• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI

LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Oleh :

ASTUTIK RIYANTI

Masalah dalam penelitian ini adalah kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester. Permasalahanya apakah kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester dapat diturunkan menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Tujuan penelitian mengetahui penurunan tingkat kecemasan siswa menghadapi ujian akhir semester menggunakan teknik desensitisasi sistematis.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain One-group Pretest-Posttest. Alat ukur yang digunakan adalah angket kecemasan. Subyek penelitian 6 siswa kelas VIII Unggulan SMP Negeri 1 Abung Semuli yang memiliki tingkat kecemasan tinggi dalam menghadapi ujian akhir semester. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan tingkat kecemasan setelah subjek diberikan treatment menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data menggunakan uji t, diperoleh thitung=7,476 kemudian dibandingkan dengan ttabel = 2,015, karena thitung > ttabel maka dapat disimpulkan kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester dapat diturunkan menggunakan teknik desensitisasi sistematis.

(2)

UPAYA MENURUNKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS VIII UNGGULAN SMP NEGERI 1 ABUNG SEMULI

LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Oleh

ASTUTIK RIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

DAFTAR GAMBAR

(4)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Kecemasan Tes…..………. 14

2. Karakteristik Kecemasan Tes ………...……… 15

3. Penyebab Kecemasan Tes ………...……... 4. Efek Kecemasan Tes ... 16 17 B. Desensitisasi Sistematis... ………. 18

1. Pengertian Pengertian Desensitisasi Sistematis ………... 18

2. Jenis-jenis Desensitisasi Sistematis ...………... 19

3. Tahap-tahap Pelaksanaan Desensitisasi Sistematis ...….. 4. Langkah-langkah dalam Menganalisis Perilaku Kecemasan... 21 28 C. Kelas Unggulan... ……… 29

1. Pengertian Kelas Unggulan...…… 29

2. Tujuan Kelas Unggulan... ………... D. Efektifitas Penggunaan Teknik Desensitisasi Sistematis dalam Menurunkan Kecemasan Tes... 30 31 III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... ……… 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian....……….. 35

(5)

D. Definisi Operasional ……….. 36

E. Teknik Pengumpulan Data ……… 38

F. Teknik Analisis Data ………. 40

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum Pra Layanan Konseling Menggunakan Tehnik Desensitisasi Sistematis... 42

2. Analisis Perilaku Berdasarkan Konseling Dengan Teknik Desensitisasi Sistematis... 44

3. Gambaran Proses Pelaksanaan Teknik Desensitisasi Sistematis... 4. Data skor kecemasan yang dialami subyek sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. 61 64 5. Grafik Perubahan Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Semester... 67

6. Analisis Data... 76

7. Pengujian Hipotesis... 76

(6)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Data Siswa kelas VIII yang Diberi Perlakuan 45 Tabel 2. Skor Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Akhir

Semester Sebelum Diberi Perlakuan dan Sesudah

Diberi Perlakuan 66

(7)

MOTTO

Hubungan terhebat yang pernah kita miliki adalah hubungan dengan diri kita

sendiri (Shierly McLaine)

Semakin banyak kita memperhatikan apa yang dikerjakan orang lain, maka

(8)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. ...

Sekretaris : Ratna Widiastuti, S.Psi.,M.A.,Psi., ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Shinta Mayasari, S.Psi.,M.Psi.,Psi. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(9)

PERSEMBAHAN

BISMILLAHIRROHMANNIRROHIM

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada

Bapak, seorang yang sangat kukagumi dalam hidup, seorang yang kuat dan juga hebat. Dengan segala kemampuannya selalu diberikannya untukku yang terbaik.

Mami, wanita paling sabar yang pernah kukenal. Dengan kasih sayang yang tulus yang selalu diberikan untukku. Beliaulah motivator terbesar dalam hidupku.

Someone who will be my soulmate “Mas Rudiyanto”

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sidomukti (Kotabumi-Lampung Utara) pada tanggal 17 Juni 1989. Penulis merupakan anak ke-3 dari empat bersaudara. Buah hati dari

pasangan Bapak Marno dan Ibu Yatinem.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Sidomukti kecamatan Abung Timur pada tahun 2001. Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Abung Semuli pada tahun 2004, kemudian menyelesaikan Sekolah

Menengah Atas di SMA Negeri 1 Abung Semuli pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Bimbingan Konseling Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB).

Selama kuliah penulis pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) sebagai anggota bidang Litbang pada tahun 2008-2009.

Penulis juga pernah sebagai sekretaris bidang IPTEK pada Forum Mahasiswa Bimbingan Konseling (FORMABIKA) pada tahun 2010-2011. Penulis juga

(11)

SANWACANA

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, dengan segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Menurunkan

Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Akhir Semester Genap Menggunakan

Teknik Desensitisasi Sistematis Pada Siswa Kelas VIII Unggulan SMP Negeri 1

Abung Semuli Lampung Utara Tahun Pelajaran 2010-2011”.

Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat

sarjana (S-1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. selaku Pembimbing Utama dalam

penyusunan skripsi yang senantiasa telah meluangkan waktu dan memberikan

bimbingan semaksimal mungkin selama periode penyusunan.

5. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi. selaku pembimbing pembantu yang

(12)

6. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi. selaku pembahas/penguji dalam

skripsi ini, banyak sekali saran-saran yang bermanfaat dari beliau yang dapat

diterapkan dalam skripsi ini dan juga nantinya setelah masuk ke dunia kerja.

7. Bapak dan Ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terimakasih dengan

segala yang telah diajarkan selama mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung yang secara tidak langsung memberikan bantuan selama

perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Maryana Achmad, S.Pd. selaku Kepala SMP N 1 Abung Semuli yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dalam penyelesaian

skripsi ini.

10. Kedua orang tuaku yang tanpa lelah memberikan doa serta dukungannya

dalam bentuk apapun, serta menanti keberhasilanku.

11. Kakak-kakakku (Mas Yanto, Mas Bambang, Mbak Yuli dan Mbak Anis),

adikku Nurul juga keponakanku Ega, Shifa dan Adhwa terimakasih dengan

segala dukungan yang telah diberikan.

12. Mas Rudi (someone who will be my shoulmate), terimakasih atas segala

bentuk dukungan yang telah diberikan.

13. Teman-teman BK’07 Sulis, Priesda, Ewin, Asep, Diah, Dian, Wieta, Wuri,

(13)

14. Kakak-kakak dan adik tingkatku di BK yang tidak dapat disebutkan satu per

satu, terimakasih atas dukungannya.

15. Teman-teman PPL di SMP N 4 Bandar Lampung, Dian, Ewin, Diah, Munip,

Eci, Destri, Winanda, Sulis, Anasrin, Galih dan Arief. Makasih atas

kebersamaannya selama ini, aku pasti rindu canda tawa dari kalian.

16. Teman-teman di Pondok Zahra (Ani, Eka, Destri, Dini, mbak Reni, Ros, Pitri,

Yuni, Wira, Sari, Reni, Dwi, dan Ipi, aku pasti kangen dengan kalian semua.

17. Teman-teman terbaikku dari kecil Ari Widayat, Dimas Agung Prasetyo, dan

Bakung Kunto Wijayandanu terimakasih atas segala bentuk dukungan yang

sudah kalian kasih.

18. Semua pihak yang pernah terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 2012

Penulis

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya

berusaha untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan

belajar, dan pendidik mengupayakan terciptanya situasi yang tepat sehingga

memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar. Berdasarkan hal

tersebut mengimplikasikan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu

proses interaksi antara guru dan siswa yang didasari oleh hubungan yang

bersifat mendidik dalam rangka pencapaian tujuan.

Melalui proses belajar mengajar lah tujuan pendidikan akan dicapai. Seperti

yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 pasal 3

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Redaksi Sinar Grafika)

menjelaskan:

(15)

Pendidikan juga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan

kualitas sumber daya manusia dan sebagai upaya mewujudkan cita-cita bangsa

Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Berdasarkan hal tersebut pemerintah membuat peraturan

tentang standarisasi kompetensi kelulusan sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 19/2005 pasal 25 ayat 1 dan

2, yaitu:

“Standar kompetensi kelulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidik. Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah.”

Standarisasi kompetensi kelulusan tersebut sebagai tolok ukur dalam

memberikan penilaian dari tahap evaluasi pada proses pendidikan. Evaluasi

memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dan dari

evaluasi itu para pengambil keputusan pendidikan mendasari diri dalam

memutuskan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak. Tanpa

evaluasi tidak dapat diketahui sejauh mana keluaran pendidikan telah sesuai

atau bahkan menyimpang dari tujuan awal yang telah dicanangkan. Evaluasi

yang dilakukan secara benar akan banyak manfaatnya karena dari hasil

evaluasi itu akan diperoleh umpan balik yang berharga bagi masukkan

maupun proses pendidikan (Hisyam : 2000).

Dunia pendidikan disiapkan untuk mempersiapkan generasi muda agar

(16)

persaingan bebas. Namun, tidak menutup kemungkinan dengan adanya

peraturan pemerintah yang berkaitan dengan standar kelulusan dapat

menyebabkan kecemasan pada peserta didik yang akan melaksanakan ujian,

baik ujian nasional ataupun ujian akhir semester. Seperti yang diungkapkan

oleh salah satu pakar pendidikan Daud (2008), ketika standar kelulusan

menuntut sama untuk semua siswa, tanpa mempertimbangkan objektifitas

kualitas pengajaran di sekolah mereka, maka jelas para siswa, guru, dan juga

orang tua di daerah terpencil akan merasa tertekan, stres, takut, dan bahkan

putus asa perihal kelulusan mereka.

Spielberger & Vagg (dalam Zeidner:1998) mengatakan bahwa kecemasan tes

mengacu pada bentuk dasar pada situasi yang lebih spesifik, tingkat

kekhawatiran yang tinggi, pikiran terganggu, ketegangan dan gairah fisiologis

pada saat menghadapi suatu proses penilaian (ujian/tes). Siswa yang memiliki

kecemasan tes memiliki tingkat kekhawatiran yang tinggi, melihat ujian

sebagai situasi yang sangat sulit, menantang dan menakutkan.

Seseorang yang mengalami kecemasan dapat menunjukkan beberapa ciri-ciri

kecemasan. Seperti, kegelisahan dan kegugupan, tangan atau anggota tubuh

yang gemetar, banyak berkeringat, sulit berbicara, jantung yang berdebar

keras atau kencang, panas dingin, wajah terasa memerah dan bahkan bisa

pusing lalu pingsan (Nevid, 2003). Hal-hal yang disebutkan tersebut dapat saja

terjadi pada siswa yang mengalami kecemasan tes, karena tingginya tingkat

(17)

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 28 Februari 2011 di

SMP Negeri 01 Abung Semuli Lampung Utara, diperoleh informasi melalui

wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, wali kelas, dan guru

bidang studi bahwa terdapat siswa yang mengalami kecemasan ketika akan

melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS). Kelas yang direkomendasikan

dari pihak sekolah adalah kelas VIII C yang merupakan kelas unggulan pada

kelas VIII di SMP Negeri 1 Abung Semuli. Diharapkan dengan penelitian

yang peneliti laksanakan pihak sekolah dapat mengetahui tingkat kecemasan

yang dialami oleh siswa dari kelas unggulan saat menghadapi ujian akhir

semester. Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru pembimbing di

kelas VIII C terdapat 4-7 siswa yang dianggap mengalami kecemasan.

Berdasarkan informasi yang diterima dan berdasarkan hasil pengamatan

secara langsung para siswa tersebut menunjukkan ciri-ciri dari kecemasan.

Seperti, muka memerah ketika guru menunjuk mereka untuk mengerjakan soal

latihan di depan kelas, suara terbata-bata ketika guru meminta siswa tersebut

menjawab sebuah pertanyaan secara tiba-tiba, terlihat gemetar ketika

presentasi di depan kelas, dan juga ada yang sering izin ke kemar kecil untuk

buang air kecil pada mata pelajaran tertentu.

Selain melakukan wawancara dengan guru pembimbing, wali kelas dan guru

bidang studi, peneliti juga melakukan wawancara dengan 4 siswa kelas VIII C

saat jam istirahat berlangsung. Dari informasi yang didapatkan mereka

menyatakan pernah merasa cemas saat sedang belajar dikelas, saat guru

memberikan informasi tentang standar kompetensi yang harus dicapai mereka

(18)

merasa takut apabila tidak bisa mencapai standar kompetensi yang telah

ditentukan pada setiap mata pelajaran, sehingga mereka harus remedial. Siswa

juga merasa takut apabila mereka tidak naik kelas. Dan rasa takut seperti itu

menyebabkan siswa kurang nyaman dalam belajar dan kurang dapat

berkonsentrasi ketika belajar di dalam kelas.

Kecemasan yang dialami oleh siswa perlu mendapat penanganan secara

khusus supaya kecemasan tersebut dapat menurun. Cara yang dapat dilakukan

untuk mengurangi kecemasan tersebut adalah dengan teknik desensitisasi

sistematis.

Cormier dan Cormier (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996:334)

mengemukakan bahwa desensitisasi sistematis telah digunakan untuk

menyembuhkan kecemasan,kasus-kasus phobia ganda pada anak-anak,

muntah-muntah yang kronis, takut pada darah, kebiasaan mimpi buruk

dimalam hari, takut menyetir mobil dan takut air. Teknik desensitisasi juga

telah digunakan secara luas dengan penderita phobia pada umumnya seperti,

takut ketinggian, takut di tempat terbuka dan takut di tempat tertutup. Selain

itu, teknik disensitisasi juga digunakan untuk menyembuhkan orang yang

takut terbang, takut mati, takut kritik atau penolakan.

Dari uraian di atas peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang “Upaya

Menurunkan Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Menggunakan Teknik

Desensitisasi Sistematis pada Siswa Kelas VIII Unggulan SMP Negeri 1

(19)

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan sebagai

berikut:

1 ada siswa yang mukanya memerah ketika guru menunjuk mereka

mengerjakan soal latihan di depan

2 ada siswa yang suaranya terbata-bata ketika guru meminta siswa tersebut

menjawab sebuah pertanyaan secara tiba-tiba

3 ada siswa yang terlihat gemetar ketika presentasi di depan kelas

4 ada siswa yang sering izin ke kemar kecil untuk buang air kecil pada saat

ujian

5 ada siswa yang cemas apabila nilai yang didapat tidak mencapai standar

kelulusan yang telah ditetapkan.

6 ada siswa yang kurang konsentrasi saat ujian.

7 ada siswa yang mengalami kecemasan tidak akan naik kelas.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Maka dalam hal ini peneliti membatasi pada “Upaya Menurunkan

Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Menggunakan Teknik Desensitisasi

Sistematis pada Siswa Kelas VIII Unggulan SMP Negeri 1 Abung Semuli

(20)

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini

adalah; “Siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian di SMP

Negeri 1 Abung Semuli Lampung Utara tahun pelajaran 2010/2011”.

Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

“Apakah kecemasan siswa dalam menghadapi ujian dapat diturunkan dengan

penggunaan teknik desensitisasi sistematis?”

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan tingkat kecemasan siswa

dalam menghadapi ujian dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Kegunaan secara teoretis

Secara teoretis penelitian ini berguna untuk mengembangkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan penulis melalui bahasa ilmiah. Selain itu penelitian

ini berguna untuk mengembangkan ilmu khususnya mengenai penggunaan

teknik desensitisasi sistematis dalam menurunkan kecemasan siswa

(21)

b. Secara praktis

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi ujian akhir semester dapat diturunkan dengan

menggunakan teknik desensitisasi sistematis.

C. Kerangka Pikir

Setiap orang dapat mengalami kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan

emosi yang sifatnya tidak menyenangkan. Akibat dari kecemasan itu, maka

seseorang akan dibayangi rasa khawatir dan takut bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi pada dirinya. Banyak hal yang dapat mmenimbulkan kecemasan

dalam diri seseorang, seperti kesehatan, hubungan sosialnya, ujian atau

bahkan karir (Nevid, dkk:2003).

Seseorang yang mengalami kecemasan dapat menunjukkan beberapa ciri-ciri

kecemasan, seperti: gelisah, gugup, tangan atau anggota tubuh gemetar,

banyak berkeringat, sulit berbicara, jantung berdebar keras atau kencang,

panas dingin, wajah memerah dan bahkan bisa pusing dan pingsan (Nevid,

dkk:2003). Hal-hal seperti itu dapat muncul ketika seseorang berada dalam

keadaan cemas. Apalagi jika kecemasan itu lebih mengacu pada hal yang lebih

spesifik seperti menghadapi ujian atau biasa yang disebut dengan kecemasan

tes.

Spielberger & Vagg (dalam Zeidner: 1998) mengatakan bahwa kecemasan tes

mengacu pada bentuk dasar pada situasi yang lebih spesifik, tingkat

kekhawatiran yang tinggi, pikiran terganggu, ketegangan dan gairah fisiologis

(22)

kecemasan tes memiliki tingkat kekhawatiran yang tinggi, melihat ujian

sebagai situasi yang sangat sulit, menantang dan menakutkan.

Dalam hal ini adalah siswa yang mengalami kecemasan ketika akan

melaksanakan ujian akhir semester. Mereka dapat mengalami beberapa

ciri-ciri kecemasan seperti yang dijelaskan diatas, secara tiba-tiba pusing, mual,

keluar keringat di telapak tangannya, panas dingin, gemetar bahkan kurang

konsentrasi dalam mengikuti proses belajar di kelas. Dengan ciri-ciri yang

ditunjukkan oleh siswa-siswa tersebut mengindikasikan bahwa siswa tersebut

memiliki tingkat kecemasan yang tinggi saat menghadapi ujian.

Kecemasan yang dialami tersebut dapat berawal dari perasaan takut pada

dirinya dengan adanya standarisasi kompetensi kelulusan yang tercantum

dalam perundang-undangan Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah RI

mengenai standar kelulusan yang harus dicapai oleh peserta didik. Para siswa

takut apabila nilai hasil ujian pada setiap mata pelajaran tidak mencapai

standar yang telah ditetapkan pemerintah (Daud, 2008).

Cormier dan Cormier (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996:334)

mengemukakan bahwa desensitisasi sistematis telah digunakan untuk

menyembuhkan kecemasan,kasus-kasus phobia ganda pada anak-anak,

muntah-muntah yang kronis, takut pada darah, kebiasaan mimpi buruk

dimalam hari, takut menyetir mobil dan takut air. Teknik desensitisasi juga

telah digunakan secara luas dengan penderita phobia pada umumnya seperti,

(23)

itu, teknik disensitisasi juga digunakan untuk menyembuhkan orang yang

takut terbang, takut mati, takut kritik atau penolakan.

Egbochukuand (2005) membuktikan lewat penelitiannya, bahwa teknik

desensitisasi sistematis efektif dalam menurunkan kecemasan ujian pada siswa

Sekolah Menengah Atas Nigeria, sehingga dianjurkan terapi ini cocok

digunakan dalam mereduksi kecemasan. Adapun dalam penelitiannya tersebut

menghasilkan sebuah program penanganan kecemasan ujian pada siswa

sekolah menengah pertama dengan menggunakan desensitisasi sistematis.

Dari uraian diatas, maka peneliti mencoba untuk memberikan sebuah

treatment supaya kecemasan yang dialami oleh siswa tersebut dapat menurun.

Treatment yang diberikan adalah dengan menggunakan teknik disensitisasi

sistematis. Dalam hal ini peneliti berusaha memberikan “suntikan” pada siswa

untuk menanggulangi ketakutan atau kebimbangan yang mendalam dalam

suasana tertentu. Dalam teknik ini peneliti berusaha mengubah tingkah laku

melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu,

rileks dan membayangkan sesuatu agar mereka dapat menurunkan ketakutan

atau ketegangan dalam suasana tertentu.

Dari pelaksanaan treatment tersebut kecemasan yang dialami siswa ketika

menghadapi ujian akhir semester dapat menurun. Siswa yang sebelum

diberikan perlakuan memiliki tingkat kecemasan tinggi setelah diberikan

perlakuan kecemasan yang dialami menurun. Maka dari itu kecemasan yang

dialami siswa dalam menghadapi ujian akhir sekolah dapat diatasi dengan

(24)

umumnya merupakan teknik yang digunakan untuk menurunkan kecemasan

yang dialami oleh individu.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk menurunkan kecemasan

yang dialami siswa dalam mengahapi ujian akhir semester dengan konseling

menggunakan teknik desensitisasi sistematis.

Berikut ini adalah kerangka pikir penelitian yang coba digambarkan dalam

bentuk bagan oleh peneliti:

Bagan 1. Kerangka Pikir penelitian

Berdasarkan kerangka pikir tersebut dapat terlihat bahwa siswa awalnya

mengalami kecemasan yang tinggi. Kemudian peneliti mencoba untuk

mengurangi kecemasan tersebut dengan menerapkan teknik dieensitisasi

sistematis dalam konseling dengan tujuan agar kecemasan yang dialami siswa

dapat mengalami penurunan. Kecemasan subjek

tinggi Kecemasan subjek menurun

Penggunaan teknik desensitisasi

(25)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

diajukan oleh peneliti, yang kemudian harus diuji kebenarannya. Adapun

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester dapat diturunkan

dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis.

Sedangkan hipotesis statistiknya adalah:

Ho : tidak terdapat perbedaan skor antara tingkat kecemasan siswa

dalam menghadapi ujian akhir semester sebelum diberikan teknik

desensitisasi sistematis dan sesudah diberikan teknik desensitisasi

sistematis.

Ha : terdapat perbedaan skor antara tingkat kecemasan siswa dalam

menghadapi ujian akhir semester sebelum diberikan teknik

desensitisasi sistematis dan sesudah diberikan teknik desensitisasi

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian.

Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai kecemasan yang

meliputi: kecemasan tes, karakteristik kecemasan tes, dan penyebab kecemasan

tes, akibat kecemasan tes, kelas unggulan, pengertian kelas unggulan, tujuan kelas

unggulan, teknik disensitisasi sistematis, pengertian disensitisasi sistematis,

jenis-jenis desensitisasi sistematis dan tahap-tahap pelaksanaan desensitisasi sistematis,

efektifitas teknik desensitisasi sistematis dalam mengurangi kecemasan.

A. Kecemasan

Setiap individu pasti pernah merasakan suatu perasaan yang disebut dengan

kecemasan. Kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan emosional yang

mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak

menyenangkan, dan perasaan khawatir (aprehensive) bahwa sesuatu buruk

akan terjadi pada dirinya (Nevid dkk, 2003). Sedangkan menurut pendapat

Atkinson (1996:214) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan

yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa

(27)

1. Pengertian Kecemasan Tes

Ujian/tes ditujukan untuk merepresentasikan kemampuan atau pekerjaan

siswa selama belajar di kelas. Dengan pelaksanaan ujian/tes siswa dituntut

untuk memperoleh hasil yang baik, bahkan sempurna, baik oleh dirinya

sendiri, teman-teman, guru, dan orangtuanya. Menurut Nevid dkk, (2003)

ujian/tes merupakan salah satu hal yang dapat menjadi sumber kecemasan.

Ketika akan menghadapi ujian atau tes, seseorang dapat mengalami

kecemasan atau yang biasa disebut dengan kecemasan tes (test anxiety).

Spielberger & Vagg (dalam Zeidner:1998) mengatakan bahwa kecemasan tes

mengacu pada bentuk dasar pada situasi yang lebih spesifik, tingkat

kekhawatiran yang tinggi, pikiran terganggu, ketegangan dan gairah fisiologis

pada saat menghadapi suatu proses penilaian (ujian/tes). Situasi yang lebih

spesifik yang dimaksudkan adalah ketika akan dihadapkan pada suatu proses

penilaian seperti ujian/tes. Pada situasi seperti ini individu dapat mengalami

tingkat kekhawatiran yang tinggi, pikirannya terganggu atau kurangnya

konsentrasi dan merasakan ketegangan serta gairah fisiologis pada perilaku

yang ditunjukkannya.

Sedangkan menurut Nicaise (dalam Adeleyna, 2008) kecemasan tes

didefinisikan sebagai respon fisiologis, kognitif, dan tingkah laku individu,

yang mendorong perasaan negatif dalam situasi yang dinilai. Individu yang

mengalami kecemasan tes menurut Nicaise lebih mengacu pada respon

(28)

tangan yang mengeluarkan keringat berlebih yang akhirnya mendorong pada

perasaan negatif pada saat akan dilakukan proses penilaian.

Menurut Sieber dkk, (dalam Zeidner:1998) kecemasan tes adalah respon

fenomenologis, fisiologis, dan tingkah laku yang menyertai kekhawatiran atau

kegagalan pada ujian atau situasi yang bersifat evaluasi. Seseorang dalam

kondisi seperti ini lebih menunjukkan tingkah laku-tingkah laku yang disertai

dengan rasa khawatir yang tinggi.

Dari beberapa pengertian kecemasan tes di atas dapat disimpulkan bahwa

kecemasan tes adalah suatu manifestasi emosi yang bercampur aduk yang

merupakan bentuk perasaan cemas berlebihan pada saat menghadapi suatu

proses penilaian (ujian/tes). Bentuk respon yang ditampilkan dalam respon

fisiologis, kognitif dan tingkah laku individu, yang mendorong perasaan

negatif dalam situasi yang dinilai tersebut.

2. Karakteristik Kecemasan Tes

Kecemasan tes (test anxiety) bisa ditemukan pada beberapa siswa yang

memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Seseorang yang

memiliki kecemasan tes tinggi akan merasa khawatir akibat tidak mampu

mengerjakan ujian/tes dengan baik. Orientasi diri terhadap perasaan khawatir

ini juga mempengaruhi konsentrasi selama perjalanan ujian/tes. Menurut teori

Sarason (dalam Adeleyna, 2008) mengatakan karakteristik siswa yang

memiliki kecemasan tes adalah sebagai berikut:

(29)

b. Siswa merasa dirinya sebagai orang yang tidak berguna atau tidak cukup bisa mengerjakan soal-soal ujian;

c. Siswa akan lebih memfokuskan pada konsekuensi yang tidak diinginkan dari ketidakmampuan dirinya;

d. Keinginan untuk menyalahkan diri sangat kuat dan mengganggu aktifitas kognitif terhadap ujian;

e. Siswa sudah mengira dan mengantisipasi kegagalan karena orang lain.

Berdasarkan karakteristik siswa dalam menghadapi ujian yang disebutkan di

atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang menghadapi ujian mengalami

perasaan-perasaan kurang nyaman dalam dirinya dan timbul anggapan bahwa

ujian merupakan hal yang menyulitkan.

3. Penyebab Kecemasan Tes

Gunarsa (1989) dan Durand & Barlow (dalam Widiastuti, 2011) menyatakan

cemas disebabkan oleh hal-hal berikut:

a. peningkatan aktivitas otak atau neurotransmitter

b. munculnya ancaman, tekanan, atau masalah dalam kehidupan

c. kondisi sosial yang menuntut secara berlebihan yang belum atau tidak

dapat dipenuhi oleh individu, seperti tuntutan mendapatkan nilai tinggi.

d. rasa rendah diri dan kecenderungan menuntut diri sempurna karena

standar prestasi yang terlalu tinggi dibandingkan dengan kemampuan

nyata yang dimiliki individu.

e. kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan, misalnya pada

siswa yang merasa kurang menguasai mata pelajaran matematika tetapi

harus segera mengikuti ujian matematika.

(30)

Berdasarkan penyebab kecemasan tes yang disebutkan di atas dapat

disimpulkan bahwa siswa yang mengalami kecemasan tes dapat disebabkan

oleh beberapa hal seperti, meningkatnya aktifitas otak, adanya tekanan atau

masalah dalam hidupnya, adanya tuntutan untuk mendapatkan nilai tinggi

atau bahkan kurangnya kesiapan dalam menghadapi situasi tersebut dan pola

pikir yang negatif terhadap dirinya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan yang

dijelaskan oleh Grainger (1999) yang menjelaskan bahwa penyebab

kecemasan tes berasal dari dua sumber, yaitu faktor lingkungan dan faktor

individu.

4. Efek Kecemasan Tes

Pada dasarnya kecemasan dalam tingkat rendah dan sedang berpengaruh

positif pada performasi belajar siswa karena dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa. Goleman (1997) mengatakan bahwa terlampau cemas dan takut

menjelang ujian justru akan mengganggu kejernihan pikiran dan daya ingat

untuk belajar dengan efektif sehingga hal tersebut mengganggu kejernihan

mental yang sangat penting untuk dapat mengatasi ujian.

Ada beberapa akibat cemas pada siswa antara lain:

a. prestasi akademik rendah (Klingemann, 2008; Durand & Barlow, 2003) b. mengurangi kinerja (Educational Testing Service, 2005)

c. gangguan psikologis, misalnya pikiran kosong, sulit konsentrasi, atau berlarian kemana-mana, isi pikiran negatif seperti mengingat-ingat hasil ujian yang buruk, atau mengetahui menjawab salah setelah tes selesai tapi tidak saat tes (Educational Testing Service, 2005)

(31)

Berdasarkan penjelasan di atas akibat dari kecemasan tes dapat menyebabkan

gangguan fisik maupun psikologis pada orang yang mengalaminya. Ketika

seseorang mengalami kecemasan yang ada dalam pikirannya hanyalah

perasaan-perasaan negatif tentang sesuatu yang dicemaskan tersebut.

Sehingga reaksi fisik maupun psikologis pun dapat muncul akibat perasaan

cemas yang dialaminya tersebut.

B. Desensitisasi Sistematis

1. Pengertian Desensitisasi Sistematis

Desensitisasi sistematis adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan

dalam terapi tingkah laku yang digunakan untuk menghapus tingkah laku

yang diperkuat secara negatif, dan meyertakan pemunculan tingkah laku atau

respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu

(dalam Corey, 2009:208). Jadi teknik ini penerapannya dengan memunculkan

respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang dialami oleh klien.

Chaplin (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) menyatakan bahwa

desensitisasi sistematis adalah pengurangan sensitifitas emosional yang

berkaitan dengan kelainan pribadi atau masalah sosial setelah melalui

prosedur konseling. Menurut Chaplin penggunaan teknik desensitisasi

sistematis ini untuk mengurangi sensitifitas emosional seperti cemas atau

phobia dengan menerapkan prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan

(32)

Menurut Munro, dkk. (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) menyatakan

bahwa desensitisasi adalah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengubah

tingkah laku melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri atas memikirkan

sesuatu, menenangkan diri, dan membayangkan sesuatu. Jadi yang

dimaksudkan adalah dalam teknik desnsitisasi sistematis ini terdapat suatu

proses memikirkan sesuatu, menenangkan diri, dan membayangkan sesuatu

sebagai langkah atau proses pengubahan tingkah laku.

Desensitisasi sistematis juga melibatkan teknik-teknik relaksasi (dalam

Abimanyu dan Manrihu, 1996). Klien dilatih untuk santai dan

mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit

kecemasan yang dibayangkan dan divisualisasi. Tingkatan stimulus penghasil

kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus penghasil

keadaan santai sampai kaitan antara stimulus penghasil kecemasan itu akan

terhapus.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desensitisasi sistematis adalah

salah satu teknik dalam terapi tingkah laku dengan menghilangkan respon

yang tidak menyenangkan dengan mengganti respon yang berlawanan dalam

situasi rileks, dimana klien diajak untuk memikirkan sesuatu, menenangkan

diri, dan membayangkan sesuatu.

2. Jenis-jenis desensitisasi sistematis

Pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis ini ada beberapa cara, baik secara

(33)

Beberapa jenis desensitisasi sistematis yang dijelaskan dalam Abimanyu dan

Manrihu (1996:334) adalah:

a. Desensitisasi yang dilaksanakan secara kelompok

Pelaksanaan desensitisasi kepada sekelompok klien yang mempunyai

masalah yang sama adalah lebih efektif dan efisien daripada desensitisasi

yang dilaksanakan secara individual.

b. Desensitisasi yang dilaksanakan sendiri oleh klien

Beberapa studi menunjukkan bahwa desensitisasi yang diselenggarakan

oleh terapis tidak efektif. Glasgow dan Barrera (dalam Abimanyu dan

Manrihu,1996) menemukan bahwa klien yang melaksanakan desensitisasi

sistematis utuk dirinya sendiri terus menunjukkan kemajuan setelah dites

lebih dari klien yang pelaksanaan desensitisasiya dilakukan oleh konselor.

c. Desensitisasi “in-vivo”

Desensitisasi “in-vivo” melibatkan beradanya klien secara aktual pada

situasi-situasi dalam hirarki itu. Klien melibatkan diri dalam seri-seri

situasi yang bertingkat daripada mengimajinasikan setiap seri itu. Jenis

desensitisasi itu digunakan jika klien mempunyai kesulitan menggunakan

imajinasinya atau tidak mengalami kecemasan selama melakukan

imajinasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan selain jenis desenstisasi yang dilakukan

secara perorangan, terdapat pula desensitisasi yang dilakukan secara

berkelompok, yang dilakukan oleh klien sendiri, dan yang dilakukan oleh

(34)

3. Tahap-tahap pelaksanaan desensitisasi sistematis

Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan teknik desensitisasi sistematik ini

dikemukakan oleh Cormier dan Cormier (dalam Abianyu dan Manrihu,

1996:337) adalah:

a. Rasional penggunaan treatment desensitisasi sistematis; b. Identifikasi situasi-situasi yang menimbulkan emosi; c. Identifikasi konstruksi hirarki;

d. Pemilihan latihan; e. Penilaian imajinasi; f. Penyajian adegan;

g. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut.

Tahap yang pertama kali digunakan pada teknik desensitisasi sistematik adalah:

a. Rasional penggunaan treatment desensitisasi sistematis

Rasional yang berisi tujuan dan prosedur pelaksanaan desensitisasi sistematis

disampaikan kepada klien karena akan mendatangkan beberapa manfaat.

Antara lain: 1. rasional dan ringkasan prosedur pelaksanaan itu

mengemukakan model tertentu atau cara dimana konselor akan melaksanakan

treatment ini, 2. hasil dari desensitisasi mungkin bisa ditingkatkan karena

diberikan instruksi dan harapan yang positif.

b. Mengidentifikasikan situasi-situasi yang menimbulkan emosi

Jika konselor telah menemukan masalah, maka mestinya ada indikasi tentang

dimensi atau situasi yang memengaruhi kecemasan. Untuk itu dalam hal ini

konselor hendaknya berinisiatif melakukan identifikasi situasi yang

memengaruhi emosi tersebut dengan menggunakan salah satu prosedur, yaitu:

(35)

hendaknya terus membantu klien menilai situasi-situasi yang diperoleh sampai

ditemukan beberapa situasi khusus.

c. Identifikasi konstruksi hirarki

Hirarki adalah daftar situasi rancangan terhadap mana klien bereaksi dengan

sejumlah kecemasan yang bertingkat-tingkat. Untuk memeroleh hirarki itu,

dalam tahap ini konselor hendaknya membantu klien:

1. Menjelaskan tujuan meranking butir-butir hirarki menurut meningkatnya

level yang menimbulkan kecemasan;

2. Memilih tingkatan kecemasan dari paling yang tidak menimbulkan

kecemasan (nilai 0) sampai pada tingkatan yang paling menimbulkan

kecemasan (nilai 100);

3. Mengidentifikasi hal-hal yang menimbulkan kecemasan;

4. Mengidentifikasi hal-hal yang membuat cemas dan menulis dengan

menggunakan kartu;

5. Mengeksplorasi hal-hal yang membuat cemas sampai diperoleh kriteria

yang spesifik;

6. Meminta klien untuk mengidentifikasi beberapa hal-hal yang berlawanan

dengan hal-hal yang membuat cemas;

7. Meminta klien untuk mengatur butir hirarki menurut makin meningkatnya

pengaruh pada kecemasan dengan menggunakan metode rangking berikut:

skala 0-100 atau rendah, sedang, dan tinggi;

8. Menambah atau mengurangi hirarki kecemasan agar diperoleh hirarki

(36)

d. Pemilihan dan latihan cuonterconditioning atau respon penanggulangan

Pada tahap ini konselor memilih counterconditioning atau respon

penanggulangan yang sesuai untuk melawan atau menanggulangi kecemasan.

Konselor menjelaskan tujuan respon yang dipilih dan mendiskusikannya.

Konselor melatih klien untuk melakukan penanggulangan dan melakukannya

setiap hari. Sebelum melakukan latihan, klien diminta untuk menilai level

perasaan kecemasan. Kemudian konselor meneruskan latihan sampai klien

dapat membedakan level-level yang berbeda dari kecemasan dan dapat

menggunakan respon non kecemasan untuk mencapai sepuluh atau kurang

dalam skala penilaian 0-100.

e. Penilaian imajinasi

Pelaksanaan yang khas dari desensitisasi dititikberatkan pada imajinasi klien.

Hal ini berasumsi bahwa imajinasi dari situasi adalah sama dengan situasi

nyata dan bahwa belajar yang terjadi dalam situasi imajinasi menggeneralisasi

pada situasi ril. Karena itu tugas konselor adalah:

a) Menjelaskan penggunaan imajinasi dalam desensitisasi;

b) Mengukur kapasitas klien untuk menggeneralisasi imajinasi secara hidup;

c) Melalui bantuan klien konselor menentukan apakah imajinasi klien

memenuhi kriteria atau tidak.

f. Penyajian adegan hirarki

Adegan dalam hirarki disajikan setelah klien diberikan latihan dalam

(37)

imajinasi diukur. Setiap persentasi adegan didampingi dengan respon

penanggulangan sehingga kecemasan klien terkondisikan atau terkurangi.

g. Pekerjaan Rumah dan Tindak Lanjut

Dalam bagian akhir dari treatment ini konselor melakukan kegiatan sebagai

berikut:

a) Konselor memberikan tugas/pekerjaan rumah yang berhubungan dengan

usaha memajukan hasil treatment desensitisasi dengan petunjuk sebagai

berikut:

Latihan setiap hari tentang pelaksanaan relaksasi, visualisasi butir-butir

yang diselesaikan secara sukses pada sesi yang mendahuluinya, penerapan

pada situasi yang sebenarnya butir-butir yang telah diselesaikan dengan

sukses.

b) Konselor menginstruksikan klien untuk mencatat pekerjaan rumah dalam

buku catatan

c) Konselor merencanakan pertemuan tindak lanjut untuk mencek hasil

pekerjaan rumah.

Pelaksanaan teknik utama dari teknik desensitisasi sistematis diatas akan

diuraikan dengan jelas di bawah ini:

Saat mata tertutup klien mulai terlibat dengan teknik ini. Konselor

menggambarkan seri-seri adegan atau situasi dan meminta klien untuk

membayangkan dirinya dalam setiap adegan atau situasi tersebut. Jika klien tetap

rileks, klien diminta untuk membayangkan situasi yang dapat menimbulkan

(38)

adegan yang lebih membuat klien merasa cemas sampai klien memberi tanda

bahwa klien sedang mengalami kecemasan, seperti mengeluarkan keringat,

memberikan kode dengan salah satu jari-jari tangannya saat adegan tersebut

dimunculkan. Kemudian konselor meminta klien untuk menghentikan imajinasi

adegan kepada klien. Konselor kembali meminta klien untuk rileks, diantaranya

dengan melemaskan otot-otot tubuh dan membayangkan situasi yang membuat

klien senang atau situasi yang tidak membuat klien cemas. Setelah klien rileks dan

tidak merasa cemas lagi kemudian adegan diteruskan kembali. Pada daftar hirarki

situasi yang lebih menimbulkan rasa cemas.

Apabila prosedur pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis dapat dilaksanakan

secara berurutan dan tetap sesuai dengan tahap-tahapnya maka pelaksanaan teknik

ini dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Maka secara garis besar teknik ini dapat dibagi dalam tiga bagian usaha yang

besar yaitu sebagai berikut:

a) Latihan relaksasi otot dan ketenangan menggunakan tipe relaksasi progresif;

b) Menyusun urutan hirarki masalah yang mencemaskan;

c) Desensitisasi yang sesungguhnya atau pelaksanaan inti dari teknik

desensitisasi sistematis.

Penyususunan hirarki dimulai dari masalah yang paling ringan dan tidak begitu

menimbulkan kecemasan kemudian satu persatu ke atas hingga ke daftar hirarki

(39)

Penyusunan ini biasanya selesai dalam beberapa sesi wawancara sebagai berikut:

a. Pada wawancara pertama, klien dilatih dengan relaksasi otot, yaitu dengan

cara melemaskan otot tubuh yang terus tegang. Kemudian klien

memerhatikan dengan cermat beda rasa antara otot yang tegang dan otot yang

lemas. Klien kemudian dianjurkan untuk melatih dirinya dirumah sendiri

sebelum datang pada wawancara selanjutnya. Bila relaksasi sudah dapat

tercapai, maka desensitisasi sudah dapat dimulai. Klien diberi aba-aba untuk

melemaskan otot-ototnya sebagaimana telah diajarkan konselor dan

mengacungkan jari telunjuknya bila merasa cemas saat mengimajinasikan

adegan. Setelah klien merasa rileks, klien diminta membayangkan suatu

adegan yang netral dan tidak akan menimbulkan rasa kecemasan setelah

adegan itu dilaksanakan. Kemudian konselor meminta klien untuk

mengimajinasikan suatu adegan atau situasi yang biasanya menimbulkan

kecemasan. Teknik desensitisasi ini sangat perlu dipakai untuk mengetahui

betapa cepat dan jelasnya klien dapat membayangkan atau mengimajinasikan

suatu adegan atau situasi tertentu yang dialami dalam hidupnya.

b. Pada sesi selanjutnya, cara seperti yang dilakukan pada saat wawancara

pertama tetap dilakukan lagi dengan cara mengimajinasikan situasi atau

adegan yang sudah tidak menimbulkan kecemasan lagi, kemudian imajinasi

adegan atau situasi boleh dilanjutkan pada urutan hirarki yang lebih tinggi

atau ke situasi yang dapat menimbulkan kecemasan., demikian seterusnya

hingga beberapa sesi dalam pelaksanaan teknik ini. Situasi atau adegan yang

(40)

banyak kecemasan pada sesion sebelumnya maka pada sesion ini situasi

tersebut sudah tidak lagi menjadi situasi yang mencemaskan pada diri klien.

Hal yang perlu diingat adalah faktor pelaksanaan dalam mengadakan persentasi

situasi dengan cara imajinasi yang logis dan konsisten untuk desensitisasi yaitu

untuk mempertahankan relaksasi selama terapi dan untuk mencegah selama

proses desensitisasi itu tidak akan menjadi penyebab kecemasan. Oleh sebab itu,

bila klien memberi tanda bahwa ia merasa cemas atau pemberi terapi melihat ada

pertanda gangguan tubuh selama diberikan rangsang kecemasan itu maka

imajinasi adegan oleh klien harus segera dihentikan dan bayangan adegan yang

mencemaskan tersebut di perintahkan untuk segera dihapuskan dan konselor

meminta klien untuk rileks, agar klien dapat menghilangkan rasa cemas setelah

mengimajinasikan suatu adegan.

Setelah klien tenang kembali barulah daftar cemas dari rangsang hirarki situasi

dapat diimajinasikan kembali. Bila kecemasan timbul lagi maka relaksasi

dilakukan kembali, demikian selanjutnya. Situasi diulang lagi hingga dirasakan

oleh klien cukup nyaman dan santai untuk menyelesaikan terapinya itu sehingga

berhasil.

Dengan demikian kegagalan dalam proses desensitisasi sistematis dapat dicegah.

Perlu diingat penghentian terapi jangan sekali-kali disaat klien sedang dalam

keadaan cemas, sebab suatu suasana akhir pertemuan nampaknya akan lekat

dipertahankan sehingga membutuhkan saat yang paling lama untuk

(41)

rangsang atau suasana yang cukup lunak dan santai sehingga penghentian dapat

dilakukan dengan lebih lancar.

4.Langkah-langkah dalam menganalisis perilaku kecemasan

Dalam penelitian ini digunakan tiga langkah menganalisis perilaku, berawal

dari tahap memilih target perilaku yang akan dikurangi sampai tahap

mengevaluasi program yang telah dilaksanakan. Tiga langkah tersebut yaitu:

a) Memilih target perilaku yang akan dikurangi;

b) Merencanakan dan mewujudkan sebuah strategi untuk mengurangi

perilaku;

c) Mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Langkah-langkah dalam menganalisis perilaku akan diuraikan lebih jelas

dibawah ini:

a) Memilih target perilaku yang akan dikurangi

Merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan

penelitian. Dalam penelitian ini target perilaku yang akan dikurangi adalah

kecemasan siswa dalam menghadap ujian akhir semester. Untuk

mengurangi perilaku yang dialami oleh siswa tersebut peneliti

menggunakan teknik konseling. Adapun konseling yang akan diterapkan

oleh peneliti adalah dengan menggunakan pendekatan behavioral teknik

desensitisasi sistematis.

b) Merencanakan dan mewujudkan sebuah strategi untuk mengurangi

(42)

Tahap ini merupakan tahap inti dari penelitian yang akan dilakukan.

Dalam tahap ini peneliti menentukan cara dan strategi yang akan

digunakan untuk membantu mengurangi perilaku subyek. Peneliti

menggunakan strategi atau cara konseling untuk membantu mengurangi

perilaku subyek penelitian dengan cara menurunkan perilakunya bahkan

sampai menghilangkan perilakunya. Konseling yang akan dilaksanakan

peneliti menggunakan salah satu pendekatan yaitu pendekatan konseling

behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis.

c) Mengevaluasi program yang telah dilaksanakan peneliti

Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses menganalisis perilaku yang

dilaksanakan. Mengevaluasi program yang telah dilaksanakan bertujuan

untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan sudah efektif

atau belum. Untuk mengevaluasi program yang dilaksanakan yaitu dengan

cara membandingkan keadaan perilaku subyek sebelum dilakukan

konseling dengan perilaku subyek sesudah dilakukan konseling.

C. Kelas Unggulan

1. Pengertian Kelas Unggulan

Menurut Silalahi (dalam Zanuraini : 2011), kelas unggulan adalah kelas yang

menyediakan program pelayanan kusus bagi peserta didik dengan cara

mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimilikinya untuk memenuhi

kebutuhan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat

(43)

Sedangkan menurut Direktorat Pendidikan Dasar yang ditulis kembali oleh

Supriyono (dalam Zanuraini : 2011) adalah sejumlah anak didik yang karena

prestasinya menonjol dikelompokkan di dalam satu kelas tertentu kemudian

diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan

dan adanya tambahan materi pada mata pelajaran tertentu.

Selanjutnya menurut Suhartono dan Ngadirun (dalam Zanuraini : 2011) kelas

unggulan adalah kelas yang dirancang untuk memberikan pelayanan belajar

yang memadai bagi siswa yang benar-benar mempunyai kemampuan yang

laur biasa.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas unggulan adalah kelas

yang dirancang untuk sejumlah siswa yang memiliki kemampuan, bakat,

kreativitas dan prestasi yang menonjol dibandingkan dengan siswa

lainnya kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum

yang dikembangkan dan adanya tambahan materi pada mata pelajaran

tertentu.

2. Tujuan Kelas Unggulan

Menurut Silalahi (dalam Zanuraini : 2011) tujuan penyelenggaraan kelas

unggulan diantaranya:

a) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

b) Menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

c) Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tenaga pendidik.

(44)

e) Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi persaingan di dunia

pendidikan dengan menciptakan keunggulan kompetitif

D. Efektifitas Teknik Desensitisasi Sistematis dalam Mengurangi Kecemasan

Tes

Teknik desensitisasi sistematis dipilih karena merupakan perpaduan dari

teknik memikirkan sesuatu, menenangkan diri dan membayangkan sesuatu

dengan memanfaatkan ketenangan jasmaniah konseli untuk melawan

ketegangan jasmaniah konseli yang bila konseli berada dalam situasi yang

menakutkan atau menegangkan sehingga sangat tepat untuk mengatasi

gangguan kecemasan atau yang berhubungan dengan kelainan pribadi maupun

masalah sosial.

Adapun yang memperkuat dalam menggunakan teknik desensitisasi sistematis

dalam mereduksi kecemasan menghadapi ujian adalah karena teknik

desensitisasi sistematis dapat diterapkan secara efektif pada berbagai situasi

penghasil kecemasan, mencakup situasi interpersonal, ketakutan menghadapi

ujian, ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi, kecemasan-kecemasan

neurotik, serta impotensi, dan frigiditas seksual (Corey, 2009:210).

Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang didasarkan pada

pengkondisian responden yang digunkaan oleh para ahli psikologi untuk

mengurangi rasa takut dan rasa cemas klien mereka (Wolpe, dalam

(45)

Wolpe (dalam Corey, 2009:209) telah mengembangkan suatu respon yakni

relaksasi, yang secara fisiologis bertentangan dengan kecemasan yang secara

sistematis diasosiasikan dengan aspek-aspek dari situasi yang mengancam.

Jadi dengan respon relaksasi diharapkan kecemasan yang dialami secara

perlahan berkurang. Setiap kali relaks maka cemasnya berkurang.

Cormier dan Cormier (dalam Abimanyu dan Manrihu,1996:334)

mengemukakan bahwa desensitisasi telah digunakan untuk menyembuhkan

kecemasan,kasus-kasus phobia ganda pada anak-anak, muntah-muntah yang

kronis, takut pada darah, kebiasaan mimpi buruk dimalam hari, takut menyetir

mobil dan takut air. Teknik desensitisasi juga telah digunakan secara luas

dengan penderita phobia pada umumnya seperti, takut ketinggian, takut di

tempat terbuka, dan takut di tempat tertutup. Selain itu, teknik disensitisasi

juga digunakan untuk menyembuhkan orang yang takut terbang, takut mati,

takut kritik atau penolakan.

Egbochuku, (2005) membuktikan lewat penelitiannya, bahwa teknik

desensitisasi sistematis efektif dalam mengurangi kecemasan ujian pada siswa

Sekolah Menengah Atas Nigeria, sehingga terapi ini cocok digunakan dalam

mereduksi kecemasan. Adapun dalam penelitiannya tersebut menghasilkan

sebuah program penanganan kecemasan ujian pada siswa sekolah menengah

pertama dengan menggunakan desensitisasi sistematis.

Dari hasil penelitian para peneliti tersebut dapat dikatakan bahwa teknik

(46)

ini peneliti menggunakan desensitisasi sistematis untuk mengurangi

kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester karena teknik ini

dianggap tepat dan sesuai untuk masalah yang dialami klien dengan masalah

(47)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh

hasil sesuai yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan. Penggunaan

metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar

dibentengi dengan bukti ilmiah yang kuat. Dengan metode yang tepat akan

meningkatkan objektivitas hasil penelitian, karena merupakan penemuan

kebenaran yang memiliki tingkat ketepatan (validitas) dan tingkat kepercayaan

(reliabilitas) yang tinggi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Metode eksperiment adalah metode percobaan dan observasi sistematis dalam

suatu situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati itu begitu

disederhanakan, yaitu hanya beberapa faktor saja yang diamati, sehingga

penelitian bisa mengatasi seluruh proses eksperimennya (Kartono, 1996:267).

Desain yang digunakan One Group Pretest-Posttest. Pada penelitian ini

sebelum diberikan perlakuan kepada klien dengan desensitisasi sistematis

subjek diberikan sebuah pretest dengan mengisi sebuah angket kecemasan

(48)

setelah diperoleh skor dari hasil penyebaran angket kecemasan subjek

diberikan sebuah perlakuan dengan menggunakan desensitisasi sistematis

sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan teknik tersebut. Setelah diberikan

perlakuan dengan desensitisasi sistematis lalu subjek diberikan angket

kecemasan sebagai posttest untuk menentukan skor setelah diberikan

perlakuan. Hasil kedua tes tersebut dibandingkan untuk menguji apakah

perlakuan yang telah diberikan memberi perubahan pada kecemasan yang

dialami oleh siswa dalam menghadapi ujian akhir semester.

Sebelum perlakuan Treatment Setelah perlakuan

Bagan 1.1. One group pretest - posttest design

Keterangan :

O.1 : Subyek mengalami kecemasan

X : Perlakuan menggunakan teknik desensitisasi sistematis

O.2 : Subyek menurun kecemasannya

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2002) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 01

Abung Semuli Kotabumi Lampung Utara.

(49)

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2002) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.

Sampel dalam penelitian ini 6 siswa kelas VIII C yang memiliki tingkat

kecemasan tinggi setelah dilakukan penyebaran angket kecemasan.

C. Variabel penelitian

Setiap penelitian menggunakan variabel yang jelas sehingga memberikan

gambaran data dan informasi apa yang diperlukan untuk memecahkan

masalah tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

eksperimen. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2010) bahwa:

“dalam penelitian eksperimen terdapat perlakuan (treatment), maka ada variabel yang mempengaruhi (X) dan ada variabel yang dipengaruhi (Y). Dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan.”

Berdasarkan pendapat di atas makan variabel dalam penelitian ini terdapat dua

variabe yaitu teknik desensitisasi sistematis sebagai variabel yang

mempengaruhi (X) dan kecemasan siswa menghadapi ujian akhir semester

sebagai variabel yang dipengaruhi (Y).

D. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang

perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk

(50)

peneliti hanya menguraikan indikator dari variabel terikatnya yaitu kecemasan

siswa, karena teknik desensitisasi sistematis sebagai variabel bebas hanya

sebagai treatment yang digunakan untuk mengurangi kecemasan yang dialami

oleh siswa.

Desesitisasi sistematis adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan

dalam terapi tingkah laku, digunakan untuk menghapus tingkah laku yang

diperkuat secara negatif, dan meyertakan pemunculan tingkah laku atau

respon yang berlawanan denga tingkah laku yang hendak dihapuskan itu

(dalam Corey, 2009:208). Desensitisasi sistematis juga melibatkan

teknik-teknik relaksasi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan

santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang

dibayangkan dan divisualisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desensitisasi sistematis adalah

salah satu teknik dalam terapi tingkah laku dengan menghilangkan respon

yang tidak menyenangkan dengan mengganti respon yang berlawanan dalam

situasi rileks, dimana klien diajak untuk memikirkan sesuatu, menenangkan

diri, dan membayangkan sesuatu.

Menurut Spielberger & Vagg (dalam Zeidner:1998) mengatakan bahwa

kecemasan tes mengacu pada bentuk dasar pada situasi yang lebih spesifik,

tingkat kekhawatiran yang tinggi, pikiran terganggu, ketegangan dan gairah

fisiologis pada saat menghadapi suatu proses penilaian (ujian/tes). Dari

pendapat tersebut maka kecemasan tes adalah suatu manifestasi emosi yang

(51)

menghadapi suatu proses penilaian (ujian/tes) ditampilkan dalam respon

fisiologis, kognitif dan tingkah laku individu, yang mendorong perasaan

negatif dalam situasi yang dinilai tersebut.

Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan dalam menghadapi ujian akhir

semester, dalam penelitian ini, indikatornya sebagai berikut:

1. Kekhawatiran

2. Ketegangan

3. Kurang Konsentrasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk

memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Menurut Arikunto (2002:126),

metode pengumpulan data ialah “cara memperoleh data.” Peneliti akan

menggunakan beberapa metode atau cara untuk memperoleh data-data yang

diperlukan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

cara-cara sebagai berikut dalam mengumpulkan data:

1. Teknik Pokok

a. Angket

Angket adalah “sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

(52)

informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan subyek

penelitian (Arikunto, 2002:128).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket kecemasan tes yang

telah valid dan reliabel yang diadaptasi oleh Widiastuti, R dalam

penelitiannya dari Achievement Anxiety Test yang dikembangkan oleh

Alpert and Haber (1960). Alat tes ini memiliki koefisien reliabilitas 0.87

untuk pernyataan positif dan 0.83 untuk pernyataan negatifnya. Dan

koefisien validitas concurrent sekitar 0.38.

Dalam angket tersebut responden tinggal membubuhkan tanda cheklist (√)

pada kolom yang sesuai. Dengan dua alternatif jawaban yaitu YA dan

TIDAK.

YA jika mengalami hal yang disebutkan dalam angket tersebut.

TIDAK jika tidak mengalami hal yang disebutkan dalam angket tersebut.

2. Teknik Pelengkap

a. Observasi

Observasi yaitu suatu metode pengumpulan data yang diperlukan dengan

melakukan pengamatan terhadap obyek tertentu dalam penelitian. Observasi

dilakukan selama penelitian dengan memperhatikan perilaku-perilaku yang

terjadi pada subyek. Observasi yang dilakukan terstruktur dengan

menggunakan panduan observasi. Observer memberikan chek list pada

(53)

jika subjek tidak menunjukkan perilaku yang diamati. Panduan observasi

terlampir pada lampiran.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan yang seluas luasnya

dan jelas mengenai perilaku masalah yang dihadapi klien. Wawancara

merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan

tanya jawab dengan sumber data. Wawancara dilakukan pada subyek

penelitian dan pihak-pihak yang berkaitan dengan subyek. Wawancara

yang dilakukan merupakan wawancara yang tidak terstruktur,

pelaksanannya dilakukan secara otomatis ketika berhadapan langsung

dengan subyek penelitian

F. Teknik Analisis Data

Setelah diperolehnya seluruh data-data yang dibutuhkan, maka langkah

selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Adapun analisis data

yang penulis gunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

dilakukan untuk mendukung pengolahan data dengan rumus t hitung ( Arikunto;

2002), sebagai berikut:

Md = Mean dari deviasi (d) antara sebelum perlakuan dan setelah

(54)

xd = Perbedaan deviasi dengan mean deviasi (d-Md)

∑(Xd)2 = Jumlah kuadrat deviasi

N = Banyaknya subjek

(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang di lakukan di SMP Negeri 1 Abung Semuli, maka

dapat diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

penggunaan teknik desensitisasi sistematis dapat digunakan untuk

mengurangi kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi ujian akhir

semester. Hal ini terbukti adanya perbedaan antara thitung dan ttabel, dengan hasil

analisis data sebagai berikut hasil pretest dan posttest pada subyek penelitian diperoleh thitung = 7,476 kemudian dibandingkan dengan ttabel = 2,015, karena

thitung > ttabel maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan antara skor

kecemasan sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan

teknik desensitisasi sistematis.

2. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan tingkat

(56)

antara hasil pengukuran sebelum diberi perlakuan dan setelah diberikan

perlakuan, artinya teknik desensitisasi sistematis dapat menurunkan

kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester.

B Saran

1. Kepada Siswa

a. Hendaknya siswa dapat menerapkan pada dirinya sendiri penggunaan

teknik desensitisasi sistematis ketika mengalami kecemasan.

b. Hendaknya lebih terbuka dengan masalah yang dihadapi kepada guru

pembimbing.

2. Guru BK

Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya mempelajari lebih lanjut

mengenai teknik desensitisasi sistematis agar dapat membantu menangani

masalah siswa ketika mengalami kecemasan.

3. Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai kecemasan tes (anxiety test) disarankan untuk melakukan penelitian menggunakan populasi yang lebih luas dan dapat menggunakan

teknik dokumentasi seperti raport hasil ujian sebagai alat pengumpulan

datanya, untuk memperkuat data-data yang mendukung subjek penelitian

dan memasukkan pengaruh atau dukungan dari keluarga terhadap masalah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris dan mengetahui apakah praktik pengungkapan CSR akan mengurangi perilaku manajemen laba oleh perusahaan, dengan

Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada pasien Ny.S yang meliputi pengkajian,

Penggunaan Metode Multi Criteria Evaluation (MCE) untuk analisis kesesuaian lahan dengan kriteria yang lebih dari satu, penentuan nilai bobot dari kriteria ditentukan secara

bersama-sama dalam satu ruangan besar dan menginformasikan mereka bahwa mereka diharapkan untuk bekerja sembilan puluh jam seminggu selama lima tahun, dan pada akhir lima

Apa saja sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program eliminasi filariasis di Kabupaten Bengkalis dan bagaimana penggunaannyab. (dana, SDM, logistik,

Tahun 2011 akan dilakukan persiapan intensif untuk uji kompetensi, yaitu dengan fokus untuk penyusunan soal-soal uji yang berstandar nasional. Hal ini akan

Untuk mengetahui kapasitas daya yang dihasilkan, dilakukan pengukuran tegangan (V), arus (I) dan cos

sesuai dengan anjuaran yang ditetapkan oleh dinas pertanian setempat. Petani mitra dapat mengurangi risiko produksi dengan cara meningkatkan penggunaan pupuk TSP dan