• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH PADA PERUSAHAAN MODAL VENTURA (Studi pada PT Sarana Lampung Ventura)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH PADA PERUSAHAAN MODAL VENTURA (Studi pada PT Sarana Lampung Ventura)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH PADA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

(Studi pada PT Sarana Lampung Ventura) Oleh

DODY PRAYOGA

Untuk menjalankan suatu perusahaan diperlukan modal. Sumber modal itu sendiri dapat berasal dari modal milik perusahaan sendiri atau modal pihak ketiga, yang secara formal disebut lembaga keuangan. Lembaga keuangan di Indonesia terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Salah satu lembaga keuangan non bank yang ada di indonesia adalah Perusahaan Modal Ventura. Sebagai salah satu lembaga keuanagan non bank Perusahaan modal ventura wajib untuk membuat sebuah kebijakan mengenai penerimaan nasabah yang di kenal dengan Prinsip Mengenal Nasabah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank. Kewajiban penerapan prinsip mengenal nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank merupakan sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi tindak kejahatan keuangan.

Penelitian ini menganalisis mengenai pelaksanaan penerapan Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank yang dilakukan oleh PT Sarana Lampung Ventura, Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif-empiris, dengan tipe deskriptif. Pendekatan masalahnya adalah pendekatan secara normatif terapan (applied law research) yang bersumber dari data primer dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

(2)

Keuangan Non Bank. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kebijakan yang berkenaan dengan penerapan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan transaksi nasabah. Berkaitan dengan tidak terpenuhinya ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank, berdasarkan ketentuan Pasal 36 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank, PT Sarana Lampung Ventura dapat dikenakan sanksi admisnistratif secara bertahap berupa peringatan, pembatasan/ pembekuan kegiatan usaha hingga pencabutan izin usaha. Oleh sebab itu, diharapkan pada PT Sarana Lampung Ventura dalam Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah mematuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank, hal ini demi kebaikan serta kelancaran usaha yang dijalankan PT Sarana Lampung Ventura selaku LKNB, serta sebagai upaya mendukung dan membantu pemerintah dalam pemberantasan tindak kejahatan keuangan.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjalankan suatu perusahaan diperlukan modal. Sumber modal itu sendiri

dapat berasal dari modal milik perusahaan sendiri atau modal pihak ketiga, yang

secara formal disebut lembaga keuangan. Lembaga keuangan di Indonesia terdiri

dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Dari kedua bentuk

lembaga keuangan tersebut ternyata bank merupakan alternatif utama bagi

pihak-pihak yang mencari modal bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya,

salah satu faktor penyebabnya adalah lembaga keuangan lain selain bank belum

dikenal secara baik oleh masyarakat dunia usaha.

Ada beberapa bentuk lembaga keuangan non bank yang ada di indonesia, antara

lain penggadaian, asuransi, dana pensiun dan perusahaan pembiayaan. Perusahaan

pembiayaan menjadi alternatif sumber permodalan diluar bank karna tidak

mensyaratkan jaminan atas modal yang diberikan. Salah satu perusahaan

pembiayaan yang ada adalah Perusahaan Modal Ventura untuk selajutnya

disingkat PMV. Dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009

tentang Lembaga Pembiayaan, Modal Ventura adalah Badan usaha yang

melakukan usaha pembiayaan/ penyertaan kedalam suatu perusahaan yang

(4)

dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui obligasi konversi, dan/atau

pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Modal Ventura sebagai

salah satu sumber pembiayaan usaha belum populer dikalangan pengusaha.

Padahal, selain dari penyediaan modal adanya dampingan manajemen dari PMV

kepada Perusahaan Pasangan Usaha untuk selanjutnya disingkat PPU, selain itu

adanya sistem pengembalian (repayment) yang cukup fleksible memberikan nilai tambah yang lain dari lembaga ini.

Modal ventura adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung

resiko (risk capital ). Penyertaan modal oleh PMV kepada PPU dikatakan mempunyai high risk (resiko tinggi), karna merupakan investasi tanpa jaminan (collateral). Resiko yang dihadapi PMV terhadap modal yang disertakan kepada PPU dapat berupa kerugian yang diderita PPU akibat tidak berkembangnya usaha

yang yang dijalankan oleh PPU yang berakibat kerugian pula bagi PMV. Resiko

juga datang dari PPU yang beritikad tidak baik terhadap PMV. Hal tersebut berarti

dari sejak awal PMV harus telah mempersiapkan langkah-langkah guna

mengamankan penyertaan modalnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu prosedur

penerimaan Calon Perusahaan Pasangan Usaha untuk selanjutnya disingkat

CPPU, untuk mengetahui identitas serta latar belakang CPPU yang mengajukan

permohonan penyertaan modal sehingga terhindar dari kerugian akibat itikad tidak

baik CPPU.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi itikad tidak baik dari calon nasabah dalam

(5)

Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank bahwa Prinsip

Mengenal Nasabah untuk selanjutnya disingkat PMN adalah prinsip yang

diterapkan LKNB untuk mengetahui latar belakang, dan identitas nasabah,

memantau rekening dan transaksi nasabah, serta melaporkan transakasi keuangan

mencurigakan dan transakasi keuangan yang dilakukan secara tunai, termasuk

transaksi keuangan yang terkait dengan pendanaan kegiatan teroris.

Pelaksanaan PMN merupakan hal yang relatif baru untuk industri jasa keuangan

di Indonesia. Sebagai konsekuensinya tentu di dalam pelaksanaannya akan

terdapat berbagai tanggapan baik yang bersifat pro maupun yang kontra. Ada

kekhawatiran penerapan PMN ini akan berdampak kepada nasabah dan volume

bisnis pada industri jasa keuangan yang bersangkutan. Padahal, bila dipahami

lebih jauh, PMN menguntungkan, baik bagi pihak perusahaan maupun bagi pihak

nasabah sendiri. Transaksi-transaksi yang dikelola perusahaan yang menerapkan

prinsip tersebut dapat dipastikan merupakan transaksi yang bersih yang berimbas

kepercayaan nasabah terhadap perusahaan itu makin meningkat. Perusahaan

tersebut juga dapat menjadi perantara yang baik bila nasabahnya bertransaksi

dengan nasabah perusahaan lain. Penerapan PMN bukan hanya untuk memenuhi

kepentingan perusahaan dan nasabah, tapi lebih jauh lagi penerapan prinsip

tersebut merupakan kepentingan yang bersifat nasional.

Mengingat pentingnya PMN sebagai upaya perlindungan Lembaga Keuangan

terhadap berbagai kejahatan keuangan maka Menteri Keuangan mengeluarkan

aturan yang tertuang dalam keputusan Menteri Keuangan No. 45 Tahun 2003

(6)

Non-Bank, kemudian direvisi dalam Peraturan Menteri Keuangan No.74 Tahun 2006

Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non

Bank, dan kembali direvisi dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun

2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan

Non-Bank. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut maka PMV sebagai salah

satu bentuk dari Lembaga Keuangan Non Bank untuk selanjutnya disingkat

LKNB, khususnya Lembaga Pembiayaan wajib untuk mengetahui latar belakang

serta mengenal nasabahnya.

Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank

kewajiban pokok dari lembaga keuangan Non Bank dalam Prinsip Mengenal

Nasabah terdiri dari 4 (empat) hal, yakni :

1. Menetapkan kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah;

2. Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah;

3. Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan rekening dan pelaksanaan

transaksi nasabah;

4. Menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen resiko yang berkaitan dengan

penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

Implementasi dari Peraturan Menteri Keuangan di atas telah disusun sebuah

pedoman yang disebut Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah. Pedoman ini dikeluarkan berdasarkan Keputusan

DJLK No. Kep-2833/LK/2003 tanggal 12 Mei 2003, yang dapat dipergunakan

(7)

termasuk Modal Ventura sebagai acuan standar minimum yang wajib dipenuhi

oleh PMV dalam menyusun Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal

Nasabah. Pedoman ini memperinci hal-hal penting mengenai kebijakan umum,

prosedur penerimaan dan identifikasi (procedures for customer acceptance ami identification), pemantauan dan laporan (monitoring and reporting) dan pelatihan pegawai (employee training).

PT Sarana Lampung Ventura untuk selanjutnya disingkat PT SLV adalah suatu

PMV yang berkedudukan di Bandar Lampung. PT SLV tersebut saat ini adalah

satu-satunya PMV di Lampung, yang telah memperoleh izin Menteri Keuangan

No. 227/KMK/017/1995 tanggal 24 Mei 1995. Sebagai salah satu LKNB yang

menjalankan kegiatan usahanya dalam bidang pembiayaan modal ventura.

Sebagai salah satu LKNB, maka PT SLV wajib untuk menerapkan PMN dalam

penerimaan PPU.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini akan mengkaji Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah oleh PT SLV berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

(8)

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada

PT. Sarana Lampung Ventura.

Adapun pokok bahasan dalam penelitian ini adalah :

1. Syarat dan prosedur menjadi PPU pada PT Sarana Lampung Ventura?

2. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Pada PT Sarana Lampung Ventura?

3. Akibat hukum penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Perusahaan Modal

ventura ?

Dengan demikian yang menjadi lingkup bidang ilmu yang digunakan dalam

penelitian ini adalah hukum keperdataan (ekonomi), khususnya mengenai

Lembaga Pembiayaan. Fokus kajian dari lingkup permasalahan dan pembahasan

di atas adalah mengenai implementasi Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun

2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan

Non Bank yaitu PT SLV sebagai salah satu Perusahaah Pembiayaan Modal

Ventura.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pokok bahasan di atas maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis mengenai

(9)

2. Memperoleh gambaran secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis tentang

pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada PT Sarana Lampung

Ventura.

3. Memperoleh gambaran secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis akibat hukum

penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada PT Sarana Lampung Ventura.

D. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan dari penelitian yang diuraikan, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kegunaan, yaitu:

1. Kegunaan secara teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang

ilmu hukum, yaitu Hukum Lembaga Pembiayan.

2. Kegunaan secara praktis

a. Sumber bacaan, referensi, dan khususnya informasi bagi pihak yang terkait

terhadap masalah Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga Keuangan

Non-bank.

b. Sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar sarjana pada

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Pembiayaan

1. Pengertian Lembaga Pembiayaan

Menurut SK Menkeu No. 1251 / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan

Merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung

dari masyarakat.

Selain itu, berdasarkan Pasal 1 Keppres No.61 Tahun 1988 Tentang lembaga

adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan kegiatan yang

termasuk dalam bidang usaha Lembaga.

2. Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

a. Dasar hukum substantive

Perjanjian diantara para pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Antara

perusahaan financial sebagai kreditur dengan konsumen sebagai debitur. Menurut

Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata “suatu perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai UU bagi yang membuatnya.

b. Dasar hukum administrasi

(11)

(2) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/kmk.013/1988 tentang Ketentuan Dan

dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

(3) Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006.

3. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaaan

Menurut Pasal 2 PP No. 9 tahun 2009, jenis-jenis lembaga pembiayaan adalah:

a. Perusahaan pembiayaan

b. Perusahaan modal ventura

c. Perusahaan pembiayaan infrastruktur

Pembagian lembaga pembiayaan ini berdasarkan lingkup bidang usaha

pembiayaan. Bidang usaha modal ventura menjadi kegiatan terpisah dari

perusahaan pembiayaan karena kegiatan tersebut sangat terkait dengan kegiatan di

bidang pasar modal sehingga pengaturan dan pembinaan kegiatan perusahaan

perdagangan surat berharga atau perusahaan efek tersebut dialihkan kepada

Bapepam sebagai otoritas pasar modal (Dahlan Siamat, 2004: 282).

Pembiayaan yang dilakukan perusahaan pembiayaan bersifat jangka panjang dan

disalurkan kepada masyarakat. Perusahaan pembiayaan didirikan khusus untuk

membantu masyarakat kecil menengah yang memerlukan bantuan dana dan

barang modal guna meningkatkan usahanya yang berimbas pada perekonomian

(12)

Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan, disebutkan bahwa bidang usaha yang dijalankan oleh

perusahaan pembiayaan sebagai lembaga pembiayaan meliputi :

a. Sewa Guna Usaha (leasing) b. Modal Ventura (Venture Capital)

c. Perdagangan Surat Berharga (Securities Trade) d. Anjak Piutang (Factoring)

e. Usaha Kartu Kredit (Credit Card)

f. Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance)

a. Sewa Guna Usaha.

Sewa Guna Usaha (Leasing) merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi

(Finance lease) maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.

Kegiatan Sewa Guna Usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang modal

bagi Penyewa Guna Usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli

barang tersebut. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara

membeli barang Penyewa Guna Usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali.

Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha (Leasing) masih berlaku, hak milik atas barang modal objek transaksi Sewa Guna Usaha berada pada Perusahaan

(13)

Beberapa pihak yang terkait dengan transaksi Leasing :

(1) Lessor adalah pihak yang memberikan jasa pembiayaan.

(2) Lessee adalah pihak yang memperoleh pembiayaan.

(3) Supplier adalah pihak yang menyediakan barang.

(4) Bank adalah pihak yang tidak terlibat langsung namun memiliki peran penting.

b. Modal Ventura

Merupakan badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan

untuk jangka waktu tertentu (Keppres No. 61/1988).

Pembiayaan yang dapat diberikan perusahaan modal ventura dapat dilakukan

dalam beberapa cara yaitu :

(1) Penyertaan Modal Langsung

(2) Bersama-sama mendirikan suatu perusahaan

(3) Penyertaan Modal PMV (Perusahaan Modal Ventura) dalam pengambilan

sejumlah portofolio saham PPU (Perusahaan Pasangan Usaha)

(4) Semi Equity Financing

(5) Pembiayaan Bagi Hasil

Pembiayaan modal ventura disamping berorientasi untuk memperoleh keuntungan

yang tinggi, dengan resiko yang tinggi pula, juga bertujuan antara lain :

(1). Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu perusahaan baru;

(2). Membantu membiayai perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana

(14)

(3). Membantu perusahaan baik pada tahap pengembangan suatu produk maupun

pada tahap mengalami kemunduran;

(4). Membantu terwujudnya suatu gagasan menjadi produk jadi yang siap

dipasarkan.

c. Perdagangan Surat Berharga

Pengertian surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan

sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah

uang. Tetapi pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang,

melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang

didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan

sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat itu.

Surat berharga itu mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :

1. Sebagai alat pembayar (alat tukar uang)

2. Sebagai alat untuk memudahkan hak tagih (diperjualbelikan secara mudah dan

sederhana).

3. Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi).

d. Anjak Piutang (Factoring)

Merupakan badan usaha uang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka

(15)

Dalam keputusan Menteri Keuangan 172/KMK.06/2002 dijelaskan bahwa

kegiatan usaha anjak piutang dilakukan dalam bentuk :

(1) Pembelian atau penagihan;

(2) Pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan

dalam atau luar negeri.

e. Kartu Kredit (Credit Card)

Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Kegiatan usaha kartu

kredit dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan

oleh pemegangnya untuk pembelian barang dan/atau jasa.

Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha kartu kredit, sepanjang

berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia.

Kegiatan usaha di atas dapat dilakukan oleh :

(1) Bank

(2) Lembaga Keuangan Bukan Bank

(3) Perusahaan Pembiayaan

f. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 1251/KMK.013/1988

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan cq. Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan

(16)

Finance) yang adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan

kebutuhan konsumen, dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh

konsumen.

Berdasarkan definisi pembiayaan konsumen sebagaimana tersebut di atas, maka dapat

dijelaskan mengenai hal-hal yang menjadi dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen,

yaitu :

a. Pembiayaan konsumen adalah merupakan salah satu alternative pembiayaan yang

dapat diberikan kepada konsumen.

b. Obyek pembiayaan dari usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang

kebutuhan konsumen, biasanya kendaraan bermotor, barang-barang kebutuhan

rumah tangga , komputer, barang-barang elektronika, dan lain-lain.

c. Sistim pembayaran angsuran dilakukan secara berkala, biasanya dilakukan

pembayaran setiap bulan dan di tagih langsung kepada konsumen.

d. Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan

seperti financial lease (sewa guna usaha dengan hak opsi).

B.Modal Ventura

1. Pengertian Modal Ventura

Istilah “Modal Ventura” merupakan terjemahan dari terminologi bahasa inggris

yaitu Venture Capital. Modal ventura adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung resiko (risk capital). Dikatakan mengandung resiko karena investasi tidak disertai dengan jaminan (colateral). Ada beberapa definisi yang selama ini diberikan kepada intitusi hukum Modal Ventura, sesuai dengan

(17)

Dalam Dictionary of Business Terms, disebutkan bahwa Modal Ventura adalah sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu perusahaan yang

melibatkan resiko investasi tetapi juga menyimpan potensi keuntungan diatas

keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena itu, Modal Ventura

disebut sebagai risk capital. (Jack P. Freidman. 1987:613). Sebenarnya diberikan istilah risk capital untuk Modal Ventura dimaksudkan sebagai lawan dari security capital.

Neil Cross, mantan chaiman dari Europan Venture Capital Association memberi pengertian kepada Modal ventura sebagai suatu pembiayaan yang mengandung

resiko, biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi equity, terhadap perusahaan-perusahaan yang mempunyai potensi berkembang yang tinggi. Dan, PMV

menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk advis manajamen dan

memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi perusahaan yang

bersangkutan. Resiko yang relatif tinggi ini akan dikompensasikan dengan

kemungkinan return yang tinggi pula, yang biasanya didapatkan melalui capital gain yang bersifat medium term (Chris Bovaird, 1991:3).

The Bank of England Quarterly Bulletin (1994) memberikan pengertian kepada Modal Ventura sebagai suatu aktivitas dengan mana pihak investor mendukung

(18)

Clinton Richardson mendifinisikan Modal Ventura sebagai sejumlah dana yang

diinvestasikan kedalam PPU yang cukup berisiko tinggi bagi investor. PPU

tersebut biasanya dalam kondisi tidak memungkinkan mendapat kredit bank, dan

PMV biasanya mengharapkan return yang tinggi, sehingga ia memerlukan PPU yang benar-benar mempunyai prospek yang bagus. PMV biasanya memberikan

juga bantuan manajemen untuk memberikan nilai tambah terhadap investasinya

(Usahawan, Oktober 1991:21).

Dalam bukunya Venture Capital Today, Tony Lorenz menyatakan bahwa dalam artinya yang luas, Modal Ventura tidak lain dari bentuk investasi jangka panjang,

dimana tujuan utama dan sebagai kompensasi atas risiko yang tinggi atas

investasinya adalah perolehan keuntungan, bukan pendapatan deviden ataupun

bunga (Usahawan, Oktober 1991:21)

Ada juga yang memberikan pengertian kepada Modal Ventura sebagai suatu “dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang bias dialihkan menjadi

saham. Sumber dana tersebut adalah PMV yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut”. (Handowo Dipo 1995:10).

Selanjutnya Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

dalam pasal 1 Ayat (3) memberiakan definisi Modal Ventura yaitu : Badan usaha

yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan

yang menerima bantuan pembiayaan (investee company) untuk jangka waktu

tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi

(19)

Berdasarkan berbagai definisi tersebut diatas, Munir Fuady (1997) memberikan

karakteristik dari Modal Ventura antara lain sebagai berikut :

a. Pemberian bantuan finansial dalam bentuk Modal Ventura ini tidak hanya

menginvestasi modalnya saja, tetapi juga ikut terlibat dalam manajemen

perusahaan yang dibantunya.

b. Investasi yang dilakukannya tidaklah bersifat permanen, tetapi hanyalah

bersifat sementara, untuk kemudian sampai masanya dilakukan Divestasi.

c. Motif dari Modal Ventura yang murni tetap motif bisnis, yakni untuk

mendapatkan keuntungan yang relatif tinggi, walaupun dengan risiko yang

tinggi pula.

d. Investasi dengan bentuk Modal Ventura yang dilakukan dalam PPU bukanlah

investasi jangka pendek. Tetapi merupakan investasi jangka menengah atau

jangka panjang. Dan biasanya winners will take longer to realise than losers e. Investasi tersebut bukan bersifat pembiayaan dalam bentuk pinjaman, tetapi

dalam bentuk partisipasi equity, atau setidak-tidaknya loan yang dapat

dialihkan ke equity (convertible). Karena itu return yang diharapkan oleh PMV bukanlah bunga atas modal yang ditanam, melainkan deviden dan capital gain.

Karena itu, returnnya bersifat slow yielding dan tidak teratur.

f. Pada prinsipnya, Modal Ventura merupakan investasi tanpa jaminan collateral,

karena itu dibutuhkan kehati-hatian dan kesabaran.

g. Prototype dari pembiayaan dengan Modal Ventura adalah pembiayaan yang ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi menyimpan

potensi besar untuk berkembang. Biasanya terhadap perusahaan yang

(20)

mengandung terobosan-terobosan, yang tentunya dengan resiko yang sangat

tinggi. Karena itu, angka kegagalan lewat Modal Ventura juga relative tinggi.

Biasanya kegagalan bisa mencapai 20%.

h. Biasanya, investasi Modal Ventura dilakukan terhadap perusahaan yang tidak

mempunyai akses untuk mendapatkan kredit perbankan, misalnya perusahaan

tidak mempunyai track record yang pantastis atau tidak mempunyai collateral yang baik.

Usaha Modal Ventura merupakan pembiayaan berisiko tinggi karena tidak

didukung oleh jaminan (collateral). Berbeda dengan usaha Bank yang menyediakan pembiayaan dalam dalam bentuk pinjaman atau kredit, usaha modal

ventura menyediakan pembiayaan dengan cara berikut ini :

a. Penyertaan modal langsung kedalam PPU yang dibiayai (investee company). b. Pembelian saham PPU yang dibiayai.

c. Obligasi konversi (convertible bond) yang meiliki hak obsi untuk ditukarkan dengan saham biasa perusahaan yang dibiayai.

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati (2004:186) menyatakan

bentuk-bentuk penyertaan modal yang dapat digolongkan sebagai usaha modal ventura

adalah sebagai berikut :

a. Suatu perusahaan membeli saham perusahaan lain yang baru dikeluarakan

karena karena pengembangan usahanya, adalah modal ventura.

b. Dana perusahaan yang diinvestasikan kedalam suatu perusahaan baru yang

(21)

c. Investasi bank pada usaha kecil agar dapat berkembang, adalah bentuk modal

ventura.

d. Beberapa orang yang secara bersama-sama menempatkan sejumlah dana dalam

suatu bidang usaha untuk mengembangkannya, adalah bentuk modal ventura.

2. Pihak-Pihak dalam Modal Ventura

a. Pihak Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company)

Pihak perusahaan modal ventura merupakan pihak yang memberikan bantuan

dana kepada perusahaan yang membutuhkan dana Keppres No. 61 Tahun 1988

Tentang Lembaga Pembiayaan pada Pasal 1 Ayat (11), menyatakan definisi perusahaan ventura yaitu sebagai “badan usaha yang melakukan usaha

pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang

menerima bantuan pembiayaan (investeecompany) untuk jangka waktu tertentu.

Definisi yang sama diulang kembali oleh Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/

KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan yaitu Pasal 1 huruf h. Berdasarkan Pasal 9 Keputusan Menteri

Keuangan No. 1251/ KMK.0131988, maka perusahaan modal ventura haruslah

berbentuk perseroan terbatas atau koperasi. PMV tidak hanya bertindak sebagai

investor pasif saja, tetapi dalam praktek bisnis modal ventura, pihak inilah yang

mengatur jalannya perusahaan yang dibiayainya, memegang saham, menduduki

(22)

b. Pihak Perusahaan Pasangan Usaha (Inverstee Company)

PPU disebut juga sebagai investee merupakan perusahaan yang membutuhkan bantuan dana untuk mengembangkan produknya. Menurut Pasal 1 huruf i

Keputusan Meteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 PPU adalah perusahaan

yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari perusahaan

modal ventura. Berdasarkan pasal tersebut, tidak diisyaratkan bahwa PPU harus

berbentuk perseroan terbatas atau badan hukum.

c. Pihak Penyandang Dana

Bila terdapat pihak penyandang dana dalam suatu bisnis modal ventura maka

PMV berkedudukan hanya sebagai fund manajement, di samping berkedudukan pula sebagai investee management. Pasal 4 (1) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 menyatakan bahwa kegiatan modal ventura dilakukan

dalam bentuk penyertaan modal dalam suatu perusahaan pasangan usaha untuk

hal-hal seperti :

(1) Pengembangan suatu penemuan baru.

(2) Pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya mengalami suatu

kesulitan dana.

(3) Membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan.

(4) Membantu perusahaan yang berada pada tahap kemunduran.

(5) Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa

(6) Pengembangan berbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi baik

(23)

Tidak setiap perusahaan dapat memperoleh penyertaan modal dari suatu PMV,

melainkan perusahaan pasangan usaha yang memenuhi kriteria (Munir Fuady,

1999:154).

(1) Perusahaan pasangan usaha yang memiliki pangsa pasar dari prospek yang

baik.

(2) Pemilik perusahaan menguasai bidang usahanya.

(3) Memiliki return on investment yang baik.

(4) Bidang usahanya memiliki kekhususan sehingga tidak mudah dimasuki oleh

pendatang baru.

Ditentukan dalam Pasal 4 Ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/

KMK.013/1988 bahwa penyertaan modal dalam setiap perusahaan pasangan

usaha bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu sepuluh tahun.

3. Mekanisme Pembiayaan Modal Ventura

Pada prinsipnya mekanisme modal ventura merupakan suatu proses yang

menggambarkan arus investasi yang dimulai dari masuknya pemodal dengan

membentuk suatu pool of funds, yaitu kumpulan dana yang berasal dari investor, dikelola secara profesional untuk diinvestasikan kepada PPU dan terakhir adalah

proses penarikan kembali penyertaan tersebut.

Di Indonesia pada umumnya mekanisme modal ventura dapat dilakukan oleh tiga

unsur, yaitu :

a. Pemilik modal, yang menginginkan keuntungan yang tinggi dari modal yang

(24)

b. Profesional, yaitu mempunyai keahlian dalam mengelola investasi dan mencari

jenis investasi potensial;

c. Perusahaan yang membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya, atau

PPU.

Sementara itu, mekanisme modal ventura di beberapa negara dibedakan dalam

dua bentuk, yaitu :

a. Membentuk modal ventura yang langsung dikelola oleh manajemen PMV

disebut dengan modal ventura konvensional atau single tier approach; dan b. Membentuk modal ventura yang kemudian pengelolaannya diserahkan kepada

perusahaan manajemen investasi yang memiliki keahlian di bidang modal

ventura disebut two tier approach.

C. Nasabah dan Prinsip Mengenal Nasabah

1. Nasabah

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank, Nasabah adalah

pihak yang menggunakan jasa LKNB, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. pemegang polis dan /atau tertanggung pada perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa;

b. klien pada perusahaan pialang asuransi;

c. peserta dan/ pihak yang berhak atas manfaat pensiun pada Dana Pensiun;

d. klien atau penjual piutang pada kegiatan anjak piutang;

e. konsumen pada kegiatan pembiayaan konsumen;

(25)

g. pemegang kartu kredit pada usaha kartu kredit;

h. perusahaan pasangan usaha pada kegiatan modal ventura;dan

i. debitur pada perusahaan pembiayaan infrastruktur.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jadi yang dimaksud dengan Nasabah pada PMV

adalah PPU yang telah mendapat penyertaan modal dari PMV Tersebut. Nasabah

pada PMV harus berupa perusahaan, baik perusahaan berbadan hukum maupun

perusahaan bukan badan hukum.

Kegiatan modal ventura dilakukan dalam bentuk penyeertaan modal kedalam

suatu PPU untuk :

(a)pengembangan suatu penemuan baru;

(b)pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya mengalami

kesulitan dana;

(c)membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan;

(d)membantu perusahaan yang berada pada tahap kemunduran;

(e)pengembangan proyek penelitian dan rekayasa;

(f)pengembangan berbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi, baik

dari dalam maupun luar negeri;

(g)membantu pengalihan pemilikan perusahaan.

2. Prinsip Mengenal Nasabah

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank bahwa prinsip

mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan LKNB untuk mengetahui latar

(26)

melaporkan transakasi keuangan mencurigakan dan transakasi keuangan yang

dilakukan secara tunai, termasuk transaksi keuangan yang terkait dengan

Pendanaan kegiatan teroris.

PMN merupakan prinsip yang diterapkan oleh PMV untuk mengetahui latar

belakang dan identitas CPPU yang mengajukan permohonan penyertaan modal

pada PMV.

Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30 Tahun 2010 Tentang

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank, dalam

penerapan PMN pada kegiatan usahanya PMV wajib untuk :

a. menetapkan kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah;

b. menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah;

c. menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan Rekening dan pelaksanaan

transaksi nasabah; dan

d. menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan

penerapan PMN

Selanjutnya dalam Pasal 4 angka (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun

2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non

Bank, dalam rangka pelaksanaan PMN, PMV berkewajiban untuk :

a. membentuk unit kerja khusus atau menugaskan anggota direksi atau pengurus

atau pejabat setingkat di bawah direksi atau pengurus yang bertanggung jawab

menangani penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

b. menetapkan kebijakan dan prosedur tertulis tentang penerimaan Nasabah,

(27)

transaksi Nasabah, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah, yang dituangkan dalam pedoman pelaksanaan

penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

c. menyampaikan pedoman pelaksanaan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

sebagaimana dimaksud pada huruf b kepada Menteri Keuangan c.q. Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

d. menyampaikan setiap perubahan atas pedoman pelaksanaan penerapan Prinsip

Mengenal Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf b kepada Menteri

Keuangan c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(28)

E. Kerangka Pikir

Penjelasan:

PMN pada PMV mengacu pada peraturan Perundang-undangan yang berlaku

yaitu Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip

Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non-Bank. Peraturan Menteri

Keuangan tersebut merupakan Peraturan yang mewajibkan PMV sebagai lembaga

keuangan non bank untuk mengetahaui identitas dan profil calon nasabahnya

sebelum melakukan perjanjian penyertaan modal dengan PPU sebagai

nasabahnya. Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non-Bank mengatur tentang Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non-Bank

Prinsip Mengenal Nasabah pada PT SLV

Akibat hukum pelaksanaan PMN pada

(29)

kewajiban pelaksanaan PMN pada PT SLV, serta mengatur tentang syarat dan

prosedur pelaksanaan PMN pada PMV sebagai lembaga keuangan non bank.

Berdasarkan Undang- Undang tersebut disusun sebuah panduan pelaksanaan

prinsip mengenal nasbah pada PMV yang menjadi standar minimum pelaksanaan

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif-empiris/applied normative law. Adapun yang dimaksud dengan penelitian normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif

(kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat memaparkan

dan bertujuan untuk memperoleh gambaran secara lengkap, jelas, rinci dan

sistematis hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai karya ilmiah.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah pada PMV, yang meliputi pelaksanaan Prinsip

Mengenal Nasabah pada PT SLV dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah pada PT SLV

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

(31)

setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dimasyarakat. Pemberlakuan atau

implementasi yang dimaksud adalah bagaimana penerapan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

Bagi Lembaga Keuangan Non Bank dengan melihat dokumen hukum penerapan

prinsip mengenal nasabah pada PT SLV.

D. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber, yaitu melalui

wawancara dengan pihak PT SLV

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari bahan-bahan

pustaka yang berupa peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur lainnya

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Data sekunder terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu ;

a. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer yang bersumber dari literatur-literatur dan

(32)

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti

surat kabar, kamus hukum dan lain-lain.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan

wawancara.

1. Studi pustaka yaitu dengan mencari dan mengumpulkan bahan-bahan teoritis

dengan cara mempelajari dan mengutip bahan-bahan pustaka yang

berhubungan dengan objek penelitian, antara lain Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi

Lembaga Keuangan Non Bank.

2. Wawancara dilakukan langsung dengan pihak-pihak terkait antara lain, dengan

staff legal office dan staff marketing PT SLV

F. Metode Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, maka data tersebut dapat diolah melalui

tahap-tahap sebagai berikut:

1. seleksi data, yaitu memeriksa data secara selektif untuk mengetahui kesesuaian

data yang dibutuhkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

2. klasifikasi data, yaitu menempatkan data-data dengan kelompok atau aturan

yang ditetapkan dalam pokok bahasan sehingga diperoleh data yang

(33)

3. sistematika data, yaitu menyusun data sesuai dengan tata urutan yang telah

ditetapkan sesuai dengan konsep.

G. Analisis Data

Setelah data diolah dan disusun maka penulis melakukan analisis data secara

kualitatif, artinya dengan cara menyajikan dan menguraikan data dalam bentuk

kalimat secara rinci dan sistematis. Kemudian dilakukan interpretasi data dengan

menguraikan data yang telah tersusun sehingga memperoleh gambaran yang jelas

mengenai permasalahan yang dibahas serta memudahkan melakukan pembahasan

(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Untuk menjadi PPU pada PT SLV harus memenuhi syarat dan prosedur yang

telah ditentukan PT SLV. Syarat yang diberikan PT SLV yang harus di

penuhi antara lain: Fotocopy KTP suami/istri, fotocopy Kartu Keluarga dan

buku nikah, foto Suami Istri ukuran 3x4, fotocopy BPKB/Sertifikat dan PBB

terakhir, fotocopy izin usaha/surat keterangan usaha dari lurah/desa, serta

persyaran lain ditentukan kemudian. Persyaratan administrasi yang telah

masuk ke PT SLV tidak dapat ditarik kembali. Selain syarat-syarat tersebut,

cppu harus memiliki jaminan yang diberikan kepada PT SLV yang nilainya

sesuai dengan jumlah dana yang diajukan dalam penyertaan modal.

2. Prosedur yang dilalui untuk menjadi PPU pada PT SLV adalah sebagai

berikut:

1) Permohonan dan pengajuan proposal

2) Evaluasi awal

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi awal adalah sebagai

(35)

a. Diskusi dengan pemilik dan pengelola untuk memperjelas tujuan dan

rencana perusahaan yang berkaitan dengan pembiayaan yang akan

diberikan PT SLV, membahas permasalahan-permasalahan yang ada dan

yang mungkin timbul, kebutuhan yang sebenarnya diperlukan oleh CPPU,

prospek bisnis dan lain-lain.

b. Pada tahap ini PT SLV menanyakan tentang jaminan yang akan diberikan

oleh CPPU apabila dalam perjanjian tersebut terjadi masalah yang akan

dilakukan oleh PPU.

c. Mempelajari lebih dalam proposal dan data-data yang diajukan CPPU.

3) Survei Lapangan

Nasabah, kebijakan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada PT SLV

masih belum memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No. 30

Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga

Keuangan Non Bank, dimana disebutkan dalam pasal 3 Peraturan Menteri

(36)

Bagi Lembaga Keuangan Non Bank, kewajiban yang harus diterapkan PMV

sebagai LKNB dalam Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, yaitu:

a. Menetapkan kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah

b. Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah

c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan rekining dan pelaksanaan

transaksi nasabah

d. Menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen resiko yang berkaitan

dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

Namun dalam prakteknya tidak semua ketentuan yang diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal

Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank dilaksanakan PT SLV.

B. Saran

1. Pada hakekatnya ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010

Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non

Bank wajib untuk diterapakan oleh PMV sebagai salah satu LKNB, untuk itu

pengawasan terhadap LKNB dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan

No. 30 Tahun 2010 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi

Lembaga Keuangan Non Bank. Untuk itu, pengawasan secara berkala dan

pemberian sanksi pada pelanggaran terhadap ketentuan tersebut harus

benar-benar dilakukan agar semua LKNB menjalankan PMN sesuai dengan

(37)

2. Diharapkan pada PT SLV dalam Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

mematuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No. 30 Tahun 2010

Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non

Bank, hal ini demi kebaikan serta kelancaran usaha yang dijalankan PT SLV

selaku LKNB, serta sebagai upaya mendukung dan membantu pemerintah

(38)

PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH PADA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

(Studi pada PT Sarana Lampung Ventura) (Skripsi)

Oleh

Dody Prayoga

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(39)

PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH PADA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

(Studi pada PT Sarana Lampung Ventura)

Oleh Dody Prayoga

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Perdata Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(40)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Lembaga Pembiayaan 8

2. Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 8

3. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaaan 9

B. Modal Ventura 14

1. Pengertian Modal Ventura 14

2. Pihak-Pihak dalam Modal Ventura 19

3. Mekanisme Pembiayaan Modal Ventura 21

(41)

1. Nasabah 23

2. Prinsip Mengenal Nasabah 23

D. Kerangka Pikir 26

E. Metode Pengumpulan Data 30

F. Metode Pengolahan Data 30

G. Analisis Data 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT. Sarana Lampung Ventura 32 1. Syarat menjadi PPU pada PT. Srana Lampung Ventura 35 2. Prosedur menjadi PPU pada PT. Sarana Lampung Ventura 43 B. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada PT. SLV 38

a. Kebijakan dan Prosedur penerimaan nasabah 39 b. Kebijakan dan Prosedur dalam mengidentifikasi nasabah 40 c. Kebijakan dan Prosedur pemantauan rekening dan pelaksanaan

transaksi nasabah 41

d. Kebijakan dan Prosedur manajemen resikoyang berkaitan dengan

Prinsip Mengenal Nasabah 42

C. Akibat Hukum Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada

(42)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bovarird, Chris. 1991. Ventura Capital Finance. Great Britair.

Dahlan Siamat. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka

Dipo, Handowo. 1995. Sukses Memperoleh Dana Usaha Dengan Tinjauan

Khusus Modal Ventura. Jakarta : Penerbit Grafiti

Friedman, Jack P. 1987. Dictionary OF Business Terms, Barron’s Education

Series Inc. USA.

Fuady, Munir. 1999. Hukum Tentang Lembaga Pembiayaan Dalam Teori dan

Praktek. Bandung : Penerbit Citra Aditya Bakti

Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Muhammad, Abdulkadir. 1980. Hukum Perjanjian. Terjemahan. Bandung : Alumni

---.1999. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti

---.2001. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti

(43)

Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Soeryatin. 1980. Hukum Dagang I dan II. Jakarta : Persada Paramita

Suhardjono.2003.Manajemen perkreditan usaha kecil dan menengah.

Yogyakarta.UPP AMP YKPN.

Usahawan, 1991. Nomor 17/IV 17 Februari 1991

Wiroso.2009. Produk Perbankan Syariah. Jakarta : LP FE Usakti.

B. Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentangLembaga Pembiayaan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

keputusan DJLK Nomor. Kep-2833/LK/2003 tanggal 12 Mei 2003

C. Penunjang

(44)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rilda Murniati, S.H., M.Hum. ...

Sekretaris/Anggota : Siti Nurhasanah, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Ratna Syamsiar, S.H., M.Hum. ...

2. Pj. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriyandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003

(45)

Judul Skripsi : PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH PADA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

(Studi pada PT. Sarana Lampung Ventura)

Nama Mahasiswa : DODY PRAYOGA

No. Pokok Mahasiswa : 0512011019

Bagian : Hukum Perdata Ekonomi

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Rilda Murniati, S.H., M.Hum. Siti Nurhasanah, S.H., M.H. NIP. 19700251994032002 NIP. 19702011998022001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Candimas, Kotabumi, Lampung Utara pada

tanggal 05 Januari 1987, merupakan anak kedua dari pasangan

Bapak Ujang Suherman dan ibu Hikmah. Pendidikan formal yang

pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 10 Candimas yang

diselesaikan pada tahun 1999; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kemala

Bhayangkari 1 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2002; Sekolah Menengah

Umum Negeri 2 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2005.

Melalui jalur PKAB pada tahun 2005, penulis diterima dan terdaftar sebagai

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis mengikuti Praktek Kerja

Lapangan Hukum (PKLH) pada tahun 2008 di Bali dan melakukan study banding

pada PT. Angkasapura, Fakultas Hukum Universitas Udayana dan Pemerintah

(47)

MOTTO

Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri.

( Benyamin Franklin )

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah

sekitar anda dengan penuh kesadaran. (James Thurber)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

(48)

Ku persembahkan skripsi ini untuk :

Ibu dan Bapakku tercinta yang telah memberikan kasih sayang penuh keikhlasan dalam mendidik, membimbing, memberikan dorongan dan nasehat

yang sangat berharga serta tidak pernah lelah untuk selalu mendo’akan guna keberhasilanku, dan juga untuk kakakku, adik-adikku, kekasihku serta

(49)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, dan atas izin

Nyalah penulis diberika kekuatan, kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ”Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada

Perusahaan Modal Ventura (study pada PT. Sarana Lampung Ventura)” merupakan

salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum

khususnya Bagian Hukum Keperdataan pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini ingin di sampaikan pula ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya pada:

1. Bapak Dr.Heriandy S.H.,M.H. Sebagai Pj. Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung .

2. Prof. Dr. I Gede A.B. Wiranata S.H.,M.H. Ketua bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Rilda Murniati S.H.,M.Hum. Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, Petunjuk pengarahan serta saran yang bermanfaat dalam tulisan

(50)

4. Ibu Siti Nurhasanah S.H.,M.H. Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, dan Petunjuk-Petunjuk Teknis Dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ratna Syamsiar S.H.,M.Hum. Pembahas I atas segala masukan, kritik dan

saran serta perbaikan-perbaikan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dita Febrianto S.H.,M.H. Pembahas II Yang telah memberikan segala

masukan Kritik dan saran selama penulisan skripsi ini.

7. Ibu Rosidah S.H.,M.H. Pembimbing akademik yang telah banyak membantu

penulis selama masa kuliah .

8. Dosen-dosen Fakultas Hukum yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama penulis kuliah.

9. Seluruh karyawan Fakultas hukum uiversitas lampung.

10.Pimpinan PT Sarana Lampung Ventura.

11.Ibuku Hikmah dan Bapakku Ujang Suherman, kakakku Anton Eka Saputra, adik-adikku yang tersayang W. Yudha pranata dan Ari Hermawan atas segala do’a dan

kasih sayang, bantuan yang diberikan dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12.Dwi.KZ, seorang yang selalu ikhlas dan sabar dalam mendukung,memberikan

semangat, pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan memberikan motivasi

(51)

13.Teman-teman satu angkatan 2005 yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang

telah memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Almamater tercintaku.

15.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis panjatkan do’a kehadirat Allah S.W.T agar segala yang telah

Penulis sajikan Dalam skripsi ini Dapat bermanfaat dan semoga budi baik semua

pihak yang telah penulis terima hingga selesainya skripsi ini mendapat imbalan

berupa limpahan atas rahmat-Nya.

Bandar Lampung, 16 Februari 2012

Penulis,

Referensi

Dokumen terkait

Dalam praktik mengajar mandiri, praktik tidak didampingi oleh guru pembimbing. Jadi dalam hal ini praktikan harus mampu untuk mengelola kelas, menguasai materi dan

Dengan kompresi adiabatik kerja yang diperlukan untuk kompresi akan lebih besar, tetapi akan diperoleh kenaikan tekanan yang lebih tinggi. Proses kompresi di dalam

Analisisdatamenggunakan korelasi product moment Penelitian dilakukan di SMKN I Sragen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa SMKN 1 Sragen kelas X dan XI

"Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Escherichia coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan". Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

(1) Ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan sebelum diberhentikan tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam terhadap pemikiran hermeneutika al- Qur’an Farid Esack.. Penelitian ini merupakan penelitian tokoh yang berbasis

To give information for the English teacher, especially in the eighth grade of SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto, that draw label caption (DLC) strategy is more effective

lnteraksi tidak berpengaruh nyata (Pz0.05) terhadap lernak abdomen, tetapi proses fermentasi sangat nyata (P<0.01) mernbuat lemak abdomen yang lebih rendah daripada