• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT PAPER UISI JURNAL Vol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT PAPER UISI JURNAL Vol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

QUALITY OF SERVICE (QOS) JARINGAN INTERNET

PUBLIK ISP X,Y DAN Z MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

(Technique For Order of Preference By Similarity To Ideal

Solution)

Alhamd Dwi Ermanza1, Yogantara Setya Dharmawan2

1,2

Universitas Internasional Semen Indonesia

E-mail: alhamd.ermanza15@students.uisi.ac.id (corresponding authors)

ABSTRACT

To be able to determine the quality of the internet network, it is necessary to measure the Quality of Service (QoS) of the internet network on isp x, y, and z. The parameters that will be used for testing Quality of Service are throughput, packet loss, delay, jitter which will be further processed using the TOPSIS method to find out where and at what time the Wi-fi network works best. This research will be tested at each place in x, y, and z from 08.00 to 16.00.

Based on the results of the analysis and assessment of the topsis method, namely Wi-fi X and the second Wi-fi Z. The average delay x day one is 43 ms, jitter x third day is 0.65 ms and delay z day to one with a value of 50 ms, the second day of z jitter with a value of 4.28 ms.

Keywords: Quality of service, Troughput, Packetloss, Delay, Jitter ,Topsis.

ABSTRAK

Untuk dapat mengetahui kualitas jaringan internet diperlukan pengukuran Quality of Service (QoS) jaringan internet pada isp x,y, dan z. Parameter yang akan digunakan untuk pengujian Quality of Service adalah Troughput, Packetloss, Delay, Jitter yang akan diolah lebih lanjut dengan menggunakan metode TOPSIS untuk mengetahui dimana dan pada pukul berapa Jaringan Wi-fi bekerja paling baik. Penelitian ini akan diuji pada setiap tempat di x,y, dan z mulai pukul 08.00 sampai 16.00. Berdasarkan hasil dari analisis dan penilain dari metode topsis yaitu Wi-fi X dan yang kedua Wi-fi Z. Rata-rata delay x hari ke satu dengan nilai 43 ms, jitter x hari ketiga dengan nilai 0,65 ms dan delay z hari ke satu dengan nilai 50 ms, jitter z hari kedua dengan nilai 4.28 ms.

Kata kunci: Quality of service, Troughput, Packetloss, Delay, Jitter

(2)

1. PENDAHULUAN ATAU LATAR BELAKANG

Perkcmbangan teknologi infromasi dan telekomunikasi diindonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan akan internet mencapai hasil survei 2018 hingga juni 2019 tercatat sebanyak 171 juta pengguna internet di Indonesia. setiap tahun pengguna internet tumbuh menjadi 10.2 persen atau 27 juta jiwa, didunia pendidikan pun memanfaatkan teknologi

informasi dan internet menjadi sebuah peluang untuk persaingan global. Banyak pendidikan di Indonesia yang mulai merasakan manfaat dari teknologi dan internet seperti informasi yang dibutuhkan semakin cepat dan mudah, adanya metode inovasi pembelajaran baru seperti

e-learning yang memudahkan siswa dalam proses pendidikan.

Wi-fi.id corner (WICO) adalah fasilitas publik inovasi dari telkom berupa tempat yang

menyediakan akses internet dengan kecapatan tinggi hingga 100 mbps. Hingga saat ini,

Telkom telah berhasil membangun lebih dari 100.000 titik akses wi-fi.id yang tersebar diseluruh Indonesia (www.wifi.id, 2017).

Dalam menentukan lokasi baru pemasangan Wi-fi.id diperlukan

pertimbangan-pertimbangan yang matang. sehingga sering kali mengalami kesulitan dalam menentukan lokasi baru pemasangan Wi-fi.id corner dari beberapa lokasi yang diajukan.Dengan teknologi ini individu dapat mengakses jaringan internet melalui perngkat notebook/laptop/handphone

diberbagai lokasi dimana hotspot disediakan dengan adanya layanan hotspot.

Wi-fi.id merupakan sebuah layanan jaringan internet untuk publik berbasis wireless atau hotspot yang disediakan oleh PT.Telekomunikasi Indonesia. merupakan salah satu penyedia

layanan internet publik tanpa kabel dengan teknologi yang diusung berdasarkan IEEE

802.11b/g/n menggunakan standarisasi kerja di frekuensi 2,4 GHz dengan kecepatan sampai dengan 72 Mbps dan frekuensi 5GHz access point dengan kecepatan sampai 300Mbps dari

access point menuju gateaway internet berdasarkan kinerja terbaik berdasarkan teknologi IEEE

802.11n. wi-fi id corner yang merupakan fasilitas publik yang menyediakan akses internet dengan kecepatan tinggi hingga 100 Mbps.

(3)

Gambar 1.1 Data pengguna internet di indonesia

(sumber : https://inet.detik.com/telecommunication/d-4551389/pengguna-internet-indonesia-didominasi-milenial)

Seiring dengan meningkatnya pengguna internet, membuat lalu lintas pada jaringan intenet semakin kompleks. Dalam pembuatan jaringan membutuhkan arsitektur dan pemilihan koneksi yang tepat untuk mendapatkan hasil internet yang maksimal. Ada beberapa faktor yang bisa menghambat kecepatan koneksi internet seperti pengguna yang banyak, sturktur gedung dan tata letak device. untuk penggunaan internet publik sangat dibutuhkan dalam hal pembelajaran mencari informasi dan komunikasi. Disaat pengguna melebihi batas, jaringan internet publik akan mengkondisikan agar semua pengguna dapat merasakan fasilitas internet yang ada di tempat tersebut. Selain itu jaringan di beberapa tempat sering kehilangan transaksi data atau disebut packetloss. ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan suatu transaksi data

terganggu. maka penilaian suatu jaringan dibutuhkan untuk menyelesaikan terjadinya overload trafik didalam jaringan, Tabrakan (congestion) dalam jaringan, Error yang terjadi pada media fisik, kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer itu terkadang jaringan di beberapa gedung sering kehilangan transaksi data atau disebut packetloss. Dalam jaringan internet publik ada beberapa kendala yang sering dihadapi oleh beberapa orang disekitar yang memakainya. Diantaranya sering kecepatan internet yang lambat ditempat tertentu, lost conetction, data yang diminta tidak sampai ke server tujuan, dan perangkat tidak bisa terhubung ke jaringan.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kendala tersebut dapat terjadi. Diantaranya letak posisi acces point yang terlalu jauh. Banyaknya penghalang seperti dinding dan ruangan yang tertutup menyebabkan susah untuk menjangkau sinyal, kapasitas bandwith dan

(4)

konfigurasi koneksi yang dilakukan oleh pihak Wi-fi agar seluruh orang yang memakainya dapat merasakan fasilitas Wi-fi secara merata.

Maka penilaian suatu jaringan dibutuhkan untuk mengetahui kualitas jaringan internet tersebut. Untuk mencari pemilihan koneksi dibutuhkan menejemen jaringan yang tepat, untuk mengetahui bagaimana status kecepatan koneksi internet di butuhkan monitoring dan analisi Qos (quality of service) jaringan untuk dapat meminimalisir dan mengetahui gangguan jaringan secara dini, sehingga koneksi jaringan dapat bekerja secara maksimal. Untuk dapat mengetahui rekam jejak lalu lintas jaringan tersebut dibutuhkan sebuah software untuk dapat mengambil data yang akan digunakan sebagai penunjang peneliti menggunakan aplikasi wireshark.

Data yang sudah terekam akan diolah dan akan dicari nilai dari Qos (quality of service) yang akan dijadikan penunjang untuk metode selanjutnya. Dalam penilitian kali ini akan digunakan juga metode TOPSIS (Technique For Order of Preference By Similarity To Ideal

Solution) untuk bisa mengetahui tampat mana dan pada pukul berapa internet itu bisa beroprasi

secara maksimal. Metode ini dipilih dapat menentukan bobot dalam setiap kriteria dan dilakukan perangkingan untuk setiap alternative dan memilih yang terbaik dari beberapa alternative. Untuk mendapatkan nilai dari perangkingan tersebut, maka harus sesuai dengan aturan-aturan

TOPSIS yaitu harus memiliki beberapa kriteria yang memiki bobot dan sebuah objek sebagai alternatif . Kriteria yang ditetapkan dalam studi kasus ini adalah Delay, Jitter, throughput dan packetloss. Wi-fi publik yang diakses didaerah gresik tempat nya ada 3 tempat Wi-fi x di gkb ,

(5)

2. DASAR TEORI DAN ATAU METODE PENELITIAN 2.1 Topsis

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) didasarkan pada

konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif. Metode TOPSIS memiliki beberapa kelebihan, yakni konsepnya yang sederhana dan mudah dimengerti, komputasinya efisien serta memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk mateamtis yang sederhana namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif Langkah-langkah penyelesaian masalah Multi Attribute Decision Making (MADM) dengan TOPSIS :

1. Menentukan Kriteria yang akan dipertimbangkan.

2. Menyususun bobot preferensi untuk setiap kriteria.

3. Membentuk matriks keputusan berdasarkan nilai preferensi.

4. Membentuk matriks keputusan berdasarkan nilai preferensi.

5. Menentukan matriks ideal positif 𝐴 + dan matriks ideal negatif 𝐴 – 6. Menentukan jarak antara nilai terbobot setiap alternatif terhadap

solusi ideal positif.

7. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternative

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah hasil tracking yang dilakukan selama 3 hari pada pukul 08.00 - 16.00 yang berlokasi di Wi-fi.id. Hasil tracking pada jaringan Wi-fi publik dilakukan di 3 lokasi yang berbeda yaitu x,y dan z

3.1 Perhitungan Menggunakan Metode TOPSIS

3.1.1Menentukan Kriteria Yang Akan Dipertimbangkan

Dalam melakukan pengambilan keputusan, tentunya harus memiliki berbagai kriteria-kriteria yang nantinya digunakan sebagai bahan pertimbangan dan harus keterkaitan dengan kasus yang diangkat. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam proses pemilihan jaringan Wi-fi terbaik dengan menggunakan metode TOPSIS antara lain:

a. Kriteria 1 : C1 : Troughput b. Kriteria 2 : C2 : Packetloss c. Kriteria 3 : C3 : Delay d. Kriteria 4 : C4 : Jitter

Dan adapun Alternatif yang akan dipilih sebagai jaringan Wi-fi terbaik adalah: a. Alternatif 1 : A1 : Wi-fi X

b. Alternatif 2 : A2 : Wi-fi Y c. Alternatif 3 : A3 : Wi-fi Z

(6)

3.1.2 Menyususun Bobot Preferensi

Setelah menentukan kriteria penilaian, lalu menentukan nilai bobot preferensi dari tiap-tiap kriteria berdasarkan tingkat kepentingan antara kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya. Nilai perbandingan tingkat kepentingan antara kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya dapat dinyatakan dengan pernyataan sebagai berikut:

a. Sangat tidak penting = 1 b. Tidak penting = 2

c. Cukup penting = 3 d. Penting = 4

e. Sangat penting = 5

Dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai preferensi terdiri dari bilangan dari 1 sampai 5, semakin tinggi nilai preferensi suatu kriteria, maka semakin tinggi nilai preferensi suatu kriteria, maka semakin tinggi tingkat kepentingan kriteria tersebut dalam menarik sebuah keputusan. Nilai preferensi dari tiap-tiap kriteriaa ditentukan sebagai berikut:

1. C1 : Troughput = 4 2. C2 : Packetloss = 5 3. C3 : Delay = 4 4. C4 : Jitter = 3 5. W = (4,5,4,3)

3.1.3 Membentuk Matriks Keputusan Berdasarkan Nilai Preferensi Tabel 3.1.3Tabel Hasil Wi-fi corner

Alternatif C1 C2 C3 C4

Wi-fi X 32% 0% 52 ms 23.58 ms

Wi-fi Y 32% 0% 66 ms 27.81 ms

Wi-fi Z 32% 0% 62 ms 23.20 ms

Tabel 3.1.3Matriks Keputusan berdasarkan nilai preferensi

Alternatif C1 C2 C3 C4

Wi-fi X 4 5 2.5 5

Wi-fi Y 4 5 2 4.5

(7)

Dari perhitungan keputusan diatas menentukan range berdasarkan nilai dari Troughput,

packetloss, delay, dan jitter.

Setelah membentuk matriks keputusan, langkah selanjutnya adalah menormalisasikan nilai matriks keputusan sebagai berikut :

𝑟𝑖𝑗 = 𝑥𝑖𝑗 √∑𝑚𝑖=1𝑥𝑖𝑗2

Dengan i=1,2,.... m dan j=1,2....n;

Dimana ; 𝑟𝑖𝑗 = Ranking kinerja alternatif ke – i pada kriteria ke – j 𝑥𝑖𝑗 = Alternatif ke – i pada kriteria ke – j

√∑ 𝑥𝑖𝑗 𝑚 2 𝑖=1 = Akar hasil penjumlahan dari pemangkatan tiap – tiap.

Alternatif pada satu kriteria dari rumus diatas, maka dapat dihitung nilai dari tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing kriteria sebagai berikut :

𝑋1 = √42+ 42+ 42= 6.928 𝑟11= 4 6.928= 0.577 𝑟21= 4 6.928= 0.577 𝑟31= 4 6.928= 0.577 𝑋2 = √52+ 52+ 52= 8.660 𝑟12= 5 8.660= 0.577 𝑟22= 5 8.660= 0.577 𝑟32= 5 8.660= 0.577 𝑋3 = √2.52+ 22+ 22= 3.774 𝑟13= 2.5 3.774= 0.662 𝑟23= 2 3.774= 0.529

(8)

𝑟33= 2 3.774= 0.529 𝑋4 = √52+ 4.52+ 52= 8.381 𝑟14= 5 8.381= 0.596 𝑟24= 4.5 8.381= 0.536 𝑟34= 5 8.381= 0.596

Sehingga diperoleh nilai (R) sebagai berikut : 𝑅 = ( 0.577 0.577 0.577 0.577 0.577 0.577 0.662 0.529 0.529 0.596 0.536 0.596 )

3.1.4 Normalisasi Nilai Pada Matriks

Setelah memperoleh matriks ternormalisasi, selanjutnya nilai pada matriks normalisasi dikalikan dengan nilai preferensi pada setiap kriteria:

𝑦11= 𝑤1 × 𝑟11= 4 × 0.577 = 2.308 𝑦21= 𝑤1 × 𝑟21= 4 × 0.577 = 2.308 𝑦31= 𝑤1× 𝑟31= 4 × 0.577 = 2.308 𝑦12= 𝑤2 × 𝑟12= 5 × 0.577 = 2.885 𝑦22= 𝑤2 × 𝑟22= 5 × 0.577 = 2.885 𝑦32= 𝑤2× 𝑟32= 5 × 0.577 = 2.885 𝑦13= 𝑤3 × 𝑟13= 4 × 0.662 = 2.648 𝑦23= 𝑤3 × 𝑟23= 4 × 0.529 = 2.116 𝑦33= 𝑤3× 𝑟33= 4 × 0.529 = 2.116 𝑦14= 𝑤4 × 𝑟14= 3 × 0.596 = 1.788 𝑦24= 𝑤4 × 𝑟24= 3 × 0.536 = 1.608 𝑦34= 𝑤4× 𝑟34= 3 × 0.596 = 1.788 Sehingga diperoleh matriks Y:

(9)

𝑌 = ( 2.308 2.308 2.308 2.885 2.885 2.885 2.648 2.116 2.116 1.788 1.608 1.788 )

3.1.5 Menentukan Matriks Ideal Positif 𝐴 + Dan Matriks Ideal Negatif 𝐴 – a. Menentukan matriks ideal negative A+

𝑌1+= max { 2.308; 2.308; 2.308} = 2.308 𝑌2+= max {2.885; 2.885; 2.885} = 2.885 𝑌3+= max {2.648; 2.116; 2.116} = 2.648 𝑌4+= max{1.788; 1.608; 1.788} = 1.788 b. Menentukan matriks ideal negative A-

𝑌1−= min { 2.308; 2.308; 2.308} = 2.308 𝑌2−= min {2.885; 2.885; 2.885} = 2.885 𝑌3−= min {2.648; 2.116; 2.116} = 2.116 𝑌4−= min {1.788; 1.608; 1.788} = 1.608

3.1.6 Menentukan Jarak Antara Nilai Terbobot Setiap Alternatif Terhadap Solusi Ideal Positif 𝐷1+= √(2.308 − 2.308)2+ (2.885 − 2.885)2+ (2.648 − 2.648)2+ (1.788 − 1.788)2 = 0 𝐷2+= √(2.308 − 2.308)2+ (2.885 − 2.885)2+ (2.116 − 2.648)2+ (1.608 − 1.788)2 = 0.561 𝐷3+= √(2.308 − 2.308)2+ (2.885 − 2.885)2+ (2.116 − 2.648)2+ (1.788 − 1.788)2 = 0.532

3.1.7 Menentukan Jarak Antara Nilai Terbobot Setiap Alternatif Terhadap Solusi Ideal Negatif 𝐷1−= √(2.308 − 2.308)2+ (2.885 − 2.885)2+ (2.648 − 2.116)2+ (1.788 − 1.608)2 = 0.561 𝐷2= √(2.308 − 2.308)2+ (2.885 − 2.885)2+ (2.116 − 2.116)2+ (1.608 − 1.608)2 = 0 𝐷3−= √(2.308 − 2.308)2+ (2.885 − 2.885)2+ (2.116 − 2.116)2+ (1.788 − 1.608)2 = 0.18

(10)

3.1.8 Menentukan Nilai Preferensi Untuk Setiap Alternative 𝑉1= 0.561 0 + 0.561= 1 𝑉2= 0 0.561 + 0= 0 𝑉3= 0.18 0.532 + 0.18= 0.252 Ket : 𝑉1= Wi-fi X 𝑉2 = Wi-fi Y 𝑉3 = Wi-fi Z Kesimpulan :

Dari hasil perhitungan secara manual di atas, alternatif dengan kode A1 yaitu Wi-fi X memiliki nilai preferensi tertinggi dengan nilai preferensi 1, lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif A2 dengan nilai 0 dan alternatif A3 dengan nilai 0.252. Sehingga Jaringan Wi-Fi yang paling bagus adalah A1, karena paling sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan (troughput, packetloss, delay, dan jitter).

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.Kesimpulan

Dari hasil analisis Quality of Service jaringan internet Wi-fi cornor di x,y,dan z dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata (troughput) untuk Wi-fi x bernilai 32% (Bagus), Wi-fi y bernilai 32% (Bagus),

Wi-fi z bernilai 32% (Bagus).

2. Untuk presentase rata – rata nilai jumlah paket data yang hilang (packetloss) dengan nilai 0% packetloss di Wi-fi x , 0% packetloss di Wi-fi y , 0% packetloss di Wi-fi z.

3. Perbedaan rata-rata selang waktu kedatangan antar paket (delay) dengan indeks untuk

Wi-fi x sebesar 52 ms (Buruk), Wi-fi y sebesar 66 ms (Buruk), Wi-fi z sebesar 62 ms

(11)

4. Untuk rata-rata nilai dari total variasi delay (jitter) dengan indeks untuk Wi-fi x sebesar 23.58 ms(Sangat Bagus), Wi-fi y sebesar 27.81 ms (Bagus) , Wi-fi z sebesar 23.20 ms (Sangat Bagus).

5. Dari ke 3 Wi-fi corner yang paling cepat adalah delay x hari ke satu dengan nilai 43 ms, jitter x hari ketiga dengan nilai 0,65 ms dan delay z hari ke satu dengan nilai 50 ms, jitter z hari kedua dengan nilai 4.28 ms. Yang paling tertinggi adalah Wi-fi y disitu nilai

delay dan jitter paling tinggi diantara Wi-fi x dan Wi-fi z.

6. Dari hasil perhitungan (TOPSIS) secara manual di atas, alternatif dengan kode A1 yaitu

Wi-fi X memiliki nilai preferensi tertinggi dengan nilai preferensi 1, lebih tinggi

dibandingkan dengan alternatif A2 dengan nilai 0 dan alternatif A3 dengan nilai 0.252. Sehingga Jaringan Wi-Fi yang paling bagus adalah A1, karena paling sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan (troughput, packetloss, delay, dan jitter).

4.2 Saran

Setelah melakukan penelitian analisis Quality of Service jaringan Wi-fi corner terdapat beberapa saran berikut ini :

Dilakukan analisis Quality of Service secara rutin agar mengetahui kinerja jaringan tersebut masih baik atau tidak sehingga menjadi tolak ukur kepuasan user.

Agar mendapatkan hasil yang lebih optimal. Untuk pengembangan kedepan penelitian ini sebaiknya dilakukan pada saat jumlah pengguna pada titik tertinggi (hari efektif kuliah).

Jaringan Wi-fi corner dilokasi x,y dan z sudah termasuk layak untuk dipakai hanya perlu menambahkan bandwidth karena dapat menampung lebih banyak user untuk memakainya.

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, I., & Hidayat, A. (2015). Analisa Quality of Service (QoS) Jaringan Internet Kampus (Studi Kasus: UIN Suska Riau). Jurnal CoreIT, 1(2), 2460–2738.

Penulis, N. (2016). Analisis Delay Jitter , Throughput , Dan Paket Lost Mengguna-kan Iperf3, 1–7.

Qomariyah, A. N. (2013). Perilaku Penggunaan Internet di Kalangan Mahasiswa. Libri_Net, 02(01), 1–40. Retrieved from http://journal.unair.ac.id/filerPDF/-Jurnal IIK Novianto.pdf Rathomy, F. (2008). Analisa perbandingan kinerja layanan video streaming pada jaringan ip

(12)

dan jaringan mpls. Jurnal INFOTEL, 1–5.

Sabloak, S., Wijaya, J., Rahman, A., & Arman, M. (2018). QoS DAN PENGKLASIFIKASIAN STATUS JARINGAN INTERNET MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES, IV(2), 131– 140.

Sasmita, W. P., Safriadi, N., & Irwansyah, M. A. (2013). Analisis Quality of Service (QoS) pada Jaringan Internet (Studi Kasus: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura). Jurnal Sistem Dan Teknologi Informasi (JustIN), 1(1), 37–43. Retrieved from

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/justin/article/view/1057/1049

Setiawan, E. B. (2012). Analisa Quality Of Service (QoS) Voice Over Internet Protocol (VoIP) Dengan Protokol H.23 Dan Session Initial Protocol (SIP). Jurnal Ilmiah Komputer Dan

Informatika ( KOMPUTA ), I(2), 1–8.

Usito, N. J. (2013). Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Proses Belajar Mengajar

Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (Saw). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Windarto, A. P. (2017). Implementasi Metode Topsis Dan Saw Dalam Memberikan Reward Pelanggan. Klik - Kumpulan Jurnal Ilmu Komputer, 4(1), 88.

https://doi.org/10.20527/klik.v4i1.73

Wulandari, P. (2017). Monitoring Dan Analisis Qos (Quality of Service) Jaringan Internet Pada Gedung Kpa Politeknik Negeri Sriwijaya Dengan Metode Drive Test. Politeknik Negeri

Sriwijaya, 4(1), 153–160. https://doi.org/10.2298/PAN0903301G

Riyan Taufik (2011), PENERAPAN PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU READY MIX BERDASARKAN INTEGRASI METODE AHP DAN TOPSIS (Studi Kasus Pada

PT.Merak.Jaya.Beton,Malang).http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/view/1 51

Penyusunan rujukan dalam daftar pustaka berurut berdasarkan urutan sitasi yang digunakan (sekuensial) dan diberi nomor angka arab dalam kurung siku. Penulisan unsur-unsur keterangan pustaka mengikuti kaidah dengan urutan: (1) nama pengarang ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal dan nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) Judul. (4) tempat penerbitan. (5) nama penerbit.

Gambar

Gambar 1.1 Data pengguna internet di indonesia
Tabel 3.1.3Matriks Keputusan berdasarkan nilai preferensi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara struktur aset dan likuiditas terhadap leverage pada Jakarta Islamic Index; Terdapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif pada karyawan PT Samudra

Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran nilai minimun, maximum, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standart deviasi) dari masing-masing

1 Dosen STK St.. JURNAL JUMPA Vol. VII, Edisi Khusus, Januari 2019| 46 pandangan/kebiasaan di antara komunitas Malind Anim dengan Gereja Katolik sebagaimana telah

Hasil - hasil penelitian gravitasi yang telah dilakukan dari pesisir Selatan sampai pantai Utara Pulau Jawa yaitu adanya nilai anomali Bouguer positif yang besar di

• Jika sistem dalam kondisi tidak aman (unsafe state) ⇒ kemungkinan dapat terjadi deadlock kemungkinan dapat terjadi deadlock. • Pendekatan penghindaran (avoidence) memastikan

Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa waiting time untuk proses jahit hijab pashmina square adalah proses yang memiliki waiting time paling tertinggi, hal

Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa social economic status yang terdiri dari variabel pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendidikan terakhir