• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK UNTUK PENGERINGAN CHIP UBI KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK UNTUK PENGERINGAN CHIP UBI KAYU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK UNTUK PENGERINGAN CHIP UBI KAYU

Oleh

NURFITRIANITHA

Provinsi Lampung merupakan produsen terbesar ubi kayu di Indonesia. Ubi kayu mempunyai kelemahan yaitu mudah rusak dan tidak tahan disimpan lama. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya suatu proses pengeringan yang efektif agar ubi kayu tersebut dapat diolah menjadi bahan lain yang lebih tinggi daya gunanya maupun nilai ekonominya. Pengeringan sistem hybrid merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kinerja alat pengering hybrid tipe rak untuk pengeringan chip ubi kayu. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Januari 2010 sampai Maret 2010. Proses pengeringan chip

ubi kayu dilakukan menggunakan tiga taraf perlakuan dengan tiga ulangan, ketiga taraf perlakuan itu yaitu pengeringan menggunakan sinar matahari, pengeringan menggunakan energi listrik, pengeringan menggunakan sinar matahari dan energi listrik dengan beban masukan 30 kg chip ubi kayu,

Pengujian alat dilakukan dengan 2 pengujian, pertama yaitu pengujian suhu tanpa beban. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan kipas penghisap tidak berpengaruh besar terhadap perubahan suhu. Pengujian kedua yaitu pengujian suhu dengan bahan. Berdasarkan pengujian diketahui suhu rata-rata tertinggi terdapat pada pengeringan bahan menggunakan sinar matahari dan energi listrik yaitu 41,27 oC.

(2)
(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kinerja alat pengering hybrid tipe rak untuk pengeringan chip ubi kayu adalah sebagai berikut :

1. Alat pengering dapat mengeringkan chip ubi kayu sebanyak 30 kg dengan

kadar air awal rata-rata 60% menjadi 10% - 12%, pada perlakuan pengeringan bahan dengan alat menggunakan sinar matahari selama 18 jam, pada

pengeringan bahan menggunakan energi listrik selama 16 jam, pada

pengeringan bahan menggunakan energi listrik dan sinar matahari selama 12 jam.

2. Pengeringan yang paling efisien yaitu pengeringan menggunakan energi listrik dan sinar matahari berdasarkan kapasitas bahan yang digunakan dan lama pengeringan.

3. Suhu tertinggi pada pengujian alat pengering hybrid terdapat pada perlakuan pengeringan bahan dengan alat menggunakan sinar matahari dan energi listrik,

yaitu 61 0C dengan rata-rata suhunya adalah 41,29 0C

4. Laju pengeringan rata-rata pada pengeringan bahan menggunakan sinar

(4)

47

5. Efisiensi pengeringan rata-rata pada pengeringan menggunakan energi listrik

dan pengeringan menggunakan energi listrik dan sinar matahari, adalah sebesar 42,67 % dan 59,95 %

B. Saran

Dari hasil pengamatan, pembahasan, dan kesimpulan, penulis menyampaikan

saran sebagai berikut:

1. Pada proses pengeringan perlu dilakukan pergiliran rak agar hasil

pengeringan bahan lebih merata dan waktu pengeringan lebih singkat. 2. Diperlukan adanya perbaikan pada alat agar bisa digunakan lebih dinamis

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas

pertanian yang sangat penting untuk dijadikan bahan pangan pokok pengganti

setelah beras dan jagung (Rukmana, 1997). Selain itu ubi kayu adalah komoditas pertanian yang memiliki peluang bisnis yang baik dalam perekonomian. Untuk

meningkatkan nilai ekonomi tersebut maka diperlukan diversifikasi produk olahan ubi kayu yang dapat meningkatkan nilai jual ubi kayu itu sendiri.

Provinsi Lampung merupakan produsen terbesar ubi kayu di Indonesia. Data lengkap 2008 mencatat luas panen ubi kayu di Lampung seluas 318.969 hektar

dengan produksi 7.721.882 ton. Sementara produksi ubi kayu pada tahun 2009 sebesar 7.649.536 ton dengan tingkat produktivitas rata-rata mencapai 24,21

ton/hektare (Zaki, 2009).

Tingkat produksi tanaman ubi kayu yang besar ini menyebabkan harga ubi kayu dapat menurun pada masa panen raya dan memaksa petani menjual dengan harga

(6)

2

70%) sehingga mudah rusak/tidak tahan disimpan karena selama tiga hari dalam

suhu ruang mutu ubi kayu sudah menurun (Lidiasari dkk., 2006). Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya suatu proses untuk mengolah bahan mentah

tersebut menjadi bahan lain yang lebih tinggi daya gunanya maupun nilai ekonominya.

Di Indonesia ubi kayu dimanfaatkan sebagai bahan makanan tambahan, baik

dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi bahan campuran makanan lain. Salah satu contoh dari produk olahan tersebut adalah tepung cassava. Proses pembuatan tepung cassava melalui beberapa tahap yaitu pengupasan,

pengeringan, dan penggilingan.

Pengeringan pada dasarnya adalah proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air dari bahan baku yang dikeringkan hingga mencapai kandungan

tertentu agar bahan tersebut tidak mudah rusak. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran yang memanfaatkan sinar matahari atau dengan menggunakan alat buatan. Pengeringan ubi kayu akan lebih cepat jika ubi kayu dirajang terlebih

dahulu. Chip ubi kayu yang dapat diolah untuk proses pembuatan tepung harus dikeringkan hingga berkadar air 12 % - 14%.

Pengeringan chip ubi kayu yang optimal akan menghasilkan suatu produk tepung

yang berkualitas baik dan dapat meningkatkan nilai ekonomis ubi kayu itu sendiri. Pengeringan chip ubi kayu bertujuan agar chip dapat bertahan terhadap

(7)

3

Mengingat begitu pentingnya proses pengeringan chip ubi kayu maka diperlukan

teknologi dalam pengeringan tersebut. Untuk itu telah dirancang bangun alat pengering hybrid tipe rak. Pengeringan system hybrid memanfaatkan energi surya dengan tambahan sumber energi lain (listrik, bahan bakar, dan lain-lain).

Sementara untuk mengetahui dan sebagai bahan kajian terhadap perbaikan

rancangan pada penelitian ini dilakukan pengukuran/uji kinerja alat mesin hasil rancangan tersebut. Uji kinerja dilakukan guna mengetahui kesesuaian kinerja

alat terhadap hasil pengeringan yang diinginkan. Dari penggunaan pengeringan dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain :

1. Tidak memerlukan tempat yang luas dan dapat diawasi dengan alat ukur 2. Kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kinerja alat pengering hybrid tipe rak untuk pengeringan chip ubi kayu dengan tiga perlakuan yaitu pengeringan

menggunakan sinar matahari, pengeringan menggunakan energi listrik dan pengeringan menggunakan sinar matahari dan energi listrik.

C. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui kinerja alat pengering hybrid tipe rak untuk pengeringan chip

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi penelitian ini adalah: 1) Bahan ajar berbasis video menurut teori yang dikaji pada dasarnya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok pemberian air gula, air madu, dan kelompok control terhadap peningkatan VO2max.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembiayaan pendidikan dan hambatan dalam pembiayaan pendidikan di SD Negeri Ngrojo Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian

Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi variabel independen yaitu likuiditas (X1), ukuran perusahaan (X2), dan leverage (X3) maka dapat diketahui nilai

Data pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Kliwonan 2 tahun ajaran 2014/2015

Sebanyak 44 item telah berjaya dibina untuk mengukur amalan pelajar dalam aktiviti yang berkaitan dengan adab bersama al-Quran seperti yang telah diajar oleh guru-guru mereka

Pada soal nomor 5 dengan kompetensi menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidak- samaan linear satu variabel, pengetahuan

Playing football is my hobby. Within the clause “Playing football”. The word “Playing” behaves as a ver; in particular the phrase “football” is the object that verb. But