• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat peraga rem angin Arif I8608042

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Alat peraga rem angin Arif I8608042"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ALAT PERAGA REM ANGIN

PROYEK AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)

Program Studi DIII Teknik Mesin

Disusun oleh:

ARIF I8608042

GILANG NGALA HUDA I8608045

HADI MUNARKO I8608047

MAYZARA SUTARNO PUTRA I8608048

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN OTOMOTIF

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

vi

ABSTRAK

GILANG NGALA HUDA, 2011, ALAT PERAGA REM ANGIN, Program Studi Diploma III Teknik Mesin Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari proyek akhir ini adalah Membuat Alat Peraga Rem Angin agar dapat digunakan untuk praktikum dan menerapkan metode yang tepat sehingga dapat menghasilkan suatu alat yang baik dengan biaya yang murah. Pelaksanaan proyek akhir ini dimulai dengan mempelajari konsep rem angin, mencari informasi tentang komponen-komponen serta harga dari komponen-komponen tersebut, membuat rancangan Alat Peraga Rem Angin, menghitung semua komponen agar didapat hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal. Proses selanjutnya adalah pembuatan alat peraga yang meliputi pengelasan, pengeboran, dan yang terakhir adalah finishing yang terdiri dari pengecatan, perakitan komponen, dan uji coba mesin. Pemilihan bahan yang digunakan sebagai rangka adalah besi profil L dengan ukuran 50 x 50 x 5 mm.

Hasil yang diperoleh dari pembuatan Alat Peraga Rem Angin ini adalah sebuah alat dengan menggunakan motor listrik untuk memutar kompresor dan poros roda. Alat ini memiliki daya motor listrik sebesar ½ hp, daya kompresor ¼ hp dan tekanan udara dapat diatur sampai 100 psi.

(3)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DFTAR TABEL ... xv

DFTAR NOTASI ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan dan Manfaat Proyek Akhir ... 2

(4)

commit to user

x

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

2.1 Sejarah Rem Angin ... 4

2.1.1 Keuntungan Dari Rem Angin ... 5

2.1.2 Komponen-Komponen Dasar Sistem Rem Angin ... 8

2.1.3 Desain Dan Fungsi ... 12

2.2 Elemen - Elemen Yang Terkait Dalam Perencanaan ... 16

2.2.1 Puli ... 16

2.2.2 Kompresor ... 16

2.2.3 Sabuk ... 19

2.2.4 Sproket ... 23

2.2.5 Poros ... 23

2.2.6 Bantalan ... 25

2.2.7 Rangka ... 27

2.2.8 Pengelasan ... 29

2.2.9 Mur dan Baut ... 35

2.2.10 Pelapisan ... 36

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ... 37

3.1 Prinsip Kerja ... 37

3.2 Perhitungan Putaran Poros Roda ... 39

3.3 Perhitungan Puli ... 39

3.4 Perhitungan Daya Motor Listrik dan Kompresor ... 40

3.5 Perhitungan Sabuk V ... 42

(5)

commit to user

xi

3.7 Perhitungan Bantalan ... 55

3.8 Perhitungan Rangka ... 57

3.9 Perhitungan Baut ... 72

3.10 Perhitungan Las ... 76

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN ANALISA BIAYA ... 79

4.1 Persiapan Pembuatan Alat Peraga Rem Angin ... 79

4.2 Proses Pembuatan Alat Peraga Rem Angin ... 80

4.3 Pembuatan Rangka Utama ... 81

4.4 Pembuatan Dudukan Motor Listrik ... 82

4.5 Pembuatan Dudukan Kompresor ... 83

4.6 Pembuatan Dudukan Resrvoir ... 84

4.7 Pembuatan Dudukan Foot Valve ... 85

4.8 Pembuatan Dudukan Brake chamber ... 86

4.9 Proses Finishing dan Pengecatan ... 87

4.10 Proses perangkain dan pemasangan komponen ... 88

4.11 Analisa Biaya ... 89

BAB V PENUTUP ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 91

Daftar pustaka

(6)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rem merupakan salah satu bagian dari kendaraan yang mempunyai peran yang sangat penting untuk kenyamanan dan keselamatan pengendara. Rem berfungsi mengurangi kecepatan atau menghentikan kendaraan melalui gesekan antara sepatu rem dengan tromol dengan mekanisme tertentu, salah satunya dengan udara bertekanan untuk menggerakan mekanisme rem.

Rem udara adalah rem yang pengoperasianya menggunakan udara bertekanan untuk menjalankan sistem pengereman. Sistem rem udara ini hanya perlu menekan satu tombol atau pedal untuk membuka katup-katup agar udara bertekanan mengalir pada sistem rem ini, sehingga hanya perlu menggunakan energi sekecil mungkin untuk dapat melakukan pengereman dengan daya yang besar dengan bantuan udara bertekanan.

Rem udara merupakan awal mula dari bentuk aplikasi rem otomatis dimana sebagai kontrol mekanisme kerja pada rem tersebut adalah pengaturan pada katup-katup yang dioperasikan untuk mengatur aliran udara bertekanan yang dibutuhkan dalam sistem pengereman. Rem angin juga banyak memiliki keuntungan dibandingkan dengan rem hidrolik. Keuntungan dari rem angin diantaranya adalah merupakan media kerja yang mudah didapat dan diangkut, dapat disimpan dengan mudah, bersih, kering, tidak peka terhadap suhu, aman terhadap kebakaran dan ledakan.

(7)

commit to user 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti uraian di atas maka dapat diambil rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:

a. Bagaimana fungsi masing-masing komponen pada rem udara. b. Bagaimana mekanisme prinsip kerja rem udara.

c. Bagaimana analisis perhitungan alat peraga yang dirangkai. d. Bagaimana perkiraan perhitungan biaya.

e. Bagaimana pembuatan alat peraga rem angin. f. Bagaimana pengujian kinerja alat peraga. 1.3Batasan Masalah

Agar tidak berkembang terlalu luas, maka penyusun membatasi pembahasan masalah proyek akhir ini pada perhitungan komponen-komponen alat peraga yang meliputi: perhitungan putaran motor/daya motor, daya kompresor, kekuatan rangka, kekuatan poros, kestabilan rangka dan kekuatan sambungan las. 1.4Tujuan dan Manfaat Proyek Akhir

Tujuan proyek akhir ini adalah merencanakan dan membuat alat peraga rem angin yang meliputi perencanaan konstruksi alat peraga rem angin dan biaya dengan menerapkan pengetahuan analisa teknik sehingga tercipta suatu hasil konstruksi alat peraga rem angin yang dapat digunakan untuk praktikum.

Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi tentang bagaimana cara kerja suatu alat peraga rem angin.

b. Menerapkan ilmu perkuliahan yang diperoleh dari bangku perkuliahan agar dapat mengembangkannya.

1.5Metode Pemecahan Masalah

(8)

commit to user

1. Studi pustaka

Yaitu menyusun data yang diperoleh dengan merujuk pada beberapa daftar bacaan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

2. Pengamatan

Yaitu dengan melakukan beberapa kali survei pada perancangannya untuk mendapatkan alat peraga yang diinginkan.

3. Perhitungan

Yaitu metode memasukkan data – data yang telah ada kedalam rumus yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Metode pembuatan

(9)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Sejarah Rem Angin

Rem udara awalnya diciptakan oleh insinyur Amerika George Westinghouse (1846-1914) pada tanggal 5 Maret 1872. Westinghouse dipatenkan sebagai merk rem udara yang pertama. Tidak lama kemudian Westinghouse mendirikan perusahaan The Westinghouse Air Bra ke Company untuk memproduksi dan mendistribusikan penemuannya. Rem udara menyebar dengan cepat dan hasil penemuannya digunakan secara luas. Rem udara dapat ditemukan pada hampir semua kereta api, bus dan truk. Meskipun perbaikan telah dilakukan untuk rancangan Westinghouse yang asli, fungsionalitas dasar dari rem udara tetap tidak berubah.

Komponen dasar yang digunakan pada sistem rem udara truk dan bus bekerja dengan cara yang sama seperti dalam gerbong kereta.

Gambar 2.1 Rangkaian sistem rem udara

(http://www.scribd.com/doc/52819080/sistem-rem-udara)

(10)

commit to user

digunakan pada kereta api untuk menggantikan sistem rem mekanik secara individu yang artinya satu tuas hanya untuk mengerem satu roda.

Dengan diciptakannya sistem rem udara, kita hanya perlu menekan satu tombol atau pedal untuk membuka katup-katup agar udara bertekanan mengalir pada sistem rem sehingga bra ke cha mber mengaktifkan bra ke house sampai terjadi proses pengereman. Intinya dengan menggunakan energi sekecil mungkin dapat melakukan pengereman untuk daya besar dengan bantuan udara bertekanan.

Prinsip rem yaitu kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin dibebaskan (tidak dihubungkan) dengan pemindah daya, kendaraan cenderung tetap bergerak. Kelemahan ini harus dikurangi dengan maksud untuk menurunkan kecepatan gerak kendaraan hingga berhenti. Mesin mengubah energi panas menjadi energi kinetik (gerak) untuk menggerakkan kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energi kinetik kembali menjadi energi panas untuk menghentikan kendaraan. Umumnya rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (bra cking effect) diperoleh karena adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek. Supaya saat pengereman tidak mengeluarkan tenaga yang besar, maka dibuatlah suatu sistem pengereman yang memakai tenaga tekanan udara. Sistem ini disebut sistem rem tekanan udara atau lebih dikenal rem udara. Sistem rem udara dilengkapi dengan sebuah kompresor untuk menghasilkan udara kompresi (udara bertekanan). Kompresor itu digerakkan oleh mesin kendaraan. Tiap-tiap roda dilengkapi dengan pesawat rem mekanik, poros kunci-kunci rem dilengkapi dengan tuas yang berhubungan dengan batang torak dari silinder-silinder udara. Di dalam silinder udara tidak diperkenankan ada kebocoran, kebocoran udara dapat mengakibatkan berkurangnya daya pengereman.

2.1.1 Keuntungan Pemakaian Rem Udara:

a. Merupakan media/fluida kerja yang mudah didapat dan mudah diangkut.

· Udara tersedia dimana saja dalam jumlah yang tak terhingga.

· Saluran-saluran balik tidak diperlukan karena udara bekas dapat dibuang bebas ke atmosfer.

(11)

commit to user

bertekanan dapat dipusatkan. Dalam satu sumber tekanan, udara pada setiap cabang yang belum melalui penampang mempunyai tekanan udara yang sama. Melalui saluran-saluran cabang dan pipa-pipa selang, energi udara bertekanan dapat disalurkan kemana saja dalam sistem rem tersebut.

b. Dapat disimpan dengan mudah.

· Sumber udara bertekanan (kompresor) hanya menyalurkan udara bertekanan sewaktu udara bertekanan ini perlu digunakan. Jadi kompresor tidak perlu bekerja seperti halnya pada pompa peralatan hidrolik.

c. Bersih dan kering.

· Udara bertekanan yang digunakan adalah udara bersih. Kalau ada kebocoran pada saluran pipa, benda-benda kerja maupun bahan-bahan disekelilingnya tidak akan menjadi kotor.

· Udara bertekanan yang digunakan juga merupakan udara kering, sehingga tidak menimbulkan korosi pada saluran-saluran yang terbuat dari logam.

d. Tidak peka terhadap suhu.

· Udara bersih (tanpa uap air) dapat digunakan sepenuhnya pada suhu-suhu yang tinggi atau pada suhu rendah atau jauh di bawah titik beku.

· Udara bertekanan juga dapat digunakan pada tempat-tempat yang sangat panas, misalnya untuk digunakan pada tempa tekan, pintu-pintu dapur pijar, dapur pengerasan atau dapur lumer.

· Peralatan-peralatan atau saluran-saluran pipa dapat digunakan secara aman dalam lingkungan yang panas sekali, misalnya pada industri-industri baja atau bengkel-bengkel tuang (cor).

e. Aman terhadap kebakaran dan ledakan.

· Keamanan kerja serta produksi besar dari udara bertekanan tidak mengandung bahaya kebakaran maupun ledakan.

(12)

commit to user

Alat-alat pneumatik dapat digunakan tanpa dibutuhkan pengamanan yang mahal dan luas. Dalam ruang seperti itu kendali elektrik dalam banyak hal tidak diinginkan.

f. Tidak diperlukan pendinginan fluida kerja.

· Pembawa energi (udara bertekanan) tidak perlu diganti sehingga untuk ini tidak dibutuhkan biaya. Minyak setidak-tidaknya harus diganti setelah 100 sampai 125 jam kerja.

g. Rasional (Menguntungkan).

· Pneumatik adalah 40 sampai 50 kali lebih murah daripada tenaga otot. Hal ini sangat penting pada mekanisasi dan otomatisasi produksi.

· Komponen-komponen untuk peralatan pneumatik tanpa pengecualian adalah lebih murah jika dibandingkan dengan komponen-komponen peralatan hidrolik.

h. Kesederhanaan (Mudah Pemeliharan).

· Karena konstruksi sederhana, peralatan-peralatan udara bertekanan hampir tidak peka gangguan.

· Gerakan-gerakan lurus dilaksanakan secara sederhana tanpa komponen mekanik, seperti tuas-tuas, eksentrik, pegas, poros sekrup dan roda gigi.

· Komponen-komponennya dengan mudah dapat dipasang dan setelah dibuka dapat digunakan kembali untuk penggunaan-penggunaan lainnya.

i. Dapat dibebani lebih.

· Alat-alat udara bertekanan dan komponen-komponen berfungsi dapat ditahan sedemikian rupa hingga berhenti. Dengan cara ini komponen-komponen akan aman terhadap pembebanan lebih. Komponen-komponen ini juga dapat direm sampai keadaan berhenti tanpa kerugian.

(13)

commit to user

2.1.2 Komponen-Komponen Dasar Sistem Rem Udara

Gambar 2.2 Komponen rangkaian rem udara

1. Motor lisrtik: berfungsi untuk memutar kompresor dan poros roda.

`

(14)

commit to user

2. Kompresor: berfungsi menyediakan udara bertekanan yang akan dialirkan ke dalam sistem.

Gambar 2.4 Kompresor

3. Reservoir

Gambar 2.5 Reservoir

Ø supply: untuk menyimpan tekanan udara dan menyuplai udara ke

reservoir primer dan sekunder.

(15)

commit to user

Ø Reservoir sekunder: reservoir ini adalah tempat penyimpanan udara untuk rem sekunder atau rem aksel kemudi.

4. Air dryer: Untuk menjamin kebersihan udara supaya udara yang dialirkan dalam sistem adalah udara murni (tidak mengandung uap air).

Gambar 2.6 Air dryer

5. Katup injak: Untuk membuka dan menutup aliran udara atau mengoperasikan sistem rem udara melalui kerja pedal.

Gambar 2.7 Katup injak.

(16)

commit to user

6. Bra ke Cha mber berfungsi untuk mengubah tekanan udara menjadi tekanan mekanis.

Gambar 2.8 Brake cha mber

(http://www.scribd.com/doc/52819080/sistem-rem-udara)

7. Saluran buang manual: Untuk membuang uap air dalam reservoir secara manual.

Gambar 2.9 Saluran buang manual

(http://www.scribd.com/doc/52819080/sistem-rem-udara)

(17)

commit to user

Gambar 2.10 Check va lve satu arah.

(http://www.scribd.com/doc/52819080/sistem-rem-udara)

9. Alat Ukur Tekanan Udara: memberitahukan operator tentang tekanan yang tersimpan dalam setiap sistem.

Gambar 2.11 Alat ukur tekanan udara 2.1.3 Desain dan Fungsi

(18)

commit to user 2.1.3.1Sistem Pasokan

Sistem pasokan adalah sebuah sistem yang bertugas untuk mensuplai udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor untuk didistribusikan menuju ke tangki reservoir. Udara yang akan dikompresikan sebelum didistribusikan ke tangki reservoir terlebih dahulu dilewatkan ke check va lve untuk memperingan kerja kompresor. Pada sistem ini juga terdapat pressure regulator. Setelah melewati itu semua lalu udara yang terkompresi tersebut disimpan dalam tangki penyimpanan yang mana akan didistribusikan ke foot va lve.

2.1.3.2Sistem Kontrol

Sistem kontrol ini akan mendapat suplai udara bertekanan langsung dari tangki. Sebelum masuk ke foot va lve, udara bertekanan ini akan melewati a ir dryer. Layanan rem diterapkan melalui katup udara pada foot va lve yang mengatur sistem. Dari foot va lve ini langsung terhubung denga n bra ke cha mber yang nantinya bra ke cha mber akan mendorong sla ck a djuster atau engkol rem, sehingga kampas akan terdorong yang mengakibatkan roda berhenti. Jadi yang mengontrol sistem pengereman ini adalah foot va lve.

2.1.3.3 Prinsip Kerja

Rem udara pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama, udara bertekanan dikumpulkan dalam reservoir atau silinder. Ketika sebuah tombol ditekan, maka udara yang dipaksa keluar dari reservoir dan ini mendorong piston yang menekan sepatu rem ke roda atau as roda. Sama seperti rem lainnya sebenarnya apa yang menyebabkan kendaraan untuk berhenti adalah gesekan antara sepatu rem dan roda. Satu-satunya hal yang membedakan rem udara dari rekan-rekan hidrolik atau mekanik adalah gaya yang mendorong sepatu rem. 2.1.3.4 Identifikasi Perangkat

(19)

commit to user

Gambar 2.12 Bra ke room

(http://www.scribd.com/doc/52819080/sistem-rem-udara) 2. Wedge bra ke digunakan pada rem jenis sepatu (tanpa sla ck a djuster).

(20)

commit to user 2.1.3.5Cara Kerja Perangkat

1.Perangkat jenis ’S’

Ketika udara dialirkan ke ruang rem (bra ke cha mber), ruang tersebut akan mengubah tekanan udara menjadi gerakan mekanis yang menggerakkan rem service jenis cam atau wedge. Pada saat udara dialirkan pada lapisan sepatu rem dan drum (atau rotor) harus ada kompensasi dari pemakaian ini. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan sla ck a djuster.

Gambar 2.14 ‘S’ cam

(http://www.scribd.com/doc/52819080/sistem-rem-udara)

Ketika udara dilepaskan pada ruang rem, pegas balik yang digabungkan dengan shoe return springs (pegas balik kampas rem) akan memaksa pushrod dan diafragma ke posisi lepas (relea se), dengan cara ini akan mengembalikan bra ke shoes (sepatu rem) ke posisi lepas (relea se).

2.Perangkat jenis wedge

Ketika udara dialirkan ke ruang rem (bra ke cha mber), ruang tersebut akan mengubah tekanan udara menjadi gerakan mekanis yang menggerakkan rem service jenis cam atau wedge. Jumlah daya yang diberikan pada sepatu tergantung

(21)

commit to user

2.2 Elemen-Elemen Yang Terkait Dalam Perencanaan

Unit mesin merupakan gabungan dari beberapa komponen yang saling mendukung yang menghasilkan sistem operasi kerja dengan perencanaan. Perencanaan alat ini mempunyai beberapa parameter dan elemen yang harus ditentukan untuk menghasilkan kriteria alat yang sesuai dengan kinerja yang direncanakan.

2.2.1 Puli

Puli merupakan salah satu komponen yang terpasang pada poros dan memiliki diameter yang berbeda-beda. Puli digunakan untuk memindahkan daya dari suatu poros ke poros lain dengan menggunakan sabuk. Pada alat praktik rem angin ini puli digunakan untuk menghubungkan poros pada motor dengan poros pada tromol dan poros pada kompresor. Berikut adalah pertimbangan yang digunakan terhadap puli.

Perbandingan puli dirumuskan sebagai berikut: 롰

...(2.1)

Keterangan:

D1 = diameter puli besar (mm) D2 = diameter puli kecil (mm) N1 = putaran motor (rpm) N2 = putaran poros (rpm)

(R.S. Khurmy, 2002, hlm 638) 2.2.2 Kompresor

(22)

commit to user

Ada tiga macam proses kompresi yang kita kenal, yaitu kompresi isothermal, kompresi politropik dan kompresi adiabatik.

1. Kompresi isothermal

Dalam kompresi isothermal, temperatur gas tidak berubah sehingga temperatur gas pada akhir langkah kompresi sama dengan temperatur gas pada awal kompresi. Dengan kompresi isothermal kerja yang diperlukan adalah yang paling rendah jika dibanding dengan jenis proses kompresi yang lain.

Hubungan antara tekanan dan volume pada awal dan akhir proses kompresi adalah sebagai berikut:

஘ఈ ఈ 말 ஘

Dalam kompresi politropik temperatur gas setelah kompresi lebih tinggi dari pada temperatur gas pada awal langkah kompresi. Kerja yang diperlukan untuk kompresi politropik lebih besar daripada untuk kompresi isothermal, tetapi lebih rendah dari pada untuk kompresi adiabatik. Disamping itu kenaikan tekanan yang diperoleh dengan kompresi politropik lebih besar daripada kompresi isothermal, tetapi lebih rendah daripada dengan kompresi adiabatik.

Hubungan antara tekanan dan volume pada awal dan akhir proses kompresi adalah sebagai berikut:

ఈ ఈ 말 ஘ Dimana :

n = eksponen : 1<n<쐐 ⁄

(23)

commit to user

3. Kompresi adiabatik

Proses kompresi adiabatik adalah proses kompresi tanpa perpindahan kalor dari gas dan sekitarnya, yaitu dengan jalan memberikan isolasi panas secara sempurna pada dinding silinder. Dengan kompresi adiabatik, temperatur gas akan naik dan lebih tinggi daripada kenaikan yang terjadi dengan kompresi politropik.

Disamping itu, dengan kompresi adiabatik kerja yang diperlukan untuk kompresi akan lebih besar, tetapi akan diperoleh kenaikan tekanan yang lebih tinggi. Pada proses ini tidak ada kalor yang masuk, maupun keluar dari sistem, Q= 0.

Hubungan antara tekanan dan volume pada awal dan akhir proses kompresi adalah sebagai berikut:

PV

.

P V

鐀 Dimana,

k = 쐐 ⁄ (konstanta adiabatik)

Gambar 2.15 Proses adiabatik, isothermal dan politropik diagram P-V = Garis isotermal

= Garis politropik

= Garis adiabatik

n = 0 n = 0

n = ~

(24)

commit to user

Tabel 2.1 Hubungan volume dan tekanan pada berbagai proses kompresi (Sularso, 1983. Hlm. 185)

Dengan kompresi adiabatik kerja yang diperlukan untuk kompresi akan lebih besar, tetapi akan diperoleh kenaikan tekanan yang lebih tinggi. Proses kompresi di dalam kompresor, dalam kenyataannya bukanlah kompresi adiabatik maupun kompresi isothermal, akan tetapi kompresi politropik. Namun, karena prosesnya mendekati kompresi adiabatik maka dalam perhitungan adalah dengan menggunakan kompresi adiabatik.

(25)

commit to user 2.2.2.2 Daya Adiabatik (

舰 말 .

m = jumlah tingkat kompresi

(Sularso,1983. Hlm. 190) 2.2.2.3Daya Yang Diperlukan Kompresor (Ls)

Ė말

, (kW)...(2.4)

rantai. Sabuk digunakan untuk memindahkan daya pada jarak yang terhitung panjang. Elemen ini biasanya digunakan untuk roda gigi, poros dan bantalan atau alat pemindah daya sejenis. Sehingga alat ini menyederhanakan suatu mesin dan yang terpenting adalah penekanan biaya. Disamping elastis dan panjang, komponen ini mempunyai peranan penting dalam menyerap beban kejut dan dalam meredam pengaruh gaya getaran.

(26)

commit to user

Kelebihan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yaitu: - Dapat bekerja lebih halus dan tidak bersuara.

- Tahan terhadap beban lanjut ketika mesin dinyalakan. - Slip antara sabuk dengan puli dapat diabaikan.

- Rasio kecepatan tinggi.

- Daya yang ditransmisikan lebih tinggi.

Sedangkan kelemahan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yaitu: - Sabuk V tidak seawet sabuk datar.

- Kontruksi puli sabuk V lebih rumit daripada sabuk datar.

1. Terpal

2. Bagian penarik 3. Karet pembungkus 4. Bantalan karet

Gambar 2.16 Konstruksi dan ukuran penampang sabuk-V (Sularso, 2004)

2.2.3.1Panjang Sabuk

Panjang sabuk dirumuskan sebagai berikut:

말 쐐

2蜐

...(2.5)

Keterangan:

LP = panjang sabuk total (mm) r1 = jari-jari puli besar (mm) r2 = jari-jari puli kecil (mm)

k2 = jarak antara kedua sumbu puli (mm)

(27)

commit to user 2.2.3.2Sudut Kontak Sabuk

Gambar 2.17 Sudut kontak sabuk

褈 말sin ఈ ...(2.6) 말 쐐180° 2褈

ఈ 舰 Keterangan:

α = Sudut kontak puli

D = Diameter puli besar (mm) d = diameter puli kecil (mm) k = jarak sumbu puli (mm)

(R.S. Khurmy, 2002, hlm. 732)

2.2.3.3Gaya Tarik Sisi Kencang ( ) dan Sisi Kendor ( )

2, log 말 n Ė n...(2.7)

Keterangan:

= koefisien gesek θ = sudut kontak puli

β = sudut miring penampang sabuk

(28)

commit to user 2.2.4 Sproket

Sproket adalah sebuah profil roda dengan gigi yang dihubungkan dengan rantai. Perbedaan sproket dengan roda gigi adalah jika sproket tidak akan pernah terhubung langsung dengan sproket lainnya melainkan dengan menggunakan perantara seperti rantai. Sproket digunakan pada sepeda, sepeda motor, tank dan mesin-mesin lainnya baik untuk memindahkan gerakan putar antara dua buah poros yang memiliki gigi yang jumlahnya tidak sama atau untuk memberikan gerak linier pada suatu jalur gerak tertentu.

Gambar 2.18 Sproket (R.S. Khurmy, 2005, hlm. 760) Kelebihan sproket

- Transmisi tanpa slip yang menyebabkan perbandingan putaran tetap. - Daya yang ditransmisikan/diteruskan besar (efisiensi mencapai 98%) - Mengurangi beban pada poros yang bekerja sendiri maupun bersamaan.

Plat penghubung rol

(29)

commit to user 2.2.5.1 Klasifikasi Poros Menurut Pembebanan

1. Poros transmisi

Poros transmisi berfungsi sebagai pemindah tenaga yang mendapat beban puntir dan lenturan. Elemen lain yang terpasang berupa roda gigi, puli, rantai, sabuk dan lain-lain.

2. Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran. Poros ini deformasinya harus kecil, bentuk dan ukuranya harus teliti.

3. Gandar

Poros yang dipasang antara roda gigi kereta barang yang tidak mendapat beban puntir dan kadang-kadang tidak berputar, ini disebut gandar. Jenis beban yang diterima gandar adalah beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula yang mendapat beban puntir.

2.2.5.2 Hal–Hal Penting Dalam Perencanaan Poros 1. Kekuatan Poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau gabungan antara puntir dan lentur, juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Maka suatu poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban.

2. Kekakuan Poros

Jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar dapat mengakibatkan ketidaktelitian, atau suara dan getaran misalnya pada kotak roda gigi atau turbin. Oleh karena itu, disamping kekuatan poros juga harus diperhatikan kekakuan poros sesuai dengan mesin yang akan dilayani.

3. Putaran Kritis

(30)

commit to user

menyebabkan kerusakan pada poros dan bagian yang lainnya, maka putaran kerjanya harus dibawah putaran kritisnya.

2.2.5.3 Persamaan yang Dipakai dalam Perhitungan Poros 1. Momen Puntir Ekuivalen

Momen puntir ekuivalen dirumuskan sebagai berikut:

말 쐐 . 쐐 . ...(2.8) Keterangan :

T = Momen Puntir Ekuivalen (N mm) T = Torsi (N mm)

M = Momen Lentur (N mm)

K = Faktor kejut dan fatik untuk torsi

= Faktor kejut dan fatik untuk momen lentur

(R.S. Khurmy, 2002, hlm 474) 2. Momen Lentur Ekuivalen (ME)

Momen lentur ekuivalen dirumuskan sebagai berikut:

말 ఈ쐐 . ...(2.12) (R.S. Khurmy, 2002, hlm. 474)

3. Diameter Poros Terhadap Momen Lentur Ekuivalen

Diameter poros terhadap momen lentur ekuivalen dirumuskan sebagai berikut:

.. ...(2.9)

Keterangan:

σb = tegangan bending (N/mm2)

(31)

commit to user 2.2.6 Bantalan/Bearing

2.2.6.1 Hal-hal Tentang Bantalan

Bantalan adalah suatu alat dimana beban utama dialihkan melalui elemen titik kontak yang menggelinding, jadi bukan pada persinggungan yang meluncur. Dengan adanya bantalan ini maka putarannya menjadi halus dan poros lebih tahan lama. Adapun macam-macam bantalan antara lain:

2.2.6.1.1 Atas Dasar Gesekan Bantalan Terhadap Poros 1. Bantalan luncur

Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara bantalan dengan poros karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaran lapisan pelumasan.

2. Bantalan Gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, rol jarum dan rol bulat.

2.2.6.1.2 Atas Dasar Beban Terhadap Poros 1. Bantalan Radial

Arah beban dari bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros. 2. Bantalan Aksial

Arah beban dari bantalan ini adalah sejajar sumbu poros. 3. Bantalan Sliding Khusus

Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus dengan sumbu poros.

(32)

commit to user

2.2.6.2 Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan Bantalan 2.2.6.2.1 Beban Ekuivalen

Beban Ekuivalen adalah gabungan antara beban radial dan beban aksial. Beban Ekuivalen yang terjadi pada bantalan dirumuskan sebagai berikut:

말 쐐 . ...(2.10) Keterangan:

We = Beban ekuivalen (N) Xr = Faktor beban radial

V = Faktor putaran

1,0 = Untuk ring dalam yang berputar 1,2 = Untuk ring luar yang berputar Wr = Beban radial (N)

Wt = Beban aksial (N) Yt = Faktor beban aksial Ks = Faktor keamanan

1,0 = Untuk beban mantap dan merata 1,5 = Untuk beban kejut ringan

2,0 = Untuk beban kejut menengah 2,5 = Untuk beban kejut berat

(R.S. Khurmy, 1982, hlm 969) 2.2.6.2.2 Umur Pakai (L)

Umur pakai yang dirumuskan sebagai berikut:

(33)

commit to user mati dan disebut berat sendiri dari pada berat konstruksi. Beban dinamis yaitu beban yang berubah tempatnya atau berubah beratnya. Sebagai contoh beban hidup yaitu kendaraan atau orang yang berjalan diatas sebuah jembatan, tekanan atap rumah atau bangunan.

2.2.7.1 Gaya

Gaya mempunyai besaran, arah dan titik tangkap. Gaya sering digambarkan dengan sebuah anak panah. Macam-macam gaya:

a. Gaya luar

Gaya luar adalah aksi dan reaksi yang menciptakan kestabilan kontruksi. Pada suatu kantilever (batang) apabila ada muatan yang diterapkan maka akan terdapat gaya reaksi yang timbul pada tumpuan.

b. Gaya dalam

Gaya dalam adalah beban pada kontruksi yang dapat menimbulkan reaksi pada pondasi.

2.2.7.2Penandaan Gaya Dalam Yang Terjadi

a. Gaya normal (N), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja sepanjang sumbu batang.

Gambar 2.19 Tanda untuk gaya normal.

(34)

commit to user

b. Gaya geser, merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja tegak lurus terhadap sumbu batang.

Gambar 2.20 Tanda untuk gaya lintang

c. Momen lentur (M), merupakan gaya perlawanan dari muatan sebagai penahan lenturan yang terjadi pada balok.

Gambar 2.21 Tanda untuk momen lentur

2.2.7.3 Macam-Macam Beban a. Beban statis

Yaitu beban yang diam tidak bergerak dan tidak berubah nilai beratnya. b. Beban dinamis

Yaitu beban yang berubah baik tempatnya atau besarnya, misalnya beban orang atau kendaraan yang lewat di jalan.

2.2.7.4 Klasifikasi Beban Menurut Letaknya a. Beban terpusat

Yaitu beban yang bertitik pusat tangkap di sebuah titik.

Gambar 2.22 Beban terpusat

(35)

commit to user

b. Beban terbagi rata

Yaitu beban yang terbagi rata keseluruh batang.

Gambar 2.23 Beban terbagi rata 2.2.8 Pengelasan

Berdasarkan definisi dari Deutche Indusrtries Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam yang menggunakan energi panas. Las juga dapat diartikan penyambungan dua buah logam sejenis maupun tidak sejenis dengan cara memanaskan (mencairkan) logam tersebut di bawah atau di atas titik leburnya, disertai dengan atau tanpa tekanan dan disertai atau tidak disertai logam pengisi.

Berdasarkan cara kerjanya, pengelasan diklasifikasikan menjadi tiga kelas utama yaitu: pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.

1) Pengelasan cair adalah metode pengelasan dimana bagian yang akan disambung dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik ataupun busur gas.

2) Pengelasan tekan adalah metode pengelasan dimana bagian yang akan disambung dipanaskan sampai lumer (tidak sampai mencair), kemudian ditekan hingga menjadi satu tanpa bahan tambahan.

(36)

commit to user

2.2.8.1Klasifikasi Las Berdasarkan Sambungan dan Bentuk Alurnya 2.2.8.1.1 Sambungan Las Dasar

Sambungan las pada konstruksi baja pada dasarnya dibagi menjadi sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang. Sebagai perkembangan sambungan dasar di atas terjadi sambungan silang, sambungan dengan penguat dan sambungan sisi.

Gambar 2.24 Jenis-jenis sambungan dasar (Wiryosumarto H, 1994)

1. Butt join (sambungan tumpul)

Adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang sama.

Gambar 2.25 Butt join 2. La p join (sambungan tumpang)

Adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang bertumpuk

(37)

commit to user

3. Edge join (sambungan sisi)

Adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas berada pada bidang paparel, tetapi sambungan las dilakukan pada ujungnya.

Gambar 2.27 Edge Join 4. T- join (sambungan T)

Adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.

Gambar 2.28 T-Join 5. Corner join (sambungan sudut)

Adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.

Gambar 2.29 Corner Join 2.2.8.2Memilih Besarnya Arus

(38)

commit to user

adalah menyatakan jenis selaput elektroda dan jenis arus.

1. Besar arus listrik harus sesuai dengan elektroda, bila arus listrik terlalu kecil, maka : Pengelasan sukar dilaksanakan.

2. Busur listrik tidak stabil.

3. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda kerja.

4. Hasil pengelasan atau rigi-rigi las tidak rata dan penetrasi kurang dalam. Apabila arus terlalu besar maka :

a. Elektroda mencair terlalu cepat.

b. Pengelasan atau rigi las menjadi lebih besar permukaannya dan penetrasi terlalu dalam.

2.2.8.3Kekuatan Las

Kekuatan las dipengaruhi oleh beberapa faktor, oleh karena itu penyambungan dalam proses pengelasan harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:

1) Benda yang dilas tersebut harus dapat cair atau lebur oleh panas.

2) Antara benda-benda padat yang disambungkan tersebut terdapat kesamaan sifat lasnya, sehingga tidak melemahkan atau meninggalkan sambungan tersebut.

3) Cara-cara penyambungan harus sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan dari penyambungannya.

Beberapa rumus yang digunakan dalam perhitungan las.

(39)

commit to user

a. Tegangan geser pada sambungan las

(40)

commit to user

mesin. Pemakaian mur dan baut pada konstruksi mesin umumnya digunakan untuk mengikat beberapa komponen, antara lain:

a. Pengikat pada bantalan

b. Pengikat pada dudukan motor listrik c. pengikat pada puli

Gambar 2.31 Macam-macam mur dan baut (Wiryosumarto H, 1994)

Penentuan jenis dan ukuran mur dan baut harus memperhatikan berbagai faktor seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, cara kerja mesin, kekuatan bahan dan lain sebagainya. Gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa:

a. Beban statis aksial murni

b. Beban aksial bersama beban puntir c. Beban geser

Tegangan geser pada baut:

τ

………...(2.17)

Keterangan:

τ

= Tegangan Geser (

⁄ )

F = Beban yang diterima (N)

d

= Diameter dalam ulir (mm)

(41)

commit to user 2.2.10 Pelapisan

Setelah selesai melakukan pengelasan kemudian dilakukan pelapisan terhadap kerangka tersebut. Hal ini bertujuan agar kerangka tersebut dapat terlindungi dari korosi yang dapat menyebabkan kerangka menjadi rapuh dan keropos. Disamping itu juga dapat untuk memperindah bentuk dari kerangka. Adapun langkah-langkah dari pengecatan adalah sebagai berikut:

a. Pembersihan

Sebelum pengecatan dilakukan sebaiknya kerangka tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari karat atau kotoran yang melekat pada kerangka dengan menggunakan amplas.

b. Pendempulan

Tujuan dari pendempulan adalah untuk meratakan atau menutup lubang pada kerangka yang tidak rata menjadi rata agar didapat hasil yang bagus. c. Pengecatan

Setelah seluruh permukaan kerangka bersih dan rata maka langkah selanjutnya adalah pengecatan. Bahan yang digunakan yaitu cat besi, tinner, sedangkan alat yang digunakan adalah kompresor.

Langkah – langkah pengecatan, antara lain:

· Mencampur cat dan tinner dengan perbandingan 1:2 hingga tercampur seluruhnya, kemudian menuangkan ke dalam kaleng yang dihubungkan langsung dengan kompresor.

(42)

commit to user

BAB III

PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN MESIN

3.1Prinsip kerja

Prinsip kerja alat peraga ini adalah dengan menghidupkan motor listrik yang akan meneruskan daya melalui poros yang terhubung dengan sabuk V, sehingga sabuk tersebut akan memutar poros beserta kompresor secara bersamaan. Kompresor ini digunakan untuk menghasilkan udara bertekanan yang nantinya akan digunakan untuk proses pengereman. Dari putaran poros tersebut maka akan diketahui berapa daya motor listrik dan daya kompresor yang di butuhkan. Disamping itu, juga diketahui berapa perbandingan puli yang nantinya akan digunakan.

Secara garis besar proses kerja alat peraga rem angin ini adalah mengerem atau menghentikan kecepatan putar roda yang besar kecepatan rodanya telah ditentukan sebelumnya. Proses pengereman ini dibutuhkan udara bertekanan yang dihasilkan dari kompresor. Kompresor mengompresi udara bebas yang nantinya akan ditampung dalam tangki reservoir. Dari tangki reservoir ini, udara bertekanan dialirkan ke brake chamber yang semuanya dikontrol oleh foot valve pada saat akan melakukan pengereman. Pada saat akan melakukan pengereman, tuas tensioner atau kopling harus dilepas agar putaran poros roda terputus dari putaran motor listrik.

(43)

commit to user

Gambar 3.1 Sketsa 3D alat peraga rem angin Keterangan:

1. Brake Chamber 2. Roda

3. Rangka 4. Reservoir 5. Poros 6. V-belt 7. Puli

(44)

commit to user 3.2 Perhitungan Putaran Poros Roda (2) Data perencanaan:

Kecepatan poros roda = 100 km/jam = 27,8 m/s Massa tromol = 5 kg = 49,05 N ∅ Velg = 14 inch = 355,6 mm

Dari data tersebut dapat diketahui putaran poros roda dengan rumus:

V⾸π×D×N 60

27,8 ⾸3,14 0.355660 N

N ⾸ 1516,3rpm

Jadi putaran poros roda = 1516 rpm 3.3 Perhitungan Puli (7)

Ø Diameter puli pada poros roda Data perencanaan:

D1 = 3 inch N1 = 1400 rpm N2 = 1516 rpm

Dengan: N1 = Kecepatan putar motor listrik (rpm) N2 = Kecepatan putar poros roda (rpm)

D1= Diameter puli motor listrik (inch) D⾸N펨 D펨

N

D⾸1400 3inch 1516

D = 2,8 inch

(45)

commit to user

Ø Diameter puli pada kompresor Data perencanaan:

D1 = 3 inch N1 = 1400 rpm N3 = 608 rpm Dengan:

D1 = diameter puli motor listrik (inch) N1 = kecepatan putar motor listrik (rpm) N3 = kecepatan putar kompresor (rpm)

D⾸N펨 D펨 N

D⾸1400 3inch 608 D⾸ 7inch

Diameter puli pada kompresor yang dipakai adalah 7 inch.

Jadi, puli yang digunakan 7 inch (1 buah), 2,5 inch (1 buah), 3 inch (1 buah). 3.4 Perhitungan Daya Motor Listrik dan Kompresor (8&9)

Data perencanaan:

Putaran kompresor (N) = 608 rpm Bore (D) = 50 mm Panjang langkah stroke (L) = 42 mm Jumlah piston (z) = 1 Ø Perpindahan torak

Qᅠm⾸πr⎠ L Z N

⾸ 3,14 0,025⎠ 0,042 1 608 ⾸ 0,05m䙸/min

(46)

commit to user

Ø Jumlah gas yang dihasilkan

Q = η Qᅠm Ø Daya yang masuk kompresor

Ls ⾸ Lad ηad

⾸ 0,18kW 0,7

⾸ 0,25kW ⾸ 0,35hp

Ø Efisiensi sabuk umumnya berkisar antara ⾸ 70 95%

(47)

commit to user 3.5 Perhitungan Sabuk V (6)

Gambar 3.2 Puli dan belt 3.5.1 Panjang sabuk

Data perencanaan:

D1 = 3 inch (∅ puli pada motor listrik) D2 = 2,5 inch (∅ puli pada poros) D3 = 7 inch (∅ puli pada kompresor)

Jarak antara puli motor dengan puli poros = 500 mm (k1) Jarak antara puli motor dengan puli kompresor = 350 mm (k2) Ø Panjang sabuk 1 ( poros-motor )

Gambar 3.3 Transmisi sabuk 1

Lp ⾸ π⸨r r 2k ⸨r펨 r⎠ ⎠

k

⾸ 3,14⸨38,1 31,75 2.500 ⸨38,1 31,75500 ⎠ ⾸ 219,32 1000 0,08

(48)

commit to user

Ø Panjang sabuk 2 (motor-kompresor)

Gambar 3.4 Transmisi sabuk 2

Lp ⾸ π⸨r r 2k ⸨r펨 r䙸 ⎠

k

⾸ 3,14⸨38,1 85 2.350 ⸨38,1 85350

⾸ 386,53 700 6,28

⾸ 1092,81mm

Dari data perhitungan diatas, untuk sabuk 1 menggunakan sabuk jenis A – 52, sedangkan untuk sabuk 2 menggunakan A – 42.

3.5.2 Tegangan Sisi Kencang (T1) dan Sisi Kendor (T2) Pada V- belt

Data perencanaan:

Sabuk yang digunakan adalah V-belt dengan tipe A Lebar sabuk (b) =13 mm

Tebal sabuk (t) = 8 mm untuk beban sabuk dari karet µ = 0.5

Sudut celah pada puli 2β = 38o β = 19o

350 mm

(49)

commit to user

Ø Sudut kontak sabuk 1 α ⾸sin 펨 D펨 D⎠

2K펨

α ⾸sin 펨 76,2 63,5 1000 α ⾸sin 펨 0,0127

α ⾸ 0,7°

θ ⾸ ⸨180° 2α 180π rad

θ ⾸ ⸨180° 2.0,7 180π rad

θ ⾸ ⸨178,54° 180π rad

θ ⾸ 3,11rad

Ø Sudut kontak sabuk 2

α ⾸sin 펨 D䙸 D펨 2K⎠

α ⾸sin 펨 177,8 76,2 700 α ⾸sin 펨 0,145

α ⾸ 8,3°

θ ⾸ ⸨180° 2α 180π rad

θ ⾸ ⸨180° 2 . 8,3° 180π rad

θ ⾸ ⸨163,3° 180π rad

(50)

commit to user

Ø Luas penampang sabuk

Gambar 3.5 Luas penampang sabuk

tanα ⾸8 x

x⾸ 8 tan71

x⾸ 8 2,9

x⾸ 2,79mm

2.x ⾸ 5,5mm

luas penampang 13 5,5 ⾸ 7,5mm

A⾸1

(51)

commit to user

(52)

commit to user

(53)

commit to user 3.6 Perhitungan Poros Roda (8)

Gambar 3.6 Sketsa diagramatis gaya pada poros Diketahui:

T⾸ 246N T⾸ 17,02N W⾸ 2,5N

Ø Gaya yang bekerja pada puli

W⾸ T⸨sabuk1 T⸨sabuk1 W ⾸ 246N 17,02N 2,5N

⾸ 265,52N

Ø Syarat kesetimbangan ∑M ⾸ 0

R . ⸨B→A R . ⸨D→A R .⸨E →A R . ⸨C→A ⾸ 0

R .800 49,05 .900 265,52 . 400 49,05 .100 ⾸ 0

R .800 44145 106208 4905 ⾸ 0

R .800 145448 ⾸ 0

R ⾸145448 800

(54)

commit to user

∑F ⾸ 0

49,05 265,52 49,05 R R ⾸ 0

363,62 R R ⾸ 0

R ⾸ 363,62 181,81

⾸ 181,81N

Gambar 3.7 Sketsa diagramatis gaya pada poros

Potongan (1 - 1) = D B

Gambar 3.8 Potongan 1-1

V ⾸ 49,05N

M ⾸ 49,05N.X

· Titik DX ⾸ 0

V ⾸ 49,05N

(55)

commit to user

· Titik BX⾸ 100

V ⾸ 49,05N

M ⾸ 49,05 .100 ⾸ 4905N

Potongan (2 -2) = B E

Gambar 3.9 Potongan 2-2

V ⾸ 49,05 – 181,81

M ⾸ 49,05 .X 181,81 ⸨X 100

· Titik BX⾸ 100

V ⾸ 132,76N

M ⾸ 49,05 .100 181,81 ⸨100 100 ⾸ 4905N

· Titik EX⾸ 500

V ⾸ 132,76N

M ⾸ 49,05 .500 181,81 ⸨500 100 ⾸ 24525 72724

⾸ 48199Nmm

(56)

commit to user

Potongan (3 - 3) = E A

Gambar 3.10 Potongan 3-3

V ⾸ 49,05 181,81 265,52

M ⾸ 49,05 .X 181,81 ⸨X 100 265,52 ⸨X 500

· Titik EX⾸ 500

V ⾸ 132,76N

M ⾸ 49,05 .500 181,81 ⸨500 100 265,52 ⸨500 500 ⾸ 48199Nmm

· Titik AX⾸ 900

V ⾸ 132,76N

M ⾸ 49,05 .900 181,81 ⸨900 100 265,52 ⸨900 500 ⾸ 44145 145448 106208

(57)

commit to user

Potongan (4 - 4) = A C

Gambar 3.11 Potongan 4-4

V ⾸ 49,05 181,81 265,52 181,81

M ⾸ 49,05 .X 181,81 ⸨X 100 265,52 ⸨X 500 181,81 ⸨X 900

· Titik AX ⾸ 900

V ⾸ 49,05N

M ⾸ 49,05 .900 181,81 ⸨900 100 265,52 ⸨900 500 181,81 ⸨900 900

⾸ 44145 145448 106208 0 ⾸ 4905Nmm

· Titik CX⾸ 1000

V ⾸ 49,05N

M ⾸ 49,05 . 1000 181,81⸨1000 100 265,52⸨1000 500 181,81⸨1000 900

(58)

commit to user

Tabel 3.1 Tabel SFD, BMD pada poros

Potongan Titik X(mm) Vx (N) Mx (Nmm)

(59)

commit to user

Ø Torsi

T⾸ P 60 2. π .N

T⾸ 373 60 2. π .1400

= 2509 Nmm

Momen Maksimum = 48199 Nmm

Bahan poros ST 37 dengan σ ⾸ 360 N mm⁄ ⎠ τ ⾸ 240 N mm⁄ ⎠

Km = 1,5 (kombinasi beban kejut dan lelah untuk momen) Kt = 1,5 (kombinasi beban kejut dan lelah untuk torsi) Ø Diameter Poros Dengan Te

T ⾸ ⸨Km. M ⎠ ⸨Kt. T ⎠

T ⾸ ⸨1,5 . 48199 ⎠ ⸨1,5 . 2509 ⎠

T⾸ 72396,4Nmm

T⾸ π

16 . τ .d䙸

d ⾸ 16 . T π . τ

⾸ 16 . 72396,4 π .240

⾸ 1158342,4753,6

(60)

commit to user

Ø Diameter Poros Dengan Me

Me ⾸ 펨

Untuk menyesuaikan dengan bantalan digunakan poros dengan diameter 20 mm. 3.7 Perhitungan Bantalan

Besar diameter poros adalah 20 mm, bantalan yang digunakan adalah “single row deep groove ball bearing” dengan data sebagai berikut:

(61)

commit to user

1,0 = untuk beban mantap dan merata 1,5 = untuk beban kejut ringan 2,0 = untuk beban kejut menengah 2,5 = untuk beban kejut berat

Dari lampiran tabel values x dan y untuk radial groove ball bearing, didapat: Xr = 0,6 Ø Besar umur rata-rata bantalan

L⾸ . 10

(62)

commit to user 3.8Perhitungan Rangka (6)

Gambar 3.13 Perencanaan rangka

3.8.1 Perhitungan Rangka Atas

Gambar 3.14 Skema rangka dengan beban brake chamber dan poros A

B

F E

G I

J

D C

H B1

(63)

commit to user

ΣFx⾸ 0

ΣFy ⾸ 0

RA RF ⾸ R R

RA RF ⾸ 117.6N 127,53N

RA RF ⾸ 245.13N

ΣM ⾸ 0

RF 1500mm R 730mm R 440mm⾸ 0

RF 1500mm 127,53N 730mm 117.6N 440mm⾸ 0

RF 1500mm 93096N 51744N⾸ 0

RF 1500mm 144840N⾸ 0

RF ⾸144840 1500

RF ⾸ 96,56N

RA RF ⾸ 245,13N

RA ⾸ 245,13N 96,56N

RA ⾸ 148,57N

Ø Potongan kiri (1-1) =A ke B

(64)

commit to user N ⾸ 148,57

· Titik Ax⾸ 0

N ⾸ 148,57N

· Titik Bx⾸ 70

N ⾸ 148,57N

Ø Potongan (5-5) = F ke E

Gambar 3.16 Potongan 5-5 N ⾸ 96,56N

Titik F⸨x⾸ 0 Titik E⸨x⾸ 70

N ⾸ 96,56N N ⾸ 96,56N

Ø Potongan (4-4) E ke D

(65)

commit to user Nx⾸ 0

Vx⾸ 96,56 N

Mx⾸ 96,56N.x

Titik E⸨x⾸ 0 Titik D⸨x⾸ 770

N ⾸ 0 N ⾸ 0

V ⾸ 96,56N V ⾸ 96,56N

M ⾸ 96,56N 0 M ⾸ 96,56N 770

⾸ 0 ⾸ 74351,2Nmm Potongan (3-3) D ke C

Gambar 3.18 Potongan 3-3 Nx ⾸ 0

Vx ⾸ RF 127,53N⾸ 96,56N 127,53N⾸ 31N

Mx⾸ RF .x 127,53N.⸨x 770mm

· Titik Dx⾸ 770

N ⾸ 0

V ⾸ 31N

M ⾸ 96,56 N 770mm 127,53N ⸨770mm 770mm

(66)

commit to user

· Titik Cx⾸ 1060

N ⾸ 0

V ⾸ 31N

M ⾸ 96,56N 1060N 127,53N ⸨1060 770 ⾸ 65369,9Nmm

Ø Potongan (2-2) C ke B

Gambar 3.19 Potongan 2-2 Nx ⾸ 0

Vx ⾸ RF 127,57N 117.6N

⾸ 96,56N 127,57N 117.6N⾸ 148,61N Mx ⾸ RF .x RD⸨x 770 RC⸨x 1060

⾸ 96,56N.x 127,53N⸨x 770 117.6N⸨x 1060

· Titik Cx⾸ 1060

N ⾸ 0

V ⾸ 148,61N

M ⾸ 96,56N 1060mm 127,5N⸨1060 770 117.6N⸨1060 1060

(67)

commit to user

· Titik Bx⾸ 1500

N ⾸ 0

V ⾸ 148,61N

M ⾸ 96,56N 1500 127,53N⸨1500 770 117,6N⸨1500 1060

⾸ 144840 93097 51744 ⾸ 0

(68)

commit to user

Ø Tegangan pada rangka atas Data diambil dari table profil L

a. Dimensi L = 50mm 50mm 5mm b. Moment inertia (I) = 11cm ⾸ 110000mm⎠

c. Jarak terjauh dari sumbu normal y = 1.40cm⾸ 14mm Momen maksimum = 74351,2 Nmm

Bahan rangka siku = ST 37 Tegangan tarik ijin (Fci) = 360N

mm⎠ Tegangan tarik pada rangka (Fc)

Fc ⾸Mmaks y I

Fc ⾸ 74351,2 14 110000 Fc ⾸ 9,5 N mm

Fci Fc maka rangka aman untuk menahan beban.

3.8.2 Perhitungan Rangka Bawah

(69)

commit to user

Σfx⾸ 0 Σfy⾸ 0

RA RF ⾸ R R R R

RA RF ⾸ 49 107,9 245,25 107,9

RA RF ⾸ 510,05N ΣM ⾸ 0

RF 1500 R 1030 R 920 R 730 R 110 ⾸ 0

RF 1500 107,9 1030 245,25 920 107,9 730 49 110 ⾸ 0

RF 1500 111137 225630 78767 5390 ⾸ 0

RF 1500 420924 ⾸ 0

RF ⾸420924

1500

RF ⾸ 280,617N

RA RF ⾸ 510,05N

RA 280,61N⾸ 510,05N

RA ⾸ 510,05N 280,61N

RA ⾸ 229,44N

Ø Potongan 1-1 (A ke B1)

(70)

commit to user N ⾸ 229,44N

· Titik Ax⾸ 0

N ⾸ 229,44N

· TitikB1 ⸨X⾸ 10

N ⾸ 229,44N

Ø Potongan 7-7 (F ke E1)

Gambar 3.23 Potongan 7-7 N ⾸ 280,617N

· Titik Fx⾸ 0

N ⾸ 280,617N

· TitikE1 ⸨X⾸ 10

N ⾸ 280,617N

Ø Potongan 6-6 (E1 ke G)

(71)

commit to user V ⾸ 280,617N

M ⾸ 280,617.x

TitikE1⸨x⾸ 0 Titik G⸨x⾸ 470

V ⾸ 280,617N V ⾸ 280,617N

M ⾸ 280,617 0 M ⾸ 280,617 470

⾸ 0 ⾸ 131889,9Nmm

Ø Potongan 5-5 (G ke H)

Gambar 3.25 Potongan 5-5

V ⾸ 280,617N 107,91 ⾸ 172,70N

M ⾸RF .x 107,91⸨x 470

· Titik Gx⾸ 470

V ⾸ 172,70N

M ⾸ 280,617 470 107,91⸨470 470 ⾸ 131889,9Nmm

· Titik Hx⾸ 580

V ⾸ 172,70

M ⾸ 280,617 580 107,91⸨580 470 ⾸ 162496,86 11870,1

(72)

commit to user

Ø Potongan 4-4 (H ke I)

Gambar 3.26 Potongan 4-4 V ⾸ RF R R

⾸ 280,617 107,91 245,25 ⾸ 72,54N

M ⾸RF .x R ⸨x 470 R ⸨x 580

⾸ 280,617.x 107,91 ⸨x 395 245,25⸨x 580

· Titik Hx⾸ 580

V ⾸ 72,54N

M ⾸ 280,617 580 107,91⸨580 470 245,25⸨580 580 ⾸ 162757,86N 11870,1N

⾸ 150626,76Nmm

· Titik Ix⾸ 770

V ⾸ 72,54N

M ⾸ 280,617 770 107,91⸨770 470 245,25⸨770 580 ⾸ 216075,09 32373 46597,5

(73)

commit to user

Ø Potongan 3-3 (I ke J)

Gambar 3.27 potongan 3-3

V ⾸ RF R R R

⾸ 280,617 107,91 245,25 107,91 ⾸ 180,453N

M ⾸RF .x R ⸨x 470 R ⸨x 580 R ⸨x 770

⾸ 280,617.x 107,91⸨x 470 245,25⸨x 580 107,91⸨x 770

· Titik Ix⾸ 770

V ⾸ 180,453N

M ⾸ 280,617 770 107,91⸨770 470 245,25⸨770 580 107,91⸨770 770

⾸ 137104,59Nmm

· Titik Jx⾸ 1390

V ⾸ 180,453N

M ⾸ 280,617 1390 107,91⸨1390 470 245,25⸨1390

580 107,91 ⸨1390 770

(74)

commit to user

Ø Potongan 2-2 (J ke B1)

Gambar 3.28 Potongan 2-2

V ⾸ RF R R R R

⾸ 280,617 107,91 245,25 107,91 49 ⾸ 229,453N

M ⾸RF .x R ⸨x 470 R ⸨x 580 R ⸨x 770 R ⸨x 1390

⾸ 280,617 x 107,91⸨x 470 245,25⸨x 580 107,91⸨x 770 49⸨x 1390

Ø Titik J⸨x⾸ 1390

V ⾸ 229,453 N

M ⾸ 280,617 1390 107,91⸨1390 470 245,25⸨1390 580 107,91⸨1390 770 49⸨1390 1390

⾸ 25223,73Nmm Ø TitikB1 ⸨x⾸ 1500

V ⾸ 229,453N

M ⾸ 280,617 1500 107,91⸨1500 470 245,25⸨1500 580 107,91⸨1500 770 49⸨1500 1390 ⾸ 420925 111147,3 225630 78774,3 5390

⾸ 0

(75)

commit to user

Gambar 3.29 Diagram NFD, SFD dan BMD

Ø Tegangan pada rangka bawah Data diambil dari table profil L

a. Dimensi L = 50mm 50mm 5mm b. Moment inertia (I) = 11cm ⾸ 110000mm⎠

(76)

commit to user

Momen maksimum = 150626,76Nmm Bahan rangka siku = ST 37

Tegangan tarik ijin (Fci) = 360N mm⎠

Tegangan tarik pada rangka (Fc) Fc ⾸Mmaks y

I

Fc ⾸150626,76N 14 110000 Fc ⾸ 19,1706N

mm⎠

Fci Fc maka rangka aman untuk menahan beban 3.8.3 Kestabilan Rangka

Kestabilan rangka dihitung berdasarkan pusat massa atau titik berat dari suatu benda. Koordinat titik berat suatu sistem benda dengan berat masing-masing seperti berikut:

W1 = bearing, poros, teromol roda, roda = 12 kg W2 = motor listrik = 11 kg W3 = kompresor = 11 kg W4 = tabung reservoir = 25 kg W5 = foot valve = 5 kg W6 = brake chamber = 12 kg

(77)

commit to user

Xo⾸w1. x1 w2. x2 w3. x3 w4. x4 w5. x5 w6. x6 w1 w2 w3 w4 w5 w6

Xo⾸127,53.73 107,9.73 107,9.103 245,25.92 49.11 117,6.44 127,53 107,9 107,9 245,25 49 117,6

Xo⾸56576,49 755,18

Xo⾸ 74,9cm

Yo⾸w1. y1 w2. y2 w3. y3 w4. y4 w5. y5 w6. y6 w1 w2 w3 w4 w5 w6

Yo⾸127,53.72,5 107,9.20 107,9.21 245,25.20 49.10 117,6.80 755,18

Yo⾸28472,83 755,18

Yo⾸ 36,2cm

Dari perhitungan kestabilan rangka tersebut didapatkan X0 = 74,9 cm dari panjang rangka 150 cm dan Y0 = 36,2 cm dari tinggi rangka 70 cm. Dengan titik X0 dan Y0 berada setengah dari panjang rangka maka alat peraga rem angin tersebut dalam kondisi stabil.

3.9 Perhitungan Baut

Ø Baut pengikat antara bantalan dengan rangka Data perencanaan:

Bahan baut adalah ST 37 dengan τ ⾸ 360 N mm⁄ ⎠dengan baut M 10 x 1,5 sebanyak (N) = 4

Tegangan tarik bahan karena dipengaruhi kosentrasi tinggi maka sf = 3 Kisar (p) = 1,5

(78)

commit to user

Gaya yang diterima (F) = 127,53 N Maka, tegangan tarik ijin adalah

τ ⾸360

Beban yang diterima tiap baut (W) W⾸ F

N

⾸127,534 ⾸ 31,9N

Tegangan yang terjadi pada baut τ ⾸π W

karenaτ τ ijin maka perencanaan baut aman.

Ø Baut pengikat antara kompresor dengan rangka Data perencanaan:

Bahan baut adalah ST 37 dengan τ ⾸ 360 N mm⁄ ⎠dengan baut M 8 x 1,25 sebanyak (N) = 4.

(79)

commit to user Maka, tegangan tarik ijin adalah

τ ⾸360

Beban yang diterima tiap baut (W) W⾸ F

N

⾸107,91 4

⾸ 26,97N

Tegangan yang terjadi pada baut τ ⾸π W

(80)

commit to user

Ø Baut pengikat antara motor listrik dan rangka Data perencanaan:

Bahan baut adalah ST 37 dengan τ ⾸ 360 N mm⁄ ⎠dengan baut M 8 x 1,25 sebanyak (N) = 4.

Tegangan tarik bahan karena dipengaruhi kosentrasi tinggi maka sf = 3 Maka, tegangan tarik ijin adalah:

τ ⾸3603

Beban yang diterima tiap baut (W) W⾸ F

N

⾸107,914

⾸ 26,97N

Tegangan yang terjadi pada baut τ ⾸π W

(81)

commit to user 3.10 Perhitungan Las

Perhitungan kekuatan las pada sambungan rangka dengan tebal plat 5 mm

Panjang pengelasan 500 mm, sehingga untuk memperhitungkan kekuatan las ditentukan dengan :

Diketahui beban tiap-tiap komponen

Berat Tangki ⾸ 25Kg 9,81 ⾸ 245,25N

P

total

⾸ 245,25N 127,53 117,6 107,9 107,9 49

⾸ 755,18

(82)

commit to user A⾸ 0,707.s.

⾸ 0,707 5 70,71

⾸ 249,95mm⎠

τ ⾸ P A

⾸ 755,18249,95

⾸ 3 N mm⎠

Z = t 4l.b+b 2

6

⾸ 0,707. 4.50.50 506

⾸ 0,707.5 2083,3 ⾸ 7364,4 㸨㸨⎠

地⾸

⾸ 150626,767364,4

⾸ 20,45 㸨㸨

σ

㸨 ⾸12 s地2 42

12 20,452 43 2

⾸ 12 454,2

(83)

commit to user

Pengelasan yang ada pada kontsruksi alat ini adalah las sudut dengan menggunakan las listrik. Elektroda yang digunakan E 6013.

E 60 adalah Kekuatan tarik terendah setelah dilaskan adalah 60.000 psi atau 420N/mm2.

1 adalah Posisi pengelasan mendatar, vertikal atas kepala dan horisontal

3 adalah Jenis listrik adalah DC polaritas balik (DC +) diameter elektroda 2,6 mm, arus 60 – 110 Amp.

Tegangan sambungan las maksimum perhituungan = 10 N/mm2 Tegangan ijin dari elektroda = 420 N/mm2

(84)

commit to user BAB IV

PROSES PEMBUATAN DAN ANALISA BIAYA

Setelah dilakukan perancangan untuk menentukan desain dan kemampuan alat maka untuk selanjutnya proses pembuatan alat ini bisa dikerjakan. Pada prosesnya, pembuatan alat peraga rem angin dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai dari persiapan pengerjaan, tahap pembuatan kontruksi alat, proses finishing, pengecatan hingga pemasangan komponen-komponen agar alat bisa digunakan sebagaimana mestinya.

4.1 Persiapan Pembuatan Alat Peraga Rem Angin

Agar proses pembuatan alat peraga rem angin ini berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan persiapan-persiapan sebelum proses pengerjaan dimulai, yaitu:

1. Merencanakan tahap-tahap pengerjaan untuk pembuatan tiap bagian dari alat, sehingga proses pembuatan dapat berjalan secara lancar, sistematis dan terfokus dengan baik.

2. Memahami dengan sungguh-sungguh hasil yang didapat pada perancangan alat, mulai dari analisis perhitungan hingga gambar-gambar teknik beserta ukuran yang telah direncanakan.

3. Melakukan pembelian dan pemilihan material berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan dengan efisien.

4. Mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk proses pembuatan alat peraga rem angin ini, selain material maka alat dan bahan untuk proses pengerjaan harus direncanakan dan dipersiapkan.

(85)

commit to user 4.2 Proses Pembuatan Alat Peraga Rem Angin

Pengerjaan dilakukan dengan membagi beberapa tahap pengerjaan tiap bagian daripada alat peraga rem angin.

Gambar 4.1 Sketsa 3D alat peraga rem angin Keterangan:

1. Brake Chamber 2. Roda

3. Rangka 4. Reservoir 5. Poros 6. V-belt 7. Puli

(86)

commit to user

Sebelum proses pengerjaan dimulai maka harus dipersiapakan alat dan material yang akan digunakan:

1. Menyiapkan alat-alat pengerjaan, yakni: mesin gergaji, mesin gerinda, mistar penyiku, meteran, penitik, ragum, 1 set perangkat las listrik, 1 set kunci pas, 1 set mesin bor, topeng las, palu besi.

2. Menyiapkan material-material yang akan digunakan untuk pembuatan alat peraga rem angin, antara lain:

- Besi siku ukuran 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm panjang ..

- Besi plat ukuran 100 cm ᶈ 100 cm tebal 5 mm 4.3 Pembuatan Rangka Utama Alat

Langkah-langkah pengerjaan untuk membuat rangka utama alat peraga rem angin, yaitu:

1. Memotong besi siku berukuran 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm dengan ukuran 150 cm sebanyak 4 buah, dengan memperhatikan sudut pemotongan 45 derajat untuk memudahkan dalam peyambunganya.

2. Memotong besi siku berukuran 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm dengan ukuran 85 cm sebanyak 4 buah, dengan memperhatikan sudut pemotongan 45 derajat untuk memudahkan dalam peyambunganya.

3. Memotong besi siku berukuran 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm dengan ukuran 70 cm sebanyak 4 buah, umtuk membuat kaki rangka.

(87)

commit to user

Gambar 4.2 Rangka utama

5. Setelah sekiranya sudah siku di semua sudut, maka dilakukan proses pengelasan pada tiap sudut.

6. Setelah proses pengelasan selesai dilakukan, maka hasil las dirapikan dan dibersihkan dari kerak-kerak yang menempel.

4.4 Membuat Dudukan Motor Listrik

Langkah-langkah pembuatan dudukan motor listrik:

1. Memotong besi siku 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm dengan ukuran 85 cm sebanyak 2 buah.

2. Setelah pemotongan selesai, melakukan pengeboran diameter 8 mm dengan menggunakan mata bor 6 mm kemudian dilanjutkan menggunakan mata bor diameter 8 mm.

(88)

commit to user

Gambar 4.3 Dudukan motor listrik

4. Setelah pengelasan selesai, menggerinda bagian las yang kurang rata dan menghilangkan kerak-kerak bekas pengelasan.

4.5 Membuat Dudukan Kompresor

Langkah-langkah pembuatan dudukan kompresor:

1. Memotong besi siku 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm dengan ukuran 85 cm sebanyak 2 buah.

2. Memotong besi hollow 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm dengan ukuran 19 cm sebanyak 2 buah.

3. melakukan pengeboran diameter 8 mm dengan menggunakan mata bor 6 mm kemudian dilanjutkan menggunakan bor diameter 8 mm.

4. melakukan pengeboran memanjang pada lubang yang telah dibor, untuk digunakan sebagai penyetel letak kompresor, agar mudah dalam pemasangannya.

(89)

commit to user

5. melakukan pengeboran diameter 8 mm dengan menggunakan mata bor 6 mm kemudian dilanjutkan menggunakan bor diameter 8 mm.

6. Setelah melakukan pengeboran, melakukan proses penyambungan las, dengan menggunakan besi siku pada sisi samping rangka, seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Dudukan kompresor

7. Setelah pengelasan selesai, menggerinda bagian las yang kurang merata dan menghilangkan kerak-kerak bekas pengelasan.

4.6 Membuat Dudukan Reservoir

Langkah-langkah pembuatan dudukan reservoir:

1. Memotong besi siku 50 mm ᶈ 50 mm ᶈ 5 mm dengan ukuran 19 cm sebanyak 4 buah.

(90)

commit to user

Gambar 4.6 dudukan reservoir 4.7 Membuat Dudukan Foot Valve

Langkah-langkah pembuatan dudukan footvValve:

1. Memotong plat besi dengan ukuran 20 cm ᶈ 15,5 cm dengan tebal 5 mm sebanyak 1 buah.

2. Setelah pemotongan selesai, melakukan pengeboran diameter 10 mm dengan menggunakan mata bor 6 mm kemudian dilanjutkan menggunakan bor diameter 10 mm.

3. Setelah pengeboran selesai, melubangi plat dengan menggunakan las potong seperti pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Dudukan foot valve

(91)

commit to user

5. Setelah pengelasan selesai, menggerinda bagian las yang kurang merata dan menghilangkan kerak-kerak bekas pengelasan.

4.8 Membuat Dudukan Brake Chamber

Langkah-langkah pembuatan dudukan brake chamber:

1. Memotong plat besi dengan ukuran 22 cm ᶈ 21 cm dengan tebal 5 mm sebanyak 4 buah.

2. Memotong plat besi dengan ukuran 22 cm ᶈ 18 cm dengan tebal 5 mm sebanyak 2 buah.

3. Setelah pemotongan selesai, melakukan penyambungan las seperti pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Dudukan brake chamber

3. Melakukan pengeboran diameter 16 mm dengan menggunakan mata bor 6 mm kemudian dilanjutkan menggunakan bor diameter 16 mm.

(92)

commit to user

Gambar 4.9 Dudukan brake chamber

5. Setelah pengelasan selesai, menggerinda bagian las yang kurang merata dan menghilangkan kerak-kerak bekas pengelasan.

4.9 Proses Finishing dan Pengecatan

Langkah-langkah finishing dan pengecatan:

1. Menyiapkan alat dan bahan untuk proses finishing dan pengecatan, yaitu: gerinda, kikir, amplas, sikat baja, dempul, poksi, cat warna biru dan kompresor sebagai penyemprot.

2. Mengerinda bagian-bagian konstruksi yang runcing sekaligus meratakannya.

3. Melakukan pendempulan pada bagian rangka yang tidak rata terutama pada bagian hasil pengelasan, yang terdapat retakan atau lubang-lubang. 4. Setelah dempul kering, melakukan pengamplasan agar halus sekaligus

meratakan hasil pendempulan dan menghilangkan karat pada rangka. 5. Mencuci dengan air pada seluruh bagian rangka, kemudian dijemur sampai

kering.

6. Setelah rangka kering, melakukan pengecatan dasar dengan poksi.

Gambar

Gambar 2.19 Tanda untuk gaya normal.
Gambar 2.20 Tanda untuk gaya lintang
Gambar 2.24 Jenis-jenis sambungan dasar
Gambar 2.27 Edge Join
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, studi ini bertujuan untuk m enganalisis karakteristik parkir berupa, kapasitas parkir, akumulasi parkir, durasi parkir,

Bentuk Saluran tata niaga ikan sagela asap yang ada di propinsi Gorontalo yaitu mulai dari produsen baik itu produsen lokal maupun produsen luar provinsi

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada pendidikan formal ibu, walaupun tetap menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara pendidikan dan tingkat kelengkapan

Lokasi dipilih karena Desa Wisata Nglanggeran merupakan salah satu desa wisata yang sudah menerapkan konsep Community Based Tourism dan pernah memenangkan penghargaan

Perbedaan kedua yaitu pada dimensi penelitian terdahulu mengenai karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen (SAM) menggunakan dimensi karakteristik menurut Chenhall

Gain (Peningkatan) Hasil Belajar Geografi Pada Kelas yang Diberi Perlakuan Model Pembelajaran Kolaborasi (Collaborative Learning) antara Team Games Tournament (TGT) dan

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan dan ketepatan responden dalam mengakses informasi yang dicari dan didapatkan tidak selalu tergantung dengan adanya berbagai

Sintesis nanorod white carbon black dan partikel nano calcium partially stabilized zirconia sebagai filler resin polymethyl metacrylate untuk aplikasi pasak