PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE
EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA
PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
(Skripsi)
Oleh Dita F Karlinda
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Dita F Karlinda
ii ABSTRAK
PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE
EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA
PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh Dita F. Karlinda
Hasil observasi melalui wawancara dengan guru bidang studi Fisika di SMA
Negeri 3 Bandar Lampung diketahui bahwa metode eksperimen jarang dilakukan
karena kurangnya alat-alat praktikum pada laboratorium. Padahal metode
eksperimen sangat dibutuhkan guna membudayakan siswa berfikir ilmiah dan
melatih keterampilan proses sains (KPS) siswa. Mengingat penggunaan TIK
sedang banyak digunakan di sekolah-sekolah memungkinkan siswa dapat
melakukan eksperimen secara maya dengan menggunakan simulasi pada
komputer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor KPS dan
hasil belajar yang disebabkan oleh penggunaan metode eksperimen serta untuk
mengetahui interaksi penggunaan metode eksperimen dan kemampuan awal jika
dilihat dari perolehan skor KPS dan hasil belajar siswa. KPS yang di amati
meliputi; keterampilan mengamati,merumuskan hipotesis, merancang percobaan,
melakukan percobaan,menginterprestasikan data, menerapkan konsep, dan
Dita F Karlinda
iii
pembelajaran dan kemampuan awal dikelompokan berdasarkan nilai tes
kemampuan awal mengenai meteri prasyarat sebelum memulai materi pokok.
Desain penelitian menggunakan desain factorial. Pengujian hipotesis
menggunakan uji variasi univariate. Perolehan skor KPS kelas eksperimen di
laboratorium maya sebesar 18,6 dan hasil belajar sebesar 71,4. Sedangkan skor
KPS kelas eksperimen di laboratorium nyata sebesar 17,7 dan hasil belajar sebesar
60,2. Hasil uji univariate juga menunjukan tidak adanya pengaruh metode
eksperimen terhadap skor KPS dan hasil belajar siswa. Diperoleh interaksi yang
signifikan antara metode eksperimen dan kemampuan awal baik dilihat dari
perolehan skor KPS maupun nilai hasil belajar siswa.
Dita F Karlinda
iv
PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA
TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh Dita F Karlinda
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Dita F Karlinda
v
Judul Skripsi : PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN NYATA DAN MAYA TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Nama Mahasiswa : Dita F Karlinda
Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022036
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Agus Suyatna, M.Si. Dr. Abdurrahman, M.Si NIP 19600821 198503 1 004 NIP 19681210 199303 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si
Dita F Karlinda
vi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Agus Suyatna, M.Si. ____________
Sekretaris : Dr. Abdurrahman, M.Si. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. I Dewa Putu Nyeneng M. Sc. ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
Dita F Karlinda
vii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
Nama : Dita F Karlinda
NPM : 0913022036
Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA
Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Jl. Mk. Baginda Gg. H. karim 3 No. 607 Kelurahan
Gunung Sulah, Kecamatan Sukarame, Bandar
Lampung
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, April 2013 Yang Menyatakan,
Dita F Karlinda
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Februari 1993, anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan Suhendra dan Sri Mul Yani.
Pendidikan yang pernah ditempuh Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Munawarah
Tanjung Karang tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1
Pasir gintung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri
12 Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2006.
Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Program Studi Pendidikan
Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Tahun 2012, penulis melaksanakan
praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di SMP Negeri 2 Batanghari Nuban, di desa Negara ratu kecamatan
Dita F Karlinda
ix MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(Q.S. Al Baqarah: 286)
Dita F Karlinda
x
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan, ku persembahkan karya
kecil ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:
1. Papa dan Mama yang telah membesarkan, mendidik, dan mendukungku
dengan kasih sayang yang begitu berlimpah serta selalu menyayangi dan mengiringi langkahku dengan do’a.
2. Eyang uti dan kakung tercinta yang selalu mendukung dan menjadi motivasi
dalam menyelesaikan studiku.
3. Keluarga besarku yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu
keberhasilanku
4. Almamater tercinta yang mendewasakanku dan memberikan banyak
Dita F Karlinda
xi
SANWACANA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan
Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Hasil Belajar antara Pembelajaran
Menggunakan Metode Eksperimen Nyata dan Maya terhadap Kemampuan Awal
siswa pada Materi Listrik Dinamis” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika, Pembimbing Akademik dan juga Pembimbing I atas kesediaan
memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi
ini;
4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan
keikhlasannya dalam memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam
proses penyelesaian skripsi ini;
5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembahas atas masukan dan
Dita F Karlinda
xii
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan
Pendidikan MIPA;
7. Ibu Dra. Hj. Rospardewi M.M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 3 Bandar
Lampung atas izin untuk melakukan penelitian;
8. Bapak Zainal Abidin, selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya
selama penelitian berlangsung;
9. Orang-orang terdekat Alvin, Shiamita, Vera, desma, Dewi dan Tomi. Terima
kasih atas ketulusan kalian dalam memberikan bantuan, saran, kritik, doa, dan
dukungan;
10.Teman-teman seperjuangan PPL SMP Negeri 2 Batang Hari Nuban, Vivi,
Ratu, Siti, Jeni, Ibam, Kak Peb, Bima, Heri dan Arga. Terima kasih atas
kebersamaan kalian.
11.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2009, kakak tingkat 2007 dan 2008 serta adik
tingkat . Terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan kalian;
12.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, April 2013
xv DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Hasil Belajar ... 7
2. Keterampilan Proses Sains ... 9
3. Metode Eksperimen ... 13
4. Virtual Laboratory ... 15
B. Kerangka Berpikir ... 18
C. Hipotesis ... 21
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Desain Penelitian ... 22
D. Prosedur Penelitian ... 24
xvi
2. Pelaksanaan Penelitian ... 25
E. Data Penelitian ... 25
1. Jenis Data ... 25
2. Sumber Data ... 26
F. Teknik Pengumpulan Data……… 26 1. Validitas ... 27
2. Reabilitas ... 27
3. Kemampuan Awal ... 30
4. Hasil Belajar ... 30
5. Keterampilan Proses Sains ... 30
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………..31
1. Uji Normalitas ... 31
2. Uji Homogenitas ... 32
3. Uji Analisis Variansi Univariate ... 33
4. Perumusan Hipotesis ... 35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37
1. Tahapan Pelaksanaan ... 37
a. Kelas Eksperimen di laboratorium nyata ... 37
b. Kelas Eksperimen di Laboratorium maya ... 40
2. Hasil Uji Instrumen ... 42
a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42
a) Uji validitas soal... 42
b) Uji Reabilitas soal ... 44
b. Pengelompokan Data Kemampuan Awal Siswa... 45
a) Kemampuan awal siswa kelas eksperimen nyata ... 45
b) Kemampuan Awal Siswa kelas Eksperimen maya ... 45
c. Data KPS Siswa ... 46
a) Uji normalitas KPS ... 47
b) Uji homogenitas KPS ... 48
c) Perbandingan KPS kedua kelas eksperimen ... 48
d) Interaksi antara kemampuan awal dan metode eksperimen dilihat dari skor KPS………..49
d. Data Hasil belajar Siswa ... 53
xvii
b) Uji homogenitas hasil belajar kelas eksperimen nyata .. 54
c) Perbandingan Hasil Belajar kedua kelas eksperimen ... 55
d) Interaksi antara kemampuan awal dan metode eksperimen dilihat dari nilai hasil belajar………. 56
B. Pembahasan ... 57
1. Kesamaan KPS Kelas Eksperimen Nyata dan Maya serta Interaksinya dengan Kemampuan Awal ... 57
2. Kesamaan Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen Nyata dan Maya serta Interaksinya dengan Kemampuan awal ... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen Nyata ... 80
5 Silabus Eksperimen Maya ... ..86
6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen Maya ... 88
7 Lembar Penilaian (LP) 1-2 ... 94
8 Kunci Jawaban LP 1 ... 89
9 Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ……… 100 10 Lembar Penilaian KPS siswa ……… 101
11 LKK Eksperimen Maya ... 106
12 LKK Eksperimen Nyata ... 127
13 Kisi-Kisi ... 145
14 Soal Kemampuan awal dan Hasil belajar ... 148
15 Hasil Uji Instrumen Soal Kemampuan Awal ... 155
16 Hasil Uji Instrumen Soal Hasil Belajar ... 158
17 Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen Maya ... 161
xviii
19 Data Skor KPS dan Hasil Belajar siswa kelas Eksperimen maya ... 163
20 Data Skor KPS dan Hasil Belajar siswa kelas Eksperimen nyata ... 164
21 Pengelompokan data skor KPS kedus kelas eksperimen
Berdasarkan kemampuan awal (Tinggi dan Rendah) ... 165
22 Pengelompokan data Hasil belajar kedus kelas eksperimen
Berdasarkan kemampuan awal (Tinggi dan Rendah) ... 166
23 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 167
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari Longfield) ... . 11
3.1 Desain Faktorial Penelitian ditinjau dari KPS ... . 24
3.2 Desain Faktorial Penelitian ditinjau dari hasil belajar ... . 24
3.3 Indeks Reliabilitas ... . 29
3.4 Rumus Unsur Persiapan Anova Dua Jalan ... . 34
4.1 Hasil uji validitas soal Kemampuan Awal ... . 43
4.2 Hasil uji validitas soal hasil belajar ... . 43
4.3 Hasil uji reabilitas soal Kemampuan awal ... . 44
4.4 Hasil uji validitas soal hasil belajar ... . 44
4.5 Uji normalitas KPS ... . 47
4.6 Uji homogenitas KPS kedua kelas Eksperimen ... . 48
4.7 Perolehan skor KPS siswa ... . 49
4.8 interaksi terhadap KPS ... . 52
4.9 Uji normalitas hasil belajar ... . 54
4.10 Uji homogenitas hasil belajar kedua kelas Eksperimen ... . 55
4.11 Perolehan hasil belajar siswa ... . 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... . 21
4.1 Grafik interaksi berdasarkan skor KPS………... 53
4.2 Grafik interaksi berdasarkan nilai hasil belajar ... 57
4.3 Grafik perolehan skor KPS siswa………... 58
4.4 Grafik interaksi kemampuan awal dan metode eksperimen berdasarkan skor KPS ... 61
4.5 Grafik perolehan nilai hasil belajar siswa ... 64
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip
fisika dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
menyelesaikan masalah yang ada. Cara untuk menyelesaikan masalah
tersebut membutuhkan kemampuan bernalar dan berpikir kritis. Oleh karena
itu, fisika perlu dipelajari oleh siswa. Melalui fisika siswa dapat menumbuh
kembangkan pola berpikir logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional.
Mengacu pada Standar Isi, tujuan matapelajaran Fisika SMA yaitu, agar
peserta didik memiliki kemampuan memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain;
mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; mengembangkan
kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
2 alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Eksperimen perlu diadakan guna membudayakan berpikir ilmiah secara
sistematis, objektif, kritis dan rasional serta melatih Keterampilan Proses
Sains (KPS) siswa.
Pembelajaran dengan metode eksperimen di laboratorium sering dihadapkan
pada masalah kurangnya alat-alat yang menunjang terlaksananya eksperimen.
Alat-alat yang dikirim ke sekolah banyak yang ketelitiannya rendah sehingga
kualitas data yang diperoleh melalui alat-alat praktikum kurang baik. Kurang
baik nya kualitas data yang diperoleh membuat data tidak mampu
menjelaskan konsep-konsep fisika yang terkait. Oleh karena itu, eksperimen
di laboratorium nyata menjadi sulit dilakukan dan juga sulit dipahami siswa.
Uraian di atas menunjukan bahwa visualisasi laboratorium(penggunaaan
laboratorium maya) diduga dapat mengatasi masalah tersebut sehingga dapat
menjadi salah satu solusi pengganti eksperimen di lababoratorium nyata,
dengan begitu siswa tetap dapat melakukan eksperimen meskipun fasilitas
dan alat-alat praktikum di laboratorium nyata kurang memadai atau
kurangnya akurasi alat yang ada di laboratorium. Mengingat penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga sedang banyak digunakan di
sekolah-sekolah, sehingga penggunaan metode eksperimen di laboratorium
maya sangat mungkin dilakukan.
Eksperimen di laboratorium maya juga diduga dapat membangkitkan
semangat belajar siswa yang kemampuan awal nya rendah. Siswa yang
3 pelajaran fisika. Jika mereka dihadapkan langsung dengan alat-alat
eksperimen yang belum pernah digunakan sebelumnya dan jarang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari mereka mungkin tidak begitu antusias untuk
melakukan eksperimen. Sedangkan dengan laboratorium maya mereka dapat
memanfaatkan TIK yang sekarang sudah biasa mereka gunakan.
Uraian latar belakang di atas membuat peneliti ingin mengetahui apakah KPS
dan hasil belajar siswa dengan eksperimen laboratorium maya dapat
menyamai KPS dan hasil belajar siswa dengan eksperimen laboratorium
nyata serta dapat memberikan interaksi yang baik jika dilihat dari
kemampuan awal siswa. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang berjudul
“Perbandingan Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Hasil Belajar antara
Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen Laboratorium Nyata dan
Maya terhadap Kemampuan Awal Siswa Pada Materi Listrik Dinamis” yang
akan dilaksanakan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, adalah :
1. apakah ada perbedaan KPS yang disebabkan oleh perbedaan
penggunaan laboratorium (nyata dan maya)?
2. apakah ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya)
dengan kemampuan awal siswa pada KPS?
3. apakah ada perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh perbedaan
4 4. apakah ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya)
dengan kemampuan awal siswa pada hasil belajar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan
adalah untuk mengetahui adanya:
1. perbedaan KPS yang disebabkan oleh perbedaan penggunaan
laboratorium (nyata dan maya).
2. interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya) dengan
kemampuan awal siswa pada KPS.
3. perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh perbedaan penggunaan
laboratorium (nyata dan maya).
4. interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya) dengan
kemampuan awal siswa pada hasil belajar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa. Manfaat penelitian ini adalah:
1. penelitian ini dapat memberikan alternatif metode pembelajaran yang
dapat digunakan jika fasilitas atau alat-alat di laboratorium nyata tidak
tersedia atau tidak memenuhui syarat ketelitian dan akurasi.
2. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode
5 kemampuan awal dan metode eksperimen yang diperoleh dari penelitian
ini.
3. secara teoritis bagi peneliti bermanfaat untuk bahan rujukan atau sarana
pembelajaran serta pengembangan kemampuan diri peneliti dalam
tindakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang dan sebagai
bekal calon seorang guru.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diberi batasan untuk menghindari berbagai macam perbedaan
penafsiran. Batasan pada penelitian ini meliputi:
1. KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS
yang diamati meliputi keterampilan mengamati, keterampilan merumuskan
hipotesis, keterampilan merancang percobaan, keterampilan melakukan
percobaan, keterampilan menginterprestasikan data, keterampilan
menerapkan konsep, dan keterampilan berkomunikasi.
2. metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk dapat mengembangkan sikap ilmiah dan keterampilan proses
sains dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Metode eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen inkuiri menggunakan laboratorium nyata dan Virtual
laboratory(laboratorium maya) . Eksperimen dengan laboratorium nyata merupakan metode pembelajaran yang pelaksanaannya di laboratorium
6 laboratory merupakan salah satu learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan
aktifitas-aktifitas eksperimen seperti halnya mereka melakukan eksperimen di
laboratorium sebenarnya. Metode eksperimen yang dilakukan pada
penelitian ini adalah.
3. materi pokok dalam penelitian ini dibatasi pada materi listrik dinamis
mencakup pengukuran besaran listrik, hukum ohm, rangkaian hambatan
seri parallel dan hukum Kirchoff. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas
X.6 dan X.7 SMA Negeri 3 Bandar Lampung semester genap tahun
II. KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa
dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman
siswa. Setelah mengalami suatu proses belajar, siswa akan memperoleh suatu
hasil yang disebut dengan hasil belajar. Pengertian belajar menurut pendapat
Slameto (2003: 2), yaitu:
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pendapat diatas menerangkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh hasil belajar yang
merupakan suatu perubahan tingkah laku. Hasil belajar menurut Hamalik
(2007: 30-31), yaitu:
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu, adalah:
8 f. Emosional
g. Hubungan sosial h. Jasmani
i. Etis atau budi pekerti, dan sikap
Kutipan tersebut menerangkan bahwa hasil belajar yang berupa perubahan
tingkah laku tidak hanya berkaitan dengan penambahan pengetahuan, tetapi
juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, emosional,
hubungan social, jasmani etis dan sikap. Klasifikasi belajar seperti di atas,
menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah
satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah
melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal
yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami
suatu materi yang disampaikan. Hal ini berarti hasil belajar bukan hanya
suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti
yang nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur
subyektif dan unsur motoris. Unsur subyektif adalah unsur rohaniah,
sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia
terdiri dari sejumlah aspek.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) berpendapat bahwa:
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
9 Pendapat tersebut menerangkan bahwa untuk mengetahui hasil belajar
siswa, guru melakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi ini meliputi tiga
ranah seperti yang dijelaskan Bloom dalam Sardiman (2004:23-24) bahwa
ada tiga ranah hasil belajar, yaitu,
a) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan).
b) Affective: Receiving (sikap menerima), responding (member respon), Valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
c) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level.
Pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas
menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan
aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan
memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.
2. Keterampilan Proses Sains
KPS merupakan kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar
sains sehingga menghasilkan informasi, konsep, teori, prinsip maupun fakta
atau bukti. Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan
yang dibentuk oleh komponen-komponen metode sains/scientific methods.
10 dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Pengertian keterapilan
proses menurut Indrawati (1999) dalam Nuh (2010) adalah :
Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi).
Keterampilan proses sangat baik untuk menemukan suatu konsep atau
prinsip-prisip juga untuk mengembangkan konsep-konsep terutama pada
pelajaran fisika. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi
terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki
dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang
lebih rumit dan kompleks. Dalam pelaksanaannya keterampilan proses
memiliki tujuan.
Menurut Djamarah (2010:88):
Tujuan keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas anak didik dalam belajar, sehingga anak didik secara aktif dapat
mengembangkan dan menerapkan kemampuan-kemampuannya. Linkup kegiatan bertolak pada kemampuan fisik dan mental yang mendasar sesuai dengan apa yang ada pada pribadi anak didik.
KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat
penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah
dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru
dan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Oleh karena itu,
11 keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.Hal serupa juga
diungkapkan oleh Padilla (1990) dalam Nurohman (2010: 3), bahwa
keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) the basic (simpler) process skill dan 2) integrated (more complex) skills. The basic process skill, terdiri dari 1) Observing, 2) Inferring, 3) Measuring, 4) Communicating, 5) Classifying, dan 6) Predicting. Sedangkan yang termasuk dalam Integrated Science Process Skills adalah 1) Controlling variables, 2) Defining operationally, 3)
Formulating hypotheses, 4) Interpreting data, 5) Experimenting dan, 6) Formulating models.
Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang
diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam
memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam
pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses
siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara
parsial maupun secara utuh.
Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi KPS menjadi tiga
tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced.
Tabel 2.1. Klasifikasi KPS (diadaptasi dari Longfield)
Basic Kriteia
Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.
Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadian.
Mengklasifikasikan
Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.
12 ukur yang sesuai
Mengkomunikasikan
Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.
Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek
Membuat Data
Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.
Intermediate Kriteria
Inferring
Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang msuk akal.
Memprediksi
Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa
Edvanced Kriteria
Membuat hipotesis
Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk
pertanyaan
Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis
Menginterpretasikan Data
Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk
mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.
Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses
sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama
untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.
Penilaian KPS dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan
dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh
karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat
13 3. Metode Eksperimen
Metode eksperimen diperlukan guna membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri. Metode eksperimen merupakan metode
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk dapat mengembangkan sikap
ilmiah dan keterampilan proses sains dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien. Keterampilan proses yang harus diperkenalan
dan dimiliki siswa menurut Dahar (1996:120) adalah:
Mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan, alat dan bahan, menerapkan kosep, merencanakan atau melakukan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan
Menurut Sagala (2007:220) metode eksperimen adalah cara penyajian bahan
pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
Pembelajaran dengan metode eksperimen memberi kesempatan kepada
siswa untuk melakukan kegiatan percobaan baik secara perseorangan
maupun secara kelompok dalam memahami konsep-konsep dalam ilmu
pengetahuan alam sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung.
Kegiatan eksperimen merupakan wahana pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, efektif, dan
psikomotorik peserta didik.
Metode eksperimen memuat banyak hal yang dapat mempermudah dan
membantu siswa dalam memahami pelajaran, hal ini didukung oleh
14 1. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah
dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya. 2. Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat
dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru. 3. Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping
memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.
4. Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
Kelebihan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Budiharti (2000: 35)
antara lain :
1. Siswa terlibat didalamnya, sehingga siswa merasa ikut
menemukan serta mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya.
2. Mendorong siswa menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah
3. Menambah minat siswa dalam belajar.
Melihat kelebihan-kelebihan metode eksperimen menurut pendapat di atas,
penerapan metode eksperimen yang baik akan menunjang tercapainya
tujuan pengajaran IPA khususnya fisika, salah satunya mampu
menggunakan metode dan bersikap ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
Metode eksperimen seperti metode belajar lain memiliki kelemahan.
Beberapa kelemahan metode eksperimen menurut Rusyan, (1993:221)
kelemahan dari metode eksperimen adalah:
15 2. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
3. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.
Kekurangan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Budiharti (2000: 35)
antara lain :
1. Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.
2. Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama.
3. Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan.
4. Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian.
Melihat kelemahan-kelemahan eksperimen menurut pendapat di atas, setiap
melakukan eksperimen harus melihat apakah eksperimen tersebut
memerlukan fasilitas yang memadai atau tidak, bila tidak maka eksperimen
tidak mencapai tujuan dengan optimal dan siswa juga dituntut harus
mempunyai pengetahuan tentang materi apa yang akan dijalani didalam
sebuah eksperimen tersebut.
Meskipun metode eksperimen mempunyai kelemahan, namun tetap saja
metode eksperimen termasuk metode yang efektif karena dapat memberikan
gambaran secara konkret dan siswa dapat terlibat langsung dalam proses
eksperimen.
5. Laboratorium maya (Virtual Laboratory)
Teknologi informasi dan komputer sedang berkembang secara pesat.
16 pemanfaatannya pada proses pembelajaran di sekolah. Teknologi ini memiliki
pengaruh yang luar biasa. Salah satu implikasinya dapat dirasakan dalam
perkembangan media pembelajaran yang sekarang sudah menggunakan
komputer seperti pemanfaatan metode eksperimen virtual laboratory
(Laboratorium maya). Menurut pendapat Putra (2009: 55):
Virtual laboratory merupakan salah satu learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas eksperimen seperti halnya mereka melakukan
eksperimen di laboratorium sebenarnya.
Menurut Ubaid: 2010 bahwa:
Virtual laboratory merupakan piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktivitas experiment seperti halnya mereka melakukan experiment di laboratorium sebenarnya. Terdapat dua komponen penting dalam virtual laboratory, yaitu: simulasi dan animasi. Simulasi bertujuan menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi peserta dapat melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai parameter-parameter, sehingga menimbulkan perilaku berbeda terhadap percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku berbeda tersebut kemudian ditampilkan melalui animasi.
Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa terdapat peranti lunak
(software) yang berhasil menyajikan fenomena-fenomena fisika yang biasa
terjadi di alam nyata ke dalam lingkungan komputer (alam maya), sehingga
eksperimen dapat dilakukan dengan bantuan software yang dikenal sebagai
virtual laboratory. Laboratorium virtual adalah serangkaian alat-alat
laboratorium yang berbentuk perangkat lunak (software) komputer berbasis
multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan komputer dan dapat
mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan pengguna berada pada
17
Virtual laboratory merupakan sistem yang dapat digunakan untuk
mendukung sistem praktikum yang berjalan secara konvensional, sehingga
penggunaan virtual laboratory ini dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan praktikum melalui media komputer dan eksperimen
bisa dilakukan dimana saja, asalkan ada perangkat komputer. Hal ini
diharapkan menjadi pembelajaran efektif karena selain dapat dilakukan di
sekolah, kegiatan eksperimen dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Virtual Laboratory fisika dapat menjadi salah satu alternatif solusi atas minimnya peralatan laboratorium riil fisika di sekolah, serta dapat mengatasi
permasalahan materi fisika yang bersifat abstrak dan memiliki tingkat
kompleksitas yang cukup tinggi, sehingga pemberian pengalaman langsung
dalam suatu proses pembelajaran dapat dilaksanakan. Pemberian pengalaman
secara langsung akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk dapat
mengalami sendiri atau melakukan sendiri mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisa, dan membuktikan serta menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, dan proses sesuatu.
Sebagaimana yang diungkapkan Resmiyanto (2009: 106) bahwa:
18 Paparan di atas menjelaskan secara umum kelebihan Virtual Laboratory
Menurut Sanjaya (2007: 100) diantaranya adalah:
a. Mampu membuat sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; b. Mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran
berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa untuk lebih menekuni materi yang disajikan;
c. Dengan adanya warna, suara, dan grafik yang dianimasi dapat menambahkan realisme, dan merangsang untuk mengadakan latihan-latihan kerja, kegiatan laboratorium, simulasi dan sebagainya; d. Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi
gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mengukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran ;
e. Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak dan proses yang bergerak;
f. Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel; g. Mampu membawa objek yang sukar didapat atau berbahaya ke
dalam lingkungan belajar
Oleh karena itu penggunaan Virtual Lab dapat dijadikan salah satu media
untuk menvisualisasi suatu materi ke dalam kelas sehingga proses
pembelajaran praktikum tetap berjalan.
B. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan belajar fisika sangat ditentukan oleh metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru di dalam kelas bukan ditentukan oleh kemampuan awal
siswa. Metode pembelajaran tersebut tentu saja harus ada interaksi timbal balik
antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Interaksi yang baik juga
menghendaki suasana pembelajaran yang tidak membosankan dan memicu
motivasi yang terus-menerus sampai tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut
sehingga siswa dengan kemampuan awal yang rendah pun dapat berinteraksi
19 motivasi siswa dan juga membuat pembelajaran lebih menyenangkan serta
dapat pula membangkitkan keterampilan siswa.
Penelitian ini menggunakan dua kelas sampel yang diberikan perlakuan
berbeda yaitu satu kelas dibelajarkan dengan metode eksperimen di
laboratorium nyata dan satu kelas lagi dibelajarkan dengan menggunakan
metode eksperimen di laboratorium maya. Kedua kelas tersebut akan diamati
perbedaan KPS dan hasil belajarnya. Pembelajaran dengan metode eksperimen
di laboratorium nyata sudah umum dilakuan di sekolah-sekolah, namun dengan
adanya beberapa kelemahan pada metode eksperimen di laboratorium nyata
seperti kurang tersedianya alat-alat praktikum dan akurasi alat yang kurang
baik, maka diduga visualisasi laboratorium dapat menjadi salah satu solusi
pengganti eksperimen di laboratorium nyata. Oleh karena itu peneliti menduga
bahwa KPS dan hasil belajar siswa dengan pembelajaran menggunakan
metode ekperimen laboratorium maya dapat menyamai KPS dan hasil belajar
siswa menggunakan eksperimen laboratorium nyata.
Sebelum pembelajaran dimulai, siswa pada kedua kelas eksperimen terlebih
dahulu diberikan tes kemampuan awal berupa soal pretest mengenai materi
prasyarat sebelum memulai materi pokok. Pretest ini diberikan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa sebelum dibelajarkan,
kemudian hasil pretest tersebut dikelompokan kedalam kategori tinggi, sedang
dan rendah. Berdasarkan kategori kemampuan awal tersebut diduga siswa yang
kemampuan awlanya tinggi cenderung menyukai pembelajaran dengan metode
20 rendah mungkin lebih menyukai pembelajaran dengan metode eksperimen di
laboratorium maya. Hal tersebut dikarenakan eksperimen di laboratorium maya
merupakan hal yang baru bagi siswa, sehingga siswa yang kemampuan
awalnya rendah tertarik dengan eksperimen yang dilakukan jika dilihat dari
cara eksperimen yang menggunakan simulasi seperti aplikasi game.
Uraian diatas membuat peneliti menduga bahwa pada kelas yang menggunakan
metode eksperimen di laboratorium maya, siswa yang kemampuan awalnya
rendah akan memperoleh skor KPS dan hasil belajar lebih baik jika
dibandingkan dengan siswa yang kemampuan awalnya tinggi pada kelas
tersebut. Sebaliknya di kelas yang menggunakan metode eksperimen di
laboratorium nyata, siswa yang kemampuan awanya tinggi yang akan
memperoleh skor KPS dan hasil belajar yang lebih baik.
Adapun pretest yang dimaksud dalam penelian ini berupa soal tes awal
mengenai materi prasyarat yang terkait dengan materi yang akan dibelajarkan.
KPS yang dimaksud adalah hasil keterampilan siswa selama praktikum
berlangsung. dan hasil belajar yang dimaksud adalah berupa nilai yang dicapai
oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu
tertentu, dengan soal-soal terkait materi yang telah diajarkan.
Perolehan skor KPS dan hasil belajar pada penelitian ini dibandingkan
berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan melihat kemampuan awal siswa.
Berikut ini dibuat diagram kerangka pemikiran untuk memberikan gambaran
21
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
C. Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan uraian kerangka pemikiran, yaitu:
1. tidak terdapat perbedaan KPS siswa antara menggunakan metode
eksperimen laboratorium nyata dengan metode eksperimen laboratorium
maya.
2. ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya) dengan
kemampuan awal siswa pada KPS
3. tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara menggunakan metode
eksperimen laboratorium nyata dengan metode eksperimen laboratorium
maya.
4. ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya) dengan
kemampuan awal siswa pada hasil belajar. Kemampuan Awal Siswa
Tinggi Rendah
Eksperimen lab. nyata Eksperimen lab. maya
KPS Hasil Belajar KPS Hasil belajar
dibandingkan
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA
Negeri 3 Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2012/2013.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap
Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Kelas X
terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa 280 orang. Sampel penelitian ini
terdiri dari 2 kelas yang diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian yang diambil sebagai sampel adalah kelas X.6 dan X.7 dengan
pertimbangan rata-rata nilai fisika pada materi sebelumnya adalah sama.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain faktorial. Dalam penelitian ini dua
kelas yang dijadikan sampel diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas X6
dan X7 sebagai kelas eksperimen. Siswa kelas X6 pembelajarannya
23 kelas X7 menggunakan metode eksperimen di laboratorium nyata. Sebelum
pembelajaran diadakan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan
awal siswa. Perolehan hasil pretest menunjukan bahwa pada kedua kelas
tersebut terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan awal yang berbeda yang
pada penelitian ini siswa digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan awal
diambil dari nilai tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum mendapatkan
perlakuan. Kelompok praktikum dibentuk secara heterogen berdasarkan
kemampuan awal siswa, yaitu dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Kelompok heterogen ini
dibagi dalam 6 kelompok, terdiri dari 6 sampai 7 siswa. Adapun rata-rata
kemampuan awal dengan kriteria sebagai berikut:
: kemampuan awal tinggi
: kemampuan awal sedang
: kemampuan awal rendah
dengan:
= nilai rata-rata pretest yang diperoleh = Simpangan baku dari data hasil pretest
Kriteria yang dianalisis pada penelitian ini adalah kemampuan awal tinggi dan
rendah saja, agar lebih terlihat perbedaannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui perbedaan KPS dan hasil belajar antara eksperimen menggunakan
laboratorium nyata dan eksperimen mengunakan laboratorium manya jika
24 Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2 yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian ditinjau dari KPS
KPS Pembelajaran (B)
Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian ditinjau dari hasil belajar
Hasil Belajar (C)
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :
a. Membuat surat penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang kelas yang akan diteliti.
25 d. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), LKS, silabus, dan lembar test formatif.
e. Membentuk kelompok kerja pada kelas eksperimen laboratorium
nyata dan eksperimen laboratorium maya yang bersifat heterogen
berdasarkan nilai akademik siswa, 2 siswa dengan nilai tinggi, 2
siswa dengan nilai sedang, dan 2 siswa dengan nilai yang rendah.
Setiap kelompok terdiri dari 6 orang siswa Nilai diperoleh dari hasil
pretest.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran eksperimen laboratorium nyata untuk kelas X.6 dan metode
pembelajaran eksperimen laboratorium maya untuk kelas X.7.
E. Data Penelitian
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yang terdiri dari data nilai
kemampuan awal, skor KPS dan Hasil belajar.
2. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas eksperimen yaitu kelas
dengan metode eksperimen laboratorium nyata pada kelas X.6 dan kelas
26 F. Teknik Pengumpulan Data
Data nilai kemampuan awal diperoleh melalui nilai tes kemapuan awal
(pretest) yang diberikan sebelum mengikuti pembelajaran. Pretest yang
diberikan merupakan materi prasyarat sebelum mempelajari materi yang akan
dibelajarkan. Data hasil belajar fisika diperoleh melalui nilai tes akhir yang
diberikan kepada siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kelas dengan metode
pembelajaran eksperimen laboratorium nyata dan metode pembelajaran
eksperimen laboratorium maya diberikan tes kemampuan awal dan hasil
belajar yang sama. Data skor KPS diperoleh melalui penilaian selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Lembar penilaian KPS berupa lembar observasi.
Dalam upaya mendapatkan data kemampuan awal, hasil belajar dan skor KPS
yang akurat maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria tes yang baik. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi,
yakni validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur
hasil belajar, isinya dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan
materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.
Langkah-langkah dalam penyusunan soal tes ini adalah sebagai berikut.
1) menentukan indikator yang akan diukur yang sesuai dengan materi dalam
penelitian
2) menyusun kisi-kisi tes berdasarkan indikator yang dipilih
3) menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
27 Selain itu, butir tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu
kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran fisika kelas X. Jika ada
penilaian dosen pembimbing dan guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes tersebut
dikatakan valid.
Instrumen yang akan digunakan diuji coba terlebih dahulu pada kelas di luar
sampel tetapi masih dalam populasi. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas tes.
1. Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya
sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriterium.
Pengujian validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment
yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
28 Kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3
maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi
antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid. Jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka
koefisien korelasi tersebut signifikan.
Butir yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta
korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap
memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3
(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 16.0 dengan kriterium uji bila correlated item–total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat
(valid).
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan
untuk mengetahui tingkat keandalan suatu tes. Penghitungan koefisien
reliabiltas tes menggunakan rumus Alpha.
2
29
2
i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas,
dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.3 Indeks Reliabilitas
No. Indeks Reliabilitas Kriteria 1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi
2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Sedang
4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah
30 3. Kemampuan awal
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan
data berbentuk tabel yang diperoleh dari data kemampuan awal sebelum
diberi perlakuan baik dengan menggunakan metode eksperimen nyata
maupun maya. Nilai kemampuan awal diperoleh dari nilai pretest yang
dilakukan sebelum pembelajaran. Pretest yang diberikan berupa soal dengan
materi prasyarat dari materi yang akan dibelajarkan.Soal pretest berbentuk
soal uraian pada aspek kognitif. Hasil pretest kemudian dikelompokan
kedalam kategori tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan yang diamati lebih
lanjut adalah kelompok kategori tinggi dan rendah. Hal tersebut agar terlihat
perbedaan yang jelas ketika dianalisis.
4. Hasil Belajar
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan
data berbentuk tabel yang diperoleh dari data hasil belajar siswa setelah
diberi perlakuan baik dengan menggunakan metode eksperimen nyata
maupun maya. Nilai hasil belajar diperoleh dari soal tes kemampuan hasil
belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif dari skor
ujian akhir atau ujian blok.
5. Keterampilan Proses Sains
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan
data berbentuk tabel yang diperoleh dari keterampilan siswa selama KBM
31 G.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data tes kemampuan awal, hasil belajar dan skor KPS siswa yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan menggunakan software SPSS 16.0. Analisis data
dilakukan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Tahapan pengujian ini dilakukan untuk menguji normalitas sampel antara
ketiga kelompok yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis
yang diuji yaitu:
Ho : Populasi berdistribusi normal
H1 : Populasi berdistribusi tidak normal
Bila nilai signifikansi yang didapat pada hasil analisis menggunakan one
sample kolmogorov smirnov > α maka H0 diterima dan H1 ditolak
begitupun sebaliknya, bila nilai signifikansi ≤ α maka H0 ditolak dan H1
diterima. Untuk menguji hipotesis nol maka diperlukan tahapan sebagai
berikut:
1) Pengamatan dan seterusnya, dijadikan bilangan baku dan
seterusnya dengan rumus:
S X Xi
Zi (X dan masing-masing merupakan rata-rata dari
simpangan baku sampel).
2) Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi
32 3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ....Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
S((ZI)
4) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) untuk menentukan harga mutlaknya. 5) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak
tersebut. Harga terbesar ini disebut LO.
6) Bila harga LO tersebut lebih kecil dari Ftabel( nilai kritis uji Lilliefors)
pada tabel dengan n adalah ukuran sampel pada taraf nyata = 0,05
berarti data berasal dari distribusi normal dan sebaliknya.
2. Uji Homogenitas Variansi
Sebelum dilakukan uji t terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan varian
(homogenitas) dengan F test (Levene,s Test), artinya jika varian sama
maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian
sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variance Not
Assumed (diasumsikan varian berbeda).Lan gkah-langkah uji F sebagai berikut:
1) menentukan Hipotesis
Ho: Kedua varian adalah sama (varian kelompok kelas A dan kelas B
adalah sama)
Ha : Kedua varian adalah berbeda (varian kelompok kelas A dan kelas
33 2) Kriteria Pengujian (berdasar probabilitas / signifikansi)
Ho diterima jika P value > 0,05
Ho ditolak jika P value < 0,05
3) Membandingkan probabilitas / signifikansi
Jika nilai P value > 0,05 maka Ho diterima yang berarti Kedua varian
adalah sama. Sedangkan, jika nilai P value > 0,05 maka Ho ditolak
yang berarti kedua varian adalah berbeda.
4) Kesimpulan
Jika nilai probabilitas (signifikansi) dengan equal variance assumed
(diasumsikan kedua varian sama) adalah lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian sama (varian
kelompok kelas A dan kelas B adalah sama). Dengan ini penggunaan
uji t menggunakan equal variance assumed (diasumsikan kedua varian
sama).
3. Uji Analisis Variansi Univariate
Analisis univariate digunakan untuk menguji signifikansi efek dua
variabel bebas dan satu variabel terikat, dan interaksi kedua variabel bebas
terhadap variabel terikat. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji
Univariate:
a) Varians homogen (sama)
b) Variabel terikat ada satu dan variabel bebas ada dua
34 Tahapan-tahapan yang diambil dalam pengujian menggunakan uji
Univariate adalah:
a) Memasukkan data dalam program SPSS 16.0
b) Analyze–General Linier Model–Univariate Tabel 3.4 Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan
Sumber
AB = interaksi antara pembelajaran dengan kelompok JKT = jumlah kuadrat total
JKA = jumlah kuadrat variabel A
JKB = jumlah kuadrat variabel B
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
JK(d) = jumlah kuadrat dalam
MKA = mean kuadrat variabel A
MKB = mean kuadrat variabel B
MKAB = mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
MKd = mean kuadrat dalam
FA = harga Fo untuk variabel A
FB = harga Fo untuk variabel B
35 Untuk data tidak berdistribusi normal digunakan Uji Pearson Chi-square.
(Arikunto, 2007: 409).
4. Pengujian Hipotesis
Adapun untuk menguji hipotesis menggunakan Variansi Univariate
sebagai berikut:
Hipotesis Pertama
H0 : Tidak terdapat perbedaan KPS siswa antara menggunakan metode
eksperimen laboratorium nyata dengan metode eksperimen
laboratorium maya.
H1 : Terdapat perbedaan KPS siswa antara menggunakan metode
eksperimen laboratorium nyata dengan metode eksperimen
laboratorium maya.
Hipotesis kedua
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara menggunakan
metode eksperimen laboratorium nyata dengan metode eksperimen
laboratorium maya.
H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara menggunakan metode
eksperimen laboratorium nyata dengan metode eksperimen
laboratorium maya.
Hipotesis ketiga
H0 : Tidak ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan
maya) dengan kemampuan awal siswa pada KPS.
H1 : ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya)
36 Hipotesis keempat
H0 : Tidak ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan
maya) dengan kemampuan awal siswa pada hasil belajar.
H1 : ada interaksi antara penggunaan laboratorium (nyata dan maya)
dengan kemampuan awal siswa pada hasil belajar.
kriteria pengujian hipotesis adalah:
1). Bila nilai Sig. hitung < 0,005 maka hipotesis nol diterima dan hipotesis
satu ditolak.
2). Bila nilai Sig.hitung > 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari data hasil percobaan dan pembahasan yang telah diuraikan
adalah:
1) skor KPS siswa menggunakan metode eksperimen di laboratorium maya
menyamai skor KPS siswa menggunakan metode eksperimen nyata. Hal
ini terlihat dari data perolehan skor KPS kelas eksperimen laboratorium
nyata sebesar 17,7 sedangkan KPS kelas eksperimen laboratorium maya
sebesar 18,6 . Serta terlihat pada uji univariate yang menunjukan tidak
ada efek metode pembelajaran pada KPS siswa.
2) terdapat interaksi yang signifikan antara kemampuan awal siswa dan
metode pembelajaran (penggunaan laboratorium) dilihat pada skor KPS
siswa.
3) hasil belajar siswa menggunakan metode eksperimen di laboratorium
maya menyamai hasil belajar siswa menggunakan metode eksperimen
nyata. Hal ini terlihat dari data perolehan nilai hasil belajar siswa kelas
eksperimen laboratorium nyata sebesar 60,2 sedangkan nilai hasil belajar
siswa kelas eksperimen laboratorium maya 71,4. Serta terliahat pada uji
4) terdapat interaksi yang signifikan antara kemampuan awal siswa dan
metode pembelajaran (penggunaan laboratorium) dilihat pada hasil
belajar siswa.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil pengamatan selama
proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap KPS siswa,
sebagai berikut:
1) eksperimen menggunakan laboratorium maya dapat dijadikan salah satu
alternatif bagi guru-guru di sekolah untuk menggantikan eksperimen
dengan laboratorium nyata jika ketersediaan alat praktikum nyata tidak
memadai. Dengan demikian, siswa tetap dapat melakukan eksperimen dan
memperoleh pengalaman langsung sehingga pembelajar lebih mudah
dipahami.
2) pemilihan metode ekspertimen sangat perlu diperhatikan guru dengan
mempertimbangkan kemampuan awal siswa. Jika rata-rata kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Sinka. 2012. Perbandingan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa antara Praktikum Hand on dan Virtual Laboratory. Lampung: Universitas Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
________________. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Budiharti, Rini. 2000. Strategi Belajar dan Mengajar Bidang Studi. Surakarta: UNS Press.
Dahar, Ratnawilis. 1996 . Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas, 2006. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang satandar Isi. Jakarta: BSNP.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. [On line] tersedia: http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html. Diunduh pada tanggal 03 Desember 2011.
Putra. 2009. Multimedia dan Virtual Lab. Jakarta: Rineka Cipta.
Resmiyanto. 2009. Pengantar Multimedia Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusyan, A.T. 1993 . Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Bandung: Bina Budhaya.
Sagala, Syaiful. 2007 . Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Surya. 2007. Pengantar Multimedia. Jakarta: Raya Grafindo Persada.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja Jakarta: Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan. Bandung : Alfabeta.