• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKOMODASI KEBIJAKAN WORLD BANK TENTANG PRIVATISASI AIR DALAM KEBIJAKAN INDONESIA TAHUN 1991 - 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKOMODASI KEBIJAKAN WORLD BANK TENTANG PRIVATISASI AIR DALAM KEBIJAKAN INDONESIA TAHUN 1991 - 2004"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“The wars of the next century will be fought over water”1.

Ismail Serageldin, sebagai mantan wakil Presiden dari World Bank pernah mengatakan bahwa konflik atau perang yang terjadi di masa mendatang, akan dipicu oleh permasalahan air. Air menjadi komoditas yang bermanfaat sekaligus komoditas yang berpotensi dalam memicu konflik, hal ini terjadi karena fungsi air yang sangat krusial bagi kehidupan manusia. Karena pada hakekatnya semua hal yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak memang selayaknya di kuasai dan dikelola oleh Negara, terlebih lagi dalam hal air. Karena air merupakan komponen yang tergolong utama di dalam penunjang kualitas kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Kita bisa lihat bagaimana contohnya Negara yang kekurangan air di Afrika, seperti Kongo, Liberia, Zimbabwe, Ethiopia, dan lain - lain. Terbukti Negara- Negara tersebut termasuk dalam daftar 10 negara termiskin di dunia.2 Memang air tidak dapat dijadikan alat ukur yang mutlak untuk menunjukkan kemajuan suatu Negara, namun setidaknya air cukup berperan penting di dalam mengakomodasi kemajuan sumber daya manusia. Negara – Negara miskin tersebut tidak dapat menjalankan roda pemerintahannya dengan baik salah satunya adalah karena tidak adanya fasilitas yang memadai dalam penyediaan air yang

1Andrew Langer, Hydro Wars The Struggle for Water and Survival in the Euphrates-Tigris River

Basin, http://www.helvidius.org/files/2009/2009_Langer.pdf, di akses tanggal 01 Juli 2010 2

(2)

2

layak, menyebabkan masyarakatnya menjadi hidup dalam kekurangan sehingga tidak dapat memberikan kontribusi bagi Negara. Apalagi ketika privatisasi sudah mulai masuk pada Negara – Negara tersebut, menjadikan permasalahan air menjadi semakin tidak terselesaikan.

Salah satu contohnya adalah di Johanesburg, Afrika Selatan, ketika privatisasi telah masuk dalam kepengelolaan air publik, sejak saat itu air menjadi tidak sehat dan aman. Air tidak bisa diakses oleh semua orang dan harganya tidak terjangkau. Sebagai akibatnya ribuan orang terputus dari akses air dan wabah kolera melanda3. Demikian pula yang terjadi dalam konteks Indonesia, privatisasi muncul sebagai salah satu bentuk konkrit dari penerapan perubahan Undang – Undang 1/1967 yang berisi:

..”bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara pengusahaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak4 ”

Menjadi Undang – Undang 6/1968 yang berisi:

..”Perusahaan nasional adalah perusahaan yang sekurangnya 51 persen dari modal dalam negeri yang ditanam di dalamnya dimiliki negara dan/atau, swasta nasional5”

Dengan kata lain Pemerintah memberi celah yang cukup besar bagi pihak asing untuk turut camp ur tangan dalam kepemilikan sektor - sektor publik yaitu sebesar 49 persen. Perubahan Undang – Undang tersebut dilakukan, karena

3Dzunuwanus Ghulam Manar, Krisis Kekuasaan Negara di Balik Privatisasi Air,

http://eprints.undip.ac.id/878/1/Krisis_kekuasaan_negara_di_balik_privatisasi_air_revised.pdf, di akses tanggal 02 Juli 2010

4

Kwik Kian Gie,Proses Terjajahnya Kembali Indonesia Sejak Bulan November 1967,

http://www.koraninternet.com/web/index.php?pilih=lihat&id=8456,di akses tanggal 12 April 2010

5

Ivan A.Hadar,Perlu menimbang manfaat investasi langsung,

(3)

3

Pemerintah merasa bahwa dengan membuka kran investasi bagi asing, maka Indonesia

dapat membangun dan memperbaiki infrasrukturnya. Demikian dalam

hal air, sebelum munculnya isu privatisasi, air yang layak pakai begitu mudah untuk di akses, karena air merupakan Non Free Commodity, yaitu komoditas yang tidak bebas di miliki oleh pihak lain selain Negara, dan kepengelolaannya dipegang oleh pemerintah, dipergunakan bagi hajat hidup orang banyak. Tetapi selanjutnya setelah isu privatisasi muncul yang terjadi adalah air menjadi Free Commodity. Yaitu air menjadi komoditas yang bebas, karena di sisi lain ternyata pemerintah menilai bahwa pengelolaan air oleh Negara masih bersifat kurang menguntungkan atau kurang menghasilkan profit yang maksimal, sehingga Pemerintah membuka kesempatan bagi swasta untuk ambil bagian dalam kepengelolaan air publik, dengan harapan usaha ini dapat semakin meningkatkan kualitas infrastrukutr air di Indonesia, dan hal inilah yang kemudian di sebut dengan pemindahan kuasa dari pemerintah kepada swasta atau yang lebih dikenal dengan istilah privatisasi air.

Gagasan privatisasi ini semakin mengemuka dan mendapatkan pembenaran ketika fakta di lapangan menunjukkan pengelolaan perusahaan Negara nyatanya tidak membuahkan keuntungan yang signifikan dan malah seringkali mengalami kebangkrutan. Catatan Kompas pada 2001 misalnya, menyebutkan sebagian besar pengelolaan BUMN seperti PJKA (PT KAI), PDAM, PLN, Telkom, dan sebagainya mengalami miss – management dan defisit anggaran sehingga membebani APBN. Ironisnya lagi dari 300 Perusahaan Daerah Air Minum, hanya 20% yang memiliki neraca keuangan yang stabil, sisanya selalu defisit setiap tahunnya (Kompas, 18 Agustus 2001).6

Semangat Privatisasi sendiri, telah tercermin dalam poin ke 2 SAP (Structural Adjusment Program) World Bank yang selalu menjadi aturan prinsip

6

(4)

4

dalam bekerjasama dengan Negara – Negara lain, kemudian Washington Consensus hadir mengembangkan prinsip dasar privatisasi dalam SAP. Washington Consensus adalah program kebijakan yang disepakati khususnya oleh World Bank, program tersebut sebenarnya menjanjikan bantuan bagi Negara – Negara dunia ke-3 dalam mengentas permasalahan ekonomi yang terjadi. Seperti kemiskinan, dan lain – lain. Privatisasi dalam sektor air, merupakan bentuk privatisasi yang cukup istimewa, karena memiliki istilah, bentuk share atau join dengan swasta yang berbeda dengan privatiasi dalam sektor lain seperti privatisasi pangan pada BULOG, yang setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 7 / tahun 2003 nama BULOG (Badan Urusan Logistik) berubah menjadi Perum Bulog (Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik)7. Jika pada privatisasi air bentuknya adalah seperti: Private sector Participation (PSP- Partisipasi Sektor Swasta), atau juga disebut Public private partnership (PPP- Kemitraan Publik dan Swasta).8

Indikasi privatisasi air di Indonesia dapat kita lihat mulai tahun 1991, ketika World Bank menawarkan pinjaman sebesar 92 juta USD kepada PAM Jaya (Perusahaan Air Minum Jakarta Raya) untuk memperbaiki infrastrukturnya. 9 Saat itu pemerintah Indonesia menyetujuinya, tak lama ketika Indonesia menerima uang pinjaman tersebut, sebagai konsekuensinya World Bank memberikan

7KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2004,

http://pih.depkominfo.go.id/default.aspx?page=detail_konten&jenis_konten=2&id_konten=837, di akses tanggal 29 Septemb er 2010

8

Newsletter INISIATIF,Mendamba Air Bersih Untuk Semua,NTT,Edisi II ,Februari 2008 9

Stephanie Fried, Notes on the World Bank’s Implementation Completion Report,Republic of Indonesia, Second Jabotabek Urban Development Project (Loan 3219-IND),

(5)

5

Structural Adjusment Program (Program Penerapan Struktural), yang merupakan agenda utama World Bank pada negara yang bersangkutan. Salah satu bentuk implementasi kebijakannya, yaitu mendukung Perusahaan air swasta (asing) untuk masuk, sehingga kemudian berdatanganlah Perusahaan air swasta tersebut untuk ikut serta ambil bagian di dalam kepengelolaan air di Indonesia, mereka adalah perusahaan air pelopor seperti Thames Water Overseas, Perancis Suez yang beroperasi di Jakarta, disusul dengan Cascal yang beroperasi di Batam, dan juga Perusahaan air swasta lainnya secara meningkat akan turut berperan di dalam mewarnai proses privatisasi pada tataran kota dan daerah di Indonesia.

Peran Perusahaan tersebut dalam privatisasi air, pada awalnya diharapkan dapat menyediakan air yang lebih berkualitas bagi masyarakat luas, sesuai dengan pernyataan World Bank berikut ini,bahwa:

“Manajemen sumberdaya air yang efektif haruslah memperlakukan air sebagai “komoditas ekonomis” dan “ partisipasi swasta dalam penyediaan air umumnya menghasilkan hasil yang efisien, peningkatan pelayanan, dan mempercepat investasi bagi perluasan jasa penyediaan”10.

Namun dalam perkembangannya yang terjadi justru sebaliknya, akibat liberalisasi oleh swasta ini harga air semakin melonjak tinggi sehingga tidak seluruh masyarakat dapat mengaksesnya.11Privatisasi air di Indonesia semakin masif dengan dikeluarkannya kebijakan oleh International Conference on Water and Environment di Dublin, Irlandia pada bulan Januari 1992, yang kemudian berlanjut di Rio de Janeiro, Brasil. Dari pertemuan tersebut menghasilkan 4 butir

10WALHI, Kampanye Menolak Privatisasi dan Komersialisasi Sumberdaya Air,

http://www.walhi.or.id/in/kampanye/air-dan-pangan/43-privatisasi-air/91-kampanye-menolak-privatisasi-dan-komersialisasi-sumberdaya-air?format=pdf, di akses tanggal 01 Juli 2010 11

KRUHA, Mengapa Si Miskin Harus Membayar Lebih Mahal Untuk Air Minum? (6),

(6)

6

prinsip yang kemudian disebut Dublin Principles, salah satu poinnya yang mengatakan bahwa:

“Water has an economic value in all its competing uses and should be recognized as an economic good”12

Pengertiannya adalah bahwa air mempunyai nilai ekonomi dalam seluruh kegunaannya dalam berkompetisi sehingga haruslah dikenal sebagai barang ekonomi, dalam menanggapi hal tersebut pada Tahun 1993, World Bank mengeluarkan kebijakan yang dinamakan “Water Resource Management Policy”, yaitu kebijakan yang mengimplementasikan poin – poin dari Dublin Principles. Hal inilah yang menguatkan tindakan World Bank dalam merancang privatisasi air di Negara – Negara dunia ke tiga, khususnya dalam kasus ini adalah Indonesia. Kemudian pada tahun 1994 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan air di Indonesia yang bertujuan untuk mengatur dan mengalokasikan air pada fungsi yang tepat di Indonesia.

Namun kebijakan air tersebut tak kunjung memberikan perubahan yang signifikan pada permasalahan air di Indonesia, di tambah lagi pada tahun 1997 terjadi krisis yang semakin membawa dampak yang buruk bagi keadaan infrastruktur air di Indonesia. World Bank kemudian menawarkan bantuan pinjaman lagi bagi Indonesia dengan jumlah yang lebih besar pada tahun 1998, guna merestrukturisasi sektor sumber daya air, karena World Bank menilai pemerintah belum cukup memberikan perubahan yang berdampak positif. Namun Program WATSAL (Water Resources Sector Adjustment Loan) tersebut baru di

12

(7)

7

setujui oleh pemerintah pada tahun 1999. Program pinjaman uang sebesar $300 juta tersebut di bagi dalam 3 tahap pencairan.

Approved in 1999, the Water Resources Sector Adjustment Loan (WATSAL) is a US$300 million SECAL, for balance of payments support, disbursed in three tranches over a period of 3.5 years13.

Melalui WATSAL ini World Bank seolah - olah memberikan himbauan pada Indonesia bahwa di dalam program pengembangan infrastruktur air ini dibutuhkan pula perubahan dari Undang – Undang tentang Pengelolaan air yang lama, yaitu Undang – Undang No 11 Tahun 1974 yang akhirnya harus berubah menjadi Undang – Undang No 7 Tahun 2004. World Bank berdalih bahwa hal ini diperlukan karena dapat mendukung kinerja WATSAL, dan hal ini sekaligus sebagai syarat untuk pencairan dana tahap selanjutnya. Dalam perubahan Undang – Undang No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Salah satu contohnya adalah pada pembukaan Undang – Undang ini menimbang:

b. bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat secara adil dan merata;14

Dalam hal ini Pemerintah masih melindungi hak kepengelolaan air dari tangan asing dan mengusahakan penggunaannya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 sebagai dasar acuan, namun dalam perubahan Undang – Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terlihat bahwa Pemerintah telah

13The World Bank, Investment Note 1.2 - Development Policy Lending to Support Irrigation and

Drainage Sector Reforms,

http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTWAT/EXTAGWSOU/0,,contentM DK:20943872~pagePK:64168445~piPK:64168309~theSitePK:2502682,00.html, di akses tanggal 01 Juli 2010

14

(8)

8

memudahkan peran swasta untuk terlibat di dalam penge lolaan sektor air. Pembukaan Undang – Undang bagian b menimbang:

b. bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungs i sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras;15

Menurut Pemerintah solusi yang tepat untuk permasalahan ini adalah bahwa

air harus dikelola, dan perubahan Undang – Undang ini ternyata semakin melegalkan tindakan maupun indikasi mengenai privatisasi air yang mengacu pada pengelolaan dan penguasaan air oleh swasta. Memang Undang – Undang yang baru tersebut, mengatur pengelolaan air lebih terpadu, memperhatikan fungsi konservasi dan juga membantu di dalam penyelesaian konflik pemanfaatan air, namun Undang – Undang tersebut lebih condong pada kepentingan ekonomis.16 Dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan kajian masalah pada akomodasi kebijakan World Bank tentang privatisasi air dalam kebijakan Indonesia yang di mulai pada Tahun 1991, hingga hal ini telah membawa Indonesia dalam perubahan Undang-Undang Sumber Daya Air di Indonesia tahun 2004, yang mana perubahan Undang – Undang tersebut ternyata telah melegitimasi privatisasi air di Indonesia.

15Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA

AIR,http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2004/07-04.pdf, di akses tanggal 22 September 2010 16

DIGILIB AMPL, PK UU Sumber Daya Air No. 7/2004 Diajukan ke MK,

(9)

9

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang tentang upaya World Bank dalam mempelopori privatisasi air di Indonesia yang kemudian mengakibatkan perubahan Undang – Undang Sumber Daya Air di Indonesia, maka permasalahan yang diangkat penulis adalah Bagaimana akomodasi kebijakan World Bank tentang privatisasi air dalam kebijakan Indonesia ?

1.3. Tinjauan Pustaka

(10)

10

dianggap sebagai penyebab kegagalan ekonomi pada tahun 70’an dan 80’an17. Dan hal inilah yang nantinya mendukung terjadinya kebijakan privatisasi pada BUMN.

Penelitian yang hampir serupa dilakukan oleh Hidayatullah Muttaqin, seorang dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dengan judul Fakta dan Kebohongan Privatisasi di Indonesia. Dalam jurnal ini, peneliti menekankan penelitiannya pada proses privatisasi BUMN di Indone sia dari tahun 1991 – 1997 adalah karena adanya peran IMF yang turut mengawasi kebijakan perekonomian Indonesia. Hal ini adalah karena konsekuensi dari Pinjaman uang yang di berikan IMF pada Indonesia, yang kemudian pemerintah merelakan aset – asetnya untuk dikelola oleh swasta. Sehingga penelitian ini menghasikan kesimpulan dan bukti, bahwa IMF mampu membawa pengaruh privatisasi dalam hal seperti:

BUMN yang diprivatisasi antara lain: Kawasan Industri Medan, Kawasan Industri Makassar, Kawasan Industri Wijaya Kusuma, BNI Persero, Adhi Karya, PT Asuransi Jasa Indonesia, BTN, Jakarta Lloyd, Krakatau Steel, Industri Sandang, PT Inti, Rukindo, dan Bahtera Adi Guna, Kemudian, PT Perkebunan Nusantara III, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara VII, dan Sarana Karya, Semen Batu Raya, Waskita Karya, Sucofindo, Surveyor Indonesia, Kawasan Berikat Nusantara, Pembangunan Perumahan (melalui IPO), Kawasan Industri Surabaya, dan Rekayasa Industri. Yodya Karya, Kimia Farma dan Indo Farma (keduanya mau merger), PT Kraft Aceh, PT Dirgantara Industri, Boma Vista, PT Barata, PT Inka, Dok Perkapalan Surabaya, Dok Perkapalan Koja Bahari, Biramaya Karya, dan Industri Kapal Indonesia (Kominfo Newsroom, 21/1/2008)18.

17Andi Irawan, Perbaikan Kinerja BUMN melalui Privatisasi,

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/bai-journal/Andi_Irawan_perbaikan_kinerja_bumn.pdf, di akses tanggal 20 Juni 2010 18

Hidayatullah Muttaqin, Fakta dan Keboh ongan Privatisasi di Indonesia,

(11)

11

Selanjutnya, adalah penelitian yang dilakukan oleh Sub ejo, seorang Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian UGM, dengan judul penelitiannya, Penyuluhan Pertanian Indonesia :Isu Privatisasi dan Implikasinya19. Peneliti mendasarkan penelitiannya pada permasalahan yang terjadi pada pertanian di Indonesia. Peneliti memandang bahwa sektor pertanian ternyata masih memainkan peran penting dalam menunjang pembangunan di Indonesia walaupun tidak secara signifikan seperti pada kontribusi dalam sektor industri dan jasa, tetapi sektor pertanian dapat memberikan lapangan kerja 39,7 juta dari sekitar 90,8 juta angkatan kerja Indonesia. Namun kemudian yang menjadi permasalahan adalah pembangunan pertanian Indonesia masih menghadapi kendala sumberdaya dan fasilitas pendukung seperti petugas penyuluh yang dapat membekali tenaga kerja petani pada era globalisasi ini. Hal inilah yang kemudian mengacu pada kesimpulan dari penelitian ini bahwa privatisasi merupakan salah satu solusi yang dapat diaplikasikan guna meningkatkan kinerja pertanian Indonesia menuju arah berkompetisi yang lebih ekonomis.

Sedangkan yang membedakan penelitian ini, dengan judul Akomodasi Kebijakan World Bank tentang Privatisasi Air dalam Kebijakan Indonesia Tahun 1991 - 2004 dengan penelitian di atas adalah peneliti lebih menekankan pembahasannya pada bagaimana bentuk akomodasi kebijakan World Bank tentang privatisasi dalam sektor air yang ternyata sesuai dengan kebijakan air di Indonesia. Perkembangan Privatisasi Air di Indonesia di awali dari berbagai peran World Bank pada Indonesia yang kemudian menghasilkan WATSAL, program

19

Subejo, Penyuluhan Pertanian Indonesia :Isu Privatisasi dan Implikasinya,

(12)

12

dana bantuan inilah yang kemudian membawa Indonesia dalam perubahan Undang – Undang Sumber Daya air dimana hal ini semakin melegalkan tindakan – tindakan privatisasi yang sudah terjadi sebelum munculnya Undang – Undang pengesahan tersebut. Dalam penjabarannya penelitian ini meggunakan konsep Neoliberalisme.

1.4. Landasan Teori dan Konsep

1.4.1. Landasan Konsep

1.4.1.1. Konsep Neoliberalisme

Neoliberalisme pada awalnya merupakan suatu teori ekonomi politik yang menyatakaan bahwa kesejahteraan manusia paling bisa dicapai dengan cara meliberalisasikan kebebasan – kebebasan dan keterampilan – keterampilan entrepreneurial individu dan menempatkan kebebasan dan keterampilan itu ke dalam suatu kerangka pranata yang dicirikan oleh hak milik pribadi yang kuat, pasar bebas dan perdagangan bebas.20 Tokoh penganut sekaligus salah satu pencetus neoliberalisme adalah Margaret Thatcher, yang membawa faham ini sebagai solusi bagi Negara miskin. Paham ini lebih memfokuskan pada penerapan pasar bebas, terbukti bahwa neoliberal menciptakan suatu kondisi kepemilikan elemen – elemen penting dari Negara kepada pasar, bahkan neoliberal cenderung menghancurkan hak – hak bersama.

Seringkali neoliberalisme dianggap sebagai kekuatan - kekuatan individu yang berkompetisi secara bebas. Yang dicirikan dengan kekuatan pasar yang

20

(13)

13

mampu mengendalikan sektor – sektor publik. Faham ini berasumsi bahwa pemerintah dinilai gagal dalam mengakomodasinya, sehingga diperlukannya “share” pada pihak swasta. Ada tiga hal penting yang menjadi prinsip perencanaan ekonomi neoliberal: 1) Meminimalisasi peran Negara dalam sektor bisnis. 2) Efisiensi pembiayaan Negara dengan cara penghapusan subsidi rakyat, dan 3) manajemen pemilikan dan pengelolaan privat.21

Penelitian yang peneliti angkat ini dapat dijelaskan, salah satunya dengan prespektif Neoliberalisme. Akomodasi kebijakan World Bank tentang privatisasi air ini yang sesuai dengan kebijakan air Indonesia, telah menghantar pengelolaan air di Indonesia pada penerapan standar pasar. Melalui berbagai program yang berujung pada program WATSAL telah memicu lahirnya perubahan Undang – Undang No 11 Tahun 1974 menjadi Undang – Undang No 7 Tahun 2004, dimana UU tersebut telah mengesahkan tindakan privatisasi dalam air.

1.4.1.2. Definisi Operasional Privatisasi

Dalam penelitian ini Privatisasi air yang dimaksud adalah upaya untuk mengalihkan wewenang dalam pengelolaan air secara sebagian (misalnya PDAM) ke tangan pihak swasta. Bentuk privatisasi dalam sumberdaya air berupa, Private sector Participation (PSP- Partisipasi Sektor Swasta), atau juga disebut Public private partnership (PPP- Kemitraan Publik dan Sawsta), yaitu adanya share atau pengalihan tanggung jawab pemerintah ke pihak swasta dalam pengelolaan sistem pelayanan air bersih, walaupun memang yang terjadi dalam perkembangannya ada kecenderungan pihak swasta untuk mengalihkan pengelolaannya secara lebih dari

21

(14)

14

bagiannya semula dan juga dalam hal kepemilikannya, bahkan hal ini merujuk pada penjualan sebuah sumberdaya air yang menjadi hak masyarakat lokal ke tangan pihak swasta.22 Dalam hal ini perusahaan – perusahaan swasta milik asing bekerja bersama – sama dengan World Bank dalam mengimplementasikan kebijakan privatisasi ini di Indonesia.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1.1. Batasan Waktu

Ruang lingkup penelitian ini di batasi dengan menjelaskan bagaimana awal munculnya indikasi privatisasi air tahun 1991 hingga munculnya WATSAL, sampai pada pengesahaan UU yang mendukung privatisasi pada tahun 2004.

1.5.1.2. Batasan Materi

Dalam penelitian ini penulis membatasi materi ya ng berfokus pada bagaimana indikasi World Bank dalam mengakomodasi kebijakan privatisasi air di Indonesia hingga munculnya WATSAL dan berujung pada perubahan UU Sumber Daya air.

22Nadia Hadad,Kebijakan Sektor Sumber Daya Air Indonesia:Pengaruh Globalisasi dan

Kebijakan World Bank,

(15)

15

1.5.2. Tipe Penelitian

Tipe dalam Penelitian ini adalah Deskriptif, karena peneliti ingin memperlihatkan permasalahan dan kemudian berusaha untuk menggambarkannya secara lebih sederhana dan dan sistematis.

1.5.3. Teknik Pengumpulan Data

1.5.3.1. Studi Literatur

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode dokumentasi seperti data, buku, jurnal, website, dan lain – lain yang kemudian di sadur untuk melengkapi proses penelitian. Data diperoleh dari Perpustakan Pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Perpustakaan Umum Kota Malang, Lab HI UMM, instansi – instansi terkait dan website yang bersangkutan dengan topik penelitian ini.

1.6. Argumen Dasar

Rekomendasi kebijakan World Bank tentang privatisasi air yang di mulai pada tahun 1991 ternyata telah di akomodasi oleh Pemerintah Indonesia dalam berbagai bentuk kebijakan air hingga tahun 2004.

1.7. Struktur Penulisan

(16)

16

BAB I (Pendahuluan)

Dalam Bab ini peneliti meneliti apa yang melatarbelakangi munculnya privatisasi air di Indonesia, bagaimana arti dan penerapannya serta dampak apa yang diperoleh dari kebijakan tersebut. Hal ini tentu saja tidak lepas dari peran World Bank. Tindakan serta upaya World bank dalam mengakomodasi kebijakan privatisasi air di Indonesia hingga munculnya WATSAL yang memicu terjadinya perubahan Undang – Undang Sumber Daya air memaknai bab awal ini.

Di akhir bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara lain: Ruang lingkup penelitian yang terbagi menjadi 2, yaitu waktu dan materi, Jenis penelitian, Variabel Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Argumen Dasar, dan Sistematika Penulisan.

BAB II (Isu Air dan Proyek World Bank di Indonesia )

(17)

17

WATSAL. Dalam perjanjian WATSAL ini World Bank memberikan dana sebesar $300 juta yang terbagi dalam 3 tahap pencairan dana.

BAB III: (Akomodasi Kebijakan World Bank Tentang Privatisasi Air Dalam

Kebijakan Indonesia)

Bab ini menjelaskan tentang kebijakan pemerintah Indonesia sebagai akomodasi terhadap rekomendasi World Bank, berkaitan dengan tindakan – tindakannya di dalam mewujudkan privatisasi air di Indonesia. Dalam kebijakannya World Bank memiliki SAP, Poin – Poin SAP ini memiliki bentuk lain yang tercetus sekitar pada tahun 1990 dengan nama Washington Consensus, isi dan bentuknya merupakan hasil pengembangan dari SAP. Dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana tidak hanya bentuk aplikatif dari poin privatis asi saja tetapi poin deregulasi juga telah mengakomodasi perubahan Undang – Undang No 11 Tahun 1974 menjadi Undang – Undang No 7 Tahun 2004. Dan poin Privatisasi sendiri, telah membawa kepengelolaan air oleh pemerintah berpindah tangan menjadi milik pihak swasta. Privatisasi dalam air memiliki bentuk seperti Private sector Participation (PSP- Partisipasi Sektor Swasta), atau juga disebut Public private partnership (PPP- Kemitraan Publik dan Sawsta). Kedua hal tersebut tentu saja tidak dapat menghindarkan kepengelolaan air di Indonesia dari dampak dominasi harga air oleh perusahaan swasta, atau disebut juga dengan liberalisasi air.

BAB IV: Penutup

(18)

18

Tabel 1.1

Struktur Penulisan

JUDUL PEMBAHASAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang 1.2.Rumusan masalah 1.3.Tinjauan Pustaka

1.4.Landasan Teori dan Konsep 1.4.1. Konsep neoliberalisme

1.4.2. Definisi Operasional Privatisasi 1.5.Metodologi

a. Metode HI : ruang lingkup dan tingkat analisa b. Metode penelitian : pengumpulan data dan

analisa data 1.6. Argumen Dasar 1.7. Struktur Penulisan

BAB II

ISU AIR DAN PROYEK WORLD BANK DI

INDONESIA

2.1.Indikasi Privatisasi Air di Indonesia 2.2. Dublin Principles

(19)

19 2.4.1.WATSAL

BAB III

AKOMODASI KEBIJAKAN WORLD BANK

TENTANG PRIVATISASI AIR DALAM

KEBIJAKAN INDONESIA

3.1. SAP dan Perannya Terhadap Privatisasi Air di Indonesia

3.1.1. Perubahan Undang – Undang Undang – Undang No 11 Tahun 1974 Menjadi Undang – Undang No 7 Tahun 2004.

3.1.2. Privatisasi Air di Indonesia

3.1.2.1. Bentuk Privatisasi Dalam Air dan Peran Perusahaan Air Swasta

BAB IV

PENUTUP

(20)

i

SKRIPSI

AKOMODASI KEBIJAKAN

WORLD BANK

TENTANG PRIVATISASI AIR

DALAM KEBIJAKAN INDONESIA

TAHUN 1991 - 2004

Di Susun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

FRANSISCUS BAYU DIRGANTARA

06260045

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(21)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Fransiscus Bayu Dirgantara

NIM : 06260045

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : AKOMODASI KEBIJAKAN WORLD BANK TENTANG PRIVATISASI AIR DALAM KEBIJAKAN INDONESIA TAHUN 1991 - 2004

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Tuti Al Hikmah.,S.IP M.Syaprin Zahidi.,S.IP

Mengetahui

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional

(22)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama `: Fransiscus Bayu Dirgantara NIM : 06260045

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : AkomodasiKebijakan World Bank tentang Privatisasi Air dalam Kebijakan Indonesia Tahun 1991 – 2004

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Selasa

Tanggal : 25 Januari 2011 Tempat : Lab. HI

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi., M.Si

Dewan Penguji:

1. Dyah Estu Kurniawati., M.Si ( ) 2. Ruli Inayah Ramadhoan., S.Sos ( )

3. Tuti Al Hikmah.,S.IP ( ) 4. M. Syaprin Zahidi., S.IP ( )

(23)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama ` : Fransiscus Bayu Dirgantara Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 28 Oktober 1986

NIM : 06260045

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul:

AkomodasiKebijakan World Bank tentang Privatisasi Air dalam Kebijakan Indonesia Tahun 1991 – 2004

Adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 02 Februari 2011 Yang menyatakan

(24)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Frans iscus Bayu Dirgantara

2. NIM : 06260045

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Hubungan Internasional

5. Judul Skripsi : AKOMODASI KEBIJAKAN WORLD BANK TENTANG PRIVATISASI AIR DALAM KEBIJAKAN INDONESIA TAHUN 1991 - 2004 6. Pembimbing : 1. Tuti Al Hikmah.,S.IP

2. M.Syaprin Zahidi.,S.IP 7. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pemb 1 Tanggal Paraf Pemb 2 Keterangan

20-04-10 20-04-10 ACC Judul

27-04-10 27-04-10 Pengajuan BAB I

22-09-10 22-09-10 ACC BAB I

19-11-10 19-11-10 Pengajuan BAB II

03-12-10 03-12-10 ACC BAB II

27-11-10 27-11-10 Pengajuan BAB III

08-12-10 08-12-10 ACC BAB III

27-11-10 27-11-10 Pengajuan BAB IV

(25)

vi

ABSTRAKSI

Fransiscus Bayu Dirgantara, 2011, 06260045, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hubungan Internasional, AkomodasiKebijakan World Bank tentang Privatisasi Air dalam Kebijakan Indonesia Tahun 1991 – 2004, Pembimbing I: Tuti Al Hikmah.,S.IP, Pembimbing II: M. Syaprin Zahidi.,S.IP

World Bank adalah lembaga keuangan global yang berfungsi untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengembangkan perekonomiannya. Program yang dijalankan oleh

World Bank khususnya di Indonesia dalam pembangunan sektor air salah satunya adalah WATSAL.

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif, dan hasil dari penelitian ini yaitu bahwa kebijakan privatisasi yang direkomendasikan oleh World Bank telah di akomodasi oleh Pemerintah Indonesia, yang dimulai dari indikasi dan tindakan privatisasi sampai pada proses legitimasinya yang di sebabkan oleh perubahan Undang – Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan menjadi Undang – Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, dalam implementasi kebijakannya World Bank di bantu oleh perusahaan – perusahan air swasta milik asing.

Kata Kunci: World Bank, WATSAL, UU SDA, Perusahan air swasta

Malang, 02 Februari 2011

Peneliti

Pembimbing I Pembimbing II

Tuti Al Hikmah.,S.IP M. Syaprin Zahidi., S.IP

Mengetahui, Dekan FISIP-UMM

(26)

vii

ABSTRACTION

Fransiscus Bayu Dirgantara, 2011, 06260045, Muhammadiyah Malang University, Social and Political Sciences Faculty, International Relations, Accommodation Of World Bank Policy on Water Privatization in Indonesia Policy in 1991 – 2004, Counselor I: Tuti Al Hikmah.,S.IP, Counselor II: M. Syaprin Zahidi.,S.IP

World Bank is a global financial institution whose function is to assist developing countries in developing its economy . One of the programs which are run by the World Bank, especially in Indonesia in the water sector development is WATSAL.

Research methods that researcher use in this study is Descriptive, and the results of this study is that privatization policy which is recommended by the World Bank has been in the accommodation by the Government of Indonesia, starting from the indications and actions of privatization to the process of legitimacy that is caused by the changing Law from No.11 of 1974 on Irrigation into Law No. 7 of 2004 on Water Resources , in implementation of World Bank’s policies is supported by the private water companies.

Keywords: World Bank, WATSAL, The new Law of Water Resources, Private water companies

Malang, February 2nd, 2011

Researcher

Counselor I Counselor II

Tuti Al Hikmah.,S.IP M. Syaprin Zahidi.,S.IP

Knowing, Dean of FISIP-UMM

(27)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Be humble and u’ll be promot ed.. Be calm so u’re able t o pray.. dukungannya! Gust i Yesus berkahi!!!

Semua t emen- t emen kampus HI kelas A, B, C yang sudah pernah saya j aj al sat u2 kelasnya. . salam semangat !! Terlebih buat “Genk_Tirt a- Banyu- Kalen- mengalir - sampai- j auh”,

(28)

ix

Fit r i, Al; Fina, Riska, Ririn, Ema, Put er i, Fauzan, Zie, Ryan, yak ber ikut nya siapa lgi?? Ya kamu deh!!hehe. . T hanx ya guys

smua, kir a2 udh 4 t ahun lbh 2 blnan ber kuliah br sama2. . salam sukses!

Buat semua dosen- dosen HI yang udah berbagi banyak ilmu selama perkuliahan. Gbu always!

Dan bagi t eman- t eman di Universit as Muhammadiyah Malang khususnya bagi pembaca yang udah nyempet in baca dan t ert arik dalam pembahasan yang saya angkat unt uk t ugas akhir ini, dengan har apan supaya semuanya bisa ber manf aat . Amen!

(29)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus dan Juru Selamat. Semua karena anugerahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Akomodasi Kebijakan World Bank tentang Privatisasi Air dalam Kebijakan Indonesia Tahun 1991 – 2004 dengan baik.

Dari hasil penelitian ini peneliti berharap supaya menjadi masukan bagi Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional berikutnya dalam meneliti peristiwa - peristiwa yang aktual dalam kajian hubungan internasional, yang tentunya peneliti harapkan dapat lebih baik dari penelitian ini.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini bisa peneliti selesaikan tepat pada waktunya.

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat.

2. Kedua Orang Tua dan keluarga terdekat peneliti yang selalu menopang di dalam segala dukungan.

3. Bapak Dr. Wahyudi.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Ibu Tuti Al Hikmah.,S.IP, selaku Dosen Pembimbing pertama yang banyak memberikan masukan tentang penelitian ini.

5. Bapak M. Syaprin Zahidi.,S.IP, selaku Dosen Pembimbing kedua yang dengan setia membimbing peneliti hingga akhir proses penelitian ini. 6. Ibu Dyah Estu Kurniawati.,M.Si, selaku ketua jur usan Hubungan

Internasional, dosen wali HI angkatan 2006 dan sekaligus menjadi penguji pertama.

7. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan.,M.Si sebagai dosen penguji kedua yang banyak memberikan masukan bagi penulisan penelitian ini.

8. Seluruh dosen HI yang pernah mengajar peneliti selama perkuliahan berlangsung.

(30)

xi

10.Semua pihak yang telah memberi bantuan baik secara materiil maupun non materiil dalam proses penyusunan penelitian ini.

Dalam Penyusunan Penelitian ini tentu saja tidak akan terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan yang tidak dengan sengaja atau kesadaran. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang dapat semakin menyempurnakan dan melengkapi penelitian ini. Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khusunya bagi mahasiswa hubungan internasional dan kalangan yang tertarik dengan kajian HI

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb dan Salam Sejahtera

Malang, 02 Februari 2011

Peneliti

(31)

xii

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi...v

Abstraksi ... vi

Motto dan Persembahan...viii

Kata Pengantar...x

Daftar Isi...xii

Daftar Tabel...xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tinjauan Pustaka ... 9

1.4. Landasan Teori dan Konsep... 12

1.4.1. Landasan Konsep ... 12

1.4.1.1. Konsep Neoliberalisme ... 12

1.4.1.2. Definisi Operasional Privatisasi... 13

1.5. Metode Penelitian ... 14

1.5.1. Ruang Lingkup Penelitian... 14

1.5.1.1. Batasan Waktu ... 14

1.5.1.2. Batasan Materi ... 14

1.5.2. Tipe Penelitian ... 15

1.5.3. Teknik Pengumpulan Data... 15

1.5.3.1. Studi Literatur ... 15

1.6. Argumen Dasar ... 15

(32)

xiii

BAB II ISU AIR DAN PROYEK WORLD BANK DI INDONESIA

2.1. Indikasi Privatisasi Air di Indonesia ... 20

2.2. Dublin Principles ... 22

2.3. Water Resource Management Policy ... 25

2.3.1. Implementasi di Indonesia ... 30

2.4. Kebijakan Air di Indonesia ... 32

2.4.1. WATSAL ... 37

BAB III PENGARUH WORLD BANK TERHADAP PRIVATISASI AIR DI INDONESIA 3.1. SAP dan Perannya Terhadap Privatisasi Air di Indonesia ... 52

3.1.1. Perubahan Undang – Undang No. 11 Tahun 1974 Menjadi Undang – Undang No. 7 Tahun 2004 ... 54

3.1.2. Privatisasi Air di Indonesia ... 62

3.1.2.1. Bentuk Privatisasi Dalam Air dan Peran Perusahaan Air Swasta ... 63

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 71

4.2. Temuan/Diskusi ... 72

(33)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Struktur Penulisan ... 18 Tabel 1.2. Pinjaman Dana Watsal ... 43 Tabel 1.3. Perbedaan Undang – Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan

dan Undang – Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air... 57 Tabel 1.4. PDAM yang telah dan dalam proses Privatisasi...68

(34)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Danial M. Nafis.2009, INDONESIA TERAJAH:Kuasa Neoliberalisme Atas Daulat Rakyat, Jakarta, INSIDe-Press.

Harvey, David. 2009, Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, Yogyakarta, Resist Book.

Kodoatie J. Robert dan Basoeki.2005,Kajian Undang – Undang Sumber Daya Air,Yogyakarta,ANDI.

Nugroho, Riant dan Randy R. Wrihatnolo. 2008,MANAJEMEN PRIVATISASI BUMN, Jakarta, PT Elex Media Kompusindo Kelompok Gramedia.

Penulis, Tim CIReS, 2007. Post Washington Consensus dan Politik Privatisasi di Indonesia, Jakarta, Marjin Kiri PT Cipta Lintas Wacana.

Seri, Buku Demokrasi Ke 13. 2009, Bisnis Dan Demokrasi, Malang, PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI.

Shiva, Vandhana.2002,WATER WARS: Privatisasi, Profit, dan Polusi, Yogyakarta, Insist Press.

Koran, Jurnal dan Internet

EBulletin Green Aceh, Bahaya Liberalisasi Air,

http://greenaceh.files.wordpress.com/2010/12/e-newsletter- green-aceh-edisi-1-maret-2010.pdf., di akses tanggal 19 Oktober 2010

Hadar A. Ivan, Perlu menimbang manfaat investasi langsung, ,http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/02/02454352/.perlu.menimbang. manfa,di akses tanggal 12 Mei 2010

Kian, Kwik Gie, Proses Terjajahnya Kembali Indonesia Sejak Bulan November 1967, http://www.koraninternet.com/web/index.php?pilih=lihat&id=8456,di akses tanggal 12 April 2010

Newsletter INISIATIF,Mendamba Air Bersih Untuk Semua,NTT,Edisi II ,Februari 2008

Irawan, Andi, Perbaikan Kinerja BUMN melalui Privatisasi,

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/bai-journal/Andi_Irawan_perbaikan_kinerja_bumn.pdf, di akses tanggal 20 Juni 2010

(35)

xvi

Muttaqin, Hidayatullah, Fakta dan Kebohongan Privatisasi di Indonesia, http://jurnal-ekonomi.org/2008/02/18/fakta-dan-kebohongan-privatisasi-di-indonesia/, di akses tanggal 20 Juni 2010

Subejo, Penyuluhan Pertanian Indonesia :Isu Privatisasi dan Implikasinya, http://subejo.staff.ugm.ac.id/wp-content/privatisasi-penyuluhan.pdf, di akses tanggal 20 Juni 2010

Air Kita, Hutang di Sektor Sumber Daya Air, http://airkita.org/2010/02/hutang-di-sektor-sumberdaya-air/, di akses tanggal 23 November 2010

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR,http://www. bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2004/07-04.pdf, di akses tanggal 22 September 2010

Budds, Jessica, PPP and the Poor in Water and Sanitation Interim findings An

interim review of documents,

http://wedc.lboro.ac.uk/docs/research/WEJR7/Interim_Review_of_Document s.pdf, di akses tanggal 13 Desember 2010

DIGILIB AMPL, PK UU Sumber Daya Air No. 7/2004 Diajukan ke MK, http://digilibampl.net/detail/detail.php?row=31&tp=kliping&ktg=airminum& kode=27, di akses tanggal 01 Juli 2010

Document of The World Bank, IMPLEMENTATION COMPLETION REPORT

(SCL-44690),

http://www-wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/07/2 1/000090341_20050721094858/Rendered/PDF/32665.pdf, di akses tanggal 25 November 2010

Document of The World Bank, REPORT AND RECOMMENDATION OF THE PRESIDENT OF THE INTERNATIONAL BANK, http://www-wds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/1999/09/17/00009 4946_99051205341366/Rendered/PDF/multi_page.pdf, di akses tanggal 19 November 2010

FAO, Appendix 1 - Indonesia's draft National Resources Policy Action Plan 19942020, http://www.fao.org/docrep/V7160E/v7160e0a.htm, di akses tanggal 12 November 2010

Fried, Stephanie, Notes on the World Bank’s Implementation Completion Report,Republic of Indonesia, Second Jabotabek Urban Development Project (Loan 3219-IND), http://www.edf.org/documents/1602_Notes%20on%20the%20World%20Ban k.htm, di akses tanggal 15 Desember 2010

(36)

xvii

Ghulam, Dzunuwanus Manar, Krisis Kekuasaan Negara di Balik Privatisasi Air, http://eprints.undip.ac.id/878/1/Krisis_kekuasaan_negara_di_balik_privatisasi _air_revised.pdf, di akses tanggal 02 Juli 2010

Global Water Intelligence, Pekanbaru negotiations fail,

http://www.globalwaterintel.com/archive/3/10/general/pekanbaru-negotiations- fail.html, di akses tanggal 15 Desember 2010

Hadad, Nadia, Kebijakan Sektor Sumber Daya Air Indonesia:Pengaruh

Globalisasi dan Kebijakan World Bank,

http://www.kruha.org/file_pdf_other/Kebijakan%20Sektor%20Sumberdaya% 20Air%20di%20Indonesia.pdf,di akses tanggal 12 April 2010

ISMAIL, MUHAMMAD YUSANTO, MEWASPADAI LIBERALISASI SEKTOR AIR, musl1m4h.files.wordpress.com/2007/07/menyoal-privatisasi-air.ppt, di akses tanggal 09 Desember 2010

Karmakar, Arijit, The 10 Poorest Countries Of The World, http://www.hottnez.com/the-10-poorest-countries-of-the-world/, di akses tanggal 19 Juni 2010

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 46 TAHUN 2004,

http://pih.depkominfo.go.id/default.aspx?page=detail_konten&jenis_konten= 2&id_konten=837, di akses tanggal 29 September 2010

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,Undang

Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang : Pengairan,

http://www.menlh.go.id/Peraturan/UU/UU11-1974.pdf, di akses tanggal 22 September 2010

Kruha, Contribution to the Public Consultation on the issue of human rights obligations in the context of private sector participation in the provision of water and sanitation services,

http://www2.ohchr.org/english/issues/water/iexpert/docs/written-contributions/KRuHA.pdf, di akses tanggal 23 November 2010

KRUHA, Mengapa Si Miskin Harus Membayar Lebih Mahal Untuk Air Minum? (6), http://www.kruha.org/template.php?op=other_detail&id=23, di akses tanggal 01 Juli 2010

Langer, Andrew, Hydro Wars The Struggle for Water and Survival in the Euphrates-Tigris River Basin, http://www.helvidius.org/files/2009/2009_Langer.pdf, di akses tanggal 01 Juli 2010

(37)

xviii

Naftali, Yohan, Washington Consensus ,http://www.yohanli.com/washington-consensus.html, di akses tanggal 20 Juni 2010

Public Services International (PSI), Water privatisation and restructuring in Asia-Pacific, http://www.psiru.org/reports/2004-12-W-Asia.doc, di akses tanggal 01 Oktober 2010

Rainwater Club, Guiding Principles (Dublin Principles), http://www.rainwaterclub.org/dublin_principles.htm,di akses tanggal 12 November 2010

Setiawan, Bonnie, NEO-LIBERAL DAN KEJAHATAN MULTILATERAL, www.globaljust.org/file-imf/neoliberal.pdf, di akses pada 11 Desember 2010 The World Bank, Indonesia-Water Resources Sector Adjustment Loan,

http://www-wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/1999/06/0 4/000094946_99060412165373/Rendered/PDF/multi0page.pdf, di akses tanggal 19 November 2010

The World Bank, Investment Note 1.2 - Development Policy Lending to Support

Irrigation and Drainage Sector Reforms,

http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTWAT/EXTA GWSOU/0,,contentMDK:20943872~pagePK:64168445~piPK:64168309~the SitePK:2502682,00.html, di akses tanggal 01 Juli 2010

The World Bank, Water Resources Management,

http://go.worldbank.org/T86WD35KQ0, di akses tanggal 12 November 2010

The World Bank, Water Resource Management,

http://siteresources.worldbank.org/INTWRD/214573-1111579063201/20424649/WRMExSumof1993WaterPolicy.pdf,di akses tanggal 30 September 2010

THE WORLD BANK, WATER RESOURCES SECTOR STRATEGY, http://www-wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2004/06/0 1/000090341_20040601150257/Rendered/PDF/28114.pdf, di akses tanggal 12 November 2010

Tim Advokasi Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air, Kesimpulan Pengujian Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, http://www.raca.or.id/includes/user_upload/raca/kesimpulan_ Akhir__1_.pdf , di akses tanggal 12 November 2010

UN Documents, Gathering a Body of Global Agreements, http://www.un-documents.net/h2o-dub.htm, di akses tanggal 01 Juli 2010

(38)

xix

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Fiends of the Earth (FoE) Indonesia 1999,

Membumikan Mandat Pasal 33 UUD 45,

http://www.pacific.net.id/~dede_s/Membumikan.htm, di akses tanggal 09 Desember 2010

WALHI, Kampanye Menolak Privatisasi dan Komersialisasi Sumberdaya Air, http://www.walhi.or.id/in/kampanye/air-dan-pangan/43-privatisasi-air/91-kampanye-

menolak-privatisasi-dan-komersialisasi-sumberdaya-air?format=pdf, di akses tanggal 01 Juli 2010

WSM-RK Wiki, Introduction to International River Basin Planning ,http://wiki.mekonginfo.org/index.php/421_Introduction_International_River _Basin_Planning, di akses tanggal 16 November 2010

Yayasan Lembaga Konsumen Batam, Konsesi Air di Batam dan Praktek kapitalisme,

http://ylkbatam.org/?content=showarticles&grup=mainactivity&menuid=2.4. 1&id=9, di akses tanggal 01 Oktober 2010

Gambar

Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Pada saaat masa anaka-anak awal pertumbuhan fisik anak berlangsung lambat ( sekitar 2 tahun) dari pada pertumbuhan fisik anak ketika masih bayi. Pada masa awal anak-anak

Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara nilai Katolik (X2) terhadap karakter peserta didik (Y) SMP Santo Yakobus, yang ditunjukkan melalui data output SPSS dengan

Dalam area pluralisme hukum itu, pada satu sisi terdapat hukum Negara (hukum perundang-undangan), dan pada sisi lain hukum rakyat yang tidak tertulis (di antaranya adalah hukum

Parameter yang akan digunakan untuk pengujian Quality of Service adalah Troughput, Packetloss, Delay, Jitter yang akan diolah lebih lanjut dengan menggunakan

225 Kemudian apabila keadaan tersebut dikaitkan lagi dengan sifat hukum perdata itu sendiri, yang mana peranan hakim disini hanya lah pasif atau dalam arti

Penelitian ini dilakukan dikelasVII A karena memiliki karakteristik hasil belajar pada materi Klasifikasi Hewan masih rendah.Upaya untuk meningkatkan kualitas

Hasil produksi 2 kali panen menunjukkan cabai varietas Mario menggunakan MPHP berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, dikarenakan pada pengamatan tinggi tanaman,

Pada hari ini SENIN tanggal ENAM bulan AGUSTUS tahun DUA RIBU DUABELAS kami yang bertandatangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa MAN Rejosari Kebonsari