusi_Daerah, Pajak_Daerah
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terjadi korelasi atau hubungan yang signifikan
antara pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) dan dana alokasi umum (X3)
sebagai variabel independen dan pertumbuhan ekonomi (Y) sebagai variabel
dependen. Hal ini terlihat dari nilai R sebesar 0,718 atau 71,80%. Nilai Adjusted R
Squared diperoleh sebesar 0,516 yang berarti 51,60% variasi atau perubahan
dalam pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) dan dana alokasi umum (X3).
Sisanya sebesar 48,40 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian secara individual (parsial) diketahui bahwa variabel Pajak
Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini
didukung dari nilai Adjusted R square 0,516 yang mengindikasikan bahwa ketiga
variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 51,6%.
Sedangkan sisanya sebesar 48,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
Pengujian yang dilakukan secara simultan menunjukkan variabel Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi,. Pengaruh tersebut dapat dilihat jika
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Diketahui bahwa nilai F
hitung (15,629) lebih besar dari nilai F tabel (2,80) jadi dapat disimpulkan bahwa
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum secara bersama-sama
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Friska Sihite ini sejalan dengan
penelitian yang penulis lakukan. Pada penelitian ini, nampak jelas bahwa Dana
Alokasi Umum memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Pajak Daerah (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (Y). Hal ini dapat dilihat dari t-test, dimana nilai t hitung variabel
Pajak Daerah (X1) diperoleh sebesar 4,715 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,008 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah
ditetapkan.
2. Retribusi Daerah (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini dapat dilihat dari t-test, dimana nilai t
hitung variabel Retribusi Daerah (X2) diperoleh sebesar 2,598 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,013 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi
alpha yang telah ditetapkan.
3. Dana Alokasi Umum (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini dapat dilihat dari t-test, dimana nilai t
hitung variabel Dana Alokasi Umum (X3) diperoleh sebesar 2,669 dan
nilai signifikansinya sebesar 0,007 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi alpha yang telah ditetapkan.
4. Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2) dan Dana Alokasi Umum (X3)
berpengaruh secara simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat
dilihat dari nilai F sebesar 15,629 dan nilai signifikan sebesar 0,003 yaitu
Retribusi Daerah (X2) dan Dana Alokasi Umum (X3) berpengaruh secara
bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pemerintahan
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Adapun beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh penulis yaitu :
1. Penelitian yang diamati hanya menggunakan 4 tahun yaitu periode 2010 –
2013 untuk melihat pengaruh Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2)
dan Dana Alokasi Umum (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
2. laporan realisasi APBD pada Pemerintahan Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Utara yang diambil dari situs
dan yang telah memenuhi kriteria yang di tetapkan sehingga sampel
berjumlah 48 .
3. Variabel yang digunakan hanya variabel Pajak Daerah (X1), Retribusi
Daerah (X2) dan Dana Alokasi Umum (X3). Sementara masih banyak lagi
variabel yang dapat digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y).
5.3 Saran
Dengan segala keterbatasan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
beberapa saran yang diajukan adalah
1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan agar lebih memperbanyak jumlah
Ekonomi, misalnya seperti Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah,
Belanja Modal dan lain lain agar penelitian dapat lebih digeneralisasi.
2. Periode penelitian ini hanya terbatas pada 4 tahun saja yaitu 2010 – 2013,
maka untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode penelitian
lebih dari 4 tahun. Misalnya periode lima tahun, enam tahun dan
seterusnya.
3. Sampel pada penelitian ini terbatas pada laporan realisasi APBD pada
Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Sehingga
untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel perusahan yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pajak Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau PDRD adalah pungutan oleh
daerah yang merupakan salah satu hak daerah dalam menyelenggarakan
otonomi daerah. Hak-hak daerah tersebut sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) ialah “pajak daerah adalah pajak yang di
kelolah oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun
pemerintah daerah TK.II) dan hasil di pergunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”. Menurut Mardiasmo,
(2002:5), “pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di
paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
gunakan untuk membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah”.
Hasil PDRD merupakan sebagian sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Selain dari PDRD, sumber PAD adalah hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. PDRD ditetapkan
dengan Undang-Undang, terbaru dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang telah
ditetapkan Undang-Undang.
Pelaksanaan Undang-Undang PDRD di daerah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah (Perda). Penetapan rancangan Perda yang berkaitan dengan
PDRD dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri Keuangan, dalam hal
ini Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Ditjen Perimbangan
Keuangan.
2.1.1.1 Ciri-ciri Pajak Daerah
1. Dipungut oleh Pemda, berdasarkan kekuatan peraturan
perundang-undangan.
2. Dipungut apabila ada suatu keadaan, peristiwa dan perbuatan yang
menurut peraturan perundang-undangan dapat dikenakan pajak
daerah.
3. Dapat dipaksakan, yakni apabila wajib pajak tidak memenuhi
kewajiban pembayaran pajak daerah, yang bersangkutan dapat
dikenakan sanksi (pidana dan denda).
4. Tidak terdapat hubungan langsung antara pembayaran pajak daerah
dengan imbalan/balas jasa secara perseorangan.
5. Hasil penerimaan pajak daerah disetor ke kas daerah.
2.1.1.2 Jenis Pajak Daerah
Pajak daerah terdiri atas pajak provinsi dan pajak
yang telah ditentukan, sebagaimana tersebut di bawah. Pajak daerah
dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau
disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi
tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak daerah yang dapat dipungut
merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk
daerah kabupaten/kota.
a. Pajak Provinsi
Jenis pajak provinsi terdiri atas:
1. Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
4. Pajak Air Permukaan.
5. Pajak Rokok.
b. Pajak Kabupaten/Kota
Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas:
1. Pajak Hotel.
2. Pajak Restoran.
3. Pajak Hiburan.
4. Pajak Reklame.
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
7. Pajak Parkir.
8. Pajak Air Tanah.
9. Pajak Sarang Burung Walet.
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2.1.2 Retribusi Daerah
Retribusi Daerah atau Retribusi adalah pungutan daerah (otonom)
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Ciri-ciri:
1. Dipungut oleh pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan peraturan
perundang-undangan.
2. Dapat dipungut apabila ada jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dan dinikmati oleh orang atau badan.
3. Pihak yang membayar retribusi daerah mendapatkan imbalan/balas jasa
secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.
4. Wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran retribusi
daerah dapat dikenakan sanksi ekonomis, yaitu jika tidak membayar
retribusi daerah tidak memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh
5. Hasil penerimaan retribusi daerah disetor ke kas daerah.
Objek dan Golongan Retribusi
Objek Retribusi adalah:
1. Jasa Umum.
2. Jasa Usaha dan
3. Perizinan Tertentu.
Dengan demikian, retribusi digolongkan menjadi:
1. Retribusi Jasa Umum.
2. Retribusi Jasa Usaha dan
3. Retribusi Perizinan Tertentu.
2.1.2.1 Jenis-jenis Retribusi 1. Retribusi Jasa Umum
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan
atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
Badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6. Retribusi Pelayanan Pasar
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan dan
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Jenis Retribusi di atas dapat tidak dipungut apabila potensi
penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk
memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma.
2. Retribusi Jasa Usaha
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
1. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau
2. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3. Retribusi Tempat Pelelangan
4. Retribusi Terminal
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7. Retribusi Rumah Potong Hewan
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10. Retribusi Penyeberangan di Air dan
11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan
tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek dan
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
2.1.3 Dana Alokasi Umum (DAU)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, Dana Alokasi Umum,
selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar-daerah unuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Menurut Erlina dkk (2008), “Dana Alokasi Umum adalah
sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom
(provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana
pembangunan”.
Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan
APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk
proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.Transfer merupakan
konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan keuangan dan ekonomi daerah.
Selain itu, tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan keuangan
horizontal antar daerah, mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah,
mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah, dan untuk
menciptakan stabilisasi aktifitas perekonomian di daerah. Transfer atau grants
grant dan non-matching grant. Kedua grants tersebut digunakan oleh
Pemerintah Daerah untuk memenuhi belanja rutin dan belanja pembangunan.
Belanja rutin adalah belanja yang sifatnya terus menerus untuk setiap
tahun fiskal dan umumnya tidak menghasilkan wujud fisik (contoh: belanja
gaji dan honorarium pegawai), sementara belanja pembangunan umumnya
menghasilkan wujud fisik, seperti jalan, jalan bebas hambatan (highway),
jembatan, gedung, pengadaan jaringan listrik dan air minum, dan sebagainya.
Belanja pembangunan non-fisik diantaranya mencakup pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan pemeliharaan keamanan masyarakat. Yani (2008),
mengungkapkan bahwa “Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber
dari APBN yang dilakoasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan untuk provinsi,
kabupaten/kota”.
Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi daerah Dana Aloksi Umum suatu daerah ditentukan atas besar
kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah yang merupakan selisih antara
kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity).
Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menegaskan
kembali mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel (Dana
Alokasi Umum). Alokasi Dana Alokasi Umum bagi daerah yang potensi
yang relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun
kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi (DAU) relatif besar.
Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi (DAU) sebagai faktor
pemerataan kapasitas fiskal. Panggabean dkk 2001, “berpendapat bahwa
sistem hubungan keuangan pusat adalah bagian dari sistem fiskal”. Sebagai
sebuah instrumen, sistem hubungan keuangan pusat daerah berfungsi sebagai
alat untuk memberikan kepada pemerintah daerah sebagian dari penerimaan
pajak nasional. Hal itu dilakukan dengan cara transfer dari anggaran
pemerintah pusat ke anggaran pemerintah daerah. Dana Alokasi Umum
dengan demikian merupakan bagian dari mekanisme redistribusi yang
karenanya prinsip keadilan harus merupakan komponen terpenting dalam
tujuan alokasi.
Prinsip dasar alokasi Dana Alokasi Umum terdiri dari:
1. Kecukupan (Adequacy)
2. Netral dan efisien (Neutrality and efficiency)
3. Akuntabilitas (Accountability)
4. Relevansi (Relevancy)
5. Keadilan (Equity)
6. Objektivitas dan transparansi ( Objectivity and transparency)
2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika
adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi bagi
penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan
oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,
kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Dari definisi di atas berarti terdapat tiga komponen pokok dalam
pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :
1. Kenaikan output secara berkesinambungan merupakan perwujudan dari
pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai
jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi di suatu
negara.
2. Perkembangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi bagi
berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.
3. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam
teknologi baru, perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan,
sikap, dan ideologi. Inovasi dalam bidang teknologi harus dibarengi
dengan inovasi dalam bidang sosial.
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang
dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau dari
sudut ekonomi, perkembangan ekonomi menimbukan dua efek penting, yaitu
kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan penciptaan
2.1.4.1 Faktor- Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Mengapa suatu perekonomian dapat berkembang dengan cepat,
tetapi terkadang tidak mengalami perkembangan? Begitu juga dengan
pertumbuhan ekonomi suatu negara, adakalanya bergerak dengan cepat,
namun terkadang bergerak dengan lambat. Hal ini dikarenakan ada
faktor-faktor yang memengaruhinya. Berikut ini faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
1. Barang Modal
Barang-barang modal adalah berbagai jenis barang yang digunakan
untuk memproduksi output (barang dan jasa). Misalnya: mesin-mesin
pabrik, peralatan pertukangan, dan sebagainya.
2. Teknologi
Selain barang-barang modal, teknologi juga berpengaruh dalam
pertumbuhan ekonomi. Kemajuan ekonomi diberbagai negara terutama
ditimbulkan oleh kemajuan teknologi.
3. Tenaga Kerja
Hingga saat ini, khususnya di negara yang sedang berkembang,
tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang dominan.
Penduduk yang banyak akan memperbesar jumlah tenaga kerja.
Penambahan tenaga kerja ini memungkinkan suatu negara itu
menambah jumlah produksi. Dengan demikian akan berpengaruh pada
4. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam,
seperti tanah, iklim, hasil hutan, hasil tambang, dan lain-lain yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam usahanya mencapai kemakmuran.
Sumber daya alam akan dapat mempermudah usaha untuk membangun
perekonomian suatu negara.
5. Manajemen
Perekonomian dalam suatu negara akan berkembang pesat apabila
dikelola dengan baik. Sistem pengelolaan inilah yang dinamakan
manajemen. Seperti halnya bangsa Indonesia, memiliki potensi sumber
daya alam yang beragam dan melimpah serta jumlah penduduk yang
besar, apabila potensi yang ada dikelola dengan baik maka dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.
6. Kewirausahaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah seseorang yang mampu
dan berani untuk mengambil risiko dalam melakukan suatu usaha guna
memperoleh keuntungan. Peranan wirausahawan dalam memajukan
perekonomian telah terbukti dari masa ke masa. Wirausahawan dalam
melakukan investasi akan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan
output nasional, dan meningkatkan penerimaan negara berupa pajak.
7. Informasi
Salah satu syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumber
seimbang. Informasi sangat menunjang pertumbuhan ekonomi karena
pelaku-pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang akurat dan cepat.
[image:56.595.109.511.267.754.2]2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu NO
Nama dan Tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel yang
digunakan Hasil Penelitian 1 Sihite,
Friska (2009)
Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara -PAD -DAU -DAK -Belanja Modal -Pertumbuhan Ekonomi
1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismi Rizki Fitriyanti dan Suryo Pratolo.,
2. Dana Alokasi Umum berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi, 2 (2015) Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara -Belanja Modal -Pendapatan Asli Daerah -Dana Alokasi Umum -Pertumbuhan Ekonomi
1. Secara simultan Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) berpengaruh signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.
Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. di Sumatera Utara. 3 Isa,
Filzah Mar’i (2010) Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara -Dana Alokasi Umum -Dana Alokasi Khusus -Belanja Modal -Pertumbuhan Ekonomi
1. Secara parsial diambil kesimpulan bahwa Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan
Belanja Modal mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
2. Angka R square atau koefisien determinasi adalah 0,117. Hal ini berarti 11,7% variasi atau
perubahan dalam Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh variasi atau perubahan dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan
Belanja Modal, sedangkan sisanya sebesar 88,3 % dijelaskan
oleh sebab-sebab lain.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka Konseptual adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan dua
variabel bebas yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta suatu variabel
terikat yaitu Belanja Daerah. Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari
H4
H1
H2
[image:58.595.80.564.115.371.2]H3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 41) “Hipotesis adalah proporsi
yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”.
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah
yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan
tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Pajak Daerah berpengaruh terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
Pajak Daerah
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Retribusi Daerah
H2 : Retribusi Daerah berpengaruh terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
H3 : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
H4 : Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak
1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber penerimaan
yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
merupakan landasan yang mengatur tentang otonomi daerah. Di Indonesia,
otonomi daerah sebenarnya mulai bergulir sejak keluarnya UU No.1 Tahun 1945,
kemudian UU No.2 Tahun 1984 dan UU No.5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah. Semuanya berupaya menciptakan pemerintahan yang
cenderung ke arah disentralisasi. Namun pelaksanaannya mengalami pasang surut,
sampai masa reformasi bergulir. Pada masa ini keluarlah UU No.22 Tahun 1999
tentang pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat. Sejak itu, penerapan
otonomi daerah berjalan cepat.
Paling tidak ada dua faktor yang berperan kuat dalam mendorong lahirnya
kebijakan otonomi daerah berupa UU No. 22/1999. Pertama, faktor internal yang
didorong oleh berbagai protes atas kebijakan politik sentralisme di masa lalu.
Kedua, adalah faktor eksternal yang dipengaruhi oleh dorongan internasional
tinggi sebagai akibat korupsi dan rantai birokrasi yang panjang. Selama lima
tahun pelaksanaan UU No. 22 tahun 1999, otonomi daerah telah menjadi
kebutuhan politik yang penting untuk memajukan kehidupan demokrasi. Bukan
hanya kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sangat heterogen dari segi
perkembangan politiknya, namun juga otonomi sudah menjadi alas bagi
tumbuhnya dinamika politik yang diharapkan akan mendorong lahirnya prakarsa
dan keadilan.
Prinsip otonomi daerah adalah pemerintahan daerah diberi wewenang untuk
mengelola daerahnya sendiri. Hanya saja ada beberapa bidang yang tetap
ditangani pemerintah pusat, yaitu agama, peradilan, pertahanan, dan keamanan,
moneter/fiscal, politik luar negeri dan dalam negeri serta sejumlah kewenangan
bidang lain (meliputi perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara dan
lembaga perekonomian Negara, pembinaan sumber daya manusia, pendayagunaan
sumber daya alam serta teknologi tinggi yang