• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Oleh

Anan Fernandianto

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Oleh

Anan Fernandianto

Instrumen penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika merupakan salah satu

instrumen penilaian ranah afektif dalam ruang lingkup evaluasi pembelajaran

fisika. Namun, dalam praktiknya masih banyak guru yang belum melaksanakan

penilaian sikap ilmiah karena belum tersedianya instrumen tersebut di sekolah.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan guru dalam penilaian

sikap ilmiah pada pembelajaran fisika yang relevan sesuai dengan standar

penilaian pendidikan, maka peneliti telah mengembangkan instrumen penilaian

sikap ilmiah pada pembelajaran fisika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

membuat instrumen penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika. Subjek

penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri

1 Gadingrejo. Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian yang

diadaptasi dari modifikasi model Borg dan Gall yang disintesiskan dengan

prosedur pembakuan instrumen dalam Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian

Afektif oleh Direktorat Pembinaan SMA. Model ini memiliki lima tahapan

pengembangan yang terdiri dari analisis kebutuhan, pengembangan produk awal,

(3)

Anan Fernandianto Berdasarkan hasil uji coba keoperasionalan produk yang telah dilakukan maka

produk berupa instrumen penilaian sikap ilmiah siswa telah tercapai

kesesuaiannya sebagai salah satu instrumen penilaian ranah afektif untuk mata

pelajaran fisika di sekolah menengah atas.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian Berbasis Kelas ... 5

B. Penilaian Sikap ... 6

C. Penilaian Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika ... 9

D. Teknik dan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah ... 13

E. Penelitian Pengembangan dan Pembakuan Instrumen ... 17

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 25

1. Analisis Kebutuhan ... 27

2. Pengembangan Produk Awal ... 27

(8)

xiv

4. Uji Coba Lapangan dan Revisi ... 29

5. Produksi ... 30

C. Teknik Analisis Data ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 33

B. Pembahasan ... 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Observasi Kebutuhan SMA N 1 Gadingrejo ... 48

2. Transkripsi Wawancara ... 49

3. Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap Ilmiah (Kisi-Kisi Prototipe I) ... 51

4. Prototipe I ... 63

5. Hasil Uji Ahli ... 71

6. Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap Ilmiah (Kisi-Kisi Prototipe II) ... 98

7. Prototipe II ... 108

8. Data Uji Coba Skala Sikap Ilmiah Siswa ... 114

9. Hasil Uji Daya Beda Pernyataan Skala Sikap Ilmiah ... 118

10.Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan Skala Sikap Ilmiah ... 119

11.Produk Akhir ... 120

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu. Perubahan tingkah laku yang dimaksud berupa penguasaan

terhadap ilmu pengetahuan, penguasaan terhadap keterampilan, dan perubahan

yang berupa sikap. Perubahan tingkah laku ini bisa dicapai melalui upaya yakni dengan pembelajaran. Seorang guru harus bisa dan cakap dalam merencanakan,

melaksanakan, membimbing, dan mengevaluasi proses pembelajaran tersebut.

Kegiatan tersebut juga harus dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu

tahapan yang penting dalam proses pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran.

Evaluasi dalam pembelajaran memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk mengetahui

informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan,

dan hasil belajar peserta didik serta untuk mengetahui hasil mengajar yang

dilakukan oleh guru. Hasil belajar peserta didik dapat diketahui dengan mengukur

sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran dan

kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Sementara itu, hasil mengajar guru terkait

dengan sejauh mana guru mampu merencanakan, mengelola, memimpin, dan

mengevaluasi pembelajaran itu sendiri. Depdiknas dalam Permendiknas RI

(10)

2

bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,

bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk

meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut termasuk

kegiatan mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk

dan teknik penilaian yang dipilih.

Ruang lingkup evaluasi mencakup penilaian hasil belajar siswa dalam aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa masih

banyak guru yang belum melakukan penilaian yang mencakup ketiga ranah

tersebut secara menyeluruh. Sebagian besar guru hanya menitikberatkan

penilaian pada ranah kognitif saja, sedangkan pada ranah afektif hanya sebatas

apa yang dilihat tanpa mengetahui pedoman penilaian yang sesuai dengan standar

penilaian pendidikan. Ranah afektif yang dimaksud meliputi sikap, minat, konsep

diri, nilai dan moral. Dirjen Mandikdasmen dalam SK Dirjen Mandikdasmen

Nomor 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan

Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan

bahwa aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran fisika meliputi ketelitian,

ketekunan, dan kemampuan memecahkan masalah secara logis dan sistematis.

Aspek tersebut termasuk dalam komponen sikap yakni sikap ilmiah.

Selanjutnya melalui wawancara dan observasi di SMA Negeri 1 Gadingrejo

diketahui bahwa cara pengukuran sikap ilmiah siswa sebagian besar dilakukan

dengan metode pengamatan langsung yakni hanya dengan melihat keaktifan

(11)

3

dengan menggunakan instrumen penilaian sikap jarang dilakukan. Berdasarkan

observasi juga diketahui bahwa ketersediaan instrumen penilaian afektif di

sekolah masih terbatas yakni hanya lembar pengamatan sikap secara umum,

belum menuju ke karakteristik sikap yang lebih spesifik dan terfokus seperti

belum tersedianya model penskalaan sikap ilmiah siswa terhadap proses

pembelajaran fisika. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah

dilakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Instrumen

Penilaian Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukan pengembangan

instrumen penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat instrumen penilaian sikap ilmiah

pada pembelajaran fisika.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Tersedianya instrumen penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran fisika.

2. Dapat digunakan oleh guru sebagai contoh atau model instrumen penilaian

(12)

4

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam

suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan instrumen penilaian sikap

ilmiah pada pembelajaran fisika.

3. Instrumen penilaian sikap ilmiah yang dimaksud adalah skala sikap ilmiah

siswa.

4. Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa

dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai.

5. Sikap yang dimaksud adalah sikap ilmiah pada pembelajaran fisika.

6. Sikap ilmiah adalah sikap terhadap sains dan sikap yang melekat dalam diri

seseorang setelah mempelajari sains.

7. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada siswa kelas XI IA

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilaian Berbasis Kelas

Depdiknas (2006: 7) mengungkapkan bahwa:

Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar

pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.

Lebih lanjut, Hidayati (2012: 1) mengungkapkan bahwa:

Penilaian berbasis kelas adalah penilaian oleh guru dalam rangka proses pembelajaran yang merupakan proses pengumpulan dan penggunaaan informasi dan hasil belajar peserta didik untuk tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar.

Jadi, penilaian berbasis kelas merupakan suatu penilaian yang dilakukan secara

terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang

sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang

hasil-hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan

berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten. Menurut Depdiknas

(2006: 11) ada berbagai bentuk dan teknik yang dapat dilakukan dalam penilaian

(14)

6

(4) penilaian proyek, (5) penilaian produk, (6) penilaian portofolio, dan (7)

penilaian diri.

B. Penilaian Sikap

Direktorat Pembinaan SMA (2010: 46) mengungkapkan bahwa ada 5 (lima) tipe

karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

Menurut Krathwohl sebagaimana dikutip Fernandes dalam Hajaroh (2004: 6),

aspek afektif terbagi menjadi lima tingkatan yakni receiving, responding, valuing, organization, dan characterization.

Lima tingkatan ranah afektif tersebut dijabarkan menurut Nasution dalam Suryani

(2010:12-14) sebagai berikut:

1. Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,

gejala dan lain-lain. Pada tahap ini peserta didik memiliki keinginan untuk

memperhatikan suatu fenomena khusus. Kriteria tingkatan penerimaan yaitu:

a. Menunjukkan kesadaranyaitusadar adanya kondisi, gejala, keadaan, atau

masalah tertentu.

b. Kerelaan untuk memerima yaitu bersedia untuk memperhatikan gejala dan

tidak mengelaknya.

c. Mengarahkan perhatian yaitu menunjukkan perhatian kepada berbagai

(15)

7

2. Respon/tanggapan mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi,

kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

untuk memeberi reaksi terhadap suatu gejala secara terbuka atau melakukan

sesuatu sebagai respon terhadap gejala itu. Tingkatan yang tertinggi pada

kategori ini yaitu minat dan motivasi.

3. Menilai artinya memberi penilaian atau kepercayaan kepada suatu gejala yang

cukup konsisten. Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan, atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen, dalam tujuan

pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.

Kriteria tingkatan penilaian yaitu:

a. Menerima suatu nilai yaitu percaya akan suatu usul, keadaan, ajaran

dengan suatu keyakinan tertentu.

b. Mengutamakan suatu nilai yaitu percaya bahwa kondisi, ajaran tertentu

lebih baik daripada yang lain.

c. Komitmen terhadap suatu nilai yaitu mempunyai keyakinan dan

keterlibatan penuh dalam suatu perkara, prinsip, atau doktrin.

4. Organisasi artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai

baru yang universal, yang membawa perbaikan umum. Mengatur atau

mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,

pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Menurut Nasution

(16)

8

a. Mengkonseptualisasi nilai yaitu memahami hubungan unsur-unsur abstrak

dari suatu nilai yang telah dimiliki dengan nilai-nilai yang baru diterima.

b. Mengorganisasi suatu sistem nilai atau mengembangkan suatu sistem nilai

yang saling berhubungan yang konsisten.

5. Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai artinya mengadakan sintesis

dan internalisasi sistem nilai dengan cara yang cukup selaras dan mendalam

sehingga individu bertindak konsisten dengan nilai-nilai, keyakinan atau

cita-cita yang merupakan inti falsafah dan pandangan hidupnya.

Menurut Direktorat Pendidikan SMA (2010: 51) dalam menyusun perangkat

penilaian afektif perlu memperhatikan Taksonomi Bloom ranah afektif. Kata

kerja ranah afektif dalam Taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Afektif dalam Taksonomi Bloom

(17)

9

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengukuran sikap. Menurut

Azwar (2000: 90) metode pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai

metode yaitu observasi perilaku, penanyaan langsung, pengungkapan langsung,

pengukuran terseluung, dan skala sikap.

Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Respons subjek pada setiap pernyataan kemudian dapat

disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Respons individu

terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa jawaban setuju atau

tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respons yang tampak,

yang dapat diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang merupakan

bukti satu-satunya yang dapat diperoleh. Itulah yang menjadi dasar untuk

menyimpulkan sikap seseorang atau sikap sekelompok orang. Keterbatasan

pengukuran sikap adalah hasilnya yang harus diinterpretasikan dengan hati-hati

dikarenakan seringkali respons individu terhadap skala dipengaruhi dan

ditentukan oleh faktor-faktor lain sehingga tidak sepenuhnya mencerminkan sikap

yang sebenarnya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut perlu menyilang jawaban

responden dengan data yang diperoleh melalui metode lain yang disebut cross-check (Arikunto, 2006:153). Menurut Azwar (2000: 107), suatu skala sikap sedapat mungkin agar terdiri atas pernyataan favorabel dan pernyataan tak

favorabel dalam jumlah yang kurang lebih seimbang, dengan demikian pernyataan

yang disajikan tidak semua positif atau semua negatif. Variasi pernyataan

favorabel dan tak favorabel akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati

isi pernyataannya sebelum memberikan respons sehingga stereotipe responden

(18)

10

C. Penilaian Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Fisika

SK Dirjen Mandikdasmen Nomor 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata

Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah dalam Direktorat Pembinaan SMA (2010: 47) mengungkapkan

bahwa aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran Matematika, Fisika,

Kimia, dan Biologi meliputi ketelitian, ketekunan, dan kemampuan memecahkan

masalah secara logis dan sistematis. Aspek tersebut termasuk kedalam aspek sikap

ilmiah.

Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap

sains. Keduanya saling berbubungan dan keduanya mernpengaruhi perbuatan.

Penilaian hasil belajar sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang

menyebar di seluruh hal yang dilakukan siswa. Sikap juga merupakan salah satu

aspek yang berpengaruh pada hasil belajar siswa (Anwar, 2009: 106).

Menurut Harlen dalam Maulise (2010: 2) sikap ilmiah mengandung dua makna,

yaitu attitude toward science dan attitude of science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada

sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Jika seseorang memiliki sikap

tertentu, orang itu cenderung berperilaku secara konsisten pada setiap keadaan.

Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi,variasi muncul

hanya dalam penempatan dan penamaan sikapllmiah. Pengelompokkan sikap

(19)

11

Tabel 2.2 Pengelompokan Sikap Ilmiah Menurut Beberapa Ahli

Gegga (1977) AAAS (1993) Harlen (1996) Depdiknas (2006) Curiosity (sikap

ingin tahu)

Curiosity (sikap ingin tahu)

Curiosity (sikap ingin

tahu) Teliti

Inventiveness (sikap penemuan)

Honesty (sikap jujur)

Respect for evidence (sikap

respek terhadap data) Objektif

Critical thinking (sikap berpikir kritis) Open minded (sikap berpikiran terbuka)

Critical reflection (sikap

refleksi kritis) Kedisiplinan

Persistence (sikap teguh pendirian)

Skepticism (sikap keragu-raguan)

Perseverance (sikap

ketekunan) Kejujuran

Creativity and

inventiveness (sikap kreatif dan penemuan)

Tanggung Jawab

Open mindedness (sikap

berpikiran terbuka) Keterbukaan Co-operation with others

(sikap bekerjasama) Kerja Sama Willingness to tolerate

uncertainty (sikap keinginan menerima ketidakpastian)

Sensitivity to environment (sikap sensitif terhadap lingkungan)

Sikap ilmiah yang sudah dikelompokkan tersebut secara garis besar dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Sikap ingin tahu

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2009: 555) ingin berarti hendak, mau, berhasrat. Sedangkan tahu adalah mengerti sesudah melihat

(menyaksikan,mengalami), mengenal, mengindahkan; memedulikan, mengerti

(20)

12

perhatian pada objek yang diamati, antusias pada proses sains, dan menanyakan

setiap langkah kegiatan (Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

b. Sikap ketekunan

Menurut KBI (2008: 1474) tekun berarti rajin, keras hati, dan

bersungguh-sungguh. Aspek sikap ketekunan meliputi melanjutkan kebiasaan meneliti,

mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan, dan melanjutkan satu

kegiatan meskipun orang lain selesai lebih awal (Harlen dalam Anwar, 2009:

108).

c. Teliti

Menurut KBI (2008: 1480) teliti berarti cermat, saksama, hati-hati, ingat-ingat.

d. Sikap respek terhadap data/fakta

Menurut KBI (2008: 1204) respek berarti hormat, kehormatan. Fakta adalah hal

(keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada

atau terjadi (KBI, 2008: 401). Data adalah kenyataan yang ada yang berfungsi

sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar,

keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyelidikan (KBI,

2008: 321). Aspek sikap respek terhadap data/fakta meliputi objektif/jujur, tidak

purbasangka, mengambil keputusan sesuai fakta, dan tidak mencampur fakta dan

pendapat awal(Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

e. Sikap berpikir kritis

Menurut KBI (2008: 761) kritis adalah sifat tidak dapat lekas percaya, selalu

(21)

13

Aspek sikap berpikir kritis meliputi meragukan temuan orang lain, menanyakan

setiap perubahan atau hal baru, mengulangi kegiatan yang dilakukan, dan tidak

mengabaikan data meskipun kecil (Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

f. Sikap penemuan dan kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta (KBI, 2008: 760). Aspek

sikap penemuan dan kreativitas meliputi menggunakan fakta-fakta untuk dasar

kesimpulan, menunjukkan laporan berbeda dengan orang lain, merubah pendapat

dalam merespon terhadap fakta, menyarankan percobaan-percobaan baru, dan

menguraikan kesimpulan baru hasil pengamatan (Harlen dalam Anwar, 2009:

108).

g. Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama

Meliputi menghargai pendapat temuan orang lain, menerima saran dari orang lain,

tidak merasa selalu benar, menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif, dan

berpartisipasi aktif dalam kelompok (Harlen dalam Anwar, 2009: 108).

D. Teknik dan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah dapat diukur dengan bentuk penilaian non tes (Anwar, 2009: 109). Teknik penilaian non tes yang digunakan adalah skala sikap. Skala sikap (attitude scales) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Respons subjek pada setiap pernyataan kemudian dapat disimpulkan mengenai

arah dan intensitas sikap seseorang (Azwar, 2000: 95). Skala sikap yang bisa

digunakan dalam penilaian afektif contohnya adalah skala Likert sebagaimana

(22)

14

Likert inventories will handle almost all of your affective assessment requirements. It is, by all odds, the most serviceable affective measurement strategy you'll encounter . (Inventaris Likert akan menangani semua syarat penilaian afektif. Ini adalah strategi pengukuran afektif yang bisa

dilakukan).

a. Skala Sikap dan Kaidah Penulisan Skala Sikap

Menurut Azwar (2000: 106) pernyataan sikap (attitude statement) adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak

diungkap. Pernyataan sikap bisa berisi tentang hal positif mengenai objek sikap,

yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap ataupun

tentang hal negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung

ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkap. Batasan konsep

sikap yang akan digunakan dapat dikembalikan acuannya kepada teori yang

membicarakan mengenai struktur atau perkembangan sikap beserta

aspek-aspeknya. Sebagai contoh, dalam teori skema triadik tentang sikap disebutkan

bahwa sikap mengandung aspek-aspek perasaan (afeksi), pikiran (kognisi), dan

kecenderungan bertindak (konasi). Aspek-aspek ini merupakan isi komponen

sikap dalam rancangan skala sikap yang dikehendaki. Penulisan setiap nomor

pernyataan sikap akan mengacu pada salah satu aspek tersebut sehingga

keseluruhan pernyataan sikap akan mencakup ketiga aspek secara lengkap

Kaidah-kaidah penulisan pernyataan sikap menurut Edward dalam Azwar (2000:

114) sebagai berikut:

1) Jangan menulis pernyataan yang membicarakan mengenai kejadian yang telah

(23)

15

2) Jangan menulis pernyataan yang berupa fakta atau dapat ditafsirkan sebagai

fakta.

3) Jangan menulis pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu

penafsiran.

4) Jangan menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologisnya.

5) Jangan menulis pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui

oleh hampir semua orang atau bahkan hampir tak seorang pun yang akan

menyetujuinya.

6) Pilihlah pernyataan-pernyataan yang diperkirakan akan mencakup keseluruhan

liputan skala afektif yang diinginkan.

7) Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas,

dan langsung. Jangan menulis pernyataan dengan menggunakan

kalimat-kalimat yang rumit.

8) Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas dengan menghindari kata-kata

yang tidak diperlukan dan yang tidak akan memperjelas isi pernyataan.

9) Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide yang lengkap.

10)Pernyataan yang berisi unsur universal seperti tidak pernah, semuanya, selalu,

tak seorangpun, dan semacamnya, seringkali menimbulkan penafsiran yang

berbeda-beda dan karenanya sedapat mungkin hendaklah dihindari.

11)Kata kata seperti hanya, sekedar, semata-mata, dan semacamnya harus

diperlukan seperlunya saja dan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan

kesalahan penafsiran isi pernyataan.

12)Jangan menggunakan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat dimengerti

(24)

16

13)Hindarilah pernyataan yang berisi kata negatif ganda.

b. Skala Likert

Azwar (2000: 139) mengungkapkan metode rating yang dijumlahkan yang populer dengan nama penskalaan model Likert merupakan metode penskalaan

pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan

nilai skalanya. Pendekatan ini tidak diperlukan adanya kelompok panel penilai

(judging group) dikarenakan nilai skala sikap setiap pernyataan tidak akan ditentukan oleh derajat favorable masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju atau tidak setuju dari sekelompok reponden yang

bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study).

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk

pernyataan yang favorable atau pernyataan yang unfavorable.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh

responden yang mempunyai sikap negatif.

Skala Likert yang digunakan adalah skala dengan lima kategori respons pada

kontinum yang bergerak antara angka 0 sampai dengan angka 4. Skala ini disusun

dalam suatu bentuk pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang

menunjukkan tingkatan. Contoh pilihan respons misalnya SS (sangat setuju), S

(25)

17

Penskoran pilihan jawaban skala Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk

pernyataan yang bersifat positif skor jawaban adalah: SS = 4; S = 3; R = 2; TS =

1; dan STS = 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya, yaitu:

SS = 0; S = 1; R = 2; TS = 3; dan STS = 4.

E. Penelitian Pengembangan dan Pembakuan Instrumen

Seals dan Richey dalam Mangelep (2012: 2) mendefinisikan bahwa:

Penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas.

Lebih lanjut, Borg dan Gall dalam Dwiyogo (2003: 9) mengungkapkan bahwa:

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dapat dihasilkan dalam penelitian dan

pengembangan adalah model sekolah, kurikulum, model pelatihan guru, media pembelajaran, strategi pembelajaran, sistem pengelolaan, dan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

pengembangan atau Research and Development (R & D) merupakan proses untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada

kemudian divalidasi yang dikaji secara sistematik sehingga memenuhi kriteria

validitas, kepraktisan, dan efektivitas.

Borg dan Gall masih dalam Dwiyogo (2003: 10) mengungkapkan

langkah-langkah dalam penelitian pengembangan sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (kajian pustaka,

(26)

18

2. Melakukan perencanaan (pendefinisian keterampilan, perumusan tujuan,

penentuan tujuan, penentuan urutan pengajaran, dan uji coba skala kecil).

3. Mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi pengajaran,

penyusunan buku pegangan, dan perlengkapan evaluasi).

4. Melakukan uji lapangan permulaan (dilakukan pada 2-3 sekolah menggunakan

6-12 subjek). Data wawancara, observasi dan kuesioner dikumpulkan dan

dianalisis.

5. Melakukan revisi terhadap produk utama.

6. Melakukan uji lapangan utama. Data kuantitatif tentang unjuk kerja subjek

pada precourse dan postcourse dikumpulkan. Hasilnya dinilai sesuai dengan tujuan kursus dan dibandingkan dengan data kelompok kontrol bilamana

memungkinkan.

7. Melakukan revisi terhadap produk operasional

8. Melakukan uji lapangan operasional. Data wawancara, observasi, dan

kuesioner dikumpulkan dan dianalisis.

9. Melakukan revisi terhadap produk akhir

Menurut Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian

dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2008: 11) prosedur

penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan lebih

sederhana melibatkan 5 langkah utama yaitu: (1) melakukan analisis kebutuhan

produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi

(27)

19

Prosedur pembakuan instrumen dalam penelitian ini mengacu pada petunjuk

teknis penyusunan perangkat penilaian afektif di SMA (Direktorat Pembinaan

SMA, 2010). Pembakuan instrumen yang dimaksud adalah instrumen yang

disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus

menyelenggarakan secara profesional. Instrumen tersebut diketahui memenuhi

syarat sebagai instrumen yang baik yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya

baik validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti teruji

tingkat stabilitasnya. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen

penilaian afektif termasuk aspek sikap yaitu:

1) Penyusunan Spesifikasi

Instrumen penilaian ranah afektif yang dikembangkan yaitu instrumen sikap.

Sikap yang dimaksud adalah sikap ilmiah.

2) Penulisan Instrumen

Menulis instrumen dengan memperhatikan empat hal yaitu: tujuan pengukuran,

kisi-kisi instrumen, bentuk dan format instrumen, dan panjang instrumen.

3) Menentukan skala instrumen

Skala Likert perangsangnya adalah pernyataan. Respons yang diharapkan

diberikan oleh subjek adalah taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam variasi:

sangat setuju (SS), setuju (S), R (ragu), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS).

4) Menentukan pedoman penskoran

Penskoran pilihan jawaban skala Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk

(28)

20

TS = 1; dan STS = 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya,

yaitu: SS = 0; S = 1; R = 2; TS = 3; dan STS = 4.

5) Penelaahan Pernyataan

Penelaahan instrumen dilihat dari tiga arah yaitu kesesuaian dengan kisi-kisi,

kesesuaian dengan dasar teori yang mendasari pengukuran dan kelayakan dan

ketepatan pembahasan. Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010: 52)

penelaahan instrumen dengan memperhatikan hal berikut:

a. Butir pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator.

b. Bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang

benar.

c. Butir pertanyaan/pernyataan tidak bias.

d. Format instrumen menarik untuk dibaca.

e. Pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas.

f. Jumlah butir dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat

sehingga tidak menjemukan untuk dibaca/dijawab (sebaiknya tidak lebih dari

30 menit).

6) Perakitan Pernyataan

Hal yang perlu ditekankan pada perakitan pernyataan yaitu bahwa secara teori

masing-masing pernyataan itu harus tidak saling mempengaruhi (independent). Harus dihindarkan terjadinya response set score, yaitu respons terhadap suatu pernyataan dipengaruhi oleh respons pernyataan yang lain. Untuk mencapai ini

(29)

21

isinya. Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010: 52) perakitan pernyataan

dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/pernyataan

(format harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang).

b. Memisahkan setiap sepuluh pernyataan dengan cara memberi spasi yang lebih,

atau diberi batasan garis empat persegi panjang.

Mengurutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam

menjawab atau mengisinya.

7) Uji Coba

Hal yang perlu diperhatikan dalam uji coba adalah pemilihan kelompok subjek uji

coba harus dilakukan secara cermat dan kondisi uji coba harus menjamin

diperolehnya data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Menentukan sampel yang diperlukan minimal 30 peserta didik.

b. Mencatat saran-saran responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen

dan waktu.

8) Analisis Hasil Uji Coba

Hasil uji coba dianalisis per satu pernyataan. Tiap pernyataan dianalisis dari arah

distribusi jawaban, dan harga daya pembeda. Daya beda lebih dari 0,30 butir

instrumen tergolong baik dan indeks keandalan instrumen minimal 0,70.

9) Menyempurnakan Instrumen

Seperti telah disebutkan di atas, pernyataan-pernyataan yang telah diujicoba,

(30)

22

telah diseleksi kemudian dirakit ke dalam perangkat instrumen.

10)Melaksanakan Pengukuran

11)Menafsirkan hasil pengukuran

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Menentukan kriteria (tergantung pada skala dan jumlah butir

pertanyaan/pernyataan).

b. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah

c. Menyusun kualifikasi, misalnya menjadi empat kategori yaitu sangat tinggi

(sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat rendah (sangat

kurang). Klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai Berdasarkan Instrumen Skala Sikap

Keterangan:

Mean Ideal (Mi) = 1

2 (skor maksimum + skor minimum)

Standar Deviasi Ideal (SDi) = 1

6 (skor maksimum - skor minimum)

M = Skor Peserta Didik

(Direktorat Pembinaan SMA, 2010: 60).

d. Menentukan nilai afektif.

No Skor Peserta Didik Kategori Sikap

1 Mi + 1.5 SDi ≤ M ≤ Mi + 3,0 SDi Sangat Baik

2 Mi + 0 SDi ≤ M < Mi + 1,5 SDi Baik

3 Mi - 1.5SDi ≤ M < Mi + 0 SDi Cukup

(31)

23

Prosedur penelitian pengembangan Borg & Gall yang dimodifikasi oleh Tim

Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Puslitjaknov) kemudian

disintesiskan dengan prosedur pembakuan instrumen. Prosedur pengembanganya

menjadi sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan.

Produk yang akan dikembangkan termasuk instrumen penilaian afektif. Analisis

kebutuhan produk yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk mengetahui

seberapa perlukah intrumen penilaian sikap imiah yang akan dikembangkan.

2. Pengembangan Produk Awal

Penyusunan skala sikap ilmiah melalui langkah-langkah berikut:

a. Penyusunan Spesifikasi

b. Penulisan Instrumen

c. Menentukan Skala Instrumen

d. Menentukan Pedoman Penskoran

3. Validasi Ahli dan Revisi

Validasi ahli yang dimaksud adalah kegiatan penelaahan instrumen yang

dilakukan oleh ahli dalam bidang penilaian pendidikan khususnya penilaian dalam

pembelajaran fisika yakni seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun

kemampuan luas dalam proses menentukan penilaian dalam pembelajaran fisika.

Setelah penelaahan instrumen dilakukan perbaikan instrumen hasil telaah dan

(32)

24

4. Uji Coba dan Revisi Produk

a. Uji Coba Produk

Langkah pertama dalam uji coba produk adalah menentukan sampel yang

diperlukan minimal 30 peserta didik, kemudian catat saran-saran responden atas

kejelasan pedoman pengisian instrumen dan waktu.

b. Analisis Hasil Uji Coba

Setelah instrumen diujicobakan dilakukan analisis hasil uji coba yaitu dengan

menentukan daya beda (daya beda lebih dari 0,30 butir instrumen tergolong baik)

dan menentukan indeks keandalan instrumen minimal 0,70.

c. Menyempurnakan Instrumen

Pernyataan-pernyataan yang telah diujicoba, dianalisis hasilnya berdasarkan daya

pembedanya. Pernyataan-pernyataan yang telah diseleksi lalu dirakit ke dalam

perangkat instrumen.

d. Melaksanakan Pengukuran

e. Menafsirkan Hasil Pengukuran

5. Produksi

Setelah revisi produk tahap selanjutnya adalah produksi berupa produk akhir hasil

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan instrumen

penilaian sikap ilmiah pada pembelajaran fisika. Subjek uji coba dalam penelitian

ini adalah siswa kelas XI IA 2 dan XI IA 3 di SMA Negeri 1 Gadingrejo yang

terdiri dari 32 siswa kelas XI IA 2 dan 32 siswa kelas XI IA 3. Penelitian

dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1

Gadingrejo.

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi dari prosedur

pengembangan menurut Borg & Gall yang dimodifikasi oleh Tim Pusat Penelitian

Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Pendidikan Nasional(2008: 11) kemudian disintesiskan dengan

prosedur pembakuan instrumen penilaian sikap ilmiah dalam Juknis Penyusunan

Perangkat Penilaian Afektif di SMA oleh Direktorat Pembinaan SMA. Adapun

(34)

26

1. Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan

2. Pengembangkan produk awal

3. Validasi ahli dan revisi

4. Uji coba lapangan dan revisi

5. Produksi

[image:34.595.206.414.272.625.2]

Tahapan penelitian dan pengembangan tersebut digambarkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan Tahap 1. Analisis Kebutuhan

Tahap 2. Pengembangan Produk Awal Tahap 3. Validasi Ahli

Revisi

Tahap 4. Uji Coba Lapangan Revisi

(35)

27

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa perlukah instrumen penilaian yang akan dikembangkan.

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan

sumber daya yang mendukung pengembangan produk dengan memperhatikan

hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.

Sasaran wawancara adalah guru mata pelajaran fisika. Wawancara ini bertujuan

untuk memperoleh informasi secara langsung tentang penilaian penilaian sikap

ilmiah siswa pada pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru.

2. Pengembangan Produk Awal

Pengembangan produk awal berupa instrumen penilaian sikap ilmiah pada

pembelajaran fisika. Instrumen penilaian sikap ilmiah yang dimaksud adalah

skala sikap ilmiah siswa yang kemudian disebut Prototipe I. Langkah-langkah

dalam mengembangkan skala sikap ilmiah sebagai berikut:

a. Penyusunan Spesifikasi

Instrumen penilaian ranah afektif yang dikembangkan yaitu instrumen sikap

ilmiah.

b. Penulisan Instrumen

Menulis instrumen dengan memperhatikan empat hal yaitu: tujuan pengukuran,

(36)

28

c. Menentukan Skala Instrumen

Skala sikap yang digunakan adalah skala Likert dengan lima alternatif jawaban.

Skala ini disusun dalam suatu bentuk pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons

yang menunjukkan tingkatan. Pilihan responsnya adalah SS (sangat setuju), S

(setuju), R (ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).

d. Menentukan pedoman penskoran

Penskoran pilihan jawaban skala Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk

pernyataan yang bersifat positif skor jawaban adalah: SS = 4; S = 3; R = 2; TS =

1; dan STS = 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya, yaitu:

SS = 0; S = 1; R = 2; TS = 3; dan STS = 4.

3. Validasi Ahli dan Revisi

Pada tahap ini dilakukan uji ahli yakni penelaahan instrumen yang ditujukan pada

dosen pendidikan fisika. Uji ahli dilakukan untuk mengukur apakah instrumen

yang dikembangkan sudah tepat dan mengetahui ketidaksesuaian pada produk

yang dibuat dari aspek materi skala sikap, konstruksi skala sikap, dan aspek

bahasa yang digunakan dalam penyusunan skala sikap. Data hasil uji ahli

dijadikan sebagai acuan untuk melakukan revisi terhadap produk awal.

Berdasarkan validasi ahli, data yang telah didapatkan digunakan untuk mencari

apakah masih ada ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk, kemudian

dilakukan revisi produk sesuai dengan catatan dan masukan dari validasi ahli.

(37)

29

4. Uji Coba Lapangan dan Revisi a. Uji Coba Produk

Uji coba instrumen penilaian sikap ilmiah siswa dilakukan di kelas XI IA 3 SMA

Negeri 1 Gadingrejo tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa dengan

berbagai karakteristik yang beragam. Prosedur pelaksanaannya yaitu memberikan

instrumen penilaian sikap ilmiah model skala sikap yaitu berupa skala sikap

ilmiah yang dikembangkan pada saat pembelajaran fisika.

b. Analisis Hasil Uji Coba

Setelah uji coba produk, dilakukan analisis hasil uji lapangan meliputi analisis

daya beda pernyataan dan reliabilitas instrumen kemudian dilakukan perbaikan

dalam penyempurnaan produk.

c. Menyempurnakan Instrumen

Pernyataan-pernyataan yang telah diujicoba, dianalisis hasilnya berdasarkan daya

pembedanya. Pernyataan-pernyataan yang telah diseleksi lalu dirakit ke dalam

perangkat instrumen.

d. Melaksanakan Pengukuran

Pelaksanaasn pengukuran sikap ilmiah dengan menggunakan instrumen penilaian

sikap ilmiah siswa dilakukan di kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Gadingrejo yang

berjumlah 32 siswa tahun ajaran 2012/ 2013 dengan berbagai karakteristik yang

beragam.

e. Menafsirkan Hasil Pengukuran

Penafsiran hasil pengukuran yaitu dengan menentukan kriteria, menentukan skor

tertinggi dan skor terendah, dan menyusun kualifikasi menjadi empat kategori

(38)

30

5. Produksi

Setelah dilakukan revisi produk kemudian dilakukan tahap produksi. Produk

akhir ini berupa instrumen penilaian sikap ilmiah yakni skala sikap ilmiah siswa.

C. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi sesuai keperluan analisis yaitu:

a. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Skala Sikap

Hasil uji coba dianalisis per pernyataan. Tiap pernyataan dianalisis dari arah

harga daya pembeda dan reliabilitasnya. Proses analisisnya sebagai berikut:

1) Analisis Daya Pembeda Pernyataan Skala Sikap

Proses penentuan daya pembeda sebagai berikut:

- Berdasarkan skor total seluruh perangkat subjek dikelompokkan menjadi

kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah.

- Menghitung daya pembeda pernyataan dengan test.

Perhitungan daya beda pernyataan skala sikap ilmiah siswa dilakukan dengan

software Anates V4.

2) Analisis Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang

mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang

terpercaya, disebut sebagai reliabel. Instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

(39)

31

instrumen didasarkan pada pendapat Azwar (2000: 184) yang menyatakan bahwa

untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan formula alpha, yaitu:

� =

−1 1−

�2 ��2

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha k = banyaknya belahan

Σsj2 = jumlah varians skor belahan

sx2 = varians skor total

(Azwar, 2000: 184).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran

dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk

mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,

dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s yang

diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1, uji ini dilakukan dengan

bantuan SPSS 17.0.

Kriteria penafsiran koefisien reliabilitas menurut Arikunto (2006) disajikan pada

[image:39.595.112.388.644.732.2]

Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Penafsiran Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Tafsiran

0,80 - 1,00 Sangat Tinggi

0,60 - 0,79 Tinggi

0,40 - 0,59 Sedang (cukup)

0,20 - 0,39 Rendah

(40)

32

b. Penafsiran Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran

diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan

jumlah butir pernyataan yang digunakan.

Skor ini dikualifikasikan menjadi empat kategori sikap, yaitu sangat tinggi (sangat

baik), tinggi (baik), rendah (cukup), dan sangat rendah (kurang). Berdasarkan

kategori ini dapat ditentukan sikap peserta didik. Penentuan kategori hasil

pengukuran sikap dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Nilai Berdasarkan Instrumen Skala Sikap Ilmiah

Keterangan:

Mean Ideal (Mi) = 1

2 (skor maksimum + skor minimum)

Standar Deviasi Ideal (SDi) = 16 (skor maksimum - skor minimum)

M = Skor Peserta Didik

(Direktorat Pembinaan SMA, 2010: 60). No Skor Peserta Didik Kategori Sikap

1 Mi + 1.5 SDi ≤ M ≤ Mi + 3,0 SDi Sangat Baik

2 Mi + 0 SDi ≤ M < Mi + 1,5 SDi Baik

3 Mi - 1.5SDi ≤ M < Mi + 0 SDi Cukup

(41)

99

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah telah

dihasilkan instrumen penilaian sikap ilmiah siswa pada pembelajaran

fisika berupa skala sikap ilmiah siswa. Model skala sikap yang digunakan adalah

Skala Likert . Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan sikap dan diikuti oleh

pilihan respons yang menunjukkan tingkatan responsnya. Pilihan responsnya

adalah SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat

tidak setuju). Skala sikap ilmiah siswa memuat 40 butir pernyataan sikap ilmiah.

Aspek sikap ilmiah yang diukur adalah sikap ingin tahu, sikap teliti, sikap berpikir

kritis, sikap respek terhadap data, sikap kreatif, sikap ketekunan, sikap berpikiran

terbuka,dan sikap kerja sama. Skala sikap ilmiah ini dapat membantu guru dalam

melakukan penilaian ranah afektif pada pembelajaran fisika.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian pengembangan, maka penulis

memberikan saran untuk melakukan penelitian lanjutan berupa pengembangan

instrumen penilaian sikap yang lain seperti sikap terhadap materi pelajaran, sikap

terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap yang berkaitan

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Herson. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. Diakses pada tanggal 22 Februari 2013 dari

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/download/593/544

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsini. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2007. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan . [On line] tersedia:

http://www.dikti.go.id/files/atur/Permen20-2007StandarPenilaian.pdf. Diunduh pada tanggal 21 November 2012

Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA. [On line] tersedia:

http://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com/2010/06/30-juknis-penilaian-afektif__isi-revisi__0104.pdf. Diunduh pada tanggal 21 November 2012

Dwiyogo, Wasis D. 2003. Konsep Penelitian Pengembangan. Disajikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian Pendidikan Tanggal 28-30 Maret 2003 di Universitas Lampung.

Hajaroh, Mami. 2004. Pengembangan Evaluasi Afektif Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Prodi D-II PGSD Guru Kelas Universitas Negeri

(43)

Hidayati, Kana. 2012. Penilaian Berbasis Kelas. Universitas Negeri Yogyakarta. [On line] tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ kana-hidayati-mpd/pelatihan-di-man-3-yk.pdf. Diunduh pada tanggal 11 Januari 2013

Mangelep, Navel Oktaviandy. 2012. Teknik Non Tes dalam Melaksanakan Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi dalam Dunia Pendidikan. [On line] tersedia: http://navelmangelep.files.wordpress.com/2012/03/teknik-non- tes-dalam-melaksanakan-penilaian.pdf

Mangelep, Navel Oktaviandy. 2012. Penelitian Pengembangan (Development Research). [On line] tersedia:

http://navelmangelep.wordpress.com/2012/04/01/penelitian-development- research/. Diakses pada tanggal 26 November 2012.

Maulise, Shelly. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan. Jambi: Universitas Jambi Popham, W James. 1995. Classroom Assesment What Teachers Need to Know.

Los Angeles: University of California

Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi

Suryani, Nani Rina. 2010. Analisis Kompetensi Afektif Siswa Sekolah Menengah Atas dalam Praktikum Biologi. Skripsi. Diakses pada tanggal 13

November 2012 dari

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?noskripsi=251

Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta:

Gambar

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Afektif dalam Taksonomi Bloom
Tabel 2.2 Pengelompokan Sikap Ilmiah Menurut Beberapa Ahli
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan
Tabel 3.1 Kriteria Penafsiran Koefisien Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari wawancara yang dilakukan dengan guru fisika di SMA Negeri 3 Demak yaitu Ibu Widyorini, S.Pd yang terkait dengan instrumen penilaian yang digunakan dalam proses

Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian belajar peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan, dan

Tingkat kepraktisan berdasarkan hasil analisis instrumen penilaian berbasis google form menunjukkan perolehan nilai rata-rata diberikan oleh guru dan peserta didik

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa: (1) proses pengembangan instrumen penilaian otentik berbasis scientific literacy

Hasil dari wawancara yang dilakukan dengan guru fisika di SMA Negeri 3 Demak yaitu Ibu Widyorini, S.Pd yang terkait dengan instrumen penilaian yang digunakan dalam proses

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya instrumen penilaian ini diperuntukan peserta didik kelas XI IPS dan materi yang digunakan dibatasi

Instrumen penilaian kinerja berbasis konstruktivisme yang dikembangkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang menggunakan keterampilan peserta didik yaitu

Penilaian Sikap Disiplin Nama Peserta Didik : Kelas : Tanggal Pengamatan : Materi Pokok : Penilaian ini diisi oleh guru melalui kegiatan observasi secara langsung dengan